2.0a Skripsi Full Fawaid

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 125

i

SKRIPSI

MEMBENTUK KELUARGA SAKĪNAH DALAM


PERNIKAHAN POLIGAMI
(Studi Kasus di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu
Kabupaten Purbalingga)

Disusun Oleh :

Muhamad Fawaid
NIM: 20190212041

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian pada


Pendidikan Strata Satu

PROGRAM STUDI HUKUM SYARIAH


FAKULTAS SOSIAL, EKONOMI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PURWOKERTO
2023

ii
iii
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

MEMBENTUK KELUARGA SAKĪNAH DALAM PERNIKAHAN

POLIGAMI (Studi Kasus di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu

Kabupaten Purbalingga)

Disusun oleh Muhamad Fawaid, NIM: 20190212041 Program Studi Hukum

Syariah, Telah disajikan dalam sidang Skripsi Fakultas Sosial, Ekonomi Dan

Humaniora Universitas Nahdatul Ulama, Pada hari …..............

TIM PENGUJI

Pembimbing I : Agus Salim, S.Sy., M.H. (..........................)


NPP. 198904242018121149

Pembimbing II : Masdar, S.Th.I., M.H. (..........................)


NPP. 198909030218111125

Penguji I : Fetri Fatorina, S.Sy., M.Sy. (..........................)


NPP. 19902203 201707 2 016

Penguji II :A. A. Mukhtarzain, S.H.I., M.H (..........................)


NPP. 19810920 201707 1 048

iv
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Muhamad Fawaid
NIM :20190212041
Jenjang : S1
Jurusan : Hukum Syariah
Fakultas : Sosial, Ekonomi dan Humaniora
Judul Skripsi : Membentuk Keluarga Sakīnah Dalam Pernikahan
Poligami(Studi Kasus di Desa Sanguwatang Kecamatan
Karangjambu Kabupaten Purbalingga)
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar bukan
merupakan plagiasi dan belum pernah diteliti sebelumnya. Demikian juga skripsi
ini tidak berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan sebagai rujukan.

Purwokerto, 21 Juli 2023


Yang menyatakan, .

Muhamad Fawaid
20190212041

v
MOTTO

‫َأنُف ِس ُك ْم َأْز َو اجًا ِّلَتْس ُك ُنوا ِإَلْيَه ا َو َجَع َبْيَنُك م َّم َّدًة َو َر َمْحًة ِإَّن يِف‬ ‫ِم ِتِه‬
‫َو ْن آَيا َأْن َخ َلَق َلُك م ِّم ْن‬
‫َو‬ ‫َل‬
﴾٢١﴿ ‫َذِلَك آَل َياٍت ِّلَق ْو ٍم َيَتَف َّك ُر وَن‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang telah sepenuhnya memberikan dukungan dan

tak henti-hentinya berdo’a kepada tuhan demi keberhasilan serta semangat

dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

2. Kakak dan adik penulis yang senantiasa mendo’akan dan menunggu

keberhasilan saya dalam penyelesaian tugas akhir ini.

3. Sahabat penulis yang telah memberikan semangat setiap harinya dalam

penyelesaian tugas akhir ini.

4. Seluruh keluarga yang senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat

dalam penyelesaian tugas akhir ini.

vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini


berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Departemen Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pada tanggal 22 Januari 1988
Nomor: 157/1987 dan 0593b/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama


‫ا‬ Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
‫ب‬ ba’ B Be
‫ت‬ ta’ T Te
‫ث‬ sa’ Ṡ es (dengan titik diatas)
‫ج‬ Jim J Je
‫ح‬ H ḥ ha (dengan titik dibawah)
‫خ‬ kha’ Kh ka dan ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Zal Z Ze
‫ر‬ ra’ R Er
‫ز‬ Za Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Syin Sy es dan ye
‫ص‬ Sad Ṣ es (dengan titik dibawah)
‫ض‬ Dad Ḍ de (dengan titik dibawah)
‫ط‬ ta’ Ṭ te (dengan titik dibawah)
‫ظ‬ za’ Ẓ zet (dengan titik dibawah)
‫ع‬ ‘ain ‘ koma terbalik diatas
‫غ‬ Ghain G Ge
‫ف‬ fa’ F Ef
‫ق‬ Qaf Q Oi
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L ‘el
‫م‬ Mim M ‘em
‫ن‬ Nun N ‘en
viii
‫و‬ Waw W W
‫ه‬ ha’ H Ha
‫ء‬ Hamzah ‘ Apostrof
‫ي‬ ya’ Y Ye

II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap

‫متعدّده‬ Ditulis muta’addidah


‫عّد ه‬ Ditulis ‘iddah

III.Ta’ Marbutah di Akhir Kata


a. Bila dimatikan tulis h

‫حكمة‬ Ditulis Hikmah


‫جزية‬ Ditulis Jizyah
(Ketentuan ini tidak tampak terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat,
shalat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafat aslinya).
b. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h

‫كرامة اآلولياء‬ Ditulis karomah al-auliya

c. Bila ta’ marbûtah hidup maupun dengan harakat, fathah, kasrah, dan
dammah ditulis t

‫زكاةالفطر‬ Ditulis zakat al-fitr

IV. Vokal Pendek

Fathah Ditulis A
Kasrah Ditulis I
Dammah Ditulis U

V. Vokal Panjang

Fathah + alif Ditulis Ā


ix
‫جاهلية‬ Ditulis Jāhiliyah
Fathah + ya’mati Ditulis Ā
‫تنسى‬ Ditulis Tansā
Kasrah + ya’mati Ditulis Ī
‫كرمي‬ Ditulis Karīm
Dammah + wawu mati Ditulis Ū
‫فروض‬ Ditulis Furūd

VI. Vokal Rangkap

Fathah + ya’mati Ditulis Ai


‫بينكم‬ Ditulis Bainakum
Fathah + wawu mati Ditulis Au
‫قول‬ Ditulis Qaul

VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
aposrof

‫أأنتم‬ Ditulis a’antum


‫أعدت‬ Ditulis u’iddat
‫لئن شكرمت‬ Ditulis la’in syakartum

VIII. Kata Sandang Alif + Lam


a. Bila diikuti huruf Qamariyyah

‫القرأن‬ Ditulis al-Qur’an


‫القياس‬ Ditulis al-Qiyas

b. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan menyebabkan syamsiyah


yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)nya

‫السماء‬ Ditulis As-Samā’


‫الشمس‬ Ditulis Asy-Syams

IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat


Ditulis menurut penulisannya.
x
‫ذوى الفروض‬ Ditulis Zawi al-furūd
‫اهل السنة‬ Ditulis Ahl as-Sunnah

xi
KATA PENGANTAR

Puji syukur tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “MEMBENTUK
KELUARGA SAKĪNAH DALAM PERNIKAHAN POLIGAMI (Studi Kasus
di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga)”.
Penulisan ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi sakah satu syarat dalam
mencapai delar Sarjana pada Program Studi Hukum Syariah Universitas Nahdatul
Ulama (UNU) Purwokerto.
Penulis juga menyadari bahwa tannpa bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyususnan skripsi ini, sangatlah sulit untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya akan mempersembahkan kepada:
1. Dekan Fakultas Sosial, Ekonomi dan Humaniora Sugeng Riyadi, S.H., M.H,
dan Wakil Dekan Fakultas Sosial, Ekonomi dan Humaniora Meilina
Haris Mayekti, S.Pd.,M.Pd., Universitas Nahdatul Ulama Purwokerto.
2. Agus Salim, S.Sy., M.H. selaku Pembimbing I.
3. Masdar, S.Th.I., M.H. selaku Pembimbing II.
4. Kedua orang tuapenulis yang telah sepenuhnya memberikan dukungan dan
tak henti-hentinya berdo’a kepada tuhan demi keberhasilan serta semangat
dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih kurang sempurna. Meskipun
demikian, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.

Purwokerto, 21 Juli 2023


Penulis

Muhamad Fawaid

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN............................................................... v

HALAMAN MOTTO........................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ vii

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... viii

KATA PENGANTAR........................................................................... xi

DAFTAR ISI.......................................................................................... xii

ABSTRAK.............................................................................................. xv

ABSTRACT........................................................................................... xvi

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
E. Telaah Pustaka ............................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Keluarga Sakīnah......................................................................... 14
1. Pengertian Keluarga Sakīnah............................................... 14
2. Tujuan Keluarga Sakīnah..................................................... 15

xiii
3. Ciri-ciri Keluarga Sakīnah.................................................... 17
4. Upaya Membentuk Keluarga Sakīnah.................................. 22
B. Poligami....................................................................................... 23
1. Pengertian Poligami............................................................. 23
2. Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam............................ 25
3. Poligami Dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia...... 28
4. Prosedur Perkawinan Poligami............................................ 31
5. Hikmah Poligami.................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................... 35


B. Pendekatan Penelitian ................................................................. 36
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 36
D. Subjek Penelitian ........................................................................ 36
E. Objek Penelitian ......................................................................... 37
F. Sumber Data ............................................................................... 37
G. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 38
H. Teknik Analisis Data .................................................................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Cara Membentuk Keluarga Sakīnah dalam Pernikahan


Poligami Menurut Para Pelaku Pernikahan Poligami di Desa
Sanguwatang, Kecamatan Karangjambu, Kabupaten
Purbalingga ................................................................................. 42
1. Profil Desa Sanguwatang, Kecamatan Karangjambu,
Kabupaten Purbalingga........................................................ 42
2. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Sanguwatang,
Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga ............. 45
3. Praktik Pernikahan Poligami Desa Sanguwatang,
Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga.............. 50

xiv
B. Analisis Membentuk Keluarga Sakīnah dalam Pernikahan
Poligami Menurut Hukum Islam ................................................ 77
1. Saling Memposisikan Diri Masing-Masing......................... 81
2. Mendidik Keluarga............................................................... 84
3. Menerapkan Prinsip 4 M (Saling Menerima, Menghargai,
Mempercayai dan Melengkapi)............................................ 88
4. Hubungan Akrab: Menjalin Ikatan Cinta Antara Anak dan
Orang Tua............................................................................. 89

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 92
B. Saran ........................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 94

xv
ABSTRAK

MEMBENTUK KELUARGA SAKĪNAH DALAM PERNIKAHAN


POLIGAMI (Studi Kasus di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu
Kabupaten Purbalingga)

Muhamad Fawaid
NIM: 20190212041

Program Studi Hukum Syariah


Fakultas Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Universitas Nahdatul Ulama Purwokerto

Poligami adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-laki


dengan lebih dari satu orang istri tanpa menceraikan istri-istri yang lain. Poligami
merupakan sesuatu yang terjadi dalam suatu kehidupan bermasyarakat ketika
seorang suami merasa mampu dan dapat berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-
anaknya sehingga dapat tercapai keharmonisan dalam keluarga. Dalam hukum
islam maupun hukum positif tidak ada larangan untuk melakukan poligami
tersebut. Akan tetapi harus melalui aturan atau prosedur dan aturan hukum yang
berlaku serta dengan alasan-alasan yang dapat dijadikan dalil untuk melakukan
poligami.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara membentuk keluarga
sakīnah dalam pernikahan poligami menurut para pelaku pernikagan poligami di
desa Sanguwatang dan menurut hukum Islam.
Adapun jenis penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian
lapangan yang menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi.
Analisis yang digunakan menggunakan metode deduktif yaitu pembahasan yang
diawali dengan mengemukakan, teori-teori atau ketentuan yang bersifat umum
dan selanjutnya dikemukakan kenyataan yang bersifat khusus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep keluarga sakīnah bagi pelaku
poligami di desa Sanguwatang adalah terpenuhinya ekonomi para isteri dan anak-
anak, menjaga keutuhan rumah tangga dengan saling pengertian dan saling
menghargai satu sama lain, serta tercukupi kebutuhan lahir dan batin. Kedua,
konsep keluarga sakīnah bagi perkawinan poligami dalam Islam adalah konsep
dan nilai-nilai yang terkandung dalam firman-Nya mesti dijalani dan menjadi
kebudayaan (bi’ah hasanah). Budaya tersebut adalah saling memposisikan diri
masing-masing, mendidik keluarga, menerapkan prinsip 4 M (saling Menerima,
Menghargai, Mempercayai dan Melengkapi), dan yang terakhir adalah hubungan
akrab dan membumikan etika yang baik oleh anak kepada orang tua. Bila
kesemua ini dijalankan dengan sebaik-baiknya maka menjadi keluarga yang
Sakīnah, Mawaddah dan Rahmah akan membumi di dalam keluarga.

Kata kunci: Keluarga Sakīnah, Perkawinan, Poligami.

xvi
ABSTRACT

Framing A SAKĪNAF FAMILY IN A POLYGAMIC MARRIAGE


(Case Study in Sanguwatang Village, Karangjambu District, Purbalingga
Regency)

Muhamad Fawaid
NIM: 20190212041

Sharia Law Study Program


Faculty of Social, Economics, and Humanities
Nahdatul Ulama University, Purwokerto

Polygamy is a marriage completed by a man with more than one spouse


without separating from different wives. Polygamy is something that occurs in a
public activity when a spouse feels skilled and can treat his significant other and
kids decently so concordance can be accomplished in the family. In Islamic
regulation and positive regulation there is no restriction against polygamy.
Nonetheless, it should go through rules or techniques and appropriate lawful
guidelines and with reasons that can be utilized as contentions for rehearsing
polygamy. This study means to figure out how to frame a sakinah family in
polygamous relationships as per polygamous marriage entertainers in
Sanguwatang town and as per Islamic regulation.
The sort of exploration directed by the creator is field research utilizing
subjective strategies, while the information assortment procedure utilized is
meetings and documentation. The examination utilized utilizes the logical
technique, in particular the conversation that starts with proposing general
speculations or arrangements and afterward sets out unambiguous realities.
The consequences of the review show that the idea of a sakinah family for
polygamists in Sanguwatang town is satisfying the economy of the spouses and
kids, keeping up with the honesty of the family with common comprehension and
shared regard for each other, and satisfying physical and profound necessities.
Second, the idea of a sakinah family for polygamous relationships in Islam is that
the ideas and values contained in His promise should be lived and turned into a
culture (bi'ah hasanah). The way of life is commonly situating one another,
instructing the family, applying the 4 M standards (tolerating together,
Appreciating, Trusting and Supplementing), and the latter is cozy connections and
establishing great morals by kids to their folks. In the event that this is all
completed as well as could be expected, it will end up being a Sakīnah,
Mawaddah and Rahmah family that will be grounded in the family.

Keywords: Sakīnah Family, Marriage, Polygamy

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terdapat beberapa bentuk perkawinan dalam Islam, salah satu bentuk yang

sering diperbincangkan dalam masyarakat muslim adalah poligami. Poligami

adalah ikatan perkawinan yang dilakukan oleh suami menikahi lebih dari satu

orang istri dalam waktu yang bersamaan. 1 Dalam sejarah, praktik poligami

bukanlah hukum baru yang dibawa oleh Islam karena ia sudah ada sebelum

datangnya agama Islam.2 Islam datang lalu memberikan syarat-syarat dan batasan

yang lebih jelas dalam praktik poligami.

Dasar hukum dibolehkannya poligami dalam Islam terdapat pada Al-Qur’an

surat An-Nisa (4) : ayat 3

‫َو ِإْن ِخ ْف ُتْم َأَّال ُتْق ِس ُطوْا يِف اْلَيَت اَم ى َف انِكُح وْا َم ا َط اَب َلُك م ِّم َن الِّنَس اء َم ْثىَن َو ُثَالَث َو ُرَب اَع َف ِإْن‬

﴾٣﴿ ‫ِخ ْف ُتْم َأَّال َتْع ِد ُلوْا َفَو اِح َد ًة َأْو َم ا َم َلَك ْت َأَمْياُنُك ْم َذِلَك َأْد ىَن َأَّال َتُعوُلوْا‬
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita
(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang
kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
(QS. An-Nisaa’ (4): 3)3

Ayat tersebut memberikan batasan serta syarat yang ketat, yaitu batasan

maksimal empat istri dengan ketentuan harus berlaku adil. Artinya tidak boleh ada

1
Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama
dan Gender, 1999), hlm. 2.
2
Titik Triwulan Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Raya, 2007), hlm. 22.
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamah, (Bogor: Departemen Agama RI. 2007),
hlm.
1
anggapan bahwa Al-Qur’an mendorong poligami, tetapi justru memberikan jalan

keluar apabila dalam suatu keadaan terpaksa seorang harus memilih antara

perzinahan dan poligami, atau antara membiarkan wanita terlantar dan sengsara

tak bisa menikah dan menjadi istri kedua.4

Sejatinya, poligami memiliki dasar hukum yang cukup jelas, namun dari sisi

praktiknya, isu poligami sering memicu reaksi keras dan menjadi isu meresahkan

terutama di kalangan kaum hawa termasuk kaum muslimah sendiri merasa gerah

dan keberatan. Sebagian besar masyarakat masih memandang orang yang

melakukan poligami dengan stigma negatif, meskipun orang yang berpoligami

tersebut telah menjalankannya sesuai dengan syari’at agama dan peraturan

perundang-undangan.5

Stigma negatif sering melekat pada orang-orang yang melakukan praktik

poligami. Seorang suami yang berpoligami pada hakikatnya telah melakukan

penghinaan terhadap perempuan. Sebab, tidak ada satupun perempuan yang rela

dimadu, sebagaimana halnya laki-laki, tidak ada yang rela dan bersedia untuk

dimadu.6 Tidak berhenti sampai di situ, laki-laki yang melakukan poligami

kemudian merasa puas dan berbahagia dengan poligami adalah laki-laki yang

mengabaikan kewajiban dan tanggungjawab sebagai seorang suami yang

ditentukan dalam agama.7 Seorang suami yang melakukan poligami dianggap

tidak akan mampu membangun keluarga yang harmonis.

4
Abu Umar Basyir, Poligami Anugrah yang Terdzalimi, (Solo: Rumah Dzikir, 2010), hlm.
41.
5
Agus Salim, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 1989),
hlm. 82.
6
Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, ... hlm. 50.
7
Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, ... hlm. 55.
2
Hukum Islam mengatur kehadiran poligami sebagai hal yang mubah, namun

demikian dalam pelaksanaan poligami tersebut harus dibarengi dengan keadilan

terhadap para isteri dan penuh dengan tanggung jawab. Apabila tidak dibarengi

dengan rasa keadilan tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak negatif

bagi orang yang melakukan poligami.8

Sangat jelas Islam mensyaratkan bolehnya poligami dengan dua orang

syarat: pertama, adil, dan kedua mampu memberikan nafkah. Adil adalah

memberi sama rata di antara isteri-isteri dalam hak-hak perkawinan yang wajib

terhadap wanita, yaitu sama dalam membagi waktu bermalam, pemberian dan

nafkah lahiriah, sedangkan cinta di dalam hati, hal itu tidak mungkin dibagi rata di

antara mereka, dan tidak mudah bagi seorang laki-laki untuk membagi

kecenderungan hatinya kepada semua isterinya seukuran kadar cinta kepada

seorang isteri.9 Selain itu Allah mengajarkan bahwa dalam keluarga haruslah

terdapat pergaulan yang baik antara suami istri, sehingga keduanya berlaku adil.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an surat An-Nisaa’: 19.

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوْا َال ِحَي ُّل َلُك ْم َأن َتِر ُثوْا الِّنَس اء َك ْر ه ًا َو َال َتْع ُض ُلوُه َّن ِلَت ْذ َه ُبوْا ِبَبْع ِض َم ا آَتْيُتُم وُه َّن‬
‫ِف ِإ ِر‬ ‫ِب‬ ‫ِت ِب ِح ٍة ٍة ِش‬ ‫ِإ‬
‫َّال َأن َيْأ َني َف ا َش ُّم َبِّيَن َو َعا ُر وُه َّن اْلَم ْع ُر و َف ن َك ْهُتُم وُه َّن َفَعَس ى َأن َتْك َر ُه وْا َش ْيئًا َو ْجَيَع َل‬
﴾١٩﴿ ‫الّلُه ِفيِه َخرْي ًا َك ِثريًا‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan

8
Huzaimah Tahido Yanggo, Pandangan Islam tentang Gender, Dalam Membincang
Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam, hlm. 2.
9
Karam Hilmi Farhat, Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani, dan Yahudi, (Jakarta:
Darul Haq, 2007, Cet. Pertama), hlm. 45-46.
3
bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisaa’ (4):
19)10
Ketika seseorang memutuskan untuk berstatus mempunyai isteri lebih dari

satu, pada saat itu sebenarnya ia telah membuat sebuah keputusan besar dalam

hidupnya. Keputusan itu sendiri semestinya didasari oleh kesadaran bahwa akan

banyak konsekuensi yang mesti dihadapi. Lagi pula, tak jarangstatus berpoligami

mendapat cemooh dari masyarakat. Meski tak sedikit yang sudah dapat menerima

dengan tangan terbuka.

Apapun alasannya, status seseorang yang berpoligami atau mempunyai

isteri lebih dari satu, memiliki resiko dan beban yang lebih berat dibanding

perkawinan monogami. Karena pada umumnya rumah tangga dijalani oleh dua

orang, yaitu suami dan satu orang isteri, ketika dalam berumah tangga dijalani

oleh suami dan dua orang isteri tentunya beban dan tanggung jawab semakin

besar pula serta bagaimana kehidupan berkeluarga itu tercipta keluarga yang

harmonis dan mendapat predikat keluarga sakīnah, mawaddah wa rahmah.

Keluarga sakīnah adalah keluarga yang didalamnya terdapat cinta kasih

antara suami dan isteri, memiliki prinsip saling membantu dan melengkapi dalam

pembagian tugas antara suami dan isteri dalam urusan keluarga maupun urusan

publik sesuai kesepakatan bersama. Dalam Islam, setiap manusia diakui sebagai

pemimpin yang masing-masing harus mempertanggung jawabkannya kepada

suami atau sebaliknya.11

10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamah, (Bogor: Departemen Agama RI.
2007), hlm.
11
Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, (Jakarta: LKA&J, 1999), hlm. 9.
4
Keluarga yang baik menurut pandangan Islam biasa disebut dengan istilah

keluarga sakīnah. Ciri utama keluarga ini adalah adanya cinta kasih yang

permanen antara suami dan isteri. Hal ini bertolak dari prinsip perkawinan yang

Mitsaqan Ghalizha (QS. An-Nisa/4: 21), yaitu perjanjian yang teguh untuk saling

memenuhi kebutuhan satu sama lain. Ciri ini juga dibangun atas dasar prinsip

bahwa membangun keluarga adalah amanat yang masing-masing terikat untuk

menjalankannya sesuai dengan ajaran Allah SWT. Selain itu keluarga sakīnah

pada dasarnya memperhatikan prinsip terutama saling membantu dan melengkapi

dalam pembagian tugas antara suami dan isteri dalam urusan keluarga maupun

urusan publik sesuai kesepakatan bersama. Dalam Islam, setiap manusia diakui

sebagai pemimpin yang masing-masing harus mempertanggung jawabkannya

kepada suami atau sebaliknya.12

Berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits, keluarga sakīnah merupakan impian

dan harapan setiap muslim yang melangsungkan perkawinan dalam rangka

melakukan pembinaan keluarga. Demikian pula dalam keluarga terdapat

peraturan-peraturan baik rinci maupun global yang mengatur individu maupun

keseluruhannya sebagai satu kesatuan. Islam memberikan ajaran agarrumah

tangga menjadi surga yang dapat menciptakan ketentraman, ketenangan dan

kebahagiaan dalam upaya mengantisipasi pengaruh budaya dari luar yang negatif.

