Daftar Pusaka
Daftar Pusaka
Daftar Pusaka
SKRIPSI
DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARIAH DAN
HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU
HUKUM ISLAM
OLEH:
MUHAMMAD YUSUF RANGKUTI
17103060020
PEMBIMBING:
Drs. ABD. HALIM, M.Hum.
PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2021 / 1442 H
ABSTRAK
Perkawinan satu marga merupakan perkawinan yang dilarang dalam adat Batak
Mandailing karena dianggap sebagai perkawinan sedarah dari garis keturunan ayah
(patrilinial), dimana perkawinan itu tidak sah dan tidak diadatkan. Seiring
perkembangan zaman terjadi perubahan sosial kebudayaan adat dalam memahami
pelarangan perkawinan semarga tersebut, dimana sebagian masyarakat Batak
memahami bahwa perkawinan satu marga telah menjadi hal yang biasa dalam
kehidupan bermasyarakat. Salah satunya yang terjadi pada masyarakat Batak
Mandailing di Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara. Perkawinan Satu
marga pada masyarakat sekarang ini mengalami pergeseran makna dari budaya adat
Batak. Hal ini menunjukkan apakah larangan ini sudah mengalami perubahan
hukum dalam masyarakat adat Batak Mandailing seiring dengan berkembangnya
sosial, pendidikan, ilmu agama dan budaya masyarakat. Pertanyaan penting adalah
bagaimanakah praktik pernikahan semarga dalam adat Batak Mandailing dan
seperti apa aturan pelarangan pernikahan semarga tersebut dalam perspektif hukum
adat dan hukum Islam.
i
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah membaca, meneliti, dan mengoreksi serta menyarankan perbaikan
seperlunya, maka kami berpendapat bahwa :
Nama : Muhammad Yusuf Rangkuti
NIM : 17103060020
Judul : “Larangan Perkawinan Satu Marga Dalam Adat Batak Mandailing
di Kabupaten Mandailing Natal (Studi Komparasi Hukum Adat dan
Hukum Islam)”
Sudah dapat diajukan kepada Prodi Perbandingan Mazhab Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana strata satu dalam Ilmu Hukum Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi atau tugas akhir saudara tersebut di atas
dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, 14 Januari 2021
01 Jumadil Akhir 1442
Pembimbing,
ii
iii
iv
MOTTO
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada
Ayahanda Iskandar Muda Rangkuti dan
Ibunda Rubina Damanik serta sanak saudara
dan keluarga.
Kepada Jurusan Perbandingan Mazhab,
seluruh Masyayikh, Guru, Sahabat, dan
seluruh orang-orang yang pernah hadir dalam
memberikan pelajaran tentang arti kehidupan
selama ini.
Semoga Perbandingan Mazhab menjadi
wasilah pemersatu umat.
vi
SISTEM TRANSLITERASI ARAB-LATIN
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
tidak
ا Alif tidak dilambangkan
dilambangkan
ب ba’ B Be
ت ta’ T Te
ث sa’ ṡ es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ha (dengan titik di
ح ha’ ḥ
bawah)
خ kha’ Kh ka dan ha
د Dal D De
ذ Zal Ż ze (dengan titik di atas)
ر ra’ R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin Sy es dan ye
ص Ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)
de (dengan titik di
ض Ḍad ḍ
bawah)
vii
ط ta’ ṭ te (dengan titik di bawah)
zet (dengan titik
ظ za’ ẓ
dibawah)
ع ‘ain ‘ koma terbalik di atas
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L ‘el
م Mim M ‘em
ن Nun N ‘en
و Waw W W
ه ha’ H Ha
ء Hamzah ’ Apostrof
ي Ya Y Ye
ٌعدٌة
ٌِّ Ditulis `iddah
(ketentuan ini tidak diperlakukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap
dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
viii
2. Bila diikuti dengan kata sandang al serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
3. Bila ta marbutah hidup atau dengan harkat, fathah, kasrah, dan damah ditulis
t atau h.
