Makalah Shalat Kel 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SHALAT

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


PENDIDIKAN AGAMA

Dosen Pengampu :

Hidayat Aji Pambudi, S.Ag., MA

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1) Adit Fia Dwi P (230421052)
2) Iman Subarkah (230421068)
3) Laili Ufi Muzayanah (230421058)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PUTRA BANGSA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada : Hidayat Aji
Pambudi, S.Ag., MA selaku dosen Pendidikan Agama yang telah memberikan tugas ini kepada
kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang turut serta
membantu dalam pembuatan makalah ini. Dari adanya makalah ini, nantinya diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kebumen, 23 Juni 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang.............................................................................................................1
BAB II PERMASALAHAN
2. 1. Rumusan Masalah........................................................................................................2
2. 2. Tujuan Masalah............................................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................3
3. 1 Pengertian Shalat..........................................................................................................3
3. 2 Sejarah Shalat................................................................................................................4
3. 3 Syarat dan Rukun Shalat...............................................................................................6
3. 4 Hikmah Shalat...............................................................................................................12
3. 5 Shalat sebagai Ibadah yang Utama dalam Islam...........................................................13
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................................16
BAB V PENUTUP................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Shalat merupakan salah satu ibadah utama dalam Islam. Ia mengandung makna mendalam
dan memiliki peran sentral dalam kehidupan seorang muslim. Shalat adalah doa dan ibadah
kepada Allah SWT yang melibatkan perkataan dan perbuatan tertentu. Dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam, sholat adalah bentuk komunikasi langsung antara hamba dan
Penciptanya. Shalat berperan penting dalam memperkuat iman, disiplin, dan konsentrasi.
Melalui shalat, kita memohon kepada Allah SWT, menghindari perbuatan keji, dan
mempererat hubungan dengan sesama manusia. Sholat juga membawa pesan kesalehan
pribadi dan sosial, serta tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
Shalat telah berakar sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan sebelumnya, Nabi
Ibrahim (Abraham) dikenal sebagai pendiri Ka'bah dan pelaksana sholat pertama kali bersama
putranya, Ismail. Dalam menjalankan ibadah sholat, terdapat syarat dan rukun shalat. Syarat-
syarat shalat meliputi niat, kesucian dari hadas besar dan kecil, serta menutup aurat. Rukun
shalat mencakup takbiratul ihram, berdiri, membaca Al-Fatihah, rukuk, sujud, duduk di antara
dua sujud, dan tasyahhud.
Dalam Islam, shalat adalah kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan bagi setiap Muslim
yang sudah mukallaf. Ibadah ini akan dijawab pertama kali di akhirat, dan keutamaannya lebih
besar daripada ibadah lainnya.

1
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di BAB I Pendahuluan, dapat ditentukan rumusan masalah
sebagai berikut:
1) Apa pengertian shalat?
2) Bagaimana sejarah shalat?
3) Apa saja syarat dan rukun shalat?
4) Apa hikmah dari shalat?
5) Mengapa shalat sebagai ibadah yang utama dalam Islam?
2.2 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditentukan tujuan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengertian dari shalat.
2) Untuk mengetahui sejarah shalat.
3) Untuk mengetahui syarat dan rukun shalat.
4) Untuk mengetahui hikmah dari shalat.
5) Untuk mengetahui alasan shalat sebagai ibadah yang utama dalam Islam?

