Makalah BK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

TUJUAN, FUNGSI DAN ASAS BIMBINGAN KONSELING

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling


Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Institut Agama Islam (IAI) As’adiyah Sengkang

DOSEN PENGAMPU:
Nur Rahmah, S.Pd.,M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Andi Dzulfadli Adhin
Fifi Azizah
Fitriani
Nurhalisa
20310036

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AS’ADIYAH SENGKANG


TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT sebab kerena limpahan
rahmat hidayahnya Kami mampu untuk menyelesaikan Makalah Kami dengan
Judul “Tujuan, Fungsi dan Asas Bimbingan Konseling” ini. Shalawat serta salam
tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sebagai
“King of the King, King of the World” yang telah menggulung tikar - tikar
kejahiliaan dan mampu membentangkan tikar – tikar kebenaran. Berdasarkan
petunjuk dan hidayah dari sang Pencipta yaitu Allah SWT yang maha pemurah lagi
maha penyayang.

Selanjutnya dengan rendah hati Kami memohon kritik dan saran dari
pembaca apabila terdapat hal yang ganjil, agar selanjutnya dapat Kami revisi
kembali. Karena Kami menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik sang Pencipta
yaitu Allah SWT..

Demikianlah yang dapat Kami haturkan, Kami berharap supaya makalah


yang telah Kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap
pembacanya.Dan bernilai ibadah disisi Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pompanua, 20 November 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................. i

Daftar isi ........................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
BAB II Pembahasan ......................................................................................... 2
A. Tujuan Bimbingan Konseling .............................................................. 2
B. Fungsi Bimbingan Konseling ............................................................... 5
C. Asas-Asas Bimbingan Konseling ......................................................... 9
BAB III Penutup .............................................................................................. 15

Kesimpulan ...................................................................................................... 15
Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bidang pelayanan yang

sangat diperlukan dalam proses pelaksanaan program pendidikan formal di sekolah.

Bimbingan dan konseling menjadi salah satu bagian yang terintegrasi dalam proses

pendidikan untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan, yaitu perkembangan

siswa secara optimal sesuai dengan kemampuan, minat, bakat dan potensi, serta

mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin bagi masing-masing peserta didik dalam

proses pendidikannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya tujuan, asas, dan fungsi

bimbingan konseling. Dengan adanya tujuan bimbingan konseling maka arah dan

sasaran yang akan dicapai menjadi lebih jelas. Asas-asas dan fungsi-fungsi dalam

bimbingan konseling pun harus diperhatikan dan dijadikan acuan dalam

menyelenggarakan bimbingan konseling. Hal tersebut bertujuan agar proses

pelayanan akan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja tujuan Bimbingan dan Konseling?

2. Apa saja fungsi Bimbingan dan Konseling?

3. Apa saja asas-asas dalam Bimbingan dan Konseling?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami tujuan-tujuan dalam Bimbingan dan Konseling

2. Mengetahui dan memahami berbagai macam fungsi Bimbingan dan Konseling


3. Mengetahui dan memahami asas-asas Bimbingan dan Konseling

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Pemahaman terhadap bimbingan dan konseling akan memperjelas arah atau

sasaran yang akan dicapai. Secara garis besar, tujuan bimbingan dan konseling

dibagi menjadi 2 (dua), yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut penjelasan

dari kedua tujuan bimbingan dan konseling:

1. Tujuan Umum

Bila ditinjau dari perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling, maka

tujuan bimbingan dan konseling senantiasa mengalami perubahan, dari yang

sederhana sampai yang komprehensif.

Tujuan umum bimbingan dan konseling dengan mengikuti pada

perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah untuk

membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap

perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan

bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (latar belakang keluarga,

pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif

lingkungannya. Dalam kaitan ini, maka bimbingan dan konseling membantu

individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki

berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan

yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya (Prayitno, 1999:114)

Dengan tercapainya tujuan umum bimbingan dan konseling maka individu


yang mendapat bantuan tersebut akan menjadi insan yang mandiri yang memiliki

kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya secara tepat dan

obyektif, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mampu
mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai

2
dengan keputusan yang diambilnya itu, serta akhirnya mampu mewujudkan diri

sendiri secara optimal.

