Keselamatan Kerja

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(K3)

PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat
adil dan makmur. Didalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak
menduga akan mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali
masyarakat yang belum menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di lingkungan
kerja (perusahaan, pabrik, atau kantor), di jalan raya, tempat umum maupun di lingkungan
rumah.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan juga instansi pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Azmi, 2008).
Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang
mengakibatkan cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya mempelajari
fenomena kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk mencegahnya. Upaya
pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, salah satu
diantaranya adalah pola pikir yang masih tradisional yang menganggap kecelakaan adalah
sebagai musibah, sehingga masyarakat bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja yang
menimpa mereka (Ramli, 2010).

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh
kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliras listrik, terpotong, luka
memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Sedangkan
Kesehatan kerja adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor
dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan
yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik (Mondy, 2008).
Dari pengertian diastas dapat disimpulkan bahwa Keselamaatan dan kesehatan kerja
adalah suatu upaya guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan pastisipasi
efektif daro pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja/ karyawan dalam tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, dan keamanan kerja dalam
rangka melancarkan usaha produksi. Melalui pelaksaan K3 ini diharapkan terciptanya tempat
kerja yang aman, sehat bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau
terbebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jadi, pelaksaan K3 dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

B. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang
kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit
kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang
bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006),
tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi
biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
3. Menghemat biaya premi asuransi
4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada karyawannya

C. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor yang
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan oleh 4 faktor
penyebab utama (Husni:2003) yaitu:
a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau keselamatan
pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu:
o Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja yang salah,
keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya;
o Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin
atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin/peralatan
sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan Rumondang
(1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak dapat diduga.”
Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga dari semula jika
perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu kewajiban berbuat
secara selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi sesuai dengan standar
yang diwajibkan.
Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat memiliki porsi 80
% dan kondisi yang tidak selamat sebayak 20%. Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan
oleh:
a. Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap
b. Keletihan
c. Gangguan psikologis

D. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja


1) Teori Domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut Heinrich,
88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia
(unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal -hal yang tidak berkaitan dengan
kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe
condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan.
Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh
kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan
kondisi yang tidak aman akan terjadi bila manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini
lebih jauh disebabkan karena faktor karakteristik manusia itu sendiri yang
dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan lingkungannya (environment).
Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan dan
kondisi tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul. Heinrich
menyatakan bahwa rantai batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga kecelakaan
dapat dihindari. Konsep dasar pada model ini adalah: Kecelakaan adalah sebagai
suatu hasil dari serangkaian kejadian yang berurutan. Kecelakaan tidak terjadi
dengan sendirinya. Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik. Kecelakaan
tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja. Kecelakaan terjadi karena
kesalahan manusia.

Gambar 1. Teori Domino

2) Teori Bird & Loftus


Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich, yaitu
adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat
kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada
bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan pengendalian agar
tidak terjadi kecelakaan.

Gambar 2. Teori Bird & Loftus


3) Teori Swiss Cheese
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen yang
terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan
sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda. Dengan demikian
menjelaskan apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal. Sebab-
sebab suatu kecelakan dapat dibagi menjadi Direct Cause dan Latent Cause. Direct
Cause sangat dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang menimbulkan
kerugian atau cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi.
Kebanyakan proses investigasi lebih konsentrasi kepada penyebab langsung
terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana mencegah penyebab langsung tersebut.
Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang perlu di identifikasi yakni “Latent
Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang sudah terlihat jelas sebelumnya
dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu kecelakaan.

Gambar 3. Teori Swiss Cheese

E. Statistik Kecelakaan Kerja


Secara sempit statistik dapat diartikan sebagai data. Namun, menurut Sudjana
(2004), Statistik merupakan sebuah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara
pengumpulan fakta, pengolahan serta pembuatan keputusan yang cukup beralasan
berdasarkan fakta dan analisa yang dilakukan. Menurut Singgih Santoso (2002), pada
prinsipnya statistik diartikan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan data,
meringkas/menyajikan data, menganalisa data dengan metode tertentu, dan
menginterpretasikan hasil analisis tersebut.
Sedangkan pengertian kecelakaan kerja menurut Salam (2011), Kecelakaan kerja
merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan
manusia, merusak harta benda atau kerugian proses. Kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban jiwa dan harta benda (Permenaker Nomor 3/Men/1998). Kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya
sehingga menghasilkan cidera yang nyata (WHO).
Jadi, dapat kami simpulkan bahwasanya Statistik Kecelakaan Kerja
merupakan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan dan mempresentasikan data yang
mencakup peristiwa yang merugikan pekerja serta merusak harta benda ataupun
proses pekerjaan.

F. Manfaat Statistik Kecelakaan Kerja


Manfaat statistik dalam penerapan K3 yaitu digunakan untuk menilai “OHS
Performance Programs”. Dengan menggunakan statistik dapat memberikan
masukan ke manajemen mengenai tingkat kecelakaan kerja serta berbagai faktor yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk mencegah menurunnya kinerja K3. Konkritnya
statistik dapat digunakan untuk:
1. Mengidentifikasi kecenderungan penyebab dari timbulnya kecelakaan kerja
Hal ini dapat dilakukan berdasarkan data statistik yang dimiliki agar
kecenderungan timbulnya kecelakaan kerja pada wilayah tertentu dapat segera
diatasi.
2. Mengetahui peningkatan atau berbagai hal yang memperuruk kinerja K3
Dengan adanya statistik kecelakaan kerja, kinerja dari K3 dapat dimonitoring
dengan baik yaitu untuk mengetahui apakah kinerja para pekerja mengalami
peningkatan (kurangnya terjadi kecelakaan) atau angka kecelakaan yang semakin
meroket di wilayah tersebut.
3. Membandingkan kinerja antara tempat kerja dan industri yang serupa
Statistik kecelakaan kerja juga ini dapat dijadikan sebagai pembanding
antara wilayah kerja yang satu dengan yang lainnya, agar tiap wilayah kerja ataupun
industri dapat mengetahui perkembangan/kelebihan serta kekurangan-
kekurangan yang harus dibenahi.
4. Memberikan informasi mengenai prioritas pengalokasian dana K3
Statistik kecelakaan kerja dapat memberikan gambaran terkait dengan
kondisi tempat kerja berdasarkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kerja pada
wilayah tersebut. Dengan adanya statistik ini pengalokasian dana K3 dapat
terkontrol dengan baik untuk memperbaiki wilayah-wilayah yang rawan terjadi
kecelakaan.
5. Memonitor kinerja organisasi, khususnya mengenai persyaratan untuk
penyediaan sistem/tempat kerja yang aman
Ketika statistik kecelakaan kerja senantiasa dikontrol dan dipantau maka hal ini
dapat meminimalisisr kecelakaan kerja yang terjadi, sehingga menyebabkan
para pekerja menjadi aman dan nyaman dalam bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Husni Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi.Jakarta:


Rajawali Pers.

Heinrich, H.W. 1931. Industrial Accident Prevention. Mc Graw Hill Book company: New
York.

Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, 1998, Undang-undang dan Peraturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: Menteri Tenaga Kerja.

Santoso, Singgih, dan Fandy Tjiptono, 2002, Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasinya
dengan SPSS, Jakarta: PT Elex Media Computindo Kelompok Gramedia.

Sudjana, N. 2004. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda.

Anda mungkin juga menyukai