Buku Diversifikasi Pangan Lokal Untuk Ketahanan Pangan: Perspektif Ekonomi, Sosial, Dan Budaya
Buku Diversifikasi Pangan Lokal Untuk Ketahanan Pangan: Perspektif Ekonomi, Sosial, Dan Budaya
Buku Diversifikasi Pangan Lokal Untuk Ketahanan Pangan: Perspektif Ekonomi, Sosial, Dan Budaya
Informasi detail terkait lisensi CC-BY-NC-SA 4.0 tersedia melalui tautan: https://
creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/
Penerbit BRIN
Buku ini tidak diperjualbelikan.
© 2023 Editor & Penulis
Diterbitkan oleh:
Penerbit BRIN, anggota Ikapi
Direktorat Repositori, Multimedia, dan Penerbitan Ilmiah
Gedung B.J. Habibie, Lantai 8
Jl. M.H. Thamrin No. 8, Kebon Sirih,
Menteng, Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
Whatsapp: 0811-8612-369
e-mail: [email protected]
website: penerbit.brin.go.id
Penerbit BRIN
@penerbit_brin
penerbit.brin
Daftar Isi
v
Bab 5 Diversifikasi Usaha Mina Padi Mendukung Ketahanan
Pangan dan Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru ................... 111
Riesti Triyanti, Rizki Aprilian Wijaya, Achmad Zamroni,
Andrian Ramadhan, Tenny Apriliani, Hakim Miftakhul Huda,
Radityo Pramoda, Luthfan Hadi Pramono, & Sonny
Koeshendrajana
Bab 6 Pakkat (Calamus sp.): Pangan Lokal Masyarakat di Kota
Padangsidimpuan.............................................................................. 145
Anisa Anggraeni, Ratna Yuniati, & Marina Silalahi
Bab 7 Ketahanan Pangan Orang Mentawai di Bawah Tudung Saji
Pembangunan..................................................................................... 177
Ade Irwandi, Erwin, Ermayanti, & Edi Indrizal
Bab 8 UMKM MoriGe: Komersialisasi Daun Kelor sebagai Produk
Pangan Lokal...................................................................................... 213
Hariany Siappa & Elisa Iswandono
Bab 9 Dinamika Hukum di Indonesia: Merawat Kearifan Lokal,
Mencapai Ketahanan Pangan.......................................................... 247
Muhamad Nikmatullah, Titi Kalima, Mohammad Fathi
Royyani, Linda Wige Ningrum, & Ida Farida Hasanah
Bab 10 Menuju Diversifikasi Pangan Lokal Indonesia............................. 281
Rizki Amalia Nurfitriani
vi
Daftar Gambar
vii
Gambar 5.2 Dinamika Produksi Ikan Nila dari Usaha Mina Padi
di Kabupaten Sleman, 2014–2021 ........................................ 120
Gambar 5.3 Dinamika Rumah Tangga Perikanan Usaha Mina Padi
di Kabupaten Sleman, 2014–2021......................................... 121
Gambar 5.4 Dinamika Rumah Tangga Perikanan Usaha Mina Padi
di Kabupaten Sleman, 2014–2021......................................... 122
Gambar 5.5 Usaha Mina Padi sebagai Sumber Baru Pertumbuhan
Ekonomi Masyarakat............................................................... 134
Gambar 5.6 Kondisi Existing dan Potensial Diversifikasi Usaha
Mina Padi di Desa Candibinangun, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.................................................................................. 135
Gambar 6.1 Wilayah Administratif Kota Padangsidimpuan, Provinsi
Sumatra Utara........................................................................... 148
Gambar 6.2 Calamus sp................................................................................. 152
Gambar 6.3 Calamus sp................................................................................. 157
Gambar 6.4 Olahan Pakkat........................................................................... 158
Gambar 6.5 Hasil Analisis Tingkat Kerapatan Vegetasi di Kota
Padangsidimpuan...................................................................... 164
Gambar 6.6 Calamus sp................................................................................. 166
Gambar 7.1 Lanskap Hutan di Mentawai................................................... 184
Gambar 7.2 Peta Izin Konsesi di Pulau Siberut........................................ 185
Gambar 7.3 Perda PPUMA........................................................................... 188
viii
Gambar 8.7 Produk berbahan dasar daun kelor yang dipasarkan
ke konsumen (tepung kelor, kukis kelor, teh kelor,
dan stik kelor). ......................................................................... 232
Gambar 8.8 Mesin Pengering Daun Kelor................................................. 233
Gambar 8.9 Teh Celup (Bentuk Saset) Daun Kelor ................................ 235
Gambar 9.1 Waduk Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta merupakan
bendungan terbesar di Indonesia.......................................... 254
Gambar 9.2 Identifikasi Permasalahan di Desa Purnama Terkait
Masalah Singkong..................................................................... 269
ix
Buku ini tidak diperjualbelikan.
Daftar Tabel
xi
Tabel 5.2 Permasalahan Teknis, Sosial, dan Ekonomi Usaha Budi
Daya Mina Padi............................................................................. 132
Tabel 6.1 Perbedaan Kandungan Gizi Per 100 g Pakkat
(Calamus sp.) dan Rebung Bambu............................................. 153
Tabel 6.2 Pemanfaatan Calamus sp. secara Tradisional dan Modern... 154
Tabel 8.1 Kandungan Nilai Gizi Daun Kelor Segar dan Kering............ 217
Tabel 8.2 Kandungan Gizi 100 Gram Daun Kelor Kering...................... 218
xii
Pengantar Penerbit
xiii
untuk dikaji terutama terkait usaha-usaha untuk mencapai ketahanan
pangan. Ketahanan pangan menurut UU No. 18/2012 tentang Pangan
adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tecermin dari tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
Permasalahannya adalah tidak mudah merealisasikan kondisi
ideal tersebut bagi sebuah negara yang berpenduduk lebih dari 270
juta orang. Oleh karena itu, beragam cara dan metode ditempuh untuk
dapat menjamin ketahanan pangan di Indonesia. Salah satunya adalah
usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan kekayaan sumber
daya pangan lokal yang ada di seluruh negeri.
