KTI Reni Mardiyana

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 277

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN INFEKSI


SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO
KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

RENI MARDIYANA
193110188

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN INFEKSI


SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO
KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

RENI MARDIYANA
193110188

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
ii

Poltekkes Kemenkes Padang


iii

Poltekkes Kemenkes Padang


iv

Poltekkes Kemenkes Padang


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2022


Reni Mardiyana

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2022.
Isi: xii + 111 Halaman + 3 Tabel + 16 Lampiran

ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan pembunuh pertama anak balita
melebihi penyakit menular lainnya. ISPA disebabkan oleh faktor lingkungan, individu
anak meliputi umur, berat badan lahir, dan status gizi dan perilaku ibu dalam merawat
balita dengan ISPA. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan asuhan keperawatan
keluarga dengan ISPA pada balita.

Penelitian dilakukan pada bulan November 2021 sampai April 2022 di Kurao Pagang,
Kecamatan Nanggalo dengan pendampingan kasus dilakukan pada tanggal 5 – 16
April 2022. Penelitian ini bersifat kualitatif-deskriptif berbentuk studi kasus. Populasi
berjumlah 2 orang dengan sampel 1 orang yang diambil menggunakan teknik
purposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu format asuhan keluarga
Friedman, wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian ditemukan 4 masalah keperawatan, yaitu bersihan jalan napas tidak
efektif, hipertermi, perilaku kesehatan cenderung berisiko dan manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif. Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu edukasi kesehatan,
dukungan pengambilan keputusan, manajemen jalan nafas, kompres hangat, edukasi
perilaku upaya kesehatan, edukasi pencegahan infeksi, manajemen lingkungan dan
edukasi program pengobatan. Implementasi dilakukan sesuai rencana yang disusun
berdasarkan 5 tugas perawatan keluarga yaitu mampu mengenal masalah, mengambil
keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesesehatan dan dilakukan dengan 9 kali kunjungan. Evaluasi didapatkan
masalah mulai teratasi yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Disimpulkan keluarga mampu memahami cara merawat anggota keluarga yang sakit
dan disarankan kepada keluarga agar mampu mengatasi faktor risiko terjadinya ISPA
pada anak balita agar tidak terjadi kekambuhan kembali kedepannya dengan cara
menjaga kebersihan lingkungan, mencukupi nutrisi anak, dan meninggalkan kebiasaan
merokok dirumah.

Kata Kunci: ISPA, Keluarga, Asuhan Keperawatan


Daftar Pustaka: 33 (2010 – 2021)

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Reni Mardiyana


NIM : 193110188
Tempat/Tanggal Lahir : Silungkang, 22 Juli 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Orang Tua
Ayah : Aris Mardiyanto
Ibu : Suyanti
Alamat : Samping timur SMPN 06 Muaro Kalaban, Kec.
Silungkang, Kota Sawahlunto
Riwayat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun
1 Taman Kanak-Kanak TK Pertiwi III 2006-2007
2 Sekolah Dasar SD Negeri 11 Muaro Kalaban 2007-2013
3 Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Sawahlunto 2013-2016
4 Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Sawahlunto 2016-2019
5 D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang 2019-2022

vi

Poltekkes Kemenkes Padang


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2022”. Peneliti mengucapkan
terima kasih atas bantuan dan bimbingan dari Ibu Ns. Hj. Murniati
Muchtar.,SKM.,S.Kep.,M.Biomed selaku pembimbing 1, Bapak
Tasman.,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom selaku pembimbing 2, Ibu Ns. Lola Felnanda Amri,
S.Kep,M.Kep selaku penguji 1 dan Bapak N. Rachmadanur, S.Kp,M.KM selaku
penguji 2 yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan kesabaran untuk
mengarahkan peneliti dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu dr. Devita Rizki selaku Kepala Puskesmas Nanggalo Padang yang
telah membantu dalam proses selama penelitian yang dilakukan.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M. Si selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang yang telah membantu
dalam usaha memperoleh data yang diperlukan.
3. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni., M. Kep, Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang
yang telah membantu dalam usaha memperoleh data yang diperlukan.
4. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep, Sp. Jiwa selaku ketua Prodi Keperawatan
Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang yang
telah membantu dalam usaha memperoleh data yang diperlukan.
5. Bapak/ ibu Dosen dan Staf Prodi Studi Keperawatan Padang Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan
bekal ilmu untuk peneliti
6. Teristimewa kepada “Kedua Orang Tua” tersayang dan saudara
terimakasih ananda ucapkan telah memberikan bantuan, semangat, doa
restu yang tak dapat ternilai dengan apapun, semoga kita selalu
diberikan Rahmat dan karunia oleh Allah SWT

vii

Poltekkes Kemenkes Padang


7. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Poltekkes Kemenkes RI Padang
Program Studi D-III Keperawatan Padang Angkatan 2019.

Peneliti menyadari Karya tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu
peneliti mengharapkan kritikan dan saran agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih
baik. Akhir kata peneliti berharap kepada Allah SWT membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat
bagi peneliti untuk melanjutkan penelitian.

Padang, 19 Mei 2022

Peneliti

viii

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ................................................................................................ i
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii
Halaman Orisinalitas .............................................................................................. iv
Abstrak .....................................................................................................................v
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................ vi
Kata Pengantar ...................................................................................................... vii
Daftar Isi................................................................................................................. ix
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xi
Daftar Tabel .......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga ..........................................................................................8
1. Pengertian Keluarga .................................................................................8
2. Bentuk Keluarga .......................................................................................8
3. Fungsi Keluarga......................................................................................10
4. Peran perawat keluarga...........................................................................12
5. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ..............................................15
6. Struktur Keluarga ...................................................................................17
7. Tingkat Kemandirian Keluarga ..............................................................18
B. Konsep Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita ..............................19
1. Pengertian ISPA .....................................................................................19
2. Etiologi ISPA..........................................................................................20
3. Klasifikasi ISPA .....................................................................................21
4. Manifestasi Klinis ..................................................................................23
5. Patofisiologi ISPA ..................................................................................23
6. WOC ISPA .............................................................................................26
7. Komplikasi ISPA ....................................................................................27
8. Penatalaksanaan ISPA ..........................................................................27
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Balita dengan ISPA ....................29
1. Pengkajian ..............................................................................................29
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan ..................................................40
3. Perencanaan ............................................................................................43
3. Implementasi Keperawatan ....................................................................69
4. Evaluasi Keperawatan ............................................................................69
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian........................................................................................70
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................70
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................70
D. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................................72
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .........................................................73
F. Prosedur Penelitian.....................................................................................74
G. Hasil Analisis ............................................................................................76
ix

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..........................................................................................77
1. Pengkajian Keperawatan .......................................................................77
2. Diagnosis Keperawatan .........................................................................81
3. Intervensi Keperawatan .........................................................................82
4. Implementasi Keperawatan ...................................................................86
5. Evaluasi Keperawatan ...........................................................................88
B. Pembahasan kasus ......................................................................................93
1. Pengkajian Keperawatan ......................................................................93
2. Diagnosis Keperawatan .........................................................................96
3. Intervensi Keperawatan .........................................................................99
4. Implementasi Keperawatan .................................................................103
5. Evaluasi Keperawatan .........................................................................105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..............................................................................................109
B. Saran .........................................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................................................

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Survey Data Dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 2 : Surat Izin Survey Pengambilan Data Dari Dinas Kesehatan Kota
Padang
Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data Dari Puskesmas Nanggalo Kota Padang
Lampiran 4 : Gant Chart Kegiatan
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Padang
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Di Puskesmas Nanggalo Kota Padang
Lampiran 8 : Inform Consent
Lampiran 9 : Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 10 : Laporan Pendahuluan
Lampiran 11 : SAP, SAK dan Media
Lampiran 12 : Dokumentasi
Lampiran 13 : Daftar Hadir Penelitian
Lampiran 14 : Lembar Batas Bimbingan 1
Lampiran 15 : Lembar Batas Bimbingan 2
Lampiran 16 : Surat Selesai Melakukan Penelitian

xi

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ............................................................................................................... 31


Tabel 2.2................................................................................................................ 42
Tabel 2.3 ............................................................................................................... 44

xii

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan
dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai
bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Pengertian lain dari keluarga yang
di sampaikan oleh U.S Bureau of The Census dalam (Friedman, 2010),
mengatakan bahwa keluarga terdiri dari individu yang bergabung bersama
oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal di dalam suatu
rumah tangga yang sama.

Keluarga memiliki tugas dan tujuan di bidang kesehatan yang mana tiap
anggota keluarga perlu pemahaman akan tugas dan tujuan tersebut. Tujuan
keperawatan keluarga adalah membantu keluarga untuk mencapai tingkat
atau fungsi kesehatan tertentu maupun kesejahteraan keluarga yang lebih
tinggi. Sedangkan tujuan khusus pelayanan keperawatan keluarga yaitu :
mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil keputusan secara tepat
dan cepat dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga,
memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan, memodifikasi lingkungan rumah yang kondusif sehingga
mampu mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan dan
perkembangan setiap anggota keluarganya dan menciptakan hubungan
timbal balik antara keluarga dengan berbagai sumber daya kesehatan yang
tersedia untuk pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga (Friedman,
2010).

Salah satu tugas dan tujuan keluarga dalam mencapai dan meningkatkan
kesejahteraan yaitu mampu memberikan perawatan kepada anggota
keluarga yang sakit. Tidak efektifnya keluarga dalam menjalankan tugas
dan tujuan tersebut yang memicu munculnya masalah kesehatan di
keluarga.

Poltekkes Kemenkes Padang


2

Masalah kesehatan yang sering muncul pada keluarga dengan balita


seperti diare, gizi kurang, malaria, HIV, tuberculosis dan juga ISPA. Balita
adalah anak yang menginjak usia diatas satu tahun atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan. Usia balita merupakan tahapan
perkembangan anak yang cukup rentan terhadap serangan berbagai
penyakit, faktor yang mempengaruhi seperti status nutrisi, sistem
kekebalan, imunisasi dan lingkungan (Kemenkes, 2015). ISPA dapat
disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur. Faktor yang dapat menjadi
penyebab dari ISPA seperti asap kendaraan bermotor dan atau residu
pembakaran, kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar dan kayu bakar
saat memasak. Kepadatan penduduk, keadaan lingkungan dan keadaan
ventilasi juga menjadi faktor penyebab ISPA. (Najmah, 2016). ISPA akan
menimbulkan dampak dan komplikasi jika tidak di tangani dengan baik.
Kliegman, 2016 dalam mahawati, 2021 mengatakan komplikasi yang
umum terjadi dengan persentase sebesar 5% pada anak penderita ISPA
adalah otitis media.

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut yang


diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infection
(ARI) yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas
mulai dari hidung (saluran napas atas) hingga alveoli (saluran napas
bawah) termasuk jaringan lain seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (Purnama, 2016). ISPA diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu :
ISPA dengan pneumonia berat apabila anak batuk dan sukar bernapas,
dimana anak usia 12-59 bulan memiliki frekuensi pernapasan lebih atau
sama dengan 40 kali permenit diikuti tarikan dinding dada kedalam atau
saturasi oksigen <90%, ISPA dengan pneumonia apabila anak batuk dan
diikuti dengan nafas cepat, dan ISPA bukan pneumonia apabila anak batuk
tanpa diikuti gejala pneumonia maupun pneumonia berat (Kemenkes,
2015).

ISPA menjadi pembunuh anak balita melebihi penyakit menular lainnya,


berdasarkan data WHO pada tahun 2019, terdapat 195.543 balita dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


3

kelompok usia 12-59 bulan dan 35.853 anak kelompok usia 5-9 tahun
meninggal dunia akibat ISPA (WHO, 2019).

UNICEF melalui laporan fighting for breath pada tahun 2019 mengatakan
bahwa lebih dari 800.000 balita kelompok usia 12-59 bulan menderita
pneumonia (Unicef, 2021).

Cara yang paling efektif untuk mengurangi angka kematian karena


pneumonia adalah dengan memperbaiki manajemen kasus dan
memastikan adanya penyediaan antibiotik yang tepat secara teratur melalui
fasilitas perawatan tingkat pertama dokter praktik umum, langkah
selanjutnya untuk mengurangi angka kematian karena pneumonia dapat
dicapai dengan menyediakan perawatan rujukan untuk anak yang
mengalami ISPbA (Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut) berat yang
memerlukan oksigen, antibiotik lini II, serta keahlian klinis yang lebih
hebat. (Masriadi, 2017).

Pencegahan dan penatalaksanaan pneumonia selain dengan


menghindarkan atau mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan, yaitu dengan pendidikan kesehatan di komunitas,
perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan
pedoman diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika
yang benar dan efektif, dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera
bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan gizi termasuk pemberian
ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan imunisasi, dan
pengurangan polusi udara di dalam ruangan dapat pula mengurangi faktor
risiko. Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat
mengurangi kejadian pneumonia. Pencegahan pneumonia dapat di mulai
dari unit terkecil masyarakat yaitu keluarga. (Kementerian Kesehatan RI,
2010).

Berdasarkan data WHO pada tahun 2019 insiden penyakit infeksi saluran
pernapasan akut menurut kelompok usia 12-59 bulan, terdapat 1.774.431
kasus balita dengan ISPA yang menunjukkan persentase sebesar 52.45%
(WHO, 2019). Berdasarkan riset kesehatan dasar kementerian kesehatan

Poltekkes Kemenkes Padang


4

Prevalensi ISPA pada balita di Indonesia sebesar 7,8% dan prevalensi


ISPA pada balita di Provinsi Sumatera Barat sebesar 8%. Prevalensi ISPA
pada balita di Kota Padang sebesar 2,94% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018).

Berdasarkan profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun


2020, ditemukan 506 kasus balita yang menderita ISPA dengan
pneumonia dan 6.979 balita yang menderita ISPA bukan pneumonia. Dari
23 Puskesmas yang ada di kota padang, Puskesmas dengan kasus ISPA
tertinggi berada di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam dengan jumlah kasus
balita ISPA dengan pneumonia sebanyak 105 balita dan ISPA bukan
pneumonia sebanyak 936 balita, selanjutnya jumlah kasus ISPA terbanyak
kedua berada di Puskesmas Nanggalo dengan 36 kasus balita yang
menderita ISPA dengan pneumonia dan 910 kasus balita yang menderita
ISPA bukan pneumonia (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2020). Pada tahun
2021, dari rekapan bulanan KIA Anak Puskesmas Nanggalo, didapatkan
90 kasus baru anak balita dengan ISPA.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal 4 Januari


2022, dalam 2 bulan terakhir terdapat 18 kasus ISPA di Puskesmas
Nanggalo dengan kategori 3 kasus merupakan ISPA dengan pneumonia
dan 15 kasus merupakan ISPA bukan pneumonia. Dari 18 kasus balita
dengan ISPA terdapat 16 pasien yang memiliki alamat lengkap, saat
didistribusikan menurut kelurahan, terdapat 6 kasus di Kelurahan Kurao
Pagang, 4 kasus di Surau gadang, 2 kasus di Kampung Olo, 1 kasus di
Kelurahan Air Pacah dan 1 kasus di kelurahan Gurun Laweh. Saat
dilakukan wawancara dengan petugas kesehatan di KIA anak Puskesmas
Nanggalo, selama pandemi covid-19 terjadi penurunan kunjungan akibat
stigma masyarakat dan juga pemberlakuan pembatasan masyarakat
Indonesia. Di Puskesmas Nanggalo rata-rata kunjungan balita dengan
ISPA yaitu 11 kunjungan tiap bulannya. Setiap balita yang datang dengan
ISPA diklasifikasikan sesuai dengan MTBS (Manajemen Terpadu Balita
Sakit) yang di keluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jika ditemukan balita dengan pneumonia, maka petugas akan memberikan

Poltekkes Kemenkes Padang


5

antibiotik dan mengingatkan untuk berkunjung kembali pada hari kelima


sebelum antibiotik yang diberikan habis agar dapat dilakukan evaluasi
kembali. Jika ditemukan tanda dan gejala pneumonia berat, maka petugas
akan segera merujuk pasien ke rumah sakit.

Studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara terhadap salah satu


orang tua pasien mengatakan anaknya mengalami batuk-batuk, pilek,
demam dan disertai sesak nafas. Gejala awal yang dirasakan pasien yaitu
bersin - bersin dan batuk dan kerongkongan terasa tidak nyaman.
Perawatan balita dengan ISPA di rumah dapat dilakukan dengan cara
mengompres anak saat demam, memenuhi kebutuhan nutrisi anak,
menganjurkan anak untuk minum dengan air hangat dan juga
mengkonsumsi obat yang di resepkan oleh dokter sesuai dosis dan waktu.
Saat ditanya orang tua mengatakan bahwa kondisi lingkungan di sekitar
rumah banyak terpapar asap polusi dari kendaraan bermotor maupun asap
dari pembakaran sampah, debu, kepadatan penduduk yang tergolong
cukup padat dan terdapat kebiasaan orang tua merokok di dalam rumah
atau di dekat balita itu sendiri. Oleh karena itu, peran perawat sangat
diperlukan untuk memberitahu dan mengajarkan kepada keluarga agar
keluarga bisa menghindari faktor-faktor risiko tersebut dan mampu untuk
merawat balitanya yang sakit.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas peneliti melakukan


penelitian kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan ISPA
pneumonia dan ISPA bukan pneumonia pada keluarga dengan menerapkan
penatalaksanaan ISPA pada anak balita di rumah dalam judul “Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Tahun 2022.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian keluarga dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2022.
b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2022.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2022.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2022.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2022.
f. Mendeskripsikan dokumentasi keperawatan dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan dan menambah ilmu pengetahuan
serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan
keperawatan keluarga dengan infeksi saluran pernafasan
akut pada keluarga sendiri.

Poltekkes Kemenkes Padang


7

b. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan
keluarga pada balita dengan ISPA.

c. Tempat penelitian
Diharapkan dapat meningkatkan status kesejahteraan
keluarga dengan balita yang menderita ISPA setelah
diberikan asuhan keperawatan yang dimulai dari
pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi yang
diberikan oleh peneliti.

2. Manfaat pengembangan keilmuan

Hasil penelitian ini dapat di jadikan tambahan informasi dan ilmu


pengetahuan untuk institusi pendidikan dan dapat di gunakan sebagai
referensi di perpustakaan Poltekkes Kemenkes RI Padang yang bisa
digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan dan dasar untuk
penelitian selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang


terikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu melakukan interaksi satu sama lain
(Harmoko, 2012). Sedangkan menurut Effendy Tahun 1998 dalam
(Harmoko, 2012), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa individu yang
berkumpul dan tinggal di satu tempat dan tiap anggota saling
memiliki ketergantungan.

Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah perkumpulan dua atau


lebih individu yang terikat oleh hubungan darah yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa individu yang berkumpul dan tinggal
di satu tempat dalam keadaan saling ketergantungan.

2. Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga dapat diklasifikasi menjadi keluarga


tradisional dan keluarga non tradisional adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari
seorang ayah yang mencari nafkah, seorang ibu yang
mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010).

8
Poltekkes Kemenkes Padang
9

Sedangkan menurut (Harmoko, 2012), keluarga inti


yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal
dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
2) Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara
sah tanggung jawab sebagai orang tua seterusnya
dari orang tua kandung ke orang tua adopsi, biasanya
menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan
baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak
orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasih
sayangnya bagi anak adospsinya, sementara anak
adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat
menginginkan mereka (Friedman, 2010).
3) Keluarga Besar (extended family)
Keluarga besar adalah keluarga dengan pasangan
yang berbagi pengaturan rumah tangga dan
pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak/adik,
dan keluarga dekat lainnya. Anak-anak kemudian
dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model
pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku
mereka (Friedman, 2010).
4) Keluarga dengan Orangtua Tunggal
Keluarga dengan orang tua tunggal adalah keluarga
dengan kepala rumah tangga duda/janda yang
bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga
orang tua tunggal nontradisional adalah keluarga
yang kepala keluarganya tidak menikah (Friedman,
2010)
5) Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri

Poltekkes Kemenkes Padang


10

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah


bagian dari beberapa bentuk jaringan keluarga yang
longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat,
jaringan ini dapat terdiri atas teman – teman seperti
mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun,
rumah jompo, atau hidup bertetangga. Hewan
pemeliharaan juga dapat menjadi anggota keluarga
yang penting (Friedman, 2010)
6) Keluarga Orang Tua Tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses
penyatuan yang kompleks dan penuh dengan stress.
Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering
kali individu yang berbeda atau sub kelompok
keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan
kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh
anggota keluarga harus menyesuaikan diri dengan
situasi keluarga yang baru, anak – anak sering kali
memiliki masalah koping yang lebih besar karena
usia dan tugas perkembangan mereka (Friedman,
2010).
7) Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir yaitu keluarga yang terbentuk
setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota
dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua
rumah tangga inti, maternal dan paternal dengan
keragaman dalam hal tingkat kerja sama dan waktu
yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga
(Friedman, 2010).
3. Fungsi Keluarga
Friedman, 1988 dalam (Harmoko, 2012) mengidentifikasi lima
fungsi dasar keluarga diantaranya adalah :
a. Fungsi afektif

Poltekkes Kemenkes Padang


11

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga


yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi
afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikologis.
Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang
gembira dan bahagia. Anggota keluarga mengembangkan
gambaran diri yang positif, perasaan yang dimiliki,
perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih
sayang.dukungan (reinforcement) yang semuanya
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam
keluarga.fungsi afektif merupakan sumber energi yang
menentukan kebahagiaan keluarga. Adanya perceraian,
kenakalan anak, atau masalah lain yang sering timbul
dalam keluarga dikarenakan fungsi afektif yang tidak
terpenuhi. (Harmoko, 2012)
b. Fungsi sosialisasi (The Socialzation Function)
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung
seumur hidup, dimana individu secara kontinu mengubah
perilaku mereka sebagai respons terhadap situasi yang
terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi
mencakup semua proses dalam sebuah komunitas tertentu
atau kelompok dimana manusia, berdasarkan sifat dan
kelenturannya, melalui pengalaman-pengalaman yang
diperoleh selama hidup, mereka memperoleh karakteristik
yang terpola secara sosial. Sosialisasi mencakup semua
proses dalam sebuah komunitas tertentu atau kelompok
dimana manusia, berdasarkan sifat kelenturannya, melalui
pengalaman yang diperoleh selama hidup mereka
memperoleh karakteristik yang terpola secara sosial.
Sosialisasi merujuk pada proses perkembangan atau
perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai
hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran
sosial. Keluarga merupakan tempat individu melakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


12

sosialisasi. Pada setiap tahap perkembangan keluarga dan


individu (anggota keluarga) dicapai melalui interaksi atau
hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta
perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga,
sehingga individu mampu berperan di masyarakat
(Harmoko, 2012)
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan
adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini
sedikit terkontrol. Di sisi lain banyak kelahiran yang tidak
diharapkan atau diluar ikatan perkawinan, sehingga
lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua (Harmoko,
2012)
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti: makanan,
pakaian, dan perumahan, maka keluarga memerlukan
sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga
yang berbeda dibawah garis kemiskinan, perawat
bertanggung jawab untuk mencari sumber-sumber di
masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga dalam
meningkatkan kesehatan. (Harmoko, 2012)
4. Peran perawat keluarga
Menurut (Friedman, 2010) Sebuah peran didefinisikan sebagai
kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi
secara normatif dan diharapkan dari seorang yang menempati
posisi sosial yang di berikan.
Adapun tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto dalam
(Handayani, 2017) adalah sebagai berikut:
a. Sebagai Pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan

Poltekkes Kemenkes Padang


13

kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan


keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki
masalah kesehatan.

Terutama pada keluarga dengan infeksi saluran pernafasan


akut, perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat yang
ditimbulkan dan cara pengobatan pada penderita infeksi
saluran pernafasan akut.
b. Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan
keperawatan yang komprehensif. Pelayanan keperawatan
yang berkesinambungan di berikan untuk menghindari
kesenjangan. Kemampuan mengkoordinir pelaksana
pelayanan kesehatan dengan baik mengakibatkan keluarga
dapat terintervensi dengan baik sehingga angka infeksi
saluran pernafasan akut dapat berkurang.
c. Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga
melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit
yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian,
anggota keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point”
bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara komprehensif. Memberikan pelayanan yang
maksimal untuk keluarga sehingga dapat mengurangi angka
kejadian infeksi saluran pernafasan akut.
d. Sebagai supervisor pelayanan kesehatan
Perawat melakukan supervisi atau pembinaan terhadap
keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik
terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.
Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak. Terutama pada keluarga yang

Poltekkes Kemenkes Padang


14

mempunyai balita dengan infeksi saluran pernafasan akut


karena banyak orang tua yang menganggap infeksi saluran
pernafasan akut bisa sembuh tanpa harus di bawa ke
pelayanan kesehatan.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi
hak-hak keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu
mengetahui harapan serta memodifikasi sistem pada
perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan
kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas
perawat untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga
dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan di
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat
membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah. Keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut
dapat bertanya pada perawat tentang pencegahan agar tidak
terjadi lagi infeksi saluran pernafasan akut di keluarga.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah- masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga
biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang di
praktikan keluarga. Peran sebagai peneliti difokuskan
kepada kemampuan keluarga dengan infeksi saluran
pernafasan akut untuk mengidentifikasi penyebab, cara
menanggulangi, dan melakukan promosi kesehatan kepada
anggota keluarganya.

5. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut

Poltekkes Kemenkes Padang


15

Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai


berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang
tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-
fakta dari masalah kesehatan terutama tentang ISPA yang
meliputi pengertian ISPA, tanda dan gejala ISPA, factor
penyebab yang mempengaruhi ISPA, serta persepsi keluarga
terhadap masalah yang terjadi yaitu ISPA pada balita.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat
mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat
harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan. Ketika
keluarga sudah mengenal masalah kesehatan yang terjadi,
keluarga perlu mengetahui bagaimana cara agar masalah
yang terjadi tidak berlanjut atau bertambah berat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga
yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosis dan perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk
perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota
keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan
dan financial, fasilitas fisik, psikososial).

Poltekkes Kemenkes Padang


16

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.


Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit,
dalam hal ini balita yang mengidap ISPA yang di rawat
dirumah. Keluarga perlu mengetahui cara perawatan balita
dengan ISPA seperti ketika anak balita demam hal apa
yang dapat menurunkan demamnya di samping pemberian
obat penurun panas seperti kompres hangat dan
memberikan baju yang nyaman dan yang menyerap
keringat, ketika anak batuk dan sputum atau dahak sukar
keluar keluarga harus tahu bagaimana cara batuk efektif
agar sputum bisa keluar, keluarga juga harus mengetahui
bagaimana pemberian obat sesuai dengan 6 benar minum
obat seperti jam berapa saja anak harus minum obat,
apakah dosis yang diberikan sudah sesuai anjuran dokter
dan hal lainnya yang keluarga perlu tahu dalam merawat
balita dengan ISPA dirumah.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang
sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal
sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine
sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
Anak balita dengan ISPA perlu lingkungan yang bersih
dan bebas debu, di jauhkan dari asap rokok, asap
kendaraan bermotor dan menjaga anak agar tetap dirumah
selama masa penyembuhan agar tidak menularkannya

Poltekkes Kemenkes Padang


17

kepada anak atau orang lain yang berada di sekitar anak


penderita ISPA.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas
kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.


2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas
kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas
kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
Keluarga mampu menggunakan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan, anak balita dengan ISPA perlu
mendapatkan pengobatan di pelayanan kesehatan, seperti
anak yang mengidap ISPA dengan pneumonia perlu
mendapatkan antibiotik dan antibiotik tidak diberikan tanpa
resep dan anjuran dokter. Penggunaan dan pemanfaatan
pelayanan fasilitas kesehatan juga sebagai upaya agar anak
balita dengan ISPA tidak mengalami ISPA lagi di kemudian
hari, atau mencegah agar ISPA yang diderita anak tidak
bertambah parah apalagi sampai menimbulkan dampak dan
komplikasi pada anak.
6. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) ada 4, yaitu struktur
peran, struktur nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur
kekuasaan dan pengambilan keputusan.
a. Struktur peran.
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang
yang memegang sebuah posisi tertentu, posisi

Poltekkes Kemenkes Padang


18

mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu


system social.
b. Struktur nilai keluarga
Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan
keyakinan tentang nilai suatu hal atau konsep yan secara
sadar maupun tidak sadar mengikat anggota keuarga dalam
kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.

c. Proses komunikasi
Proses komunikasi ada dua yaitu prses komunikasi
fungsional dan proses komunikasi disfungsional.
1) Proses komunikasi fungsional.
Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan
keberhasilan keluarga yang sehat, dan komunikasi
funsional didefenisikan sebagai pengirim dan
penerima pesan yang baik isi maupun tingkat intruksi
pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan antara
isi dan tingkai intruksi.
2) Proses komunikasi disfungsional.
Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional,
gambaran dan komunisasi disfungsional dari pengirim
dan penerima serta komunkasi disfungsinal juga
melibatkan pengirim dan penerima.
d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.
Kekuasaan keluarga sebagai karakteristik system keluarga
adalah kemampuan atau potensial, actual dari individu
anggota keluarga yang lain. Terdapat 5 unit berbeda yang
dapat dianalisis dalam karakteristik kekuasaan keluarga
yaitu : kekuasaan pernikahan (pasangan orang dewasa),
kekuasaan orang tua, anak, saudara kandung dan
kekerabatan. Sedangkan pengambil keputusan adalah teknik

Poltekkes Kemenkes Padang


19

interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam upaya


mereka untuk memperoleh kendali dan bernegosiasi atau
proses pembuatan keputusan.
7. Tingkat Kemandirian Keluarga
Menurut (Ratnawati, 2017) tingkat kemandirian keluarga yaitu:
a. Keluarga mandiri tingkat satu (KM-I)
1) Menerima petugas keperawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai rencana keperawatan
b. Keluarga mandiri tingkat dua (KM-II)
1) Menerima petugas keperawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai anjuran
c. Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III)
1) Menerima petugas keperawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai anjuran
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
d. Keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV)
1) Menerima petugas keperawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai anjuran

Poltekkes Kemenkes Padang


20

5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan secara aktif


6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

B. KONSEP ISPA
1. Pengertian ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut
yang diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory
Infection (ARI) yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran napas mulai dari hidung (saluran napas atas) hingga
alveoli (saluran napas bawah) termasuk jaringan lain seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga unsur
yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit,
saluran pernafasan adalah organ mulai hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura, dan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai
dengan 14 hari (Purnama, 2016).
Pengertian lain dari ISPA adalah penyakit yang menyerang saluran
pernafasan baik pernafasan atas maupun bawah yang biasanya
bersifat menular dan dapat menyebabkan berbagai penyakit lain.
Penyakit yang ditimbulkan dari ISPA dapat berupa penyakit
disertai gejala maupun penyakit yang tidak disertai gejala dimulai
dari infeksi ringan hingga yang parah dan berakibat fatal dan
dampak yang diakibatkan bergantung pada penyebab, faktor
lingkungan dan faktor pejamu dari ISPA tersebut. (Masriadi, 2017)
2. Etiologi ISPA
Etiologi atau penyebab ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri,
virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain berasla dari
genus streptokokus, stafiokokus, pneumokokus, hemofilus,