ٌْ ٌَز ٌَكا ٌةٌٌُاْل ٌِّف
ٌط ِّر Ditulis zakātul fiṭri
D. Vokal Pendek
ﹶ A
Fathah Ditulis
َفَ َع َل fa’ala
ﹺ I
Kasrah Ditulis
َفَ َع َل Żukira
ﹸ U
Dammah Ditulis
َفَ َع َل Yażhabu
E. Vokal Panjang
fathah + alif ditulis Ā
ٌجا ٌِّهٌِّليٌة
ٌَ ditulis jāhiliyyah
fathah + ya’ mati ditulis ā
َ ت َ ْن
سى ditulis yas'ā
kasrah + ya’ mati ditulis ī
ٌٌَك ٌِّر ٌْيم ditulis karīm
dammah + wawu mati ditulis ū
ٌٌفُ ٌُر ٌْوض ditulis furūḍ
ix
F. Vokal Rangkap
fathah + ya' mati ditulis Ai
ٌبٌَ ٌْينٌَكُ ْم ditulis bainakum
fathah + wawu mati ditulis au
ٌقٌَ ٌْول ditulis qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
ٌٌأ ٌَأ ٌَْنٌت ُ ْم ditulis a'antum
ٌَ ٌٌٌْلَئٌِّن
ٌش ٌَك ٌْرٌت ُ ْم ditulis la'in syakartum
x
J. Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi
ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku
dalam EYD, diantaranya, huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal
nama diri dan permulaan kalimat. Nama diri yang didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital adalah huruf awal nama diri bukan huruf
awal kata sandangnya.
Contoh:
K. Pengecualian
a. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, misalnya hadis, lafaz, shalat, zakat dan sebagainya.
b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah di-Latin-kan oleh
penerbit, seperti judul buku Al-Hijab, Fiqh Mawaris, Fiqh Jinayah dan
sebagainya.
c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tetapi berasal dari negara yang
menggunakan huruf Latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri Soleh dan
sebagainya.
d. Nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya Mizan,
Hidayah, Taufiq, Al-Ma’arif dan sebagainya.
xi
KATA PENGANTAR
Skripsi ini merupakan kajian singkat mengenai larangan perkawinan satu marga
dalam adat Batak Mandailing studi komparasi antara Hukum Adat dan hukum
Islam. Penyusun menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa
adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati penyusun mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Phil. Al-Makin, S.Ag., M.A. selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta beserta jajaran rektorat.
2. Prof. Dr. Drs. H. Makhrus, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta jajaran dekanat.
3. H. Wawan Gunawan Abdul Wahid, L,C., S.Ag., M.Ag., selaku Ketua
Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta staf.
4. Nurdhin Baroroh, S.H.I., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi
Perbandingan Mazhab Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
5. Drs. Abd. Halim, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan masukan,
xii
arahan, bimbingan, dan doa kepada penyusun hingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Semoga Allah merahmati dan membalas jasa-
jasa beliau.
6. Seluruh dosen dan karyawan di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan, pengalaman dan keteladanan yang sangat berharga dan
bermanfaat bagi penyusun selama menjalankan masa studi.
7. Ayahanda Iskandar Muda Rangkuti dan Ibunda Rubina Damanik tersayang,
serta adik-adik saya tercinta (Muhammad Nazaruddin Rangkuti,
Muhammad Arsyad Rangkuti, dan Amir Husein Rangkuti) dan seluruh
sanak saudara di kampung halaman yang tiada henti memberi perhatian,
dukungan, doa, dan semangat kepada penyusun hingga ucapan terimakasih
ini selesai ditulis. Sungguh untuk setiap cinta dan untaian doa yang kalian
jaga, semoga Allah membalasnya dengan syurga yang khalidina fiha abada.
8. Bapak H. Imam Santosa dan Ibunda Hj. Anti Intiningsih B.A., yang sangat
berjasa sebagai Ibu dan Ayah saya di Kota Yogyakarta, yang telah
memberikan kasih sayang dan perhatian serta memenuhi kebutuhan saya
sehari-hari seperti anak mereka sendiri. Kemudian Bang Imam Hidayat
yaitu Pembimbing sekaligus mentor kami serta seluruh keluargaku di
Yayasan Islam Ibadah Bunda yang telah menemaniku selama melanjutkan
studi di Yogyakarta terutama Mas Oki, Mas Cahyo, Mas Ravi, Alga, Febri,
Dimas, Elang, Rega, Hary, Sidiq dan Hanif. Terimakasih atas
kebersamaannya selama ini.
