5.meneladani Peran Ulama Penyebar Ajaran Islam Di Indonesia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MODUL AJAR

Nama Sekolah SMK Negeri 1 Sukoharjo


Mata Pelajaran PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kelas/Semester X/Gasal
Program Keahlian AKL, MPLB, PM, TJKT
Tahun Pelajaran 2021/2022
Alokasi Waktu 3 Pertemuan (3 X 45 menit)
Aspek IPAS Meneladani Peran Ulama Penyebar Ajaran Islam di Indonesia
Diskripsi Menganalisis sejarah dan peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam
di Indonesia; mampu membuat bagan timeline sejarah tokoh ulama
penyebar ajaran Islam di Indonesia; sehingga meyakini bahwa
perkembangan peradaban Islam di Indonesia adalah kehendak Allah Swt.
dan dapat meneladaninya dengan membiasakan sikap kesederhanaan
dan kesungguhan mencari ilmu.
Fase Capaian E
Elemen Sejarah Peradaban Islam
Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, dalam aspek Fiqih peserta didik mampu Menganalisis
sejarah dan peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam
di Indonesia; mampu membuat bagan timeline sejarah tokoh ulama
penyebar ajaran Islam di Indonesia; sehingga meyakini bahwa
perkembangan peradaban Islam di Indonesia adalah kehendak Allah Swt.
dan dapat meneladaninya dengan membiasakan sikap kesederhanaan
dan kesungguhan mencari ilmu.
Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran:
1. Melalui model pembelajaran active debate (debat aktif), peserta didik
dapat menganalisis sejarah masuknya agama Islam di Indonesia dan
perkembangan kesultanan di Indonesia.
2. Melalui model pembelajaran index card macth, peserta didik dapat
menganalisis tokoh penyebar ajaran Islam di Indonesia, dan meyakini
bahwa perkembangan peradaban Islam di Indonesia merupakan
kehendak Allah Swt. sehingga termotivasi untuk meneladani
kesederhanaan dan semangat menuntut ilmu dari para ulama.
3. Melalui model pembelajaran berbasis produk, peserta didik dapat
membuat dan bagan timeline sejarah tokoh ulama penyebar Islam di
Indonesia.
Profil Pelajar Pancasila Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak
mulia, Bernalar kritis, Mandiri, Kreatif, dan Bergotongroyong
Model Pembelajaran
1. Model pembelajaran active debate (debat aktif)
2. Model pembelajaran index card macth
3. Model pembelajaran berbasis produk
Apabila situasi dan kondisi tidak memungkinkan

Moda Pembelajaran Daring


Metode Pembelajaran
1. Metode pembelajaran saintifik, yakni membaca,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan.
2. Metode belajar kolaboratif
3. Teknik berpasangan sesuai bangku tempat duduk.
4. Teknik penugasan individu dan atau kelompok
Catatan khusus:
Apabila aktivitas pembelajaran dilakukan jarak jauh
(dalam jaringan) maka diberikan alternatif sebagai
berikut: menggunakan model pembelajaran question
student have dengan aplikasi meeting online seperti
microsot teams, zoom meeting, google meet, webex,
dan sejenisnya. Atau menggunakan akun media sosial
seperti facebook, instagram, telegram, whatsapp dan
sejenisnya.
Asesmen Non Kognitif dan Kognitif
Sumber Pembelajaran Buku Paket, Modul, Lembar kerja siswa, Internet dan Lainnya
1. Api Sejarah 1, karya Ahmad Mansyur Suryanegara
2. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar
Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, karya
Azyumardi Azra
3. Sejarah Islam di Nusantara, karya Michael Lafan
4. Kumpulan Pahlawan Indonesia, karya Mirnawati
Bahan dan Alat Praktik Kertas HVS, Tinta printer, PC/Laptop atau Smartphone dengan aplikasi Ms.
Pembelajaran Office. Gambar komponen lingkungan
Media Pembelajaran PPT, video pembelajaran, Internet
PERTEMUAN 1 DARING (135 MENIT)
Kegiatan Awal Pendahuluan
(10 menit) a) Mempersiapkan alat peraga/media/bahan berupa laptop, LCD
projector, speaker active, laptop, Multimedia Pembelajaran Interaktif
(MPI), handphone, kamera, kertas karton, spidol warna atau medialain.
b) Guru membuka pelajaran dengan salam dan meminta peserta didik
untuk berdoa bersama-sama, tadarus Al-Qur`an, memperhatikan
kesiapan peserta didik, memeriksa kehadiran, kerapihan, dan posisi
tempat duduk peserta didik.
c) Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan yang
terkait dengan materi pelajaran, menyampaikan cakupan materi,
tujuan pembelajaran, dan kegiatan yang akan dilakukan, serta
lingkup dan teknik penilaian.
d) Mengkondisikan peserta didik agar duduk sesuai kelompoknya
masing-masing.
Kegiatan Inti Kegiatan Inti
(110 menit) a) Guru meminta peserta didik untuk mengamati infograis. Infograis
tersebut berisi materi tentang meneladani peran ulama penyebar
ajaran Islam di Indonesia.
b) Guru memberikan informasi tambahan untuk memperkuat
pemahaman peserta didik terhadap infograis tersebut.
c) Guru meminta peserta didik untuk mengamati gambar (tadabur)
dan menuliskan pesan-pesan moral pada setiap gambar.
d) Guru meminta peserta didik untuk membaca kisah inspiratif terkait
dengan materi pelajaran, yakni kisah gadis penjual susu.
e) Peserta didik diminta menuliskan nilai-nilai keteladanan dari kisah
inspiratif tersebut di buku masing-masing.
f) Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk mulai membahas
materi pelajaran dan aktivitas-aktivias didalamnya pada rubrik
“Wawasan Keislaman”. Pada bab 5 ini digunakan 3 metode
pembelajaran yang dibagi untuk 3 pekan atau 9 jam pelajaran, yaitu:
1) Pertemuan pertama menggunakan model pembelajaran active
debate (debat aktif).
Langkah-langkah model pembelajaran active debate (debat
aktif) pada materi ini adalah sebagai berikut:
a) Peserta didik menuliskan sebuah pernyataan yang berkaitan
dengan materi pelajaran.
b) Guru membagi peserta didik menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok “pro” dan “kontra”.
c) Guru meminta masing-masing kelompok untuk membuat
yel-yel dan mendemonstrasikan di depan kelas.
d) Masing-masing kelompok menentukan juru bicara untuk
menyampaikan argumen pembuka.
e) Peserta didik menghentikan debat dan kembali ke
kelompoknya masing-masing untuk mempersiapkan
argumen sanggahan terhadap argumen pembuka. Masingmasing
kelompok menentukan juru bicara lain untuk
menyampaikan argumen sanggahan.
f) Debat kembali dilanjutkan. Masing-masing juru bicara
menyampaikan argumen sanggahan (counter argument).
Saat debat berlangsung, anggota kelompok mencatat poin
penting sebagai bahan menyusun argumen bantahan.
g) Guru meminta anggota kelompok untuk bersorak, tepuk
tangan dan memperagakan yel untuk mendukung juru
bicara masing-masing.
h) Guru mengakhiri debat pada saat yang tepat, yakni ketika
masing-masing kelompok telah menyampaikan semua
argumen.
i) Guru menyampaikan poin-poin penting dari proses debat
tersebut dan mengaitkannya dengan materi pelajaran.
Kegiatan Penutup 1. Mengevaluasi rangkaian aktivitas pembelajaran dan menyusun
(10 Menit) rangkuman
2. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
3. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas
4. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya
Referensi Buku Paket, Modul, Lembar kerja siswa, Internet dan Lainnya
1. Api Sejarah 1, karya Ahmad Mansyur Suryanegara
2. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar
Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, karya
Azyumardi Azra
3. Sejarah Islam di Nusantara, karya Michael Lafan
4. Kumpulan Pahlawan Indonesia, karya Mirnawati
Refleksi 1. Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran?
2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi
dengan baik?
5. Apakah seluruh siswa dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
Lembar Kegiatan Lembar aktivitas (rangkuman materi)