Salah satu contoh keluarga poligami yang memiliki ciri-ciri keluarga

sakīnah di Indonesia yang bisa dilihat oleh semua orang adalah keluarga ustad

Arifin Ilham. Beliau sering memamerkan keharmonisan dan kemesraann

12
Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam Keluaga Islam, ... hlm. 8.
5
keluarganya di media masa dan media sosial. Kedua isterinya pun tampak akrab.

Tidak ada persaingan dan perselisihan antara keduanya.13

Selain ustad Arifin Ilham, terdapat beberapa keluarga poligami di Desa

Sanguwatang, Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga, yang tetap

sakīnah. Perkawinan poligami di desa tersebut sudah dianggap biasa bahkan

menjadi suatu kewajaran bagi suami yang memang mampu untuk melakukan

perkawinan poligami. Dengan perkawinan poligami tersebut keluarga mereka

tetap bahagia dan hidup tentram.

Hasil pra-penelitian penulis, di Desa Sanguwatang, Kecamatan

Karangjambu, Kabupaten Purbalingga, terdapat 3 keluarga poligami yang terlihat

hidup sakīnah, tetap bahagia dan hidup tentram. Tiga (3) keluarga tersebut

mempunyai dua (2) istri dan keturuanan dari keduanya. Istri dan anak mereka

hidup berdampingan dalam satu lingkungan. Kedua isterinya pun tampak akrab,

saling membantu dan saling melengkapi satu sama lain. Sedangkan anak-anak dari

isteri pertama ataupun isteri kedua terlihat rukun dan bahagia, tidak ada perbedaan

antara mereka.14

Dengan melihat latar belakang permasalahan pada masyarakat desa

Sanguwatang, Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga, maka penulis

tertarik untuk meneliti dan mencari informasi tentang pembentukan keluarga

sakīnah pada perkawinan poligami dengan mengangkat judul “MEMBENTUK

13
https://m.detik.com/hot/celeb/d-3487947/potret-akur-poligami-ustad-arifin-ilham-sebut-
2-istrinya-bidadari. Diakses Pada, 12 Mei 2023. Pukul, 20:44 WIB.
14
Hasil wawancara dengan keluarga Bapak PS, Bapak SR, dan Bapak DR, di Desa
Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 20 Mei 2023.
6
KELUARGA SAKĪNAH DALAM PERNIKAHAN POLIGAMI (Studi Kasus

di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana cara membentuk keluarga sakīnah dalam pernikahan poligami

menurut para pelaku pernikahan poligami di desa Sanguwatang?

2. Bagaimana bentuk keluarga sakīnahdalam pernikahan poligami menurut

hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara membentuk keluarga sakīnah dalam pernikahan

poligami menurut para pelaku pernikagan poligami di desa Sanguwatang.

2. Untuk mengetahui bentuk keluarga sakīnah dalam pernikahan poligami

menurut hukum Islam.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis

Yaitu untuk memenuhi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar

kesarjanaan strata satu pada Fakultas Sosial, Ekonomi dan Humaniora.

7
2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan Hukum

Islam yang diharapkan mampu berkontribusi pada perkembangan hukum dan

zaman.

E. Telaah Pustaka

Poligami merupakan sebuah fenomena yang menarik perhatian publik di

semua kalangan sehingga menjadi sebuah fenomena yang kontroversial disegala

penjuru dunia terutama di Negara-Negara muslim, sehingga penuh dengan

perdebatan. Memang dalam Islam, poligami merupakan fakta sejarah dan budaya

kaum terdahulu, itu semua dipaparkan dalam Al-Qur’an dan Hadits, namun

bagaimana publik mengeksplorasi makna tersebut, sejauh manamereka

mengkajinya dan mengartikan istilah poligami agar sesuai dengan isi teks aslinya

yaitu Al-Quran, dan tidak mempunyai pengertian bahwa poligami adalah warisan

budaya yang harus di hapuskan.

Penulis melakukan telaah pustaka terhadap studi terdahulu terlebih dahulu,

dalam review skripsi penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya dengan konsep

keluarga sakīnah bagi perkawinan poligami, diantaranya:

Skripsi karya Ade Irma Imamah, dengan judul “Konsep Keluarga Sakīnah

Bagi Perkawinan Poligami (Studi Kasus di Desa Sanguwatang Kecamatan Parung

Kabupaten Bogor)”.15 Penelitian ini membahas tentang konsep keluarga sakīnah

di Desa Sanguwatang, dalam melakukan peraktik poligami banyak yang tidak


15
Ade Irma Imamah, “Konsep Keluarga Sakīnah Bagi Perkawinan Poligami (Studi Kasus
di Desa Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)”, Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).
8
diputuskan oleh pengadilan. Dikarenakan berbagai faktor, salah satunya adalah

faktor ekonomi dan ketidaktahuan mengenai aturan poligami.

Skripsi karya Mahrus Shalah, dengan judul “Keluarga Sakīnah Dalam

Perkawinan Poligami (Studi Kasus : Keluarga Kyai Uhi Sholahi Ketua PCNU

Kabupaten Pandeglang)”.16Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Kyai Uhi

Solahi telah mampu membangun keluarga sakīnah dalam perkawinan poligami

dengan berbagai macam faktor, salah satunya adalah penerimaan dari kedua isteri

dan berlaku adil dalam segala hal. Kedua isterinyapun tampak akrab, saling

membantu dan saling melengkapi satu sama lain. Anak-anak Kyai Uhi Solahi,

baik dari isteri pertama ataupun isteri kedua terlihat rukun dan bahagia. Dalam

mengelola keluarga poligami Kyai Uhi Solahi tidak membeda-bedakan antara

isteri pertama dan isteri kedua. Kedua isterinya memiliki peranan masing-masing

dalam rumah tangga, dan keduanya bisa saling melengkapi satu sama lain. Begitu

pula dengan anak-anaknya, baik dari isteri pertama maupun isteri kedua, Kyai Uhi

Solahi tidak memberikan perlakuan yang khusus kepada salah satu anaknya.

Semua anaknya mendapatkan kasih sayang dan pendidikan yang sama.

Skripsi karya Inten Mutia Ramadhan, dengan judul “Perkawinan Poligami

Menurut Pandangan Santri Pondok Pesantren Ki Ageng Giring Dilihat Dari Segi

Sakīnah Mawaddah Dan Rahmah”.17Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

keluarga sakῑnah mawaddah dan rahmah dapat tercapai baik dalam perkawinan

monogami maupun poligami. Karena tercapai tidaknya hal tersebut memang


16
Mahrus Shalah, “Keluarga Sakīnah Dalam Perkawinan Poligami (Studi Kasus : Keluarga
Kyai Uhi Sholahi Ketua PCNU Kabupaten Pandeglang)”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, 2017).
17
Inten Mutia Ramadhan, “Perkawinan Poligami Menurut Pandangan Santri Pondok
Pesantren Ki Ageng Giring Dilihat Dari Segi Sakīnah Mawaddah Dan Rahmah”, Skripsi,
(Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2018).
9
tergantung dari bagaimana cara suami bersikap sebagai kepala keluarga. Jadi,

peran seorang suami sangat besar untuk dapat mewujudkan keluarga sakῑnah

mawaddah dan rahmah.

Penulis melakukan review studi terdahulu oleh Fathurrohman yang berjudul

“Status Poligami lebih dari Empat (Studi Kasus Terhadap Kustoro Rahardjo di

Pemalang)”. Di dalam skripsi ini menjelaskan tentang Kustoro Rahardjo yang

mempunyai isteri lebih dari empat bertentangan dengan hukum Negara, tetapi

walaupun begitu Kustoro Rahardjo dapat berlaku adil terhadap sembilan

isterinya.18

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Sufiyan dengan judul “Adil sebagai

Syarat Permohonan Izin Poligami (Studi atas Persepsi Hakim Pengadilan Agama

Jakarta Timur)”. Dalam skripsinya menjelaskan bahawa adil adalah salah satu

syarat izin poligami bagi suami.19

Penelitian dari Ahmad Nafi’i dengan judul “Konsep Adil dalam Izin

Poligami (Analisis Yurispudensi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Perkara No.

205/pdt.G/2008 PA.Bks)”,menjelaskan konsep adil terhadap para isteri sesuai

dengan putusan Pengadilan Agama Bekasi.20

Jurnal karya A. M. Ismatullah, dengan judul “Konsep Sakīnah, Mawaddah

dan Rahmah dalam Al-Qur’an (Presfektif Penafsiran Kitab Al-Qur’an dan

18
Fathurrohman, “Status Poligami lebih dari Empat (Studi Kasus Terhadap Kustoro
Rahardjo di Pemalang)", Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010).
19
Ahmad Sufiyan, “Adil sebagai Syarat Permohonan Izin Poligami (Studi atas Persepsi
Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur)”, Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011).
20
Ahmad Nafi’i, “Konsep Adil dalam Izin Poligami (Analisis Yurispudensi Putusan
Pengadilan Agama Bekasi Perkara No. 205/pdt.G/2008 PA.Bks)’, Skripsi, (Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).
10
Tafsirnya)”.21 Hasil penelitian ini menunjukkan konsep sakīnah, dalam QS. al-

Rum ayat 21, dalam al-Qur’an dan Tafsirnya Departemen Agama ditafsirkan

dengan cenderung dan tenteram. Penafsiran ini tidak jauh berbeda dengan

penafsiran yang dikemukakan oleh mufassir lainnya. Sedangkan dalam

menafsirkan konsep mawaddah dan rahmah, al-Qur’an dan Tafsirnya Departemen

Agama merujuk kepada berbagai pendapat para ulama, sehingga apa yang

dijelaskannya, menurut penulis sifatnya mengakomodir dari berbagai pendapat.

Misalnya, pendapat Mujahid dan Ikrimah yang berpendapat bahwa kata

mawaddah adalah sebagai ganti dari kata “nikah” (bersetubuh), sedangkan kata

rahmah sebagai kata ganti “anak”. Ada yang berpendapat bahwa mawaddah

tertuju bagi anak muda, dan rahmah bagi orang tua. Ada pula yang menafsirkan

bahwa mawaddah ialah rasa kasih sayang yang makin lama terasa makin kuat

antara suami istri.

Jurnal karya Abdul Qodir Zaelani, Issusanto, dan Abdul Hanif, dengan judul

“Konsep Keluarga Sakīnah Dalam Al-Qur'an”. Hasil penelitian ini membentuk

keluarga bahagia (sakīnah) tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak

rintangan menghadang, dan dinamika yang mengguncang. Diperlukan

pemahaman yang dalam untuk bisa menjalankannya sehingga cita-cita menjadi

keluarga bahagia dapat terwujud. Berdasarkan pendekatan normatif, ditemukan

konsep keluarga sakīnah dalam Alquran. Setelah ditelusuri, dalam Alquran secara

implisit dijelaskan hakikat, visi dan fungsi berkeluarga. Terkonsep dalam

Alquran, agar terbentuk keluarga sakīnah, diperlukan etika yang baik oleh anak
21
A. M. Ismatullah, “Konsep Sakīnah, Mawaddah dan Rahmah dalam Al-Qur’an
(Presfektif Penafsiran Kitab Al-Qur’an dan Tafsirnya)”, Mazahib: Jurnal Pemikiran Hukum Islam,
Vol. XIV, No. 1, Juni 2015, hlm. 53-64, https://doi.org/10.21093/mj.v14i1.335.
11
kepada orang tua, menerapkan prinsip saling menerima, menghargai,

mempercayai dan melengkapi, membudayakan berbuat kebaikan, saling

memposisikan diri masing-masing, mendidik keluarga (intelektual, kepribadian

dan sosial, akidah dan akhlak), serta menjalin hubungan akrab: menjalin ikatan

cinta antara anak dan orang tua (ouderlikemacht).22

Dari telaah pustaka yang penulis lakukan jelas sekali perbedaanya dengan

skripsi yang penulis tulis. Yang menarik dalam skripsi penulis adalah mencari

tahu bagaimana keluarga sakīnah bagi perkawinan poligami di desa Sanguwatang

dapat terwujud sehingga menjadi keluarga yang sakīnahdi antara orang-orang

yang melakukan poligami yang penuh pro dan kontra dengan para isteri mereka.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini disusun dalam lima bab, yaitu pendahuluan, landasan

teori, metode penelitian, hasil dan pembahasan serta penutup. Rinciannya adalah

sebaga berikut:

Bab satu yang merupakan pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, telaah pustaka, dan

sistematika penulisan.

Bab dua berupa landasan teori yang terdiri dari teori keluarga sakīnah

dengan sub judul: Pengertian Keluarga Sakīnah, Tujuan Keluarga Sakīnah, Ciri-

ciri Keluarga Sakīnah, dan Upaya membentuk Keluarga Sakīnah. Kemudian teori

22
Abdul Qodir Zaelani, Issusanto, dan Abdul Hanif, “Konsep Keluarga Sakīnah Dalam Al-
Qur'an”, El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law, Vol. 2, No.2, 2021, hlm.
36-60, https://doi.org/10.24042/el-izdiwaj.v2i2.10897.
12
poligami dengan sub judul : Pengertian Poligami, Poligami menurut Hukum Islam

dan Hukum Positif, Prosedur Perkawinan Poligami, dan Hikmah Poligami.

Bab tiga merupakan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian,

pendekatan penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, dan teknik anlisis data.

Bab empat yang merupakan hasil dan pembahasan analisis, terdiri dari

praktik poligami di Desa Sanguwatang, Kecamatan Karangjambu, Kabupaten

Purbalingga, dan kriteria standar dalam membentuk keluarga sakīnah menurut

para pelaku perkawinan poligami dan hukum Islam.

Bab lima berupa penutup yang terdiri dari kesimpulan dari jawaban

rumusan masalah dan saran-saran.

13
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Keluarga Sakīnah

1. Pengertian Keluarga Sakīnah

Keluarga sakīnah terdiri dari dua kata, yaitu kata keluarga dan sakīnah.

Keluarga dalam istilah fiqh disebut Usrah atau Qirabah yang telah menjadi

bahasa Indonesia yakni kerabat.1 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,

keluarga adalah sanak saudara.2 Sedangkan kata sakīnah dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah damai, tempat yang aman dan damai. Sakīnah

berasal dari kata “Sakana, Yaskunu, Sakinatan” yang berarti rasa tentram,

aman dan damai.3 Menurut Quraish Shihab menjelaskan bahwa kata sakīnah

berarti diam atau tenangnya sesuatu yang bergejolak. Jadi keluarga sakīnah

adalah keluarga yang mampu menciptakan suasana kehidupan yeng tentram,

dinamis dan aktif, yang asih, asah dan asuh.4

Firman Allah QS. Ar-Rum 30:21.

‫َو ِم ْن آَياِتِه َأْن َخ َلَق َلُك م ِّم ْن َأنُف ِس ُك ْم َأْز َو اجًا ِّلَتْس ُك ُنوا ِإَلْيَه ا َو َجَع َبْيَنُك م َّم َّدًة َو َر َمْحًة ِإَّن يِف‬
‫َو‬ ‫َل‬
﴾٢١﴿ ‫َذِلَك آَل َياٍت ِّلَق ْو ٍم َيَتَف َّك ُر وَن‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.”
1
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqh, (Jakarta:
Departemen Agama, 1984/1985), Jilid II, Cet. Ke-2, hlm. 156.
2
Muhammad Ali, Kamus Besar Bahasa Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, 1980), hlm. 175.
3
Poewadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hlm.
851.
4
Asrofi dan M. Thohir, Keluarga Sakinah Dalam Tradisi Islam Jawa, (Yogyakarta: Arindo
Nusa Media, 2006), hlm. 3.
14
Ayat tersebut menjelaskan bahwa keluarga sakīnah merupakan impian

dan harapan setiap muslim yang melangsungkan perkawinan dalam rangka

melakukan pembinaan keluarga. Demikian pula dalam keluarga terdapat

peraturan-peraturan baik yang rinci maupun global, yang mengatur individu

maupun keseluruhannya sebagai kesatuan. Islam memberikan ajaran agar

rumah tangga menjadi surga yang dapat menciptakan ketentraman,

ketenangan dan kebahagiaan, dalam upaya mengantisipasi pengaruh budaya

luar yang negatif. Inilah ciri khas keluarga sakīnah yang Islami. Mereka

(suami-isteri) berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkhidmat kepada

aturan dan beribadah kepada Allah swt.5

Seiring dengan pengertian tersebut, keluarga sakīnah di definisikan

sebagai keluarga yang dibina atas ikatan perkawinan yang sah, mampu

memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan

seimbang,diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan

lingkungandengan selaras, serasi serta mampu menghayati dan mengamalkan

nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlakul karimah dengan baik.6

2. Tujuan Keluarga Sakīnah

Keluarga sakīnah yang penuh diliputi suasana kasih sayang, cinta

mencintai antar sesama anggota keluarga adalah menjadi idaman setiap orang

yang menikah. Dimana hal itu akan tercapai jika masing-masing pihak suami

maupun isteri dapat melaksanakan kewajiban dan hak secara seimbang, serasi

5
Cahyadi Takariawan, Pernik-pernik Rumah Tangga Islami, (Surakarta: Intermedia, 2001),
Cet. III, hlm. 37.
6
Asrofi dan M. Thohir, Keluarga Sakinah Dalam Tradisi Islam Jawa, hlm. 11.
15
dan selaras. Selain menjalani kehidupan rumah tangga dilandasi nilai-nilai

agama dan dapat menerapkan akhlakul karimah.

Kehidupan keluarga sakīnah memiliki tujuan mulai di sisi Allah SWT,

yakni untuk mendapatkan rahmat dan ridha Allah SWT sehingga dapat hidup

bahagia di dunia dan di akhirat. Untuk mendapatkan limpahan rahmat dan

ridho Allah swt, maka rumah tangga atau keluarga tersebut setidaknya

memenuhi lima syarat, yakni:

a. Anggota keluarga itu taat menjalankan Agamanya;

b. Yang muda menghormati yang tua, dan yang tua menyayangi yang muda;

c. Pembiayaan keluarga itu harus berasal dari rizki yang halal;

d. Hemat dalam pembelanjaan dan penggunaan harta;

e. Cepat mohon ampun dan bertaubat bila ada kesalahan dan kehilafan serta

saling maaf memaafkan sesama manusia.

Rumah tangga yang Islami adalah rumah tangga yang laksana surga

bagi setiap penghuninya, tempat istirahat pelepas lelah, tempat bersenda

gurau yang diliputi rasa bahagia, aman dan tentram.

Rumah tangga yang sakīnah, baik secara lahir maupun batin dapat

merasakan ketentraman, kedamaian dimana segala hajat lahir dan batin

terpenuhi secara seimbang, serasi dan selaras. Kebutuhan batin yaitu dengan

adanya suasana keagamaan dalam keluarga serta pengamalan akhlakul

karimah oleh setiap anggota keluarga, komunikasi yang baik antara suami,

16
isteri, dan anak-anak. Kebutuhan lahir terpenuhi juga materi sandang, pangan,

papan, dan lain-lain.7

3. Ciri-ciri Keluarga Sakīnah

Keluarga dapat dikatakan keluarga yang sakīnah jika mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut:8

a. Pembentukan Rumah Tangga.

Ketika menyetujui pembentukan rumah tangga, suami dan isteri

bukan sekedar melampiaskan kebutuhan seksual mereka, namun tujuan

utamanya adalah saling melengkapi dan menyempurnakan, memenuhi

panggilan fitrah dan sunnah, menjalin persahabatan dan kasih sayang, serta

meraih ketenangan dan ketentraman insani. Dalammemilih jodoh, standar

dan tolak-ukur Islam lebih menitik beratkan pada sisi keimanan dan

ketakwaan.

b. Tujuan Pembentukan Rumah Tangga

Tujuan utamanya melaju di jalan yang telah digariskan Allah dan

senantiasa mengharapkan keridhaan-Nya.

c. Lingkungan

Dalam keluarga, upaya yang senantiasa digalakkan adalah

memelihara suasana penuh kasih sayang dan masing-masing secara

sempurna. Lingkungan rumah tangga merupakan tempat yang cocok bagi

pertumbuhan, ketenangan, pendidikan, dan kebahagiaan para anggotanya.

7
Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), Cet. Ke-4,
hlm. 16.
8
Ali Qaimi, Single Parent Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak, (Bogor: Cahaya, 2003),
hlm. 15-18.
17
d. Hubungan Antara Kedua Pasangan

Dalam rumah tangga, suami isteri berupaya saling melengkapi dan

menyempurnakan. Mereka berusaha untuk saling menyediakan sarana bagi

perkembangan dan pertumbuhan sesama anggotanya.

e. Hubungan Dengan Anak-Anak

Orang tua menganggap anak-anak mereka sebagai bagian dari

dirinya. Asas dan dasar hubungan yang dibangun dengan anak-anak

mereka adalah penghormatan, penjagaan hak-hak, pendidikan dan

bimbingan yang layak, pemurnian kasih dan sayang, serta pengawasan

terhadap akhlak dan perilaku anak-anak.

f. Duduk Bersama

Orang tua senantiasa siap duduk bersama dan berbincang dengan

anak-anaknya, menjawab berbagai pertanyaan mereka, serta senantiasa

berupaya untuk memahami dan menciptakan hubungan yang mesra.

Manakala berada di samping ayah dan ibunya, anak-anak akan merasa

aman dan bangga. Mereka percaya bahwa keberadaan ayah dan ibu adalah

kebahagiaan. Bahkan mereka senantiasa berharap agar kedua orang tuanya

selalu berada di sampingnya dan jauh dari perselisihan, pertikaian, dan

perbantahan.

g. Kerjasama dan Saling Membantu

Masing-masing keluarga memiliki perasaan mana yang baik bagi

dirinya adalah baik bagi yang lain. Persahabatan antara mereka adalah

persahabatan yang murni, tanpa pamrih, sangat kuat dan erat. Aktivitas

18
dan tindakan mereka masing-masing bertujuan untuk kerelaan dan

kebahagiaan yang lain, bukan untuk mengganggu dan saling melimpahkan

beban kasih sayang mereka tanpa pamrih.

h. Upaya Untuk Kepentingan Bersama

Saling berupaya untuk memenuhi keinginan pasangannya yang

sejalan dengan syari’at dan saling memperhatikan selera masing- masing,

saling menjaga dan memperhatikan serta selalu bermusyawarah yang

berkaitan dengan masalah yang sifatnya untuk kepentingan bersama.

Disamping itu yang menjadi karakteristik dari keluarga sakīnah antara

lain:

a. Adanya ketenangan jiwa yang ditandai dengan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

b. Adanya hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat.

c. Terjamin kesehatan jasmani dan rohani serta sosial.

d. Cukup sandang, pangan, dan papan.

e. Adanya jaminan hukum terutama hak asasi manusia.

f. Tersedianya pelayanan pendidikan yang wajar.

g. Adanya jaminan hari tua.

h. Tersedianya fasilitas rekreasi yang wajar.