Pencapaian tujuan umum bimbingan dan konseling tersebut dalam rangka

pengembangan perwujudtan keempat dimensi kemanusiaan individu. Dimensi di

sini dimaksudkan sebagai sesuatu yang secara hakiki ada pada manusia di satu segi

dan di segi lain sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan. Dalam kaitan itu,

masing-masing gejala mendasar tersebut dapat dirumuskan sebagai dimensi

keindividualan (individualitas), dimensi kesosialan (sosialitas), dimensi kesusilaan

(moralitas, dan dimensi keberagaman (religiusitas). (Prayitno, 1999:16)

Pengembangan dimensi keindividualan memungkinkan seseorang

memperkembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal

mengarah kepada aspek-aspek kehidupan yang positif. Bakat, minat, kemampuan,

dan berbagai kemungkinan yang termuat di dalam aspek-aspek mental-fisik dan

biologis berkembang dalam rangka dimensi keindividualan itu. Perkembangan

dimensi ini membawa seseorang menjadi individu yang mampu tegak berdiri

dengan kepribadiannya sendiri, dengan aku yang teguh, positif, produktif, dan

dinamis.

Perkembangan dimensi kesosialan memungkinkan seseorang mampu

berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerjasama, dan hidup bersama orang lain.

Kaitan antar dimensi keindividualan dan kesosialan memperlihatkan bahwa

manusia adalah sekaligus makhluk indivudu dan makhluk sosial. Dimensi pribadi

dan sosial saling berinteraksi dan keduanya saling bertumbuh, saling mengisi, dan
saling menemukan makna yang sesungguhnya.

Dimensi kesusilaan memberikan warna moral terhadap perkembangan

dimensi pertama dan kedua. Norma, etika, dan berbagai ketentuan yang berlaku
mengatur bagaimana kebersamaan antar individus seharusnya dilaksanakan. Hidup

3
bersama orang lain, baik dalam rangka memperkembangkan dimensi

keindividualan maupun dimensi kesosialan, tidak dapat dilakukan seadanya saja,

tetapi perlu dilakukan secara terarah. hidup bersama orang lain

perlucdeselenggarakan sedemikian rupa, sehingga semua orang yang berada di

dalamnya memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya demi kehidupan yang

bersama itu. dimensi kesusilaan dapat menjadi pemersatu sehingga keindivudualan

dan kesosialan dapat bertemu dalam satu kesatuan yang penuh makna. Dapat

dibanyangkan bahwa tanpa dimensi kesusilaan, maka berkembangnya dimensi

keindividualan dan kesosialan akan tidak serasi, bahkan yang satu cenderung

menyalahkan yang lain.

Perkembangan tiga dimensi di atas memungkinkan manusia menjalani

kehidupan. Dengan ketiga dimensi itu mereka dapat hidup dengan sangat layak dan

dapat mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni sehebat-hebatnya. Kehidupan

manusia yang selengkapnya, yaitu yang menjangkau baik kehidupan duniawi

maupun kehidupan di akhirat, akan tercapai apabila ketiga dimensi yang dibahas

terdahulu itu dilengkapi dengan dimensi yang keempat, yaitu dimensi keagamaan.

Dalam dimensi keagamaan ini, manusia senantiasa menghubungkan diri dengan

Tuhan Yang Maha Esa. Manusia tidak terpukau dan terpaku pada kehidupan di

dunia saja, melainkan mengaitkan secara serasi, selaras, dan seimbang kehidupan

dunianya itu dengan kehidupan akhirat.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan


umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami

individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu.

Masalah yang dialami individu sangat beragam, memiliki intensitas yang berbeda-
beda serta bersifat unik. Dengan demikian maka tujuan khusus bimbingan dan

4
konseling untuk individu yang satu dengan individu yang lain tidak boleh

disamakan.

B. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Paparan yang membahas tentang fungsi, dapat menambah pemahaman yang

berkaitan dengan manfaat atau kegunaan dan keuntungan-keuntungan

penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Berikut avan dijelasvan 4 empat fungsi

bimbingan dan konseling, yaitu:

1. Fungsi Pemahaman

Dengan fungsi ini memungkinkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan

peningkatan perkembangan dan kehidupan siswa (yaitu siswa sendiri, guru BK, dan

pihak ketiga) memahami berbagai hal yang esensial berkenaan dengan

perkembangan dan kehidupan siswa. Dalam hal ini fokus utama pelayanan

bimbingan dan konseling yaitu siswa dengan berbagai permasalahannya, dengan

tujuan-tujuan konseling. Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan

bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri siswa beserta

permasalahannya oleh siswa sendiri dan oleh pihak-pihak lain yang membantu

siswa, termasuk juga pemahaman tentang lingkungan dari siswa.

a. Pemahaman tentang Siswa

Pemahaman tentang konseling merupakan titik tolak upaya pemberian

bantuan terhadap siswa. Sebelum seorang guru BK atau pihak-pihak lain dapat

memberikan layanan tertentu kepada siswa, maka mereka perlu terlebih dahulu

siswa yang akan dibantu. Pemahaman tersebut tidak hanya sekadar mengenal diri
siswa melainkan lebih jauh lagi, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang

pribadi siswa, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. Materi

pemahaman ini dapat dikelompokkan dalam berbagai data tentang:


1) Keluarga

5
2) Kesehatan jasmani

3) Riwayat pendidikan sekolah

4) Pengalaman belajar di sekolah dan di rumah

5) Pergaulan sosial

6) Renana pendidikan lanjut

7) Kegiatan di luar sekolah

8) Hobi dan kesukaran yang mungkin dihadapi

Daftar di atas masih diperluas dengan pertanyaan yang lebih terinci,

sehingga dapat diperoleh data yang lebih lengkap tentang siswa. Perluasan secara

terinci dikembangkan sesuai dengan tujuan pemahaman terhadap siswa sendiri.

Pemahaman tentang diri siswa pertama kali perlu dipahami oleh siswa sendiri yang

menyangkut kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya. Adapun pihak lain yang

juga memahami diri siswa adalah pihak-pihak yang berkepentingan (guru, orang

tua). Pemahaman pihak lain terhadap siswa dipergunakan oleh guu BK seara

langsung untuk memberi pelayanan bimbingan dan konseling, maupun sebagai

badan acuan utama dalam rangka kerjasama dengan piha-pihak lain dalam

membantu siswa. Bagi guru BK, upaya mewujudkan fungsi pemahaman merupakan

tugas awal pada setiap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.

b. Pemahaman tentang Masalah Siswa

Pemaham terhadap masalah siswa membantu guru BK dalam memberikan

penanganan masalah, oleh karena itu pemahaman ini wajib dilaksanakan.

Pemahaman terhadap masalah siswa terutama menyangkut jenis masalahnya,


intensitasnya, sangkut pautnya, sebab-sebabnya dan kemungkinan berkembangnya

masalah ini jika tidak segera ditangani. Pihak-pihav yang perlu untuk memahami

masalah siswa adalah siswa itu sendiri, orang tua dan guru, serta guru BK. Apabila
pemahaman masalah siswa oleh siswa sendiri telah tercapai, agaknya pelayanan

6
bimbingan dan konseling telah berhasil menjalankan fungsi pemahaman dengan

baik. dalam kaitan ini tidak jarang terjadi siswa merasa telah terbantu dan merasa

sanggup memecahkn masalahnya sendiri, setelah masalahnya itu terungkap melalui

konseling dan dipahami dengan sebaik-baiknya oleh siswa. Siswa merasa konseling

telah selesai dan telah berhasil membantunya. Usaha pemecahan masalah

selanjutnya avan ditangani oleh siswa sendiri.

Bagi para siswa yang perkembangan kehidupannya masih banyak

dipengaruhi oleh orang tua dan guru, pemahaman masalah juga diperlukan oleh

orang tua dan guru siswa yang bersangkutan. Orang tua, guru, dan guru BK

merupakan tiga serangkaian yang amat berkepentingan dengan kemajuan siswa

secara optimal. Ketiganya memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap para

siswa.

c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas

Untuk dapat memahami individu secara mendalam, maka pemahaman

individu mencakup pemahaman terhadap lingkungan dalam arti sempit dan lebih

luas. Para siswa perlu memahami dengan baik lingkungan sekolahnya, sehingga

mereka dapat menjalani kehidupan sekolah dengan semestinya. Selain itu, para

siswa juga perlu memahami berbagai informasi lain yang berguna berkenaan

dengan pendidikan yang sedang dijalaninya sekarang, baik itu tentang tentang

sekolah lanjutan ataupun pekerjaan yang dapat dia kembangkan kelak.