PERTEMUAN 2 DARING (135 MENIT)


Kegiatan Awal Pendahuluan
(10 menit) a) Mempersiapkan alat peraga/media/bahan berupa laptop, LCD
projector, speaker active, laptop, Multimedia Pembelajaran Interaktif
(MPI), handphone, kamera, kertas karton, spidol warna atau medialain.
b) Guru membuka pelajaran dengan salam dan meminta peserta didik
untuk berdoa bersama-sama, tadarus Al-Qur`an, memperhatikan
kesiapan peserta didik, memeriksa kehadiran, kerapihan, dan posisi
tempat duduk peserta didik.
c) Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan yang
terkait dengan materi pelajaran, menyampaikan cakupan materi,
tujuan pembelajaran, dan kegiatan yang akan dilakukan, serta lingkup
dan teknik penilaian.
d) Mengkondisikan peserta didik agar duduk sesuai kelompoknya
masing-masing.
Kegiatan Inti (110 Pertemuan kedua menggunakan model pembelajaran index
menit) card match.
Langkah-langkah model pembelajaran index card match
sebagai berikut:
a) Guru menyiapkan potongan kertas sejumlah peserta didik,
kemudian memotong kertas tersebut menjadi dua bagian yang
sama. Setengah bagian berisi pertanyaan, setengahnya lagi berisi
jawaban.
b) Guru mengocok kertas hingga tercampur antara soal dan jawaban.
c) Peserta didik diminta mengambil satu bagian kertas, dan
menjelaskan bahwa kertas tersebut memiliki pasangan.
d) Peserta didik diminta mencari pasangannya. Jika sudah berhasil
menemukan pasangannya, guru meminta peserta didik untuk
membacanya di depan kelas secara berpasangan.
e) Bersama-sama dengan peserta didik, guru membuat kesimpulan.
Kegiatan Penutup 1. Mengevaluasi rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasilnya serta
(15 menit) manfaat pembelajaran
2. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
3. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya
Referensi Buku Paket, Modul, Lembar kerja siswa, Internet dan Lainnya
1. Api Sejarah 1, karya Ahmad Mansyur Suryanegara
2. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar
Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, karya
Azyumardi Azra
3. Sejarah Islam di Nusantara, karya Michael Lafan
4. Kumpulan Pahlawan Indonesia, karya Mirnawati
Refleksi 1. Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran?
2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi
dengan baik?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
Lembar Kegiatan Lembar hasil aktivitas (PPT)

PERTEMUAN 3 DARING (135 MENIT)


Kegiatan Awal Pendahuluan
(10 menit) a) Mempersiapkan alat peraga/media/bahan berupa laptop, LCD
projector, speaker active, laptop, Multimedia Pembelajaran Interaktif
(MPI), handphone, kamera, kertas karton, spidol warna atau medialain.
b) Guru membuka pelajaran dengan salam dan meminta peserta didik
untuk berdoa bersama-sama, tadarus Al-Qur`an, memperhatikan
kesiapan peserta didik, memeriksa kehadiran, kerapihan, dan posisi
tempat duduk peserta didik.
c) Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan yang
terkait dengan materi pelajaran, menyampaikan cakupan materi,
tujuan pembelajaran, dan kegiatan yang akan dilakukan, serta lingkup
dan teknik penilaian.
d) Mengkondisikan peserta didik agar duduk sesuai kelompoknya
masing-masing.
Kegiatan Inti (110 Pertemuan ketiga menggunaan model pembelajaran berbasis produk
menit) Langkah-langkah model pembelajaran berbasis produk adalah:
a) Guru mengajukan pertanyaan tentang sejarah sejarah masuknya
agama Islam di Indonesia dan perkembangan Islam di Indonesia.
b) Guru bersama peserta didik merancang untuk membuat bagan
timeline terkait materi.
c) Menyusun jadwal yang berisi target waktu penyelesaikan
pembuatan bagan timeline.
d) Guru memantau aktivitas peserta didik dan kemajuan hasil produk
e) Menilai hasil produk untuk mengukur ketercapaian kriteria
ketuntasan minimal.
f) Mengevaluasi pengalaman saat merancang dan membuat produk
g) Guru bersama-sama peserta didik melakukan releksi.
h) Guru meminta peserta didik untuk membaca rangkuman yang
berisi poin-poin penting materi.
Kegiatan Penutup 1. Mengevaluasi rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasilnya serta
(15 menit) manfaat pembelajaran
2. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
3. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya
Referensi Buku Paket, Modul, Lembar kerja siswa, Internet dan Lainnya
1. Api Sejarah 1, karya Ahmad Mansyur Suryanegara
2. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar
Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, karya
Azyumardi Azra
3. Sejarah Islam di Nusantara, karya Michael Lafan
4. Kumpulan Pahlawan Indonesia, karya Mirnawati
Refleksi 1. Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran?
2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi
dengan baik?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apa strategi agar seluruh siswa dapat menuntaskan kompetensi?
Lembar Kegiatan Lembar hasil aktivitas (PPT)