Berdasarkan pengertian yang dirumuskan oleh BP4, maka dapat

diuraikan bahwa ciri-ciri keluarga sakīnah adalah:

a. Keluarga dibina dari keluarga yang sah.

19
b. Keluarga mampu memahami hajat hidup baik secara materil maupun

spiritual yang layak.

c. Keluarga mampu menciptakan suasana cinta kasih dan kasih sayang antara

sesama anggota.

d. Keluarga mampu menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai keimanan,

ketaqwaan, amal shaleh, dan akhlakul karimah.

e. Keluarga mampu mendidik anak dan remaja minimal sampai dengan

sekolah menengah umum.

f. Kehidupan sosial ekonomi keluarga mampu mencapai tingkat yang

memadai sesuai dengan ukuran masyarakat yang maju dan mandiri.9

Keluarga sakīnah terdiri dari beberapa tingkatan yang memiliki

karakter tersendiri atau khusus, yaitu:

a. Tingkatan Keluarga Sakīnah I

1) Tidak ada penyimpang pada peraturan syariat dan UUP No. 1 Tahun

1974.

2) Keluarga memiliki surat nikah.

3) Mempunyai perangkat sholat.

4) Terpenuhinya kebutuhan makanan pokok.

5) Keluarga memiliki buku Agama.

6) Memiliki al-Qur’an.

7) Memiliki ijazah SD.

8) Tersedia tempat tinggal sekalipun kontrak.

9
Danuri,PertambahanPendudukdanKehidupanKeluarga,
(Yogyakarta:LPPKIKIP,1976),hlm. 19.
20
9) Memiliki dua pasang pakaian yang pantas.

b. Tingkatan Keluarga Sakīnah II

1) Menurunkan angka perceraian.

2) Meningkatkan penghasilan keluarga melebihi kebutuhan pokok.

3) Memiliki ijazah SLTP.

4) Banyaknya keluarga yang memiliki rumah sendiri meskipun sederhana.

5) Banyaknya keluarga yang ikut kegiatan sosial keagamaan.

6) Dapat memenuhi empat sehat lima sempurna.

c. Tingkatan Keluarga Sakīnah III

1) Meningkatnya keluarga dan gairah keagamaan di masjid maupun di

keluarga.

2) Keluarga aktif menjadi pengaruh kegiatan keagamaan dan sosial

kemasyarakatan.

3) Meningkatnya kesehatan masyarakat.

4) Keluarga utuh tidak cerai.

5) Memiliki ijazah SLTA.

6) Meningkatnya pengeluaran shadaqah.

7) Meningkatnya pengeluaran qurban.

d. Tingkatan Keluarga Sakīnah IV

1) Banyaknya keluarga yang telah melaksanakan ibadah haji.

2) Makin meningkatnya tokoh Agama dan organisasi dalam keluarga.

3) Makin meningkatnya jumlah wakif.

21
4) Makin meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memahami ajaran

Agama.

5) Keluarga mampu mengembangkan ajaran Agama.

6) Banyaknya anggota keluarga yang memiliki ijazah sarjana.

7) Masyarakat berakhlakul karimah.

8) Keluarga yang di dalamnya tumbuh cinta kasih.10

4. Upaya Membentuk Keluarga Sakīnah

Dalam suatu perjalanan rumah tangga tidak selalu berisikan senyum

dan tawa, tetapi sesekali terdapat perselisihan antara suami dan isteri. Karena

itulah, ketika hendak melangkah ke jenjang perkawinan dianjurkan memilih

jodoh yang baik (sholeh atau sholehah), hal ini tidak lain hanya untuk

bertujuan dalam membina perkawinan yang bahagia, sakīnah dan harmonis.

Untuk itu, dalam upaya membina keluarga yang sakīnah perlu diperhatikan

berbagai aspek secara menyeluruh, di antaranya peranan masing-masing

suami dan isteri, baik yang individual maupun yang dimiliki bersama.11

Namun selain mengetahui peranan masing-masing suami dan isteri,

terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membentuk keluarga

sakīnah, yaitu:

a. Saling pengertian.

b. Saling sabar.

c. Saling terbuka.

10
Ahmad Sutarmadi, Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020,
(Surabaya: BP4, 1997), hlm. 25-26.
11
Dedi Junaedi, Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut al-Qur’an dan as-
Sunnah, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2003), edisi pertama, hlm. 220.
22
d. Toleransi.

e. Kasih sayang.

f. Komunikasi.

g. Adanya kerjasama.12

B. Poligami

1. Pengertian Poligami

Kata poligami berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “poly” atau

“polus” yang berarti banyak, dan dari kata “gamei” yang artinya kawin atau

perkawinan. Maksudnya dari pengertian tersebut adalah laki-laki yang

beristeri lebih dari satu orang wanita dalam suatu ikatan perkawinan.13

Kata poligami berasal dari bahasa Yunani pecahan dari kata “poly”

yang artinya banyak, dan “gamein” yang berarti pasangan, kawin atau

perkawinan. Secara epistemologis poligami adalah “suatu perkawinan yang

banyak” atau dengan kata lain adalah suatu perkawinan yang lebih dari

seorang, seorang laki-laki memiliki isteri lebih dari satu pada wakru yang

bersamaan.14

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

pengertian poligami adalah “ikatan perkawinan yang salah satupihak

12
Ali Qaimi, Single Parent Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak, ..., hlm. 187.
13
Sufyan Raji Abdullah, Poligami dan Eksitensinya, (Jakarta: CV. Cahaya Esa, 2004), hlm.
49.
14
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), Cet. Ke-7,
hlm. 799.
23
memiliki atau mengawini beberapa lawan jenis dalam waktu yang

bersamaan.15

Term poligami ini sebenarnya mempunyai makna umum, yaitu

memiliki dua orang isteri atau lebih dalam waktu yang bersamaan. Adapun

kebalikan dari perkawinan seperti ini adalah monogami yaitu perkawinan

dimana suami hanya memiliki seorang isteri.16

Dalam Islam poligami mempunyai arti memilki isteri lebih dari satu,

dengan batasan umum yang telah ditentukan. Al-Qur’an memberi penjelasan

empat untuk jumlah isteri meskipun ada yang mengatakan lebih dari itu.

Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan penafsiran tentang

ayat yang menyatakan boleh berpoligami.17

Opini masyarakat Islam mengenai kebolehan berpoligami yaitu

anggapan jumlah perempuan yang semakin bertambah dibandingkan dengan

jumlah laki-laki yang ada, tersebutkan dalam rasio perbandingan 1:3. Dengan

alasan tersebut para ulama berpendapat bahwa tujuan ideal dalam Islam

dalam perkawinan adalah monogami. Tentang konsep poligami yang jelas

tertulis dalam ayat al-Qur’an itu, menurut sebagian mereka adalah hak karena

tuntutan zaman ketika masa nabi, yang ketika itu banyak anak yatim atau

janda yang ditinggal bapak atau suaminya. Sedangkan sebagian pendapat lain

menyatakan bahwa kebolehanberpoligami hanyalah bersifat darurat atau

kondisi terpaksa, karena agama adalah memberikan kesejahteraan (maslahat)

15
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ..., hlm. 18.
16
Bibit Suprapto, Liku-liku Poligami, (Yogyakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999), Cet. Ke-1,
hlm. 71.
17
Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2007), cet. Ke-1, hlm. 119.
24
bagi pemeluknya. Sebaliknya, agama mencegah adanya darurat atau

kesusahan. Darurat dikerjakan jika hanya sangat terpaksa.18

2. Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam

Mengenai dasar penetapan hukum poligami sendiri terpengaruh dengan

proses sejarah poligami dan juga hal-hal yang berkaitan dengan konsep tujuan

berpoligami. Bangsa Arab dan non Arab sebelum Islam datang sudah terbiasa

berpoligami. Ketika Islam datang, Islam membatasi jumlah isteri yang boleh

dinikahi. Islam mengajarkan dan memberikan arahan untuk berpoligami yang

adil dan sejahtera.19

Allah SWT membolehkan berpoligami sampai empat orang isteri

dengan syarat berlaku adil kepada mereka. Adapun adil dalam melayani

isteri, seperti urusan nafkah, tempat tinggal, pakaian, giliran dan segala hal

yang bersifat lahiriah. Jika tidak bisa berlaku adil maka cukup satu orang

isteri saja.20 Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 3

yang berbunyi:

‫َلُك م ِّم َن الِّنَس اء َم ْثىَن َو ُثَالَث َو ُرَباَع َفِإْن‬ ‫ِك‬ ‫ِس‬ ‫ِخ‬
‫َو ِإْن ْف ُتْم َأَّال ُتْق ُطوْا يِف اْلَيَتاَم ى َفان ُح وْا َم ا َطاَب‬
‫ِل‬ ‫ِد‬
﴾٣﴿ ‫َأْد ىَن َأَّال َتُعوُلوْا‬ ‫ِخ ْف ُتْم َأَّال َتْع ُلوْا َفَو اِح َد ًة َأْو َم ا َم َلَك ْت َأَمْياُنُك ْم َذ َك‬
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya”.(QS. An-Nisa/4: 3)

18
Hartono Ahmad Jaiz, Waniata Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, ..., hlm. 117.
19
Hartono Ahmad Jaiz, Waniata Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, ..., hlm. 119.
20
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet. Ke-1, hlm.
129-130.
25
Apabila seorang laki-laki merasa tidak mampu berlaku adil, atau tidak

memiliki harta untuk membiayai isteri-isterinya, dia harus menahan diri

dengan hanya menikah dengan satu orang saja.

Sayyid Kutub berpandangan bahwa sering kali terjadi dalam kehidupan

hal-hal yang tidak dapat dipungkiri dan dilewatkan keberadaannya, seperti

halnya melihat masa subur laki-laki yang berlangsung hingga umur 70 tahun

atau di atasnya, sementara kesuburan seorang perempuan terhenti ketika

mencapai umur 50 tahun atau sekitarnya. Maka dari itu, terdapat jarak waktu

20 tahun masa subur laki-laki dibandingkan masa subur perempuan.21

Imam Malik berkata dalam al-Muwatha’ bahwa Ghailan bin Salman

memeluk Islam sedang mempunyai sepuluh isteri. Maka Rasulullah SAW

bersabda:

‫ِهِل ِة‬ ‫ِن ٍة‬ ‫ِف‬


‫َعْن اْبِن ُعَمَر َأَّن َغْياَل َن ْبَن َس َلَم َة الَّثَق َّي َأْس َلَم َو َلُه َعْش ُر ْسَو يِف اَجْلا َّي َفَأْس َلْم َن َمَعُه َف َأَم َر ُه‬
(22‫ ( رواه ترميدي‬. ‫الَّنُّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َأْن َيَتَخ َّيَر َأْر َبًعا ِم ْنُه َّن‬
“Dari ibnu Umar, bahwa Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi masuk Islam,
sedangkan ia mempunyai sepuluh orang istri pada zaman jahiliyah, lalu
mereka juga masuk Islam bersamanya, kemudian Nabi SAW memerintahkan
Ghailan untuk memilih (mempertahankan) empat diantara mereka.” (HR.
Tirmidzi).

Dalam hadits lain, Imam Daruquthni meriwayatkan:

‫ عن محيضة بنت‬،‫ عن ابن أىب ليلى‬،‫ ح ّد ثنا هش يم‬: ‫ح ّد ثنا أمحد بن إبراهيم الّد ورقي ق ال‬
‫ ف أتيت النبىّي صّلى اهلل‬،‫ أسلمت وعندي مثان نسوة‬:‫ ق ال‬،‫ عن قيس بن احلارث‬،‫الّش مردل‬
23
.‫ اخرت منهّن أربعا‬:‫ فقال‬،‫ فقلت ذلك له‬،‫عليه وسّلم‬

21
Abu Usamah Muhyidin dan Abu Hamid, Legalitas Poligami menurut Sudut Pandang
Ajaran Islam, (Yogyakarta: Sketsa, 2006), cet. Ke-1, hlm. 28.
22
Ali bin Umar Daruquthni, Sunan al-Daaruquthni, Transliterasi, (Beirut: Daar al-Fikr,
1994), jil.2, hlm. 166.
23
Ali bin Umar Daruquthni, Sunan al-Daaruquthni, Transliterasi, ..., hlm. 166.
26
“Ahmad ibn Ibrahim al-Dauraqī telah meriwayatkan hadis kepada kami, ia
berkata: Husyaim telah meriwayatkan hadis kepada kami dari Ibn Abī Laylā,
dari Ḥumaydhah bint al-Syamardal, dari Qais ibn al-Ḥārits, ia berkata: aku
telah masuk Islam dan aku memiliki delapan istri. Lalu, aku mendatangi Nabi
saw. dan menyampaikan perihal itu, Nabi pun menjawab, pilihlah empat
orang saja di antara mereka.”(HR. Daruquthni).

Mempunyai isteri lebih dari satu orang sangatlah penting bagi seorang

suami untuk berlaku seadil mungkin terhadap isteri-isterinya. Karena tujuan

perkawinan dalam Islam adalah untuk menciptakan keluarga yang sejahtera,

suami dan isteri-isterinya serta anak-anaknya dapat hidup rukun, damai dan

berkasih sayang. Sebagaimana yang dimaksudkan dalam al-Qur’an surat ar-

Ruum ayat 21:

‫َأنُف ِس ُك ْم َأْز َو اجًا ِّلَتْس ُك ُنوا ِإَلْيَه ا َو َجَع َبْيَنُك م َّم َّدًة َو َر َمْحًة ِإَّن يِف‬ ‫ِم ِتِه‬
‫َو ْن آَيا َأْن َخ َلَق َلُك م ِّم ْن‬
‫َو‬ ‫َل‬
﴾٢١﴿ ‫َذِلَك آَل َياٍت ِّلَق ْو ٍم َيَتَف َّك ُر وَن‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum/30: 21).

Ayat selanjutnya yang berkaitan dengan perkawinan poligami yaitu

yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 129:

‫ُت َفَال ِمَتيُل وْا ُك َّل اْل ِل َت َذ و ا َك اْل َّلَق ِة‬ ‫ِد‬ ‫ِط‬
‫َم ْي َف ُر َه ُم َع‬ ‫َو َلن َتْس َت يُعوْا َأن َتْع ُلوْا َبَنْي الِّنَس اء َو َل ْو َح َر ْص ْم‬
﴾١٢٩﴿ ‫َو ِإن ُتْص ِلُح وْا َو َتَّتُقوْا َفِإَّن الّلَه َك اَن َغُفورًا َّر ِح يمًا‬
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isteri
(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah
kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan
yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan
memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa/4: 129).

Kalau dilihat pada surat an-Nisa ayat 3 dan 129 yang telah disebutkan

di atas, dengan jelas menunjukkan bahwa pada saat perkawinan yang dianut

27
dalam Islam pun adalah monogami. Namun, kebolehan poligami apabila

syarat-syarat yang menjamin keadilan seorang suami kepada isteri-isterinya,

baik adil dalam segi material maupun dari segi spiritual.

Islam memandang poligami lebih banyak membawa madharat/resiko

dari pada manfaatnya, karena manusia itu menurut fitrahnya mempunyai

watak cemburu, iri hati dan suka mengeluh. Watak-watak tersebut akan

mudah timbul dengan kadar tinggi, jika hidup dalam kehidupan keluarga yang

poligamis. Dengan demikian, poligami itu bisa menjadi sumber konflik dalam

kehidupan keluarga, baik konflik antara suami dengan isteri dan anak-

anaknya, maupun konflik antara isteri beserta anaknya masing-masing. 24Oleh

karena itu asas perkawinan dalam Islam adalah menganut asas monogami.

3. Poligami Dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia

Penetapan dasar hukum mengenai poligami selain yang tertera dalam

surat an-Nisa ayat 3 mengenai kebolehan poligami, juga didasari oleh aspek-

aspek perundang-undangan yang ada. Dalam pasal 3, 4 dan 5 Undang-undang

No. 1 tahun 1974 sangat mengakomodir semua hal yang bersangkutan

mengenai poligami berikut juga persyaratannya.

Pada dasarnya Undang-undang perkawinan di Indonesia menganut

prinsip monogami, prinsip tersebut tercantum dalam pasal 3 ayat 1 Undang-

undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi: “Pada dasarnya

suatu perkawinan seorang pria hanya bolehmempunyai seorang isteri.

Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.25


24
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2006), cet. Ke-37, hlm. 538.
25
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, ..., hlm. 538.
28
Walaupun dalam Undang-undang perkawinan telah menganut prinsip

monogami tetapi dalam pelaksanaannya prinsip ini tidak berlaku mutlak,

dalam Undang-undang perkawinan di Indonesia tetap diperbolehkan poligami

dengan persyaratan yang sangat ketat, dan hanya orang-orang yang tertentu

saja yang dapat melakukannya.26

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang PerkawinanDalam

Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan aturan tentang

kebolehan beristeri lebih dari seorang terdapat dalam pasal 3, 4 dan 5 yang

berisikan alasan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk beristeri lebih

dari seoarang. Pasal 3 ayat (2) menerangkan bahwa: “Pengadilan dapat

memberikan izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang

apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan”. Ayat ini jelas

sekali bahwa Undang-undang perkawinan telah melibatkan Peradilan Agama

sebagai instansi yang cukup penting untuk mengabsahkan kebolehan

poligami bagi seseorang.27

Kemudian dalam pasal 4 ayat (1) menerangkan bahwa: “Apabila

seorang suami yang akan melakukan poligami, maka ia wajib mengajukan

permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya”. Selanjutnya

dalam ayat (2) disebutkan: “Alasan-alasan pengadilan mengizinkan seorang

suami berpoligami apabila: 1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya

26
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 156.
27
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, ....,
hlm. 156.
29
sebagai seorang isteri; 2. Isteri mendapat cacat badan/penyakit yang tidak

dapat disembuhkan; dan 3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Alasan di atas bernuansa fisik kecuali alasan yang ketiga. Alasan yang

ketiga terkesan suami tidak memperoleh kepuasan yang maksimal, maka

alternatifnya adalah poligami. Dalam pasal 5 Undang- undang No. 1 Tahun

1974 memberikan sejumlah persyaratan bagi seorang suami yang akan

beristeri lebih dari satu.28 Diantaranya adalah:

a. Adanya persetujuan dari isteri pertama;

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-

isteri dan anak-anaknya; dan

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri dan anak-

anaknya. Namun apabila isteri-isterinya tidak mungkin dimintai dalam

perjanjiannya, tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, tidak ada kabar

dari isterinya selama sekurang-kurangnya dua tahun, dan sebab-sebab lain

yang mendapatpenilaian dari hakim pengadilan, maka suami tidak dapat

memerlukan persetujuan dari isterinya.29

Perlu kita ketahui bahwa pada Pasal 4 adalah persyaratan alternatif,

artinya salah satu harus ada untuk dapat melakukan poligami. Sedangkan

Pasal 5 adalah persyaratan kumulatif, dimana seluruh persyaratan harus

dipenuhi oleh suami yang akan melakukan poligami.

4. Prosedur Perkawinan Poligami


28
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2006),
cet. Ke-1, hlm. 47.
29
Pasal 5 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
30
Mengenai prosedur dan tata cara poligami yang resmi diatur oleh Islam

memang tidak ada ketentuan secara pasti. Namun, di Indonesia telah

mengatur perkawinan poligami dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

dengan ketentuan sebagai berikut: “ Dalam hal suami akan beristeri lebih dari

seorang sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (2) Undang-Undang ini,

maka ia wajib mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat

tinggalnya. Aturan dalam pasal 3 ayat (2) adalah persetujuan dari isteri dan

kehendak pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam pasal 56 ayat(2) Kompilasi

Hukum Islam, memberikan prosedur dengan merujuk pada Peraturan

Pemerintah No. 9 Tahun 1975, yaitu:

“Pengajuan permohonan izin di maksud pada ayat (1) dilakukan menurut tata
cara sebagaimana di atur dalam BAB VIII Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun
1975”.

Pada pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 menyebutkan:

“Apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang maka
wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengadilan”.

Dalam kompilasi hukum Islam telah mengatur hal tersebut sebagai

berikut:Pasal 56 KHI

1. Suami yang hendak beristeri dari satu orang harus mendapat izin dari
Pengadilan Agama.
2. Pengajuan permohonan izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan menurut
tata cara sebagaimana yang diatur dalam Bab VIII Peraturan Pemerintah
No. 9 Tahun 1975.
3. Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau keempat tanpa
izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.
Pengadilan agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang
akan beristeri lebih dari seorang apabila:
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.
b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

31
Disamping syarat-syarat tersebut di atas, maka untuk memperoleh izin

Pengadilan Agama harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Adanya persetujuan isteri.

2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-

isteri dan anak-anak mereka.

Persetujuan isteri atau isteri-isteri dapat diberikan secara tertulis atau

dengan lisan, sekalipun telah ada persetujuan tertulis, persetujuan ini

dipertegas dengan persetujuan lisan pada sidang Pengadilan Agama.

Sedangkan tugas Pengadilan Agama diatur dalam pasal 41 PP No.9

Tahun 1975 sebagai berikut:

Pengadilan kemudian memeriksa mengenai:


1. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seseorang kawin lagi.
2. Ada atau tidaknya persetujun dari isteri, baik persetujuan lisan maupun
tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan
itu harus diucapkan di depan sidang pengadilan.
3. Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup
isteri-isteri dan anak-anak, dengan memperlihatkan:
a. Surat keterangan mengenai penghasilan suami ynag ditandatangani oleh
bendahara tempat bekerja; atau
b. Surat keterangan pajak penghasilan; atau
c. Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan.
4. Ada atau tidaknya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-
isteri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami yang
dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu.

Selanjutnya pada pasal 42 juga dijelaskan keharusan pengadilan

memanggil para isteri untuk memberikan penjelasan atau kesaksian. Didalam

pasal ini juga dijelaskan bahwa pengadilan diberi waktu selama30 hari untuk

memeriksa permohonan poligami setelah diajukan oleh suami lengkap

dengan persyaratannya.

32
Mengenai hukum poligami Allah membolehkan berpoligami sampai

empat orang isteri dengan syarat berlaku adil kepada mereka. Yaitu adil

dalam melayani isteri, seperti urusan nafkah, tempat tinggal, pakaian, giliran

dan segala hal yang bersifat lahiriah jika tidak bisa berlaku adil maka cukup

satu orang isteri saja (monogami).

Oleh karena itu, poligami hanya diperbolehkan, bila dalam keadaan

darurat, misalnya isteri ternyata mandul, sebab menurut Islam, anak itu

merupakan salah satu dari tiga human investment yang sangat berguna bagi

manusia setelah ia meninggal dunia, yakni bahwa amalnya tidak tertutup

berkah adanya keturunan yang sholeh yang selalu berdoa untuknya. Maka

dalam keadaan isteri mandul dan suami tidak mandul berdasarkan keterangan

medis hasil laboratoris, suami diizinkan berpoligami dengan syarat ia benar-

benar mampu mencukupi nafkah untuk semua keluarga dan harus bersikap

adil dalam pemberian nafkah lahir dan batin.

Jika suami khawatir berbuat zhalim dan tidak mampu memenuhi semua

hak mereka, maka ia haram melakukan poligami. Bila ia hanya sanggup

memenuhi hak-hak isterinya hanya tiga orang, maka ia haram menikahi isteri

untuk yang keempatnya. Bila ia hanya sanggup memenuhi hak-hak isterinya

dua orang, maka ia haram menikahi isteri yang ketiganya, dan begitu

seterusnya.