Adapun konseling untuk lingkungan tertentu seperti karyawan dan pasangan

suami istri yang membutuhkan pemahaman tentang lingkungan mereka yang lebih
luas. Hal tersebut berguna untuk tugas, pemecahan masalah dan tujuan mereka

sehari-hari dan perlu dikembangkan oleh pelayan bimbingan dan konseling.

7
2. Fungsi pencegahan

Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan, artinya usaha pencegahan

terhadap timbulnya masalah. Sedangkan fungsi pencegahanbagi konselor

merupakan bagian dari tugas dan kewajibannya yang amat penting.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh konselor, yaitu:

a. Mendorong perbaikan lingkungan yang jika diberikan akan berdampak

negatif terhadap individu yang bersangkutan.

b. Mendorong perbaikan kondisi pribadi diri klien.

c. Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan

mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.

d. Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan

resiko besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberi manfaat.

e. Menggalang dukungan kelompok terhadap individ yang bersangkutan.

Tahap-tahap penyusuan program pelaksanaan fungsi pencegahan, antara lain:

a. Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul.

b. Mengidentifikasi dan menganalisi sumber-sumber penyebab timbulnya

masalah-masalah tersebut.

c. Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah

tersebut.

d. Menuyusun rencana program pencegahan.

e. Pelaksanaan dan monitoring.

f. Evaluasi dan laporan.


3. Fungsi pengentasan

Fungsi pengentasan (perbaikan) berperan sebagai fungsi bimbingan dan

konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai


permasalahn yang dialami klien.

8
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan

dapat membantu para konseli dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan

pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan.

C. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah

hendaknya mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling, karena pelayanan

bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Asas-asas bimbingan dan

konseling, yaitu kesatuan-kesatuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan

pelayaan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan diselenggarakan dengan baik dapat

diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan.

Sebaliknya apabila asas-asas itu diabaikan sangat dikhawatirkan kegiatan yang

terlaksana itu akan berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling, bahkan

akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat didalam pelayanan, serta profesi

bimbingan dan konseling itu. Asas-asas yang dimaksudkan (Prayitno, 1999:115)

adalah sebagai berikut:

1. Asas Kerahasiaan

Pelayanan bimbingan dan konseling ada kalanya berhubungan dengan

konseli yang mengalami masalah. Bagi konseli yang bermasalah dan ingin

menyelesaikan masalahnya akan sangat membutuhkan bantuan dari orang yang

dapat menyimpan kerahasiaan masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu segala

sesuatu yang dibicarakan konseli kepada konselor tidak boleh disebarluaskan pada
pihak-pihak lain. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan oleh konselor, maka

konselor dapat kepercayaan dari semua pihak dan mereka akan memanfaatkan jasa

bimbingan dan konseling; sebaliknya, jika konselor tidak dapat memegang asas
kerahasiaan ini, mak hilanglah kepercayaan konseli terhadap konselor, konseli takut

9
kepada konselor dan yang lebih fatal lagi konselin akan menyebar luaskan

pengalaman yang tidak menyenangkan ini kepada konseli lain. Hal yang demikian

dapat berdampak terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling selanjutnya.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa asas kerahasiaan

merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling, dan harus benar-

benar dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

2. Asas Kesukarelaan

Untuk mencapai keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling, maka

proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar sukarela.

Kesukarelaan itu ada pada konselor maupun pada konseli artinya konseli secara

suka dan rela tanpa ada perasaan terpaksa, mau menyampaikan masalah yang

dihadapinya dengan mengungkapkan secara terbuka hal-hal yang dialaminya.

Pihak konselor hendaknya juga dapat memberikan bantuan dengan sukarela, tanpa

ada keterpaksaan atau dengan penuh keikhlasan.

Adapun bagi konseli yang dikirim oleh pihak lain untuk mendapat

pelayanan bimbingan, maka menjadi kewajiban konselor untuk mengembangkan

sikap sukarela pada diri klien, sehingga konseli mampu menghilangkan rasa

keterpaksaannya untuk datang pada konselor.

