Makalah Landasan Bimbingan Dan Konseling

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING


“LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING”

Dosen Pengampu:
Khoirun Nisa’,M.Pd.I

Oleh :

M. Amirul Mukhlasin Al Hariri (2001012041)


Fahryan Nur Rizky (2001011993)
Risalatul Muawanah (2001011911)
Alfiyatur Rizqiyah (2001011990)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH
JOMBANG
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang maha Esa senantiasa
kita ucapkan. Atas rahmat, taufiq, inayah serta karunia nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang
terang benderang yakni Diinul Islam, semoga kelak kita semua mendapat syafaat dari beliau.
Makalah dengan judul “Landasan Bimbingan dan Konseling” ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Pada isi makalah ini akan
disampaikan lebih detail nya tentang apa saja yang meliputi materi pembahasan .
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang sudah
meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam menyelesaikan makalah ini dan juga kepada
para pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca makalah dari kami yang
masih jauh dari kata sempurna.
Dengan segenap kerendahan hati, kami selaku penyusun makalah ini memohon maaf
sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam hal isi atau penulisan yang kurang benar.
Kritik yang membangun akan kami terima dengan lapang dada demi kesempurnaan makalah
ini. Demikian sedikit kata pengantar yang dapat kami sampaikan. Terima kasih kepada pihak
yang membantu penyusunan makalah ini dan para pembaca makalah ini.

Jombang, 16 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
Landasan Bimbingan dan Konseling..................................................................................3
A. Landasan Filosofis.........................................................................................................3
B. Landasan Religius.........................................................................................................5
C. Landasan Psikologis.....................................................................................................7
D. Landasan Pedagogis....................................................................................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................17
A. Kesimpulan..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan
layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan,
namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan
adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan
bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat
semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu
memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima
jasa layanan (klien).

Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak


dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak,
khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan
penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para
konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.

Berbagai kesalah kaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam


layanan bimbingan dan konseling selama ini, seperti adanya anggapan
bimbingan dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi
lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan konseling, sangat mungkin
memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan
konselor.tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain,
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak
dibangun di atas landasan yang seharusnya.

1
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan
bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini
akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap
gerak langkah bimbingan dan konseling.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang landasan bimbingan dan konseling?
2. Landasan apa saja yang ada dalam bimbingan konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan tentang landasan bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui apa saja landasan yang ada dalam bimbingan konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan Bimbingan dan Konseling
Landasan bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor
yang harus diperhatikan oleh para konselor selaku pelaksana utama dalam
mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan,
untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fondasi yang kuat dan
tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh, maka
bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan
layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau
landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran bagi klien yang telah
dilayani oleh konselor untuk memberikan layanan bimbingan konselingnya.
layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah
individu yang dilayaninya (klien).

A. Landasan Filosofis
Salah satu landasan yang tidak bisa diabaikan dalam bimbingan konseling
adalah landasan filosofis, karena landasan filosofis merupakan landasan yang
dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor atau guru BK
dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis
dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari
jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang: apakah manusia itu? Untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat
dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai
dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern.
Menurut Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph
telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut1:
1
Prayitno. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hal.20-23

3
 Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
 Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada
pada dirinya.
 Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan
dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
 Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan
hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau
setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
 Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji
secara mendalam.
 Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan
manusia terwujud melalui pemenuhan tugas -tugas kehidupannya sendiri.
 Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya
sendiri.
 Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri.
Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa
sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
 Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana
apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan
berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Melalui landasan filosofis ini, setiap konselor atau guru BK diharapkan dapat
menggali dan mengembangkan potensi yang ia miliki serta berusaha memahami
karakter atau personaliti yang dimiliki oleh kliennya. Dengan modal itulah,
konselor atau guru BK dapat memberi bimbingan, tuntunan dan arahan sesuai
dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh kliennya itu.