Poltekkes Kemenkes Padang


21

bordetelia dan karinebakterium (Khin,M.T, 2005) dalam Mahawati


2020.
Sedangkan virus penyebab ISPA yang paling sering dikaitkan
adalah rhinovirus. Terdapat banyak virus lain yang menyebabkan
ISPA seperti respiratory syncytial virus (RSV), human
metapneumovirus, coronaviruses, coxsackieviruses, influenza,
parainfluenza, dan adenoviruses (Kliegman, 2016). Beberapa virus
cenderung menyebabkan infeksi terutama di saluran pernafasan
bagian atas seperti rhinovirus, coronavirus dan adenovirus,
sedangkan yang lain dapat mengganggu saluran pernafasan bawah
dengan dampak yang di akibatkan cenderung beragam (adenovirus,
RSV, metapneumovirus, influenza dan parainfluenza) (Mahawati,
2020).
3. Klasifikasi ISPA
Dalam buku manajemen terpadu balita sakit (MTBS) yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2015, ISPA diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu :
a. ISPA dengan pneumonia berat dengan gejala batuk dan
sukar bernafas diiringi dengan tarikan dada ke dalam atau
saturasi oksigen <90%.
b. ISPA dengan pneumonia dengan gejala batuk atau sukar
bernafas diiringi dengan nafas cepat. Dikatakan nafas cepat
apabila pernafasan lebih dari 40 kali permenit pada anak
usia 12-59 bulan.
c. ISPA bukan pneumonia dengan gejala batuk atau sukar
bernafas tidak diiringi dengan tanda pada ISPA pneumonia
berat dan ISPA pneumonia.
ISPA dapat di klasifikasikan berdasarkan umur dan berdasarkan
lokasi anatomi.
a. Berdasarkan umur
1) Kelompok umur <2 bulan, diklasifikasikan atas

Poltekkes Kemenkes Padang


22

a) Pneumonia berat : bila disertai dengan tanda


klinis seperti berhenti menyusu (jika
sebelumnya menyusu dengan baik), kejang,
rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit
bangun, stridor pada anak yang tenang,
mengi, demam (38oC atau lebih) atau suhu
tubuh yang rendah (dibawah 35,5oC),
pernapasan cepat 60 kali permenit,
penarikan dinding dada berat, sianosis
sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi
abdomen.
b) Bukan pneumonia : jika anak bernafas
dengan frekuensi kurang dari 60 kali
permenit dan tidak terdapat tanda
pneumonia seperti diatas.
2) Kelompok umur 2 bulan - <5 tahun
a) Pneumonia sangat berat : batuk atau
kesulitan bernapas yang disertai dengan
sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya
penarikan dinding dada, anak kejang dan
sulit dibangunkan.
b) Pneumonia berat : batuk atau kesulitan
bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi
tidak disertai sianosis sentral dan dapat
minum.
c) Pneumonia : batuk (atau kesulitan bernapas)
dan pernapasan cepat tanpa penarikan
dinding dada.
d) Bukan pneumonia ( batuk pilek biasa): batuk
(atau kesulitan bernapas) tanpa pernapasan
cepat atau penarikan dinding dada.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

e) Pneumonia persisten : anak dengan


diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun
telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis
antibiotik yang adekuat dan yang sesuai,
biasanya terdapat penarikan dinding dada,
frekuensi pernapasan yang tinngi, dan
demam ringan (Masriadi, 2017).
b. Berdasarkan lokasi anatominya
1) ISPA atas
Yang termasuk ISPA atas adalah rhinitis, faringitis
dan otitis media.

2) ISPA bawah
Infeksi saluran pernafasan bawah termasuk
influenza, bronkiolitis, bronkitis, dan pneumonia.
Respiratory rate merupakan tanda klinis untuk
mendiagnosis infeksi saluran pernapasan bawah akut
pada anak yang batuk dan bernapas dengan cepat.
Serta adanya tarikan dinding dada bagian bawah
mengidentifikasi penyakit yang lebih parah (Simoes
et al., 2006).

4. Manifestasi klinis
Gejala ISPA biasanya berkembang 2-3 hari setelah terjadi infeksi
virus. (CDC, 2020). Gejala ISPA termasuk bersin, hidung
tersumbat, rinorea, tenggorokan terasa gatal atau sakit, mata berair,
dan batuk tidak berdahak sesekali, dapat terjadi demam pada bayi
dan balita. Gejala biasanya bertahan selama 5-7 hari, terkadang
bisa lebih lama pada anak usia prasekolah. Gejala ISPA seperti
demam, mialgia dan sakit kepala cenderung muncul di awal
penyakit dan gejala yang berhubungan dengan pernapasan
biasanya bertahan dan berlangsung selama infeksi masih ada.

Poltekkes Kemenkes Padang


24

Sehingga sering terjadi perubahan pada warna dan konsistensi


sekret hidung (Kliegman, 2016; CDC, 2020) dalam Mahawati,
2020.

5. Patofisiologi
Basuki dan Febriani (2017) menurut penelitian Alvin Ariano, dkk
dalam jurnal Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Desa Talok
Kecamatan Kresek menyatakan bahwa ada 3 (tiga) faktor risiko
terjadinya ISPA secara umum yaitu faktor lingkungan, factor
individu anak, serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi
pencemaran udara dalam rumah, kondisi fisik rumah, dan
kepadatan hunian rumah. Faktor individu anak meliputi umur anak,
berat badan lahir, status gizi, vitamin A, dan status imunisasi.
Sedangkan faktor perilaku berhubungan dengan pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA pada balita dalam hal ini adalah
praktik penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu
ataupun anggota keluarga lainnya, serta perilaku merokok anggota
keluarga yang berdampak pada anggota keluarga lainnya terutama
pada balita.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang tergolong dalam air
borne disease dimana penularannya dapat terjadi melalui udara
yang telah tercemar bibit penyakit dan masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan. Sebagian besar penularan melalui
udara ketika kontak langsung dengan penderita yang mengidap
ISPA (Najmah, 2016).
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya
virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran
pernapasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan
saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks

Poltekkes Kemenkes Padang


25

tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan


mukosa saluran pernapasan (Nofitria, 2019).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya
batuk kering. Kerusakan struktur lapisan dinding saluran
pernapasan menyebabkan kenaikan aktivitas kelenjar mukosa yang
banqyak terdapat pada dinding saluran napas, sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan
cairan berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk sehingga
pada tahap awal gejala ISPA paling menonjol adalah batuk
(Nofitria, 2019).
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan
mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan
pada saluran pernapasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri pathogen yang terdapat pada saluran
pernapasan atas seperti streptococcus menyerang mukosa yang
rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi
mucus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran napas
sehingga timbul sesak napas dan juga menyebabkan batuk yang
produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya factor-
faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian
menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus
pada saluran napas, dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada
bayi dan anak. Virus yang menyerang saluran napas atas dapat
menyebar ke tempat - tempat yang lain dalam tubuh, sehingga
dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke
saluran napas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa
menyerang saluran napas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang
biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernapasan atas, sesudah
terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri (Nofitria, 2019).

Poltekkes Kemenkes Padang


26

6. WOC ISPA
Faktor resiko

Kurangnya kesadaran keluarga Faktor lingkungan meliputi Faktor individu anak meliputi faktor perilaku berhubungan
pada lingkungan yang pencemaran udara dalam umur anak, berat badan lahir, dengan pencegahan dan Keluarga belum optimal
mempengaruhi kesehatan tiap rumah, kondisi fisik rumah, status gizi, vitamin A, dan penanggulangan ISPA pada dalam perawatan balita
anggota keluarga dan kepadatan hunian rumah status imunisasi balita di keluarga, serta adanya ISPA di rumah
anggota keluarga dengan
kebiasaan merokok
Gizi balita tidak mencukupi MK : Manajemen
MK : Defisit MK : Pemeliharaan kebutuhan, imunisasi tidak lengkap. Kesehatan Keluarga
Pengetahuan Kesehatan Tidak
Tidak Efektif
Efektif
Virus, bakteri dan jamur masuk
kedalam sistem pernafasan Etiologi ISPA : virus,
melalui jalan nafas atas bakteri dan jamur
(hidung).

Terjadi Tubuh memberikan Virus, bakteri dan Terdapat virus, bakteri


penumpukan sekret respon dengan jamur merusak lapisan dan jamur di saluran
di jalan nafas menghasilkan sekret epitel dan mukosa. pernafasan atas dan
bawah.

MK : Bersihan Jalan Sistem kekebalan


Nafas Tidak Efektif balita menurun suhu tubuh meningkat MK : Hipertermi

Ekspansi paru menurun Terjadi konsolidasi paru Terjadi infeksi Metabolisme


meningkat MK : Risiko
Kebutuhan cairan dan
elektrolit meningkat Hipovolemia
Terjadi peningkatan MK : Ketidakefektifan
frekuensi nafas Pola Nafas Poltekkes Kemenkes Padang
(takipnea) dam sesak
(dyspnea) Nofitria, 2019 (telah diolah kembali)
27

7. Komplikasi
Komplikasi yang umum terjadi dengan persentase sebesar 5% pada
anak penderita ISPA adalah otitis media. (Kliegman, 2016). ISPA
yang perlu diwaspadai adalah radang tenggorokan atau pharingitis
dan radang telinga atau otitis. Pharingitis yang disebabkan oleh
kuman tertentu (streptococcus hemolyticus) dapat berkomplikasi
dengan penyakit jantung (endokarditis). Sedangkan radang telinga
tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya ketulian
(Masriadi, 2017).

8. Penatalaksanaan ISPA
a. Penatalaksanaan
Jika anak yang terkena ISPA dibiarkan tidak diobati dapat
mengakibatkan penyebaran infeksi yang lebih luas sehingga
infeksi menyerang saluran nafas bagian bawah dan
menyebabkan radang atau pneumonia (Ambarsari, 2014).
Yang dapat dilakukan ibu di rumah yaitu mengatasi panas
atau demam pada anak dengan memberikan obat tablet
paracetamol dan melakukan pengontrolan suhu tubuh anak
serta mengompres anak dengan menggunakan kain bersih,
dengan cara celupkan pada air tiga kali sehari sampai
demam pada anak membaik. Batuk dapat diatasi dengan
obat yang aman yaitu ramuan tradisional yang terbuat dari
jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu atau madu setengah sendok teh (madu tidak
dianjurkan diberikan pada anak dibawah 12 bulan) dan
diberikan tiga kali sehari. Pemberian makanan yang cukup
dan memenuhi kebutuhan anak balita, pemberian makan
pada anak dengan porsi sedikit namun sering, terlebih
apabila anak disertai muntah berikan lebih sering diiringi
pemberian cairan seperti air putih, jus dsb untuk
mengencerkan dahak dan mengatasi kekurangan cairan pada

Poltekkes Kemenkes Padang


28

anak (Suryanti, 2016).


Penanganan optimal bagi penderita ISPA memerlukan
peranan ibu sebagai mekanisme untuk menurunkan dampak
masalah kesehatan pada anak dan keluarga. Pengetahuan ibu
yang benar tentang ISPA dapat membantu mendeteksi dan
mencegah penyakit ISPA lebih awal. Perawatan ISPA
meliputi masalah mengatasi demam, pemberian makanan
dengan gizi yang cukup, pemberian cairan, memberikan
kenyamanan dan memperhatikan keadaan anak ketika
muncul tanda bahaya ISPA yang membutuhkan penanganan
segera dari tenaga kesehatan (Susanto, 2017) dalam
penelitian Marleni, dkk tentang penanganan infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) pada anak di rumah RT 13
kelurahan Pulokerto kecamatan Gandus Palembang.
b. Pencegahan dan pengobatan
1) Pencegahan tingkat pertama
Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor
risiko dapat dianggap sebagai strategi untuk
mengurangi kesakitan (insiden) pneumonia. Strategi
tersebut adalah :
a) Penyuluhan dilakukan oleh tenaga kesehatan
dimana kegiatan ini diharapkan dapat
mengubah sikap dan periaku masyarakat
terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan
faktor resiko penyakit ISPA.
b) Imunisasi
Yang merupakan strategi spesifik untuk
dapat mengurangi angka kesakitan (insiden)
pneumonia.
c) Program KIA yang menangani kesehatan ibu
dan bayi berat lahir rendah.

Poltekkes Kemenkes Padang


29

2) Pencegahan tingkat kedua


Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan
upaya pengobatan sedini mungkin. Upaya yang
dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA yaitu :
a) Kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya
meliputi : Pneumonia berat : rawat di rumah
sakit, beri oksigen (jika anak mengalami
sianosi sentral, tidak dapat minum, terdapat
penarikan dinding dada yang hebat), dan
terapi antibiotik. Dan bukan pneumonia:
terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan,
nasihati ibu untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, memberi ASI secara sering, dan
bersihkan sumbatan pada hidung jika
sumbatan itu mengganggu saat memberi
makan.
b) Kelompok umur 2 bulan – 5 < tahun,
pengobatannya meliputi: Pneumonia sangat
berat : rawat dirumah sakit, beri oksigen,
terapi antibiotik dengan memberikan benzil
penisilin dan gentamisin atau kanamisin.

C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BALITA DENGAN ISPA


Pengkajian keperawatan keluarga menurut friedman :
1. Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman yang diaplikasikan ke
kasus dengan masalah utama Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) menurut (Friedman, 2010) meliputi :
a. Data Umum
1) Nama keluarga
2) Alamat dan nomor telepon

Poltekkes Kemenkes Padang


30

3) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga
yang diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga
mereka. Friedman dalam bukunya mengatakan
bahwa komposisi tidak hanya terdiri dari penghuni
rumah, tetapi juga keluarga besar lainnya atau
keluarga fiktif yang menjadi bagian dari keluarga
tersebut tetapi tidak tinggal dalam rumah yang sama.

Berikut format komposisi keluarga menurut friedman :

Tabel 2.1 : Komposisi Keluarga

No Nama Hub dg KK TTL/Umur Pendidikan

Nama anggota hubungan tanggal lahir atau Pendidikan


keluarga dengan umur berdasar KK terakhir anggota
kepala keluarga berdasar
keluarga KK

4) Genogram
Genogram keluarga memuat informasi tentang tiga
generasi (keluarga inti dan keluarga asal masing-
masing / orang tua keluarga inti). Genogram juga
dapat menentukan tipe dari keluarga.
5) Tipe bentuk keluarga
Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang
berada dalam satu rumah. Tipe keluarga dapat dilihat
dari komposisi dan genogram dalam keluarga.
6) Latar belakang budaya keluarga
Latar belakang kultur keluarga merupakan hal yang
penting untuk memahami perilaku sistem nilai dan
fungsi keluarga, karena budaya mempengaruhi dan

Poltekkes Kemenkes Padang


31

membatasi tindakan-tindakan individual maupun


keluarga.
7) Identifikasi religius
Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam
keluarga, seberapa aktif keluarga dalam melakukan
ibadah keagamaan, kepercayaan dan nilai-nilai
agama yang menjadi fokus dalam kehidupan
keluarga.
8) Status kelas sosial
Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama
dari gaya hidup keluarga. Perbedaan kelas sosial
dipengaruhi oleh gaya hidup keluarga, karakteristik
struktural dan fungsional, asosiasi dengan
lingkungan eksternal rumah. Hal-hal yang perlu
dikaji dalam status sosial ekonomi dan mobilitas
keluarga adalah:
a) Status kelas sosial
b) Status ekonomi
c) Mobilitas kelas sosial
9) Aktifitas rekreasi keluarga
Kegiatan-kegiatan rekreasi keluarga yang dilakukan
pada waktu luang. Menggali perasaan anggota
keluarga tentang aktifitas rekreasi pada waktu luang.
Bentuk rekreasi tidak harus mengunjungi tempat
wisata, tetapi bagaimana keluarga memanfaatkan
waktu luang untuk melakukan kegiatan bersama
(nonton TV, berkebun bersama keluarga dll).