Mengenai adil terhadap isteri-isteri dalam masalah cinta dan kasih

sayang, Abu Bakar bin Araby mengatakan bahwa hal ini berada diluar

kesanggupan manusia, sebab cinta itu adanya dalam genggaman Allah SWT

33
yang mampu membolak-balikannya menurut kehendaknya. Begitu pula

dengan hubungan seksual, terkadang suami bergairah dengan isteri yang satu,

tetapi tidak bergairah dengan isteri yang lainnya. Dalam hal ini, apabila tidak

disengaja, ia tidak terkena hukum dosa karena berada di luar kemampuannya.

5. Hikmah Poligami

Selain ada dampak dari akibat berpoligami, maka dalam Islam

mempunyai ketentuan atau keharusan poligami mempunyai hikmah- hikmah

untuk kesejahteraan umat Islam itu sendiri. Adapun hikmah dari poligami itu

sendiri :30

a. Menghindari suami dari perzinahan;

b. Untuk menyalurkan hubungan seks biologis yang berlebihan;

c. Menghindari dari perceraian karena isteri mandul;

d. Untuk menghindari dari kelahiran anak-anak yang tidak sah;

e. Memberikan perlindungan dan kehormatan kepada kaum wanita;

f. Untuk menghibur perempuan yang ditinggal mati suaminya di medan

peperangan, agar tidak merasa kesepian.

30
Sufyan Raji Abdullah, Poligami dan Eksitensinya, (Jakarta: CV. Cahaya Esa, 2004), hlm.
82.
34
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan oleh pelaku suatu

disiplin ilmu untuk melakukan penelitian. Dalam metode penelitian

menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-

langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara

apa data tersebut diperoleh dan diolah atau dianalisis. Metode penelitian ini

ditentukan oleh maksud dan tujuan penelitian.0

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan

pendekatan kualitatif yaitu konsep penelitian yang menekankan pada aspek

proses dan makna suatu tindakan yang dilihat secara menyeluruh. Menurut

Subagyo mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 0 Pada dasarnya

penelitian ini berbasis lapangan namun penulis juga menggunakan literatur

berupa buku-buku, akses internet, dan hasil penelitian terdahulu sebagai

sumber data yang berkaitan dengan keluarga sakīnah dalam perkawinan

poligami ditinjau dari Hukum Islam.

0
Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi 1, (Jakarta: Granit, 2004), hlm.
70.
0
Joko Subagyo, Metodologi Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1994), hlm. 2.
35
B. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yuridis

sosiologis (sosiological yurisprudence)0 yaitu penelitian yang menggunakan

fenomena sosial dalam hal ini fenomena masyarakat Desa Sanguwatang,

Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga dalam memahami

keluarga sakīnah dalam pernikahan poligami. Pendekatan penelitiannya

adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan menganalisis fenomena keluarga

sakīnah dalam pernikahan poligami di Desa Sanguwatang, Kecamatan

Karangjambu, Kabupaten Purbalingga.

C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi dalam penelitian ini berlokasi di Desa Sanguwatang,

Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga.Selanjutnya untuk waktu

penelitian akan dilaksanakan mulai Juni - Juli 2023.

D. Subjek Penelitian

Sehubungan dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode

empiris, maka penelitian membutuhkan data primer yang diperoleh dengan

cara penelitian lapangan yang mana membutuhkan subjek penelitian yang

memiliki pengalaman serta pengetahuan mengenai objek yang sedang

diteliti. Subjek dari penelitian ini disebut juga responden, yaitu orang yang

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan untuk kepentingan

0
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1998), hlm. 52.
36
penelitian. Responden dari penelitian ini adalah 7 keluarga poligami yang

sakīnah, yaitu berinisial Bapak PS, Bapak SR, Bapak DR, Bapak WR Bapak

SN, dan Bapak YN di Desa Sanguwatang, Kecamatan Karangjambu,

Kabupaten Purbalingga.

E. Objek Penelitian

Objek menurut Nyoman Kutha Ratna sebagaimana dikutip oleh Muh.

Fitrah dan Luthfiyah adalah keseluruhan gejala yang ada disekitar

kehidupan manusia. Apabila dilihat dari sumbernya, objek dalam penelitian

kualitatif disebut situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat,

pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. 0 Adapun objek dari

penelitian ini adalah pernikahan poligami di Desa Sanguwatang, Kecamatan

Karangjambu, Kabupaten Purbalingga yang keluarganya sakīnahmawaddah

wa rahmah.

F. Sumber Data

Berdasarkan data-data yang akan diteliti dalam penelitian ini maka

sumber data yang diperlukan diantaranya:

a. Sumber Data Primer, adalah data yang langsung diperoleh dari sumber

data penyelidikan yang berfungsi untuk tujuan khusus. 0 Pada penelitian

ini data primer berasal dari hasil wawancara dengan 3 (tiga) keluarga

0
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metode Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas dan
Studi Kasus, (Surabaya: CV Jejak, 2018), hlm. 156.
0
Winarno, Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metodedan Teknik, (Bandung:
Tarsito, 1990), hlm. 163.
37
yang melakukan poligami di Desa Sanguwatang, Kecamatan

Karangjambu, Kabupaten Purbalingga.

b. Sumber Data Sekunder, merupakan sumber data atau informasi data yang

dijadikan sebagai pendukung.0 Sumber data tersebut berasal dari buku-

buku tentang poligami dan keluarga sakīnah, sebagai berikut: buku

“Poligami Anugrah yang Terdzalimi” karya Abu Umar Basyir, buku

“Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani, dan Yahudi” karya Karam

Hilmi Farhat, buku “Poligami Pro & Kontra” karya Saiful Islam

Mubarak, buku “Pandangan Islam Tentang Poligami” karya Musdah

Mulia, dan buku “Poligami Perspektif Perikatan Nikah” karya Titik

Triwulan Tutik. Selain itu juga diperoleh dari dokumen-dokumen dan

literatur-literatur yang berhubungan dengan keluarga sakīnah dalam

pernikahan poligami dan hukum Islam yang relevan dengan judul

penelitian yang telah penulis angkat.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data.0 Maka maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan

cara sebagai berikut:

0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabetta, 2010),
hlm. 194.
0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ... hlm. 224.
38
a. Observasi

Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. 0

Metode ini merupakan pengumpulan-pengumpulan data dengan cara

mengamati langsung terhadap objek tertentu di lapangan yang menjadi

fokus penelitian dan mengetahui suasana masyarakat di Desa

Sanguwatang, Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga

terhadap keluarga sakīnah dalam pernikahan poligami.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang.0 Dalam melakukan dokumentasi, penulis menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya.

c. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

keterangan.0 Dalam hal ini penulis mencari informasi dengan melakukan

wawancara dengan para responden di Desa Sanguwatang, Kecamatan

Karangjambu, Kabupaten Purbalingga. Adapun para responden sebagai

0
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 138.
0
Djaman Satori, Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2017),
hlm. 148.
0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ... hlm. 224.
39
berikut: berinisial Bapak PS, Bapak SR, Bapak DR, Bapak WR Bapak

SN, dan Bapak YN.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam

periode tertentu. Pada saat wawancara, penulis sudah melakukan analisis

terhadap jawaban yang diwawancarai. Aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.0

a. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.0

b. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya, yang paling sering digunakan untuk

0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 246.
0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 247.
40
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif.0 Dalam hal ini penulis mengkaji masalah dengan

menguraikan konsep masalah yang penulis kaji, kemudian penulis

berusaha menjelaskan dan menggambarkan akar permasalahan terkait

penelitian yang penulis lakukan dan kemudian masalah tersebut akan

dianalisis menurut hukum Islam terhadap bagaimana penyelesaiannya.

c. Penarikan Kesimpulan

Dalam penelitian yuridis sosiologis perumusan dan penarikan suatu

kesimpulan sebagaimana upaya memberikan gambaran obyektif dan

aktual dari permasalahan yang diteliti.Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,

tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.0

0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ... hlm. 249.
0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ... hlm. 252-253.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Cara Membentuk Keluarga Sakīnah dalam Pernikahan Poligami Menurut


Para Pelaku Pernikahan Poligami di Desa Sanguwatang, Kecamatan
Karangjambu, Kabupaten Purbalingga.

1. Profil Desa Sanguwatang, Kecamatan Karangjambu, Kabupaten


Purbalingga

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memliki batas-batas

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan di

hormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.0

Desa Sanguwatang adalah Desa Kolonisasi yang ada sejak sebelum

abad ke 18 dengan penduduk campuran berasal dari wilayah barat (Sunda)

dan wilayah timur, dan terdiri dari beberapa daerah lainnya. Wilayah Desa

Sanguwatang pada mulanya adalah berasal dari kawasan hutan belantara,

sekitar tahun 1800-an kawasan hutan tersebut tepatnya di sebelah timur

wilayah Desa Sanguwatang saat ini bernama dukuh gombong dihuni sekitar 3

Kepala Keluarga. Pada akhir abad ke 18 semakin banyak keluaraga yang

bermukim di daerah tersebut dan gombong menjadi cikal bakal Dusun

Bandingan serta cikal bakal Desa Sanguwatang. Nama Sanguwatang sendiri

tidak terlepas dari sejarah sesuai buku babad tanah jawa yaitu diambil dari

0
Hasil Wawancara dengan Bapak Karyono selaku Kepala Desa Sanguwatang Kecamatan
Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10 Juli 2023.
42
petilasan Syekh Jambu Karang yang terletak di Dusun III (bandingan dan

Gombong) Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu.0

Kepala Desa Sanguwatang yang berkuasa sebelum kemerdekaan, yaitu

sebelum tahun 1883 dijabat oleh Lurah Singadilaga, Lurah Macan Kawak dan

Lurah Singa Kejubung, kemudian pada tahun 1883 Kepala Desa

Sanguwatang dijabat lurah Djangen yang pada saat itu hanya menjabat 6

bulan kemudian digantikan oleh Lurah Dingkol Cono yang menjabat pada

tahun 1883 s/d 1905, salanjutnya pada tahun 1905 s/d 1926 dijabat oleh

Lurah Donkol Leod, kemudian setelah Lurah Dongkol Leod lengser

selanjutnya digantikan oleh lurah Yasir yaitu menjabat pada tahun 1926 s/d

1946, dan pada saat itu juga Lurah Yasir termasuk lurah yang menjabat pada

saat transisi yaitu sebelum Indonesia merdeka sampai 1 tahun setelah

Kemerdekaan Indonesia, selain masa kepemimpinanya yang dibilang cukup

lama beliau juga lurah pertama yang menerbitkan Buku leter C Desa, serta

Desa Sanguwatang mempunyai wilayah administratif sendiri yang sah.0

Pada periode 1982 S/d 1991 di bawah kendali kepemimipinan bapak.

Lurah Suparyo memimpin desa Sanguwatang selama + 6 tahun, danmulai

menata desa Sanguwatang dengan membuat sarana-sarana sosial atau umum

secara gotong royong dengan masyarakat.0

Lalu pada tahun berikutnya dipimpin oleh Lurah Suwito (alm) 1991 S/d

1999, pada masa kepemimpinan beliau, beliau meneruskan berbagai program


0
Data Kantor Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada
tanggal 10 Juli 2023.
0
Data Kantor Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada
tanggal 10 Juli 2023.
0
Data Kantor Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada
tanggal 10 Juli 2023.
43
pembangunan yang telah dirintis sebelumnya dengan cara

gotong-royong/kerja bakti.Beliau juga mengembangkan sektor pertanian

karena sebagian besar tanah di desa Sanguwatang adalah tanah basah.0

Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga

adalah suatu wilayah desa yang berbatasan dengan desa Karangjambu.

Berdasarkan data monografi desa, desa Sanguwatang memiliki luas

wilayah671,97 Ha.0

Luas wilayah desa Sanguwatang, menurut jenis tanah sebagian besar

adalah tanah pegununungan.

Tabel 4.1 Kondisi Geografis

No Geografis Kondisi
1. Ketinggian tanah dari permukaan laut 262 m
2. Banyaknya curah hujan 74 Mm/thr
3. Tofografi Dataran Tinggi
4. Suhu udara rata-rata 22 s/d 32 celcius
*Sumber data Monografi desa Sanguwatang

Tabel 4.2 Batas Wilayah Desa Sanguwatang

NO Letak Batas Desa/Kelurahan Kecamatan


1. Sebelah Utara Perhutani Pemalang Pemalang
2. Sebelah Timur Desa Jingkang Karangjambu
3. Sebelah Selatan Desa Karangjambu Karangjambu
4. Sebelah Barat Desa Sirandu Karangjambu
*Sumber data Monografi desa Sanguwatang

Tabel 4.3 Orbitrase (Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa/Kelurahan)

NO Orbitrasi KM

0
Data Kantor Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada
tanggal 10 Juli 2023.
0
Data Kantor Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada
tanggal 10 Juli 2023.
44
1. Jarak dari Desa ke Kecamatan 1,2 Km
2. Jarak dari Desa ke Kabupaten Purbalingga 18 Km
3. Jarak dari Desa ke Provinsi Jawa Barat 181 Km
4. Jarak dari Desa ke Ibu Kota 360 Km
*Sumber data Monografi desa Sanguwatang

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk secara Umum/KK

NO Kependudukan Jumlah Keterangan


1. Jumlah Penduduk 12.347 Orang
2. Jumlah Kepala Keluarga 4.115 Orang
*Sumber data Monografi desa Sanguwatang

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Usia

NO USIA JUMLAH KETERANGAN


1. 0-4 Tahun 1.924 Orang
2. 5-19 Tahun 2.952 Orang
3. 20-59 Tahun 5.010 Orang
4. 60 Tahun Keatas 2.438 Orang
*Sumber Data Monografi dan Jumlah Penduduk desa Sanguwatang

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

NO PENDIDIKAN JUMLAH KETERANGAN


1. TK (PAUD) 236 Orang
2. SD/Sederajat 1.273 Orang
3. SMP/Sederajat 2.546 Orang
4. SMA/Sedrajat 1.273 Orang
5. Perguruan Tinggi 27 Orang
*Sumber Data Monografi dan Jumlah Penduduk desa Sanguwatang

2. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Sanguwatang, Kecamatan


Karangjambu, Kabupaten Purbalingga.

Masyarakat desa Sanguwatang termasuk tipe masyarakat yang masih

memegang teguh pada adat istiadat daerah dengan ciri-ciri budaya jawa yang

terlihat masih kental dengan kegotong-royongan, demokrasi, kesopanan dan

budaya-budaya luhur jawa lainnya walau sudah hampir banyak suku adat

jawa dan suku lainnya yang menetap di desa Sanguwatang tetapi nilai-nilai
45
suku jawa di desa Sanguwatang tidak pernah hilang dan tercampur oleh suku

budaya lain. Kondisi sosial inilah yang selalu dijadikan dasar dan modal

dalam melakukan setiap proses pembangunan yang senantiasa dijaga,

dipelihara dan dikembangkan.0

a. Keadaan Ekonomi

Dalam kegiatan masyarakat desa Sanguwatang terbagi beberapa

bidang, namun masih rendah, sehingga secara umum masih tergolong

masyarakat yang masih belum sejahtera.Selain itu pada bidang lain seperti

usaha mikro masyarakat masih memanfaatkan bantuan pinjaman dari

bantuan permodalan pemerintah ataupun bantuan pinjaman permodalan

dari pihak-pihak lain serta sebagian dari masyarakat desa Sanguwatang

yang menjadi buruh.0

b. Pola Penggunaan Tanah

Pemanfaatan tanah yang ada masih sebatas pertanian itupun pada

musim hujan saja, sedangkan pada musim kemarau ada sebagian petani

yang mengolah tanahnya untuk menanam sayur-sayuran dan yang lainya

itupun yang dekat dengan sumber air.0

c. Sarana Pendidikan

Dari hasil wawancara pribadi dengan kepala desa Sanguwatang

dengan bapak Karyono mengenai pendidikan, beliau mengemukakan


0
Data Kantor Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada
tanggal 10 Juli 2023.
0
Data Kantor Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada
tanggal 10 Juli 2023.
0
Data Kantor Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada
tanggal 10 Juli 2023.
46
bahwa pendidikan di desa ini masih rendah, karena di desa hanya ada

sekolah dasar sederajat saja. Sedangkan SMP sederajat maupun SMA

sederajat ada di wilayah Desa Karangjambu. Kendati demikian masih ada

masyarakat yang tidak sekolah, karena salah satu faktor utama lemahnya

pendidikan adalah dikarenakan masyarakat belum sadar dan mengerti akan

pentingnya pendidikan, padahal ada salah satu instansi sekolah yang

membuka peluang dan kemudahan bagi anak-anak yang putus sekolah

untuk mendapatkan ijazah setara dengan SD, SMP dan SMA yang biasa

dikenal dengan sekolah yang dibentuk oleh Panitia Kelompok Belajar

Masyarakat (PKBM) Paket A Sampai C.0 Berikut adalah jumlah sarana

pendidikan yang ada di desa Sanguwatang:

Tabel 4.7Sarana Pendidikan Desa Sanguwatang

NO Sarana Pendidikan Banyak


1. TK/PAUD 2 Unit
2. SD/Sederajat 3 Unit
3. Yayasan Pendidikan Islam 3 Unit
4. Pondok Pesantren 1 Unit
*Sumber Data Monografi dan Jumlah Penduduk Desa Sanguwatang

d. Sarana Ibadah

Mayoritas di desa Sanguwatang hampir semuanya pemeluk Agama

Islam, hanya 0.1% pemeluk Agama Kristen, sehingga hampir seluruhnya

kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat tersebut lebih mengarah

kepada unsur keagamaan, setiap tahun itu masyarakat di sana mengadakan

kegiatan Agama seperti Maulid Nabi dan Rajaban yang biasanya di bentuk

0
Hasil Wawancara dengan Bapak Karyono selaku Kepala Desa Sanguwatang Kecamatan
Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10 Juli 2023.
47
oleh Karang Taruna Pemuda desa Sanguwatang yang biasa di namakan

Tabligh Akbar, setiap acara itu selalu dihadiri oleh banyak masyarakat.

Ada juga pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak, pengajian bapak-bapak

di masjid setiap ba’da maghrib malam senin,tetapi kebanyakan di desa

Sanguwatang pengajian ibu-ibu, hampir setiap minggunya ada 7 pengajian

di desa Sanguwatang.

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk menurut Keagamaan

NO Agama Jumlah Keterangan


1. Islam 12.322 Orang
2. Kristen 25 Orang
*Sumber Data Monografi dan Jumlah Penduduk Desa Sanguwatang

Prasarana dan peribadatan di desa Sanguwatang ini di antaranya

jumlah masjid 8 (delapan) dan jumlah mushola 17 (tujuh belas) bangunan.

Kebanyakan masyarakat di desa ini memahami Islam dengan pemahaman

klasik tetapi sekarang sudah banyak tokoh masyarakat yang berpandangan

modern di desa Sanguwatang ini, jadi tidak tertinggal antara Agama dan

adat-istiadat.0

e. Mata Pencaharian

0
Hasil Wawancara dengan Bapak Karyono selaku Kepala Desa Sanguwatang Kecamatan
Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10 Juli 2023.
48
Sebagian besar warga desa Sanguwatang adalah petani, buruh dan

pengusaha kecil menengah, sedangkan sisanya yaitu wiraswasta,

pedagang, supir angkot, dan lain-lain.

Tabel 4.9 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

NO Mata Pencaharian Jumlah Keterangan


1. Petani 1.255 Orang
2. Pedagang 1.065 Orang
3. Pengusaha Angkutan 15 Orang
4. Karyawan Swasta 525 Orang
5. Wiraswasta 778 Orang
6. Buruh 2. 655 Orang
7. PNS 30 Orang
8. TNI/POLRI 10 Orang
9. Peternak 17 Orang
*Sumber Data Monografi dan Jumlah Penduduk Desa Sanguwatang

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa masyarakat desa

Sanguwatang bervariasi dalam mata pencaharian, maka dari itu desa

Sanguwatang bisa dikatakan sebagai desa menengah ke bawah.

f. Bidang Hukum

Pada umumnya masyarakat desa Sanguwatang belum sadar akan

keberadaan hukum positif, ataupun hukum Konvensional, walaupun hanya

sebagian kecil diantaranya sudah memahami. Gambaran rendahnya

kesadaran masyarakat akan hukum dapat dilihat dari contoh gambaran di

bawah ini:

1) Masih banyak warga desa Sanguwatang yang melakukan perkawinan

poligami tanpa ada izin dari pengadilan, menikah di bawah umur,

penyebabnya adalah desakan kebutuhan ekonomi dan belum

49
tersosialisasikannya peraturan pemerintah tentang Undang-undang

perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam.

2) Rendahnya pemahaman masyarakat desa Sanguwatang akan pentingnya

suatu legalitas formal sebuah lembaga.

3. Praktik Pernikahan Poligami Desa Sanguwatang, Kecamatan


Karangjambu, Kabupaten Purbalingga.

Poligami masih dianggap tabu oleh masyarakat luas. Sekarang ini

masyarakat masih berpandangan bahwa poligami merupakan hal yang haram

untuk dikerjakan karena telah menyakiti hati wanita, akan tetapi dalam Al-

Qur’an poligami hukumnya dibolehkan, asal bisa berlaku adil dan memenuhi

syarat-syarat untuk melakukan poligami.Poligami yang dilakukan di desa

Sanguwatang ini tanpa melalui pencatatan di KUA dan izin dari Pengadilan

Agama, dengan kata lain hanya sah menurut ajaran Agama Islam saja, dan

tidak diakui oleh Negara.

Suami yang berpoligami sebagian ada yang mendapat izin dari isteri

pertama dan ada juga yang tidak mendapat izin dari isterinya, karena pihak

isteri merasa dirinya telah melakukan hak dan kewajiban terhadap suaminya,

tetapi mengapa suaminya berpaling kepada wanita lain, inilah salah satu

faktor yang menyebabkan kemarahan pihak isteri ketika suaminya menikah

lagi.