Secara khusus, buku ini berfokus pada kajian dan temuan terkini
terkait aspek ekonomi, sosial, dan budaya dari diversifikasi pangan
lokal di Indonesia. Pembahasan aspek tersebut menjadi salah satu
kekuatan utama yang membuat buku ini bisa menjadi referensi bacaan
yang patut diperhatikan oleh pembaca. Selain itu, bahasa yang ringan
dan mudah dipahami juga membuat buku ini cocok untuk dibaca
oleh berbagai kalangan masyarakat, seperti mahasiswa, akademisi,
serta para pegiat lingkungan di komunitas lokalnya masing-masing.
Penerbit BRIN
xv
Buku ini tidak diperjualbelikan.
Kata Pengantar
Ancaman krisis pangan telah menjadi isu global. Laporan Food and
Agriculture Organization (FAO) mengemukakan bahwa jumlah
negara yang mengalami krisis pangan terus meningkat, yaitu dari 48
negara pada tahun 2016 menjadi 53 negara pada tahun 2021. Menurut
Global Report on Food Crises 2023, dalam setahun terakhir, pada tahun
2022, jumlah tersebut bertambah lagi menjadi 58 negara. Penyebab
utama terjadinya kondisi ini adalah perubahan iklim global yang terus
berlangsung dengan intensitas makin tinggi dan dampaknya makin
xvii
penduduk sangat besar (275,77 juta jiwa tahun 2022) dan masih terus
bertambah dari tahun ke tahun, kewaspadaan tersebut harus tinggi
agar krisis pangan dapat terhindarkan.
Di sisi lain, Indonesia juga berkomitmen terhadap pencapai
an target Sustainable Development Goals (SDGs) seperti tertuang
dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Tujuan
SDG nomor 2 secara eksplisit menyatakan untuk menghilangkan
kelaparan dan menjamin akses pangan untuk semua orang; meng-
hilangkan segala bentuk kekurangan gizi baik pada anak balita, remaja
perempuan, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia; serta menjamin
sistem produksi pangan yang berkelanjutan, menjaga ekosistem, dan
memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim. Mengacu
pada perpres ini dan keragaman sumber daya alam, agroekosistem,
dan budaya pangan masyarakat; target SDG nomor 2 ini dapat dicapai
secara berkelanjutan melalui pengembangan produksi dan konsumsi
pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA) berbasis
potensi spesifik lokasi.
Situasi pangan dan gizi Indonesia pada tahun 2023 cukup
baik. Rata-rata angka kecukupan energi (AKE) dan angka kecukupan
protein (AKP) per kapita/hari sebesar 2.087,6 kkal dan 64,6 gram.
Tingkat konsumsi ini sudah melebihi kecukupan konsumsi yang
xviii
produk pangan olahan dan diversifikasi konsumsi. Pangan lokal tidak
dimaknai sebagai pangan sumber karbohidrat saja, tetapi juga jenis
pangan lainnya sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Pengem-
bangan diversifikasi berbasis pangan lokal memberi manfaat jangka
panjang bagi pencapaian ketahanan pangan dan gizi masyarakat,
kesejahteraan masyarakat lokal, serta sistem pertanian berkelanjutan.
Pertama, diversifikasi produksi pangan berbasis potensi lokal da-
pat meningkatkan ketersediaan pangan, baik volume dan keragaman-
nya yang mampu meningkatkan resiliensi ketahanan pangan wilayah,
termasuk mengatasi dampak perubahan iklim ekstrem dan guncangan
dari dalam dan luar, seperti bencana alam dan pandemi. Diversifikasi
produksi pangan meningkatkan ketersediaan aneka zat gizi bersumber
dari keragaman pangan lokal. Kondisi ini mempermudah masyarakat
untuk dapat memenuhi kecukupan zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh sesuai dengan potensi yang tersedia di sekitar lingkungannya.
Kedua, diversifikasi pangan berbasis pangan lokal dapat mem-
buka kesempatan kerja baru, meningkatkan pendapatan petani dan
pelaku usaha olahan pangan, dan pada akhirnya meningkatkan
perekonomian daerah. Selain itu, posisi pangan lokal sering kali
mencerminkan identitas budaya suatu daerah. Tetap mempertahan-
kan keanekaragaman tanaman dan mengolahnya sesuai tradisi budaya
setempat menjadikan masyarakat mampu menjaga keseimbangan
xix
Implementasinya memang tidak mudah karena masyarakat
harus mengubah pola pikirnya (mindset) untuk menuju pola kon-
sumsi pangan “baru”, yang tidak hanya berpikir asal kenyang, tetapi
harus ditambah dengan sehat orangnya dan sehat lingkungannya.
Pengembangan diversifikasi pangan lokal juga harus secara utuh dari
mulai aspek budi daya, produksi, pengolahan, pemasaran, sampai
pada edukasi dan kesadaran konsumen. Menciptakan konsumen baru
menjadi harapan baru agar konsumsi pangan lokal meningkat secara
signifikan. Pengenalan makanan lokal kepada mereka dimulai dari
bayi, anak balita, anak usia dini (PAUD), sampai generasi Z, termasuk
membangun merek dan branding produk pangan lokal untuk me
ningkatkan nilai tambah dan daya tarik konsumen. Langkah lanjut
yang diperlukan dari pemerintah adalah kebijakan yang mengarus-
utamakan pangan lokal sebagai komponen pangan penting secara
nasional, termasuk menempatkan produk olahan pangan lokal yang
digunakan sebagai komponen bantuan pangan (rutin dan darurat
bencana), pemberian makanan tambahan pada anak sekolah ataupun
anak balita dan ibu hamil melalui puskesmas/posyandu.
