Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari bekerja tidak saja untuk mendapatkan penghasilan, tetapi juga
untuk memenuhi kebutuhan sosial untuk memuliakan pribadinya sebagai manusia.
Pihak pemberi kerja pun berkewajiban menghormati harkat dan martabat para
pekerja sebagai manusia. Organisasi sudah seharusnya menyediakan lingkungan
kerja dan pengadaan sarana kerja yang menjamin keselamatan serta kesehatan.
Tersedianya sarana kerja juga harus diimbangi dengan kesediaan pekerja untuk
mematuhi ketentuan kerja yang berlaku.
Beban kerja yang mungkin dihadapi pekerja dapat berupa beban fisik,
mental dan sosial yang masing – masing mempunyai dampak yang berbeda pula.
Penempatan yang tepat pada jenis pekerjaan sesuai dengan bakat, keterampilan,
motivasi dan sebagainya sangat besar peranannya dalam mencegah timbulnya
berbagai macam gangguan kesehatan. Demikian juga kapasitas kerja seseorang
yang tergantung pada kesegaran jasmani, gizi, jenis kelamin, usia, ukuran tubuh
dan sebagainya, merupakan faktor penting dalam upaya mengurangi kemungkinan
terjadinya penyakit akibat kerja.
12
Kecelakaan terjadi tanpa disangka – sangka dan dalam sekejap mata, dan
setiap kejadian menurut Benneth Silalahi (1995) terdapat empat faktor yang
bergerak dalam satu kesatuan berantai yaitu lingkungan, bahaya, peralatan, dan
manusia. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi di
karenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam
hal ini, terdapat 2 (dua) permasalahan penting yaitu :
Sedangkan penyebab dasarnya terdiri dari dua faktor manusia atau pribadi
(personal faktor) dan faktor kerja atau lingkungan kerja.
1. Penyebab Langsung
Penyebab langsung atau kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa
dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 (dua) kelompok:
2. Penyebab Dasar
Terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu faktor manusia atau pribadi dan faktor kerja atau
lingkungan kerja.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila semua pihak yang terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja mengambil langkah yang strategis di dalam
menangani keselamatan dan kesehatan kerja mengambil langkah yang strategis
didalam menangani keselamatan dan kesehatan kerja agar mencapai nihil
kecelakaan.
17
Upaya kesasaran ini memang tidak mudah karena hal ini memerlukan
berbagai macam pendukung, paling tidak dengan penerapan – penerapan atau
program - program Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) :
1. Aspek Manusia
Pencegahan kecelakaan dipandang dari aspek manusianya harus bermula
pada hari pertama ketika semua karyawan mulai bekerja. Setiap karyawan
harus diberitahu secara tertulis uraian mengenai jabatannya yang mencakup
fungsi, hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab, tugas serta syarat -
syarat kerjanya. Setelah itu harus dipegang prinsip bahwa kesalahan utama
sebagian besar kecelakaan, kerugian, atau kerusakan terletak pada karyawan
yang kurang bergairah, kurang terampil dan pengetahuan, kurang tepat,
terganggu emosinya, yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan
18
Pelayanan Preventif
Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja,
penyakit menular di lingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja
dan mesin atau tempat kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun
23
Penyakit akibat hubungan kerja (Work Related Diseases) yaitu penyakit yang
dicetuskan, dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan. Penyakit ini disebabkan
secara tidak langsung oleh pekerjaan dan biasanya penyebabnya adalah berbagai
jenis faktor.
Faktor Fisik
Suara tinggi atau bising menyebabkan ketulian.
Temperatur atau suhu tinggi menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat
Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke.