2
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Shalat


Shalat menurut bahasa artinya doa, memohon kebajikan dan pujian kepada Allah.
Menurut istilah, shalat adalah sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan laku
perbuatan dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, berdasar atas
syarat-syarat dan rukun-rukun rtentu, ia adalah fardhu 'ain bagi tiap-tiap muslim (Nasruddin
Razak, 2006: 178). Kewajiban shalat diperintahkan dengan tegas oleh Allah dalam Al-
Qur'an, tetapi perintah itu bersifat umum. Tentang detail waktu dan tata cara
melakukannya, berdasarkan atas petunjuk dan sunnah nabi. Sistem shalat yang kita lakukan
sekarang, adalah sistem yang sudah dicontohkan Nabi dahulu kepada umat Islam generasi
pertama, kemudian diwariskan secara turun temurun tanpa mengalami perubahan.
Shalat difardhukan sejak zaman permulaan Islam. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW
shalat dua rekaat pagi dan dua rekaat di sore hari. Hal tersebut dijelaskan dalam firman
Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-Mu'min: 55, “Dan bertasbihlah (bershalatlah) kamu
seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pada waktu pagi hari". Selain Al-Qur'an
surat al-Mu'minun: 55, perintah shalat juga terdapat dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah: 43,
"Allah berfirman "dan dirikanlah shalat". Makna yang tersirat dari ayat tersebut ialah
jagalah shalat dengan cara melakukan syarat rukun, sunnah dan menjaga dari hal-hal yang
membatalkannya (Abdul Mannan, 2007: 74).
Diwajibkannya shalat juga terdapat dari sabda Nabi Muhammad SAW, dari hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. "Allah mewajibkan pada umatku pada malam Isra'
Mi'raj lima puluh shalatan, dan saya terus minta keringanan hingga Allah menjadikannya
lima kali shalatan dalam satu hari satu malam". Hadits lain tentang kewajiban shalat bagi
umat Islam juga dalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, "Seorang a'rabi
(suku pedalaman Arab) bertanya pada nabi "Berapa kali Allah mewajibkan shalat pada
saya?". Beliau menjawab, "lima waktu dalam sehari semalam". Dia bertanya lagi "Apakah
ada lainnya?". Beliau menjawab, "Tidak, kecuali kumu melakukan shalat sunnah".
Kewajiban shalat lima waktu merupakan hasil dari isra' mi'raj Nabi, yaitu setahun sebelum
Nabi Hijrah ke Madinah. Shalat pertama yang direalisasikan Nabi adalah chalat Dzuhur,

3
karena setelah malam isra' mi'raj, malaikat Jibril turun untuk mengajari Nabi shalat Dzuhur.
Dan Nabi tidak merealisaikan hasil isra' mi'raj pada waktu shalat subuh, karena Nabi belum
diajari tata cara shalat subuh. (Abdul Mannan, 2007: 75). Sebelum diwajibkan shalat lima
waktu Nabi melakukan Ibadah dengan cara berdzikir, berfikir atas apa yang diciptakan oleh
Allah dan memuliakan setiap orang di gua Hira sebagai tamu.
3.2 Sejarah Shalat
Shalat merupakan ibadah yang telah disyariatkan sejak masa nabi dan rasul terdahulu.
Para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad SAW juga melaksanakan shalat. Kaum Nabi
Musa AS yaitu Bani Israil pun Allah perintahkan untuk shalat. Sebelum datang perintah
shalat lima waktu, terlebih dahulu Allah SWT memerintahkan shalat malam, dan
Rasulullah SAW serta para sahabat selalu mengerjakan dua rakaat shalat malam.
Pada suatu malam, Rasulullah saw didatangi malaikat yang berkata: “Antara ini dan itu,
rusak”. Rasul kemudian bertanya kepada Al-Jarud yang berada di sampingnya: “Apa
maksudnya?”. Al-Jarud menjawab: “Celah di bagian atas dada hingga rambutnya.”
Malaikat bernama Jibril tersebut kemudian mengeluarkan hati Rasulullah saw dan
mencucinya berulang-ulang. Bersama Malaikat Jibril, Rasulullah saw melesat ke langit
dengan berkendara Buraq. Begitu sampai di ujung langit dunia, Malaikat Jibril minta
dibukakan pintu langit dan ditanya: “Siapa?”, Jibril menjawab: “Saya Jibril”, ditanya lagi:
“Siapa yang bersama kamu?”, Jibril menjawab: “Muhammad”. Ditanya lagi: “Apakah ia
diutus?”, Jibril kembali menjawab: “Iya”. Kemudian kalimat selamat datang pun diucapkan
untuk Rasulullah saw dan pintu langit pun dibukakan.
Saat dibukakan pintu langit, Rasulullah melihat Nabi Adam di sana. Jibril lalu
memperkenalkan: “Ini ayahmu; Adam,” kemudian mengucapkan salam padanya, Rasul pun
ikut mengucapkan salam. Nabi Adam menjawab salam tersebut dan mengucapkan:
“Selamat datang wahai Anak dan Nabi yang Shaleh.” Perjalanan dilanjutkan ke langit
kedua. Sesampainya di sana, Jibril melakukan percakapan yang sama seperti di langit
sebelumnya. Setelah dibukakan pintu langit kedua, Rasul bertemu dengan Yahya dan Isa,
kemudian mengucapkan salam kepada mereka dan dibalasnya dengan diikuti ucapan:
“Selamat datang wahai Saudara dan Nabi yang Shaleh.” Di langit ketiga, Rasulullah saw
bertemu dengan Nabi Yusuf yang menyambutnya dengan ucapan yang sama seperti nabi di
langit sebelumnya: “Selamat datang wahai Saudara dan Nabi yang Shaleh”. Lanjut di langit