9. Bapak Maraguna Nasution, Atok Lukman Rangkuti, Nenek Duriani Siregar,
Bou Rodimah Nasution, Ibu Marlina Lubis, Bapak Bagas Nasution dan Ibu
Masniari Nasution yang telah berkenan diwawancarai dalam penelitian
skripsi ini. Terimakasih atas penerimaannya selama penyusun melakukan
observasi.
10. Teman-teman Mahasiswa Prodi Perbandingan Mazhab terkhusus teman-
teman seperjuangan angkatan tahun 2017 yang telah menjadi tempat berbagi
xiii
suka dan duka selama empat tahun terakhir. Terimakasih karena sudah mau
bertukar fikiran dan menjadi tempat berdiskusi selama ini.
11. Teman-teman KKN Tim Kalijagamuda#2 yang berjuang selama sebulan di
Desa Simpar Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung UIN Sunan
Kalijaga angkatan 102 tahun 2020 yakni Ikbal, Rifki, Shall, Syakier, Alwi,
Aul, Isna, Shofa, Dini dan Himma. Terima kasih juga kepada Bapak dan Ibu
Lurah selaku tuan rumah, juga seluruh warga di Desa Simpar.
12. Rekan-rekan di organisasi UKM Studi Pengembangan Bahasa Asing dan
UKM-F Komunitas Pemerhati Konstitusi UIN Sunan Kalijaga yang telah
banyak memberikan pengalaman dan kebahagian serta menjadi wadah saya
untuk mengembangkan bakat dan meraih prestasi dengan mengikuti dan
menjuarai berbagai kompetisi di tingkat Provisi hingga Nasional.
Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik yang
telah disebutkan maupun yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga jasa
dan amal baik yang telah diberikan kepada penyusun bernilai ibadah serta
mendapatkan ganjaran dan limpahan rahmat dari Allah SWT.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran, kritik, dan
masukan sangat penyusun harapkan demi perbaikan karya ilmiah penyusun di
masa mendatang. Akhir kata, penyusun hanya dapat memohon kepada Allah
SWT semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun pribadi
dan kepada para pembaca sekalian.
xiv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
MOTTO ...................................................................................................... v
xv
BAB II TINJAUAN UMUM LARANGAN PERKAWINAN ................... 21
1. Pengertian Perkawinan................................................................ 21
D. ‘Urf ................................................................................................... 37
4. Syarat-Syarat ‘Urf....................................................................... 40
Natal ................................................................................................. 41
xvi
C. Pergeseran Norma Larangan Perkawinan Satu Marga di Kabupaten
Mandailing Natal............................................................................... 63
ISLAM ......................................................................................................... 74
BAB V KESIMPULAN............................................................................... 86
A. Kesimpulan ....................................................................................... 86
B. Saran ................................................................................................. 87
LAMPIRAN ................................................................................................ 95
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ikatan lahir batin antara seorang wanita dengan seorang pria sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
undang tersebut dapat diketahui bahwa perkawinan bukan hanya sebagai penyalur
kebutuhan biologis saja, akan tetapi lebih dari itu, yaitu untuk membangun keluarga
yang bahagia. Adapun menurut hukum Islam perkawinan diartikan sebagai “akad
yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk menaati perintah Allah dan
(Zawaj) dapat diartikan sebagai aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah, dan dapat
juga diartikan sebagai sarana persetubuhan dengan istri (wath'u al-zaujah). Rahmat
Hakim juga mengajukan definisi yang sama seperti di atas, yaitu nikah berasal dari
bahasa Arab "nikahun" dan merupakan asal muasal masdar atau kata kerja (fi'il
bahasa Indonesia sebagai pernikahan. Kata nikah sering juga dipergunakan sebab
1
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1.
2
Mediya Rafeldi, Kompilasi Hukum Islam, Cet. I, (Jakarta: Alika, 2016) hlm. 2.