LAMPIRAN
Meneladani Peran Ulama Penyebar Ajaran Islam di
Indonesia

Wawasan Keislaman

Tahukah kalian bahwa kedatangan Islam di Indonesia berkat jasa para ulama yang menyebarkan
Islam secara damai. Sehingga mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Penting untuk
kalian ketahui bahwa Islam di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dengan Islam di
Mesir, Arab Saudi dan lain sebagainya. Hal ini terkait dengan sejarah masuknya Islam di
Indonesia yang memiliki lintasan garis sejarahnya tersendiri.
Perlu kalian pahami bahwa agama Islam mudah diterima oleh penduduk Indonesia dikarenakan
mudahnya syarat-syarat untuk masuk agama Islam. Untuk menjadi seorang muslim, seseorang
cukup mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu syahadat tauhid dan syahadat rasul. Di samping
itu, Islam disebarkan oleh para da’i dengan cara damai. Kegigihan dan semangat para juru
dakwah melalui berbagai saluran islamisasi di Indonesia juga berperan penting terhadap
keberhasilan dakwah di Indonesia.
Untuk memahami sejarah dan peran para ulama dalam penyebaran Islam di Indonesia, simaklah
uraian berikut ini!
1. Masuknya Agama Islam di Indonesia
Kapan Islam masuk ke Nusantara Indonesia?. Siapakah yang membawa Islam ke Nusantara
Indonesia?. Daerah mana di antara pulau-pulau di Nusantara yang merupakan daerah pertama
masuknya Islam?. Pertanyanpertanyaan tersebut selalu memunculkan beragam pendapat dan
jawaban dari para sejarawan. Wilayah Nusantara sangat luas, posisi geograisnya terletak di
persimpangan jalur perdagangan antara India, Cina dan Arabia. Maka sulit untuk memastikan
wilayah mana yang pertama kali menerima ajaran Islam. Oleh karena itu, ada beberapa teori
tentang masuknya agama Islam di Indonesia sebagaimana diungkapkan oleh Ahmad Mansyur
Suryanegara dalam buku “Api Sejarah Jilid 1”. Teori-teori tersebut yaitu
a. Teori Gujarat oleh Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje
Menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat. Snouck Hurgronje
berkeyakinan bahwa tidak mungkin Islam masuk ke Indonesia langsung berasal dari
Arabia tanpa melalui ajaran tasawuf yang berkembang diGujarat, India. Wilayah Kerajaan
Samudra Pasai merupakan daerah pertama penerima ajaran agama Islam, yakni pada abad
ke-13 Masehi. Teori ini tidak menjelaskan secara rinci antara masuk dan berkembangnya
Islam di wilayah ini. Tidak ada penjelasan mengenai mazhab apa yang berkembang di
Samudra Pasai. Maka muncul pertanyaan besar, mungkinkah saat Islam datang langsung
mampu mendirikan kerajaan yang memiliki kekuasaan politik besar?
b. Teori Makkah oleh Prof. Dr. Buya Hamka
Buya Hamka menggunakan berita yang diangkat dari Berita Cina Dinasti Tang
sebagai acuan teori ini. Menurutnya, Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi.
Berdasarkan Berita Cina Dinasti Tang, ditemukan pemukiman saudagar Arab di wilayah
pantai barat Sumatera. Dari sini disimpulkan Islam dibawa masuk ke Indonesia oleh para
saudagar yang berasal dari Arab. Jika kita perhatikan, kerajaan Samudra Pasai didirikan
pada abad ke-13 M atau tahun 1275 M, artinya bukan awal masuknya Islam tetapi
merupakan perkembangan agama Islam.
c. Teori Persia oleh Prof. Dr. Husein Djajadiningrat
Menurut teori ini, Islam masuk dari Persia dan bermazhab Syi’ah. Pendapat ini
didasarkan pada sistem mengeja bacaan huruf Al-Qur`an, terutama di Jawa Barat yang
menggunakan ejaan Persia. Teori ini dipandang lemah, karena tidak semua pengguna
sistem baca tersebut di Persia sebagai penganut Syi’ah. Pada saat itu, Baghdad sebagai ibu
kota Kekhalifahan Bani Abbasiyah yang mayoritas khalifahnya merupakan penganut
Ahlussunnah wal Jama’ah. Lebih dari itu, adanya fakta bahwa mayoritas muslim Jawa
Barat bermazhab Syai’i sekaligus berpaham Ahlussunnah wal Jama’ah, bukan pengikut
Syi’ah.