4
keempat, Rasul bertemu Nabi Idris. Di langit kelima Rasul bertemu Nabi Harun. Langit
keenam ada Nabi Musa yang mengucapkan: “Selamat datang wahai Saudara dan Nabi yang
Shaleh.” Kemudian sesaat sebelum Rasul meninggalkan Musa, terlihat Nabi Musa
menangis. Rasul bertanya: “Apa gerangan yang menyebabkanmu menangis wahai Nabi
Musa?”, Nabi Musa menjawab: “Aku menangis karena umat Nabi (Muhammad) yang
diutus setelahku akan banyak masuk surga daripada umatku.”
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke langit ketujuh. Di sana, Rasul bertemu Nabi Ibrahim,
ayah para nabi. Nabi Ibrahim menyambutnya: “Selamat datang wahai Anakku dan Nabi
yang Shaleh.”, dan langsung naik ke Sidratul Muntaha, kemudian dilanjutkan ke Baitul
Ma’mur. Baitul Ma’mur adalah tempat yang selalu dimasuki oleh tujuh ribu malaikat setiap
harinya. Di sana, Rasul disuguhi tiga gelas masing-masing berisi khamr, susu dan madu.
Dan Rasul lebih memilih gelas berisi susu yang berwarna putih seperti putih (fitrah)-nya
diri Nabi Muhammad dan umatnya. Di sana pula Rasulullah untuk pertama kalinya
menerima perintah Shalat sebagai ibadah wajib umat Islam. Saat itu, perintah Shalat wajib
dilaksanakan lima puluh kali setiap harinya. Rasulullah kemudian menghadap ke Nabi
Musa dan menceritakan perihal ini, lalu Nabi Musa menyarankan: “Sesungguhnya umatmu
akan merasa berat mengerjakan Shalat lima puluh waktu setiap hari. Kembalilah kepada
Tuhanmu (Allah) dan mintalah keringanan untuk umatmu.”
Rasul pun kembali untuk meminta keringan, dan didapatlah keringan sehingga perintah
Shalat menjadi sepuluh waktu setiap harinya. Kemudian Rasul menghadap Nabi Musa dan
menceritakan perihal ini, namun Nabi Musa kembali menyarankan seperti saran
sebelumnya: “Sesungguhnya umatmu akan merasa berat mengerjakan Shalat sepuluh waktu
setiap hari. Kembalilah kepada Tuhanmu (Allah) dan mintalah keringanan untuk umatmu.”
Permintaan keringanan kali ini tidak dikabulkan oleh Allah swt, sehingga perintah Shalat
tetap sama yaitu sepuluh waktu setiap harinya. Rasul pun kembali menghadap Nabi Musa,
namun Nabi Musa tetap menyarankan yang sama.
Setelah tiga kali tidak dikabulkan, Allah kemudian mengiyakan permohonan Rasul
sehingga Shalat menjadi lima waktu setiap harinya. Namun, bagi Nabi Musa lima waktu
setiap hari masih terasa berat bagi umat Muhammad, seperti Nabi Musa sebelumnya. Maka,
Nabi Musa pun menyarankan kepada Nabi Muhammad untuk kembali meminta keringanan
untuk umatnya. Rasulullah berkata: “Aku telah sering meminta keringanan untuk umatku