2
hubungan hukum yang digunakan untuk membatasi hubungan antara dua jenis
orang yang berbeda. Karena dengan cara ini diharapkan proses regenerasi
manusia di muka bumi akan terus berlanjut dan berkesinambungan. Hal ini sejalan
dengan tujuan perkawinan yaitu untuk mendapatkan keturunan yang sah. 3 Tujuan
lain perkawinan, hak dan kewajiban suami istri, adalah untuk memenuhi
Naluri seksual adalah naluri terkuat yang selalu membutuhkan jalan keluar
dan solusi. Jika tidak ada solusi, maka seseorang akan merasa gelisah, bingung dan
menerobos jalur yang tidak halal. Karenanya, pernikahan adalah cara paling alami
dan biologis untuk menyalurkan dan memuaskan naluri seksual ini. Sesuai dengan
firman Allah dalam surat Ar-Rūm Ayat 21 yang mempunyai makna atau arti
sebagai berikut:
َ َ َو َرحْ ََمةًََۚ ِإ َّنَ ِفيَ َٰذَ ِل َ َم ْنَأ َ ْنفُ ِسكُ ْمَأ َ ْز َوا ًجاَ ِلت َ ْسكُنُواَ ِإلَ ْي َه
َ ً اَو َج َعلََ َب ْينَكُ ْمَ َم َودَّة ِ َو ِم ْنَآ َكاتِ ِهَأ َ ْنَ َخلَقَ َلَكُ ْم
4
ََتََ ِلقَ ْو ٍمَ َكتَفَ َّك ُرون
ٍ ََل َكا
bawah satu atap untuk membentuk cita-cita bersama, yaitu kehidupan berumah
sosial, ekonomi dan budaya yang sama dari kedua belah pihak, dan bagi
3
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan (Undang-undang
No.1 Tahun 1974, tentang Perkawinan), cet ke-4, (Yogyakarta: Liberti, 1999), hlm. 12.
4
Ar-Rūm (30): 21.
3
Dengan cara ini tidak akan terjerumus kepada hal-hal yang melanggar agama.
Selain diatur oleh negara dan agama, perkawinan juga diatur dalam adat dan
kebudayaan.
keluarga saja, tetapi juga berarti suatu hubungan hukum yang melibatkan para
anggota kerabat dari pihak istri dan suami. Terjadinya perkawinan berarti
kaidah adat Batak. Perkawinan semarga dianggap sebagai perkawinan sedarah yaitu
sedarah dari ayah (patrilinial), dalam hal ini perkawinan tersebut tidak sah dan tidak
yang bermarga sama (Rangkuti dengan Rangkuti ataupun marga yang lain dengan
keturunan sebelum bapak atau orang tua laki-laki, jadi hanya laki-laki saja yang
meneruskan marga bapaknya dan bukan marga dari pihak ibunya, maka nama-nama
5
Hilman Hadi Kusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,
1990), hlm. 70.
6
Rulia Feriera, “Pergeseran Norma Larangan Perkawinan Satu Marga,” Skripsi Program
Sarjana Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), hlm. 5.
4
marga atau clan nama-nama suku mandailing, baik pria maupun wanita tetap
menggunakan marga bapaknya (orang tua laki-laki) dan tidak menggunakan marga
menganut adat eksogami marga artinya seorang laki-laki mandailing tidak boleh
satu marga tersebut yang telah ada sejak zaman dahulu dan kemudian seiring
dalam menanggapi aturan larangan perkawinan semarga, maka dalam hal ini
B. Rumusan Masalah
Mandailing ?
semarga ?
7
H. Pandapotan Nasution, SH, Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman,
Penerbit Forkala Prov. Sumatera Utara, 2015.
8
Ibid.
5
1. Tujuan Penelitian
Batak Mandailing.
2. Manfaat Penelitian
mazhab.
D. Telaah Pustaka
banyak. Hal itu dapat kita jumpai dalam berbagai bentuk publikasi, baik
publikasi melalui karya ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi maupun publikasi
yang lainnya, seperti dalam jurnal-jurnal yang fokus pada hukum adat.
6
Perkawinan semarga dalam Masyarakat Batak Toba itu berarti orang bukan
hormat pada warisan leluhur itu membuat hukum adat yang berbicara, yaitu
pasangan pelaku dijatuhi sanksi berat. Caranya dengan dibuang atau dikucilkan
Pungkut Perspektif Hukum Islam”. Secara garis besar penelitian ini membahas
tema yang sama yaitu perbandingan antara hukum adat dan hukum Islam.