Lain halnya dengan pihak isteri memiliki kekurangan misalnya isteri

tidak dapat memberikan keturunan, memiliki cacat badan atau suatu penyakit

yang tidak dapat disembuhkan hingga ia tidak dapat melayani suaminya,

mungkin hal ini bisa meredam kemarahan pihak isteri mengingat kekurangan
50
yang ada pada dirinya. Tetapi kebanyakan yang terjadi adalah suami menikah

lagi tanpa memperhatikan prosedur-prosedur yang berlaku

mengenaipoligami, ketika mereka merasa ada seorang wanita yang menarik

hatinya maka saat itu ia memutuskan untuk menikah lagi tanpa perduli

dengan perasaan isteri pertama. Hal inipun tidak sesuai dengan Undang-

Undang Perkawinan yang mengatur tentang syarat-syarat diperbolehkannya

melakukan poligami yaitu: bahwa kebolehan berpoligami tertera dalam

Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, pasal 4 dan 5 yang berbunyi:

Pasal 4

1. Dalam hal suami akan beristeri lebih dari seorang sebagaimana tersebut
dalam pasal 3 ayat (2) undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan
permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya.
2. Pengadilan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin
kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri
b. Isteri mendapat cacat badan/penyakit yang tidak dapat disembuhkan
c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Pasal 5
1. Untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 4 ayat (1) ini, harus dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Adanya persetujuan dari isteri/ isteri-isteri.
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin kebutuhan-
kebutuhan hidup para isteri dan anak-anak mereka.
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap para isteri dan
anak-anak mereka.
2. Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan
bagi seorang suami apabila isteri/para isterinya tidak mungkin dimintai
persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau
apabila tidak ada kabar selama sekurang-kurangnya dua tahun atau karena
sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari hakim
pengadilan.0

0
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia studi
kritis perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana,
2004), hlm. 39.
51
Walaupun perkawinan yang pertama tidak ditemukan halangan atau

sebab yang mengharuskan pihak suami berpoligami, namun pada

kenyataannya masih banyak dipraktikkan, kalau suami berhak menikah lagi

tanpa alasan yang jelas atau mungkin sudah jenuh dengan perkawinan yang

pertama, maka ia memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita yang

menarik pandangannya. Jelas saja ini menimbulkan reaksi isteri pertama yang

sangat marah dan kecewa terhadap tindakan suaminya yang mengkhianati

ikrar setia terhadap isteri. Namun hal ini hanya berlangsung beberapa bulan

atau beberapa tahun karena sampai sekarang perkawinan mereka tetap

bertahan tanpa menempuh perceraian.

Perkawinan poligami yang dilakukan oleh masyarakat desa

Sanguwatang, menunjukkan bahwa kehidupan rumah tangga yang mereka

jalani sampai saat ini baik-baik saja dan sehingga tercipta keluarga yang

harmonis yaitu menjadi keluarga yang sakīnah, mawaddah, warrahmah.

Alasan mengapa keluarga mereka tetap harmonis dalam perkawinan

poligami, karena satu hal yaitu dengan menjaga komitmen serta kepercayaan

terhadap masing- masing pasangan, serta saling mengerti satu sama lain.

Begitulah yang di rasakan oleh pasangan poligami dalam menata rumah

tangga mereka di desa Sanguwatang.

Pandangan Pelaku Perkawinan Poligami terhadap Keluarga Sakīnah

Pada sub bab ini, penulis akan menguraikan hasil wawancara dan

pandangan pelaku perkawinan poligami di desa Sanguwatang, yang terdiri

dari 6(enam) keluarga, sebagai berikut:

52
a. Keluarga bapak PS

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan bapak

PS sebagai pelaku perkawinan poligami, ia menjelaskan bahwa

perkawinan poligami yang ia lakukan atas persetujuan isteri pertama dan

perkawinan yang saya lakukan tidak melibatkan pihak KUA dan izin dari

Pengadilan.“BapakPS menikah secara kekeluargaan dan disaksikan oleh

tokoh masyarakat, menurut beliau perkawinan yang dilakukan sah selagi

isteri pertama dan kedua ridho,dan perkawinan poligami yang beliau

lakukan berdampak baik bagi keluarga di mata masyarakat, bisa dibilang

keluarga kami merasa baik-baik saja dengan keadaan seperti ini.

Alhamdulillah, selama ini keluarga beliau tercukupi dan menjadi keluarga

besar yang sangat saya banggakan, tidak ada cekcok yang berkepanjangan

antara isteri dan anak-anak sampai saat ini, mudah-mudahan keluarga

beliau tetap bahagia dan sakīnah, mawaddah, warahmah,” ujar bapak PS.0

Pekerjaan bapak PS adalah sebagai pengurus majlis Ta’lim yang ada

di dekat rumahnya dan sebulan sekali ia memandu memimpin doa bagi

para penyekar makam.0

Wawancara selanjutnya dengan Ibu SS, selaku Isteri pertama dari

bapak PS. Ia menuturkan bahwa perkawinannya dengan bapak PS berjalan

dengan harmonis.“Pada suatu ketika bapak meminta izin untuk menikah

lagi dengan seorang wanita (perawan) dengan alasan bapak untuk ibadah,

0
Hasil wawancara dengan Bapak PS selaku keluarga poligami, di Desa Sanguwatang
Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10 Juli 2023.
0
Hasil wawancara dengan Bapak PS selaku keluarga poligami, di Desa Sanguwatang
Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10 Juli 2023.
53
lagi pula perempuan itu adalah perempuan baik dan dia butuh nafkah dari

seorang suami. Pada saat itu hati beliau hancur dan bingung, dan setelah

beliau meminta petunjuk kepada Allah, beliau rela dan ridho apabila suami

nya menikah lagi, dan kami isteri pertama dan kedua di buatkan rumah

masing-masing. Jadi, beliau beranggapan kalau memang nafkah lahir dan

batin terpenuhi kenapa tidak untuk hidup bersama. Menurut beliau

perkawinan yang bahagia, baik itu perkawinan poligami atau bukan yaitu

apabila satu sama lain merasa diperhatikan, saling mengerti dan kebutuhan

lahir dan batin tidak diabaikan itu sudah termasuk bahagia, begitu pula

dengan perkawinan poligami suami dengan isteri kedua membuat beliau

mengerti akan pentingnya membantu terhadap sesama”.0

Tidak jauh berbeda dengan ibu AI, sebagai isteri kedua. Tak sampai

hati untuk menerima kenyataan bahwa suaminya yaitu bapak PS sudah

mempunyai isteri, tetapi karena rasa cinta dan kebutuhan ekonomi yang

mendesak maka dia menerima perkawinan itu dengan resiko, dia harus

mengalah dalam pembagian waktu berkunjung suaminya dengan isteri

pertama. “ibu AItetap merasa di perlakukan dengan baik sampai saat ini

dengan keluarga besar isteri pertama, perkawinan poligami kami, membuat

keluarganya semakin bertambah rasa persaudaraannya sehingga dimata

masyarakat keluarga kami keluarga yang baik dan harmonis, itu semua kan

0
Hasil wawancara dengan Ibu SS isteri pertama Bapak PS selaku keluarga poligami, di
Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10 Juli 2023.
54
bagaimana kita yang menjalani sehingga masyarakat berpandangan

demikian”, ujar ibu AI.0

b. Keluarga bapak SR

Selanjutnya bapak SR sebagai pelaku poligami, ia menuturkan

bahwa perkawinan yang ia lakukan dengan isteri kedua sah-sah saja,

asalkan bagi suami dapat berlaku adil terhadap isteri-isteri kita.

“Perkawinan bapak SR dengan isteri kedua disetujui oleh isteri pertama ,

pada saat itu bapak SR memang sedang jaya dan bisa dapat mempunyai

isteri lebih dari satu dan yang terpenting kebutuhan hidup mereka

terpenuhi. Dan bagi mereka hidup bersama-sama tidak masalah asal semua

kebutuhan baik lahir maupun batin tercukupi, apalagi masyarakat

berpandangan baik dengan perkawinan kami. Jadi, baik isteri pertama dan

kedua merasa tidak ada yang dirugikan, sampai saat ini kami hidup baik-

baik saja seperti biasanya.”0

Menurut ibu RN selaku isteri pertama bapak SR, ia menjelaskan

bahwa perkawinan dengan bapak SR berjalan harmonis selayaknya

pasangan suami isteri umumnya.“Setelah mengetahui bapak untuk

meminta izin menikah lagi, ya rasanya seperti mimpi yang buruk buat ibu

RN, tetapi ibu RNmemikirkannya lebih matang karena pada saat itu

finansial suami sedang naik jadi suami berpikir menambah isteri adalah

pahala dan ibu RN pun menerima keputusan bapak asalkan dapur dan

0
Hasil wawancara dengan Ibu AI selaku isteri kedua Bapak PS selaku keluarga poligami,
di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10 Juli 2023.
0
Hasil wawancara dengan Bapak SR selaku keluarga poligami, di Desa Sanguwatang
Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 11 Juli 2023.
55
anak-anak terpenuhi. Alhamdulillah, sampai saat ini keluarga kami baik-

baik saja, dan dampak yang negative atau yang merugikan untuk ibu RN

dan anak-anak saya tidak ada”, ujar ibu RN.0

Begitu juga dengan ibu NN selaku isteri kedua dari bapak SR, ia

menuturkan bahwa pada saat bapak menikahi ibu NN, beliau sudah

memiliki isteri dan anak.“Yamau bagaimana lagi ibu NN mencintai bapak

dan waktu itu isteri pertama juga setuju, yang terpenting kami isteri

pertama dan kedua saling pengertian, sampai sekarang hidup keluarganya

dan anak-anak terpenuhi dalam segi kebutuhan sehari-hari, lagi pula isteri

pertama juga sudah menganggap ibu NN sebagai saudara. Jadi, kami

merasa saling menghargai sehingga sampai saat ini tidak ada hal-hal yang

buruk menimpa keluarga besar saya dimata masyarakat”.0

c. Keluarga bapak DR

Wawancara selanjutnya adalah bapak DR, menurutnya berpoligami

adalah ibadah, karena isteri keduanya adalah seorang janda dan memiliki

satu orang anak yang masih kecil dan membutuhkan biaya hidup.

“Poligami adalah ibadah, karena isteri keduanya adalah seorang janda dan

memiliki satu orang anak yang masih kecil dan membutuhkan biaya hidup.

Jadi, bapak DR berpedoman pada surat an-Nisa ayat 3 yang intinya adil.

Menurut bapak DRperkawinan poligami tidak harus menunggu keputusan

pengadilan, karena menurut hukum Islam menikah yang sah adalah adanya

0
Hasil wawancara dengan Ibu RN isteri pertama Bapak SR selaku keluarga poligami, di
Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 11 Juli 2023.
0
Hasil wawancara dengan Ibu NN isteri kedua Bapak SR selaku keluarga poligami, di Desa
Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 11 Juli 2023.
56
dua orang saksi dan wali. Apabila hubungan bapak DR dengan isteri-isteri

bahagia dan dari segi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan lahir dan batin

terpenuhi, dan tidak ada yang tersakiti itu sudah cukup membahagiakan

keluarga, sehingga apapun bentuk kebahagiaan yang kami rasakan dan

kami ridho itu sudah termasuk keluarga yang sakīnah, mawaddah,

warahmah.”0

Ibu IS selaku isteri pertama bapak DR, menuturkan bahwa ia

menurut saja dengan apa keputusan bapak dan tindakan bapak adalah pasti

baik untuk keluarga karena bapak tahu betul ilmu Agama.“Ibu IS menurut

saja dengan apa keputusan bapak dan tindakan bapak adalah pasti baik

untuk keluarga karena bapak tahu betul ilmu Agama dan dan pasti itu

pilihan terbaik apabila bapak menikah lagi dan sampai sekarang kami

hidup rukun dan bahagia. Dampak yang ibu IS rasakan sampai saat ini,

sangat membatu kehidupan keluarga ditambah lagi anak-anak sudah besar

dan sudah ada yang menikah pula. Jadi, beban hidup terasa ringan dan

hubungan Ibu IS dengan keluarga isteri kedua menjadi semakin erat,

Alhamdulillah.”0

Tidak jauh berbeda dengan ibu WT selaku isteri kedua.“ibu WT

sangat menghormati bapak dan isteri pertamanya, ketika ada izin dari isteri

pertama, yaa bersyukur karena ibu WT dan anak sangat membutuhkan

sosok kepala keluarga, apalagi isteri pertama bersikap sangat hangat

0
Hasil wawancara dengan Bapak DR selaku keluarga poligami, di Desa Sanguwatang
Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 11 Juli 2023.
0
Hasil wawancara dengan Ibu IS isteri pertama Bapak DR selaku keluarga poligami, di
Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 11 Juli 2023.
57
dengan keluarga ibu WT, sehingga hubungan di antara keluarga kami

menjadi lebih erat saja dalam hal apapun. Dan Alhamdulillah, keluarga

kami tetap harmonis sampai anak-anak kami menikah sampai sekarang.”0

d. Keluarga bapak WR

Menurut bapak WR tentang perkawinan poligaminya.“Keputusan

bapak WR berpoligami itu haknya, dan yang terpenting adalah kesetiaan

isteri serta dukungannya dalam hal apapun. Poligami dapat dilakukan oleh

suami, apabila memang mampu melakukannya dan merasa sudah adil,

saya tidak terlalu mementingkan apakah perkawinan poligaminya

dianggap baik atau tidak oleh masyarakat, yang terpenting kewajiban

bapak WR terhadap isteri-isteri terpenuhi dan tercukupi serta anak-anak

bahagia dan hak-haknya tidak hilang.”0

Sambut ibu RH selaku isteri pertama kepada penulis dan dia

menceritakan perkawinannya dengan bapak serta poligami yang dilakukan

suaminya.“Poligami yang dilakukan bapak tidak diputus di Pengadilan

karena baik bapak maupun ibu RH tidak mengerti yang namanya Undang-

undang perkawinan. Jadi, bapak menikah menurut hukum Islam saja.

Walaupun demikian, hubungan perkawinan kami baik-baik saja sampai

sekarang, tidak ada kendala atau dampak negatif yang kami rasakan.

Awalnya ibu RH tidak setuju dengan perkawinan kedua bapak, tetapi

0
Hasil wawancara dengan Ibu WT isteri kedua Bapak DR selaku keluarga poligami, di
Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 11 Juli 2023.
0
Hasil wawancara dengan Bapak WR selaku keluarga poligami, di Desa Sanguwatang
Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 12 Juli 2023.
58
bapak banyak menjelaskan tujuannya menikah lagi dan sayapun

menerimanya.”0

Menurut ibu NL selaku isteri kedua, bahwa perkawinan poligami

yang ia lakukan tidak melalui izin pengadilan dan apa yang diatur dalam

Undang-undang perkawinan tentang poligami karena ia tidak tahu tentang

itu, ia menikah menurut hukum Islam saja. “Yang ibu NL tahu ketika

suami dapat berlaku adil untuk berpoligami yaa silahkan saja. Lagi pula

hubungannya dan keluarga besar isteri pertama baik-baik saja, tidak ada

hal yang membuat kami merasa tidak bahagia begitu, juga dengan

masyarakat mereka bersikap baik dengan ibu NL yang berstatus wanita

yang di poligami, ya bersyukur dengan itu semua, dan yang terpenting

kehidupan keluarganya sekarang menjadi lebih baik dari segi ekonomi.”0

e. Keluarga bapak SN

Wawancara berikutnya dengan bapak SN ia menuturkan bahwa

perkawinan poligami yang saya lakukan adalah salah satu bentuk

kebolehan. Lagi pula ini adalah salah satu jalan darurat untuk beribadah

kepada Allah. “bapak SN sangat mendambakan anak laki-laki sedangkan

isteri pertamanya sudah memberikan keturunan 4 anak perempuan, jadi

apabila ingin menambah keturunan lagi, satu-satunya jalan adalah menikah

lagi dan isteri pun setuju dengan keputusan bapak SN dan alhamdulillah,

isteri kedua memberikan keturunan 3 anak laki-laki, bapak SN merasa

0
Hasil wawancara dengan Ibu RH isteri pertama Bapak WR selaku keluarga poligami, di
Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 12 Juli 2023.
0
Hasil wawancara dengan Ibu NL isteri kedua Bapak WR selaku keluarga poligami, di
Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 12 Juli 2023.
59
hidupnya terasa lengkap dan bahagia karena Allah mengijabah do’anya,

demikian dengan masyarakat, mereka berpandangan apa yang bapak SN

lakukan adalah jalan ibadah, ya tidak jauh berbeda dengan saya.”0

Tak jauh berbeda dengan ibu MW sebagai isteri pertama dengan

para isteri pertama lainnya, ketika mengetahui suami ingin menikah lagi

rasanya sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi. “Ketika mengetahui suami

ingin menikah lagi rasanya sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi. Lagi

pula ibu MW tidak mempunyai anak laki-laki dari suami saya, jadi ibu

MW harus menerima dengan ikhlas demi kebahagiaan ibu MW dan bapak.

Hidup keluarga kami terasa semakin lengkap dengan kehadiran anak laki-

laki dari isteri kedua, ibu MW merasa tidak memberikan hak untuk suami,

jadi tidak ada alasan bagiibu MW tidak menerima ini semua, dengan

adanya jalan perkawinan ini dampak positif banyak mempengaruhi

keluarga kami, salah satunya bertambah rezeki dan rasa kasih sayang

suami terhadap saya dan anak-anak.”0

Sambung ibu SU sebagai isteri kedua dari bapak SN.“ibu SUtidak

mengetahui tentang Undang-undang perkawinan yang sudah diatur oleh

Negara dan tidak mengetahui juga apabila seorang suami yang ingin

menikah lagi harus mendapat izin dari pengadilan karena perkawinan yang

bapak lakukan dengan saya (isteri kedua) terbilang sah, kan menikah

dengan hukum Islam yang berlaku. Dan bersyukur atas perkawinannya,

0
Hasil wawancara dengan Bapak SN selaku keluarga poligami, di Desa Sanguwatang
Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 12 Juli 2023.
0
Hasil wawancara dengan Ibu MW isteri pertama Bapak SN selaku keluarga poligami, di
Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 12 Juli 2023.
60
dengan kehadiran anak-anak, suami dan isteri pertama sangat perduli dan

sayang dengan kehidupan ibu SU dan anak-anak, ibu SU merasa

beruntung memiliki keluarga seperti mereka, tidak ada hal-hal yang

membuatnya kecewa sehingga pandangan-pandangan yang negatif pun

tidak ada di masyarakat terhadap saya.”0

f. Keluarga bapak YN

Terakhir, wawancara dengan bapak YN.“bapak YN berpoligami

dengan alasan isteri pertama yang sudah tidak memperhatikan beliau

secara lahir batin, sehingga bapak YNmeminta izin untuk berpoligami dan

isteri pertamapun menyetujui perkawinan kedua. Dan setelah bapak YN

menikah lagi, sikap dan sifat isteri pertama berubah total menjadi lebih

perhatian dan memenuhi semua kebutuhannya lahir maupun batin, dan

bapak YN merasa mempunyai kehidupan yang bahagia dan sempurna atas

hikmah ini semua. Bapak YN merasa hubungan keluarga semakin

harmonis dan bahagia, tidak ada hal-hal yang tidak enak dirasakan yang

timbul baik dari lingkungan masyarakat maupun keluarga besar.”0

Ibu SM, selaku isteri pertama bapak YN. “Ibu SMmenyetujui

perkawinan bapak ya, karena Ibu SM merasa bersalah, selama ini kurang

memperhatikan suami dari segi kebutuhan lahir dan batin, sebabnya itu

rahasia, dan pada akhirnya Ibu SM menyadari bahwa kelakuannya itu

0
Hasil wawancara dengan Ibu SU isteri kedua Bapak SN selaku keluarga poligami, di Desa
Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 12 Juli 2023.
0
Hasil wawancara dengan Bapak YN selaku keluarga poligami, di Desa Sanguwatang
Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 13 Juli 2023.
61
salah. Ibu SM menyetujui perkawinan suami yang kedua, dan

Alhamdulillah kehidupannya pun berubah total dan semakin baik.0

Begitupun dengan ibu MA, selaku isteri kedua ia mengatakan “ibu

MA merasa bingung dengan permintaan suami untuk menikahinya,

sedangkan suaminya sudah memiliki isteri dan suami juga bilang bahwa

isteri pertama menyetujui dengan alasan sikap dan sifatnya yang demikian.

Ya, ibu MA menerima saja perkawinan itu asal tidak ada cekcok nantinya,

dan hubungan kami baik-baik saja sampai sekarang tidak ada yang merasa

di perlakukan tidak adil oleh suami. Kami menikah secara biasa saja

menurut hukum Islam tidak pakai ke Pengadilan segala, ribet habisnya”.

Ujar ibu MA.0

Kemudian Penulis juga mewawancarai beberapa anak dari pelaku

perkawinan poligami, dengan alasan untuk mengetahui keharmonisan

keluarga menurut pandangan anak. Pertama yaitu saudara ega (anak dari

bapak PS), menurutnya alasan mengapa ia menerima perkawinan yang

dilakukan oleh orang tuanya, karena pada saat itu ia hanya menerima saja dan

tidak berani untuk memberontak ataupun membantah.

“Ya mengikuti saja yang terpenting keluarga dan kebutuhan serta biaya hidup
tercukupi, sangat marah memang pada saat mendengar bapak ingin menikah
lagi, sempat berfikir bapak tidak mempunyai perasaan, tetapi itu semua tidak
demikian, hubungan kami dengan bapak serta ibu-ibu kami sangat baik.”0

0
Hasil wawancara dengan Ibu SM isteri pertama Bapak YN selaku keluarga poligami, di
Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 13 Juli 2023.
0
Hasil wawancara dengan Ibu MA isteri kedua Bapak YN selaku keluarga poligami, di
Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 13 Juli 2023.
0
Hasil Wawancara dengan saudara Ega anak Bapak PS, pada 10 Juli 2023.
62
Selanjutnya wawancara dengan saudara Abdillah (anak dari bapak SR),

ia menuturkan sama dengan saudara ega, sebagai seorang anak tidak dapat

melakukan apapun untuk menghentikan niat orang tuanya.

“Ya pada saat itu kami hanya bisa menerima saja atas keputusan orang tua
kami, dan berfikir positif agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan”.0

Berbeda dengan Baehaki (anak dari bapak DR), menurutnya pada saat

itu ia sangat marah.

“Kami (anak-anak) sangat tidak setuju dengan perkawinan bapak, sempat


terjadi kesenjangan di antara keluarga, kami sangat kasihan melihat ibu di
permainkan saat itu beranggapan demikian, tetapi semua itu kami kembalikan
lagi kepada ibu kami apakah menerima atau tidak, ya dengan segala resiko
dan kebahagiaan di masa depan ibu menerima, pada akhirnya kami pun
menerima walaupun dengan berat hati. Memang dari segi ekonomi kami
terpenuhi, tetapi kami belum bisa menerima orang lain dalam kehidupan
keluarga. Tetapi, sekarang sih sudah merasa biasa saja dengan keadaan ini,
rasa berat hati itu mulai hilang dari pikiran saya dan saudara-saudara yang
lain.0

Wawancara dengan Suhaebah anak dari bapak WR.

“Mana ada sih anak yang mau punya ibu dua apalagi kasih sayang orang tua
terbagi untuk anak yang lain, itu hal dan pemikiran yang wajar terjadi pada
setiap anak tetapi keadaan yang memaksa saya untuk menerima ini semua,
karena saya sebagai anak tidak dapat berbuat apa-apa selain menurut dan
berbakti kepada oarag tua, saya berfikir positif saja bahwa apa yang di
lakukan bapak itu yang terbaik, toh bapak adalah sosok kepala keluarga yang
baik ko.”0

Menurut Kurniawan nak dari bapak SN.