5
sampai aku merasa malu sendiri.
Saat peristiwa Isra` Mi’raj, shalat masih dikerjakan masing-masing berjumlah dua rakaat:
pada shalat Zhuhur, Ashar, Isya, dan Subuh. Sementara pada shalat Maghrib, sebanyak tiga
rakaat. Baru saat Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah, shalat Zhuhur, Ashar, dan Isya
menjadi empat rakaat. Rasulullah SAW menerima wahyu penetapan Ka’bah sebagai arah
kiblat ketika beliau sedang shalat Zhuhur di masjid Bani Salimah. Oleh karena itu Masjid
Bani Salimah juga dikenal dengan nama Masjid al-Qiblatain. Pada waktu Rasulullah SAW
berada di Mekah, beliau shalat menghadap baitulmaqdis sambil menghadap ke Ka’bah.
Kemudian, setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Allah menurunkan wahyu berisi
perubahan arah kiblat, dan Ka’bahlah yang menjadi arah kiblat.
3.3 Syarat dan Rukun Shalat
A. Syarat Shalat
Syarat shalat adalah syarat yang harus dilakukan atau dipenuhi untuk melaksanakan
shalat. Syarat shalat dibagi menjadi dua:
a. Syarat wajib shalat
Shalat tidak wajib kecuali atas mereka yang telah memenuhi syarat-syarat di bawah
ini: (Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, 2008:231-232)
1. Islam
Shalat tidak wajib dikerjakan bagi orang kafir. Walaupun kewaajiban ini tidak
berlaku atas diri mereka, tetapi mereka akan tetap mendapatkan siksa tambahan
di akhirat akibat tidak mengerjakannya.
2. Berakal
Shalat tidak diwajibkan bagi orang gila, atau sedang tidak sadarkan diri
(pingsan), juga bagi seorang yang kehilangan akal atau pingsan selama dua
waktu shalat yang bisa di jama'.
3. Telah Mencapai Aqil Baligh
Shalat tidak wajib bagi anak kecil, sampai ia mulai suk usia baligh. Namun
walinya atau orang tuanya harus menyurulya untuk mulai mengerjakan shalat
sejak berusia tujuh tahun. Jika telah berusia sepuluh tahun, tapi masih enggan
mengerjakannya, maka boleh latihan dan pembiasaan.

6
4. Telah Sampai Kepadanya Seruan Dakwah Islam
Dengan kata lain, ia telah mendapatkan dakwah Rasulullah SAW, hal ini
berdasarkan firman Allah Q.S Al-Isra: 15. "dan Kami tidak akan mengazab
sebelum Kami mengutus seorang rasul".
5. Suci dari Haid dan Nifas
Shalat tidak wajib bagi wanita yag sedang datang bulan, haid dan nifas, dan
tidak pula wajib untuk mengqadhanya.
6. Melihat dan Mendengar
Melihat atau mendengar menjadi syarat wajib mengerjakan shalat, walaupun
pada suatu waktu untuk kesempatan mempelajari hukum-hukum syara'. Orang
yang buta dan tuli sejak dilahirkan tidak ditunutut dengan hukum karena tidak
ada jalan baginya untuk belajar hukum-hukum syara'.
7. Jaga
Maka orang orang yang tidur tidak wajib shalat, begitu juga orang yang lupa.
Sebda Nabi SAW "Yang terlepas dari hukum ada tiga macam: (1) kekanak-
kanakan hingga ia dewasa, (2) orang tidur hingga ia bangun. (3) orang gila
hingga ia sembuh. Apabila scseorang meninggalkan shalat karena tidur atau
lupa, maka ia wajib shalat apabila ia bangun atau ingat, dan ia tidak berdosa.
(Sulaiman Rasjid, 2003: 67) Hal ini sebagaimana dalam hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, "Apabila seorang tertidur dalam waktu shalat
atau lupa dari shalat, hendaklah ia shalat apabila ingat. Sesungguhnya Allah
Azza Wajalla berfirman, "Kerjakanlah shalat karena ingat kepadaku". Yang
miu'tamad (lebih kuat) ialah shalat orang lupa atau tidur itu bukan qadha, tetapi
adaan bagi keduanya, karena hadits tersebut (maka hendaklah ia salat apabila ia
telah ingat) mengandung pengertian bahwa waktu shalat bagi keduanya ialah
waktu ingat, dan waktu shalat yang ditentukan bukan waktu bagi kedua-duanya.
b. Syarat sah shalat
Syarat sah shalat yaitu sebagai berikut:
1) Mengetahui Bahwa Waktu Shalat Telah Masuk
Cukup dengan persangkaan yang kuat bahwa waktu shalat telah masuk, dengan
begitu dibolehkan mengerjakan shalat sesuai dengan ketentuan waktu shalat