Diversifikasi pangan lokal diterapkan melalui serangkaian strategi
dan langkah-langkah yang bersifat kolaboratif antara komponen-
komponen pentaheliks: pemerintah (pusat dan daerah), pengusaha
(swasta dan BUMN/BUMD), akademisi (perguruan tinggi dan pakar),
Januari 2024
xx
Prakata
xxi
Saat ini sudah mulai banyak masyarakat yang sadar akan pen
tingnya menjaga ketersediaan pangan lokal. Penyediaan pangan lokal
tersebut diharapkan dapat menjadi substitusi bahkan menggantikan
bahan baku pangan yang selama ini diperoleh melalui impor dari luar
negeri. Dampak dari tingginya kegiatan impor bahan baku pangan
adalah tingginya inflasi yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu,
dirasa sangat penting untuk masyarakat dapat menjaga dan mengem-
bangkan produksi pangan lokal Indonesia melalui diversifikasi pangan
lokal yang berkelanjutan.
Produksi pangan lokal ini tidaklah semudah yang dibayangkan.
Selain faktor teknis, produksi pangan lokal juga dipengaruhi oleh
aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Ditinjau dari segi sosial budaya,
Indonesia memiliki beragam adat istiadat di setiap daerah. Bera
gamnya budaya daerah di Indonesia menghasilkan aneka produk
pangan lokal yang juga beragam, terutama pada pengolahan bahan
pangan lokal tersebut. Olahan pangan lokal tersebut menjadi ciri
khas untuk setiap daerah yang ada di Indonesia mulai dari Indonesia
bagian barat hingga bagian timur.
Permasalahan produksi pangan lokal mulai terjadi ketika adanya
pemasaran global, yaitu adat dan sistem jual-beli sudah mulai terbuka
lebar antarnegara. Hal ini mengubah pola pikir masyarakat Indonesia
yang awalnya menjaga utuh ketersediaan pangan lokal dengan berco-
xxii
dengan judul Diversifikasi Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan:
Perspektif Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
Penerbitan buku ini diharapkan dapat menambah ilmu penge
tahuan dan wawasan bagi para pembaca, baik para ilmuwan yang
bergerak di bidang pertanian, praktisi, maupun masyarakat umum
yang tertarik pada bidang pertanian khususnya diversifikasi pangan
lokal Indonesia. Buku ini dapat memberikan keterbukaan pemikiran
masyarakat akan pentingnya melakukan diversifikasi pangan lokal,
meningkatkan produktivitas pangan lokal, dan menyatukan kebersa-
maan masyarakat menuju tercapainya kemandirian pangan Indonesia
melalui diversifikasi pangan lokal.
Editor
xxiii
Buku ini tidak diperjualbelikan.
BAB 1
Sri Widowati
S. Widowati*
*Badan Riset dan Inovasi Nasional, e-mail: [email protected]
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2023a). Laju pertumbuhan penduduk (persen),
2021–2023 [Data set]. https://www.bps.go.id/indicator/12/1976/1/laju-
pertumbuhan-penduduk.html
Badan Pusat Statistik. (2023b). Jumlah penduduk pertengahan tahun (ribu
jiwa), 2021–2023 [Data set]. https://www.bps.go.id/indicator/12/1975/1/
jumlah-penduduk-pertengahan-tahun.html
Gafar, S. (2009). Diversifikasi pangan berbasis Tepung: Belajar dari
pengelolaan kebijakan terigu. PANGAN, 18(4), 32–44. https://doi.
org/10.33964/jp.v18i4.217
Hariyanto, B., Sugiatmi, Gantina, A., Tristiyanti, W. F., Riza., Wardhani,
J. W., & Rusesta, R. R. (2021). Direktori perkembangan konsumsi
pangan. Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian. https://
ditjenpkh.pertanian.go.id/uploads/download/3e8f561f9e61f478b6346
05ccf1effb4.pdf
Widowati, S., & Damardjati, D.S. (2001). Menggali sumberdaya pangan
lokal dalam rangka ketahanan pangan. PANGAN, 10(36), 3–10.
Widowati, S. (2020). Kajian teknologi tepung kasava: Prospek dan kendala
pemanfaatan untuk industri pangan berbasis tepung. Jurnal Pangan
Halal, 2(2), 73–78. https://ojs.unida.ac.id/JIPH/article/view/4611
Eko Sutrisno
E. Sutrisno*
*Universitas Islam Majapahit, e-mail: [email protected]
Selain durian, masih banyak jenis buah lokal yang tidak ada
di tempat lain dan sekarang beberapa jenis buah lokal tersebut
hampir punah (Gambar 2.3), misalnya duwet/juwet, ceplukan
dan kesemek.
(a) (b)
Keterangan: (a) Rumpun dan (b) Siap Diolah
Sumber: (a) Sarayuth3390 (2017) dan (b) Tia (2023)
Gambar 2.5 Bambu Muda
6. Ikan asin merupakan salah satu bahan pangan lokal yang umum
di Indonesia. Ikan- ikan seperti ikan teri, ikan tongkol, atau ikan
asin lainnya diawetkan dengan cara diasinkan. Keunikan ikan
asin adalah rasa asinnya yang khas dan aroma yang kuat. Ikan
asin juga menjadi bumbu yang penting dalam masakan Indonesia.
Tabel 2.2 Bahan Lokal Berkarbohidrat Tinggi yang Dimanfaatkan sebagai Bahan
Makanan Pokok
No Bahan Pangan Wilayah dan Nama Produk Olahan Pangan
1 Sukun (Artocarpus • Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (rujak soto)
altilis) • Kabupaten Garut, Jawa Barat (sukun goreng)
• Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (sara sausu)
2 Jagung (Zea mays) • Kabupaten Karo, Sumatra Utara (umbal-umbal)
• Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (lako waro)
• Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (bubur sumsum
jagung)
Tabel 2.3 Jenis Olahan Bahan Pangan Lokal yang Mengandung Protein Tinggi
No Nama Produk Olahan Asal
1 Bandeng presto dan mangut1 manyung Kabupaten Pati
2 Mangut beong Kabupaten Magelang
3 Telur asin Kabupaten Brebes
4 Telur aneka rasa (Sutrisno, 2023b) Kabupaten Malang
5 Ikan asin dan kripik yutuk2 Kota Cilacap
2. Kebijakan Pangan
Kebijakan pemerintah terkait pertanian, perdagangan, dan nutrisi
dapat memengaruhi diversifikasi pangan. Kebijakan yang mendorong
produksi, distribusi, dan konsumsi bahan pangan yang beragam dapat
memberikan insentif bagi petani dan konsumen untuk memperluas
variasi pangan. Pemerintah menerbitkan berbagai jenis peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan, sebagaimana
Tabel 2.4.
