Jurnal Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Temephos
Jurnal Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Temephos
Jurnal Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Temephos
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia
1
Abstract
___________________________________________________________________
In 2017 IR of DBD was 18.14/100,000 with 299 cases. Semarang City was an endemic area of DHF.
Gunungpati was a sub-district that had a high incidence of DHF, which there were DHF cases every year.
Gunungpati was a very potential area for DHF because it had high population mobility, inadequate PSN
behavior, and some health workers sold temephos without notifying the appropriate dosage. This study
purposed to determine the relationship between knowledge and attitudes towards community practices in the
use of temephos to eradicate Aedes aegypti larvae. This research used analytic descriptive with a cross-sectional
approach. The population was all communities in Sekaran, Patemon, Kalisegoro, and Sukorejo Subdistrict
Gunungpati City in 2018. The sample size used in this study was 200 samples, provided that each village was
represented by 50 samples. The results showed that there was a relationship between knowledge and
community practice in the use of temephos (p = 0.0001), and there was a relationship between attitudes and
community practices in the use of temephos (p = 0.0001).
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: [email protected]
155
Widya, H. C., dan Nur S. / Perilaku Masyarakat dalam / HIGEIA 3 (1) (2019)
156
Widya, H. C., dan Nur S. / Perilaku Masyarakat dalam / HIGEIA 3 (1) (2019)
plus, yang terdiri dari: 1) Menguras dan larvasida yang diberikan tidak akan mampu lagi
menyikat dinding tempat-tempat penampungan menghambat pertumbuhan nyamuk menjadi
air seperti bak mandi dan tendon air minimal dewasa (Lima, 2003). Pada penelitian-penelitian
seminggu sekali; 2) Menutup rapat sebelumnya telah dilaporkan bahwa larva Ae.
penampungan air sehingga dapat mencegah aegypty telah resisten terhadap temephos. Salah
nyamuk bertelur di dalamnya; 3) Mendaur satunya adalah penelitian Handayani (2016) di
ulang barang-barang yang dapat menampung air daerah Perimeter dan Buffer Pelabuhan Tanjung
hujan, atau menempatkan barang-barang Emas Kota Semarang, dimana melaporkan
tersebut supaya tidak dapat menampung air atau bahwa larva Ae. aegypty dari wilayah perimeter
menadi sarang nyamuk. Upaya tersebut dapat Pelabuhan Tanjung Emas sudah toleran
sustainable bila ada komitmen yang tinggi dari terhadap temephos, dengan rata-rata kematian
pemegang program kesehatan serta dari 96%. Sementara di daerah Buffer Pelabuhan
masyarakat (Handayani, 2016). Kegiatan ini Tanjung Emas dilaporkan sudah resisten
dilengkapi dengan kegiatan plus, yaitu aktivitas terhadap temephos dengan rata-rata kematian
selain 3 tersebut, yang dapat mencegah sebesar 68%.
terjadinya perindukan nyamuk, seperti Belum ada data mengenai status resistensi
mengganti air vas bunga dan membuang air larva Ae. aegypti di wilayah Kecamatan
pada tampungan air minimal seminggu sekali, Gunungpati terhadap temephos 1%, padahal
menaburkan bubuk pembunuh jentik, Kecamatan Gunungpati merupakan salah satu
memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, dan kecamatan, dimana hampir seluruh kelurahan di
penggunaan repellen (Gafur, 2006). wilayahnya merupakan daerah endemis DBD.
Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk Berdasarkan hasil uji pendahuluan dengan uji
Ae. aegypti pada stadium larva yang paling sering petik di 3 titik yang berada di 3 kelurahan yang
dilakukan oleh masyarakat adalah berbeda di Kecamatan Gunungpati, didapatkan
pengaplikasian larvasida temephos (Tetramethyl hasil bahwa rata-rata kematian larva Ae. aegypti
Thiodi P-Phenylene) atau yang di masyarakat setelah terpapar 24 jam dengan temephos 1%
lebih dikenal dengan nama dagang abate. adalah sebesar 82%. Hal ini menunjukkan
Penggunaan temephos di Indonesia sudah bahwa telah terjadi penurunan kerentanan larva
dimulai sejak tahun 1976. Tahun 1980, abate Ae. aegypti terhadap temephos 1%. Penelitian ini
ditetapkan sebagai bagian dari program bertujuan untuk mengetahui status resistensi
pemberantasan massal Ae. aegypty di Indonesia. larva Ae. aegypti terhadap temephos 1%.