Selain kesamaan tema juga sama dalam hal penelitian yaitu penelitian lapangan
mandailing.10
9
Sartika Simatupang, “Perkawinan Semarga dalam Masyarakat Batak Toba di Kecamatan
Sipahutar, Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara,” Skripsi Program Sarjana Universitas Sumatera
Utara, (2013), hlm. 7.
10
Erliyanti Lubis, “Perkawinan Satu Marga dalam Adat Mandailing di Desa Huta Pungkut
Perspektif Hukum Islam,” Skripsi Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2015), hlm.
64.
7
semarga dianggap sebagai perkawinan sedarah, dan perkawinan itu tidak sah
dan tidak diadatkan. Sehingga hal tersebut mendapatkan respon dari hukum
orang minang yang dikenal dengan adat basandi syara’: syara’ basandi adat
kitabullah, namun tidak sejalan dengan realita di lapangan, adat masih dominan
Tulisan diatas memiliki relevansi dengan penelitian ini, karena objek kajian
adalah dari segi adatnya, adat yang berlaku pada Masyarakat Mandailing tidak
sama dengan adat yang diterapkan pada masyarakat Minang itu dapat dilihat
dari berbagai aspek, dengan perbedaan kedua adat tersebut secara otomatis
E. Kerangka Teoritik
11
Rahmat Hidayat, “Perkawinan Satu Suku dalam Masyarakat Minangkabau Menurut
Pandangan Hukum Islam (Studi kasus kecamatan Banuhampu Sumatera Barat),” Skripsi Program
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007), hlm. 68.
8
teori hukum Islam penyusun akan menggunakan salah satu instrument ushul
fikih yaitu metode ‘Urf. Berikut adalah penjelasan mengenai teori yang
1. Hukum Adat
Suatu hal yang menarik perhatian baik kalangan umum maupun kalangan
para ahli di bidang ilmu sosial ialah permasalahan asal mula dan perkembangan
walaupun tanpa ada ikatan”. 12 Memang pada waktu itu belum ada masyarakat
yang disebut keluarga inti. Keadaan ini dianggap sebagai tingkat pertama di
manusia sadar akan hubungan antara ibu dengan anak sebagai suatu kelompok
12
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta: Dian Rakyat, 1965),
hlm.80.
9
mengenal ayahnya. Dalam kelompok keluarga inti yang baru ini ibulah yang
menjadi kepala keluarga. Perkawinan antara ibu dan anak laki-laki dihindari,
selanjutnya selalu dilihat melalui keturunan garis ibu, dengan demikian muncul
ialah patriarchaat, para laki-laki tidak puas dengan keadaan ini, mereka mulai
memilih calon istri dari kelompok lain, membawa istri mereka ke kelompok
sendiri dan keturunan yang dilahirkan pun juga tetap tinggal di dalam kelompok
si laki-laki. 13
dilarang kawin dengan perempuan mempunyai marga yang sama misalnya, ada
13
Ibid., hlm. 90.
14
Haryanto, “Perkawinan Semarga pada Sistem Kekerabatan Patrilineal Masyarakat Tiong
Hua Tio Ciu di Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak,” Tesis Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro, Semarang (2012), hlm.2.
10
Perkawinan adalah hal yang sangat penting dalam hidup seseorang karena akan
keluarga yang akan menjalankan fungsinya dalam realitas sosial dan tatanan
sosial dalam masyarakat yang luas. Perkawinan juga menyatukan dua keluarga
lain sebagainya. semua hal tersebut berada dalam usaha perincian untuk merinci
kompleks budaya dan kompleks sosial ke dalam tema budaya dan pola sosial. 16
dan agama satu sama lain. Kedua, karena adanya penemuan baru, yang akhirnya
15
Muslim Pohan, “Perkawinan Semarga dalam Masyarakat Batak Mandailing Migran di
Daerah Istimewa Yogyakarta,” Skripsi Program Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2015),
hlm.16.
16
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 168.
17
Sumbang adalah bahasa Batak dari Perkawinan Semarga, berarti perkawinan antara
marga Rangkuti dengan Rangkuti, marga Nasution dengan Nasution, marga Lubis dengan marga
Lubis, dan lain sebagainya.