7
yang sudah disebutkan.
2) Suci Dari Dua Hadats
Yaitu hadas besar dan hadas kecil hal ini berdasarkan firman Allah Q.S. Al-
Maidah:6, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapuh
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah,"
3) Suci Pakaian, Badan dan Tempat Shalat
Berkenaan dengan kesucian pakaian Allah SWT berfirman Q.S Al- Mudatsir:4
"dan pakaianmu bersihkanlah".
4) Menutup Aurat
Batasan aurat bagi seorang laki-laki adalah antara pusar hingga lutut. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Muhammad bin Jahsy, ia berkata,
"Rasulullah berjalan di hadapan Ma'mar yang kedua paharya terbuka, lalu
beliau bersabda "wahai Ma'mar, tutuplah kedua pahamu, karena sesungguhnya
kedua paha adalah aurat". Sedangkan batasan aurat bagi seorang perempuan
adalah seluruh wajahnya kecuali wajah dan telapak tangannya. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA bahwa Nabi SAW
bersabda "Allah tidak akan menerima shalat wanita yang telah haid (wanita
yang sudah baligh), kecuali dengan menggunakan kerudung".
5) Menghadap Kiblat
Berdasarkan firman Allah Q.S Al-Baqarah: 144. "Hadapkanlah mukamu ke arah
Masjidil haram. Dan di mana saja kamu berada, hadapkanlah mukamu ke
arahnya". Menghadap qiblat merupakan syarat sahnya shalat, namun
diperbolehkan shalat tidak menghadap qiblat dengan beberapa kondisi di bawah
ini:
a. Shalat Sunnah Diatas Kendaraan atau Tunggangan
Diperbolehkan orang yang berada diatas kendaraan untuk shalat sunnah
diatasnya. Gerakan ruku dan sujud cukup dengan menggunakan isyarat kepala.
Tundukan sujud lebih rendah daripada ruku, kiblatnya mengikuti arah
kendaraan. Diriwayatkan dari 'Amru bin Rabi, ia berkata “Aku melihat

8
Rasulullah shalat diatas kendaraannya, dan menghadap ke arah mana kendaraan
melaju. (H.R Bukhari dan Muslim).
b. Shalat Dalam Keadaan Dipaksa
Misalnya seorang sedang terikat pada sebatang pohon, atau pada benda
lainnya. Dalam kondisi ini gugurlah kewajibannya untuk menghadap qiblat, dan
diperbolehkan shalat menghadap ke arah manapun sesuai dengan kondisinya
pada saat itu.
c. Dalam Kondisi Sakit
Yaitu ketika tidak ada orang yang bisa membantunya untuk menghadap
qiblat. Maka diprbolehkan menghadap manapun sesuai dengan
kondisinya yang ia mampu.
B. Rukun Shalat
Rukun shalat adalah perkara-perkara wajib yang harus dilakukan dalam ibadah shalat.
Beriku adalah rukun shalat:
a) Niat
Menurut Imam Ibnu Qoyyim, niat adalah qasad (maksud) dan azam (cita- cita)
untuk mengerjakan sesuatu, Tempatnya adalah di dalam hati dan tidak ada
kaitannya dengan lisan. Setiap orang yang mempunyai maksud terrentu
dihukumilah untuk meniatkannya. Nabi SAW Bersabda: "Bahwasannya segala
amalan itu menurut niatnya. Bahwasinnya tiap-tiap segala sesuatu sesuai apa yang
diniatkannya" (Al- Hadits).
b) Takbiratul Ikhram
Hadits takbiratul Ikhram diriwayatkan oleh Ibnu Majjah: "Adalah Nabi Saw
apabila tlah berdiri untuk bershalat, beliau berdiri lurus dan mengangkat
tangannya, kemudian mengucapkan Allahu akbar"(Al-Hadits).
c) Berdiri Dalam Shalat Fardhu
Dalam shalat fardhu diwajibkan berdiri bagi seseorang yang mampu untuk berdiri,
apabila kita tidak mampu berdiri, bolehlah kita bershalat menurut kesanggupan kita.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 238: "Peliharalah shalat
dan shalat wustho dan berdirilah kamu dalam keadaan tunduk kepada Allah".