d. Teori Cina oleh Prof. Dr. Slamet Muljana


Menurut Slamet Muljana, Sultan Demak merupakan keturunan Cina, lebih dari itu
menurutnya, Wali Songo juga merupakan keturunan Cina. Pendapat ini didasarkan pada
Kronik Klenteng Sam Po Kong. Misalnya, Sultan Demak Panembahan Fatah dalam
Kronik Klenteng Sam Po Kong bernama Panembahan Jin Bun. Sultan Trenggana
disebutkan dengan nama Tung Ka Lo. Sedangkan Wali Songo, Sunan Ampel dengan
nama Bong Swi Hoo, Sunan Gunung Jati dengan nama Toh A Bo. Perlu diketahui bahwa
menurut kebudayaan Cina, penulisan sejarah yang terkait dengan penulisan nama tempat
dan nama orang yang bukan dari negeri Cina, juga ditulis menurut bahasa Cina. Maka
sangat mungkin seluruh nama nama raja Majapahit juga dicinakan dalam Kronik Klenteng
Sam Po Kong Semarang. Pertanyaannya, mengapa nama Sultan Demak dan para Wali
Songo yang dicinakan dalam Kronik Klenteng Sam Po Kong dianggap sebagai orang
Cina?. Tentu hal ini merupakan salah satu titik kelemahan teori ini.
e. Teori Maritim oleh N.A. Baloch
Walaupun di Makkah dan Madinah terjadi perang selama kurun waktu sepuluh
tahun antara 1-11 H/622-623 M, namun tidak memutuskan jalur perdagangan laut yang
sudah menjadi tradisi sejak lama. Jalur perdagangan tersebut adalah jalur antara Timur
Tengah, India dan Cina. Hubungan perdagangan ini semakin lancar pada masa Khulafaur
Rasyidin (11-41 H/632-661 M). Banyak juga para sahabat Nabi Saw. yang berdakwah
keluar Madinah, bahkan di luar Jazirah Arab. Menurut N.A. Baloch, hal itu terjadi karena
umat Islam memiliki kemampuan dalam penguasaan perniagaan melalui jalur maritim.
Melalui jalur ini, yakni pada abad ke-1 H atau abad ke-7 M, agama Islam dikenalkan di
sepanjang jalur niaga di pantai-pantai tempat persinggahannya. Proses pengenalan ajaran
Islam ini, berlangsung selama kurun waktu abad ke-1 sampai abad ke-5 H/7-12 M. Fase
berikutnya adalah pengembangan agama Islam, terjadi mulai abad ke-6 H sampai ke
pelosok Indonesia. Saudagar pribumi berperan penting dalam proses pengembangan
agama Islam di pedalaman-pedalaman. Dimulai dari Aceh pada abad ke-9 M dan diikuti
tumbuh dan berkembangnya kerajaan Islam di berbagai wilayah. 2. Perkembangan
Kesultanan di Indonesia Masa perkembangan agama Islam adalah kurun waktu pada saat
umat Islam telah membangun kesultanan sebagai bentuk kekuasaan politik. Sebagai
contoh, kesultanan Samudra Pasai di Sumatera Utara pada abad ke-13 M, kesultanan
Leran di Gresik Jawa Timur pada abad ke-11 M.Perkembangan Islam di Indonesia
semakin meluas seiring dengan banyaknya raja-raja Hindu yang memeluk Islam. Dengan
demikian, terbentuklah kesultanan Islam di berbagai wilayah di Indonesia. Istilah kerajaan
berubah menjadi kesultanan, dan istilah raja berubah menjadi sultan. Salah satu motif para
raja memeluk Islam adalah untuk mempertahankan kekuasaannya, karena mayoritas
rakyatnya sudah memeluk Islam terlebih dahulu. Rakyat berbondong-bondong masuk
Islam karena syarat masuk Islam sangat mudah, lebih dari itu Islam tidak mengenal sistem
kasta. Islam dianggap sebagai agama pembebas bagi rakyat jelata. Tumbuhnya kesultanan
Islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sebab timbulnya politik di luar Indonesia.
Periode Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abbassiyah, Fathimiyah hingga
Kesultanan Turki Ustmani. Kemudian diikuti dengan runtuhnya pengaruh Hindu Budha di
India, dan munculnya Kerajaan Moghul. Perkembangan Islam di Peking, Cina
berpengaruh terhadap pertumbuhan masjid, pesantren baik di dalam maupun di luar pulau
Jawa. Untuk mengetahui perkembangan Mazhab Syai’i yang dianut mayoritas oleh
masyarakat Indonesia termasuk di Kesultanan Samudra Pasai, dapat diketahui dari catatan
Ibnu Batutah (penjelajah muslim dari Maroko yangbernama lengkap Abu Abdullah
Muhammad bin Abdullah al-Lawati at-Tanjibin Batutah) yang pernah berkunjung ke
Kesultanan Samudra Pasai pada tahun 745-746 H/1345 M. Pada catatan tersebut
dijelaskan bahwa di Gujaratberkembang Mazhab Syi’ah. Sedangkan kesultanan Samudra
Pasai adalah bermazhab Syai’i.Perbedaan mazhab antara Gujarat dan Samudra Pasai
inilah yang dijadikan alasan oleh Buya Hamka untuk menolak teori Gujarat. Jika benar
bahwa agama Islam berasal dari Gujarat seperti pendapat Snouck Hurgronje dan wilayah
pertama penerima ajaran Islam adalah Samudra Pasai maka dapat dipastikan bahwa
Samudra Pasai akan bermazhab Syi’ah. Menurut Ibnu Batutah, kesultanan Samudra Pasai
bermazhab Syai’i, bukan mazhab Syi’ah. Oleh karena itu, Buya Hamka berkeyakinan
bahwa Islam dibawa langsung oleh Saudagar dari Makkah, bukan dari Gujarat. Sejarawan
Belanda pada masa kolonial membagi periodisasi sejarah Indonesia menjadi (1) Zaman
Animisme dan Dinamisme, (2) Zaman Hinduisme dan Buddhisme, (3) Zaman Islamisme,
(4) Zaman Katolikismedan Protestanisme. Bertolak dari periodisasi ini, sejarah Islam
dituliskan setelah kerajaan Majapahit mengalami kemunduran pada abad ke-15 M, tidak
dijelaskan bahwa sejak abad ke-7 agama Islam sudah mulai didakwahkan di Indonesia.
Akibatnya, Islam dianggap baru masuk dan dikenal oleh masyarakat Indonesia pada abad
ke-15 M. Dibuktikan dengan berdirinya Kesultanan Demak, dan kiprah Wali Songo dalam
menyebarkan Islam pada abad ke-15. Padahal abad ke-15 M termasuk periode
perkembangan Islam di Indonesia, bukan periode masuknya agama Islam ke Indonesia
yang terjadi pada kurun waktu abad ke-7 M/1 H.
2. Tokoh Penyebar Ajaran Islam di Indonesia
Banyak tokoh, ulama dan sultan yang berperan aktif dalam penyebaran Islam di
wilayahnya masing-masing.
a. Sultan Malik al-Saleh (1267 – 1297 M)
Meurah Silu atau Sultan Malik al-Saleh merupakan pendiri dan raja pertama
Samudra Pasai (berdiri pada tahun 1267 M). Meurah Silu memeluk Islam berkat
pertemuannya dengan Syekh Ismail dari Mekah. Setelah masuk Islam, Meurah Silu
bergelar Sultan Malik al-Saleh, dan berkuasa selama 29 tahun. Kesultanan Samudra Pasai
merupakan gabungan dari Kerajaan Peurlak dan Kerajaan Pase. Sultan Malik al-Saleh
merupakan tokoh penyebar Islam di Nusantara dan Asia Tenggara. Hal ini disebabkan
oleh kuatnya pengaruh kekuasaan Samudra Pasai di bawah kepemimpinan Sultan Malik
al-Saleh. Semasa berkuasa, sempat menerima kunjungan dari Marco Polo. Dan menurut
catatan Marco Polo, Sultan Malik al-Saleh merupakan raja yang kaya dan kuat
pengaruhnya. Beliau wafat pada tahun 1297 M, dan kepemimpinan Samudra Pasai
digantikan oleh Sultan Muhammad Malik al-Zahir (1297-1326 M). Sultan Malik al-Saleh
dimakamkan di desa Beuringin Kecamatan Samudra, kira-kira 17 km sebelah timur
Lhokseumawe. Di nisan Sultan Malik al-Saleh tertulis aksara Arab, yang terjemahnya “ini
adalah makam almarhum yang diampuni, yang kuat dalam beribadah, sang penakluk yang
bergelar Sultan Malik al- Saleh”.
b. Sultan Ahmad (1326 – 1348 M)
Beliau merupakan sultan Samudera Pasai yang ketiga, bergelar Sultan Malik al-
hahir II. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Samudra Pasai dikunjungi oleh seorang
penjelajah dari Maroko, yaitu Ibnu Batutah. Menurut catatan Ibnu Batutah, Sultan Ahmad
sangat memperhatikan perkembangan dan kemajuan agama Islam. Beliau berusaha keras
untuk menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di sekitar Samudra Pasai.
c. Sultan Alaudin Riayat Syah (1538 – 1571 M)
Beliau merupakan sultan Aceh ketiga, terkenal sebagai peletak dasar-dasar
kejayaan Kesultanan Aceh. Hubungan baik dengan Kesultanan Turki Utsmani dan
kerajaan-kerajaan Islam lainnya menjadikan pemerintahannya semakin kuat. Bahkan
militer Kesultanan Aceh terkenal handal karena mendapat bantuan dari Kesultanan Turki
Utsmani. Sultan Alaudin Riayat Syah berperan dan berjasa dalam penyebaran Islam di
wilayah Aceh. Beliau mendatangkan ulama-ulama dari Persia dan India untuk
mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh. Setelah terbentuk kaderkader pendakwah,
selanjutnya dikirim ke daerah pedalaman Sumatera untuk menyampaikan ajaran Islam.
Bahkan pada masa kepemimpinannya, ajaran Islam sampai ke Minangkabau dan
Indrapura.