27
a. Bahan
Bahan baku cacat
Tipe pekerjaan yang salah
33
Pada metode cause mapping, kata root, pada root cause analysis (RCA)
merujuk pada penyebab yang ada dibawah permukaan. Kebanyakan organisasi
34
Mencegah atau mitigasi tiap dampak negatif pada tujuan dengan menyeleksi
solusi yang paling efektif. Langkah ini melibatkan 3 (tiga) bagian yang berbeda :
Mengusulkan solusi yang mungkin. Setelah cause map telah cukup detail
dengan bukti – bukti pendukung, solusi yang mungkin dapat muncul kuncinya
adalah masalah, karena sebenarnya lebih mudah bagi orang untuk memberikan ide
35
Pendekatan cause map sangat dasar dan detail tergantung kepada persoalannya
(kejadian yang terjadi).
Effect Cause
Gambar 2.5. Building Block
Sumber : Think reliability, 2009
Goal
Why? Because… Why? Because… Why? Because…
Impected
Why? Because… Why? Because…
Pendekatan 5-Why merupakan contoh yang bagus dari analisa dasar cause-
and-effect. Seperti sebuah perjalanan yang dilalui dengan jarak yang jauh dimulai
dengan langkah awal setiap investigasi, tanpa memperhatikan ukuran, dimulai
dengan satu pertanyaan Why. Kemudian dilanjutkan, melewati lima sampai cukup
pertanyaan Why yang ditanyakan (dan dijawab) untuk menjelaskan kejadian.
Pendekatan 5-Why diciptakan oleh Sakichi Toyoda (1867-1930), penemu Toyota,
adalah jalan sederhana untuk memulai sebuah investigasi. Cause map dapat dimulai
dengan hanya I-Why dan kemudian berkembang untuk mengakomodasi sebanyak
pertanyaan “Why” yang dibutuhkan.
Analysis (RCA) secara umum dapat dijelaskan apabila dalam mengobservasi data
yang ada terdapat kurang akurat data yang dikumpulkan, maka hal tersebut secara
general akan mempengaruhi ketepatan hasil identifikasi yang dilakukan dengan
metode cause mapping dengan analisis Root Cause Analysis (RCA) ini.
Kelemahan ini merupakan kondisi yang haru dicermati secara hati – hati
oleh peneliti dalam melaksanakan langkah – langkah identifikasi permasalahan
kasus kecelakaan kerja menerapkan cause mapping melalui Root Cause Analysis
(RCA).
Fault Tree Analysis (FTA) yaitu salah satu yang bisa diandalkan, dimana
kegagalan tidak diinginkan, diatur dengan cara menarik kesimpulan dan dipaparkan
dengan gambar. Fault Tree Analysis (FTA) yaitu satu diagram satu arah dan
menghubungkan informasi yang dikembangkan dalam analisa cara kegagalan dan
akibatnya (Ebeling, 1997).
Hasil dari pengaturan ini merupakan satu struktur yang mirip pohon, yang
disajikan dalam bentuk grafis dari satu logika Boolean yang dihubungkan dengan
kegagalan sistem luar biasa “kejadian TOP”, dan dapat berkembang ke kegagalan
dasar yang di namakan “kejadian mula”. Pada mulanya dengan kejadian TOP dan
menuju ke kejadian mula, konstruksi “fault tree” yaitu satu proses yang dapat
digunakan untuk menarik kesimpulan. Nilai dari “fault tree” yaitu :
Mengarahkan analisa untuk menyelidiki dengan seksama kegagalan –
kegagalan
Menunjukan aspek dari sistem yang penting buat kegagalan yang
diperhatikan
Menyediakan bantuan grafis untuk memberi gambaran – gambaran didalam
manajemen sistem yang d alihkan dari sistem perubahan desain
Menyediakan pilihan untuk sistem analisa yang terpercaya kualitatif dan
kuantitatif
Menyediakan satu gambaran ke dalam sifat sistem
38
Fault Tree Analysis (FTA) ialah diagram yang digunakan untuk mendeteksi
adanya gejala supaya mengetahui akar penyebab suatu masalah, dimulai dari kejadian
puncak TOP. Selanjutnya langkah – langkah Fault Tree Analysis (FTA) yaitu :
Definisi dari sistem, TOP event (kecelakaan ptensial), dan batasan masalah.