“Saya sangat tidak setuju dengan perkawinan poligami, apa jadinya


kehidupan masa depan ketika orang tua seperti itu, karena masyarakat
berpandangan berbeda dengan hal ini, tetapi hati saya memberontak kepada
ibu juga kenapa mau menerima juga bapak menikah lagi, ya karena alasan
bapak ingin membantu kehidupan istri kedua. Walaupun dari segi ekonomi
dan biaya kami sebagai seorang anak tercukupi, tetapi hak untuk berbicara
tentang penolakan itu tidak bisa. Sampai sekarang masih terbayang perasaan

0
Hasil Wawancara dengan saudara Abdillah anak Bapak SR, pada 11 Juli 2023.
0
Hasil Wawancara dengan saudara Baehaki anak dari Bapak DR, pada 11 Juli 2023.
0
Hasil Wawancara dengan saudara Suhaebah anak Bapak WR, pada 12 Juli 2023.
63
tak menerima, tetapi ibu kami banyak menasehati untuk selalu belajar
menerima. Alhamdulillah, sekarang sudah bisa menerima keadaan ini dan
ternyata hubungan kami menjadi erat satu sama lain.0

Wawancara terakhir, dengan saudara Jubaedah anak dari YN, ia

menuturkan

“Pada saat itu saya tidak setuju dengan keputusan bapak, ya karena ia
mempunyai hubungan dengan perempuan lain dan ibu juga menyetujui,
setelah orang tua menjelaskan maksud dan tujuan bapak menikah lagi
akhirnya saya mengerti bahwa tujuannya sebenarnya baik dari pada
mempunyai hubungan terlarang, lebih baik ya dengan menikah. Tetapi saya
bersyukur, walaupun bapak mempunyai isteri lagi kebutuhan hidup kami
tercukupi dan tidak terabaikan olehnya, mungkin beliau juga tahu betul
tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.0

Setelah melakukan wawancara terhadap sejumlah pelaku poligami

untuk mengetahui dampak poligami terhadap keharmonisan keluarga di Desa

Sanguwatang, maka akan diuraikan sebagai berikut:

a. Alasan suami (pelaku poligami) melakukan poligami

No NAMA Alasan Berpoligami


1. Bapak PS Saya berpoligami karena takut bermain di belakang
isteri pertama, dan mempunyai materi yang cukup.
Saya berpoligami secara kekeluargaan dan
disaksikan oleh tokoh masyarakat, menurut saya
perkawinan yang saya lakukan sah selagi isteri
pertama dan kedua ridho.
2. Bapak SR Perkawinan saya dengan isteri kedua disetujui oleh
isteri pertama saya, pada saat itu saya memang
sedang jaya dan saya bisa dapat mempunyai isteri
lebih dari satu dan yang terpenting kebutuhan
hidupbaik lahir dan batin mereka terpenuhi.
3. Bapak DR Poligami adalah ibadah, karena isteri kedua adalah
seorang janda dan memiliki satu orang anak yang
masih kecil dan membutuhkan biaya hidup. Jadi,
saya berpedoman pada surat an-Nisa ayat 3 yang
intinya adil. Perkawinan poligami tidak harus
menunggu keputusan pengadilan, karena menurut
hukum Islam menikah yang sah adalah adanya dua
0
Hasil Wawancara dengan saudara Kurniawan anak Bapak SN, pada 12 Juli 2023.
0
Hasil Wawancara dengan saudara Jubaedah anak Bapak YN, pada 13 Juli 2023.
64
orang saksi dan wali.
4. Bapak WR Berpoligami itu hak saya, dan yang terpenting
adalah kesetiaan isteri serta dukungannya dalam hal
apapun. Poligami dapat dilakukan oleh suami,
apabila memang mampu melakukannya dan merasa
sudah adil.
5. Bapak SN Saya sangat mendambakan anak laki-laki
sedangkan isteri pertama saya sudah memberikan
keturunan 4 anak perempuan, jadi apabila saya
ingin menambah keturunan lagi, satu-satunya jalan
adalah saya menikah lagi dan isteri pun setuju
dengan keputusan saya
6. Bapak YN Saya berpoligami dengan alasan isteri pertama
yang sudah tidak perhatian secara lahir batin,
sehingga saya meminta izin untuk berpoligami dan
isteri pertamapun menyetujui perkawinan kedua
saya. Dan setelah saya menikah lagi, sikap dan sifat
isteri pertama berubah total menjadi lebih perhatian
dan memenuhi semua kebutuhan saya lahir maupun
batin.
Berdasarkan tabel tersebut diatas dengan berbagai alasan yang

diungkapkan suami (pelaku poligami) seperti karena merasa mampu

menafkahi istri dan anak-anaknya, ingin mempunyai anak laki-laki, istri

tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri, ingin memperbanyak

keturunan, dan sering terjadi percekcokan. Dengan berbagai alasan

tersebut diatas suami melakukan poligami secara terang-terangan dengan

adanya persetujuan dari istri dan anak-anaknya meskipun ada yang

menolak. Namun pernikahan tersebut tidak ada yang mendaftarkan ke

KUA atau Pengadilan Agama, sehingga pernikahan dengan istri kedua

dilakukan secara nikah siri. Di Indonesia poligami dalam pelaksanaannya

diatur secara ketat dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun

1974 dan Kompilasi Hukum Islam.

65
Menurut Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 57, laki-laki yang

ingin berpoligami harus mendapat izin dari Pengadilan Agama, dalam hal

untuk mendapat izin dari pengadilan agama hanya memberikan izin

kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:

1) Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang istri.


2) Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
3) Istri tidak dapat melahirkan keturunan.0

Poligami yang terjadi di Desa Sanguwatang, istri-istri dalam keadaan

sehat, dapat melahirkan keturunan dan dapat menjalankan kewajiban

sebagai istri. Lain halnya dengan istri yang tidak dapat menjalankan

kewajibannya sebagai istri dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

pada pasal 4 ayat(2) tersebut memberikan kesempatan kepada suami untuk

melaksanakan poligami apabila istrinya demikian, sebagai istri yang

“kurang normal” atautidak sesuai dengan harapan sang suami. 0 Akan tetapi

bukan berarti setelah berpoligami suami tidak memberikan nafkah dan

membiarkan istri pertama dan anak-anaknya terkatung-katung karena lebih

cenderung dengan istri kedua.

Poligami dalam Islam dapat dilihat dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa

ayat 3 yaitu sebagai berikut berdasarkan firman Allah:

‫ِك‬ ‫ِس‬ ‫ِخ‬


‫َو ِإْن ْف ُتْم َأَّال ُتْق ُطوْا يِف اْلَيَت اَم ى َفان ُح وْا َم ا َطاَب َلُك م ِّم َن الِّنَس اء َم ْثىَن َو ُثَالَث َو ُرَباَع‬
﴾٣﴿ ‫َفِإْن ِخ ْف ُتْم َأَّال َتْع ِد ُلوْا َفَو اِح َد ًة َأْو َم ا َم َلَك ْت َأَمْياُنُك ْم َذِلَك َأْد ىَن َأَّال َتُعوُلوْا‬

0
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,
2010), hlm. 126-127.
0
Beni Ahmad Saebani dan Syamsul Falah, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Bandung:
Cv Pustaka Setia, 2011), hlm. 121.
66
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisaa’: 3)

Dari ayat tersebut diatas dapat dipahami bahwa poligami hanya

diperbolehkan dan bukan merupakan anjuran. Poligami diperbolehkan

dengan syarat dapat berlaku adil, yaitu adil dalam melayani istri, seperti

urusan nafkah, tempat tinggal, pakaian, giliran, dan segala hal yang

bersifat lahiriah. Jika tidak dapat berlaku adil maka cukup satu istri saja

(monogami), kemudian ayat tersebut membatasi jumlah istri sampai empat

orang.

Pelaku poligami di Desa Sanguwatang beranggapan bahwa poligami

merupakan anjuran ataupun perintah, padahal poligami bukan merupakan

anjuran tetapi salah satu solusi yang diberikan kepada mereka yang

sangatmembutuhkan-Nya dan dapat memenuhi syarat-syaratnya. Ada juga

pelaku poligami yang beranggapan bahwa poligami merupakan sunnah

Nabi SAW. Anggapan seperti ini tidak dibenarkan, karena tidak semua

yang dilakukan oleh Nabi SAW harus diteladani. Poligami hanya

diperbolehkan karena keadaan yang memaksa pada awal perkembangan

Islam, dimana saat itu jumlah laki-laki lebih sedikit dari pada perempuan

akibat berguguran di medan perang dalam menyebarkan dan

mempertahankan Islam. Pada waktu itu, Islam baru mengalami kekalahan

dalam perang Uhud yang menelan korban 70 orang laki-laki dewasa

sebagai syuhada. Jumlah itu cukup besar untuk ukuran umat yang
67
berjumlah 700 orang, apalagi kondisi tanah Arab saat itu, bahkan sampai

sekarang, laki-laki menjadi tumpuan ekonomi keluarga. Dengan gugurnya

10% laki-laki, pusat pemerintahan Islam yang baru tumbuh di Madinah

mengalami kegoncangan dengan banyaknya janda dan anak yatim yang

terlantar. Dengan poligami diharapkan istri-istri dan sanak keluarganya

dapat masuk Islam, selain untuk menghindari konflik antar suku dan

meringankan janda dan anak yatim yang saat itu banyak terjadi.0

b. Respon Istri yang dipoligami

NO NAMA RESPON
1. Ibu SS Bapak meminta izin untuk menikah lagi
dengan seorang wanita (perawan) dengan
alasan bapak untuk ibadah, lagi pula
perempuan itu adalah perempuan baik dan dia
butuh nafkah dari seorang suami. Pada saat
itu hati saya hancur dan bingung, dan setelah
saya meminta petunjuk kepada Allah saya
rela dan ridho apabila suami saya menikah
lagi, dan kami (isteri pertama dan kedua) di
buatkan rumah masing-masing.
2. Ibu AI Tak sampai hati untuk menerima kenyataan
bahwa suaminya sudah mempunyai isteri,
tetapi karena rasa cinta dan kebutuhan
ekonomi yang mendesak maka dia menerima
perkawinan itu dengan resiko, dia harus
mengalah dalam pembagian waktu
berkunjung suaminya dengan isteri pertama.
3. Ibu RN Setelah mengetahui bapak untuk meminta
izin menikah lagi, ya rasanya seperti mimpi
yang buruk buat saya, tetapi saya
memikirkannya lebih matang karena pada
saat itu finansial suami sedang naik jadi
suami berpikir menambah isteri adalah pahala
dan saya pun menerima keputusan bapak
asalkan dapur dan anak-anak terpenuhi.
4. Ibu NN Ya mau bagaimana lagi saya mencintai bapak
dan waktu itu isteri pertama juga setuju, yang
0
Eti Nurhayati, Psikologi Perempuan Dalam Berbagai Persfektif, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2012), hlm. 284.
68
terpenting kami isteri pertama dan kedua
saling pengertian, sampai sekarang hidup
keluarga saya dan anak-anak terpenuhi dalam
segi kebutuhan sehari-hari, lagi pula isteri
pertama juga sudah menganggap saya sebagai
saudara.
5. Ibu IS Saya menurut saja dengan apa keputusan
bapak dan tindakan bapak adalah pasti baik
untuk keluarga karena bapak tahu betul ilmu
Agama dan pasti itu pilihan terbaik apabila
bapak menikah lagi dan sampai sekarang
kami hidup rukun dan bahagia.
6. Ibu WT Saya sangat menghormati bapak dan isteri
pertamanya, ketika ada izin dari isteri
pertama, ya saya bersyukur karena saya dan
anak saya sangat membutuhkan sosok kepala
keluarga, apalagi isteri pertama bersikap
sangat hangat dengan keluarga saya, sehingga
hubungan di antara keluarga kami menjadi
lebih erat saja dalam hal apapun.
7. Ibu RH Poligami yang dilakukan bapak tidak diputus
di Pengadilan karena baik bapak maupun
saya tidak mengerti yang namanya Undang-
undang perkawinan. Jadi, bapak menikah
menurut hukum Islam saja. Walaupun
demikian, hubungan perkawinan kami baik-
baik saja sampai sekarang.
8. Ibu NL Yang saya tahu ketika suami dapat berlaku
adil untuk berpoligami ya silahkan saja. Lagi
pula hubungan saya dan keluarga besar isteri
pertama baik-baik saja, tidak ada hal yang
membuat kami merasa tidak bahagia.
9. Ibu MW Ketika mengetahui suami ingin menikah lagi
rasanya sudah tidak dapat berkata apa-apa
lagi. Lagi pula saya tidak mempunyai anak
laki-laki dari suami saya, jadi saya harus
menerima dengan ikhlas demi kebahagiaan
saya dan bapak.
10. Ibu SU Saya tidak mengetahui tentang Undang-
undang perkawinan yang sudah diatur oleh
Negara dan tidak mengetahui juga apabila
seorang suami yang ingin menikah lagi harus
mendapat izin dari pengadilan karena
perkawinan yang bapak lakukan dengan saya
(isteri kedua) terbilang sah, kan menikah
dengan hukum Islam yang berlaku.
69
11. Ibu SM Saya menyetujui perkawinan bapak ya,
karena saya merasa bersalah, selama ini saya
kurang memperhatikan suami dari segi
kebutuhan lahir dan batin, dan pada akhirnya
saya menyadari bahwa kelakuan saya itu
salah.
12. Ibu MA Saya merasa bingung dengan permintaan
suami untuk menikahi saya, sedangkan suami
saya sudah memiliki isteri dan suami juga
bilang bahwa isteri pertama menyetujui
dengan alasan sikap dan sifatnya yang
demikian. Ya, saya menerima saja
perkawinan itu asal tidak ada cekcok nantinya
Berdasarkan tabel diatas suami yang berpoligami telah mendapatkan

persetujuan dari istri atau istri-istrinya, meskipun ada beberapa yang

awalnya menolak. Setelah berpoligami suami lebih cenderung dengan istri

kedua dengan alasan anak-anak dari istri kedua masih kecil dan butuh

biaya terutama dalam pendidikan dan kasih sayang, sedangkan istri

pertama dan anak-anak dari istri pertama diberikan nafkah sesuai

posrsinya dan jarang mendapatkan perhatian.

Dalam Pasal 56 KHI disebutkan bahwa untuk suami yang akan

berpoligami dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan,

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 58 KHI harus memenuhi syarat-

syarat:

1) Adanya persetujuan istri atau istri-istrinya,


2) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup
istri-istri dan anak-anak mereka.

Dengan penjelasan Pasal 5 ayat 1 dalam Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 dapat dipahami bahwa suami harus meminta izin dari istri,

70
dan istri memiliki hak untuk memberi atau tidak memberi izin kepada

suaminya yang bermaksud poligami.

Poligami yang terjadi di Desa Sanguwatang yaitu suami mendapat

persetujuan istri dan mampu berlaku adil, meskipun terkadang ada cekcok.

Kadar kemampuan berlaku adil itu sendiri lebih cenderung kepada

kebutuhan materiil karena tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan sehari-

hari kebutuhan materiil merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi. Jika

dalam suatu perkawinan tidak dapat mencukupi kebutuhan maka akan

timbul suatu permasalah dan masalah-masalah tersebut bisa merusak

kehidupan rumah tangga.

c. Respon anak yang bapaknya berpoligami

NO NAMA RESPON
1. Ega Ya mengikuti saja yang terpenting keluarga
dan kebutuhan serta biaya hidup tercukupi,
sangat marah memang pada saat mendengar
bapak ingin menikah lagi, sempat berfikir
bapak tidak mempunyai perasaan, tetapi itu
semua tidak demikian, hubungan kami dengan
bapak serta ibu-ibu kami sangat baik.
2. Abdillah Ya pada saat itu kami hanya bisa menerima
saja atas keputusan orang tua kami, dan
berfikir positif agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan.
3. Baehaki Kami (anak-anak) sangat tidak setuju dengan
perkawinan bapak, sempat terjadi kesenjangan
di antara keluarga, kami sangat kasihan melihat
ibu di permainkan saat itu beranggapan
demikian, tetapi semua itu kami kembalikan
lagi kepada ibu kami apakah menerima atau
tidak, ya dengan segala resiko dan kebahagiaan
di masa depan ibu menerima, pada akhirnya
kami pun menerima walaupun dengan berat
hati.
4. Suhaebah Mana ada sih anak yang mau punya ibu dua
apalagi kasih sayang orang tua terbagi untuk
71
anak yang lain, itu hal dan pemikiran yang
wajar terjadi pada setiap anak tetapi keadaan
yang memaksa saya untuk menerima ini
semua, karena saya sebagai anak tidak dapat
berbuat apa-apa selain menurut dan berbakti
kepada oarag tua.
5. Kurniawan Saya sangat tidak setuju dengan perkawinan
poligami, apa jadinya kehidupan masa depan
ketika orang tua seperti itu, karena masyarakat
berpandangan berbeda dengan hal ini, tetapi
hati saya memberontak kepada ibu juga kenapa
mau menerima juga bapak menikah lagi, ya
karena alasan bapak ingin membantu
kehidupan istri kedua. Walaupun dari segi
ekonomi dan biaya kami sebagai seorang anak
tercukupi.
6. Jubaedah Pada saat itu saya tidak setuju dengan
keputusan bapak, ya karena ia mempunyai
hubungan dengan perempuan lain dan ibu juga
menyetujui, setelah orang tua menjelaskan
maksud dan tujuan bapak menikah lagi
akhirnya saya mengerti bahwa tujuannya
sebenarnya baik dari pada mempunyai
hubungan terlarang, lebih baik ya dengan
menikah. Tetapi saya bersyukur, walaupun
bapak mempunyai isteri lagi kebutuhan hidup
kami tercukupi dan tidak terabaikan olehnya,
mungkin beliau juga tahu betul tanggung
jawabnya sebagai seorang ayah.
Berdasarkan tabel diatas anak-anak yang bapaknya berpoligami tidak

setuju dengan adanya poligami karena dalam prakteknya seorang suami

tidak dapat berlaku adil dan lebih cenderung dengan istri kedua dan anak-

anak dari istri kedua, sehingga timbul kebencian dalam diri anak terhadap

ayahnya. Anak merasa kebahagian keluarganya hancur karena ayahnya

berpoligami. Anak tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian, bahkan

ada yangsampai putus sekolah karena mendapat gangguan psikologis yang

berpengaruh pada perilakunya.

72
Sudah menjadi keharusan bagi orang tua untuk membimbing dan

mendidik anak-anaknya, karena anak-anak yang tidak mendapatkan

bimbingan dan pendidikan yang wajar dari orang tuanya akan

menimbulkan kelemahan pada diri anak dalam perkembangan dan

pertumbuhan psikologisnya, anak menjadi pemalas dan kehilangan

semangat dan kemampuan belajarnya. Di samping itu tidak jarang

menimbulkan terjadinya kenakalan-kenakalan dan traumatik bagi anak

hingga mereka berkeluarga. Terjadinya tindakan-tindakan atau kasus-

kasus tersebut merupakan akibat negatif dari keluarga yang berpoligami

yang disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:0

1) Anak merasa kurang disayang;


2) Tertanamnya kebencian pada diri anak;
3) Tumbuhnya ketidak percayaan pada diri anak;
4) Timbulnya traumatik bagi anak

Setiap anak menginginakan keluarga yang harmonis. Keluarga

harmonis terbentuk berkat upaya semua anggota keluarga yang saling

berinteraksi dan berkomunikasi dalam satu keluarga (Rumah tangga).

Dalam keluarga harmonis yang terbina bukannya tanpa problem. Jika

terjadi problem mereka selalu berusaha mencari penyelesaian dan

menyelesaikan dengan cara-cara yang lebih familiar, manusiawi, dan

demokratis. Untuk membangun satupembagian kasih sayang terhadap

kedua istri dan anak-anaknya, harus sama dan tidak boleh ada

kecenderungan dengan salah satu istri saja.

0
Baiq Ety Astriana, “Dampak Poligami Terhadap Keberlangsungan Pendidikan Anak Di
Desa Montong Terep Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah”, Mataram: El-Hikmah,
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012, h. 41-43.
73
Dari sinilah dapat terlihat bahwasanya tidak nampak sebuah

keharmonisan keluarga yang terjadi apabila suaminya telah melakukan

poligami. Meskipun istri atau suami berusaha untuk menciptakan sebuah

keharmonisan dalam keluarga namun jika tidak adanya perhatian dan kasih

sayang antar pasangan suami-istri maka keharmonisan tersebut akan sulit

terjadi. Meskipun anak-anak dari pernikahan pertama telah dewasa namun

tetap membutuhkan sebuah perhatian dan kasih sayang dari seorang ayah

agar terbentuknya sebuah keharmonisan dalam keluarga. Keluarga

harmonis diperlukan 3 pilar sebagai dasar dan sendi keluarga harmonis

yaitu: kasih sayang, keharmonisan, dan ekonomi.0

Menurut bapak Karyono selaku Kepala Desa Sanguwatang, faktor

pendukung masyarakat melakukan poligami adalah bagaimana seorang suami

memahami untuk apa tujuannnya ia melakukan itu. Memang kabanyakan dari

masyarakat Sanguwatang yang berpoligami kurang mengetahui akan adanya

Undang-Undang Perkawinan yang mengatur poligami dan memang belum

pernah adanya sosialisasi dari instansi yang bersangkutan. Tetapi yang saya

perhatikan, keluarga yang berpoligami ini kehidupan rumah tangga mereka

baik-baik saja, sepertinya tidak ada hal-hal yang membuat mereka harus

bertengkar atau hal yang negatif lainya, dilihatnya adem-adem saja begitu0.

Menurut bapak Khoirul Umam dikenal dengan sebutan bapak Amil

(orang yang sering mengurus pendaftaran perkawinan ke Kantor Urusan

0
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Yogyakarta: UIN
MalangPress,2008), hlm. 73
0
Hasil wawancara dengan Bapak Karyono selaku Kepala Desa Sanguwatang Kecamatan
Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10 Juli 2023.
74
Agama), perkawinan sekarang dengan dahulu sudah berbeda. Orang-orang

yang menikah dahulu kebanyakan dari mereka belum mengetahui sama sekali

tentang pentingnya pencatatan perkawinan dan pentingnya suatu prosedur

yang mengatur tentang perkawinan poligami tersebut, karena rendahnya

pendidikan mereka serta pengetahuan dan kepedulian mereka, jadi tidak

penting perkawinannya itu tercatat dan diakui atau tidak, yang penting

menikah. Dan sebagian masyarakat desa Sanguwatang ada yang sudah

mengetahui akan pentingnya fungsi dari Undang-undnag perkawinan tentang

poligami bahwa perkawinannya akan diakui oleh Negara.0

Menurut bapak H. Nasrullah selaku tokoh masyarakat desa

Sanguwatang, “mengapa masyarakat di desa Sanguwatang masih banyak

melakukan perkawinan poligami tanpa melihat isi Undang-undang

perkawinan yang sudah mengaturnya, karena kurangnya sosialisasi para

tokoh Agama, kantor KUA dan begitupun aparatur desa yang seharusnya

memberikan pencerahan agar poligami tidak disalah gunakan dengan dalih

berlaku adil. Dengan adanya Islam, syarat dan batasan diterapkan dalam

poligami. Pembatasan mempunyai isteri maksimal empat, seperti kisah

Ghilan Ibnu Shalma menjadi muslim ketika ia mempunyai sepuluh orang

isteri, maka Nabi bersabda kepadanya “pilihlah empat diantara mereka dan

tinggalkan (ceraikan) yang lainnya.”Hal yang sama terjadi bagi orang yang

memeluk Islam, ketika ia mempunyai isteri lebih dari empat orang.0

0
Hasil wawancara dengan Bapak Khoirul Umam selaku Amil di Desa Sanguwatang
Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 13 Juli 2023.
0
Hasil wawancara dengan Bapak H. Nasrulloh selaku Tokoh Masyarakat di desa
Sanguwatang, Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 14 Juli 2023.
75
Begitu juga dengan bapak Warto selaku ketua RT, menurutnya

masyarakat yang melakukan poligami kebanyakan hanya meminta surat

pengantar dari desa bahwa ia ingin menikah lagi dan jarang dari mereka

meminta izin dari Pengadilan, karena kebanyakan dari masyarakat

Sanguwatang tidak mengetahui tentang Undang-undang perkawinan yang

mengatur poligami.0

Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa konsep keluarga sakīnah

bagi mereka adalah terpenuhinya ekonomi isteri-isteri dan anak-anak, serta

rasa aman dan damai dalam kehidupan rumah tangga yang di jalani, rasa

saling percaya dan menjaga komitmen antara pasangan baik itu isteri pertama

ataupun isteri kedua.