4. Keberlanjutan Lingkungan
Keberlanjutan lingkungan menjadi faktor penting dalam diversifikasi
pangan. Pemilihan dan pengembangan pangan yang berkelanjutan,
seperti pangan organik, pangan lokal, atau pangan dengan jejak kar-
bon rendah, dapat mempromosikan penggunaan yang berkelanjutan
terhadap sumber daya alam dan mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan (Sutrisno et al., 2022).
Daftar Pustaka
Adrianto, H., Ulinniam, Purwanti, E. W., Yusal, M. S., Widyastuti, D. A.,
Sutrisno, E., Tamaela, K. A., Dailami, M., Purbowati, R., Angga, L.
O., Hasibuan, A. K. H., Hariri, M. R., Nendissa, D. M., Nendissa, S.
J., Noviantari, A., & Chrisnawati, L. (2021). Bioteknologi. CV Widina
Media Utama.
Adisti, F. W. (2016). Karakterisasi pati sagu (Metroxylon Sp.) yang berasal
dari Kabupaten Sorong dan Sorong Selatan, Papua Barat [Skripsi
tidak diterbitkan]. IPB University. https://repository.ipb.ac.id/
handle/123456789/86373
Agustina, L. (2011). Teknologi hijau dalam pertanian organik menuju
pertanian berkelanjutan. Universitas Brawijaya Press.
1. Keterbatasan Umbi-umbian
Beras dan terigu lebih mudah ditemukan dan diakses di pasar atau
toko-toko bahan makanan, sedangkan umbi-umbian seperti ubi kayu
memerlukan proses pengolahan yang lebih lanjut, apalagi untuk sagu
yang memerlukan proses panjang untuk siap menjadi tepung sagu.
Kendala akan teknologi produksi dan ketersediaan bahan baku mem-
buat skala produksi tepung lokal masih kecil sehingga menyebabkan
harganya menjadi mahal.
4. Nilai Gizi
Beras dan gandum cenderung lebih tinggi karbohidrat dan proteinnya,
sedangkan umbi-umbian cenderung lebih tinggi serat dan vitaminnya.
Namun, kebutuhan nutrisi setiap orang berbeda dan setiap orang
dapat memilih makanan yang disukainya atau yang paling sesuai
dengan kebutuhan dietnya. Umbi-umbian juga merupakan salah satu
hasil pertanian yang sangat berperan dalam keragaman gizi dan menu
makanan masyarakat karena banyak mengandung vitamin, mineral,
dan serat (Komarayanti, 2017). Umbi-umbian merupakan sumber
makanan yang penting dan juga memiliki manfaat kesehatan yang
5. Nilai Ekonomis
Saat ini pengembangan produk masih berbasis tepung terigu ka-
rena tepung terigu lebih murah dibandingkan tepung olahan yang
diperoleh dari pangan lokal sehingga lebih diminati oleh UMKM,
dengan harga jual berkisar antara Rp8.000,00–15.000,00 (Tabel 3.3).
Mahalnya harga tepung dari bahan pangan lokal disebabkan karena
proses produksinya yang masih tradisional dan masih sedikitnya
industri skala besar yang memproduksi tepung dari umbi-umbian
lokal sehingga mengakibatkan harga yang lebih tinggi dari tepung
terigu. Pangan lokal menjadi kalah saing dengan bahan pangan yang
berasal dari tepung terigu karena ketidakseimbangan penelitian dan
pengembangan antara pengolahan pangan lokal dan pangan berba-
han gandum/terigu. Hal ini membuat berbagai produk olahan dari
gandum menjadi jauh lebih populer daripada makanan dengan bahan
pangan lokal.
Tabel 3.3 Perbandingan Tepung Beras dengan Tepung Hasil Olahan Pangan Lokal
Nama Rendemen Keterlibatan Tenaga Substitusi terha- Kisaran
Keterangan: (a) Bihun Tapioka, (b) Beras Siger Putih, dan (c) Beras Siger Kecokelatan
Gambar 4.2 Produk olahan berbahan singkong.
Dampak positif usaha mina padi yang lebih luas, diklaim dapat
mencegah dan menahan laju alih fungsi lahan pangan menjadi lahan
nonpangan, menyerap tenaga kerja bersifat padat karya sehingga
mampu mencegah urbanisasi, dan merupakan cara yang efektif untuk
Dinamika produksi ikan nila dan luas lahan usaha mina padi
memberikan pengaruh yang signifikan pada dinamika rumah tangga
perikanan usaha mina padi di Kabupaten Sleman. Pada awal dijalan-
kannya, program pengembangan usaha mina padi oleh pemerintah
tahun 2014 hingga tahun 2016 memberikan dampak positif terhadap
peningkatan rumah tangga perikanan, yaitu dari 5.280 RTP menjadi
5.560 RTP. Selanjutnya petani dihadapkan pada permasalahan teknis,
sosial, dan ekonomi sehingga mengakibatkan penurunan RTP secara
drastis pada tahun 2017 sebesar 77%. Kemudian, adanya pandemi
123
Buku ini tidak diperjualbelikan.