Sampai saat ini (tahun 2018), abate masih Temephos 1% (0,012 mg/l) yang merupakan
digunakan untuk membunuh larva Ae. aegypty. dosis yang dianjurkan oleh WHO. Selain itu
Hal ini berarti penggunaan abate di Indonesia juga untuk mengetahui bagaimana
sudah sekitar 40 tahun. Menurut Karunaratne, pengetahuan, sikap, dan praktik masyarakat
(2013), penggunaan larvasida dalam jangka dalam menggunakan temephos 1% (abate) untuk
waktu yang lama dapat menimbulkan terjadinya memberantas perkembangan nyamuk Ae. aegypti
resistensi vektor terhadap larvasida tersebut. di masyarakat.
Beberapa hal yang dapat menjadi Tujuan uji kerentanan ini adalah untuk
penyebab terjadinya resistensi insektisida adalah mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktik
penggunaan dalam jangka waktu yang lama, masyarakat dalam menggunakan larvasida
serta penggunaannya yang tidak dilakukan temephos 1%, karena sampai saat ini temephos
sesuai dengan dosis dan cara kerja yang sesuai. masih digunakan dalam program
Apabila terjadi resistensi terhadap insektisida, penanggulangan nyamuk Ae. aegypti di
maka akan menjadikan insektisida tersebut tidak masyarakat. Selain itu dianalisis hubungan
dapat lagi digunakan untuk memberantas suatu antara pengetahuan dan sikap terhadap
vector. Misalnya, apabila larva nyamuk sudah praktiknya dalam PSN yang berkaitan dengan
resisten terhadap suatu larvasida, maka penggunaan temephos 1% dalam pemberantasan
157
Widya, H. C., dan Nur S. / Perilaku Masyarakat dalam / HIGEIA 3 (1) (2019)
158
Widya, H. C., dan Nur S. / Perilaku Masyarakat dalam / HIGEIA 3 (1) (2019)
159
Widya, H. C., dan Nur S. / Perilaku Masyarakat dalam / HIGEIA 3 (1) (2019)
sikap dengan praktik masyarakat dalam secara rutin atau tidak. Namun dari hasil
penggunaan temephos. Perilaku terdiri dari 3 wawancara diperoleh data bahwa yang
aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), sikap, mendorong masyarakat menggunakan temephos
dan psikomotor atau praktik. Prilaku dapat yaitu adanya pola kasus DBD yang memicu
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik itu adanya kewaspadaan oleh masyarakat setempat
lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik. untuk mencegah terjadinya penyakit DBD.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku Masyarakat akan menggunakan temephos ketika
adalah faktor internal seseorang, yang akan di sekitarnya sudah ada yang menderita DBD,
menentukan orang tersebut untuk merespon jadi penggunaannya hanya pada saat-saat
stimulus yang berasal dari luar. Faktor internal tertentu. Berdasarkan hasil wawancara dengan
bisa berupa motivasi, pengamatan, persepsi, petugas puskesmas juga menyatakan bahwa
perhatian, sugesti, dll. Faktor sosial yang terdiri petugas puskesmas selalu dibagikan temephos
dari struktur social, pranata social, dan secara gratis kepada warga setiap kali ada kasus
permasalahan social juga dapat mempengaruhi DBD di wilayah tersebut dan apabila ada warga
perilaku (Koenradt, 2006). yang meminta. Namun dari pengakuan warga,
Masyarakat yang sudah mempunyai selain temephos dari puskesmas yang dibagikan
pengetahuan dan sikap yang baik terhadap melalui kader, juga ada orang yang mengaku
pencegahan DBD, belum tentu bisa menjadikan petugas kesehatan yang menjual temephos
daerah tempat tinggalnya menjadi tidak kepada masyarakat.
endemis. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa Sebaiknya dilakukan rotasi jenis larvasida
faktor yang menyebabkan suatu daerah menjadi sehingga tidak menjadi resisten karena
endemis DBD, diantaranya adalah faktor pemanfaatan temephos sebagai salah satu
eksternal yang berupa kondisi lingkungan, dan senyawa larvasida masih sering digunakan
sosial ekonomi penduduk. Tingkat pengetahuan untuk pengendalian larva Ae. aegypti di
dan sikap masyarakat yang baik tentang Kecamatan Gunungpati. Hasil penelitian ini
penggunaan temephos, akan cenderung tidak terpikirkan sebelumnya karena temephos
menjadikan praktik masyarakat juga baik. telah digunakan lebih dari 20 tahun di Kota
Pengetahuan dan sikap yang baik biasanya akan Semarang. Status toleran terhadap temephos di
diikuti dengan tindakan atau praktik yang baik, Kecamatan Gunungpati ini mungkin
sehingga risiko penggunaan temephos yang disebabkan karena pemakaian temephos yang
kurang benar cenderung rendah. Menurut teori tidak terkoordinasi dengan baik. Masyarakat
L Green, perilaku ditentukan oleh 3 faktor yang memperoleh temephos mungkin belum
utama, yaitu predisposing (faktor yang mengetahui bagaimana mengaplikasikan
mempermudah terjadinya perilaku), faktor temephos dengan benar, karena kurangnya
pemungkin (faktor yang mendukung perilaku), sosialisasi. Selama ini tidak pernah dilakukan
dan faktor penguat (misalnya tokoh masyarakat, pengawasan dalam penggunaan temephos ,
peraturan, undang-undang, dll) (Koenradt, demikian pula belum diberikan sosialisasi yang
2006). merata terkait penggunaan temephos yang baik,
Untuk pemakaian temephos, peneliti tidak benar, dan aman. Tingkat paparan atau
melihat secara langsung cara penggunaan penggunaan insektisida juga dipengaruhi
temephos di Kecamatan Gunungpati dilakukan tindakan masyarakat dalam mengaplikasikan
Tabel 1. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Masyarakat Dalam Penggunaan Temephos
Praktik
Baik Kurang baik Total Nilai-p
Baik 148 (91,4%) 14 (8,6%) 162 (100%) 0,0001
Pengetahuan
Kurang baik 5 (13,2%) 33 (86,8%) 38 (100%)
Baik 148 (94,9%) 8 (5,1%) 156 (100%) 0,0001
Sikap
Kurang baik 5 (11,4%) 39 (88,6%) 44 (100%)
160
Widya, H. C., dan Nur S. / Perilaku Masyarakat dalam / HIGEIA 3 (1) (2019)
insektisida tersebut. Masyarakat yang kurang Salah satu cara untuk mengevaluasi
mempunyai pengetahuan yang kurang tentang secara berkala terhadap keefektifan larvasida
bagaimana menggunakan insektisida yang baik adalah dengan indikasi status resistensi terhadap
dan pengetahuan tentang sifat-sifat dasar temephos, sehingga resistensi dapat segera
insektisida kimia, akan berisiko menyebabkan terdeteksi dan diantisipasi (Loke, 2010). Perlu
resistensi. Bahkan sering beredar Abate 1 SG diwaspadai terjadinya resistensi silang Ae.
yang ditawarkan pihak-pihak yang mengaku aegypti terhadap temephos. Hal ini bisa terjadi
petugas kesehatan, sehingga penggunaannya karena untuk mengatasi peningkatan kasus
tidak terpantau atau tidak tercatat di puskesmas. demam berdarah di musim hujan, dilakukan
Larvasida yang digunakan untuk pula upaya pemberantasan nyamuk dewasa
pengendalian larva vektor DBD di Kecamatan dengan fogging yang juga berpotensi untuk
Gunungpati adalah Abate yang mengandung resisten. Resistensi Ae. aegypti terhadap
bahan aktif temephos 1%. Cara penggunaan temephos juga bisa sekaligus resistensi terhadap
abate ini adalah dengan menaburkan di tempat adultisida malathion atau piretroid, sehingga
penampungan air yang sulit dikuras dan membuat pengendalian vektor lebih sulit (Eisen,
berpotensi menjadi tempat berkembangnya 2009; Felix, 2008).
larva hingga menjadi nyamuk dewasa. Untuk penggunaan temephos, selama ini
Status resistensi di Kecamatan masyarakat di Kelurahan Sekaran, Kelurahan
Gunungpati tersebut tidak sama dengan Patemon, Kelurahan Kalisegoro, dan Kelurahan
beberapa daerah di Indonesia. Di Banjarmasin Sukorejo memperoleh temephos secara gratis dari
Utara dan Banjarbaru Kalimantan Selatan, serta Puskesmas melalui kader PKK yang ada di
beberapa kabupaten/kota yang masih rentan wilayahnya masing-masing. Hal ini biasanya
yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Tengah dan pada saat memasuki musim penghujan, dimana
DKI Jakarta. Bisset telah membuktikan tentang kejadian DBD mulai muncul. Namun ada juga
status resistensi larva Ae. aegypti terhadap msyarakat yang tidak pernah menerima temephos
temephos di Cuba dengan melakukan penelitian dari kader PKK, karena jumlah yang dibagikan
terhadap larva Ae.aegypti dari 15 lokasi sampel juga terbatas. Selain itu ada juga masyarakat
di Kota Havana, dan menunjukkan hasil bahwa yang memperoleh temephos dengan membeli
seluruh sampel dinyatakan telah resisten. Status sendiri di apotek maupun dari orang-orang yang
toleran bahkan cenderung resisten terhadap mengaku dari petugas kesehatan.
temephos Larva Ae. aegypti telah terbukti di Demam Berdarah Dengue (DBD) masih
daerah endemis DBD di Jakarta Barat merupakan salah satu masalah kesehatan utama
(Joharina, 2014). di Indonesia. Tingginya angka insidensi dan
Hal ini bisa menjadi pertimbangan persebaran penyakit yang cukup luas di hampir
kepada petugas kesehatan setempat untuk seluruh wilayah Indonesia merupakan masalah
mempersiapkan larvasida pengganti untuk yang belum terpecahkan. Kejadian luar biasa
menghindari terjadi resistensi temephos di (KLB) DBD seringkali muncul dengan siklus 5-
wilayah setempat. Di Kecamatan Gunungpati, 10 tahunan. DBD disebabkan oleh infeksi virus
masyarakat telah melakukan berbagai macam DBD, dimana terdapat empat serotipe
cara dan metode dalam pengendalian DBD. flavivirus, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-
Manajemen lingkungan berupa pemberantasan 4. Virus tersebut dapat ditularkan ke manusia
sarang nyamuk (PSN) dilakukan oleh sebagian melalui nyamuk betina Aedes aegypti sebagai
masyarakat melalui program 3M Plus dan vektor primer, dan Aedes albopictus sebagai
pengelolaan sanitasi lingkungan, walaupun vector sekunder (Wong, 2015).
terdapat pula sebagian masyarakat, terutama Salah satu cara untuk mengendalikan
anak-anak kos yang belum mempunyai DBD adalah dengan memutus rantai penularan
kesadaran untuk melakukan pemberantasan DBD dan mengendalikan vektor DBD
sarang nyamuk. (Handayani, 2016). Pengontrolan vektor DBD
161
Widya, H. C., dan Nur S. / Perilaku Masyarakat dalam / HIGEIA 3 (1) (2019)
sampai saat ini dianggap lebih efektif daripada Beberapa daerah di Jawa Tengah, misalnya di
mengobati DBD. Pemberantasan larva wilayah tanjung Emas Semarang dan di Jakarta,
merupakan kunci strategis program misalnya di Kecamatan Sidorejo di Salatiga,
pengendalian vektor DBD di seluruh dunia, serta di derah Tanjung Priok dan Mampang
karena dapat memutus siklus hidup nyamuk. Prapatan menunjukkan penurunan status
Cara yang paling baik untuk mengurangi kerentanan larva Aedes Aegyoti terhadap
populasi nyamuk di masyarakat adalah dengan temephos. Uji kerentanan terhadap temephos
menguras tempat penampungan air, minimal dilakukan secara berkesinambungan di wilayah-
seminggu sekali dan menyikat dinding- wilayah endemis DBD (Gafur, 2006;
dindingnya. Dengan menguras tempat Marcombe, 2011; Ponlawat, 2005).
penampungan air minimal seminggu sekali,
maka akan mencegah kemungkinan larva bisa PENUTUP
menetas menjadi nyamuk, sehingga populasi
nyamuk di masyarakat akan menurun (Zhu, Simpulan dari penelitian ini yaitu ada
2008). Penyikatan dinding penampungan air hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan
berfungsi untuk menghilangkan telur yang praktik masyarakat dalam penggunaan temephos
menempel pada dinding. Dengan menyikat di kelurahan endemis DBD di wilayah
dinding penampungan air, telur akan jatuh, dan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Oleh
terbawa air ke pembuangan, dan akhirnya telur sebab itu, perlu adanya sosialisasi kepada
tidak bisa menetas menjadi larva. Alternatif lain masyarakat tentang penggunaan temephos di
untuk mengurangi populasi nyamuk di wilayah Kecamatan Gunungpati Kota
masyarakat adalah dengan penggunaan Semarang untuk meningkatkan pengetahuan
insektisida. Insektisida kimia sebagai larvasida dan sikap masyarakat terhadap penggunaan
secara umum sering digunakan masyarakat temephos untuk menghindari adanya resistensi
untuk mengendalikan vektor tersebut (Sinaga, vektor DBD (nyamuk Ae. aegypti) di wilayah
2016; Nyarmiati, 2017). Jenis insektisida yang tersebut.
sering digunakan oleh masyarakat Indonesia Penelitian ini belum menjelaskan
adalah abate atau Temephos. Temephos tentang presentase keberhasilan implementasi
merupakan salah satu golongan dari insektisida PIK-R dan belum pula menjelaskan tentang
yang berfungsi untuk membunuh serangga pada strategi untuk mengatasi masalah temuan
stadium larva (Polson, 2010). Temephos lapangan. Oleh sebab itu, saran untuk peneliti
(temephos) yang digunakan masyarakat lain atau peneliti selanjutnya yaitu diharapkan
biasanya dalam bentuk sediaan seperti butiran dapat meneliti implementasi PIK-R secara
pasir (sand granules). Aplikasi temephos adalah kuantitatif atau mengenai strategi yang dapat
dengan menaburkannya di tempat-tempat digunakan untuk meningkatkan keberhasilan
penampungan air yang sulit atau tidak implementasi PIK-R.
memungkinkan untuk dikuras. Dosis aplikasi
temephos di tempat penampungan air adalah 1 DAFTAR PUSTAKA
ppm atau 1 gram untuk 10 liter air (Rodriguez,
2001). CDC. 2012. Guideline for Evaluating Insecticide
Selama beberapa dekade, temephos Resistance in Vectors Using the CDC Bottle
dianggap efektif untuk mencegah larva yang Bioassay. CDC Methods: 1–28.
terdapat di penampungan air menetas menjadi Dinkes Kota Semarang. 2018. Profil Kesehatan 2017.
Semarang: Dinkes Kota Semarang
nyamuk. Namun beberapa tahun terakhir
Eisen, L. 2009. Proactive Vector Control Strategies
terdapat laporan tentang resistensi nyamuk
and Improved Monitoring and Evaluation
terhadap temephos di beberapa negara, termasuk Practices for Dengue Prevention. J Med
di Indonesia, misalnya di Banjarmasin Barat, Entomol, 46(6):1245–55.
yaitu di Banjar Baru, Kalimantan Selatan.
162
Widya, H. C., dan Nur S. / Perilaku Masyarakat dalam / HIGEIA 3 (1) (2019)
Felix. 2008. Ketika Larva dan Nyamuk Dewasa Collected Aedes aegypti (L.) (Diptera
Sudah Kebal Terhadap Insektisida. Farmacia, :Culicidae) to Bacillus thuringiensis israelensis
7(7). and Temephos. Trop Biomed, 27(3):493–503.
Gafur, A., Mahrina, H. 2006. Kerentanan Larva Marcombe, S., Darriet, F., Agnew, P., Etienne, M.,
Aedes aegypti dari Banjarmasin Utara Yp-Tcha, M.M., & Yébakima, A. 2011. Field
terhadap Temefos. Bioscientiae, 3(2):73–82. efficacy of New Larvicide Products for
Handayani, Nur., Ludfi, S., Martini., & Purwantisari, Control of Multi-Resistant Aedes aegypti
S. 2016. Status Resistensi Larva Aedes aegypti Populations in Martinique (French West
Terhadap Temephos Di Wilayah Perimeter Indies). Am J. Trop Med Hyg, 84(1):118–26.
dan Buffer Pelabuhan Tanjung EmasKota Nyarmiati. 2017. Analisis Spasial Faktor Risiko
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, JKM, Lingkungan pada Kejadian Demam Berdarah
4(1): 159-166. Dengue. HIGEIA (Journal of Public Health
Istiana., Heriyani, F., & Isnaini. 2012. Resistance Research and Development), 1(4): 25-35.
status of Aedes aegypti Larvae to Temephos Polson, K.A., Rawlins, S.C., Brogdon, W.G.,
in West Banjarmasin Status Kerentanan Larva Chadee, D.D. 2010. Organophosphate
Aedes aegypti terhadap Temefos di Resistance in Trinidad and Tobago Strains of
Banjarmasin Barat. J Buski, 4(2):53–8. Aedes aegypti. J Am Mosq Control Assoc,
Joharina, A.S. 2014. Kepadatan Larva Nyamuk 26(4):403–10.
Vektor sebagai Indikator Penularan Demam Ponlawat, A., Scott, J.G., & L, C.H. 2005. Insecticide
Berdarah Dengue di Daerah Endemis di Jawa susceptibility of Aedes aegypti and Aedes
Timur Larvae............, 8(2):33–40. albopictus across Thailand. J Med Entomol,
Karunaratne, S.H.P.P., Weeraratne, T.C., Perera, 42:821–5.
M.D.B., & Surendran, S.N. 2013. Insecticide Rodriguez, M.M., J. Bisset, D.M., de Fernandez, L.,
Resistance and Efficacy of Space Spraying & Lauzan, A.S. 2001. Detection of Insecticide
and Larviciding in The Control of Dengue Resistance in Aedes aegypti (Diptera:
Vectors Aedes aegypti and Aedes albopictus Culicidae) from Cuba and Venezuela. JMed
in Sri Lanka. Pestic Biochem Physiol, 107(1):98– Entomol, 38:623–8.
105. Sinaga., Lasrika, S., Martini., Lintang, D.S. 2016.
Koenradt, C.J.M., Tuiten, W., Sithiprasasna, R., Status Resistensi Larva Aedes aegypti
Kijchalao, U., Jones, J.W., Scott, T.W. 2006. (Linnaeus) terhadap Temephos (Studi di
Dengue Knowledge and Practice and Their Kelurahan Jatiasih Kecamatan Jatiasih Kota
Impact on Aedes aegypti Population in Bekasi Provinsi Jawa Barat). Jurnal Kesehatan
Kamphaeng Phet, Thailand. American Journal Masyarakat (e-Journal), 4(1).
of Tropical Medicine and Hygiene, 74(4): 692- WHO. 2009. Dengue Guidelines For Diagnosis,
700. Treatment, Prevention and Control. Prev Control
Lima, J.B., da Cunha, P., Silva, Jr., Galardo, A.K., [Internet]. WHO Publication, 409(3):160.
Soares, S., Braga, R.P., Ramos, D.V. 2003. Wong, L.P., Shakir, S.M., Atefi, N., & AbuBakar, S.
Resistance of Aedes aegypti to 2015. Factors Affecting Dengue Prevention
Organophosphates Inseveral Municipalities in Practices: Nationwide Survey of the
the State of Riode Janeiro and Espirito Malaysian Public. Plos One, 10(4).
Santo,Brazil. Am. J Trop Med Hyg, 68:329–33. Zhu, J. 2008. Mosquito Larvicidal Activity of
Loke, S.R., Andy, T.W.A., Benjamin, S., Lee, H.L., Botanical-Based Mosquito Repellents. J Am
Sofian, A.M. 2010. Susceptibility of Field- Mosq Control Assoc, 24(1):161–8.
163