3. Asas Keterbukaan

Suasana keterbukaan antara konselor dengan konseli dalam pelaksanaan

bimbingan dan konseling sangat diperlukan, karena penerapan asas ini akan

mempermudah pencapaian tujuan bimbingan dan konseling. Keterbukaan ini tidak


hanya dari pihak konseli saja, tetapi juga dari pihak konselor. Keterbukaan tidak

hanya sekadar kesediaan untuk menerima saran saja, tetapi keduabelah pihak

diharapkan mau menerapkan asas ini, dimana pihak konseli mau membuka diri
dalam rangka untuk pemecahan masalahnya, dari pihak konselor ada kesediaan

10
untuk menjawab pertanyaan konseli maupun mengungkapkan keadaan dirinya bila

dikehendaki oleh klien.

Dalam proses konseling diharapkan para konseli dapat berbicara jujur dan

terbuka tentang keadaan dirinya. Dengan keterbukaan ini penelaah masalah serta

pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan konseli semakin mudah dipahami.

Hal yang perlu diketahui bahwa terlaksananya asas ini dalam proses konseling tentu

saja lebih diharapkan. Keterbukaan dan kejujuran dari pihak konseli akan terwujud,

bilamana konseli tidak mempersoalkan asas kerahasiaan dan kesukarelaan yang

telah dilakukan oleh konselor.

Oleh karena itu maka untuk klien, konselor terus-menerusmembina suasana

hubungan konseling sedemikian rupa, sehingga konseli yakin bahwa konselor juga

bersikap terbuka dan yakin bahwa asas kerahasiaan telah terselenggarakan.

Kesukarelaan dari konseli tentu juga merupakan dasar munculnya keterbukaan.

4. Asas Kekinian

Masalah konseli yang ditangani melalui kegiatan bimbingan dan konseling

adalah masalah-masalah yang saat ini sedang dirasakan, bukan masalah yang

pernah dialami pada masa lampau, dan kemungkinan masalah yang akan dialami

yang akan datang. Untuk mendukung fungsi pencegahan, maka pertanyaan yang

perlu dijawab adalah apa yang perlu dilakukan sekarang, sehingga kemungkinan

yang kurang baik di masa mendatang dapat dihindarai.

5. Asas Kemandirian

Pencapaian tujuan pelayanan bimbingan dan konseling tercapai bilamana


menjadikan siswa dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau

tergantung pada guru BK. Ciri-ciri pokok dari siswa dari siswa setelah dibimbing

dan dapat mandiri adalah sebagai berikut:


a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya

11
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis

c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri

d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu

e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai potensi, minat, dan kemampuan-

kemampuan yang dimilikinya

Kemandirian yang merupakan tujuan dari usaha layanan bimbingan dan

konseling, haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan peranan siswa

dalam kehidupannya sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil konseling menjadi arah

dari keseluruhan proses konseling dan hal itu disadari oleh kedua belah pihak yaitu

pihak guru BK dan siswa. Dengan demikian, maka para guru BK hendaknya

senantiasa berusaha menghidupkan kemandirian pada diri siswa, bukan justru

menghidupkan ketergantungan siswa pada guru BK.

6. Asas Kegiatan

Hasil usaha layanan bimbingan dan konseling tidak akan berarti bila siswa

yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan

bimbingan. Hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus

diraih oleh siswa yang bersangkutan. Para guru BK hendaknya menimbulkan

suasana agar siswa yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang

dimaksud dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam

konseling.

7. Asas Kedinamisan

Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya


perubahan pada diri siswa yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah

yang lebih baik. perubahan bukan sekadar mengulang-ulang hal-hal yang lama yang

bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke arah pembaruan,


sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai arah perkembangan siswa yang

12
dikehendaki. Asas kedinamisan ini hendaknya mengacu pada hal-hal baru yang

hendaknya terdapat pada proses konseling dan hasil-hasilnya.

8. Asas Keterpaduan

Layanan bimbingan dan konseling berupaya memadukan berbagai aspek

dari siswa dan dibimbing, sebagaimana diketahui siswa yang dibimbing itu

memiliki berbagai segi kalau keadaannya tidak saling serasi dan terpadu akan justru

menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan pada diri siswa yang dibimbing,

juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan terjadi

aspek layanan yang satu tidak serasi atau bahkan bertentangan dengan aspek

layanan yang lain.