Hal demikian juga di rasakan oleh anak-anak dari pelaku poligami,

kesenjangan sosial di dalam keluarga sempat dialami mereka, tetapi status

sebagai anak tidak dapat membantah ataupun menghakimi orang tua. Oleh

karena itu menurut mereka, keluarga sakīnah yaitu apabila orang tua

memperhatikan anak-anaknya dari segi kasih sayang, terpenuhinya kebutuhan

ekonomi serta hak-haknya sebagai anak.

Konsep sakīnah akan terjadi apabila kedua pasangan poligami,

mengerti akan maksud dan tujuan dari perkawinan poligami itu, mereka

beranggapan bahwa poligami adalah hak setiap orang, yang terpenting

0
Hasil wawancara dengan Bapak Warto selaku Ketua RT di desa Sanguwatang, Kecamatan
Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 15 Juli 2023.
76
kriteria poligami harus di penuhi yaitu apabila sudah mampu dari segi

ekonomi dan sudah siap untuk berlaku adil.0

Poligami memang masih menjadi trend topik yang sangat menarik

untuk dibahas sampai saat ini, begitu banyak faktor dan alasan yang

membuatsuami melakukan poligami serta masing-masing isteri, baik isteri

pertama dan isteri kedua menerima perkawinan poligami ini.

Keharmonisan rumah tangga sebenarnya sangat tergantung dengan niat

tulus saat melangsungkan perkawinan itu sendiri disertai dengan komitmen

yang kuat untuk mempertahankan nilai-nilai religi yang menjadi dasar semua

tindakannya. Dalam keluarga yang berpoligami, niat suami untuk

melaksanakan poligami akan sangat berpengaruh dalam menciptakan

ketentraman rumah tangga tersebut. Niat yang tulus dan kemauan yang tidak

kenal lelah sangat menentukan, karena pada dasarnya poligami bagi seorang

suami adalah medan jihad yang panjang dan bagi isteri kadang dapat diartikan

bencana ataupun pada kenyataannya poligami dapat menjadi nikmat

tersendiri dalam kasus-kasus tertentu.

B. Analisis Membentuk Keluarga Sakīnah dalam Pernikahan Poligami


Menurut Hukum Islam.

Keluarga adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya. Kesejahteraan

lahir dan batin yang dinikmati oleh suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan

keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup

0
Hasil wawancara dengan para pelaku poligami di desa Sanguwatang Kecamatan
Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10-14 Juli 2023.
77
pada masyarakat bangsa tersebut.0 Itulah antara lain yang menjadi sebab sehingga

agama Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan

keluarga, perhatian yang sepadan dengan perhatiannya terhadap kehidupan

individu serta kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Terkait hal ini, bisa

ditemukan dalam puluhan ayat al-Qur’an dan ratusan hadis Nabi Muhammad

SAW, petunjuk-petunjuk yang sangat jelas menyangkut hakikat tersebut. Allah

SWT menganjurkan agar kehidupan keluarga menjadi bahan pemikiran setiap

insan dan hendaknya darinya dapat ditarik pelajaran berharga. 0 Terkait hal ini al-

Qur’an menegaskan dalam QS. Ar-Ruum (30): 21;

‫ِل‬
‫َو ِم ْن آَياِتِه َأْن َخ َلَق َلُك م ِّم ْن َأنُفِس ُك ْم َأْز َو اجًا ِّلَتْس ُك ُنوا ِإَلْيَه ا َو َجَعَل َبْيَنُك م َّم َو َّدًة َو َر َمْحًة ِإَّن يِف َذ َك‬
﴾٢١﴿ ‫آَل َياٍت ِّلَق ْو ٍم َيَتَف َّك ُر وَن‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.”

dan QS. An-Nahl (16): 72

‫َف َد ًة َقُك م ِّم الَّطِّي اِت‬ ‫ِج ِن‬ ‫ِس‬


‫َن َب‬ ‫َو الّلُه َجَعَل َلُك م ِّم ْن َأنُف ُك ْم َأْز َو اجًا َو َجَعَل َلُك م ِّم ْن َأْز َو ا ُك م َب َني َو َح َو َر َز‬
﴾٧٢﴿ ‫َأَفِباْلَباِط ِل ُيْؤ ِم ُنوَن َو ِبِنْع َم ِت الّلِه ُه ْم َيْك ُفُر وَن‬
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan memberimu
rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari ni`mat Allah?”

Islam sebagai agama yang tujuan utamanya adalah kebahagiaan di dunia dan

diakhirat. Islam sangat mementingkan pembinaan pribadi dan keluarga. Pribadi

0
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat), (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 253.
0
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat), ..., hlm. 253.
78
yang baik akan melahirkan keluarga yang baik, sebaliknya pribadi yang rusak

akan melahirkankeluarga yang rusak. Demikian juga seterusnya, apabila keluarga

baik, maka akan melahirkan negara yang baik. Manusia diberi mandat atau

amanah oleh Allah sebagai mandataris-Nya. Manusia ditantang untuk

menemukan, memahami dan menguasai hukum alam yang sudah digariskan-Nya,

sehingga dengan usahanya itu ia dapat mengeksploitasinya untuk tujuan-tujuan

yang baik. Dengan kata lain, ia harus mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan

mampu pula melestarikan alam ini. Karena alam yang diciptakan Allah ini

bukanlah alam yang siap pakai, tetapi ia harus diolah dan dibangun oleh manusia

menjadi suatu alam yang baik. Adanya anggapan alam ini sebagai suatu tempat

yang siap pakai, merupakan suatu kekeliruan. Anggapan yang menyesatkan ini

bertentangan dengan tugas manusia di bumi sebagai mandataris-Nya. Justru itu

amat wajar Islam mengutamakan pembinaan terhadap individu dan keluarga.0

Keluarga adalah “umat kecil” yang memiliki pimpinan dan anggota,

mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-

masing anggotanya. Keluarga adalah sekolah tempat putra-putri bangsa belajar.

Dari sana mereka mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat, dan

kasihsayang, ghirah (kecemburuan positif) dan sebagainya.

Kebahagiaan akan muncul dalam rumah tangga jika didasari ketakwaan,

hubungan yang dibangun berdasarkan percakapan dan saling memahami, urusan

yang dijalankan dengan bermusyawarah antara suami, istri, dan anak-anak. Semua

anggota keluarga merasa nyaman karena pemecahan masalah dengan

0
Sirajuddin Zar, Konsep Keluarga Dalam Agama Islam, dalam,
http://www.academia.edu, diakses 18 Juli 2023.
79
mengedepankan perasaan dan akal yang terbuka. Apabila terjadi perselisihan

dalam hal apa saja, tempat kembalinya berdasarkan Allah (Al-Qur’an) dan Rasul

(Sunnah), karena syariat dalam hal ini bertindak sebagai pemisah.0

Konsep keluarga dalam Islam cukup jelas, bahkan Islam sangat

mengutamakan pembinaan individu dan keluarga. Hal ini wajar karena keluarga

merupakan prasyarat baiknya suatu bangsa dan negara. Apabila semua keluarga

mengikuti pedoman yang disampaikan agama, maka Allah akan

memberikanhidayah kepadanya. Karenanya dalam Islam wajar disebut baitî

jannatî (rumah ku adalah surgaku).0

Keluarga sakīnah tidak terlepas dengan etika yang mesti dijalankan bersama

prinsip moralitas. Prinsip moralitas inilah yang disebut dengan akhlak. Akhlak

inilah yang mengatur hubungan pergaulan dan hubungan manusia dengan

manusia.0 Sehingga bila akhlak tidak dipatuhi, tentulah masyarakat akan berubah

liar,0 termasuk individu di dalam keluarga. Karena itulah, Allah memberikan

arahan betapa pentingnya kehidupanseseorang dalam keluarga, sebagaimana

dalam firman-Nya QS an-Nahl [16]: 80 yang berbunyi:

‫ِن‬ ‫ِخ‬ ‫ِم‬ ‫ِد‬ ‫ِت‬


‫َو الّل ُه َجَع َل َلُك م ِّم ن ُبُي و ُك ْم َس َك نًا َو َجَع َل َلُك م ِّم ن ُج ُل و اَألْنَع ا ُبُيوتًا َتْس َت ُّفوَنَه ا َيْو َم َظْع ُك ْم‬
﴾٨٠﴿ ‫َو َيْو َم ِإَقاَم ِتُك ْم َو ِم ْن َأْص َو اِفَه ا َو َأْو َباِر َه ا َو َأْش َعاِر َه ا َأَثاثًا َو َم َتاعًا ِإىَل ِح ٍني‬
“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia
menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak
yang kamu merasa ringan (membawa) nya di waktu kamu berjalan dan waktu
0
http://qultummedia.com/55-kabar-qultum/review/701-konsep-membangun-keluarga-
sakinah-dan-sejahtera, diakses 18 Juli 2023.
0
Sirajuddin Zar, Konsep Keluarga Dalam Agama Islam, dalam,
http://www.academia.edu, diakses 18 Juli 2023.
0
Mustafa Ahmad Az-Zarqa, al-Fiqh al-Islam fi Thaubihi al-Jadid: al-Madkhal al-Fiqhi
al-‘Amm, (Beirut: Dar al-Fikr: t.t.), hlm. 56.
0
Syahrur, Nahw Ushul Jadidah lli al-Fiqh al-Islami, (Damaskus: al-Ahali li ath-Thiba’ah
wa an-Nasyr wa at-Tawzi’, 2000), hlm. 77.
80
kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu
kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu
(tertentu).”

Bila dirumuskan, ada beberapa akhlak/etika/moral yang mesti dilakukan

oleh keluarga adalah a) selalu menjaga dan memperhatikan cara pandang individu

terhadap kebutuhan-kebutuhan pokoknya, baik itu bersifat organik maupun yang

bersifat psikologis. b) Mempersiapkan segala sesuatu yang ada hubungannya

dengan pendidikan artinya keluargalahyang mempunyai tanggungjawab moral

pada pendidikan anggota keluarga. c) Membina individu ke arah cita-cita dan

menanamkan kebiasaan yang baik dan benar untuk mencapai cita-cita tersebut. d)

Sebagai modal dalam masyarakat yang menjadi acuan baik untuk ditiru dan

menjadi kebanggaan masyarakat setempat.0 Begitu pula, bila dirumuskan, akan

ditemukan beberapa hal yang mesti dilakukan agar keluarga poligami menjadi

tempat yang menenteramkan dan menyejukkan.

1. Saling Memposisikan Diri Masing-Masing

Dalam berkeluarga, suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban

masing-masing. Mereka tidak boleh berbuat sewenang-wenang antar satu

dengan yang lain.0 Hal ini sesuai dengan firman Allah surat al-Baqarah [2]

ayat 228 yang artinya: “…dan para wanita mempunyai hak yang seimbang

dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami,

mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya….”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan kewajiban

yang sama dengan suami. Meskipun, suami memiliki setinggat lebih tinggi,

0
Darmansyah M, Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasional, (Surabaya Indonesia, 1986), hlm. 79.
0
Abu Qurroh, Pandangan Islam Terhadap Pernikahan Melalui Internet, (Jakarta: PT
Golden Terayon Press, 1997), hlm. 30.
81
yakni menjadi kepala rumah tangga. 0 Dengan demikian, suami mempunyai

kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, tetapi disamping

itu ia juga berfungsi sebagai kepala rumah tangga atau pemimpindalam

rumah tangga. Allah SWT dalam hal ini berfirman surat an-Nisa [4]: 34 yang

berbunyi:

‫ِهِل‬ ‫ِم‬
‫الِّر َج اُل َقَّو اُم وَن َعَلى الِّنَس اء َمِبا َفَّض َل الّل ُه َبْع َض ُه ْم َعَلى َبْع ٍض َو َمِبا َأنَفُق وْا ْن َأْم َو ا ْم‬
‫َفالَّص اَحِلاُت َقاِنَت اٌت َح اِفَظ اٌت ِّلْلَغْيِب َمِبا َح ِف َظ الّل ُه َو الَّاليِت َخَتاُفوَن ُنُش وَز ُه َّن َفِعُظ وُه َّن‬
‫َو اْه ُج ُر وُه َّن يِف اْلَم َض اِج ِع َو اْض ِر ُبوُه َّن َف ِإْن َأَطْع َنُك ْم َفَال َتْبُغ وْا َعَلْيِه َّن َس ِبيًال ِإَّن الّل َه َك اَن َعِلّي ًا‬
﴾٣٤﴿ ‫َك ِبريًا‬
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa saja hak suami dan istri?.

Hak dan kewajiban suami istri bisa kita lihat di dalam pasal 32 sampai pasal

36 UU Nomor1 Tahun 1974. Hak dan kewajiban antara suami-istri adalah

sebagai berikut:

1. Menegakkan rumah tangga;


2. Keseimbangan dalam rumah tangga dan pergaulan masyarakat;
3. Suami istri berhak melakukan perbuatan hukum;
4. Suami istri wajib mempunyai tempat kediaman yang tetap;
5. Suami istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia, dan
member bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain;
6. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan rumah tangga sesuai dengan kemampuanya;
0
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 159.
82
7. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

Hak dan kewajiban tersebut juga berlaku untuk keluarga berpoligami.

Pertanyaan selanjutnya bagaimanakah bila kewajiban-kewajiban tersebut

dilalaikan?. Apabila kewajiban-kewajiban itu dilalaikan si suami, maka istri

dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan. Pembolehan sang istri

mengajukan gugatan karena sang suami tidak menjalankan amanat dengan

sebaik-baiknya. Sementara menjalankan amanat adalah perintahAllah,

sebagaimana dalam QS al-Ahzab [33]: 72 yang berbunyi:

‫ِإَّنا َعَر ْض َنا اَأْلَم اَنَة َعَلى الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو اِجْلَب اِل َف َأَبَنْي َأن ْحَيِم ْلَنَه ا َو َأْش َفْق َن ِم ْنَه ا َو َمَحَلَه ا‬
﴾٧٢﴿ ‫اِإْل نَس اُن ِإَّنُه َك اَن َظُلومًا َجُه وًال‬
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,”

Dalam konteks keluarga apalagi yang melakukan poligami, suami

merupakan seorang pemimpin, bertanggung jawab langsung menghidupi

keluarga, melindungi keluarga dan menjaga keselamatan mereka lahir-batin,

dunia-akhirat. Suami merupakan ketua keluarga dan mempunyai tanggung

jawab memastikan setiap ahli keluarganya untuk mematuhi peraturan dan

memainkan peranan masing-masing dalam keluarga supaya sebuah keluarga

sakīnah dapat dibentuk. Sementara istri bertanggungjawab terhadap urusan

rumah tangga, termasuk didalamnya mendidik danmengasuh anak. Ibu adalah

sosok yang paling baik untuk mendidik anak agar anak menjadi anak yang

baik, dapat diandalkan.0

0
Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Wanita Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1991),
hlm. 105.
83
2. Mendidik Keluarga

Ketika seorang anak terlahir, maka ia dalam keadaan tidak berdaya

dalam mendidik dirinya sendiri. Ia membutuhkan bantuan orang tua untuk

mendidiknya hingga tumbuh menjadi pribadi dewasa.0 Hal ini didasarkan

firman Allah SWT yang menerangkan kewajiban anakkepada ibu bapaknya

dalam Surah al-Ankabut [29]: 8

‫َو َو َّص ْيَنا اِإْل نَس اَن ِبَو اِلَد ْيِه ُحْس نًا َو ِإن َج اَه َد اَك ِلُتْش ِر َك يِب َم ا َلْيَس َلَك ِبِه ِعْلٌم َفاَل ُتِط ْع ُه َم ا ِإَّيَل‬
﴾٨﴿ ‫َمْر ِج ُعُك ْم َفُأَنِّبُئُك م َمِبا ُك نُتْم َتْع َم ُلوَن‬
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Rasa kasih sayang, rasa aman dan bahagia serta perhatian yang

dirasakan sang anak akan berdampak yang baik terhadap kepribadiannya,

yakni keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri untuk menghadapi

berbagai persoalan hidupnya. Sebab, ibu bapak adalah orang pertama yang

diharapkan dapat memberikan bantuan dan petunjuk dalam menyelesaikan

masalah anak. Sementara seorang ibu adalah lambang kasih sayang,

ketenangan dan juga ketenteraman.

Karena keluarga adalah hal yang paling fundamental dalam

mengembangkan masyarakat, maka membentuknya pun tidak semudah

membalikkan telapak tangan. Maka peran orang tua sangat dinantikan dalam

mendidik masa depan anak-anaknya. Orang tua tidak boleh lalai dalam

0
M. Nipan Abdul Halim, Mendidik Kesalehan Anak (Akikah, Pemberian Nama, Khitan dan
Maknanya), (Jakarta: Putaka Amani, 2001), hlm. 142.
84
mendidik anak-anaknya, bila lalai akan berakibat fatal terhadap

perkembangan kepribadian dan karakter mereka.0

Dengan demikian, pendidikan dalam keluarga adalah proses

transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil

dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang

pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkanberbagai

kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan

masyarakat. Hal ini didasarkan pengalaman dan penelitian para pakar, yang

telah menunjukkan bahwa pendidikan dalam keluarga memeliki pengaruh

besar yang tidak tertandingi oleh organisasi sosial maupun dalam

pembentukan dan penggemblengan kepribadian, khususnya pada masa kanak-

kanak. Pada masa-masa ini anak tidak akan tunduk pada pengaruh komunitas

lain selain keluarganya. Lagi pula, pada masa tersebut anak sangat mudah

terpengaruh, mudah dibentuk, mudah menyerap pelajaran dan isyarat. Anak

pada masa tersebut pula minim pengalaman dan lemah keinginan sehingga

selalu membutuhkan orang yang mencukupi dan mensuplai beragam

kebutuhan fisik dan mentalnya. Alasan lain, karena proses pengajaran pada

fase itu akan sangat efektif.0

Sebab itulah, jika menginginkan keluarga yang berkualitas, maka

dibutuhkan kerjasama orang tua dalam mendidik dan mengembangkan

kecerdasan buah hatinya. Hal ini karena kualitas keluarga atau kehidupan

0
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, 26 Dosa Istri Yang Meresahkan Hati Suami, (Solo:
Kiswah Press, 2010), hlm. 94.
0
Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal, Membangun
Keluarga Qur’ani: Panduan Untuk Wanita Muslimah, (Jakarta: Amzah, 2000), hlm. 20.
85
keluarga jelas memainkan peranan paling besar, sehingga anak-anak tidak

tumbuh menjadi anak yang liar, nakal dan tidak mudah diatur. Anak-anak

yang memiliki kepribadian delinkuen (nakal/bermasalah), disebabkan banyak

faktor, diantaranya:

a. Anak tidak mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan

orang tua, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masing-

masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri.

b. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja menjadi tidak terpenuhi.

Keinginan dan harapan anak-anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan,

atau tidak mendapatkan kompensasinya.

c. Anak-anak tidak pernah mendapatkan latiha fisik dan mental yang sangat

diperlukan untuk hidup susila. Mereka tidak dibiasakan disiplin dan

control diri yang baik.

Akibatnya, anak-anak menjadi galau, resah gelisah, bingung, diliputi rasa

benci, dendam, sehingga mereka mencari jalan keluar dengan mencari teman-

teman yang mampu menjadi penawar dalam kegelisahannya.

Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari

orang tua akan selalu merasa tidak nyaman, merasa kehilangan tempat

berlindung dan berpijak. Yang pada gilirannya, mereka akan

mengembangkan reaksi kompensatoris dalam bentuk dendam dan sikap

bermusuh terhadap dunia luar. Anak-anak mulai menghilang dari rumah,

lebih suka bergelandangan dan nongkrong tidak karuan. Anak mulai

86
berbohong dan mencuri untuk menarik perhatian dan mengganggu orang

lain.0

Sebab itulah, Islam memberikan arahan kepada orang tua, untuk selalu

memberikan arahan dan pandangan kepada buah hatinya, sehingga buah

hatinya merasa dihargai dan diperhatikan kebutuhan fisik dan psikisnya.

Eksistensi kualitas manusia berada di antara naluri dan nurani. Dalam

rentetan seperti tulah manusia berprilaku, baik perilaku yang positif maupun

negative. Fungsi intelegensi dapat menaikkan kualitas dan nilai manusia ke

tingkat yang lebih tinggi. Namun intelegensi saja tidaklah cukup, melainkan

harus diikuti dengan nurani yang tajam dan bersih. Nurani (mata batin, akal

budi) difahami sebagai superego, sebagai conscience, sebagai gewetan, atau

sebagai nafsu muthmainnah. Karenanya manusia bukan sekedar to live

(bagaimana memiliki) dan to survive (bagaimana bertahan), melainkan juga

to exist (bagaimana keberadaannya).0

Dengan demikian, manusia itu berkualitas kalau dia memiliki

kebebasan untuyk berbuat dan berkehendak. Tetapi, kebebasanm di sini

bukanlah melepaskan diri dari kendali rohani dan akal sehat, melainkan upaya

kualitatif untuk mengekpresikan totalitas kediriannya, sambil berjuang keras

untuk menenangkan diri sendiri atas dorongan naluriah yang negative dan

destruktif.0

0
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2010), hlm. 59-60.
0
Fuad Hassan, Manusia dan Citranya, (Surabaya: Express, t.t.), hlm. 37.
0
Umar Shihab, Kontekstualisasi Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam
Al-Qur’an, (Jakarta: Penamadani, 2005), hlm. 110.
87
3. Menerapkan Prinsip 4 M (Saling Menerima, Menghargai, Mempercayai dan

Melengkapi)

Suami istri harus saling menerima satu sama lain. Suami istri laksana

satu tubuh dua nyawa. Satu sama lain saling membutuhkan dan melengkapi.

Warna-warni dalam keluarga merupakan keindahan yang tiada tara. Keluarga

akan menjadi dinamis sehingga rasa rasa sayang, cinta dan kasih akan tumbuh

dan mekar bersemi. Sehingga tujuan dari pernikahan, yakni memenuhi fitrah

manusiawi dan melangsungkan regenerasi dapat terwujud. 0 Sikap saling

menghargai juga sebuah jembatan menuju terkaitnya perasaan suami-istri.

Karenanya seorang suami atau istri hendaklah saling menghargai perkataan

dan perasaan masing-masing, menghargai bakat dan keinginan masing-

masing, dan menghargai keluarga masing-masing.