4
B. Landasan Religius
Landasan religious dalam bimbingan dan konseling menghendaki klien
sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaan kemanusiaannya menjadi
fokus netral upaya bimbingan dan konseling. Oleh karenanya, dalam melakukan
proses bimbingan dan konseling harus dengan menghadirkan suasana yang sarat
akan kemuliaan kemanusiaan pula. Kemuliaan kemanusiaan manusia
diungkapkan melalui ajaran agama.2

Agama memberikan dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia,


termasuk dalam hal kesehatan. Menurut Guire, agama sebagai sistem nilai
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat modern dan berperan dalam membuat
perubahan sosial. Layaknya institusi sosial lainnya, agama berperan besar dalam
perubahan sosial. Agama juga menunjukkan kemampuan adaptasi dan vital dalam
berbagai segi kehidupan sosial, hingga perubahan- perubahan dalam struktur
sosial dalam skala besar tak jarang berakar dari pemahaman terhadap agama.3

Hubungan spiritual manusia dengan penciptanya ketika beribadah akan


memunculkan kekuatan spiritual berupa limpahan ilahiah atau petikan spiritual
berupa al hikmah. Tekad bertambah kuat, kemauannya semakin keras, dan
semangatnya kian meningkat sehingga ia pun lebih memiliki kesiapan untuk
menerima ilmu pengetahuan atau hikmah.4

Pentingnya menghadirkan agama (Islam) sebagai sistem kehidupan karena


peradaban modern yang didominasi peradaban barat telah gagal menyejahterakan
aspek moral-spirital manusia. Menurut Erich Fromm,1 bahwa manusia modern
mengalami suatu ironi. Manusia modern memang berjaya dalam hal material,
namun mereka merasakan keresahan jiwa. Mereka rentan terhadap stress, depresi,
teralienasi, mengalami berbagai penyakit kejiwaan, hingga memutuskan untuk
bunuh diri.5 Ini artinya, kejayaan yang dicapai dan diraih seseorang dalam hal
material tidak selalu menjamin orang tersebut untuk hidup bahagia, tenteram dan
sejahtera.

Islam menyuruh umatnya untuk beragama secara menyeluruh. Setiap


muslim, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkkan untuk
berislam. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, social, politik atau aktivitas
apapun, seorang muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka
2
Prayitno Dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling,( Jakarta Rineka
Cipta,1998), hal.154
3
Jalaludin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku Dengan Mengaplikasikan Prinsip-
Prinsip Psikologi, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2012), hal.155
4
Nursalim Mochamad, Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling, (Jakarta,
Erlangga, 2015), hal.149
5
Nashari Fuad, Agenda Psikologi Islami, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2010), hal.12

5
beribadah kepada Allah. Dimanapun dan dalam keadaan apapun, setiap muslim
hendaknya berislam (Ancok dan Fuat Nashari suroso, 2011: 78). Demikian halnya
dalam aktivitas/ bidang pendidikan, siapapun yang terlibat di dalamnya dihimbau
untuk berislam. Dalam hal ini, pemberian bimbingan dan konseling di dasarkan
atas ajaran agama Islam, terutama dalam menangani dampak puber pada peserta
didik.

Esensi islam adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, tindakan yang


menegaskan Allah sebagai yang Esa, Pencipta yang mutlak dan transenden,
penguasa segala yang ada. Tidak ada satupun perintah dalam islam yang bisa
dilepaskan dari Tauhid (ancok dan Fuat Nashari suroso, 2011: 78-79).

Ketika manusia beragama, itu artinya manusia memiliki Tuhan sehingga


kita harus selalu mendekat kepadanya. Karena pada dasarnya, ketika manusia
menjauhkan diri dari Tuhan, itu artinya nilai-nilai agama tidak ada dalam dirinya.
Hal ini yang menyebabkan manusia dalam keadaan merugi. “Mereka Itulah orang
yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan
mereka dan tidaklah mendapat petunjuk” (Q.S 2:16). “Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S 13:28) (Jalaludin, 2012: 176).

Fakta yang terjadi adalah agama hanya dianggap sebagai anutan, sesuatu
yang datang dari luar dan asing. Padahal potensi agama sudah bersemi dalam
batin sebagai fitrah manusia. Potensi yang ditelantarkan oleh keangkuhan egoisme
manusia, maka jalinan keharmonisan antara kebutuhan fisik dan mental spiritual
terputus terputus. Akibatnya manusia kehilangan kemampuan untuk mengenal
dirinya. Menyelami potensi diri sebagai makhluk beragama (Jalaludin, 2012:
175).