d. Wali Songo (1404 – 1546 M)


Wali Songo merupakan sembilan wali atau sunan yang menjadi pelopor
penyebaran Islam di Pulau Jawa. Mereka adalah (1) Maulana Malik Ibrahim (Sunan
Gresik), (2) Raden Rahmat (Sunan Ampel), (3) Maulana Makdum Ibrahim (Sunan
Bonang), (4) Raden Paku (Sunan Giri), (5) Syarifuddin (Sunan Drajat), (6) Raden Mas
Syahid (Sunan Kalijaga), (7) Ja’far Shadiq (Sunan Kudus), (8) Raden Umar Said (Sunan
Muria), (9) Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Mereka menggunakan berbagai
saluran dakwah, di antaranya kebudayaan, kesenian, pendidikan, pernikahan,
perdagangan, dan politik. Penyebaran Islam di seluruh wilayah Nusantara dipengaruhi
oleh jalur perdagangan dari berbagai negara, seperti Persia, India, dan Arab. Selain
berdagang, mereka juga berdakwah untuk menyebarkan ajaran Islam. Selain itu, proses
dakwah Islam melalui pesantren yang digagas oleh Wali Songo sangat efektif untuk
menyebarkan Islam ke pelosok pedesaan.
e. Sultan Alauddin
Sultan Alauddin, nama aslinya adalah I Manga’rangi Daeng Manrabbia,
dinobatkan sebagai raja Gowa pada usia tujuh tahun. Beliau termasuk tokoh yang berjasa
besar pada penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Beliau merupakan raja Gowa pertama
yang masuk Islam bersama raja Tallo. Oleh karenanya, rakyat Gowa-Tallo secara
bertahap memeluk agama Islam. Penyebaran agama Islam pada masa pemerintahan Sultan
Alauddin mencapai daerah Buton dan Dompu (Sumbawa). Termasuk berhasil
mengislamkan kerajaan Soppeng, Wajo, dan Bone. Penyebaran agama Islam di Gowa
juga atas perjuangan dakwah dari Datuk Ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal),
seorang ulama dari Minangkabau.
f. Datuk Tunggang Parangan
Datuk Tunggang Parangan atau Habib Hasyim bin Musyayakh bin Abdullah bin
Yahya merupakan seorang ulama Minangkabau yang berdakwah di Kutai Kartanegara.
Beliau berdakwah bersama sahabatnya, Datuk Ri Bandang pada masa pemerintahan Raja
Aji Mahkota (1525 – 1589). Berkat dakwah Datuk Tunggang Parangan, akhirnya Raja Aji
Mahkota memeluk Islam dan diikuti oleh keluarga kerajaan serta rakyat Kutai
Kartanegara. Kerajaan Kutai Kartanegara berubah nama menjadi Kesultanan Kutai
Kartanegara. Agama Islam berkembang pesat pada masa ini, bahkan undangundang
negara berlandaskan pada ajaran Islam. Datuk Tunggang Parangan berdakwah di Kutai
hingga akhir hayatnya. Setelah wafat, beliau dimakamkan di Kutai Lama, Kecamatan
Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
g. Sultan Zainal Abidin
Beliau memerintah Kesultanan Ternate pada kurun waktu 1486-1500 M. Sejak
usia belia, beliau mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya, dan dari seorang ulama
bernama Datuk Maulana Hussein. Setelah dinobatkan menjadidiikuti raja, beliau
menjadikan Islam sebagai landasan resmi bernegara, hingga kerajaan Ternate berubah
nama menjadi Kesultanan Ternate. Sultan Zainal Abidin berangkat ke Pulau Jawa pada
tahun 1494 M untuk memperdalam ilmu agama di Pesantren Sunan Giri, Jawa Timur.
Sekembalinya dari Jawa, beliau mengajak ulama-ulama terkemuka , di antaranya
Tuhubahanul untuk membantu dakwah di seluruh Maluku. Salah satu peran terpenting
Sultan Zainal Abidin dalam penyebaran agama Islam adalah mendirikan pesantren-
pesantren dengan pengajar yang didatangkan langsung dari Jawa. Selain itu, beliau juga
mendirikan Jolebe atau Bobato Akhirat yang bertugas membantu Sultan dalam mengawasi
pelaksanaan syariat Islam di Kesultanan Ternate. Akhirnya, gerakan islamisasi yang
dilakukan oleh Sultan Zainal Abidin ini diikuti dan ditiru oleh raja-raja lain di Maluku.
Selain tokoh-tokoh di atas, masih banyak ulama yang berjasa menyebarkan agama Islam
di Indonesia sejak abad ke-18 sampai masa kontemporer. Di antaranya adalah Abdul
Sayyid Abdul Rahman Abdul Shamad al-Palimbani (berasal dari Palembang, Sumatera
Selatan), Syaikh Mahfudz al-Termasi (berasal dari Termas, Jawa Timur), Syaikh Nawawi
al-Bantani (berasal dari Banten), dan Syaikh Muhammad Yasin bin Isa al-Padani (berasal
dari Padang, Sumatera Barat). Ada juga ulama Indonesia yang bermukim di Makkah,
yakni Syaikh Ismail al-Minangkabawi dan Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Keduanya
memiliki jasa besar terhadap penyebaran Islam di Nusantara melalui para muridnya.
Muridmurid tersebut adalah (1) Berasal dari Banten; Nawawi, Abdul Karim, Marzuqi,
Ismail, Arsyad bin As’ad dan Arsyad bin Alwan. (2) Berasal dari Priangan; Mahmud dan
Hasan Mustafa, (3) Berasal dari Batavia; Mujitaba, ‘Aydarus, dan Junayd. (4) Berasal dari
Sumbawa; Umar dan Zainudin. Ketiga belas ulama tersebut ada yang kembali ke
Nusantara, adapula yang menetap (mukimin) di Haramain. Meskipun menjadi mukimin di
sana, mereka tetap ikut andil dalam menyebarkan Islam di Indonesia. Kebanyakan ulama
yang disebutkan di atas merupakan penulis-penulis hebat dengan karya momumental.
Karya para ulama tersebut ditulis dalam bahasa Arab, Melayu, Jawa, atau bahasa lokal
lainnya. Dan saat ini banyak yang dicetak ulang di Indonesia. Di antara karya ulama-
ulama Indonesia yaitu