9
d) Membaca Al-Fatihah Pada Tiap Reka'at Shalat
Ubaidah ibn Samit menerangkan kepada kita bahwa Nabi Saw bersabda: "Tak ada
shalat bagi orang yang tidak membaca surat Al-Fatihah di dalamnya".(Al-Hadits)
e) Ruku
Ruku' disepakati kefardhuannya di dalam Al-Qur'an dan Sunnah, dan harus ada
tuma 'ninah di dalamnya.
f) Bangkit Dari Ruku'
Bangkit dari ruku. ('itidal) dan berdiri tegak dengan adanya tuma 'ninah.
g) Sujud
Sujud ini ditunjuki dalam Al-Qur'an, dan harus ada tuma'ninah di dalamnya.
Anggota sujud: muka, dua telapak tangan, dua lutut dan dua ujung telapak kaki.
h) Duduk Diantara dua Sujud
Duduk dengan tuma’ninah setelah sujud pertama sebelum sujud kedua.
i) Duduk Terakhir Sesuai Bacaan Tasyahud
j) Tasyahud akhir
Duduk dengan tuma’ninah dan membaca tasyahud akhir.
k) Mengucap Shalawat Atas Nabi Dalam Bacaan Tasyahud Akhir
l) Salam
Fardhu salam ditetapkan dalam sabda Nabi Saw, dan salam yang difardhukan
adalah salam yang pertama, dan salam yang kedua disukai saja.
m) Tertib Dalam Semua Rukun
 Pekerjaan Sunnah Dalam Shalat
 Mengangkat kedua tangan
- Ketika takbiratul ikhram
- Ketika akan ruku
- Ketika i 'tidal
- Ketika berdiri dari sujud.
 Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri.
 Membaca doa iftitah, sesudah takbiratul ikhram dan sebelum membaca Al- Fatihah.
 Membaca ta'awudz pada rekaat pertama dalam shalat.
 Membaca amin.

10
 Membaca apa yang mudah dari dalam Al-Qur'an setelah membaca Fatihah.
 Membaca bacaan Jahr (suara Keras) dalam shalat-shalat Jahr.
 Takbir-takbir intiqal.
 Ruku'.
 Membaca dzikir dalam ruku'.
 Dzikir dalam bangun dari ruku' dan di dalam I'tidal.
 Duduk diantara dua sujud.
 Doa diantara dua sujud.
 Duduk istirahat.
 Tasyahud awal.
 Bershalawat atas Nabi dalam tasyahud akhir.
 Mengucap salam ke sebelah kiri.
 Membaca doa Qunut dalam shalat subuh.
 Hal-Hal Yang Dimakruhkan Dalam Shalat
 Melakukan hal yang sia-sia dalam shalat, baik itu pakaiannya maupun atau badannya.
 Menoleh kiri dan ke kanan tanpa ada keperluan.
 Berkacak pinggang.
 Mengaitkan jari jemari ketika dalam shalat.
 Memandang ke atas.
 Memandang kepada sesuatu yang melenakan.
 Menutup mulut dan memakai sorban besar di pundak, sehingga tangan tidak bisa
keluar dari sorban itu.
 Shalat ketika makanan sudah dihidangkan
 Shalat ketika terdesak akan buang air besar atau kecil.
 Shalat ketika sedang mengantuk berat.
 Shalat didekat tempat sampah, tempat penyembelihan hewan, selokan, kamar mandi,
kandang unta atau kuburan.
 Shalat di belakan shaf yag ada kosongnya.
 Pekerjaan Yang Membatalkan Shalat
 Makan dan minum dengan sengaja.
11
 Berbicara dengan sengaja.
 Ucapan yang membatalkan shalat.
 Mengerjakan pekerjaan banyak dengan sengaja.
 Meninggalkan suatu rukun dan syarat dengan sengaja. Dan....
 Banyak bergerak.
 Tertawa dalam shalat.
 Makmum mendahului imam dalam satu rukun saja.
 Teringat bahwa dia memiliki beberapa shalat yang terti gal dan harus di qadha
terlebih dahulu.
 Dengan sengaja mengucap salam sebelum shalat sempurna dikerjakan

3.4 Hikmah Shalat


(1) Mencegah dari Perbuatan Mungkar
Shalat membantu kita menjauh dari perbuatan buruk dan mungkar. Ketika kita secara
rutin beribadah, kita lebih sadar akan nilai-nilai kebaikan dan lebih cenderung
menghindari tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama.
(2) Mendidik Pribadi yang Disiplin
Shalat memerlukan kedisiplinan dalam waktu dan gerakan. Melalui ketaatan dalam
shalat, kita belajar mengatur jadwal, fokus, dan konsisten dalam menjalankan ibadah.
(3) Melatih Pribadi yang Tangguh
Shalat lima waktu mengajarkan ketabahan dan ketangguhan. Terlepas dari situasi atau
kondisi, kita diingatkan untuk tetap beribadah dan menghadap Allah.
(4) Meninggikan Derajat
Shalat adalah sarana untuk meraih keberkahan dan keberuntungan. Dengan
menjalankannya, kita mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan derajat
spiritual kita.
(5) Membersihkan Kesalahan dan Dosa
Shalat memiliki efek pembersihan pada jiwa. Ketika kita bertaubat dan berdoa dalam
shalat, kita memohon ampunan dan membersihkan diri dari dosa-dosa.
(6) Meraih Pertolongan Allah

12
Shalat adalah sarana untuk memohon pertolongan dan bimbingan dari Allah. Kita
berharap agar Allah memberikan petunjuk dan membantu kita dalam kehidupan sehari-
hari.
3.5 Shalat sebagai Ibadah yang Utama dalam Islam
Shalat adalah ibadah yang membedakan antara seorang muslim dan orang kafir. Ia
merupakan rukun Islam kedua setelah dua kalimat syahadat. Shalat adalah tiang agama dan
penghubung antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Setiap muslim yang sudah baligh dan
berakal wajib melaksanakan shalat. Kewajiban ini tidak bergantung pada kondisi atau
situasi, sehingga shalat harus dikerjakan secara rutin dan teratur. Pada hari kiamat, ibadah
shalat akan dihisab pertama kali. Jika shalat dilakukan dengan baik, seluruh amal ibadah
lainnya juga akan baik. Namun, jika shalat diabaikan, amal ibadah lainnya pun akan
terpengaruh. Shalat bukan hanya bagian dari iman, tetapi juga merupakan tanda status
keimanan seorang muslim.
Dasar hukum shalat berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur'an menyatakan bahwa setiap
muslim yang mukallaf wajib melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Shalat
memiliki syarat-syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Melalui shalat, kita berkomunikasi
langsung dengan Allah, memperkuat spiritualitas, dan membangun kebiasaan positif. Shalat
juga membantu mengatasi stres dan masalah hidup sehari-hari.
Bagi yang menjaga ibadah shalat, hati, wajah, kubur, dan hari kebangkitannya akan
bercahaya. Mereka akan mendapatkan keselamatan pada hari kiamat dan berkumpul dengan
para Nabi, shiddiqiin, asy-syuhada’, dan ash-shalihin. Sebaliknya, mereka yang tidak
menjaga shalat akan kehilangan cahaya, petunjuk, dan keselamatan. Mereka akan
berkumpul dengan orang kafir seperti Fir’aun, Haman, Qarun, dan Ubay bin Khalaf.
Shalat juga memiliki keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lainnya. Di antara
keistimewaan tersebut disebutkan sebagai berikut (Tengku Muhammad Hasbi Ash
Shiddieqy, 2000: 54-57):
- Shalat adalah fardu yang mula-mula difardhukan dari ibadah-ibadah badaniyah
Apabila kita meneliti sejarah fardu-fardu yang telah difaráhukan, nyatalah sebagimana
yang ditegaskan oleh Imam Ahmad, bahwa shalat yang mula- mula Allah SWT
fardhukan kepada Rasul-Nya, dipermulaan wahyu yang diwahyukan, sebelum