Orang yang di dalam hatinya tidak ada ketenangan dan ketenteraman adalah
orang yang sakit rohani atau mentalnya, tuls H. Carl Whiterington. Para ahli
psikiatri meyakni bahwa setap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang
diperlukan untuk melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan
tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial. Bila
kebutuhannya tidak terpenuhi, maka ia akan berusaha menyesuaikan diri dengan
kenyataan yang dihadapinya. Kemampuan menyesuaikan diri ini akan
mengembalikan ke kondisi semula hingga proses kehidupan berjalan lancar
seperti apa adanya. Namun tak jarang dijumpai bahwa seorang tak mampu
menahan keinginan bagi terpenuhinya kebutuhan dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan pertentangan (konflik) dalam batin. Pertentangan ini menimbulkan
ketidakseimbangan dalam kehidupan rohani yang dalam kesehatan mental disebut
jejusutan rohani (kekusutan fungsional) (Jalaludin, 2012: 176). Kondisi demikian

6
adalah sebagai dampak yang muncul ketika manusia melepaskan diri dari agama,
sehingga nilai-nilai agama tidak melekat dalam dirinya.

C. Landasan Psikologis
Seperti halnya landasan filosofis, landasan psikologis juga merupakan
salah satu bagian yang terpenting untuk dibahas dalam bimbingan konseling, hal
ini didasari bahwa peserta didik/klien sebagai individu yang dinamis dan berada
dalam proses perkembangan, memiliki interaksi dan dinamika dalam lingkungan
serta senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya.
Proses perkembangan seseorang tidak selamanya berlangsung secara linier (sesuai
dengan apa yang diharapkan), tetapi terkadang bersifat stagnasi atau bahkan
diskontinuitas perkembangan.
Dalam proses pendidikan, peserta didik tidak jarang mengalami masalah
stagnasi perkembangan, sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis,
seperti lahirnya prilaku menyimpang (delinquency), frustasi, depresi, agresi atau
bersifat infantilitas (kekanak-kanakan).
Agar perkembangan pribadi peserta didik/klien dapat tumbuh dan
berkembang secara seimbang serta terhindar dari masalah-masalah psikologis,
maka setiap peserta didik/klien perlu diberikan bantuan yang bersifat pribadi
(pendekatan inilah pada akhirnya menjadi konseling individu), yaitu bantuan yang
dapat memfasilitasi perkembangan klien/ peserta didik melalui pendekatan
psikologis.
Pada sisi lain, setiap konselor maupun guru pembimbing harus memahami
aspek-aspek psikologis pribadi pelajar/klien, sehingga dengan modal itu pulalah
para konselor dapat memberikan bimbingan dan arahan yang tepat, sehingga
pelajar/klien memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang
bermakna, yaitu suatu kehidupan yang bukan hanya berarti buat diri pribadinya
saja, tetapi juga bermanfaat bagi orang yang ada disekitarnya.
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi
yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang: (a) motif dan motivasi; (b)

7
pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e)
kepribadian15

a. Motif dan Motivasi


Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan
seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh
kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa
lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari
hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan
tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan
dan digerakkan, baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari
luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental atau
aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.

b. Pembawaan dan Lingkungan


Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang
membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala
sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang
mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah,
bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada
dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk
mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana
individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-
beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang
sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat
tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot).
Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam
lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai,
sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara
optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan
yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas

8
sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang
dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.

c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan
berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal)
hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik,
bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang
perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya :

1) Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan


kultural dalam perkembangan individu.
2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual.
3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial.
4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif.
5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral.
6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier.
7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial.
8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu
semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai


aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah
perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor
pembawaan dan lingkungan.

d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi.
Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat
mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia
mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti
perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan
memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru

9
itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda
perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat
belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan
atau pun hasil belajar sebelumnya.

Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat


beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1)
Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan
Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori
belajar alternatif konstruktivisme.

e. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan
tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian
kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan
Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian
yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia
menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap.
Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri
individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian
kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003)
mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik
yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-
kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta
memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan
tuntutan (norma) lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas
sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya.
Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya
konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya

10
yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas
tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori


kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari
Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis
dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori
Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori
Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl
Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003)
mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :

 Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,


konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
 Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya
mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari
lingkungan.
 Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau
ambivalen.
 Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung,
sedih, atau putus asa.
 Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko
dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima
resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang
dihadapi.
 Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam
upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani

11
(klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap
motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang
dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat
mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai
modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya.
Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan
yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya.
Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk
memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar
yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian
klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan
keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor benar-benar
dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang
psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum,
psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan
psikologi kepribadian

D. Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis merupakan suatu landasan yang digunakan oleh
pendidik untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan
mencapai tujuannya, yaitu membimbing peserta didik ke arah tujuan tertentu,
yaitu agar peserta didik dapat menyelesaikan masalah dengan mandiri.
Landasan pedagogis ini sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran,
karena dapat dijadikan sebagai dasar oleh pendidik. Landasan pedagogis
merupakan landasan yang digunakan untuk mengubah perilaku seesorang untuk
menjadi lebih baik dengan bimbingan orang yang lebih dewasa kepada orang
yang sedang belajar. Landasan pedagogis terbagi menjadi dua, yaitu
pembelajaran abad 21 dan pembelajaran tematik integratif.
1. Pembelajaran Abad 21
Pembelajaran abad 21 ini muncul karena semakin majunya teknologi
dan informatika yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan yang dapat

12
dengan mudah mereka dapatkan. Pembeda dari pembelajaran abad 21 dan
pembelajaran pada masa lalu yaitu, dahulu tidak menggunakan standar,
namun dalam pembelajaran abad 21 ini menggunakan standar dalam
pendidikan yang digunakan sebagai acuan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Dengan adanya standar, guru dapat
menjadikan sebagai pedoman yang pasti tentang apa yang akan diajarkan
dan apa yang akan mereka capai. Kemajuan dari teknologi dan informatika
ini telah mengubah gaya hidup semua orang, baik dari cara mereka bekerja,
bersosialisasi, berfikir, dan bermain. Kemajuan tersebut harus dapat
dimanfaatkan dengan baik ataupun dikembangkan untuk memperbaikinya.
Dalam mengembangkan pembelajaran abad 21 ini, harus ada hal-hal yang
diperhatikan dengan baik adalah sebagai berikut.

1) Tugas Guru sebagai Perencana Pembelajaran

Guru sebelum melakukan pembelajaran di kelas harus memiliki


perencanaan yang baik, yaitu berupa RPP yang menjelaskan tujuan,
skenario pembelajaran, penilaian , dan media yang digunakan .
Komponen-komponen tersebut harus dijelaskan secara detail. Selain itu,
guru harus dapat mengkombinasikan antara pedoman yang sesuai
dengan kurikulum nasional dengan pemanfaatan teknologi dalam kelas
secara efektif.

2) Memasukkan unsur HOT (High Order Thinking)

Kemajuan teknologi telah memudahkan semua orang untuk


memperoleh informasi secara cepat dan tepat dari sumber yang
terpercaya. Dengan begitu, guru dalam melaksanakan pembelajaran
harus dapat mengkombinasikan pembelajaran yang memunculkan
permasalahan dari berbagai tingkatan, seperti aplikasi, evaluasi, analisa,
dan berkreasi. Hal tersebut dapat membuat siswa untuk berpikir secara
kritis dan logis.

13
3) Menerapkan Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Bervariasi
Dalam pembelajaran tidak hanya menggunakan metode klasik
saja, yaitu berceramah karena siswa akan lebih mudah merasa bosan.
Maka guru harus dapat menggunakan berbagai model pembelajaran
yang ada, seperti PBL, PjBL, Discovery, Inquiry, maupun Jigsaw.
Dengan begitu siswa dapat mengkaitakan pembelajaran dalam kelas
dengan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran abad 21 meliputi :
1) Active Learning
Pembelajaran yang berbasis active learning bukan merupakan hal yang
baru lagi, karena sudah ada sejak zamannya Socrates. Pembelajaran aktif
adalah suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk memberdayakan
peserta didik agar dapat belajar dengan menggunakan berbagai cara/strategi
secara aktif. Dalam aktivitas ini peserta didik didorong untuk menggunakan
otaknya dalam memcahkan suatu masalah yang sedang dipelajari, selain itu
juga untuk melatih fisik dan mental seseorang.

2) Student Center
Pengembangan proses pembelajaran sebaiknya menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan
sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan
bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Siswa tidak lagi dituntut untuk
mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan oleh guru,
tetapi berupaya untuk membangun pengetahuan dan keterampilannya,
sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berpikirnya, sambil
diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah nyata yang terjadi di
kehidupan sehari-hari.

3) Berorinetasi pada Proses


Dalam proses pembelajaran yang diutamakan bukan untuk mencapai
hasil akhirnya, namun bagaimana proses pembelajaran itu dapa berjalan
dengan baik dan sitematis sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Jika

14
suatu pembelajaran dilakukan secara instan, maka siswa akan lebih sulit
dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dengan begitu proses
dalam pembelajran sangat diperlukan.