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah:
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Poltekkes Kemenkes Padang


32

Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga


yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3) Riwayat Keluarga Inti
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (imunisasi),
sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan
serta riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian
atau pengalaman penting yang berhubungan dengan
kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan)
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua
(riwayat kesehatan, seperti apa keluarga asalnya,
hubungan masa silam dengan kedua orang tua).
c. Lingkungan Keluarga
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan :
a) Tipe tempat tinggal (rumah sendiri,
apartemen, sewa kamar)
b) Gambaran kondisi rumah (baik interior
maupun eksterior rumah). ISPA dipengaruhi
oleh keadaan rumah, rumah yang kotor,
berdebu dan jarang dibersihkan, keadaan
ventilasi yang buruk dan juga minim
pencahayaan serta kepadatan rumah yang
terlalu padat juga menjadi faktor balita
mendapatkan ISPA.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat
tinggal yang lebih luas. Lingkungan juga menjadi

Poltekkes Kemenkes Padang


33

faktor penyebab ISPA, lingkungan yang dekat


dengan jalan raya dimana banyak asap dan residu
dari kendaraan bermotor, lingkungan dengan jarak
antar rumah yang padat serta sistem pembuangan
sampah yang tidak optimal sehingga ada masyarakat
yang membakar sampah di dekat pemukiman,
kebiasaan merokok, dan keadaan udara yang buruk
dapat menjadi penyebab dan faktor risiko yang
memperparah ISPA pada balita.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas keluarga ditentukan oleh: kebiasaan
keluarga berpindah tempat, berapa lama keluarga
tinggal di daerah tersebut, riwayat mobilitas
geografis keluarga tersebut (transportasi yang
digunakan keluarga, kebiasaan anggota keluarga
pergi dari rumah : bekerja, sekolah)
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang
digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga melakukan interaksi dengan masyarakat.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga
membutuhkan bantuan, dukungan konseling aktifitas-
aktifitas keluarga. Yang termasuk pada sistem pendukung
keluarga adalah informal (jumlah anggota keluarga yang
sehat, hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana
keluarga memecahkan masalah, fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan) dan formal yaitu
hubungan keluarga dengan pihak yang membantu yang

Poltekkes Kemenkes Padang


34

berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau Lembaga


lain yang terkait (ada tidaknya fasilitas pendukung pada
masyarakat terutama yang berhubungan dengan kesehatan).
Keluarga yang tidak memiliki jaminan kesehatan cenderung
tidak mau menggunakan fasilitas kesehatan dan berimbas
pada pengobatan anggota keluarga.
e. Struktur Keluarga
Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut friedman
adalah:
1) Pola dan komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota
keluarga, sistem komunikasi yang digunakan, efektif
tidaknya (keberhasilan) komunikasi dalam keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain / anggota keluarga untuk
mengubah perilaku. Sistem kekuatan yang
digunakan dalam mengambil keputusan, yang
berperan mengambil keputusan, bagaimana
pentingnya keluarga terhadap putusan tersebut.
3) Struktur peran
Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi ;
a) Struktur peran formal
(1) Posisi dan peran formal yang telah
terpenuhi dan gambaran keluarga
dalam melaksanakan peran tersebut.
(2) Bagaimana peran tersebut dapat
diterima dan konsisten dengan
harapan keluarga, apakah terjadi
konflik peran dalam keluarga.
(3) Bagaimana keluarga melakukan
setiap peran secara kompeten

Poltekkes Kemenkes Padang


35

(4) Bagaimana fleksibiliitas peran saat


dibutuhkan

b) Struktur peran informal


(1) Peran-peran informal dan peran-peran
yang tidak jelas yang ada dalam
keluarga, serta siapa yang memainkan
peran tersebut dan berapa kali peran
tersebut sering dilakukan secara
konsisten.
(2) Identifikasi tujuan dari melakukan
peran informal, ada tidaknya peran
disfungsional serta bagaimana
dampaknya terhadap anggota
keluarga.
c) Analisa model peran
(1) Siapa yang menjadi model yang dapat
mempengaruhi anggota keluarga
dalam kehidupan awalnya,
memberikan perasaan dan nilai-nilai
tentang perkembangan, peran-peran
dan teknik komunikasi
(2) Siapa yang secara spesifik bertindak
sebagai model peran bagi pasangan
dan sebagai orang tua
(3) Variabel-variabel yang
mempengaruhi struktur peran :
pengaruh-pengaruh kelas sosial,
pengaruh budaya terhadap struktur
peran, pengaruh tahap perkembangan
keluarga terhadap struktur peran,

Poltekkes Kemenkes Padang


36

bagaimana masalah kesehatan


mempengaruhi struktur peran.

f. Nilai-nilai Keluarga

Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga


menurut friedman adalah :
1) Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga
2) Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat
sekitarnya
3) Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai
subsistem keluarga
4) Identifikasi sejauh mana keluarga menganggap
penting nilai-nilai keluarga serta kesadaran dalam
menganut sistem nilai
5) Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan
tahap perkembangan keluarga terhadap nilai
keluarga
6) Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status
kesehatan keluarga

g. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya.
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya serta perilaku.
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan

Poltekkes Kemenkes Padang


37

makanan, pakaian, perlindungan serta merawat


anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga melaksanakan 5 tugas Kesehatan keluarga,
yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan
setempat. Tidak efektifnya keluarganya dalam
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga memiliki
dampak yang besar terhadap kesembuhan dari
penyakit yang di derita anggota keluarga. Dalam hal
ini tentang ISPA pada balita.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi
keluarga adalah:
a) Berapa jumlah anak?
b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan
jumlah anggota keluarga?
c) Metode yang digunakan keluarga dalam
upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga?
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi
keluarga adalah:
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber

Poltekkes Kemenkes Padang


38

yang ada dimasyarakat dalam upaya


peningkatan status kesehatan keluarga.
Status ekonomi berpengaruh pada pemenuhan gizi
anggota keluarga. Tidak terpenuhinya kebutuhan gizi
terutama pada anak balita akan menurunkan sistem
imun anak sehingga anak lebih beresiko tinggi
terjangkit infeksi.
h. Koping Keluarga
1) Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari enam bulan.
2) Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan.
3) Kemampuan Keluarga memberikan respon terhadap
Masalah
Stressor dikaji sejauh mana keluarga berespon
terhadap stressor
4) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stress.
5) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan menegnai strategi adaptasi disfungsional
yang digunakan keluarga bila menghadapi
permaslahan/stress.
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda - tanda vital.
Bisanya balita mempunyai BB rendah dan
pernafasan yang cepat.

Poltekkes Kemenkes Padang


39

2) Kepala dan leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah.
3) Sistem pulmonal
Biasanya sesak nafas, dada tertekan, pernafasan
cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, pernafasan
diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan
meningkat dan anak biasanya cengeng, kaji apakah
terdapat suara nafas tambahan seperti ronkhi, stridor
atau wheezing.
4) Sistem kardiovaskuler
Biasanya anak mengalami sakit kepala, denyut nadi
meningkat, takikardi/bradikardi, dan disritmia,
pemeriksaan CRT.
5) Sistem neurosensori
Biasanya anak gelisah, terkadang ada yang
mengalami penurunan kesadaran, kejang, refleks
menurun/normal, letargi.
6) Sistem genitourinaria
Biasanya produksi urine normal dan tidak
mengalami gangguan.
7) Sistem digestif
Biasanya anak mengalami mual, kadang muntah,
konsistensi feses normal.
8) Sistem muskuloskeletal
Biasanya lemah, cepat lelah, tonus otot menurun,
nyeri otot/normal, retraksi paru, penggunaan otot
aksesoris pernafasan.

Poltekkes Kemenkes Padang


40

9) Sistem integumen
Biasanya balita mempunyai turgor kulit menurun,
kulit pucat, sianosis, banyak keringat, suhu tubuh
meningkat dan kemerahan.
j. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada (Padila,
2012).

2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan


diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan
hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga
termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat
keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi
untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman
(Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosis keperawatan yaitu:
a. Diagnosis keperawatan keluarga aktual (terjadi
defisit/gangguan kesehatan).
b. Diagnosis keperawatan keluarga resiko (ancaman)
dirumuskan apabila sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan.
c. Diagnosis keperawatan keluarga sejahtera (potensial)
merupakan suatu keadaan dimana keluarga dalam kondisi
sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan
ISPA menurut problem adalah :
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul pada keluarga
yang mengalami ISPA dengan pneumonia dan bukan pneumonia
mengacu pada problem dan etiologi SDKI adalah sebagai berikut:
a. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi

Poltekkes Kemenkes Padang


41

b. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan


ketidakmampuan mengatasi masalah keluarga
c. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan
dengan ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga
d. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan
hipersekresi jalan nafas
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
f. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Skala prioritas masalah keluarga

Tabel 2.2 : skala prioritas masalah keluarga

Kriteria Skor Bobot


1) Sifat masalah :
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
b. Ancaman Kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. Mudah 2
2
b. Sebagian
1
c. Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1

Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012).

Keterangan :

Total Skor didapatkan dengan : Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai
Angka tertinggi dalam skor

Poltekkes Kemenkes Padang


42

Cara melakukan skoring adalah :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria


b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosis
keperawatan keluarga .

Poltekkes Kemenkes Padang


43

3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.3 : Intervensi Keperawatan Keluarga
Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
Defisit Setelah TUK 1 Tingkat pengetahuan Kemampuan Edukasi proses penyakit
pengetahuan dilakukan Setelah dilakukan keluarga meningkat menjelaskan suatu topik : (I.12444)
berhubungan tindakan kunjungan 1 x 45 (L.12111) Observasi :
dengan kurang keperawatan menit keluarga 1. Kemampuan 1. Pengertian ISPA
terpapar diharapkan mampu mengenal menjelaskan apa a. Identifikasi
(ISPA) merupakan
informasi Tingkat masalah Infeksi itu ISPA kesiapan dan
penyakit infeksi yang
pengetahuan Saluran Pernafasan kemampuan
infeksi saluran menyerang salah satu
keluarga Akut menerima
pernapasan akut bagian atau lebih dari
tentang ISPA infromasi
atau ISPA saluran nafas mulai
meningkat Terapeutik :
adalah infeksi di dari hidung hingga
saluran pern kantong paru a. Sediakan mater
apasan, yang (alveoli) termasuk dan media
menimbulkan jaringan adneksa pendidikan
gejala batuk, seperti sinus atau kesehatan
pilek, disertai rongga di sekitar b. Jadwalkan
dengan demam hidung, rongga pendidikan
telinga tengah dan kesehatan sesuai
pleura. kesepakatan
c. Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :

Poltekkes Kemenkes Padang


44

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
a. Jelaskan
penyebab dan
2. Keluarga mampu 2. Penyebab ISPA faktor risiko
menyebutkan Adalah infeksi virus penyakit
penyebab dari atau bakteri pada b. Jelaskan proses
ISPA saluran pernapasan. patofisiologi
penyebab ISPA munculnya
adalah infeksi penyakit
virus atau bakteri c. Jelaskan tanda
pada saluran dan gejala yang
pernapasan. ditimbulkan
penyakit
3. Keluarga mampu d. Jelaskan
menyebutkan kemungkinan
gejala ISPA 3. Gejala ISPA ringan terjadinya
a. Batuk a. Batuk komplikasi
b. Serak, yaitu b. Serak e. Ajarkan cara
anak bersuara c. Pilek meredakan atau
parau d. Panas atau mengatasi gejala
c. Pilek atau demam yang dirasakan.
mengeluarkan f. Ajarkan cara
lendir atau meminimalkan
ingus dari efek samping ari
hidung intervensi atau
d. Panas atau pengobatan
demam, Suhu g. Informasikan
badan lebih

Poltekkes Kemenkes Padang


45

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
o
dari 37 C kondisi pasien
saat ini
h. Anjurkan
melapor jika
4. keluarga mampu merasakan tanda
menyebutkan dan gejala
pencegahan ISPA memberat atau
4. Pencegahan tidak biasa.
a. Berikan ASI
kepada anak
hingga umur 2
tahu.
b. Jauhkan anak dari
penderita batuk.
c. Bersihkan
lingkungan
rumah. Usahakan
ruangan memiliki
udara bersih dan
ventilasi cukup.
d. Lakukan
imunisasi atau
vaksinasi lengkap

TUK 2 Dukungan keluarga Keluarga mampu Dukungan pengambilan

Poltekkes Kemenkes Padang


46

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
Setelah dilakukan Keluarga mampu memberikan keputusan keputusan (1.09265)
kunjungan 1 x 45 mengambil keputusan dalam merawat anggota
menit keluarga dalam merawat keluarga dengan ISPA Observasi
mampu mengambil anggota keluarga dengan mengurangi a. Mengidentifikasi
keputusan untuk dengan ISPA dengan faktor resiko yang terjadi persepsi mengenal
merawat anggota mengurangi faktor pada penderita ISPA masalah dan
keluarga yang sakit resiko yang terjadi informasi yang
pada penderita. memicu konflik
Terapeutik
a. Fasilitasi
mengaklarifikasi
nilai dan harapan
yang membantu
membuat pilihan
b. Diskusikan kelebihan
dan kekurangan
setiap solusi
c. Fasilitasi melihat
situasi secara
realistic
d. Motivasi
mengungkapkan
tujuan perawatan
yang diharapkan
e. Fasilitasi

Poltekkes Kemenkes Padang


47

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
f. Hormati hak pasien
untuk menerima atau
menolak informasi
g. Fasilitasi
menjelaskan
keputusan kepada
orang lain, jika perlu
h. Fasilitasi hubungan
antara pasien,
keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya
Edukasi
a. Informasikan
alternatif solusi
secara jelas
b. Berikan informasi
yang diminta pasien
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan.

Poltekkes Kemenkes Padang


48

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar

TUK 3 Keluarga mampu Latihan batuk efektif. Latihan batuk efektif


Setelah dilakukan memahami Keluarga mampu
kunjungan 1x45 bagaimana perawatan memahami perawatan a. Jelaskan tujuan
menit keluarga pada balita yang pada balita dengan dan prosedur
mampu merawat dengan ISPA yang sputum berlebih pada batuk efektif
anggota keluarga memiliki sputum ISPA dengan b. Anjurkan tarik
yang sakit berlebih dengan cara menggunakan teknik nafas dalam
mengajarkan teknik batuk efektif dan nafas melalui hidung
batuk efektif dan dalam selama 4 detik,
nafas dalam ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mencucu
c. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam
yang ke 3

TUK 4 Keluarga dapat Keluarga mampu Manajemen lingkungan


Setelah dilakukan menciptakan dan memodifikasi (I.14514)
kunjungan 1 x 45 memodifikasi lingkungan dengan cara a. Sediakan tempat

Poltekkes Kemenkes Padang


49

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
menit keluarga lingkungan yang menjaga kebersihan tidur dan lingkungan
mampu dapat membantu lingkungan rumah dari yang bersih dan
memodifikasi dalam perawatan debu dan polusi, nyaman
lingkungan anggota keluarga melancarkan udara yang b. Ganti pakaian secara
ISPA. masuk dengan cara berkala
membuka jendela dan c. Ajarkan pasien dan
pintu setiap hari, keluarga tentang
meninggalkan kebiasaan upaya pencegahan
merokok di dalam infeksi
rumah, dan menghindari
faktor lain yang dapat
memperberat ISPA.
TUK 5 Ketahanan keluarga Keluarga mampu Edukasi program
Setelah dilakukan (L. 09074) memanfaatkan fasilitas pengobatan (1.12441)
kunjungan 1 x 45 pelayanan kesehatan dari
menit keluarga 1. Memanfaatkan skala 2 (jarang Observasi
mampu tenaga kesehatan dilakukan) menjadi 4 a. Identifikasi
memanfaatkan untuk mendapatkan (sering dilakukan):
informasi pengetahuan tentang
fasilitas kesehatan pengobatan yang
a. Menanyakan
2. Keluarga mampu pertanyaan terkait direkomendasikan
menyebutkan fasilitas kesehatan b. Identifikasi
kesehatan yang ada b. Melakukan self penggunaan
screening pengobatan
a. Rumah sakit c. Menggunakan tradisional dan
b. Puskesma informasi kemungkinan efek

Poltekkes Kemenkes Padang


50

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
c. Klinik kesehatan pengobatan
terpercaya Terapeutik
d. Mencari bantuan
pelayanan a. Fasilitas informasi
kesehatan sesuai tertulis atau gambar
kebutuhan untuk meningkatkan
pemahaman
mengenai program
pengobatan
b. Berikan dukungan
untuk menjalani
program pengobatan
dengan baik dan
benar
c. Libatkan keluarga
untuk memberikan
dukungan pada
pasien selama
pengobatan
Edukasi
a. Jelaskan manfaat dan
efek samping
pengobatan
b. Jelaskan strategi
mengelola efek
samping obat