3. Keteladanan Para Ulama Penyebar Ajaran Islam di Indonesia


Banyak nilai-nilai keteladanan dari para tokoh penyebar Islam di Indonesia. Di
antara nilai keteladanan tersebut adalah
a. Hidup sederhana
Para ulama penyebar Islam di Indonesia hidup secara sederhana dan bersahaja,
meskipun hartanya melimpah. Mereka menyedekahkan semua harta, dengan terlebih
dahulu mengambil secukupnya untuk kebutuhan pokok. Allah Swt. memerintahkan orang-
orang beriman agar menyedekahkan hartanya sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-
Baqarah/2: 267 berikut ini.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih
yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha
Terpuji”. (Q.S. al-Baqarah/2:267).
Perintah Allah Swt. di atas sudah dilakukan oleh para sahabat Nabi Saw., seperti Abu Bakar r.a.,
Ustman bin Afan r.a., Umar bin Khattab r.a., Ali bin Abi halib r.a. dan sahabat lainnya. Mereka
gemar bersedekah, dan menjalani hidup secara sederhana. Berkat kesederhanaan para ulama
penyebar Islam di Indonesia, perjuangan dakwah menunjukkan hasil luar biasa. Banyak rakyat
jelata, masyarakat miskin, orang awam dengan suka rela memeluk agama Islam. Akhlak para
ulama ini patut dicontoh oleh semua kaum muslimin. Apalagi saat ini gaya hidup modern,
hedonism, dan materialism sangat kuat mempengaruhi masyarakat. Seperti diketahui bahwa
manusia akan selalu digoda oleh hawa nafsu untuk menguasai dunia. Ibarat minum air laut,
semakin diminum akan semakin haus. Menuruti keinginan hawa nafsu duniawi tidak akan ada
selesainya. Hari ini memiliki emas, esok ingin merengkuh berlian. Ketika berlian sudah dimiliki,
kepuasan hanya sekejap saja, karena akan terus merasa kurang. Memiliki gadget bagus, tapi
merasa kurang karena melihat gadget orang lain lebih bagus, demikian seterusnya. Sungguh tak
akan ada yang mampu menghentikan keinginan tak berujung ini, kecuali kematian. Saat itulah,
semua ambisi duniawi sirna seketika. Ia meninggalkan dunia ini dengan membawa beberapa
lembar kain kafan saja. Rumah, emas, berlian, jabatan, keluarga dan semua isi dunia ini
ditinggalkan begitu saja. Padahal selama hidup di dunia, ia mati-matian untuk meraihnya.
b. Gigih dalam berjuang
Untuk meraih keberhasilan dalam menyebarkan Islam di Indonesia diperlukan
kegigihan dan tekad kuat. Ulama penyebar Islam di Indonesia telah menunjukkan sikap
bersemangat pantang menyerah, gigih dalam memperjuangan ajaran Islam. Tak dapat
dipungkiri, untuk meraih suatu cita-cita dibutuhkan pengorbanan dan perjuangan panjang.
Hambatan dan tantangan bukan untuk ditakuti, tapi diselesaikan dengan cara yang tepat.
Allah Swt. tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang
mengubahnya. Hal ini sesuai irman Allah Swt. dalam Q.S. ar-Ra’d/13:11 berikut ini

Artinya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,


dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S.
ar-Ra’d/13: 11)
Para ulama lebih mengutamakan kelancaran dakwah daripada kepentingan pribadi dan
keluarganya. Kesenangan duniawi diabaikan demi keberhasilan dakwah. Medan dakwah
yang berat berupa lautan, hutan belatara, dan ancaman musuh tidak menyurutkan tekad
perjuangan dakwah. Mereka optimis mampu melaksanakan tugas dakwah dengan baik.
Kegigihan dalam berjuang harus diikuti dengan sifat optimis dan tawakal kepada Allah
Swt. Semua keberhasilan merupakan karunia Allah Swt. yang harus disyukuri, sedangkan
kegagalan harus diatasi dengan tawakal kepada-Nya. Semua kesulitan dakwah pasti ada
jalan keluarnya. Allah Swt. akan membimbing hamba-Nya yang bersungguh-sungguh
berjalan di atas kebenaran.
c. Menguasai ilmu agama secara luas dan mendalam
Menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat yang sudah beragama bukanlah
persoalan mudah. Adat dan budaya lokal sudah mentradisi begitu kental di masyarakat.
Para ulama melakukan penyesuaian ajaran Islam dengan tradisi lokal tersebut, tanpa
menghilangkan adat yang sudah berlaku di masyarakat. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh
ulama dengan penguasaan ilmu agama yang mumpuni, luas dan mendalam. Semua itu
diperoleh karena ketekunan belajar ilmu agama kepada ahlinya. Mereka berguru kepada
para ulama yang jalur keilmuannya bersambung sampai kepada Rasulullah Saw.
Belajarnya juga tidak instan, namun terprogram melalui tahapan-tahapan yang jelas. Dari
ilmu-ilmu dasar hingga mencapai ilmu yang tinggi. Ditempuh dalam kurun waktu yang
cukup lama. Hal ini penting untuk ditiru oleh seseorang yang ingin belajar ilmu agama.
Harus ada di antara kaum muslimin yang menekuni ilmu agama (tafaqquh iddin). Hal ini
sesuai irman Allah Swt. dalam Q.S. at-Taubah/9:122 berikut ini.