4) Collaborative Learning
Dalam proses pembelajaran guru harus mengajarkan siswa untuk dapat
bekerjasama dengan orang lain. Bekerjasama dengan orang lain yang
memiliki latar belakang dan karakteristik yang berbeda-beda . Dalam
menggali ilmu pengetahuan, siswa didorong untuk dapat berkolaborasi
dengan teman-teman di kelasnya. Dengan begitu siswa dapat mempelajari
bagaimana menghargai suatu perbedaan dan menyesuaikan diri.
2. Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran
ke dalam berbagai tema (Permendikbud). Namun terdapat pengecualian
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan budi pekerti tidak dimasukkan
ke dalam pembelajaran tematik integratif. Dengan adanya pembelajaran
tematik integratif dapat dilakukan dalam satu kali tatap muka untuk setiap
subtema yang telah ditentukan. Hal tersebut dilakukan karena siswa akan
lebih mudah untuk memaknai materi dari berbagai konsep yang mereka
pelajarai dan menghubungkannya dengan konsep yang lain yang telah
mereka kuasai, serta mendapatkan pengalaman yang lebih bermakna secara
langsung. Pembelajaran tematik integratif juga bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan siswa, antara lain kemampuan kognitif,
kemampuan psikomotor, dan kemampuan afektif yang dilakukan oleh guru
secara seimbang dan menyeluruh. Siswa juga tidak dibatasi dalam memaknai
pengetahuan yang ingin ia ketahui.

Karakteristik pembelajaran tematik integratif menurut Kemendikbud sebagai


berikut:

a.Pembelajaran berpusat pada peserta didik.

b.Memberikan pengalaman langsung dan bermakna kepada peserta didik.

15
c.Masing-masing mata pelajaran tidak terpisah-pisah.

d. Dalam pembelajaran menyajikan konsep dan kompetensi dari berbagai


mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.

e. Bersifat fleksibel

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan


kebutuhan siswa

Dari keenam karakteristik tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran


tematik integratif ini lebih menekankan kepada peserta didik untuk dapat
bekerjasama dengan peserta didik lainnya dalam menyelesaikan suatu
permasalahan dalam pembelajaran yang dibimbing oleh guru dengan
menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang sesuai dan
runtut.Pembelajaran tematik integratif di SD dilakukan oleh sebab bahwa
untuk kurikulum di SD organisasi kompetensi kurikulum yang dilakukan
melalui pendekatan yang terintegrasi. Dengan adanya pendekatan tematik,
maka struktur pembelaran di SD menjadi lebih sederhana karena jumlah
mata pelajaran telah berkurang. Pembelajaran tematik adalah kegiatan
mengajar dengan memaddukan materi yang telah dijadikan satu tema.

Berdasarkan keadaan psikologis dan kognitif siswa di kelas awal SD,


pembelajaran tematik diharapkan menjadi model pembelajaran yang yang
sesuai. Dengan adanya pembelajaran tematik, buku-buku yang dibuat tidak
lagi berdasarkan pada mata pelajaran, namun berdasarkan tema yang telah
digabungkan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi
yang berlaku di SD. Siwa lebih ditekankan untuk melakukan eksplorasi
berdasarkan pengalaman yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Ekplorasi
tersebut bertujuan agar peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan
observasi, bertanya, menalar, dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu, guru
harus dapat mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan
mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses

16
pembelajaran yang lebih efektif. Dalam pembelajaran tematik lebih
memperhatikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Implikasi dari
Pembelajaran Tematik Integratif, yaitu:
”As a model of innovatiom, thematic learning model is not easy to
implement, because is requires adaptation and a willingness to adapt. Given
that the thematic learning model combines multiple diciplines and requires
complex managmenent. Based on the early grades of primary school bring
some implications that must be realized by all parties.”

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor
yang harus diperhatikan oleh para konselor selaku pelaksana utama dalam
mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan,
untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fondasi yang kuat dan
tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh, maka
bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan
layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau
landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran bagi klien yang telah
dilayani oleh konselor untuk memberikan layanan bimbingan konselingnya.
layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah
individu yang dilayaninya (klien).

Terdapat 4 landasan yang ada dalam bimbingan konseling yaitu sebagai berikut :
1. Landasan Filosofis
2. Landasan Religius
3. Landasan Psikologis
4. Landasan Pedagogis

17
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004)

Fuad Nashari. 2010. Agenda Psikologi Islami, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.


Jalaludin. 2012. Psikologi Agama: Memahami Perilaku Dengan
Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada.
Mochamad Nursalim. 2015. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling,
Jakarta, Erlangga. Prayitno Dan Erman Amti. 1998. Dasar-Dasar Bimbingn Dan
Konseling, Jakarta Rineka Cipta.

18
1

Anda mungkin juga menyukai