11
pemikiran dan ide yang dimiliki masyarakat tertentu. Penemuan baru tersebut
2. Hukum Islam
Hukum Islam adalah norma yang hidup dan diyakini oleh masyarakat Islam
Indonesia (living law). Hukum Islam diartikan sebagai seperangkat aturan berisi
dipahami dan digali dari sumber-sumber (al-Qur’an dan hadis) dan dalil-dalil
syarak lainnya melalui berbagai metode ijtihad. 19 Ada beberapa metode ijtihad
yang digunakan oleh para ulama Islam dalam menetapkan hukum, baik itu yang
‘Urf
18
Ibid., hlm. 240.
19
Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta : Amzah, 2011), hlm. 15.
12
Secara etimologis ‘Urf berarti “yang baik”20 atau pengertian lainnya bahwa
‘Urf (tradisi) adalah sesuatu yang sudah saling dikenal di antara manusia dan sudah
ketentuan yang telah dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk
perbedaan antara ‘urf dengan adat (kebiasaan). Pengertian antara ‘urf dan adat
secara istilah hampir tidak ada perbedaan, namun dalam pemahaman biasanya
pengertian ‘urf lebih umum dibanding dengan pengertian adat, di karenakan adat
selain sudah dikenal oleh masyarakat juga sudah biasa dikerjakan di kalangan
23
العرفَهوَماَاعتادهَالناسَمنَمعامالةَواستقامتَعليهَامورهم
24
َاوترك،َاوَفعل،َمنَقول،العرفَهوَماَتعرفهَالناسَوسارواَعليه
20
Nasrun Haroen, Ushul fiqh 1, (Jakarta: Wacana Ilmu, 1997), hlm. 137.
21
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, Cet. IV (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm.
128.
22
Muin Umar, Ushul Fiqh 1, Jakarta: Direktoral Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama RI, 1985, hlm. 150.
23
Ibid.
24
Ibid.
13
َهوَماَاعتادهَالناسَوَسارواَعليهَمنَكلَ فعلَشاعَبينهمَاوَلفظَتعارفواَاطالقهَعليَمعني
25
خاصَََتالفهَاللغةَوََكتبادرَغيرهَعندَفهمه
26
َا َ ْلعَادَةَُ ُم َح َّك َمة
27 ْ ب
َال َع َملَُ ِب َها ِ اِ ْستِ ْع َمالَُال َّن
ُ اسَ ُح َّجةَكَ ِج
ِ َاْل َ ْز َم
َان ْ َاْلَحْ َك ِامَ ِبتَغَي ُِّر
ْ اَكُ ْن ِك ُرت َ َغي ُُّر
28
‘Urf yang menjadi tempat kembalinya para mujtahid dalam berijtihad dan
berfatwa, serta bagi para hakim dalam memutuskan perkara disyaratkan sebagai
berikut :
1. ‘Urf itu harus termasuk kepada ‘urf yang shahih dalam arti tidak
2. ‘Urf itu harus bersifat umum, dalam arti minimal telah menjadi kebiasaan
3. ‘Urf harus berlaku selamanya, maka tidak dibenarkan ‘urf yang datang di
kemudian. Maka para fuqaha’ berkata : “tidak dibenarkan ‘urf yang datang
25
Wahbah az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, Vol II (Beirut: Dar al-Fikr, tt), hlm. 828.
26
Muin Umar, Ushul Fiqh 1, hlm. 153.
27
Ibid.
28
Ibid.
14
menyatakan:
29
ََعبرةَللعرفَالطرئ
dilakukan, tapi bukan berarti tradisi tersebut sudah dapat dipastikan sebagai
atau tradisi dapat dijadikan sebagai pertimbangan hukum. oleh karena itu
Kaidah al-adatul muhakkamah adalah kaidah fikih asasi yang kelima dari
kaidah-kaidah fiqhiyyah yang utama. Kaidah ini kurang lebih bermakna bahwa adat
(tradisi) adalah variabel sosial yang memiliki otoritas hukum (hukum Islam). Abdul
Karim Zaidan dalam bukunya 100 Kaidah Fikih Dalam Kehidupan Sehari-hari
mendefinisikan kaidah tersebut , bahwa tradisi baik yang bersifat umum maupun
khusus, dapat menjadi suatu hukum untuk menetapkan hukum syariat Islam. 30
Tradisi dapat menjadi hukum yang dapat melegitimasi dari hukum Islam, apabila
tidak ada nash yang menyatakan tentang hal itu, maka hukum dari nash tersebut
gantinya.