Belajar ilmu agama harus melalui seorang guru yang jalur keilmuannya bersambung
sampai Rasulullah Saw. Harus dihindari belajar ilmu agama secara otodidak atau melalui
media internet tanpa mengkonirmasi kebenaran dan keshahihan isinya kepada para alim
ulama, kyai atau ustadz. Jika ini dilakukan maka akan berpotensi tersesat dan
menyesatkan.
d. Produktif berkarya
Para ulama sangat produktif berkarya lewat ilmu pengetahuan dan amal saleh.
Banyak kitab dan tulisan karya mereka yang terus menerus dipelajari oleh santri hingga
saat ini. Karya-karya tersebut merupakan wujud kepedulian para ulama dalam
menyelamatkan generasi penerus agar terjaga akidahnya dari pengaruh ajaran sesat. Para
ulama berusaha meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mendokumentasikan
pemikirannya melalui sebuah kitab. Hal ini merupakan bentuk amal jariyah yang akan
terus dikenang sepanjang hayat oleh generasi setelahnya. Nilai manfaat dari karya tersebut
dapat diperoleh dengan cara membaca dan mempelajarinya, sehingga menambah
wawasan dan khazanah keagamaan. Dalam hal ini, budaya literasi yang dipraktikkan oleh
para ulama harus dijadikan inspirasi oleh umat Islam. Membaca dan menulis merupakan
dua aktivitas dasar dalam menerapkan budaya literasi. Di era revolusi industri 4.0 saat ini,
literasi di bidang teknologi harus terus menerus digelorakan. Hal ini dikarenakan
kreativitas dan inovasi teknologi modern sangat penting untuk menopang
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

e. Sabar
Ujian dan cobaan yang dialami oleh para ulama penyebar Islam di Indonesia
berhasil dilalui dengan kesabaran. Salah satu hikmah adanya ujian tersebut adalah dapat
diketahui tingkat keimanan seseorang. Allah Swt. hendak menguji siapakah di antara
hamba-Nya yang terbaik amal-amalnya. Seorang pendakwah harus memiliki tingkat
kesabaran tinggi karena menghadapi umat yang memiliki keragaman budaya, etnis,
tingkat pendidikan, dan kepribadian. Seseorang akan diuji oleh Allah Swt. sesuai dengan
tingkat keimanannya. Semakin tinggi keimanan, maka semakin berat ujian dari Allah Swt.
Keimanan dan kesabaran adalah dua sisi yang menyatu, tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, diibaratkan seperti kepala dan badan. Manusia yang paling berat ujiannya adalah para
nabi, kemudian para wali dan seterusnya sampai pada derajat orang awam. Pahala sifat
sabar sangatlah besar, dan hanya Allah Swt. yang mengetahuinya. Hal ini seperti irman
Allah Swt. dalam Q.S. az-Zumar/39:10 berikut ini

Kesabaran para ulama tampak jelas saat berdakwah kepada masyarakat awam. Mereka
mengajarkan ilmu agama dengan cara dan metode sederhana tapi mudah dipahami. Bukan sebatas
teori, dengan amat ringan dapat langsung
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Menghargai perbedaan
Islam secara tegas menyatakan tidak ada paksaan dalam beragama. Semua orang
dipersilahkan memilih agama dan kepercayaan masing-masing. Umat beragama saling
menghargai dan menghormati perbedaan agama, suku, ras, dan golongan. Tidak
merendahkan dan meremehkan agama dan kepercayaan orang lain. Adanya sifat merasa
paling hebat merupakan sumber kericuhan dalam kehidupan beragama. Para ulama
penyebar agama Islam di Indonesia sangat toleran terdapat budaya lokal. Masyarakat
pribumi yang memeluk agama Islam tetap diperbolehkan melakukan tradisi-tradisi lokal
yang sudah diselaraskan dengan ajaran Islam. Dengan demikian tidak ditemukan adanya
benturan antara ajaran Islam dengan budaya lokal. Justru sebaliknya, antara ajaran Islam
dengan budaya lokal mampu berjalan beriringan.Sikap toleran akan menumbuhkan rasa
persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial,
manusia harus mampu menjalin hubungan yang harmonis antar sesama warga. Sifat saling
menghargai perbedaan dapat ditumbuhkan dengan saling mengenal antar umat beragama,
ras, suku, dan golongan. Allah Swt. memerintahkan umat-Nya untuk saling mengenal,
sebagaimana irman Allah Swt. dalam Q.S. al-Hujurat/49: 13 berikut
inْi.

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnyayang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti”. (Q.S. al-Hujurat/49:13)
g. Berdakwah secara damai
Islam merupakan agama yang mengajarkan kedamaian, kasih sayang dan toleransi.
Dakwah Islam juga harus dilakukan secara damai dan bermartabat. Bukan hanya hasilnya,
dakwah Islam juga sangat memperhatikan prosesnya. Proses dakwah harus dilakukan
dengan mengedepankan dakwah secara damai, bukan dengan kekerasan dan memaksakan
kehendak. Para ulama penyebar Islam di Indonesia menyampaikan ajaran Islam dengan
penuh hikmah dan bَijaksana. Hal ini sesuai dengan Q.S. an-Nahl/16: 125 berikut ini

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang mendapat petunjuk”. (Q.S an-Nahl/16:125
Pada hakikatnya Islam menghendaki terciptanya kehidupan yang aman, tenteram dan
damai. Para ulama sudah mencontohkan hidup yang damai di tengah-tengah masyarakat.
Dakwah dilakukan secara damai, penuh rasa hormat terhadap perbedaan dan rasa
kemanusiaan. Kalau misalnya terjadi peperangan, semata-mata untuk membela dan
mempertahankan kehidupan umat Islam. Dari lisan para ulama, muncul perkataan sejuk
penuh hikmah dan doa. Bukan perkataan kasar yang bernada hinaan dan mengandung
ujaran kebencian.

1. Penilaian Sikap

A. Tulislah perilaku-perilaku yang pernah kalian lakukan sebagai bentuk


meneladani peran ulama penyebar Islam di Indonesia. Catatlah semua
yang sudah kalian lakukan di buku catatanmu!