Pembuatan Fault Tree Analysis (FTA)
Identifikasi kemungkinan
Analisis kualitatif
Analisis kuantitatif
Pelaporan
Kegagalan sistem atau kecelakaan
(kejadian TOP)
Kejadian – kejadian tersebut akhirnya menuju ke satu sebab mendasar, untuk mana
tersedia satu data nilai kegagalan, sebab mendasar ditunjukan dengan lingkaran
Berikut dapat dijelaskan simbol – simbol lain yang ada dalam diagram Fault
Tree Analysis (FTA), yang mana mempunyai perbedaan dan fungsi yang berbeda.
39
1 AND gate
2 OR gate
4 Inhibit gate
5 Exclusive
Langkah akhir untuk menentukan tiap pertanyaan kata dalam pohon dalam
batas frekuensi misalnya kejadian per tahun dan dimana terkait kesamaan keadaan
ialah hal lamanya misalnya jumlah jam rata - rata tiap kejadian. Jika data (angka)
dari tiap kejadian telah digabungkan, maka angka diolah dengan mulai memberi
masukan pertama pada tiap cabang dari pohon dan diteruskan ke masukan akhir.
Kejadian masukan melalui satu pintu “ATAU” hanya dijumlah.
40
Manusia perangkat keras dan perangkat lunak. Oleh karena itu dalam
melaksanakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan
kepada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu :
1. Kaji resiko dari setiap pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini bisa
dilakukan dengan membuat Job Safety Analysis (JSA) atau analisa
keselamatan kerja. Yang membuat JSA tentu saja adalah orang yang terlibat
langsung pada pekerjaan tersebut (supervisor). Setelah JSA dibuat, dan
disetujui oleh orang yang berwenang, tentu saja haru di sosialisasikan
kepada semua orang yang terlibat pada pekerjaan tersebut, agar mereka
benar – benar paham akan resiko dari pekerjaan tadi dan juga tahu cara
untuk menghilangkan atau mengurangi resiko pekerjaan tersebut.
2. Stop pekerjaan yang berbahaya. Maksud dari stop disini bukan berarti
berhenti total bekerja, akan tetapi jika JSA sudah dilakukan dengan baik
masih ada bahaya yang timbul karena perkembangan kerja dan tidak
terdeteksi pada Job Safety Analysis (JSA), maka sebaiknya stop sejenak
pekerjaan, diskusikan hal tersebut hingga di dapat solusi agar pekerjaan
dapat tetap berjalan dengan aman.
3. Laporkan setiap kecelakaan yang terjadi, kejadian hampir celaka (near
miss) sekecil apapun kepada orang yang berwenang missal (safety officer
supervisor). Dengan melaporkan setiap kejadian walaupun itu kecil, maka
42
Asumsi dalam penelitian ini adalah bahwa (a) teknik Root Cause Analysis
adalah bermanfaat menemukan sebab utama, (b) identifikasi suatu sebab utama
akan mendorong ke arah suatu solusi baik di banding identifikasi suatu gejala, dan
(c) identifikasi dari interdependencies adalah penting. Sebagai tambahan, keahlian,
keserasian, dan pengetahuan utama lebih dulu tenang perangkat, atau kekurangan
dari padanya, telah di asumsikan untuk menjadi secara acak di bagi – bagikan di
dalam kelompok peserta dan tidak mempengaruhi keseluruhan persepsi atau hasil.
Hasil temuan dalam penelitian ini adalah penggunaan perangkat ini, untuk
menemukan sebab utama sepertinya berhubungan dengan bagaimana secara efektif
kelompok dapat bekerja sama untuk menguji asumsi. Tantangan studi ini
bagaimana cara menangkap dan menguji apa yang di katakan orang – orang tentang
sebuah perangkat terhadap bagaimana perangkat yang benar – benar melaksanakan.
Barangkali jawaban berada interaksi antara peserta dan perangkat tersebut.
43