124
Jenis Biaya dan Satuan Sawah Per Musim (3 Kali Per Tahun) Mina Padi (3 Kali Setahun) Ket
Penerimaan Vol Harga (Rp) Nilai (Rp) Vol Harga Nilai (Rp)
(Rp)
Benih ikan nila kg - - - 50 30.000 1.500.000
Pupuk Urea kg 20 5.000 100.000 20 5.000 100.000
Pupuk NPK kg 15 5.000 75.000 15 5.000 75.000
Pupuk cair PPC kg 10 10.000 100.000 - - -
Pupuk kandang kg - - - 250 1.000 250.000
Tabel 5.2 Permasalahan Teknis, Sosial, dan Ekonomi Usaha Budi Daya Mina Padi
135
Gambar 5.6 Kondisi Existing dan Potensial Diversifikasi Usaha Mina Padi di Desa Candibinangun, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta
Daftar Pustaka
Ahmadian, I., Yustiati, A., & Andriani, Y. (2021). Produktivitas budidaya
sistem mina padi untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia:
A review. Jurnal Akuatek, 2(1), 1–6. https://doi.org/10.24198/akuatek.
v2i1.33647
Ahmed, M., & Lorica, M. H. (2002). Improving developing country food
Tabel 6.1 Perbedaan Kandungan Gizi Per 100 g Pakkat (Calamus sp.) dan Rebung
Bambu
Pakkat Olahan pakkat Olahan pa- Rebung
(Calamus (Calamus sp.) kkat (Calamus bambu dalam
Gizi sp.) dalam dalam air sp.) dalam kondisi kering
kondisi segar garam*) sirup**)
Vitamin B6 NA NA NA 0,24
(mg)
Vitamin B12 NA NA NA 0
Vitamin C 11,50 4 NA 4
(mg)
Vitamin E 0,22 0,85 NA 1
(mg)
Na (mg) 5,40 224 25,3 4
K (mg) 180,50 158 87 533
Mg (mg) 24 33 26 3
Ca (mg) 79 69 40 13
Zn (mg) 2,35 1,61 1,51 0,1
Cu (mg) 0,16 0,14 0,20 NA
P (mg) NA NA NA 59
Iodine (mi- 1,2 41,5 4,4 NA
crogram)
Keterangan: *)Sejenis acar, **)Sejenis minuman dalam kemasan, NA: data tidak tersedia
Sumber: Denrungruang (2002); Manohara, (2013)
1. Daun
Lempuk durian merupakan makanan tradisional berbahan dasar
daging durian yang memiliki rasa manis. Lempuk durian sering
2. Buah
Buah Calamus sp. merupakan sumber pangan bagi mamalia dan
burung (Atria et al., 2017), serta dapat diekstraksi untuk menghasil-
kan getah atau resin (Gambar 6.3b). Resin yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan sebagai pilis (ditempelkan pada kening ibu yang baru
melahirkan) dan pewarna alami untuk tikar, keranjang rotan, dan topi
(Asra et al., 2021). Buah Calamus sp. juga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber obat tradisional (Muralidharan et al. 2020). Masyarakat di
Kalimantan Timur memanfaatkan buah Calamus sp. sebagai obat sakit
perut dan sakit gigi (Salusu et al., 2019). Sementara itu, masyarakat
tradisional di Taman Nasional Bukit Dua Belas, Sumatra memanfaat-
kan buah Calamus sp. sebagai makanan tambahan untuk ibu hamil
karena memiliki rasa yang masam (Mairida et al., 2016).
3. Akar
Akar Calamus sp. mengandung senyawa flavonoid (Kumar et al.,
2021) dan telah digunakan oleh suku Batak Simalungun yang ting-
(c) (d)
Keterangan: (a) Daun, (b) Buah, (c) Akar, dan (d) Batang
Sumber: Royal Botanic Garden Kew (t.t.)
Gambar 6.3 Calamus sp.
4. Batang
Batang Calamus sp. yang sudah tua banyak dimanfaatkan sebagai
Keterangan: (a) Dibakar, (b) Dicampur Sambal, (c) Rattan Shoot in Brine (Sejenis Acar),
dan (d) Mixed Bamboo and Rattan Shoot in Chili
Sumber: (a) dan (b) Anisa Anggraeni (2023); (c) dan (d) Longdan Home of Asia (t.t.)
Gambar 6.4 Olahan Pakkat
(d) (e)
Keterangan: (a) C. tenuis, (b) C. melanochaetes, (c) C. scapigerus, (d) C. javensis
Blume, dan (e) C. periacanthus
Sumber: Royal Botanic Garden Kew (t.t.)
Gambar 6.6 Calamus sp.
Daftar Pustaka
Ahmed, Z. U., Bithi, S. S., Khan, Md. M. R., Hossain, Md. M., Sharmin,
S., & Rony, S. R. (2014). Phytochemical screening, antioxidant and
cytotoxic activity of fruit extracts of Calamus tenuis Roxb. Journal
of Coastal Life Medicine, 2(8), 645–650. https://doi.org/10.12980/
jclm.2.201414d74
Anwar, W. S., Abdel-Maksoud, F. M., Sayed, A. M., Abdel-Rahman, I. A.
M., Makboul, M. A., & Zaher, A. M. (2023). Potent hepatoprotective
activity of common rattan (Calamus rotang L.) leaf extract and its
molecular mechanism. BMC Complementary Medicine and Therapies,
23(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12906-023-03853-9
6
Pati sagu mengandung sebagian besar pati yang merupakan karbohidrat
kompleks. Pati sagu yang telah diolah secara modern mengandung sekitar 85%
karbohidrat. Dalam 100 gram sagu mengandung kalori 350 kkal, lemak 0,04
gram, protein 1,15 gram, karbohidrat 86,58 gram dan serat makanan 2,05 gram
(PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. [ANJ], 2017; Bantacut, 2011).