Dalam berrumahtangga, seorang istri harus percaya kepada suaminya,

begitu pula dengan suami terhadap istrinya ketika ia sedang berada di luar

rumah. Jika diantara keduanya tidak adanya saling percaya, kelangsungan

kehidupan rumah tangga berjalan tidak seperti yang dicita-citakan yaitu

keluarga yang bahagia dan sejahtera. Akan tetapi jika suami istri saling

mempercayai, maka kemerdekaan dan kemajuan akan meningkat, serta hal ini

merupakan amanah Allâh.

Tidak ada manusia yang sempurna (no body perpect), inilah slogan

yang pas untuk pasangan suami istri. Bahwa semua manusia yang ada di

dunia ini pasti mempunyai kekurangan. Karenanya, kekurangan dan

0
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 27.
88
kelebihan masing-masing bisa dijadikan sebagai kekuatan untuk saling

melengkapi. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS al-Baqarah [2]: 187

yang artinya “...mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah

pakaian bagi mereka….”.

Ayat tersebut mengandung makna bahwa suami istri laksanan pakaian

yang berfungsi untuk menutup aurat, melindungi diri dari panas dan dingin,

dan sebagai perhiasan. Suami terhadap istri dan sebaliknya harus

menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika istri mempunyai suatu

kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga

sebaliknya. Jika istri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke

dokter, begitu juga sebaliknya. Istri harus selalu tampil membanggakan

suami, suami juga harus tampil membanggakan istri, jangan terbalik di luaran

tampil menarik orang banyak, di rumah “tak menggairahkan, jorok dan tak

sembarangan atau bahkan menyebalkan”.

4. Hubungan Akrab: Menjalin Ikatan Cinta Antara Anak dan Orang Tua

Hak dan kewajiban antara orang tua dengan anak diatur dalam pasal 45

sampai dengan pasal 49 UU Nomor 1 Tahun 1974. Hak dan kewajiban orang

tua dan anak dikemukakan sebagai berikut:

a. Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak anak mereka sebaik-
baiknya. Kewajiban orang tua berlaku sampai anak itu kawin atau dapat
berdiri sendiri (pasal 45 ayat (1) dan ayat(2) UU Nomor 1 Tahun 1974).
b. Anak wajib menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka yang
baik (pasal 46 ayat(1) UU Nomor 1 Tahun 1974).
c. Anak wajib memelihara dan membantu orang tuanya, manakala sudah tua
(pasal 46 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 1974).
d. Anak yang belum dewasa, belum pernah melangsungkan perkawinan, ada
di bawah kekuasaan orang tua (pasal 47 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun
1974).
89
e. Orang tua mewakili anak di bawah umur dan belum pernah kawin
mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan (pasal
47 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 1974).0

Hak dan kewajiban tersebut jika dilaksanakan akan memudahkan orang

tua dan anak menjalin komunikasi dan mengikat batin antar mereka. Dengan

pola komunikasi yang baik, membentuk anak akan lebih mudah. Sebab

membentuk anak tidak ubahnya seperti membuat kue. Seorang anak

diibaratkan bahan baku untuk membuat kue, bila bahan bakunya sudah

lengkap, adonannya bagus sesuai dengan resep, maka hasilnya pun akan

sesuai dengan resepnya, namun bila yang diadon tidak sesuai dengan serep,

maka hasilnya pun tidak karuan dan acak-acakan. 0 Untuk bisa membuat

adonan yang sesuai harapan, komunikasi efektif menjadi salah satu cara yang

perlu dilakukan.

Dalam Al-Qur’an, pola komunikasi efektif antara orang tua dan anak,

tergambar dalam Al-Qur’an surat ash-Shaffat ayat 100-102 terkait percakapan

Nabi Ibrahim dan Ismail. SitiZainab, dalam artikelnya yang berjudul

Komunikasi Orang Tua-Anak dalam Al-Quran (Studi Terhadap QS. Ash-

Shaffat ayat 100-102,) menjelaskan bahwa komukasi antara Nabi Ibrahim dan

Ismail mengajarkan cara membangun kebersamaan dan kepercayaan antara

orang tua dan anak, mengajarkan cara menjalin komunikasi yang baik, yakni

komunikasi dialogis, adanya keterbukaan, dan mengutamakan empati dan

sikap mendukung.0
0
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, ..., hlm. 27.
0
Abdul Qodir Zaelani, “Pola Asuh Anak dalam Perspektif Yuridis dan Psikologi
Pendidikan”, Asas, Vol. 6, No. 2 (2014), hlm. 36.
0
Siti Zainab, “Komunikasi Orang Tua-Anak dalam Al-Quran (Studi Terhadap QS. Ash-
Shaffat ayat 100- 102)”, Jurnal NALAR, Vol 1, No 1, (2017), hlm. 52-54.
90
91
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis gambarkan dalam pembahasan

sebelumnya, maka dapat penulis simpulkan bahwa:

1. Pandangan pelaku poligami menyikapi konsep keluarga sakīnah dalam

perkawinan poligami, sangat beragam sehingga menimbulkan pro dan kontra.

Konsep keluarga sakīnah bagi pelaku poligami di desa Sanguwatang adalah

terpenuhinya ekonomi para isteri dan anak-anak, menjaga keutuhan rumah

tangga dengan saling pengertian dan saling menghargai satu sama lain, serta

tercukupi kebutuhan lahir dan batin. Para pelaku poligami hanya mengetahui

akan kebolehan dalam berpoligami, yang mana hanya memandang dari segi

kebolehannya saja tanpa memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Poligami yang dilakukan terjadi tanpa adanya persetujuan dari Pengadilan

Agama dan kemudian tidak dicatatkan di KUA yang mana hal tersebut

mendatangkan dampak baik dampak positif maupun dampak negatif.

2. Al-Qur’an telah memberikan petunjuk yang gambling, bahwa berkeluarga

bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisiologi, psikologi dan lainnya, tapi juga

harus jelas visi dan misi dalam berkeluarga. Konsep keluarga sakīnahbagi

perkawinan poligami dalam Islam adalah konsep dan nilai-nilai yang

terkandung dalam firman-Nya mesti dijalani dan menjadi kebudayaan (bi’ah

hasanah). Budaya tersebut adalah saling memposisikan diri masing-masing,

mendidik keluarga, menerapkan prinsip 4 M (saling Menerima, Menghargai,


92
Mempercayai dan Melengkapi), dan yang terakhir adalah hubungan akrab dan

membumikan etika yang baik oleh anak kepada orang tua. Bila kesemua ini

dijalankan dengan sebaik-baiknya maka menjadi keluarga yang Sakīnah,

Mawaddah dan Rahmahakan membumi di dalam keluarga.

B. Saran

Dari hasil penelitian, penulis memberikan saran di antaranya kepada:

1. Pelaku poligami dan masyarakat desa Sanguwatang untuk lebih mengenal

hukum dan mengikuti perundang-undangan, yaitu hukum tentang

perkawinan, hukum perkawinan poligami di Indonesia UU No. 1 Tahun

1974, sehingga tidak terjadi praktik poligami yang kurang sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

2. Kepada pihak desa, akademisi dan Kantor Urusan Agama dan Pengadilan

Agama untuk melakukan sosialisasi tentang peraturan-peraturan perkawinan

poligami baik dari segi prosedur, materi ataupun proses administerasi kepada

masyarakat desa Sanguwatang, sehingga bagi pihak-pihak tertentu tidak lagi

mengambil jalan pintas dalam melakukan perkawinan poligami.

3. Kepada masyarakat untuk berpikir ulang dalam melakukan perkawinan

poligami, apabila hendak melakukan poligami, harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan poligami, dan

mempertimbangkan dampak positif dan negatif yang akan menjadi

konsekuensi dari perkawinan tersebut.

93
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah, Sufyan Raji.Poligami dan Eksitensinya. Jakarta: CV. Cahaya Esa,


2004.

Abdurrahman.Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta: Akademika


Pressindo, 2010.

Adi, Rianto.Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Edisi 1. Jakarta: Granit, 2004.

al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim.26 Dosa Istri Yang Meresahkan Hati Suami.
Solo: Kiswah Press, 2010.

Ali, Muhammad.Kamus Besar Bahasa Modern. Jakarta: Pustaka Amani, 1980.

Ali, Zainuddin.Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Sinar Grafika,


2006.

al-Jamal, Ibrahim Muhammad.Fiqih Wanita Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas,


1991.

al-Jauhari, Mahmud Muhammad. dan Muhammad Abdul Hakim


Khayyal.Membangun Keluarga Qur’ani: Panduan Untuk Wanita
Muslimah.Jakarta: Amzah, 2000.

Ashshofa, Burhan.Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Asrofi dan M. Thohir.Keluarga Sakinah Dalam Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta:


Arindo Nusa Media, 2006.

Az-Zarqa, Mustafa Ahmad.al-Fiqh al-Islam fi Thaubihi al-Jadid: al-Madkhal al-


Fiqhi al-‘Amm. Beirut: Dar al-Fikr: t.t.

Basri, Hasan.Membina Keluarga Sakinah.Cet. Ke-4. Jakarta: Pustaka Antara,


1996.

Basyir, Abu Umar Poligami Anugrah yang Terdzalimi. Solo: Rumah Dzikir,
2010.

Danuri.PertambahanPendudukdanKehidupanKeluarga.Yogyakarta:LPPKIKIP,19
76.

Daruquthni, Ali bin Umar.Sunan al-Daaruquthni, Transliterasi.jil.2. Beirut: Daar


al-Fikr, 1994.

94
Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Tarjamah. Bogor: Departemen Agama RI.
2007.

Depdikbud.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Cet. Ke-7. Jakarta: Balai Pustaka,


1996.

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.Ilmu Fiqh.Jilid II, Cet.


Ke-2. Jakarta: Departemen Agama, 1984/1985.

Farhat, Karam Hilmi.Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani, dan Yahudi.


Cet. I. Jakarta: Darul Haq, 2007.

Fitrah, Muh. dan Luthfiyah.Metode Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan


Kelas dan Studi Kasus. Surabaya: CV Jejak, 2018.

Fuaduddin.Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam. Jakarta: LKA&J, 1999.

Ghazaly, Abd. Rahman.Fiqh Munakahat. Jakarta: Prenada Media, 2003.

Halim, M. Nipan Abdul.Mendidik Kesalehan Anak (Akikah, Pemberian Nama,


Khitan dan Maknanya). Jakarta: Putaka Amani, 2001.

Hassan, Fuad.Manusia dan Citranya. Surabaya: Express, t.t.

Jaiz, Hartono Ahmad.Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan.


Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007.

Junaedi, Dedi.Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut al-Qur’an dan


as- Sunnah. Jakarta: Akademika Pressindo, 2003.

Kartono, Kartini.Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, 2010..

Mufidah.Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender.Yogyakarta: UIN


MalangPress,2008.

Muhammad,Darmansyah.Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasional. Surabaya


Indonesia, 1986.

Muhyidin, Abu Usamah. dan Abu Hamid.Legalitas Poligami menurut Sudut


Pandang Ajaran Islam. Yogyakarta: Sketsa, 2006.

Mulia, Musdah.Pandangan Islam Tentang Poligami. Jakarta: Lembaga Kajian


Agama dan Gender, 1999.

Nurhayati, Eti.Psikologi Perempuan Dalam Berbagai Persfektif. Yogyakarta:


Pustaka Belajar, 2012.

95
Nuruddin, Amiur. dan Azhari Akmal Tarigan.Hukum Perdata Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana, 2006.

Poewadarminto.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Qaimi, Ali.Single Parent Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak. Bogor:
Cahaya, 2003.

Qurroh, Abu.Pandangan Islam Terhadap Pernikahan Melalui Internet. Jakarta:


PT Golden Terayon Press, 1997.

Ramulyo, Mohd. Idris.Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-


Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, 2004.

Saebani, Beni Ahmad. dan Syamsul Falah.Hukum Perdata Islam Di Indonesia.


Bandung: Cv Pustaka Setia, 2011.

Salim, Agus.Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Pustaka Amani,


1989.

Satori, Djaman.dan Aan Komariah.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:


Alfabeta, 2017.

Shihab, M. Quraish.Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu Dalam


Kehidupan Masyarakat). Bandung: Mizan, 1994.

Shihab, Umar.Kontekstualisasi Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum


dalam Al-Qur’an. Jakarta: Penamadani, 2005.

Soemitro, Ronny Hanitijo.Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta:


Ghalia Indonesia, 1998.

Subagyo, Joko.Metodologi Penelitian Dalam Teori dan Praktik.Jakarta: PT.


Rineka Cipta, 1994.

Subekti dan Tjitrosudibio.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. cet. Ke-37.


Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.

Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabetta,


2010.

Suprapto, Bibit.Liku-liku Poligami.Cet. Ke-1. Yogyakarta: Pustaka Al-Kautsar,


1999.

Sutarmadi, Ahmad.Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020.


Surabaya: BP4, 1997.

96
Syahrur.Nahw Ushul Jadidah lli al-Fiqh al-Islami. Damaskus: al-Ahali li ath-
Thiba’ah wa an-Nasyr wa at-Tawzi’, 2000.

Syarifuddin, Amir.Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh


Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana, 2006.

Takariawan, Cahyadi.Pernik-pernik Rumah Tangga Islami. Cet. III. Surakarta:


Intermedia, 2001.

Tutik, Titik Triwulan.Poligami Perspektif Perikatan Nikah. Jakarta: Prestasi


Pustaka Raya, 2007.

Winarno dan Surakhmad.Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metodedan Teknik.


Bandung: Tarsito, 1990.

Jurnal

Astriana, Baiq Ety. “Dampak Poligami Terhadap Keberlangsungan Pendidikan


Anak Di Desa Montong Terep Kecamatan Praya Kabupaten Lombok
Tengah”.Mataram: El-Hikmah. Volume 6, Nomor 2, Desember 2012.

Ismatullah, A. M. “Konsep Sakīnah, Mawaddah dan Rahmah dalam Al-Qur’an


(Presfektif Penafsiran Kitab Al-Qur’an dan Tafsirnya)”.Mazahib: Jurnal
Pemikiran Hukum Islam. Vol. XIV, No. 1. Juni 2015.
https://doi.org/10.21093/mj.v14i1.335.

Zaelani, Abdul Qodir. “Pola Asuh Anak dalam Perspektif Yuridis dan Psikologi
Pendidikan”.Asas. Vol. 6, No. 2 2014.

Zaelani, Abdul Qodir.dan Issusanto, dan Abdul Hanif. “Konsep Keluarga Sakīnah
Dalam Al-Qur'an”.El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic
Family Law. Vol. 2, No. 2, 2021. https://doi.org/10.24042/el-
izdiwaj.v2i2.10897.

Zainab, Siti. “Komunikasi Orang Tua-Anak dalam Al-Quran (Studi Terhadap QS.
Ash-Shaffat ayat 100- 102)”.Jurnal NALAR. Vol 1, No 1, 2017.

Karya Ilmiah

Fathurrohman. “Status Poligami lebih dari Empat (Studi Kasus Terhadap Kustoro
Rahardjo di Pemalang)”.Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010.

97
Imamah, Ade Irma. “Konsep Keluarga Sakīnah Bagi Perkawinan Poligami (Studi
Kasus di Desa Sanguwatang Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)”.Skripsi.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Nafi’i, Ahmad. “Konsep Adil dalam Izin Poligami (Analisis Yurispudensi


Putusan Pengadilan Agama Bekasi Perkara No. 205/pdt.G/2008
PA.Bks)”.Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011.

Ramadhan, Inten Mutia. “Perkawinan Poligami Menurut Pandangan Santri


Pondok Pesantren Ki Ageng Giring Dilihat Dari Segi Sakīnah Mawaddah
Dan Rahmah”.Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2018.

Shalah, Mahrus. “Keluarga Sakīnah Dalam Perkawinan Poligami (Studi Kasus :


Keluarga Kyai Uhi Sholahi Ketua PCNU Kabupaten Pandeglang)”.Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2017.

Sufiyan, Ahmad. “Adil sebagai Syarat Permohonan Izin Poligami (Studi atas
Persepsi Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur)”.Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Hasil Observasi dan Wawancara

Data Kantor Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten


Purbalingga, pada tanggal 10 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Bapak DR selaku keluarga poligami, di Desa


Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 11
Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Bapak H. Nasrulloh selaku Tokoh Masyarakat di desa


Sanguwatang, Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 14
Juli 2023.

Hasil Wawancara dengan Bapak Karyono selaku Kepala Desa Sanguwatang


Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Bapak Khoirul Umam selaku Amil di Desa


Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 13
Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Bapak PS selaku keluarga poligami, di Desa


Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 10
Juli 2023.

98
Hasil wawancara dengan Bapak SN selaku keluarga poligami, di Desa
Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 12
Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Bapak SR selaku keluarga poligami, di Desa


Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 11
Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Bapak Warto selaku Ketua RT di desa Sanguwatang,


Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 15 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Bapak WR selaku keluarga poligami, di Desa


Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 12
Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Bapak YN selaku keluarga poligami, di Desa


Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga, pada 13
Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu AI selaku isteri kedua Bapak PS selaku keluarga
poligami, di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten
Purbalingga, pada 10 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu IS isteri pertama Bapak DR selaku keluarga


poligami, di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten
Purbalingga, pada 11 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu MA isteri kedua Bapak YN selaku keluarga


poligami, di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten
Purbalingga, pada 13 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu MW isteri pertama Bapak SN selaku keluarga


poligami, di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten
Purbalingga, pada 12 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu NL isteri kedua Bapak WR selaku keluarga


poligami, di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten
Purbalingga, pada 12 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu NN isteri kedua Bapak SR selaku keluarga poligami,
di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga,
pada 11 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu RH isteri pertama Bapak WR selaku keluarga


poligami, di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten
Purbalingga, pada 12 Juli 2023.

99
Hasil wawancara dengan Ibu RN isteri pertama Bapak SR selaku keluarga
poligami, di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten
Purbalingga, pada 11 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu SM isteri pertama Bapak YN selaku keluarga


poligami, di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten
Purbalingga, pada 13 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu SS isteri pertama Bapak PS selaku keluarga


poligami, di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten
Purbalingga, pada 10 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu SU isteri kedua Bapak SN selaku keluarga poligami,
di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga,
pada 12 Juli 2023.

Hasil wawancara dengan Ibu WT isteri kedua Bapak DR selaku keluarga


poligami, di Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu Kabupaten
Purbalingga, pada 11 Juli 2023.

Hasil Wawancara dengan saudara Abdillah anak Bapak SR, pada 11 Juli 2023.

Hasil Wawancara dengan saudara Baehaki anak dari Bapak DR, pada 11 Juli
2023.

Hasil Wawancara dengan saudara Ega anak Bapak PS, pada 10 Juli 2023.

Hasil Wawancara dengan saudara Jubaedah anak Bapak YN, pada 13 Juli 2023.

Hasil Wawancara dengan saudara Kurniawan anak Bapak SN, pada 12 Juli 2023.

Hasil Wawancara dengan saudara Suhaebah anak Bapak WR, pada 12 Juli 2023.

Lain-lain

http://qultummedia.com/55-kabar-qultum/review/701-konsep-membangun-
keluarga- sakinah-dan-sejahtera, diakses 18 Juli 2023.

https://m.detik.com/hot/celeb/d-3487947/potret-akur-poligami-ustad-arifin-ilham-
sebut-2-istrinya-bidadari. Diakses Pada, 12 Mei 2023. Pukul, 20:44 WIB.

Sirajuddin Zar, Konsep Keluarga Dalam Agama Islam, dalam,


http://www.academia.edu, diakses 18 Juli 2023.

100
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara Kepala Desa Sanguwatang
1. Kapan Desa Sanguwatang berdiri?
2. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami?
3. Menurut bapak bagaimana perkawinan poligami itu, sah atau tidak?
4. Bagaimana kedudukan Perkawinan poligami tersebut dari sudut pandang
hukum Islam dan hukum positif?
5. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan poligami, faktor-
faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga melakukan perkawinan
poligami?
6. Apakah masyarakat tahu undang-undang Perkawinan No 1 Tahun 1974
tentang kebolehan berpoligami ?
7. Pernahkah dari pihak desa mensosialisasikan tentang pentingnya perkawinan
yang sesuai dengan Undang-undang No 1 Tahun 1974?
8. Apakah keluarga poligami ini melakukan perkawinanya mendapatkan izin
dari Pengadilan Agama?
9. Bagaimana pandangan bapak tentang keluarga yang melakukan perkawinan
poligami?
Wawancara Masyarakat dan Tokoh Masyarakat
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami?
2. Menurut bapak bagaimana perkawinan poligami itu, sah atau tidak?
3. Bagaimana kedudukan Perkawinan poligami tersebut dari sudut pandang
hukum Islam dan hukum positif?
4. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan poligami, faktor-
faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga melakukan perkawinan
poligami?
5. Apakah masyarakat tahu undang-undang Perkawinan No 1 Tahun 1974
tentang kebolehan berpoligami?
6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap perkawinan poligami ini?
Wawancara Pelaku Perkawinan Poligami (Suami)
1. Apakah bapak setuju dengan poligami?
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami? Mengapa?
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
4. Apa alasan bapak berpoligami?
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina, dakwah
islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari Allah?
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan keberkahan dalam
rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa?
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah wanita
yang mengerti ilmu agama?
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang tidak
baik dan tidak harmonis? Mengapa?
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak adil
terhadap kaum perempuan? Mengapa?
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi keluarga
sakinah dalam poligami?
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu harus
mengerti betul ilmu agama? Mengapa?
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya ketimbang
positifnya? Mengapa?
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan menurut
pendapat sebagian orang?
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?Mengapa?
Wawancara Pelaku Perkawinan Poligami (Isteri)
1. Apakah ibu setuju dengan poligami?
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami? Mengapa?
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
4. Alasan ibu mau di poligami?
5. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu mau menikah
dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri?
6. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu?
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu?
7. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi keluarga
ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa?
8. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang tidak
baik dan tidak harmonis? Mengapa?
9. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak adil
terhadap kaum perempuan? Mengapa?
10. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu harus
mengerti betul ilmu agama? Mengapa?
11. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya ketimbang
positifnya? Mengapa?
12. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan terdapat
aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukanpoligami. Apakah
syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami andaberpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri?
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-
isteri dan anak-anaknya?
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-
keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak mampu
menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri mendapat cacat
badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; atau isteri tidak dapat
melahirkan keturunan?

Wawancara Anak dari Pelaku Perkawinan Poligami


1. Apakah anda setuju dengan perkawinan poligami yang dilakukan orang tua
anda?
2. Bentuk perkawinan yang paling baik mongami atau poligami? Mengapa?
3. Alasan anda menerima orang tua berpoligami?
4. Dampak poligami terhadap keluarga anda.
a. Apakah keuntungan yang anda rasakan?
b. Kesulitan dan tantangan apa yang di hadapi sebagai seorang anak?
5. Apakah anda setuju bahwa poligami itu berpengaruh negatif bagi keluarga
anda (anak-anak) dalam kehidupan bermasyarakat?
6. Apakah kebutuhan ekonomi serta hak-hak anda sebagai seorang anak
terpenuhi?
7. Bagaimana anda (anak-anak) menyikapi hal ini?
8. Bagaimana hubungan anda dengan ayah, ibu, dan saudara-saudara dari
perkawinan poligami ini?
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai