3704-Article Text-12702-1-10-20200519

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH OVERCONFIDENCE, ILLUSION OF CONTROL, ANCHORING, LOSS

AVERSION PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI OLEH MAHASISWA


UNISRI SEBAGAI INVESTOR PEMULA

Sigit Dwi Handoyo 1)


Rispantyo 2)
Bambang Widarno 3)
1, 2, 3)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta
e-mail: 1) [email protected]

ABSTRACT

The main problem in this research is whether there is an influence of financial


behavior overconfedence, illusion of control, loss aversion and anchoring that is
owned by novice investors. The purpose of this study is to determine and test the
effect of overconfidence, illusion of control, loss aversion and anchoring on decision
making. This study uses survey methods and data collection techniques using
purposive sampling method with a total of 100 respondents. Then analyzed using
descriptive statistics and data analysis techniques used are multiple linear
regression analysis. The results of this study indicate that overconfiedence, illusion
of control, loss aversion and anchoring affect the investment decision making by
novice investors in the University of Slamet Riyadi Surakarta.

Keywords: behavioral finance, overconfidence, illusion of control, loss aversion,


anchoring,

PENDAHULUAN
Perkembangan investasi di pasar modal di Indonesia, saat ini investor di Indonesia
mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding periode-periode sebelumya. Saat ini
investor pada pasar modal mencapai 1.025.414 per juli 2017 Kustodian Sentral Efek Indonesia
& Otoritas Jasa Keuangan (KSEI & OJK) diperkirakan hal itu akan mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun yang akan datang. Dengan kenaikan investor pada pasar modal itu dapat menjadi
salah satu pertimbangan individu lain dalam melakukan investasi.
Menurut Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Surakarta, M Wira Adibrata transaksi pasar
saham di Surakarta mencapai Rp 3 triliun per bulan. Terlebih adanya tahun politik, yang
membuat segmen konveksi dan konsumsi akan terlihat meningkat cukup tinggi karena banyak
yang memanfaatkan. Kemudian mengarah ke infrastruktur dan diikuti, hal ini membuat indeks
harga saham gabungan (IHSG) meningkat. IHSG saat ini berada di level 6.600 di mana pada
tahun 2017 lalu diangka 6.300. Kenaikan ini banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang
membaik.
Fenomena yang terjadi saat ini seringkali ditemukan bahwa individu berperilaku tidak
rasional dan membuat kesalahan sistematis atas peramalan yang mereka lakukan. Investor akan
tetap gagal dalam berinvestasi apabila keputusan yang diambil masih sangat dipengaruhi bias
psikologis (Kartini dan Nugraha, 2015: 115-123). Pengambilan keputusan dalam melakukan
investasi adalah sangat kompleks karena dalam pengambilan keputusan banyak pilihan yang
tersedia.
Fenomena investor pemula maupun calon investor sangat erat kaitannya dengan
behavioral finance. Bukan hanya ilmu ekonomi yang hanya menjadi faktor dalam pengambilan
keputusan, melainkan juga beberapa ilmu lainnya dalam hal ini menggunakan pendekatan

Pengaruh Overconfidence, Illusion of Control, Anchoring … (Sigit DH., Rispantyo, & Bambang W.) 411
psikologis guna mempelajari perilaku individu dalam pengambilan keputusan. Behavioral
finance sendiri merupakan ilmu yang menjelaskan 2 fenomena psikologi yang mempengaruhi
perilaku keuangan (Shefrin, 2005: 10). Sementara Nofsinger dan Hirschey (2008: 213)
mengatakan bahwa behavioral finance merupakan sebuah studi akan kesalahan kognitif dan
emosi di dalam pengambilan keputusan finansial. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa behavioral finance merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana manusia mengambil
keputusan finansial didasarkan pada aspek kognitif dan emosi yang ada di dalam dirinya
sehingga muncul perilaku keuangan.
Fenomena investor pemula maupun calon investor sangat erat kaitannya dengan
behavioral finance. Bukan hanya ilmu ekonomi yang hanya menjadi faktor dalam pengambilan
keputusan, melainkan juga beberapa ilmu lainnya dalam hal ini menggunakan pendekatan
psikologis guna mempelajari perilaku individu dalam pengambilan keputusan. Behavioral
finance sendiri merupakan ilmu yang menjelaskan 2 fenomena psikologi yang mempengaruhi
perilaku keuangan (Shefrin, 2005: 10).
Dalam pengambilan keputusan investor cenderung menggunakan pemikiran rasional,
tetapi bagi calon investor atau investor pemula tidak dapat menghindari bias persepsi dalam
penggambilan keputusan. Bias persepsi merupakan kecenderungan psikologis seseorang yang
kehilangan objektivitas akan suatu persepsi dan situasi. Jika seseorang dalam keadaan bias maka
mereka akan percaya diri akan kemampuanya dalam menganalisis dan menilai sebuah situasi.
Bias mengakibatkan kesalahan prediksi, karena dapat membuat orang salah dalam
memperhitungkan risiko yang dapat terjadi. Hal ini menjadi ketertarikan untuk membahas
mengenai aspek bias. Bias dalam penelitian ini di antaranya illusion of control dideskripsikan
sebagai suatu keyakinan yang lebih dalam hal kemampuan untuk memprediksi atau hasil yang
lebih memuaskan ketika seseorang memiliki keterlibatan yang lebih di dalamnya (Langer dan
Roth, 1975).
Overconfidence adalah perasaan percaya diri secara berlebihan, Overconfidence akan
membuat investor menjadi overestimate terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh investor itu
sendiri, dan underestimate terhadap prediksi yang dilakukan karena investor melebih-lebihkan
kemampuan yang dimiliki (Nofsinger, 2005: 10). Overconfidence juga dapat menyebabkan
investor menanggung risiko yang lebih besar dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.
Hal ini juga diungkapkan Kahneman dan Tversky (1974) dalam penelitiannya, bahwa
anchoring bias merupakan salah satu bias perilaku keuangan yang termasuk di dalam heuristic
theory. Le Phuoc Luong, Doan Thi Thu Ha (2011: 28) mengatakan anchoring bias adalah
fenomena yang digunakan dalam situasi ketika seseorang menggunakan penilaian awal
mengenai harga beli investasi untuk membuat estimasi dalam berinvestasi setelahnya, namun
pada kenyataannya hal tersebut seringnya akan memberikan hasil yang berbeda dengan apa
yang diestimasikan.
Loss aversion Seperti yang dikatakan oleh (Wawro et al., 2008: 28) bahwa loss aversion
merupakan salah satu bias perilaku keuangan yang termasuk didalam prospect theory. Perilaku
loss aversion ini menunjukkan sikap investor dimana rasa sakit yang mereka rasakan karena
kerugian yang dialami lebih besar daripada kesenangan yang berasal dari keuntungan yang
mereka peroleh. Setiap investor memiliki cara yang berbeda dalam menangani ketidakpastian
dan kerugian (Godoi et al., 2005). Investor akan lebih fokus pada perasaan untuk menghindari
kerugian dari pada perasaan mendapatkan keuntungan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk: 1) menganalisis signifikansi pengaruh overconfidence
terhadap pengambilan keputusan investasi. 2) menganalisis signifikansi pengaruh illusion of
control terhadap pengambilan keputusan investasi. 3) menganalisis signifikansi pengaruh loss

412 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 15 Edisi Khusus Oktober 2019: 411 – 421
aversion dalam pengambilan keputusan investasi. 4) menganalisis signifikansi pengaruh
anchoring dalam pengambilan keputusan investasi.

LANDASAN TEORI
1. Prospect Theory
Prospect Theory adalah teori yang dikembangkan oleh Kahneman dan Tversky (1979) yang
menggabungkan 2 (dua) disiplin yang berbeda yaitu ekonomi dan psikologi. Teori ini
menganggap bahwa perilaku manusia dianggap aneh dan kontradiktif dalam mengambil
suatu keputusan dan tidak selamanya rasional. Teori ini merupakan kritikan terhadap teori
expected utility dan pengembangan dari finance behavior theory yang menawarkan
alternatif baru yang tentunya berhubungan dengan perilaku keuangan. Pada awalnya,
seseorang membuat keputusan investasi berdasarkan pada estimasi dan prospek investasi.
Seiring berjalannya waktu, faktor psikologis telah mempengaruhi seseorang dalam
membuat keputusan investasinya. Para ahli menyatakan, bahwa faktor psikologis memiliki
pengaruh yang besar bagi seseorang dalam membuat keputusan.

2. Teori Pengambilan Keputusan


Dalam teori pengambilan keputusan didasari oleh konsep kepuasan, bahwa ini individu
dapat menentukan meningkatnya atau menurunnya utilitas dalam upaya meningkatkan
kepuasan. Berdasarkan konsep ini, setiap tidakan individu bertujuan untuk memaksimalkan
jumlah utilitas untuk mencapai kepuasan. Demikian halnya pengambilan keputusan
investasi oleh investor dilakukan secara rasional dalam rangka memaksimalkam utilitasnya.