29
Abdul Karim Zaidan, 100 Kaidah Fikih Dalam Kehidupan Sehari-hari. (Cet.1, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm. 132.
30
Ibid, hlm. 133.
15
Larangan perkawinan satu marga tidak diatur dalam hukum Islam, hanya
saja filosofi dari larangan pernikahan semarga adalah agar tidak terjadinya
pernikahan antar saudara, karena semarga merupakan arti dari sedarah. Sedangkan
dalam hukum Islam larangan perkawinan atau “mahram” yang berarti terlarang.
Secara garis besar, larangan kawin antara seorang pria dan seorang wanita menurut
syara’ terbagi dua, yaitu halangan abadi (disepakati terdiri dari hubungan nasab,
(mengawini dua orang saudara dalam satu masa, poligami di luar batas, larangan
karena ikatan perkawinan, larangan karena talaq tiga, larangan karena ihram,
F. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian hukum di kalangan ahli hukum dibagi menjadi
dua, metode kualitatif yang tidak membutuhkan populasi dan sampel, dan metode
kuantitatif yang membutuhkan populasi dan sampel, serta biasanya dalam metode
karena yang diteliti merupakan adat atau norma-norma yang hidup dimasyarakat,
sesuai dengan dijelaskan oleh Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, bahwa penelitian yuridis
31
M.A. Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, cet. II (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 5.
32
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Cet. II (Jakarta: SInar Grafika, 2010), hlm.
105.
16
normative kualitatif, adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum baik itu
1. Jenis Penelitian
merupakan data alamiah seperti apa adanya yang kemudian didukung oleh
bahan-bahan kepustakaan.
2. Sifat Penelitian
teliti agar diperoleh hasil penelitian yang utuh dan komprehensif. Yakni
kabupaten mandailing natal studi komparasi antara hukum adat dan hukum
Islam.
33
Ibid.
17
3. Pendekatan Penelitian
kaidah hukum dan metode istinbat al-ahkam yang berlaku dalam hukum Islam.
metode ‘Urf sebagai salah satu instrument penemuan hukum dalam ushul fikih.
Metode pengumpulan data memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam
dalam sebuah penelitian ditentukan melalui metode ini. Dalam penelitian ini
a. Wawancara
34
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009) hlm. 193-194.
18
penelitian ini. Dalam hal ini adalah 1 (satu) orang tokoh adat, 1 (satu) orang
tokoh agama, 2 (dua) orang pelaku perkawinan semarga dan 3 (tiga) orang
adat. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pergesaran adat bisa terjadi
b. Observasi
35
M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani, Teknik Menulis Skripsi dan Tesis, Landasan
Hipotesis Analisa Data Kesimpulan (Yogyakarta: Zenith Publisher, 2006), hlm. 44.
19
c. Studi Pustaka
penelusuran berbagai sumber dari bahan tertulis meliputi materi hukum adat
dan hukum Islam, seperti al-Qur’an dan hadis, kitab-kitab fikih, Peraturan
data-data pendukung.
atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat yang berhubungan antar fenomena yang diselidiki. 36 Analisis adalah jalan
terhadap objek yang diteliti dengan cara memilih-milih antara pengertian satu
G. Sistematika Pembahasan
36
Moh. Nazir, Metode Penelitian, hlm. 63.
37
Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 59.
38
Ibid., hlm. 68.
20
Pembahasan dalam penyusunan skripsi oleh penyusun terdiri dari lima (5)
ada sub babnya sendiri. Sehingga dengan ini pembahasan dapat lebih terperinci
Bab pertama adalah Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi
Bab kedua membahas tentang tinjauan umum larangan perkawinan dalam hukum
Bab ketiga berisi tentang larangan perkawinan satu marga dalam adat batak
Bab keempat memaparkan analisis perbandingan antara hukum Islam dan hukum
adat terhadap praktek larangan pernikahan satu marga dalam adat masyarakat Batak
Mandailing.