9. Asas Kenormatifan

Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha layanan bimbingan dan

konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku seperti

norma agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu, maupun kebiasaan

sehari-hari. Asas ini diterapkan terhadap isi dan proses penyelenggaraan bimbingan

dan konseling, yang meliputi seluruh isi layanan, prosedur, teknik, dan peralatan

yang dipakai.

10. Asas Keahlian

Usaha layanan bimbingan dan konseling dilakukan secara teratur,

sistematis, dan dengan mempergunakan prosedur, teknik, serta alat yang memadai.

Asas keahlian ini akan menjamin keberhasilan usaha bimbingn dan konseling, dan

selanjutnya keberhasilan usaha bimbingan dan konseling akan meningkatkan


kepercayaan masyarakat pada bimbingan dan konseling. Penerapan asas keahlian

ini akan menunjukkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan

profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang didik untuk


melaksanakan pekerjaan itu. Asas keahlian mengacu pada kualivikasi guru BK dan

13
pengalaman. Teori dan praktik bimbingan dan konseling perlu dipadukan. Oleh

karena itu, maka sebagai guru BK ahli harus menguasai teori dan praktik konseling

secara benar dan baik.

11. Asas Alih Tangan

Asas ini mengisyaratkan bahwa bila guru BK sudah mengarahkan segenap

kemampuan yang dimiliki untuk membantu siswa tetapi siswa belum dapat terbantu

sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut terjadi karena masalah yang dialami

siswa berada di luar kemampuan dan kewenangannya. Mendapati kasus semacam

ini, guru BK dapat mengalihtangankan siswa tersebut kepada petugas atau badan

lain yang lebih ahli untuk menangani masalah siswa atas persetujuan siswa yang

akan dialihtangankan.

Penanganan suatu masalah akan lebih optimal hasilnya bila ditangani oleh

petugas yang memiliki keahlian dan kewenangan yang sesuai dengan masalah

siswa. Demikian halnya dengan konseling yang hanya menangani siswa “normal”

(tidak sakit jasmani dan rohani dan bekerja dengan kasus-kasus yang terbebas dari

masalah-masalah kriminal ataupun perdata.

12. Asas Tut Wuri Handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam

rangka hubungan keseluruhan antara guru BK dan siswa. Asas ini semakin

dirasakan manfaatnya di lingkungan sekolah, dan bahkan perlu dilengkapi dengan

“ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa”. Asas ini menuntut agar

layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan keberadaannya pada waktu
siswa mengalami masalah dan menghadap guru BK saja, namun di luar hubungan

kerja pelaksanaan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasavan

keberadaannya dan manfaatnya.

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari beberapa uraian yang telah kami paparkan diatas, dapat disimpulkan

bahwa tujuan bimbingan dan konseling secara garis besar dibedakan menjadi dua

macam, yaitu tujuan umum untuk membantu individu memperkembangkan diri

secara optimal, dan tujuan khusus untuk membantu individu agar dapat mencapai

tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

Sedangkan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling antara lain: 1). Fungsi

pemahaman yang terdiri dari pemahaman tentang klien, masalah klien, dan

lingkungan yang labih luas. 2). Fungsi pencegahan. 3). Fungsi pengentasan. 4). Dan

fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Dalam bimbingan dan konseling terdapat 11 asas yang dapat dijadikan

acuan dalam menyelenggarakan bimbingan konseling, yaitu asas kerahasiaan,

kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan,

keterpaduan, kenormatifan, keahlian, dan alih tangan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Baraja, Abubakar. 2006. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta:

Studio Press.

Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan dan Dasar -Dasar Pelaksanaannya. Jakarta:

CV Rajawali.

Fahmi Muhammad, 2012. Fungsi, Tujuan, dan Asas Bimbingan

Konseling (http://Fahmimuh13.blogspot.com/2012/12/fungsi-dan-

tujuan-asas-asas-bimbingan_17.html)

Prayitno., Emti, Erman. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis

Intregrasi. Jakarta: RajaGrafindo Pers.

16

Anda mungkin juga menyukai