Daftar Pustaka
Amir, H., Basri. (1994). Persepsi orang Mentawai terhadap resettlement
di Pulau Siberut (Proyek Peningkatan Penelitian dan Pengabdian
3. Pemanfaatan Kelor
Kelor memiliki berbagai manfaat, yaitu sebagai tumbuhan
pencegah penyakit, minyak gesekan, pupuk alami, tanaman antiko-
rosi, penjernih air, bahan baku kosmetik, pewarna tekstil, insektisida,
Keterangan: Ibu Elsa, Pemilik Bisnis Mama Ge’ (Kanan, Berbaju Pink) dan Ibu
Hariany (Kiri, Peneliti BRIN)
Foto: Siappa (2022)
Gambar 8.2 Dokumentasi Foto Bersama
1. Kapasitas Produksi
Produksi daun kelor dari bentuk basah (segar) sampai kering sepe-
nuhnya dilakukan di kebun kelor Kecamatan Noelbaki, Kabupaten
Kupang, Provinsi NTT. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi
(a) (b)
Keterangan: (a) Kelompok Tani Daun Kelor Noelbaki dan (b) Kak Umbu, Mitra UMKM
MoriGe
G. Pengetahuan Lokal
Biodiversitas merupakan inti dari keberadaan manusia di dalam
masyarakat lokal. Masyarakat lokal memiliki pengetahuan lokal
sebagai dasar pijakan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan ketahanan pangan, kesehatan manusia dan hewan, serta
pendidikan dan pengelolaan sumber daya alam (Tanyanyiwa &
Chikwanha, 2011). Pengetahuan lokal sebagai suatu pengetahuan
dan praktik yang dilakukan dan dipelihara serta dikembangkan
oleh masyarakat lokal (Lodhi & Mikulecky, 2010). Dalam hal ini,
pengetahuan tersebut adalah basis informasi bagi masyarakat yang
memfasilitasi komunikasi dan pengambilan keputusan yang bersifat
dinamis dan terus dipengaruhi oleh internal (Nugroho et al., 2018).
Umumnya para leluhur memiliki pengetahuan lokal yang
mendalam tentang berbagai hal di sekitarnya. Pengetahuan lokal
merupakan pengetahuan yang diperoleh dari para pewaris leluhur dan
dikembangkan sesuai dengan trial and error yang telah teruji peng-
gunaannya (Knapp & Fernandez-Gimenez, 2009) dan merupakan
produk dari hasil olah pikir manusia paling sederhana (Sutomo, 2020).
Daftar Pustaka
Alfarisy, F. K. (2019). Inspecting resources management through model
residue pesticide on soil and crop quality (Sucopangepok Case). Dalam
Prosiding Seminar Nasional Perteta 2018. Institut Pertanian STIPER.
http://journal.instiperjogja.ac.id/index.php/PTT/article/view/170
Azis, S., Zubaidah, S., Mahanal, S., Batoro, J., & Sumitro, S. B. (2020).
Local knowledge of traditional medicinal plants use and education
system on their young of Ammatoa Kajang tribe in South Sulawesi,
Indonesia. Biodiversitas, 21(9), 3989–4002. https://doi.org/10.13057/
biodiv/d210909
R. A. Nurfitriani*
*Politeknik Negeri Jember, e-mail: [email protected]
Daftar Pustaka
Litbang Kompas. (t.t). Tantangan ketahanan pangan di Indonesia.
Kompasdata. https://data.kompas.id/data-detail/kompas_statistic/65
0b0214b7712ccfc8309500
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. (2022). Analisis ketahanan
pangan tahun 2022. Kementerian Pertanian. https://satudata.pertanian.
go.id/assets/docs/publikasi/Analisis_Ketahanan_Pangan_Tahun_2022.
pdf
Glosarium 297
Monokultur : Penanaman/budi daya lebih dari satu jenis
tanaman/ikan dalam suatu urutan musim pada
tanah/lahan yang sama.
Porang : Sejenis tanaman umbi-umbian yang tumbuh
di beberapa wilayah tropis, terutama di Asia
Tenggara. Nama ilmiah tanaman ini adalah
Amorphophallus oncophyllus atau Amor-
phophallus muelleri. Digunakan untuk diambil
pati konjac (konjac flour) yang dikenal karena
kemampuannya untuk membentuk gel saat
dicampur dengan air.
Rapinasa : Merupakan istilah yang biasanya digunakan
untuk menyebut tanaman tumbuhan dari
genus Brassica, terutama Brassica napus, yang
juga dikenal sebagai canola. Memiliki banyak
kegunaan dan beberapa varietas dari tanaman
ini memiliki biji yang digunakan untuk meng-
hasilkan minyak canola, yang populer dalam
pengolahan makanan dan dalam industri
minyak.
Regul : Berang-berang.
Restorasi : Tindakan atau proses pemulihan, perbaikan,
Glosarium 299
Buku ini tidak diperjualbelikan.
Tentang Editor
Sri Widowati
Prof. Dr. Ir. Sri Widowati, MAppSc
lahir di Magelang, Jawa Tengah pada
November 1959. Menyelesaikan pen-
didikan dasar hingga sekolah menengah
atas di kota kelahirannya. Pada tahun
1983, memperoleh gelar sarjana (S-1)
dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Kemudian melanjutkan studi S-2 bidang
food technology di The University of New
301
(2012–2017). Sejak September 2022 sampai saat ini menjadi periset
di Pusat Riset Agroindustri, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan,
Badan Riset dan Inovasi Nasional. Gelar Profesor Riset diperoleh
setelah melakukan orasi dengan judul Inovasi Teknologi Pangan
Fungsional Berbasis Karbohidrat untuk Perbaikan Gizi Masyarakat
(31 Desember 2013).
Di samping sebagai peneliti, Prof. Sri Widowati juga merupakan
dosen di Universitas Djuanda, Bogor (sejak 2016). Aktivitas lainnya
adalah sebagai anggota dewan redaksi Jurnal Penelitian Pascapanen
Pertanian (2008–2013), Jurnal AGROBIO (1999–2002), dan Indonesian
Journal of Agricultural Science (2010–2012). Menjadi mitra bestari
pada Jurnal AGRITECH, Jurnal Penelitian Tanaman Industri, Jurnal
Penelitian Pascapanen Pertanian, Jurnal Teknologi dan Industri Pan-
gan, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jurnal Mutu
Pangan, serta Majalah Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri
dan Majalah PANGAN, serta editor berbagai buku berbasis pangan,
termasuk pada Penerbit BRIN.