Poltekkes Kemenkes Padang


51

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
c. Jelaskan cara
penyimpanan,
pengisian
kembali/pembelian
kembali, dan
pemantauan sisa obat
d. Jelaskan keuangan
dan kerugian
program pengobatan
e. Informasikan
fasilitas kesehatan
yang dapat
digunakan selama
pengobatan
f. Anjurkan memonitor
perkembangan
efektifitas
pengobatan
g. Anjurkan
mengonsumsi obat
sesuai indikasi
h. Anjurkan bertanya
jika ada sesuatu yang
tidak dimengerti
sebelum dan sesudah
pengobatan

Poltekkes Kemenkes Padang


52

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
dilakukan
i. Ajarkan kemampuan
melakukan
pengobatan mandiri
(self-medication)
Pemeliharaan Setelah TUK 1 Keluarga mampu Edukasi Kesehatan
kesehatan tidak dilakukan Setelah dilakukan menyebutkan (1.12383)
efektif tindakan kunjungan 1 x 45 pengertian hipertermi
berhubungan keperawatan menit keluarga Observasi
dengan diharapkan mampu mengenal 1. Hipertermi 1. Pengertian
a. Identifikasi kesiapan
ketidakmampuan pemeliharaan masalah hipertermi adalah dimana suhu hipertermi
dan kemampuan
mengatasi kesehatan tubuh seseorang Hipertermi adalah
menerima informasi
masalah keluarga meningkat meningkat diatas dimana suhu tubuh
mengenai hipertermi
rentang normal seseorang
Terapeutik
meningkat diatas
rentang normal a. Sediakan materi dan
pendidikan kesehatan
mengenai hipertermi
2. Tanda dan gejala b. Jadwalkan
2. Tanda dan
-suhu tubuh diatas pendidikan kesehatan
gejala
normal sesuai kesepakatan
hipertermi
-kulit merah c. Berikan kesempatan
-kulit terasa panas untuk bertanya
-nadi meningkat Edukasi
a. Jelaskan perilaku
hidup yang sehat

Poltekkes Kemenkes Padang


53

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar

TUK 2 Dukungan keluarga Keluarga mampu Dukungan pengambilan


Setelah dilakukan (L. 13112) memberikan keputusan keputusan (1.09265)
kunjungan 1 x 45 dalam merawat anggota
menit keluarga keluarga dengan Observasi
Keluarga mampu
mampu mengambil mengambil keputusan mengurangi faktor resiko a. Mengidentifikasi
keputusan untuk dalam merawat hipertermi persepsi mengenal
merawat anggota anggota keluarga masalah dan
keluarga yang sakit dengan mengurangi informasi yang
faktor resiko memicu konflik
hipertermi Terapeutik
a. Fasilitasi
mengaklarifikasi
nilai dan harapan
yang membantu
membuat pilihan
b. Diskusikan kelebihan
dan kekurangan
setiap solusi
c. Fasilitasi melihat
situasi secara
realistic
d. Motivasi
mengungkapkan
tujuan perawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


54

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
yang diharapkan
e. Fasilitasi
pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
f. Hormati hak pasien
untuk menerima atau
menolak informasi
g. Fasilitasi
menjelaskan
keputusan kepada
orang lain, jika perlu
h. Fasilitasi hubungan
antara pasien,
keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya
Edukasi
a. Informasikan
alternatif solusi
secara jelas
b. Berikan informasi
yang diminta pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


55

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
TUK 3 Peran pemberi asuhan Keluarga memberikan Kompres panas
Keluarga mampu (L.13121) kompres hangat kepada (I.08235)
memberikan Keluarga mampu balita yang sakit
keputusan dalam merawat anggota Observasi :
merawat anggota keluarga yang a. Identifikasi
keluarga dengan mengalami hipertermi kontraindikasi
mengurangi faktor kompres panas
resiko hipertermi b. Identifikasi
kondisi kulit
yang akan
dilakukan
kompres panas
c. Periksa suhu alat
kompres
d. Monitor iritasi
kulit atau
kerusakan
jaringan selama 5
menit pertama
Terapeutik :
a. Pilih metode
kompres yang
nyaman dan
mudah didapat
b. Pilih lokasi

Poltekkes Kemenkes Padang


56

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
kompres
c. Balut alat
kompres panas
dengan kain
pelindung, jika
perlu.

Edukasi :
a. Jelaskan prosedur
penggunaan
kompres panas
b. Anjurkan tidak
menyesuaikan
suhu secara
mandiri tanpa
pemberitahuan
sebelumnya
c. Ajarkan cara
menghindari
kerusakan
jaringan akibat
panas

Poltekkes Kemenkes Padang


57

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
TUK 4 Keluarga dapat Keluarga mampu Manajemen lingkungan
Setelah dilakukan menciptakan dan memodifikasi (I.14514)
kunjungan 1 x 45 memodifikasi lingkungan dengan cara a. Sediakan tempat
menit keluarga lingkungan yang menjaga kebersihan tidur dan lingkungan
mampu dapat membantu lingkungan rumah dari yang bersih dan
memodifikasi dalam perawatan debu dan polusi yang nyaman
lingkungan anggota keluarga dapat memperberat ISPA b. Ganti pakaian secara
ISPA berkala
c. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang
upaya pencegahan
infeksi
TUK 5 Ketahanan keluarga Keluarga mampu Edukasi program
Setelah dilakukan (L. 09074) memanfaatkan fasilitas pengobatan (1.12441)
kunjungan 1 x 45 pelayanan kesehatan dari
menit keluarga 3. Memanfaatkan skala 2 (jarang Observasi
mampu tenaga kesehatan dilakukan) menjadi 4 a. Identifikasi
memanfaatkan untuk mendapatkan (sering dilakukan):
informasi pengetahuan tentang
fasilitas kesehatan pengobatan yang
a. Menanyakan
4. Keluarga pertanyaan terkait direkomendasikan
mampu kesehatan b. Identifikasi
menyebutkan b. Melakukan self penggunaan
fasilitas screening pengobatan
kesehatan yang c. Menggunakan tradisional dan
ada informasi kemungkinan efek
pengobatan

Poltekkes Kemenkes Padang


58

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
kesehatan Terapeutik
a. Rumah sakit
terpercaya
b. Puskesmas
d. Mencari bantuan d. Fasilitas informasi
c. Klinik tertulis atau gambar
pelayanan
kesehatan sesuai untuk meningkatkan
kebutuhan pemahaman
mengenai program
pengobatan
e. Berikan dukungan
untuk menjalani
program pengobatan
dengan baik dan
benar
f. Libatkan keluarga
untuk memberikan
dukungan pada
pasien selama
pengobatan
Edukasi
a. Jelaskan manfaat dan
efek samping
pengobatan
b. Jelaskan strategi
mengelola efek
samping obat
c. Jelaskan cara

Poltekkes Kemenkes Padang


59

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
penyimpanan,
pengisian
kembali/pembelian
kembali, dan
pemantauan sisa obat
d. Jelaskan keuangan
dan kerugian
program pengobatan
e. Informasikan
fasilitas kesehatan
yang dapat
digunakan selama
pengobatan
f. Anjurkan memonitor
perkembangan
efektifitas
pengobatan
g. Anjurkan
mengonsumsi obat
sesuai indikasi
h. Anjurkan bertanya
jika ada sesuatu yang
tidak dimengerti
sebelum dan sesudah
pengobatan
dilakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


60

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
i. Ajarkan kemampuan
melakukan
pengobatan mandiri
(self-medication)
Manajemen Setelah TUK 1 Tingkat pengetahuan Kemampuan Edukasi proses penyakit
kesehatan dilakukan Setelah dilakukan keluarga meningkat menjelaskan suatu topik : (I.12444)
keluarga tidak tindakan kunjungan 1 x 45 (L.12111) Observasi :
efektif keperawatan menit keluarga 1. Kemampuan 1. Pengertian ISPA
berhubungan diharapkan mampu mengenal menjelaskan apa a. Identifikasi
(ISPA) merupakan
dengan manajemen masalah Infeksi itu ISPA kesiapan dan
penyakit infeksi yang
ketidakefektifan kesehatan Saluran Pernafasan kemampuan
infeksi saluran menyerang salah satu
pola perawatan keluarga Akut menerima
pernapasan akut bagian atau lebih dari
kesehatan meningkat infromasi
atau ISPA saluran nafas mulai
keluarga. Terapeutik :
adalah infeksi di dari hidung hingga
saluran kantong paru a. Sediakan mater
pernapasan, (alveoli) termasuk dan media
yang jaringan adneksa pendidikan
menimbulkan seperti sinus atau kesehatan
gejala batuk, rongga di sekitar b. Jadwalkan
pilek, disertai hidung, rongga pendidikan
dengan demam telinga tengah dan kesehatan sesuai
pleura. kesepakatan
c. Berikan
2. Keluarga mampu kesempatan
menyebutkan 2. Penyebab ISPA
untuk bertanya
penyebab dari Adalah infeksi virus

Poltekkes Kemenkes Padang


61

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
ISPA atau bakteri pada Edukasi :
penyebab ISPA saluran pernapasan.
adalah infeksi a. Jelaskan
virus atau bakteri penyebab dan
pada saluran faktor risiko
pernapasan. penyakit
b. Jelaskan proses
3. Keluarga mampu patofisiologi
menyebutkan munculnya
gejala ISPA 3. Gejala ISPA ringan penyakit
a. Batuk a. Batuk c. Jelaskan tanda
b. Serak, yaitu b. Serak dan gejala yang
anak bersuara c. Pilek ditimbulkan
parau d. Panas atau penyakit
c. Pilek atau demam d. Jelaskan
mengeluarkan kemungkinan
lendir atau terjadinya
ingus dari komplikasi
hidung e. Ajarkan cara
d. Panas atau meredakan atau
demam, Suhu mengatasi gejala
badan lebih yang dirasakan.
dari 37oC f. Ajarkan cara
meminimalkan
efek samping ari
4. keluarga mampu intervensi atau
menyebutkan pengobatan

Poltekkes Kemenkes Padang


62

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
pencegahan ISPA g. Informasikan
4. Pencegahan
pada balita. kondisi pasien
a. Berikan ASI
saat ini
kepada anak
h. Anjurkan
hingga umur 2
melapor jika
tahu.
merasakan tanda
b. Jauhkan anak dari
dan gejala
penderita batuk.
memberat atau
c. Bersihkan
tidak biasa.
lingkungan
rumah. Usahakan
ruangan memiliki
udara bersih dan
ventilasi cukup.
d. Lakukan
imunisasi atau
vaksinasi lengkap
TUK 2 Dukungan keluarga Keluarga mampu Dukungan pengambilan
Setelah dilakukan Keluarga mampu memberikan keputusan keputusan (1.09265)
kunjungan 1 x 45 mengambil keputusan dalam merawat anggota
menit keluarga dalam merawat keluarga dengan ISPA Observasi
mampu mengambil anggota keluarga dengan mengurangi a. Mengidentifikasi
keputusan untuk dengan ISPA dengan faktor resiko yang terjadi persepsi mengenal
merawat anggota mengurangi faktor pada penderita ISPA masalah dan
keluarga yang sakit resiko yang terjadi informasi yang
pada penderita. memicu konflik

Poltekkes Kemenkes Padang


63

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
Terapeutik
a. Fasilitasi
mengaklarifikasi
nilai dan harapan
yang membantu
membuat pilihan
b. Diskusikan kelebihan
dan kekurangan
setiap solusi
c. Fasilitasi melihat
situasi secara
realistic
d. Motivasi
mengungkapkan
tujuan perawatan
yang diharapkan
e. Fasilitasi
pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
f. Hormati hak pasien
untuk menerima atau
menolak informasi
g. Fasilitasi
menjelaskan
keputusan kepada

Poltekkes Kemenkes Padang


64

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
orang lain, jika perlu
h. Fasilitasi hubungan
antara pasien,
keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya
Edukasi
c. Informasikan
alternatif solusi
secara jelas
d. Berikan informasi
yang diminta pasien
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan
TUK 3 Keluarga mampu Latihan batuk efektif. Latihan batuk efektif
Setelah dilakukan memahami Keluarga mampu
kunjungan 1x45 bagaimana perawatan memahami perawatan d. Jelaskan tujuan
menit keluarga pada balita yang pada balita dengan dan prosedur
mampu merawat dengan ISPA yang sputum berlebih pada batuk efektif
anggota keluarga memiliki sputum ISPA dengan e. Anjurkan tarik
yang sakit berlebih dengan cara menggunakan teknik nafas dalam
mengajarkan teknik batuk efektif dan nafas melalui hidung
batuk efektif dan selama 4 detik,

Poltekkes Kemenkes Padang


65

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
nafas dalam dalam ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mencucu
f. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam
yang ke 3

TUK 4 Keluarga dapat Keluarga mampu Manajemen lingkungan


Setelah dilakukan menciptakan dan memodifikasi (I.14514)
kunjungan 1 x 45 memodifikasi lingkungan dengan cara a. Sediakan tempat
menit keluarga lingkungan yang menjaga kebersihan tidur dan lingkungan
mampu dapat membantu lingkungan rumah dari yang bersih dan
memodifikasi dalam perawatan debu dan polusi, nyaman
lingkungan anggota keluarga melancarkan udara yang b. Ganti pakaian secara
ISPA masuk dengan cara berkala
membuka jendela dan c. Ajarkan pasien dan
pintu setiap hari, keluarga tentang
meninggalkan kebiasaan upaya pencegahan
merokok di dalam infeksi
rumah, dan menghindari
faktor lain yang dapat

Poltekkes Kemenkes Padang


66

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
memperberat ISPA.
TUK 5 Ketahanan keluarga Keluarga mampu Edukasi program
Setelah dilakukan (L. 09074) memanfaatkan fasilitas pengobatan (1.12441)
kunjungan 1 x 45 pelayanan kesehatan):
menit keluarga 1. Memanfaatkan Observasi
mampu tenaga kesehatan a. Menanyakan
memanfaatkan untuk mendapatkan pertanyaan terkait a. Identifikasi
informasi kesehatan pengetahuan tentang
fasilitas kesehatan pengobatan yang
b. Melakukan self
2. Keluarga mampu screening direkomendasikan
menyebutkan fasilitas c. Menggunakan b. Identifikasi
kesehatan yang ada informasi penggunaan
kesehatan pengobatan
a. Rumah sakit terpercaya tradisional dan
b. Puskesmas d. Mencari bantuan kemungkinan efek
c. Klinik pelayanan pengobatan
kesehatan sesuai Terapeutik
kebutuhan a. Fasilitas informasi
tertulis atau gambar
untuk meningkatkan
pemahaman
mengenai program
pengobatan
b. Berikan dukungan
untuk menjalani
program pengobatan

Poltekkes Kemenkes Padang


67

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
dengan baik dan
benar
c. Libatkan keluarga
untuk memberikan
dukungan pada
pasien selama
pengobatan

Edukasi
a. Jelaskan manfaat dan
efek samping
pengobatan
b. Jelaskan strategi
mengelola efek
samping obat
c. Jelaskan cara
penyimpanan,
pengisian
kembali/pembelian
kembali, dan
pemantauan sisa obat
d. Jelaskan keuangan
dan kerugian
program pengobatan
e. Informasikan

Poltekkes Kemenkes Padang


68

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
fasilitas kesehatan
yang dapat
digunakan selama
pengobatan
f. Anjurkan memonitor
perkembangan
efektifitas
pengobatan
g. Anjurkan
mengonsumsi obat
sesuai indikasi
h. Anjurkan bertanya
jika ada sesuatu yang
tidak dimengerti
sebelum dan sesudah
pengobatan
dilakukan
i. Ajarkan kemampuan
melakukan
pengobatan mandiri
(self-medication)
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Poltekkes Kemenkes Padang


69

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan


keluarga yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui
pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi
di prioritaskan sesuai dengan kemampuan keluarga dan sumber
yang dimiliki keluarga (Friedman, 2010). Sedangkan menurut
(Sudiharto, 2012) dalam Siska, 2017, implementasi keperawatan
keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi yang
memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di didik
untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan
mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat
memampukan keluarga untuk mengenal masalah kesehatannya,
mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang
dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi
kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap
anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
terdekat.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang


dilakukan keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih
ditentukan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga
(bagaimana anggota berespons) daripada intervensi yang
diimplementasikan. Evaluasi merupakan kegiatan bersama antara
perawat dan keluarga. Evaluasi merupakan proses terus menerus
yang terjadi setiap saat perawat memperbarui rencana asuhan
keperawatan (Friedman, 2010).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif yang berbentuk studi kasus


untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan asuhan keperawatan
keluarga pada balita dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) di
wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang untuk mengkaji lebih
lanjut masalah bio-psiko-sosio-spiritual.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota
Padang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2021 sampai
Mei 2022 dengan pendampingan kasus selama 12 hari dimulai dari tanggal
5 April 2022 sampai 16 April 2022 pada anak balita yang mengalami
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari


manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala,
nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber daya yang
memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Margono,
2004) dalam Hardani 2020.
Populasi dari penelitian ini adalah balita yang sedang mengalami
ISPA pneumonia dan ISPA bukan pneumonia yang tercatat pada
tanggal 5 bulan april 2022 yang melakukan kunjungan ke
Puskesmas Nanggalo sebanyak 2 kasus baru balita dengan ISPA
bukan pneumonia.