Bab kelima ini merupakan penutup dari semua pembahasan penyusunan penelitian
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Natal telah dilarang sejak dulu sebab akan merusak peranan tutur adat dan tata cara
adat itu sendiri yang disebut dengan Dalihan Na Tolu. Bentuk kekerabatan
berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai dari Si
Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga. Sedangkan
tertentu) maupun karena perkawinan. Dalam tradisi batak, yang menjadi kesatuan
adat adalah ikatan sedarah dalam marga, hukum pelarangan ini hampir mirip
dengan hukum pelarangan perkawinan islam, namu didalam Islam yang dilarang
untuk dinikahi adalah mahramnya sebagaimana dijelaskan dalam An-Nisā’ ayat 23.
Sementara praktik larangan perkawinan satu marga dalam adat Batak Mandailing
kandung, menganggap semarga itu bersaudara dan untuk menentukan mana saudara
dan mana yang tidak (iboto niba), mendidik rasa malu, serta keyakinan akan
demikian, pada prakteknya sekarang, aturan adat ini mengalami pergeseran norma
(terjadi kasus perkawinan satu marga) yang disebabkan karena alasan agama,
menyatakan bahwa yang dilarang untuk dikawini adalah yang senasab, dan juga
tidak memenuhi syarat dan rukun perkawinan. Dari uraian tersebut dapat diketahui
bahwa menurut syariat Islam praktek perkawinan satu marga yang dilarang pada
masyarakat Batak Mandailing tidak sesuai dengan ajaran Islam, karena bagi
masyarakat Batak Mandailing tidak ada halangan bagi laki-laki dan perempuan
yang ingin menikah dengan sesama marganya asal tidak ada hubungan darah atau
dilarang pada masyarakat adat Batak Mandailing tidak sesuai dengan ajaran Islam
karena larangan tersebut tidak terdapat dalam unsur nasab yang dilarang oleh
hukum Islam sehingga berimplikasi pada sahnya perkawinan satu marga pada
B. Saran
merupakan masalah hukum adat yang setelah penyusun teliti bahwa telah
mahramnya, akan tetapi bukan dengan kerabat satu marga yang sudah tidak
perkawinan ini.
boleh menikah dengan satu nasab, dalam hukum adat batak mandailing yang
penelitian ini tentu saja masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur’an
Departemen Agama RI, Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode
Angka, Jakarta Widya Cahaya, 2011.
2. Hadis
3. Fikih/Ushul Fikih/Hukum
Al-Jurjawi, Ali Ahmad , Falsafah dan Hikmah Hukum Islam, Terjemah Hadi
Mulyo dan Shobahussurur, Cet. I, Semarang: Asy-Syifa, 1992.
Djalil, Basiq, Ilmu Ushul Fiqih (Satu & Dua), Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010.
Idris Ramulyo, Moh, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Qardhawi, Yusuf, Halal dan Haram, alih bahasa Tim Penerbit Jabal, Bandung:
Jabal, 2012.
Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh Jilid 2, Jakarta: Kencana, Edisi Pertama, 2008.
Tihami, M.A., Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2010).
Zuhaili, Wahbah, Ushul al-Fiqh al-Islami, Vol II (Beirut: Dar al-Fikr, tt)
4. Jurnal/Skripsi
5. Lain-lain
Ahmad bin Faris, Mu’jam Maqayis al-Lughah, Beirut: Dar al-Fikr (1979 M).
Hamidy Harahap, Basyaral, dan Siahaan, Nalom, Nilai Nilai Budaya Batak
Toba, Mandailing dan Angkalo, Bandung : Pustaka 1982.
Hamidy Harahap, Basyral, dkk, Sati Gelar Sutan Iskandar Alias Willem
Iskander (1840 - 1876), (Medan: tnp., 1998)
93
Kurniawati, Deffi, dan Mulyani, Sri, Daftar Nama Marga/Fam, Gelar Adat dan
Gelar Kebangsawanan Di Indonesia, Jakarta: Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, 2012.
Lubis, Sutan Baringin, Jamita, Hobaran Adat, Medan: CV. Media Persada,
2010.
Sholeh, Ni’am, dan Asruron, Fatwa Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga,
Jakarta: Graha Pramu, 2017.
Sinaga, Richard, Perkawinan Adat Dalihan Natolu, Jakarta: Dian Utama, 2012.