B. Berilah tanda centang ( √ ) pada kolom berikut dan berikan alasannya!


2. Penilaian Pengetahuan
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E pada jawaban
yang paling tepat!
1. Kegigihan dan semangat para juru dakwah melalui berbagai saluran islamisasi di
Indonesia berperan penting terhadap keberhasilan dakwah di Indonesia. Salah satunya
adalah saluran kesenian tradisional. Hal ini dikarenakan … .
a. kesenian merupakan sarana unjuk kemampuan para da’i
b. masyarakat Indonesia menyukai kesenian tradisional
c. banyak seniman yang beragama non-Islam akan tersingkir
d. mengurangi resiko perbedaan pendapat di antara masyarakat
e. akan mendapatkan penghargaan dari keluarga kerajaan
2. Teori Persia yang disampaikan oleh Prof. Dr. Husein Djajadiningrat mengatakan bahwa
Islam masuk dari Persia dan bermazhab Syi’ah. Pendapat ini didasarkan pada sistem
mengeja bacaan huruf Al-Qur`an, terutama di Jawa Barat yang menggunakan ejaan
Persia. Namun teori ini memiliki kelemahan, yaitu … .
a. adanya fakta bahwa mayoritas muslim Jawa Barat bermazhab Syai’I sekaligus
berpaham Ahlussunnah wal Jama’ah, bukan pengikut Syi’ah
b. tidak ditemukan jejak peninggalan ajaran Syiah di Indonesia, khususnya di wilayah
Jawa Barat
c. Mazhab Syai’i merupakan mazhab mayoritas masyarakat Persia, baik yang merantau
ataupun yang tinggal di sana.
d. Paham Ahlussunnah wal Jama’ah dapat diterima dengan baik oleh penduduk asli
Persia yang mukim di Jawa Barat
e. Tidak ditemukan adanya pondok pesantren di Jawa Barat yang menganut Syi’ah dan
Ahlussunnah wal Jama’ah
3. Walaupun di Makkah dan Madinah terjadi perang selama kurun waktu sepuluh tahun
antara 1-11 H/622-623 M, namun tidak memutuskan jalur perdagangan laut yang sudah
menjadi tradisi sejak lama, yakni jalur antara Timur Tengah, India dan Cina. Hubungan
perdagangan ini semakin lancer pada masa Khulafaur Rasyidin. Ini menjadi bukti bahwa
….
a. umat Islam wajib menjaga keseimbangan antara hidup di dunia dan kehidupan akhirat
b. tidak ada kesempatan bagi umat lain untuk menguasi jalur laut karena ketangguhan
umat Islam
c. umat Islam memiliki kemampuan dalam penguasaan datang melalui jalur maritim
d. dunia politik akan terus berubah terus seiring dengan perkembangan teknologi modern
e. jalur laut merupakan satu-satunya jalur untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh
dunia
4. Perhatikan narasi berikut ini! Nama aslinya adalah Meurah Silu, Meurah Silu memeluk
Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail dari Mekah. Semasa berkuasa menjadi
sultan, sempat menerima kunjungan dari Marco Polo. Berdasarkan narasi tersebut, tokoh
tersebut adalah … .
a. Sultan Ahmad
b. Sultan Alaudin Riayat Syah
c. Sultan Alauddin
d. Sultan Malik al-Shaleh
e. Sultan Zainal Abdin
5. Perhatikan narasi berikut ini!
Sultan Alaudin Riayat Syah mendatangkan ulama-ulama dari Persia dan India untuk
mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh. Setelah terbentuk kader-kader pendakwah,
selanjutnya dikirim ke daerah pedalaman Sumatera untuk menyampaikan ajaran Islam.
Hikmah yang dapat diambil dari narasi tersebut adalah … .
a. setiap dakwah Islam memerlukan pengorbanan harta benda yang sangat besar
b. letak geograis sangat menentukan berhasil dan tidaknya sebuah perjalanan dakwah
c. dukungan dari masyarakat sangat diperlukan untuk menunjang kesuksesan dakwah
d. tingkat pendidikan yang rendah akan memudahkan penyebaran Islam ke wilayah
tersebut
e. kepedulian seorang pemimpin terhadap penyebaran ajaran Islam di wilayahnya
6. Perhatikan pernyataan berikut ini!
1) nama aslinya adalah I Manga’rangi Daeng Manrabbia
2) dinobatkan sebagai raja Gowa pada usia tujuh tahun
3) merupakan raja pertama kerajaan Kutai Kartanegara
4) penyebaran agama Islam mencapai daerah Buton dan Dompu (Sumbawa)
5) Tokoh penyebar Islam di wilayah Kerajaan Ternate
Manakah yang terkait dengan Sultan Alauddin ….
a. 1, 2, 3
b. 1, 2, 4
c. 1, 3, 4
d. 2, 3, 4
e. 3, 4, 5

7. Perhatikan narasi berikut ini!


Ulama penyebar Islam di Indonesia telah menunjukkan sikap bersemangat pantang
menyerah, gigih dalam memperjuangan ajaran Islam. Hambatan dan tantangan bukan
untuk ditakuti, tapi diselesaikan dengan cara yang tepat. Berikut ini cara yang tepat dalam
menyelesaikan masalah adalah ….
a. berkeluh kesah kepada teman dekat agar mendapatkan solusi
b. meratapi nasib pada waktu tengah malam
c. mengundang motivator untuk memberikan dorongan semangat
d. berusaha sekuat tenaga, berdoa dan bertawakal kepada Allah Swt.
e. menghindari pertemuan dengan semua orang yang dikenal
8. Perhatikan narasi berikut ini!
Para ulama lebih mengutamakan kelancaran dakwah daripada kepentingan pribadi dan
keluarganya. Kesenangan duniawi diabaikan demi keberhasilan dakwah. Medan dakwah
yang berat tidak menyurutkan tekad perjuangan dakwah. Mereka optimis mampu
melaksanakan tugas dakwah dengan baik.
Hikmah yang dapat diambil dari narasi tersebut adalah … .
a. pengorbanan seorang pendakwah tak akan mampu mengubah takdir
b. keluarga akan selalu menghalangi perjuangan dakwah
c. tugas untuk menyebarkan Islam tidak akan pernah ada akhirnya
d. seorang da’i perlu mengikuti kata hati agar dakwahnya berhasil
e. setiap da’i harus selalu optimis dalam melaksanakan dakwah
9. Perhatikan Q.S. at-Taubah/9: 122 berikut ini!

Ayat tersebut menegaskan bahwa harus ada di antara kaum muslimin yang menekuni ilmu
agama (tafaqquh iddin). Berikut ini merupakan usaha yang tepat untuk belajar ilmu agama
adalah ….
a. belajar agama melalui diskusi di media sosial tanpa menanyakan kebenarannya kepada
ahlinya
b. membaca buku-buku agama hasil terjamah kitab kuning dengan tidak berusaha
merujuk kitab asli
c. mengkaji semua buku agama untuk memenangkan debat dengan sesama muslim yang
berlainan mazhab
d. belajar kepada para ustadz, kyai, atau alim ulama yang sanad ilmunya bersambung
sampai kepada Rasulullah Saw.
e. belajar agama melalui media internet tanpa berguru kepada siapapun agar cepat
memahami Islam
10. Ujian dan cobaan yang dialami oleh para ulama penyebar Islam di Indonesia berhasil
dilalui dengan kesabaran. Seorang pendakwah harus memiliki tingkat kesabaran tinggi
karena menghadapi umat yang memiliki keragaman budaya, etnis, tingkat pendidikan, dan
kepribadian. Salah satu hikmah adanya ujian tersebut adalah sebagai berikut, kecuali … .
a. dapat meningkatkan iman kepada Allah Swt.
b. Allah Swt. menghendaki kebaikan atasnya
c. membuat manusia berputus asa
d. untuk menguji siapakah yang terbaik amalnya
e. semakin bijaksana dalam bertutur kata dan bertindak

Anda mungkin juga menyukai