70

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang di ambil
menggunakan teknik pengambilan sampling (Husain dan purnomo,
2001) dalam Hardani 2020. Pendapat lain mengatakan bahwa
sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi terebut
(Notoadmojo, 1993) dalam Wawan 2021. Sampel yang di tetapkan
berjumlah 1 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara purpossive sampling. Purpossive sampling merupakan teknik
pengambilan sampel sesuai keinginan peneliti (Kurniawan dan
Agustini, 2021). Sampel yang akan diambil disesuaikan dengan
kriteria inklusi dan ekslusi.
a. Peneliti menentukan kriteria dalam pemilihan sampel yaitu :
1) Kriteria Inklusi
a) Keluarga dengan balita penderita ISPA yang
melakukan kunjungan ke Puskesmas Nanggalo
Padang.
b) Balita yang sedang menderita Infeksi Saluran
Pernafasan akut (ISPA) baik ISPA pneumonia
dan ISPA bukan pneumonia.
c) Klien yang datang dengan kunjungan pertama.
d) Klien yang memiliki alamat lengkap.

e) Keluarga dan klien bersedia diberikan asuhan


keperawatan

f) Keluarga dan klien yang mampu berkomunikasi


dengan baik dan lancar serta kooperatif.

g) Keluarga dan klien yang berada ditempat saat


dilakukan penelitian.
2) Kriteria Eksklusi
a) Keluarga yang tidak bersedia untuk dilakukan
penelitian.

71
Poltekkes Kemenkes Padang
72

Peneliti melakukan dinas di KIA anak Puskesmas Nanggalo selama


dua hari, pada hari senin tidak terdapat kunjungan balita dengan
ISPA dan di hari selasa terdapat dua kunjungan balita dengan
ISPA. Dari dua pasien yang melakukan kunjungan, salah satu
orangtua balita tidak bersedia dilakukan kunjungan ke rumah
sehingga tersisa 1 pasien yang memenuhi kriteria dan bersedia
diberikan asuhan keperawatan ke rumah.

D. Instrumen Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada pasien dimulai dengan pengkajian sampai
evaluasi. Instrumen yang digunakan adalah format pengkajian asuhan
keperawatan keluarga yang mencakup data umum, genogram, riwayat dan
tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi
keluargas, stress dan koping keluarga dan juga pemeriksaan fisik seluruh
anggota keluarga. Data didapatkan melalui wawancara ataupun melalui
pembicaraan informal lain. Data lainnya dapat diperoleh melalui berbagai
macam sumber atau mempelajari dokumen-dokumen yang tertulis. Untuk
melengkapi data pengkajian awal pada klien, alat yang digunakan yaitu
stetoskop, tensimeter, penlight, alat ukur BB dan alat ukur TB.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer dalam suatu penelitian diperoleh langsung dari


sumbernya dengan melakukan pengukuran, menghitung sendiri
dalam bentuk angket, observasi, wawancara dan lain lain
(Hardani, 2020).

Poltekkes Kemenkes Padang


73

Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi 2 macam,


seperti berikut ini :
1) Data objektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat
keluarga. Data objektif yang didapatkan antara lain data
lingkungan rumah serta hasil pemeriksaan fisik dan TTV.
2) Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh
klien dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara
perawat kepada klien dan keluarga. Data subjektif yang
didapatkan antara lain data umum keluarga, riwayat keluarga
dan tahap perkembanagan keluarga, struktur keluarga, fungsi
keluarga, serta stress dan koping keluarga.

b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung dari orang lain, kantor yang berupa laporan, profil, buku
pedoman atau pustaka (Hardani, 2020). Data sekunder umumnya
berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan bulanan
Puskesmas yang telah tersusun dalam arsip yang tidak
dipublikasikan. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari
dokumentasi / Medical Record di Puskesmas Nanggalo Kota
Padang.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat diartikan sebagai teknik untuk


mendapatkan data yang kemudian dianalisis dalam suatu penelitian.
Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk menemukan data yang
dibutuhkan dalam tahapan penelitian (Kurniawan, 2021).

Berikut ini adalah teknik pengumpulan data penelitian yang biasa


digunakan sebagai berikut :

Poltekkes Kemenkes Padang


74

a. Wawancara
Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti
dengan informan atau subjek penelitian. Wawancara yang
dilakukan kepada keluarga Tn. C bertujuan untuk mendapatkan
data yang tidak bisa di dapatkan melalui observasi. Data yang
dapatkan berupa data setiap anggota keluarga, silsilah keluarga,
kondisi kesehatan keluarga saat ini, kondisi kesehatan keluarga
dahulu, kondisi ekonomi dan pendapatan, kehidupan sosial
keluarga dsb.
Dalam penelitian yang dilakukan ini, teknik wawancara yang
dilakukan yaitu wawancara bebas terpimpin kepada keluarga
klien mengenai data dan keluhan yang dialami oleh klien dengan
menggunakan pedoman wawancara berupa format pengkajian
keperawatan keluarga. Mewawancarai biodata keluarga dengan
mulai dari umur, agama, suku, pendidikan terakhir, dan
pekerjaan. Menanyakan keluhan yang sedang klien alami seperti
saat ini anak demam, batuk, flu.
b. Observasi
Observasi merupakan kegiatan dengan menggunakan panca
indera, baik penglihatan, penciuman, pendengaran untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. Data yang di dapatkan melalui observasi berupa
keadaan rumah keluarga, baik di dalam maupun yang berada di
sekitar rumah, keadaan dan kondisi fisik setiap anggota keluarga.

F. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang telah dilakukan oleh


peneliti :

a. Peneliti meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat


izin penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes RI
Poltekkes Kemenkes Padang
75

Padang ke Dinas Kesehatan Kota Padang.


b. Peneliti mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan
menyerahkan surat izin peneliti dari institusi untuk mendapat
surat rekomendasi ke Puskesmas Nanggalo Kota Padang.
c. Peneliti mendatangi Puskesmas Nanggalo Kota Padang dan
menyerahkan surat rekomendasi dan surat izin penelitian dari
Dinas Kota Padang.
d. Peneliti meminta izin ke Kepala Puskesmas Nanggalo Kota
Padang.

e. Peneliti mendatangi KIA Anak untuk mengetahui penderita


ISPA pada balita yang sedang berobat ke Puskesmas Nanggalo
Kota Padang dan dilakukan selama 2 hari dan didapatkan
populasi sebanyak 2 orang.

f. Peneliti menentukan sampel sesuai kriteria inklusi dan ekslusi


didapatkan 1 orang sampel yaitu keluarga Tn. C

g. Responden diberi penjelasan mengenai tujuan penelitian.

h. Informed Consent diberikan kepada Tn. C

i. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya.

j. Responden menandatangani Informed Consent.

k. Peneliti melakukan kontrak waktu dan tempat untuk pertemuan


pertama, kedua sampai dengan 12 kali kunjungan peneliti ke
keluarga responden.

l. Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan pengakajian


dan wawancara menggunakan format pengkajian asuhan
keperawatan keluarga dengan teknik wawancara dan anamnesa.
m. Peneliti melakukan pemeriksaan fisik dengan metode head to
toe.
n. Peneliti melakukan intervensi, implementasi dan evaluasi pada
responden, kemudian peneliti melakukan dokumentasi

Poltekkes Kemenkes Padang


76

keperawatan dan melakukan terminasi.

G. Hasil Analisis

Data yang ditemukan saat pengkajian hingga evaluasi dikelompokkan dan


dianalisis dengan cara membandingkan data subjektif dan objektif yang
ditemukan dengan konsep teoritis sehingga dapat dirumuskan diagnosis
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan
implementasi serta evaluasi keperawatan dengan cara dinarasikan.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Tn C, khususnya pada


An. A dengan masalah Infeksi saluran Pernafasan akut (ISPA). Kunjungan
dimulai pada tanggal 5 April sampai dengan 16 April 2022 selama 12 kali
kunjungan. Berikut peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian secara
narasi.

1. Pengkajian Keperawatan

Dari pengkajian didapatkan data bahwa An. A tinggal bersama ayah dan
ibu, Tn. C merupakan kepala keluarga yang lahir di Kota Padang pada
tanggal 02 Agustus 1979, berusia 42 tahun dengan pendidikan terakhirnya
SMA dan bekerja sebagai buruh harian. Ny. C merupakan ibu dari An. A
yang lahir di Kota Padang pada tanggal 06 September 1985, berusia 37
tahun dengan pendidikan terakhir Ny. S yaitu S-1 pendidikan biologi dan
bekerja sebagai guru bimbel. An. A merupakan anak pertama Tn. C dan
Ny. S yang lahir di Kota Padang pada tanggal 20 Maret 2021 dan saat ini
berusia 13 bulan.

Tn. C merupakan anak kelima dari 6 bersaudara, sedangkan Ny. S


merupakan anak kelima dari 8 bersaudara. Tn. C hanya tinggal bersama
anak dan istri dan merupakan keluarga inti.

Tn. C mengatakan An. A mengalami demam, batuk dan flu selama 2 hari,
dan dibawa berobat ke puskesmas. Saat dilakukan pengecekkan suhu,
didapatkan suhu An. A yaitu 38oC. Saat dilakukan pengkajian An. A
terlihat masih batuk, pilek dan nafas 30x/menit. suhu badannya masih
panas yaitu 38’ C, dan sudah meminum obat dari puskesmas. Selama
dirumah, Ny.S sudah melakukan perawatan dirumah dengan cara

77
Poltekkes Kemenkes Padang
78

memberikan kompres hangat kepada anak, Ny.S juga berusaha untuk


memberikan minum dan susu kepada An. A agar tidak terjadi dehidrasi.

Keluarga Tn. C memiliki suku Minangkabau, bahasa yang digunakan


sehari-hari yaitu bahasa minang, keluarga Tn. C merupakan penduduk asli
padang dan mengikuti adat dan kebudayaan minang.

Tn. C mengatakan saat ini ia tidak sedang menderita sakit apapun. Istri Tn.
C saat ini sedang hamil 7 bulan dan sedang tidak menderita sakit apapun,
hanya saja anak Tn. C saat ini sedang demam, flu dan batuk. Tn. C
mengatakan anaknya dalam 1 bulan terakhir mengalami demam sebanyak
3 kali, demam tinggi hingga suhu 39’C dan dua minggu lalu anak Tn. C
terkena campak. Anak Tn. C sering terkena demam akibat tidak
lengkapnya imunisasi yang harusnya menjadi sistem kekebalan yang
mencegah anak Tn. C dari penyakit penyakit terutama penyakit infeksi.
Anak Tn. C hanya mendapatkan imunisasi Hb 0, DPT dan Polio 1. Pada
awalnya Tn. C mengizinkan anaknya untuk di imunisasi, namun setelah 2
kali imunisasi anak Tn. C selalu demam, setelah itu Tn. C tidak lagi
mengizinkan anaknya untuk diberikan imunisasi lagi.

Keadaan anak Tn. C saat ini demam dengan suhu 38’C dan sudah
mendapatkan obat penurun panas. Flu dan batuk dimana batuk berdahak,
pada anak dan terdapat sekret pada hidung anak Tn. C. Tn. C mengatakan
anaknya tidak mau makan dan lebih suka untuk minum susu saja, dan
rewel di malam hari.

Tn. C mengatakan tidak memiliki penyakit apapun sebelumnya, hanya saja


Tn. C memiliki kebiasaan merokok dan belum bisa memberhentikan
kebiasaannya sampai saat ini. Istri Tn. C pada saat hamil pertama pada
tahun 2018 mengalami keguguran akibat kandungan istrinya lemah dan
mengalami kelainan pada pembuluh darah vena dimana dinding pembuluh
darah rapuh. Tn. C mengatakan ini kali pertama anaknya menderita
penyakit batuk, flu dan demam. Tn. C mengatakan anaknya memang
sering demam namun tidak di ikuti dengan batuk dan flu.
Poltekkes Kemenkes Padang
79

Rumah yang ditempati oleh Tn. C dan keluarga merupakan rumah


kontrakan, bentuk rumah Tn. C merupakan permanen, atap seng dengan
loteng, dinding semen dan lantai sudah disemen/diplester, ukuran rumah 8
m x 5 m. Rumah Tn.R tampak kurang rapi, barang-barang berserakan,
pencahayaan kurang karena jendela jarang dibuka,, ventilasi terlihat
kurang, jendela tampak berdebu, untuk sehari-hari keluarga menggunakan
air sumur, lingkungan rumah terlihat sempit sehingga barang-barang
bertumpukan didalam rumah, terdapat hewan peliharaan seperti ayam,
burung dan itik di halaman depan rumah Tn. C. Rumah Tn. C berada
dipinggir jalan raya sehingga banyak asap dari kendaraan dan juga warga
sekitar terbiasa membakar sampah yang ada.

Keluarga Tn. C menetap dirumah yang saat ini ditempati sudah 2 tahun,
dan merupakan rumah kontrakan. Lingkungan tempat tinggal An. A cukup
padat, terlihat rumah dengan jarak berdekatan, masyarakat tampak terlihat
rukun, beberapa kali terlihat tetangga berkumpul di rumah Ny.S untuk
mengobrol saling bertukar cerita.

Tn. C bekerja sebagai buruh harian dan Ny. S sebagai ibu rumah tangga
mempunyai pekerjaan sampingan sebagai guru bimbel, penghasilan
keluarga berasal dari Tn. C dengan pendapatan sekitar Rp. 3.000.000
perbulan, penghasilan Tn. C digunakan untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari seperti makanan, susu, biaya kontrakan, biaya listrik, dsb.

Sistem pendukung keluarga adalah Tn. C dan Ny.S berupa BPJS


kesehatan, dimana mereka bertindak sebagai orang tua dari An. A, anak
mendapat cukup kasih sayang dari kedua orangtua walaupun fokus kedua
orangtua harus terbagi untuk calon adik An. A. Struktur kekuatan untuk
mengambil keputusan yang bertanggung jawab adalah Tn. C sebagai
kepala keluarga dan ayah bagi anak-anaknya.

Keluarga Tn. C menjalankan lima fungsi keluarga dengan cukup baik,


mulai dari fungsi afektif, Keluarga Tn. C merupakan keluarga yang cukup
harmonis, menghargai dan saling menyayangi antar anggota keluarga.
Poltekkes Kemenkes Padang
80

Komunikasi antar keluarga terjalin dengan baik, Tn. C dan istrinya


bercengkrama dan bermain bersama An. A.