13
diperintahkan amal-amal dan fardhu-fardhu dari ibadah badaniyah yang lain.
- Shalat adalah tiang agama
Shalat itu tiang agama Islam. Sesudah hilang lenyap ibadah shalat, hilang lenyaplah
agama Islam. Shalatlah sebagai akhir agama. Barang siapa telah hilang akhir agamanya,
berarti telah hilang semua agamanya. Lantaran demikian pegang teguhlah akan shalat
itu. Janganlah disia-siakan atau dimudah-mudahkan. Haruslah diketahui, apabila rumah
patah tiangnya, tiada berguna lagi dindingnya dan kasau-kasaunya.
- Shalat lima waktu difardhukan di Maľam Mi'raj di langit
Shalat lima waktu itu difardhukan di langit pada waktu Nabi melakukan perjalanan
isra’ (berjalan malam) dan mi'raj (naik ke alam tinggi). Seluruh fardhu dan ibadah
selain shalat diperintahkan Allah SWT melalui malaikat Jibril untuk menyampaikannya
kepada Nabi Muhammad SAW. Hanya shalatlah yang Allah memerintahkan malaikat
Jibril untuk menjemput Nabi Muhamma SAW di Makkah lalu membawanya berjalan
malam dari Makkah (Masjidil Haram) ke baitul maqdis (Masjidil aqsa) dan terús
membawa mi'raj (naik) ke alam tinggi, supaya Nabi menerima sendiri dengan langsung
perintah kefardhuan shalat.
- Shalat akhir wasiat Nabi Muhammad SAW dan Nabi-Nabi yang lain
Diterangkan oleh Ahmad dalam risalah ash-Shalah, bahwa: shalatlah yang diingatkan
oleh Nabi SAW kepada umat manusia se tu beliau akan meninggalkan dunia yang fana
ini. Dalam wasiatnya yang penghabisan kepada kita para umatnya, beliau mengatakan,
"Ingatlah Allah, ingatlah akan Allah, terhadap shalat dan terhadap budak-budak yang
kamu miliki".
- Shalat permulaan amal yang akan dihisab di akherat dan akhir ibadah yang ditinggalkan
umat di dunia.
Nabi bersabda, "Amalan yang mula-mula dihisab, dari seorang hamba di hari kiat
ialah shalatnya" jika shalatnya diterima, diterimalah amalan- amalan yang lain. Jika
shalatnya ditolak (tidak diterima) ditolaklah amalan- amalan lainnya (H.R Ath-
Thabrany dari Anas, Jamius Shaghir).

14
- Shalat seutama-utama syiar Islam dan sekuat-kuat tali perhubungan antara hamba dengan
Allah SWT
Shalat adalah senyata-nyata ibadah yang membuktikan keislaman, sekuat- kuat taat
yang mengesankan manfaat pada jiwa manusia, dan sangat mudah dikenal atau
diketahui orang. Karena itulah agama membesarkan qadarnya (nilainya) dan
membersarkan nilainya. Sungguh shalat adalah sebesar-besar ibadah, dialah ibadah
yang sangat mendekatkan hamba kepada Tuhannya.

15
BAB IV
KESIMPULAN

Shalat sebagai salah satu rukun Islam, memiliki peran sentral dalam kehidupan seorang
mukmin. Shalat adalah ibadah yang dilakukan oleh umat Islam sebagai bentuk penghambaan
kepada Allah SWT. Ia melibatkan gerakan fisik dan batin, serta merupakan sarana komunikasi
langsung antara hamba dan Pencipta. Shalat telah ada sejak zaman Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail. Namun, Nabi Muhammad SAW memperjelas tata cara dan waktu pelaksanaannya
melalui wahyu yang diterimanya. Shalat menjadi kewajiban bagi setiap muslim baligh.
Shalat memiliki syarat, seperti suci dari hadas besar dan kecil, serta rukun, seperti
takbiratul ihram, rukuk, sujud, dan tasyahhud. Tanpa memenuhi syarat dan rukun ini, shalat tidak
sah. Shalat memiliki banyak hikmah, antara lain: (1) Shalat mengajarkan ketaatan kepada Allah
dan menguatkan hubungan dengan-Nya; (2) Shalat mengajarkan disiplin waktu dan gerakan, dan
(3) Gerakan shalat bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan pikiran.Shalat adalah ibadah utama
dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda, "Shalat adalah tiang agama." Ia menghubungkan kita
dengan Allah dan memperkuat iman serta ketakwaan kita. Dengan demikian, shalat bukan hanya
kewajiban, tetapi juga ladang amal dan sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

16
BAB V
PENUTUP

Shalat merupakan ibadah yang sangat penting dalam Islam. Dalam makalah ini, kita telah
membahas definisi shalat, sejarahnya, hikmahnya, serta syarat dan rukun pelaksanaannya. Shalat
bukan hanya kewajiban, tetapi juga merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan melaksanakan shalat, kita memperoleh banyak manfaat, baik secara spiritual maupun
fisik.
Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pentingnya shalat dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita terus menjaga kualitas ibadah kita dan
semakin mendekatkan diri kepada-Nya melalui shalat yang khusyuk dan penuh kesadaran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Asep Rudi Nurjaman, M. (2020). Pendidikan Agama Islam . Rawamangun, Jakarta Timur: PT
Bumi Aksara.

Hidayat Aji Pambudi, S. (3 Agustus 2016). Pendidikan Agama Islam. Kebumen.

18

Anda mungkin juga menyukai