Berpengalaman menjadi Ketua Juri LKS-SMK tingkat Nasional
Bidang Teknologi Hasil Pertanian (2006–2022) serta aktif dalam
organisasi profesi, antara lain, Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan
Indonesia (PATPI), Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (PERMI),
Perhimpunan Periset Indonesia (PPI), dan Aliansi Peneliti Pertanian
Achmad Zamroni
Achmad Zamroni lahir di Jepara, 21
Agustus 1978. Ia menyelesaikan pen-
didikan sarjana perikanan dari Fakultas
Perikanan, Universitas Brawijaya (1978);
magister of science (M.Sc) dari Hiroshima
University, Jepang (2010); serta doctor of
philosophy (Ph.D) dari Hiroshima Uni-
versity (2013) dan mendapatkan predikat
Excellent Student. Ia meniti karier sebagai
305
nasional, editor jurnal nasional terakreditasi, reviewer di jurnal inter-
nasional dan nasional, asosiasi keilmuan nasional dan internasional,
memimpin kegiatan penelitian bidang sosial ekonomi kelautan dan
perikanan, analisis kebijakan kelautan dan perikanan, pembimbing
akademik mahasiswa, pengajar pelatihan, pengajar akademik bidang
social ekonomi, komite penguji, dan penelaah proposal. Hasil karya
ilmiah meliputi buku ilmiah, prosiding, jurnal nasional dan inter-
nasional, dan policy brief. Keahlian dan ketertarikan riset bidang
economic development, fisheries socioeconomics, fisheries governance,
seaweed fisheries, community development, fishery livelihoods sustain-
ability, sustainable rural development, community empowerment, dan
circular blue economy. Ia dapat dihubungi melalui surel achm051@
brin.go.id. Publikasi yang telah dihasilkan bisa dilihat di tautan https://
www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=55347539400.
Ade Irwandi
Ade Irwandi pada saat ini tergabung dalam
lembaga Jagadditha Nawasena Nusantara
dan merupakan seorang yang fokus pada
kajian-kajian sosial dan budaya. Menamat-
kan pendidikan sarjana (S-1) di jurusan
Antropologi Sosial, Universitas Andalas
Eko Sutrisno
Eko Sutrisno, menetap di sebuah desa
kecil wilayah Kabupaten Lamongan, Jawa
Timur, mengabdikan diri mengajar di
Prodi Teknologi Hasil Pertanian, Uni-
versitas Islam Majapahit. Menyelesaikan
gelar sarjana sains dari Biologi FMIPA,
Unisma Malang dan magister sains dari
Prodi Ilmu Lingkungan, Universitas Riau.
Konsentrasi keilmuan yang dipelajarinya
Erwin
Erwin merupakan seorang pengajar dan
sekaligus guru besar pada Departemen
Antropologi Sosial, Universitas Andalas,
Padang. Fokus kajian yang diminati
berkisar kajian sosial budaya masyarakat,
kemiskinan, ketahanan pangan, dan
masalah perdesaan. Buku terakhir yang
diterbitkan berjudul Kemiskinan di Men-
Hariany Siappa
Hariany Siappa, S.Si., M.Si. lahir pada
tanggal 13 Februari 1978 di Palu. Merupa-
kan anak kelima dari delapan bersaudara,
dari pasangan Aries Siappa (almarhum)
dan Debora Moga (almarhumah). Sebelum
menjadi peneliti di Balai Penelitian dan
Marina Silalahi
Prof. Dr. Marina Silalahi, M.Si. meru-
pakan guru besar di Universitas Kristen
Indonesia (UKI). Ia memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Pendidikan
Biologi, Universitas Negeri Medan; gelar
master pada Program Studi Biologi, Insti-
tut Teknologi Bandung; dan gelar doktor
pada Program Studi Biologi, Universitas
Muhamad Nikmatullah
Muhamad Nikmatullah, M.Si. lahir 18
Oktober 1991 di Serang, Banten, Indonesia.
Penulis telah menamatkan pendidikan Prog
ram Sarjana Pendidikan Biologi Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa dan Program Magis-
ter Sains di Departemen Biologi, Universitas
Indonesia. Ia merupakan alumni awardee
beasiswa LPDP 2016. Terhitung 2019–2022,
ia menjadi peneliti di LIPI, dan terhitung
2022 ia masuk Badan Riset dan Inovasi
Ratna Yuniati
Dr. Ratna Yuniati, M.Si. merupakan
dosen di Universitas Indonesia. Ia mem-
Sonny Koeshendrajana
Sonny Koeshendrajana lahir di Mojokerto,
Jawa Timur, 24 April 1960. Ia menyele-
saikan pendidikan formal sebagai sarjana
sosial ekonomi perikanan dari Institut
Pertanian Bogor (1983/1984), M.Sc. in
Tenny Apriliani
Tenny Apriliani lahir pada tanggal
10 April 1982 di Jakarta. Pendidikan
terakhir diperoleh dari Institut Pertanian
Bogor (IPB University) pada tahun 2009
325
beras siger, 7, 92, 93, 94, 95, 96, Calamus sp., 8, 145, 147, 149, 150,
97, 100, 101, 102, 103, 104, 151, 152, 153, 154, 155,
105, 106, 108, 109, 110, 156, 157, 158, 165, 166,
111, 112, 285, 286 168, 170
berkelanjutan, 31, 36, 38, 39, 41, cendol, 222
42, 43, 51, 53, 78, 79, 127, Covid-19, 111, 121, 146, 178, 208,
134, 139, 143, 147, 162, 209, 287
168, 202, 210, 252, 256, crude protein, 214
258, 259, 268, 269, 283, cytotoxic, 169, 174
284, 287, 288, 295, 296
beta-karotena, 218, 273
daur hidup produk, 94, 95, 96
bihun tapioka, 92, 93, 94, 95, 96,
Dekranasda, 225, 226, 227, 230
97, 100, 101, 104, 108, 110,
111, 112, 285, 286 depresi, 221
biogas, 220 dimukimkan, 9, 181, 191, 201
biomolekul utama, 219, 291 distribusi pangan, 68
biskuit, 91, 221, 225, 241 diversifikasi konsumsi pangan, 3, 12,
53, 58, 79, 108, 112
blue economy, 137, 138, 287
Diversifikasi pangan horizontal, 87
body scrub, 221
diversifikasi pangan vertikal, 92, 285
buah, 1, 2, 5, 17, 19, 20, 26, 43,
50, 54, 58, 61, 64, 68, 81, dormansi, 216
86, 150, 151, 155, 156, 160,
168, 183, 222, 223, 224, eduwisata, 115, 134, 138, 139, 287
233, 273, 281, 282, 288, ekstraksi, 64, 284
Indeks 327
klorofil, 219 208, 209, 210, 211, 212,
kolesterol, 229, 235 289, 290
konsumen, 3, 4, 6, 26, 27, 29, 32, metabolit sekunder, 159, 168, 272
33, 34, 35, 38, 40, 41, 68, microblog, 221
69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, mina padi, 8, 114, 115, 118, 119,
76, 77, 79, 92, 94, 95, 96, 120, 121, 122, 123, 127,
97, 98, 100, 101, 102, 103, 128, 129, 130, 131, 132,
105, 111, 112, 138, 161, 133, 134, 137, 138, 139,
226, 232, 239, 283, 284, 285 140, 141, 142, 143, 286, 287
konsumsi pangan, 2, 3, 4, 12, 13, mineral, 18, 19, 21, 22, 66, 68, 75,
16, 53, 56, 58, 60, 67, 69, 86, 89, 153, 214, 234, 273,
77, 79, 80, 88, 89, 97, 98, 288
100, 101, 103, 104, 105, minyak gesekan, 220
106, 108, 109, 110, 111, mistis, 10, 222
112, 116, 117, 182, 200,
mocaf, 35, 46, 80, 81, 91
281, 282, 286, 289
Monokultur, 113, 124, 297
konvensional, 120, 121, 122, 123,
129, 130, 262 mutu, 4, 32, 33, 71, 237, 238
kosmetik, 220, 221, 253, 268, 292
kukis, 214, 227, 228, 229, 232, 234, nikotin, 223
290 nilai gizi, 6, 10, 16, 34, 37, 40, 64,
kurap, 219 71, 215, 234, 238
nutrisi, 6, 17, 27, 29, 34, 40, 44, 46,
47, 61, 63, 65, 75, 116, 123,
lalapan, 8, 30, 147, 155, 222, 288
147, 152, 160, 161, 162,
Indeks 329
34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 200, 201, 202, 203, 204,
42, 43, 44, 45, 47, 48, 51, 205, 207, 208, 209, 210,
53, 61, 62, 64, 65, 66, 68, 284, 289, 290
69, 70, 71, 72, 73, 74, 76, Samberembe, 8, 114, 127, 132, 141,
77, 78, 79, 80, 83, 88, 90, 142, 298
91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, saponin, 159, 168, 219, 234
103, 106, 107, 112, 114, sawah, 8, 9, 52, 82, 118, 119, 120,
116, 117, 133, 134, 146, 128, 130, 131, 132, 139,
160, 161, 162, 168, 179, 141, 181, 182, 190, 203,
181, 214, 218, 221, 227, 248, 263, 289, 297
228, 229, 234, 235, 236,
singkong, 7, 23, 29, 35, 37, 44, 45,
237, 238, 239, 241, 248,
46, 47, 61, 69, 72, 75, 87,
256, 258, 266, 268, 273,
89, 90, 91, 92, 93, 97, 98,
274, 281, 282, 283, 284,
99, 100, 101, 103, 106, 107,
285, 286, 288, 289, 290,
108, 109, 110, 111, 179,
291, 295, 296, 297
268, 269, 270, 271, 284,
Program, 9, 10, 11, 12, 39, 45, 81, 286, 297
110, 143, 178, 181, 196,
sosis, 222
200, 201, 225, 227, 228,
231, 249, 260, 263, 264, strategi, 4, 7, 37, 39, 40, 41, 49, 70,
265, 277, 278, 289, 301, 303 78, 80, 82, 96, 104, 106,
107, 109, 110, 111, 112,
protein, 1, 2, 4, 10, 18, 22, 30, 46,
139, 193, 264, 265, 284, 286
48, 50, 80, 82, 86, 89, 123,
152, 168, 194, 214, 215, stunting, 10, 42, 117, 214, 221, 225,
218, 219, 234, 241, 244, 227, 237, 238, 240, 242, 290
Indeks 331
D iversifikasi pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan
konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada
potensi sumber daya lokal. Hal tersebut tercantum dalam Undang-
Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan. Diversifikasi pangan lokal menjadi
peluang penting untuk mempromosikan keberlanjutan ekonomi dan
lingkungan. Diversifikasi juga dapat meningkatkan ketahanan pangan suatu
wilayah dengan mengurangi risiko kekurangan pasokan akibat perubahan
iklim atau krisis global.
Buku Diversifikasi Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan: Perspektif Ekonomi,
Sosial, dan Budaya membahas diversifikasi pangan dari perspektif ekonomi,
sosial, budaya, dan hukum. Pada kenyataannya, Indonesia merupakan salah
satu negara yang memiliki variasi produk pangan lokal melimpah. Namun,
belum semua variasi pangan lokal tersebut telah dibudidayakan secara
optimal oleh masyarakat. Masalah utama yang dihadapi pemerintah adalah
terkait pemerataan ketersediaan produk bahan pangan di seluruh wilayah
Indonesia. Pengembangan produk-produk baru berbasis bahan pangan lokal
juga dituntut untuk memberikan nilai tambah ekonomi bagi produsen lokal
serta membantu mengurangi ketergantungan pada impor pangan.
Mengingat bahwa pangan adalah kebutuhan primer manusia, bahkan
merupakan syarat keberlangsungan hidup, buku ini diharapkan bermanfaat
bagi kalangan luas, di antaranya para akademisi, pengusaha, pemerintah, dan
semua pemangku kepentingan terkait ilmu pangan.
DOI: 10.55981/brin.918
Diterbitkan oleh:
Penerbit BRIN, anggota Ikapi ISBN 978-623-8372-47-8
Gedung B.J. Habibie Lt. 8,
BRIN Publishing
The Legacy of Knowledge Jl. M.H. Thamrin No. 8,
Jakarta Pusat 10340
E-mail: [email protected]
Website: penerbit.brin.go.id
9 786238 372478