Fungsi sosialisasi terlihat dari interaksi antara Tn. C dan istri dengan
anaknya dan Interaksi Ny.S dengan tetangga yang terjalin baik, Tn. C dan
Ny.S juga ikut serta jika ada acara seperti pernikahan, pengajian ataupun
gotong royong yang diadakan masyarakat sekitar rumah. Fungsi ekonomi
dilihat dari Tn. C yang berusaha memenuhi kebutuhan keluarga, dan juga
Ny.S membantu dengan kerja sebagai guru bimbel dirumah.

Fungsi reproduksi terlihat saat dilakukan pengkajian kepada Tn. C dan Ny.
S yang mengatakan saat ini Ny. S sedang hamil anak kedua, dimana
kehamilan kedua sudah memasuki trisemester 3. Tn. C mengatakan
istrinya tidak menggunakan alat kontrasepsi karena mereka memang
menginginkan anak kedua mengingat usia Ny. S sudah memasuki 37 tahun
dan ditakutkan jika menunda kehamilan akan menjadi kehamilan yang
beresiko nantinya.

Fungsi perawatan keluarga Tn. C cukup baik, dimana keluarga cukup


memahami tentang penyakit yang dialami anaknya, mengenai apa itu
penyebab dan pencegahannya. Keluarga mengetahu tentang penyakit An.
A yaitu demam yang diikuti flu dan batuk. Pengambilan keputusan dalam
merawat anak cukup baik, karena Tn. C membawa An. A ke puskesmas di
hari kedua demam An. A tidak turun. Kemampuan dalam merawat
anggota keluarga yang sakit belum sepenuhnya keluarga mengetahui
bagaimana cara perawatan mandiri yang dapat dilakukan dirumah pada
anggota keluarga yang sakit. Ny.S hanya mengetahui cara perawatan anak
bila demam dengan membawa anak ke puskesmas dan memberikan
kepada anak, serta mengompres anak agar demamnya turun. Kemampuan
untuk memodifikasi lingkungan terlihat kurang baik, keluarga kurang
mengetahui lingkungan bagaimana untuk mencegah dan mengatasi infeksi
agar penyakit An. A tidak memberat. Dalam pemanfaatan fasilitas
kesehatan keluarga Tn. C sudah cukup baik karena Tn. C melakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


81

pemeriksaan kesehatan rutin ke fasilitas kesehatan selama kehamilan Ny.S


dan membawa anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan yang
ada. Tn. C memiliki jaminan kesehatan yaitu BPJS yang digunakan jika
akan berobat.

Stressor Jangka Pendek Saat ini keluarga tidak memiliki masalah yang
cukup berat, hanya saja saat ini An. A mengalami Infeksi Saluran
Pernafasan Akut dan beberapa kali mengalami demam, bahkan dalam
sebulan An. A bisa mengalami demam sebanyak 3-4 kali. Stressor jangka
panjang yang dimiliki keluarga yaitu memikirkan masalah biaya untuk
kebutuhan hidup dan biaya untuk menyekolahkan anaknya. Keluarga
memberikan respon yang baik jika memiliki masalah, karena apapun
masalah yang datang berasal dari Allah dan selalu ada jalan
penyelesaiannya. Strategi Koping yang digunakan adalah jika anggota
keluarga sakit dan mengalami masalah akan dibawa ke fasilitas kesehatan.
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional
meskipun dalam kondisi yang parah.

Hasil pemeriksaan fisik pada An. A didapatkan HR: 90x/menit, RR :


30x/menit, Suhu 38oC, BB : 8,3 Kg, TB : 76 Cm, An. A tampak batuk,
pilek serta suhu badan diatas batas normal, kulit terasa panas, sedangkan
pada pemeriksaan lain, tidak tampak perubahan pada An. A.

2. Diagnosis Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn. C, khususnya An. A


perawat mendapatkan data subjektif dan objektif, dimana dari analisa data
dapat diangkat diagnosis keperawatan diantaranya adalah :

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi


jalan nafas. Dimana didapatkan data bahwa An. A sedang mengalami
batuk berdahak, frekuensi nafas : 30x/menit dan anak tampak gelisah.

Poltekkes Kemenkes Padang


82

Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Dimana didapatkan


data bahwa saat dilakukan pengkajian An. A terlihat masih demam, suhu
tubuh An. A diatas batas normal yaitu 38oC, kulit tampak memerah dan
teraba hangat, Ny.S mengatakan sudah membawa An ke Puskesmas
Nanggalo dan suhu tubuh mulai turun setelah meminum obat dan
memberikan kompres hangat. Tn. C mengatakan imunisasi An. A tidak
lengkap.

Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan sikap


negatif terhadap pelayanan kesehatan. Dimana didapatkan data Tn. C
mengatakan tidak mengizinkan An. A mendapatkan imunisasi, An. A
sering kali demam bahkan hingga 3-4 kali dalam setiap bulannya.

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan


kurang terpapar informasi. Dimana didapatkan data Tn. C memiliki
kebiasaan merokok dirumah, memiliki kebiasaan untuk membakar sampah
rumah tangga, tidak menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan
masker.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan diagnosis yang telah


didapatkan, lalu dibuat intervensi sebagai pemecah masalah yang telah
didapatkan, berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang dilengkapi
dengan kriteria.

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi


jalan nafas.

Tujuan Umum : tujuan umum dari diagnosis ini adalah setelah dilakukan
intervensi keperawatan keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
keluarga mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sesuai dengan
tugas keperawatan keluarga.

Poltekkes Kemenkes Padang


83

TUK 1 yaitu mengenal masalah tentang ISPA dengan menjelaskan


pengertian, tanda dan gejala ISPA, berikan pujian atas jawaban yang benar
dan evaluasi ulang.

TUK 2 yaitu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga


dengan ISPA dan jelaskan bagaimana akibat jika masalah tidak ditangani,
evaluasi kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan pada
penderita ISPA.

TUK 3 yaitu keluarga mampu memahami bagaimana perawatan pada


balita yang dengan ISPA yang memiliki sputum berlebih dengan cara
menganjurkan untuk mengkonsumsi air perasan jeruk nipis yang
dicampurkan dengan kecap atau madu dan memberikan terapi uap air dan
minyak kayu putih. Berikan reinforcemen positif atas tindakan yang benar.

TUK 4 yaitu memodifikasi lingkungan yang dapat membantu dalam


perawatan anggota keluarga ISPA, dengan menjaga kebersihan lingkungan
rumah yang dapat memperberat ISPA, berikan pujian dan evaluasi
kembali.

TUK 5 yaitu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan rencana kegiatan,


diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada, berikan
pujian dan evaluasi kembali.

Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, tujuan umum dari


diagnosis ini adalah setelah dilakukan intervensi keperawatan keluarga
mampu mengenal masalah tentang hipertermi pada penderita ISPA.

TUK 1 yaitu mengenal masalah tentang hipertermi yaitu dengan


mendiskusikan pengertian, tanda dan gejala. Berikan pujian atas jawaban
yang benar dan evaluasi ulang.

TUK 2 yaitu Keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat


anggota keluarga dengan mengurangi faktor resiko hipertermi, motivasi
keluarga untuk melakukan dan menyebutkan akibat jika masalah tidak
Poltekkes Kemenkes Padang
84

ditangani. Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga


yang sakit.

TUK 3 yaitu merawat anggota keluarga dengan rencana kegiatan ajarkan


keluarga bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan ISPA, berikan
reinforcement yang positif atas tindakan yang benar. Dimana keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang mengalami hipertermi dengan
cara memberikan kompres hangat.

TUK 4 yaitu memodifikasi lingkungan dengan mendiskusikan bersama


keluarga tentang lingkungan yang baik bagi penderita ISPA seperti
membuka jendela, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, beri pujian
dan evaluasi kembali.

TUK 5 yaitu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan kaji pengetahuan


keluarga tentang fasilitas kesehatan, beri pujian dan evaluasi kembali
tentang memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan sikap


negatif terhadap pelayanan kesehatan. dengan tujuan umum dari
diagnosis ini adalah setelah dilakukan intervensi keperawatan keluarga
mampu mengenal cara mencegah masalah kesehatan keluarga tentang
ISPA yaitu dengan memberikan edukasi mengenai imunisasi dan
pencegahan infeksi dengan cara mencuci tangan.

TUK 1 yaitu mengenal masalah tentang imunisasi yaitu dengan


mendiskusikan pengertian, jenia-jenis imunisasi dan manfaat imunisasi.
Berikan pujian atas jawaban yang benar dan evaluasi ulang.

TUK 2 yaitu Keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat


anggota keluarga dengan mengetahui dampak yang ditimbulkan jika anak
tidak mendapatkan imunisasi. Evaluasi kemampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit.

Poltekkes Kemenkes Padang


85

TUK 3 yaitu merawat anggota keluarga dengan rencana kegiatan


mengajarkan keluarga bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan
ISPA agar tidak terjadi kekambuhan dengan melakukan cuci tangan pakai
sabun sebagai upaya pencegahan infeksi.

TUK 4 yaitu memodifikasi lingkungan dengan mendiskusikan bersama


keluarga tentang lingkungan yang baik bagi penderita ISPA seperti
membuka jendela, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, beri pujian
dan evaluasi kembali.

TUK 5 yaitu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan kaji pengetahuan


keluarga tentang fasilitas kesehatan, beri pujian dan evaluasi kembali
tentang memanfaatkan fasilitas Kesehatan.

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan


kurang terpapar informasi. dengan tujuan umum dari diagnosis ini
adalah setelah dilakukan intervensi keperawatan keluarga mampu
mengenal cara mencegah masalah kesehatan keluarga tentang ISPA yaitu
dengan PHBS.

TUK 1 yaitu mengenal masalah tentang PHBS yaitu dengan


mendiskusikan pengertian dan ciri-ciri manusia sehat. Berikan pujian atas
jawaban yang benar dan evaluasi ulang.

TUK 2 yaitu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga


dengan ISPA dengan pencegahan melalui PHBS dan jelaskan bagaimana
akibat jika masalah tidak ditangani, evaluasi kembali

TUK 3 yaitu keluarga mampu memutuskan merawat keluarga yang sakit


ISPA dengan pencegahan melalui PHBS. Berikan reinforcemen positif
atas tindakan yang benar.

TUK 4 yaitu memodifikasi lingkungan yang dapat membantu dalam


perawatan anggota keluarga ISPA, dengan cara menjaga kebersihan

Poltekkes Kemenkes Padang


86

lingkungan rumah dari debu dan polusi yang dapat memperberat ISPA,
berikan pujian dan evaluasi kembali.

TUK 5 yaitu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan rencana kegiatan,


diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada, berikan
pujian dan evaluasi kembali.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada keluarga Tn. C khususnya An. A yaitu


berdasarkan intervensi yang telah dibuat berdasarkan diagnosis yang
ditetapkan.

Diagnosis pertama yaitu Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas. Implementasi TUK 1
dilakukan pada tanggal 07 april 2022 yaitu mengenal masalah kesehatan
dengan menanyakan dan mendiskusikan dengan keluarga terkait
pengertian, penyebab, serta tanda dan gejala pada penderita ISPA.
Bersamaan dengan implementasi TUK 2 yaitu menganjurkan keluarga
untuk mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dan diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat
anggota keluarga dengan ISPA.

Tanggal 09 April 2021 dilakukan implementasi TUK 3 yaitu merawat


anggota keluarga yang sakit dimana tindakan yang dilakukan adalah
menganjurkan untuk memberikan air perasan jeruk nipis yang
dicampurkan dengan kecap atau madu serta melakukan tindakan
pemberian terapi uap air dan minyak kayu putih.

Diagnosis kedua yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses


penyakit. Dilakukan pada tanggal 08 april 2022 yaitu TUK 1 mengenal
masalah kesehatan dengan menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
hipertermi, dengan menggunakan media leaflet, bersamaan dengan itu
dilakukan implementasi TUK 2 yaitu mengambil keputusan merawat

Poltekkes Kemenkes Padang


87

anggota keluarga yang mengalami ISPA dan hipertermi untuk mengurangi


dampak dari masalah tersebut.

Selanjutnya pada tanggal 09 april 2022 dilakukan implementasi untuk


TUK 3 yaitu merawat anggota keluarga yang mengalami hipertermi
dengan memberikan kompres hangat dengan teknik tapid sponge,
diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan pada keluarga dengan
hipertermi. Dimana langkah-langkah yang dilakukan adalah menyiapkan
air hangat yang dimasukkan ke dalam baskom plastik, kemudian
masukkan kain atau handuk ke dalam air dan peras jangan sampai terlalu
basah, dan tempelkan pada dahi, leher, ketiak dan lipatan paha lalu
dilanjutkan dengan seluruh tubuh lalu mengeringkan tubuh anak.

Implementasi TUK 4 dilakukan pada tanggal 10 April 2022 yaitu


bagaimana memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk penderita ISPA,
diharapkan keluarga dapat memodifikasi lingkungan seperti perlunya
membuka jendela rumah agar cahaya masuk ke dalam rumah, dan
membersihkan lingkungan atau tempat yang kotor dan lembab. Sekaligus
menjelaskan TUK 5 yaitu mendiskusikan pemanfaatan fasilitas kesehatan
yang tersedia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin kepada
anggota keluarga dan memanfaatkan untuk mengecek kesehatan rutin bagi
anggota keluarga lainnya.

Diagnosis ketiga yaitu Perilaku kesehatan cenderung beresiko


berhubungan dengan sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan.
Dilakukan pada tanggal 11 April 2022 yaitu TUK 1 dan TUK 2 tentang
pengenalan konsep imunisasi sebagai upaya pencegahan ISPA pada balita
dengan menjelaskan pengertian imunisasi, jenis- jenis imunisasi, manfaat
imunisasi dan memberikan dukungan pengambilan keputusan untuk
merawat anggota keluarga yang sakit dengan menjelaskan dampak yang
ditimbulkan jika anak tidak mendapatkan imunisasi.

Pada tanggal 12 April dilakukan implementasi TUK 3 mengenai


demonstrasi cuci tangan pakai sabun dengan 6 benar langkah cuci tangan
Poltekkes Kemenkes Padang
88

sebagai upaya pencegahan infeksi. Diharapkan tindakan yang dijabarkan


pada keluarga mampu menjadi upaya agar tidak terjadi kekambuhan dari
ISPA pada balita di keluarga.

Diagnosis keempat yaitu Manajemen kesehatan tidak efektif


berhubungan dengan kurang terpapar informasi. dilakukan pada
tanggal 13 April 2022 yaitu TUK 1 dan TUK 2 yaitu mengenal masalah
tentang pencegahan ISPA melalui PHBS dengan menjelaskan pengertian
PHBS dan ciri-ciri manusia yang sehat serta mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga yang sakit untuk mengurangi dampak dari
masalah tersebut.

Pada tanggal 14 April 2022 dilakukan implementasi TUK 3 yaitu cara


merawat anggota keluarga dengan ISPA, yaitu dengan cara edukasi 10
indikator PHBS. Diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan pada
keluarga dengan ISPA.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi selesai dilakukan,pada saat


implementasi pada diagnosis pertama yaitu Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas. Yang dilakukan
pada tanggal 7 april 2022 didapatkan Keluarga mengatakan sudah
mengerti mengenai pengertian, tanda dan gejala, serta penyebab ISPA.
Keluarga tampak mengerti dan paham, serta dapat mengulangi materi yang
dijelaskan, Tujuan khusus dari perawatan keluarga yang pertama tercapai,
keluarga mengetahui pengertian, tanda, serta penyebab ISPA. Intervensi
dilanjutkan ke TUK 2 tentang dukungan pengambilan keputusan merawat
anggota keluarga yang sakit.

TUK 2 bersamaan dengan implementasi TUK 1 didapatkan keluarga


mengatakan sudah mengetahui akibat jika masalah tidak teratasi dan
mengatakan mampu mengambil keputusan terkait masalah yang dialami,
yaitu dengan melakukan tindakan untuk mengurangi batuk berdahak.
Poltekkes Kemenkes Padang
89

Evaluasi objektif. Keluarga klien tampak mengerti dan mampu mengambil


keputusan terkait masalah yang dialami, Tujuan khusus dari perawatan
keluarga yang kedua tercapai dengan mampu mengambil keputusan
melakukan tindakan mengurangi batuk dengan memberikan air hangat
pada anak. Intervensi dilanjutkan ke TUK 3 tentang merawat anggota
keluarga yang sakit.