3. Heuristik theory
Heuristic theory seoerti yang dikatakan oleh (Waweru et all,. 2008) terdapat dua ilusi yang
disebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan. Ilusi ini dijelaskan dalam teori heuristik
atau teori yang didasari oleh bias kognitif. (Masomi dan Ghayekloo, 2011), jika ditinjau
dari paradigma ekonomi keuangan tradisional, pembuatan keputusan investasi dianggap
rasional dan cenderung menggunakan utilitas secara maksimal.

4. Pengertian Pasar Modal


Pengertian pasar modal secara umum berdasarkan menurut Sunariyah (2011: 4) Pasar
modal adalah suatu sistem keuangan yang teroganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-
bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-
surat berharga yang beredar. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau
badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam
surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan
(entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih
dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten (Sunariyah, 2011: 4).

5. Faktor psikologis mempengaruhi pengambilan keputusan


a. Overconfidence
Overconfidence bias merupakan sebuah kepercayaan yang tidak dijamin hanya
berdasarkan alasan intuisi, judgements, dan kemampuan kognitif (Pompian, 2006: 23).
Overconvidence atau sikap terlalu percaya diri berkaitan dengan seberapa besar
prasangka atau perasaan tentang seberapa baik seseorang mengerti kemampuan mereka
dan batas pengetahuan mereka sendiri.Hal ini didukung oleh pernyataan Shefrin (2005:
6) yang dikutip sebagai berikut, “overconfidence is a bias that pertains to how well
people understand their own abilities and the limits of their knowledge”. Penyebab dari
overconfidence yaitu kepercayaan diri yang berlebihan bahwa informasi yang diperoleh

Pengaruh Overconfidence, Illusion of Control, Anchoring … (Sigit DH., Rispantyo, & Bambang W.) 413
mampu dimanfaatkan dengan baik karena memiliki kemampuan analisis yang akurat dan
tepat, hal ini sebenarnya merupakan suatu ilusi pengetahuan dan kemampuan
dikarenakan adanya beberapa alasan seperti pengalaman yang kurang dan keterbatasan
keahlian mengintepretasi informasi (Baker dan Nofsinger, 2002: 98). Sheffrin (2007)
membagi bias overconvidence ini kedalam dua kelompok, yaitu: (1) terlalu percaya diri
akan kemampuan atau overconvidence about ability dan (2) terlalu percaya diri akan
pengetahuan atau overconvidence about knowledge. Investor dengan overconfidence bias
ini akan mengesampingkan informasi yang didapat karena dia terlalu percaya pada
keyakinan sendiri. Mereka terlalu yakin dan percaya diri pada pandangan dan
pengetahuan mereka sendiri sehingga informasi lain yang mereka dapat tidak terlalu
mereka hiraukan. Rasa percaya diri yang berlebihan menyebabkan investor menaksir
terlalu tinggi terhadap pengetahuan yang dimiliki, menaksir terlalu rendah terhadap
risiko dan melebih- lebihkan kemampuan dalam hal melakukan kontrol atas apa yang
terjadi. Jenis bias ini mampu mempengaruhi pengambilan keputusan seorang investor.
b. Anchoring
Juga dikenal sebagai jebakan relativitas, ini adalah kecenderungan di mana kita harus
membandingkan dan mengontraskan hal-hal yang terbatas. Ini disebut efek jangkar
(anchoring effect) karena kita cenderung terfokus pada sebuah nilai atau angka yang
pada gilirannya akan dibandingkan dengan nilai-nilai dan angka-angka yang lain. Contoh
klasik adalah sebuah barang yang diobral dalam sebuah toko; kita cenderung melihat
(dan menilai) perbedaan dalam hal harga, namun bukan harga itu sendiri secara
keseluruhan. Inilah sebabnya mengapa sebagian menu restoran menampilkan daftar
makanan yang sangat mahal, sambil juga (tampaknya) mencantumkan makanan yang
murah-murah. Itulah sebabnya juga mengapa, ketika diberi pilihan, kita cenderung
memilih yang ditengah-tengah yang tidak terlalu mahal tetapi juga tidak terlalu murah.
c. Illusion Of Control
Illusion of control bias merupakan kecenderungan manusia percaya bahwa mereka dapat
mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil tetapi pada kenyataannya mereka tidak
dapat (Pompian, 2006). Ketika seorang manajer membuat sebuah keputusan, ciri-ciri
hasilnya bergantung pada keberuntungan dan skill/kemampuan manajer tersebut.
Menurut Nofsinger (2005: 53), ada beberapa hal yang mendorong seorang investor
dalam memilih pilihan investasi, yaitu: pilihan, urutan hasil, kefamiliaran, kesuksesan
masa lalu, informasi, dan keterlibatan aktif. Jika investor dapat menentukan investasi
mana yang akan dipilihnya sendiri, maka investor tersebut akan yakin akan mendapat
keberhasilan dari investasinya tersebut. Seorang investor yang terkena bias ini biasanya
akan merasa bahwa mereka seolah-olah dapat mengontrol lebih atas lingkungan mereka
melebihi kemampuan mereka sebenarnya. Semakin sering atau aktif mereka mengambil
keputusan sendiri maka akan semakin tinggi kejadian illusion of control bias.
d. Loss Aversion
Loss aversion merupakan salah satu bias perilaku keuangan yang termasuk dalam
prospect theory. Loss aversion bias adalah keadaan dimana seseorang lebih memilih
menghindari kerugian daripada mendapatkan keuntungan. Bias ini menjadikan investor
lebih protektif terhadap penurunan modal dan lebih takut terhadap kerugian daripada
kenaikan dalam investasinya. Setiap investor memiliki cara yang berbeda dalam
menangani ketidakpastian dan kerugian karena kerugian yang diakibatkannya akan lebih
terasa lebih menyakitkan. Menurut Khan et al. (2017) dan Gupta & Ahmed (2017), loss
aversion bias berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Semakin tinggi tingkat
loss aversion bias maka semakin buruk pula keputusan investasi yang dibuat. Bias
negatif loss aversion secara umum mengambarkan bahwa orang akan lebih
memperhatikan informasi negatif daripada informasi positif (Hanrick et al,. 2012). Hal

414 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 15 Edisi Khusus Oktober 2019: 411 – 421
itu menyebabkan apabila investasi mereka sudah tidak aman lagi, mereka akan lebih
cenderung menualnya

Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan pada gambar 1.

Overconfiedence (X1)

Illusion of control (X2)


Pengambilan keputusan
investasi (Y)
Loss aversion (X3)

Anchoring (X4)

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan tersebut, memiliki makna bahwa:
1. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, yang merupakan
variabel bebas adalah Overconfiedence (X1), Illusion of control (X2), Loss aversion (X3),
Anchoring (X4).
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam hal ini adalah
pengambilan keputusan

PERUMUSAN HIPOTESIS
1. Pengaruh Overconfidence terhadap Pengambilan Keputusan Investasi
Overconfidence merupakan sebuah kepercayaan yang tidak dijamin hanya berdasarkan alasan
intuisi, judgements, dan kemampuan kognitif (Pompian, 2006: 23). Overconvidence atau
sikap terlalu percaya diri berkaitan dengan seberapa besar prasangka atau perasaan tentang
seberapa baik seseorang mengerti kemampuan mereka dan batas pengetahuan mereka sendiri.
Penyebab dari overconfidence yaitu kepercayaan diri yang berlebihan bahwa informasi yang
diperoleh mampu dimanfaatkan dengan baik karena memiliki kemampuan analisis yang
akurat dan tepat, namun hal ini sebenarnya merupakan suatu ilusi pengetahuan dan
kemampuan dikarenakan adanya beberapa alasan seperti pengalaman yang kurang dan
keterbatasan keahlian menginterpretasi informasi (Baker dan Nofsinger 2002). Investor
dengan overconfidence bias ini akan mengesampingkan informasi yang didapat karena dia
terlalu percaya pada keyakinan sendiri.
H1: Overconfidence berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi.

2. Pengaruh Illusion Of Control Overconfidence terhadap Pengambilan Keputusan Investasi


Illusion of control merupakan kecenderungan manusia percaya bahwa mereka dapat
mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil tetapi pada kenyataannya mereka tidak
dapat (Pompian, 2006). Menurut Nofsinger (2005: 53), ada beberapa hal yang mendorong
seorang investor dalam memilih pilihan investasi, yaitu: pilihan, urutan hasil, kesuksesan
masa lalu, informasi, dan keterlibatan aktif. Seorang investor yang terkena bias ini biasanya
akan merasa bahwa mereka seolah-olah dapat mengontrol lebih atas lingkungan mereka

Pengaruh Overconfidence, Illusion of Control, Anchoring … (Sigit DH., Rispantyo, & Bambang W.) 415
melebihi kemampuan mereka sebenarnya. Semakin sering atau aktif mereka mengambil
keputusan sendiri maka akan semakin tinggi kejadian illusion of control bias.
H2: Illusion of control berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan.

3. Pengaruh Loss Aversion terhadap Pengambilan Keputusan Investasi


Loss aversion adalah keadaan di mana seseorang lebih memilih menghindari kerugian
daripada mendapatkan keuntungan. Bias ini menjadikan investor lebih protektif terhadap
penurunan modal dan lebih takut terhadap kerugian daripada kenaikan dalam investasinya.
Menurut Khan et al. (2017) dan (Gupta dan Ahmed, 2017), loss aversion berpengaruh positif
terhadap keputusan investasi. Semakin tinggi tingkat loss aversion maka semakin buruk pula
keputusan investasi yang dibuat.
H3: Loss aversion berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusann investasi.

4. Pengaruh Anchoring terhadap Pengambilan Keputusan Investasi


Juga dikenal sebagai jebakan relativitas, ini adalah kecenderungan di mana kita harus
membandingkan dan mengontraskan hal-hal yang terbatas. Ini disebut efek jangkar
(anchoring effect) karena kita cenderung terfokus pada sebuah nilai atau angka yang pada
gilirannya akan dibandingkan dengan nilai-nilai dan angka-angka yang lain. Contoh klasik
adalah sebuah barang yang diobral dalam sebuah toko; kita cenderung melihat (dan menilai)
perbedaan dalam hal harga, walau bukan harga itu sendiri secara keseluruhan. Inilah
sebabnya mengapa sebagian menu restoran menampilkan daftar makanan yang sangat mahal,
sambil juga (tampaknya) mencantumkan makanan yang murah-murah. Itulah sebabnya juga
mengapa ketika diberi pilihan, kita cenderung memilih harga standar yang tidak terlalu mahal
namun juga tidak terlalu murah.
H4: Anchoring berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi.

METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei pada mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena peneliti
menginginkan hasil penelitiannya dapat berguna bagi calon investor di kalangan mahasiswa
surakarta.alasan peneliti memilih Universitas Slamet Riyadi surakarta sebagai objek penelitian
karena kampus ini berada diantara banyak kampus swasta di Surakarta.

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi semester 5-7
Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kriteria penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100
responden.

Teknik Pengumpulan Data


1. Kuesioner
Teknik kuesioner yaitu suatu teknik di dalam pengumpulan data primer dengan mengajukan
daftar pernyataan kepada responden di mana selanjutnya responden diminta untuk mengisi
daftar pernyataan yang diajukan tersebut. Teknik pengukuran kuesioner menggunakan skala
Likert yaitu: jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5, Setuju (S) diberi nilai 4, Netral (N)
diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1.

416 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 15 Edisi Khusus Oktober 2019: 411 – 421
2. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan informasi melalui literatur dan jurnal-jurnal
penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini
dan diharapkan dapat berguna bagi penyusunan penelitian ini.

HASIL
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas,
dan uji normalitas. Hasil uji asumsi klasik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Uji Asumsi Klasik

Uraian Hasil Keterangan


Uji multikolinearitas Tolerance value > 0,10 dan VIF < Tidak terjadi
10,0 multikolinearitas
Uji autokorelasi Run Test p-value 0,421 > 0,05 Tidak terjadi
autokorelasi
Uji heterokedastisitas Uji Glejser p-value > 0,05 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Uji normalitas Kolmogorov Smirnov 0,820 > 0,05 Berdistribusi normal
Sumber: Data yang diolah dengan SPSS 21

Berdasarkan tabel di atas variabel overconfiedence (X1), illusion of control (X2), loss
aversion (X3), dan anchoring (X4), menunjukkan nilai tolerance value> 0,10 dan VIF <
10,0 maka menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas. Uji autokorelasi Run Test pada tabel
di atas menunjukkan p-value sebesar 0,421 < 0,05 maka antar residual tidak terdapat
hubungan korelasi atau tidak terjadi hubungan antar variabel. Hasil uji heterokedastisitas
pada tabel di atas menunjukkan p-value > 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji
normalitas dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov sebesar 0,820 atau > 0,05, maka
data residual berdistribusi normal/ lolos uji normalitas.

2. Uji Hipotesis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Analisis regresi linear dilakukan dengan menggunakan alat bantu program software aplikasi
SPPS 21 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Uji Hipotesis

Model B T Sig
(Constant) -0,707 -0,840 0,403
Overconfiedence 0,549 7,870 0,000
Illusion of control 0,569 5,924 0,000
Loss aversion -0,436 -4,973 0,000
Anchoring 0,299 5,049 0,000
Uji F:231,493 0,000
Adjusted R2: 0,907
Sumber: Data yang diolah dengan SPSS 21

Pengaruh Overconfidence, Illusion of Control, Anchoring … (Sigit DH., Rispantyo, & Bambang W.) 417
Regresi Linear Berganda
Model regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh masing-masing
variabel overconfiedence, illusion of control, loss aversion, dan anchoring. Berdasarkan hasil
analisis dapat diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:

Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e...... (Sugiyono, 2009: 275)


Y = -0,707+ 0,549 X1 + 0,569 X2 - 0,436 X3 + 0,299 X4

Interpretasi regresi linear berganda sebagai berikut:


a. Nilai a: -0,707 artinya jika overconfiedence (X1), illusion of control (X2), loss aversion
(X3), dan anchoring (X4)sama dengan nol, maka pengambilan keputusan (Y) akan negatif.
b. Nilai β1 sebesar: 0,549 dengan tingkat signifikasi overconfiedence (X1) sebesar 0,000 yang
artinya di bawah 0,05 maka overconfiedence (X1) memiliki pengaruh positif atau searah
terhadap pengambilan keputusan (Y), artinya, jika pengaruh overconfiedence meningkat
maka pengambilan keputusan juga akan meningkat. Sebaliknya jika pengaruh
overconfiedence menurun maka pengambilan keputusan juga akan menurun.
c. Nilai β2 sebesar: 0,569 dengan tingkat signifikasi illusion of control (X2) sebesar 0,000
yang artinya di bawah 0,05 maka illusion of control (X2) memiliki pengaruh positif atau
searah terhadap pengambilan keputusan (Y), artinya, jika pengaruh illusion of control
meningkat maka pengambilan keputusan juga akan meningkat. Sebaliknya jika pengaruh
illusion of control menurun maka pengambilan keputusan juga akan menurun.
d. Nilai β3 sebesar: -0,436 dengan tingkat signifikasi loss aversion (X3) sebesar 0,000 yang
artinya di bawah 0,05 maka loss aversion (X3) memiliki pengaruh positif atau searah
terhadap pengambilan keputusan (Y), artinya, jika pengaruh loss aversion meningkat maka
pengambilan keputusan juga akan meningkat. Sebaliknya jika pengaruh loss aversion
menurun maka pengambilan keputusan juga akan menurun.
e. Nilai β4 sebesar: 0,229 dengan tingkat signifikasi anchoring (X4) sebesar 0,000 yang
artinya di bawah 0,05 maka loss anchoring (X4) memiliki pengaruh positif atau searah
terhadap pengambilan keputusan (Y), artinya, jika pengaruh anchoring meningkat maka
pengambilan keputusan juga akan meningkat. Sebaliknya jika pengaruh anchoring menurun
maka pengambilan keputusan juga akan menurun.

Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara
individual dalam menerangkan variabel terikat (Ghozali. 2006). Berdasarkan hasil uji t, nilai
probabilitas signifikan pada variabel overconfiedence sebesar 0,000 < 0,05 dan t hitung 7,870,
variabel illusion of control sebesar 0,000 < 0,05, variabel loss aversion sebesar 0,000 < 0,05 dan
pada variabel anchoring sebesar 0,000 < 0,05 P value keempat variabel tersebut kurang dari
0,05, maka Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh signifikan variabel overconfiedence, illussion
of control, loss aversion,anchoring pada pengambilan keputusan investasi.

Uji F (Uji Ketepatan Model


Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2006).
Berdasarkan uji F, diketahui bahwa probabilitas value sebesar 0,000 < 0,05 P value< 0,05 maka
Ho ditolak, artinya pemilihan model tepat dan layak digunakan untuk memprediksi variabel
bebas terhadap variabel terikat.

418 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 15 Edisi Khusus Oktober 2019: 411 – 421
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa besar sumbangan pengaruh
variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat. Berdasarkan hasil uji koefisien
determinasi (R2), koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,907 yang artinya besar pengaruh
variabel variabel overconfiedence, illusion of control, loss aversion, anchoring terhadap
pengambilan keputusan investasi sebesar 90,7% sedangkan sebesar 9,3% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti.

PEMBAHASAN
1. Pengaruhoverconfidence terhadap pengambilan keputusan investasi
Hasil analisis diperoleh t hitung sebesar 7,870 dengan p-value sebesar 0,000 < 0,05
maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan overconfiedence (X1) terhadap
pengambilan keputusan invetasi (Y) pada investor pemula di UNISRI. Dengan demikian
hipotesis satu (H1) yang menyatakan bahwa: “Ada pengaruh yang signifikan overconfiedence
terhadap pengambilan keputusan invetasi (Y) pada investor pemula di UNISRI”, diterima
atau terbukti kebenarannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa overconfiedence berpengaruh
positif terhadap pengambilan keputusan invetasi (Y). Pengujian variabel overconfiedence
terhadap pengambilan keputusan investasi (Y) pada investor pemula di UNISRI
menunjukkan bahwa semakin besar pengaruh overconfiedence dalam mengambil keputusan
maka akan meningkatkan pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan Tanusdjaja (2018), oleh Kartini, Nugraha (2015), Pradhana (2018), Setiawan, Atahau
dan Robiyanto (2018), Seto (2017), Supramono dan Wandita (2017), Jannah dan Ady (2017).
Hasil penelitian tidak sejalan dengan Kartika dan Iramani (2013)

2. Pengaruh Illusion of control terhadap pengambilan keputusan


Hasil analisis diperoleh t hitung sebesar 5,924 dengan p-value sebesar 0,000 < 0,05
maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang signifikanIllusion of control(X1) terhadap
pengambilan keputusan invetasi (Y) pada investor pemula di UNISRI. Dengan demikian
hipotesis satu (H1) yang menyatakan bahwa: “Ada pengaruh yang signifikan Illusion of
control terhadap pengambilan keputusan invetasi (Y) pada investor pemula di UNISRI”,
diterima atau terbukti kebenarannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Illusion of control
berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan invetasi (Y). Pengujian variabel Illusion
of control terhadap pengambilan keputusan investasi (Y) pada investor pemula di UNISRI
menunjukan bahwa semakin besar pengaruh Illusion of control dalam mengambil keputusan
maka akan meningkatkan pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Pradhana (2018), Joseph (2015). Penelitian ini tidak sejalan dengan Nugraha (2015).

3. Pengaruh Loss aversion terhadap pengambilan keputusan investasi


Hasil analisis diperoleh t hitung sebesar -4,973 dengan p-value sebesar 0,000 < 0,05
maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang signifikanLoss aversion (X1) terhadap
pengambilan keputusan invetasi (Y) pada investor pemula di UNISRI. Dengan demikian
hipotesis satu (H1) yang menyatakan bahwa: “Ada pengaruh yang signifikan Loss aversion
terhadap pengambilan keputusan invetasi (Y) pada investor pemula di UNISRI”, diterima
atau terbukti kebenarannya, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Loss aversion
berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan invetasi (Y). Pengujian variabel Loss
aversion terhadap pengambilan keputusan investasi (Y) pada investor pemula di UNISRI
menunjukan bahwa semakin besar pengaruh Loss aversion dalam mengambil keputusan
maka akan meningkatkan pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Pradana (2018), tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan Charissa (2018).

Pengaruh Overconfidence, Illusion of Control, Anchoring … (Sigit DH., Rispantyo, & Bambang W.) 419
4. Pengaruh Anchoring terhadap pengambilan keputusan investasi.
Hasil analisis diperoleh t hitung sebesar 5,049 dengan p-value sebesar 0,000 < 0,05 maka
Ho ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan Anchoring (X1) terhadap pengambilan
keputusan invetasi (Y) pada investor pemula di UNISRI. Dengan demikian hipotesis satu
(H1) yang menyatakan bahwa: “Ada pengaruh yang signifikan Anchoring terhadap
pengambilan keputusan invetasi (Y) pada investor pemula di UNISRI”, diterima atau terbukti
kebenarannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Anchoring berpengaruh positif terhadap
pengambilan keputusan invetasi (Y). Pengujian variabel anchoring terhadap pengambilan
keputusan investasi (Y) pada investor pemula di UNISRI menunjukkan bahwa semakin besar
pengaruh anchoring dalam mengambil keputusan maka akan meningkatkan pengambilan
keputusan investasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan Charissa (2018).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanaka maka dapat ditarik
kesimpulanOverconfiedence berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi pada
investor pemula di Surakarta. Jika pengaruh overconfiedence meningkat maka pengambilan
keputusan investasi juga akan meningkat. Illusion of control berpengaruh positif terhadap
pengambilan keputusan investasi pads investor pemula di Surakarta. Jika pengaruh illusion of
control meningkat maka pengambilan keputusan investasi juga akan meningkat. Loss aversion
berpengaruh negatif terhadap pengambilan keputusan investasi pads investor pemula di
surakarta. Jika pengaruh loss aversion meningkat maka pengambilan keputusan investasi akan
menurun. Anchoring berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi pads
investor pemula di Surakarta. Jika pengaruh anchoring meningkat maka pengambilan keputusan
investasi juga akan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Jogiyanto. 2014. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE. Yogyakarta.
Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta
Jannah, Waiqotul. dan Sri Utami Ady. 2017. “Analisis Fundamental, Suku Bunga, dan
Overconfidence terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Pada Investor di Surabaya”.
Jurnal Bisnis dan Manajemen. Volume 1, Nomor 2, Hal. 138-155
Joseph, Chricela Natalia. 2015. “Illusion Of Control dan Faktor Demografi dalam Pengambilan
Keputusan Investasi”. Jurnal ekonomi peluang. Volume IX, Nomor 2, Oktober 2015, hlm
108-117.
Kahneman. Tversky. 1974. “Judgement under uncertainly: heuristik and biases”. Science. hlm
1124-1131
Kartika, Nadia. dan Rr. Iramani. 2013. “Pengaruh overconfidence, experience, emotion terhadap
risk perception dan risk attitude pada investor pasar modal di Surabaya”. Jurnal of
Bussines and Banking. Volume 3, No. 2, November 2013, pages 177 – 188.
Kartini. dan Nuris Firmansyah Nugraha. 2015. “pengaruh illusion of control, overconfidence
dan emotion terhadap pengambilan keputusan investasi pada investor di yogyakarta”.
Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Vol. 4, No.2, Mei, hlm. 115-123.
Kotler, Philip. 2003. Managemen Pemasaran. Edisi kesebelas jilid 1 dan 2, jakarta.
Langer, dan J. Roth. 1975. “Heads i win, tails it’s chance; the illusion of control as a function of
the sequence of outcomes in a purely chane to ask”. Journal of Personality and
Psychology. Hlm 951-955
Le Phuoc Luong Doan Thi Thu Ha. 2011. “Behavioural factor influencing individual investor
decisionmaking & Perfomance”.Umea school bussines. China.

420 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 15 Edisi Khusus Oktober 2019: 411 – 421
Lestari, Winda Rika. dan Edi Pranyoto. 2015. “Faktor psikologi yang membentuk perilaku
keuangan (behavioral finance) investor dalam transaksi saham pada pasar modal di
Lampung”. Jurnal Ilmiah Gema Ekonomi. Vol. 5, No. 1, Februari, hlm. 691-702.
Lubis, Arfan Ikhsan. 2009. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
Masomi, dan Ghayekloo. 2011. “Consequences of human behavior’s in economic: the effect of
behavior factors in investmen decision making at Tehran stock exchange. International
Conference on Bussiness and Economic Research. Hlm 234-237
Nofsinger, Jhon R. 2005. “Psychologi of Investing Second Edition”.Precentice-Hall Inc. New
Jersey
Paramita, RA. Sista. Dan Yuyun Isbanah, Purwohandoko. 2018. “Bias kognitif dan kepribadian
individu: studi perilaku investor muda di surabaya”. Jurnal Riset Manajemen Sains
Indonesia. Vol 9, No. 2, 2018, hlm 214-235.
Pradhana, Rafinza Widiar. 2018. “Pengaruh Financial Literacy, Cognitive Bias, dan Emotional
Bias terhadap Keputusan Investasi (Studi pada Investor Galeri Investasi Universitas
Negeri Surabaya)”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol 6, No.3, hlm 108-117
Pompian, M. 2006.“Behavioral Finance and Wealth Management – How to Build Optimal
Portfolios That Account for Investor Biases”.Wiley.Inggris.
Setiawan, Yehezkiel Chris. dan Apriani Dorkas Rambu Atahau, Robiyanto. 2018. “Cognitive
Dissonance Bias, Overconfidence Bias dan Herding Bias dalam Pengambilan Keputusan
Investasi Saham”. Jurnal unmer. Vol 1, no. 1, hlm17-25.
Seto, Agung Anggoro. 2017. ” Behavioral biases pada individual investor di kota palembang”.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini. Volume 8, No.01, Desember, hlm. 6-11.
Shefrin, Hersh. 2005, “A Behavioral Approach to Asset Pricing”.Academic Press. USA
Shefrin, hersh. 2007. “Behavioral corporate finance: decisions that create value”. McGraw-
Hill/Irwin. Boston.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Sulistyawan, Dedhy. 2015. “Reaksi asimetris atas sinyal beli dan jual analisis teknis: pengujian
bias konfirmasi sebelum pengumuman laba”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19,
No.3 September, hlm. 400–408.
Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto. 2006. ProLsedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Supramono, dan Marisa Wandita. 2017. “Confirmation bias, self-attribution bias, dan
overconfidence dalam transaksi saham”. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 21, No.1,
Januari 2017: 25– 36
Tanusdjaja, Hendang. 2018. “Keputusan Investasi Investor Individu Berdasarkan Kompetensi,
Overconfidence, dan Pendidikan.”. Jurnal Muara Ilmu dan Bisnis. Vol. 2, No. 1, April
2018: hlm 234 - 244
Wulandari, Dewi Ayu. dan Rr Iramani. 2014. “Studi experienced regret, risk tolerance,
overconfiedence dan risk perception pada pengambilan keputusan investasi dosen
ekonomi”. Jurnal of Bussines and Banking, Volume 4, No. 1, May 2014, hlm 55 – 66
Zaine, Salma. 2015. “Behavioral biases of individual investor: The Effect of Anchoring”
Eurasian Journal of Social Sciences, 3(1), 2015, hlm. 13-19

Pengaruh Overconfidence, Illusion of Control, Anchoring … (Sigit DH., Rispantyo, & Bambang W.) 421

Anda mungkin juga menyukai