TUK 3 yang dilakukan pada 9 April 2022 didapatkan keluarga mengatakan


sudah memberikan air hangat pada anak untuk membantu mengurangi
sputum pada anak. Klien sudah mengerti dan mengetahui cara membuat
serta takaran pemberian air perasan jeruk nipis yang dicampurkan dengan
kecap atau madu, klien sudah mengerti cara memberikan terapi uap air dan
minyak kayu putih. Masalah teratasi, tujuan khusus tercapai yang ditandai
dengan berkurangnya batuk pada anak, tingkat kemandirian keluarga point
ke tiga dan empat meningkat, yaitu bisa melakukan keperawatan sederhana
sesuai anjuran serta tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar. Intervensi dilanjutkan untuk An. A dengan keluarga tetap
memberikan air hangat pada anak.

TUK 4 yang dilakukan pada 10 April 2022, didapatkan Keluarga


mengatakan mengerti dan bisa melakukan modifikasi lingkungan untuk
mengatasi masalah yang dialami penderita ISPA, yaitu dengan menjaga
lingkungan tetap bersih, aman dan nyaman serta tidak lembab, dan
menjaga pencahayaan juga ventilasi yang cukup. Keluarga tampak mampu
memodifikasi lingkungan. Tujuan khusus sudah tercapai. Intervensi
dilanjutkan ke TUK 5 dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.

TUK 5 juga dilakukan pada tanggal 10 april 2022, dan didapatkan


keluarga mengatakan memahami dan mengetahui tentang fasilitas
kesehatan dan manfaatnya. Keluarga tampak mengerti dan bisa
menjelaskan kembali tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
masalah teratasi. Evaluasi Tujuan khusus sudah tercapai. Intervensi
Poltekkes Kemenkes Padang
90

dilanjutkan sesuai tujuan khusus diagnosis selanjutnya tentang pencegahan


ISPA dengan PHBS.

Evaluasi diagnosis kedua Hipertermi berhubungan dengan proses


penyakit. setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk TUK 1 pada 8
April 2022 didapatkan keluarga mengatakan sudah mengerti dengan
pengertian, tanda dan gejala hipertermi. Keluarga tampak paham, serta
dapat mengulangi materi yang dijelaskan. Tujuan khusus sudah tercapai.
Intervensi dilanjutkan ke TUK 2 mengenai dukungan mengambil
keputusan untuk merawat anggota yang sakit dengan menjelaskan dampak
apabila masalah kesehatan tidak diatasi.

TUK 2 yang juga dilakukan pada tanggal 8 april 2022 didapatkan


Keluarga mengatakan sudah mengetahui akibat jika masalah tidak diatasi
dan akan memperhatikan lagi kedepannya serta mengatakan mampu
mengambil keputusan terkait masalah yang dialami, yaitu dengan
memberikan kompres hangat kepada An. A. Klien tampak mengerti dan
mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah yang dialami.
Tujuan khusus sudah tercapai. Intervensi dilanjutkan ke TUK 3 dengan
demonstrasi kompres hangat dengan tepisdsponge.

TUK 3 dilakukan pada tanggal 09 april 2022 didapatkan Keluarga


mengatakan sudah mengerti dengan materi yang disampaikan dan mau
memberikan kompres hangat kepada klien. Keluarga tampak mengerti dan
mampu merawat anggota keluarga yang sakit. Tingkat kemandirian
keluarga point ke tiga dan empat meningkat, yaitu bisa melakukan
keperawatan sederhana sesuai anjuran serta tahu dan dapat
mengungkapkan masalah kesehatan tentang hipertermi secara benar.
Intervensi dilanjutkan kompres hangat tetap diberikan kepada An. A untuk
membantu masalah te menurunkan suhu tubuh yang panas.

Poltekkes Kemenkes Padang


91

TUK 4 yang dilakukan pada 10 April 2022, didapatkan Keluarga


mengatakan mengerti dan bisa melakukan modifikasi lingkungan untuk
mengatasi masalah yang dialami penderita ISPA, yaitu dengan menjaga
lingkungan tetap bersih, aman dan nyaman serta tidak lembab, dan
menjaga pencahayaan juga ventilasi yang cukup. Keluarga tampak mampu
memodifikasi lingkungan. Tujuan khusus sudah tercapai. Intervensi
dilanjutkan ke TUK 5 dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.

TUK 5 juga dilakukan pada tanggal 10 april 2022, dan didapatkan


keluarga mengatakan memahami dan mengetahui tentang fasilitas
kesehatan dan manfaatnya. Keluarga tampak mengerti dan bisa
menjelaskan kembali tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
masalah teratasi. Evaluasi Tujuan khusus sudah tercapai. Intervensi
dilanjutkan sesuai tujuan khusus diagnosis selanjutnya tentang pencegahan
ISPA dengan PHBS.

Evaluasi diagnosis ketiga Perilaku kesehatan cenderung beresiko


berhubungan dengan sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan.
setelah dilakukan tindakan keperawatan TUK 1 pada tanggal 11 april 2022
didapatkan Keluarga mengatakan sudah mengerti dengan pengertian
imunisasi, jenis-jenis imunisasi dan manfaat dari imunisasi. Keluarga
tampak mengerti dan paham, serta dapat mengulangi materi yang
dijelaskan. Tujuan khusus sudah tercapai. Evaluasi Intervensi dilanjutkan
ke TUK 2 mengenai dukungan pengambilan keputusan merawat anggota
keluarga yang sakit.

TUK 2 yang juga dilakukan pada 11 april 2022 didapatkan Keluarga


mengatakan mampu mengambil keputusan terkait masalah yang dialami.
Klien tampak mengerti dan mampu mengambil keputusan untuk
mengalami masalah yang dialami. Tujuan khusus sudah tercapai.
Intervensi dilanjutkan ke TUK 3 mengenai merawat anggota yang sakit

Poltekkes Kemenkes Padang


92

dengan edukasi kesehatan mengenai cuci tangan pakai sabun dengan 6


langkah.

TUK 3 dilaksanakan pada tanggal 12 april 2022 didapatkan Keluarga


mengatakan mengerti dan paham bagaimana cara melakukan pencegahan
infeksi pada ISPA dengan mencuci tangan dengan sabun. Masalah teratasi
sebagian, tujuan khusus sudah tercapai. Intervensi dilanjutkan dengan
secara mandiri oleh keluarga untuk memberikan imunisasi pada anak dan
mencuci tangan pada momen cuci tangan.

Evaluasi diagnosis keempat Manajemen kesehatan keluarga tidak


efektif berhubungan dengan kurang terpapar informasi. setelah
dilakukan tindakan keperawatan TUK 1 pada tanggal 13 april 2022
didapatkan Keluarga mengatakan sudah mengerti dengan pengertian
PHBS dan ciri manusia yang sehat. Keluarga tampak mengerti dan paham,
serta dapat mengulangi materi yang dijelaskan. Tujuan khusus sudah
tercapai. Evaluasi Intervensi dilanjutkan ke TUK 2 mengenai dukungan
pengambilan keputusan merawat anggota keluarga yang sakit.

TUK 2 yang juga dilakukan pada 13 april 2022 didapatkan Keluarga


mengatakan mampu mengambil keputusan terkait masalah yang dialami.
Klien tampak mengerti dan mampu mengambil keputusan untuk
mengalami masalah yang dialami. Tujuan khusus sudah tercapai.
Intervensi dilanjutkan ke TUK 3 mengenai merawat anggota yang sakit
dengan edukasi kesehatan mengenai 10 indikator PHBS.

TUK 3 dilaksanakan pada tanggal 14 april 2022 didapatkan Keluarga


mengatakan mengerti dan paham bagaimana cara melakukan pencegahan
infeksi pada ISPA dengan mengetahui 10 indikator PHBS sebagai upaya
pencegahan infeksi. Masalah teratasi sebagian, tujuan khusus sudah
tercapai. Intervensi dilanjutkan dengan pencegahan ISPA dengan
demonstrasi cuci tangan pakai sabun.
Poltekkes Kemenkes Padang
93

Evaluasi semua implementasi yang dilakukan pada 16 april 2022


didapatkan hasil Keluarga mengatakan sudah mengerti dengan ISPA dan
masalah kesehatan yang dialami mulai dari bersihan jalan napas tidak
efektif dan bisa melakukannya, hipertermi dan manajemen kesehatan
keluarga yang tidak efektif terhadap ISPA, keluarga mengatakan sudah
bisa mengambil keputusan terkait masalah kesehatan yang dihadapi,
keluarga sudah bisa merawat anggota keluarga yang sakit sesuai dengan
masalah yang dialami, keluarga juga mengatakan sudah mampu
memodifikasi lingkungan, keluarga juga mengatakan mengerti dengan
manfaat fasilitas kesehatan yang ada. Keluarga tampak mampu mengulang
kembali dengan baik materi yang telah dijelaskan pada pertemuan
sebelumnya. Tujuan khusus sudah tercapai. Intervensi dilanjutkan secara
mandiri oleh keluarga.

B. Pembahasan Kasus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga kepada An. A dengan
masalah ISPA di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang, maka
pada bagian pembahasan ini peneliti akan menjabarkan adanya kesesuaian
maupun kesenjangan yang terdapat pada pasien antar teori dan kasus.
Tahapan pembahasan sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosis, menyusun rencana
keperawatan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi tindakan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi suatu kesehatan kilen. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kenyataan. Kebenaran data sangat penting
dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan memberikan
pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu (Nursalam, 2015).
Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas, peneliti melakukan pengkajian
Poltekkes Kemenkes Padang
94

pada An. A serta keluarga dengan menggunakan metode pengkajian


keluarga, wawancara dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang
diperlukan.

Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn. C terutama An. A berusia 1


tahun. An. A mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
mengalami batuk serta demam sudah 2 hari. Saat dikaji ibu mengatakan
anak malas makan, rumah yang berada di pinggir jalan raya, sering
terpapar debu serta asap kendaraan dan berada di kawasan padat
penduduk, dan terdapat kebiasaan merokok di rumah.

Penelitian yang dilakukan oleh (Ayu Cita Larasari & Zulaikha, 2021)
menemukan bahwa balita dengan imunisasi dasar yang tidak lengkap lebih
mudah terserang penyakit infeksi salah satunya infeksi saluran pernafasan
atas dibanding balita dengan imunisasi dasar yang lengkap, penelitian ini
juga menunjukkan bahwa status gizi anak juga menjadi faktor risiko yang
mempengaruhi anak balita terpapar ISPA, status gizi kurang membuat
imunitas anak lemah sehingga mempermudah virus dan bakteri penyebab
infeksi masuk ke dalam tubuh anak. Kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan oleh peneliti memiliki kesamaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya dimana anak dengan imunisasi tidak
lengkap lebih rentan terkena penyakit infeksi, imunisasi sendiri berfungsi
untuk membentuk kekebalan tubuh dan menjaga tubuh dari berbagai
penyakit. Lemahnya kekebalan tubuh meningkatkan angka kejadian anak
terjangkit penyakit infeksi dan kekambuhan berulang terhadap penyakit
tersebut.

Menurut (Najmah, 2016) mengatakan bahwa penyakit ISPA merupakan


penyakit yang tergolong dalam air borne disease dimana penularannya
dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar bibit penyakit dan masuk
ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Putra & Wulandari, 2019) yang
Poltekkes Kemenkes Padang
95

menemukan lingkungan merupakan faktor risiko terjadinya ISPA pada


balita, lingkungan yang telah terkontaminasi polusi udara lebih
meningkatkan risiko terjadinya ISPA pada balita. Penelitian ini tidak jauh
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Jayanti et al., 2018) yang
mana lingkungan rumah merupakan faktor risiko terjadinya ISPA pada
balita, kejadian ISPA tertinggi terjadi pada kelompok usia balita umur 12-
59 bulan. Pengaruh lingkungan rumah seperti luas ventilasi, pencahayaan,
kepadatan hunian, dan pencemaran udara sebagai faktor risiko ISPA pada
balita, anak balita yang tinggal di rumah dengan hunian padat serta
keadaan ventilasi yang kurang lebih beresiko karena ISPA di tularkan
melalui airborne, hal ini terjadi akibat frekuensi kontak dan kurang
efektifnya pertukaran udara yang terjadi di dalam rumah.
kesimpulannya penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak jauh berbeda
dengan teoritis yang ada.

Safarina (2015) dalam (Aprilla et al., 2019) asap rokok juga dapat
menyebabkan pencemaran udara dalam rumah yang dapat merusak
mekanisme paru-paru. Asap rokok juga diketahui sebagai sumber oksidan.
Jika terdapat asap rokok yang berlebihan maka dapat merusak sel paru-
paru baik sel saluran pernapasan maupun sel jaringan paru seperti alveoli,
maka sangat rentan bagi balita dan anak-anak berada dalam lingkungn
rumah tersebut. Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak
jauh berbeda dengan teoritis yang ada dimana peneliti menemukan adanya
kebiasaan merokok dirumah yang menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya ISPA pada anak balita.

Tanda dan gejala yang terdapat pada An. A yaitu batuk, pilek serta suhu
tubuh diatas normal, saat dilakukan pengkajian suhu tubuh anak 38 OC
yang mana memiliki kesamaan dengan teori (Kliegman, 2016) tanda dan
gejala balita yang mengalami ISPA yaitu bersin, hidung tersumbat,
tenggorokan gatal/sakit, batuk dan terjadi demam. Hal ini sejalan dengan
teori dalam jurnal penelitan yang dilakukan (Nofitria, 2019) yang
Poltekkes Kemenkes Padang
96

menjelaskan virus yang masuk ke dalam saluran pernafasan menyebabkan


kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan sehingga
meningkatkan aktifitas kelenjar mukosa melebihi normal, rangsangan
cairan berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk.

Tanda dan gejala lain yang ditemukan pada anak balita dengan ISPA yaitu
demam, demam pada anak balita dengan ISPA disebabkan oleh pelepasan
endotoksin ketika kuman dan virus masuk ke dalam pembuluh darah,
pelepasan endotoksin akan merangsang hipotalamus untuk merespon
dengan cara meningkatkan suhu tubuh.

Keadaan rumah Tn. C tampak kurang rapi, ventilasi terlihat kurang,


beberapa barang bertumpukan di ruang tamu, jendela jarang dibuka dan
terlihat kotor. Di halaman rumah terdapat hewan peliharaan berupa
burung, ayam dan juga itik, terlihat sisa makanan dan kotoran hewan
tersebut di halaman rumah Tn. C. Rumah Tn. C yang berada di pinggir
jalan raya sehingga udara telah terrkontaminasi asap kendaraan dan debu
dari jalanan.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga mengacu pada P-E-S dimana untuk
problem (P) dapat digunakan tipologi dari (SDKI, 2016) dan etiologi (E)
berkenaan dengan tugas keluarga dalam hal kesehatan atau keperawatan
(Friedman,2010). Pada perumusan diagnosis yang didapatkan dari analisa
data berdasarkan data subjektif dan objektif.
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) Diagnosis keperawatan
yang mungkin muncul pada kasus ini adalah :
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Poltekkes Kemenkes Padang


97

d. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan


kurang terpapar informasi
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan
sumber informasi.

Sedangkan diagnosis yang dijumpai dalam kasus keluarga Tn. C dan An.
A itu sendiri adalah :

a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi


jalan nafas
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan sikap
negatif terhadap pelayanan kesehatan.
d. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kurang terpapar informasi

Dari beberapa masalah yang didapatkan dalam kasus ditentukan 4


diagnosis yang dipilih berdasarkan prioritas masalah.

Diagnosis pertama yaitu Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas didapatkan data dari
klien yaitu Ny.S mengatakan An. A mengalami demam, batuk dan pilek
sudah tiga hari. Diagnosis ini diangkat menjadi diagnosis pertama terhadap
partisipan karena sesuai dengan skoring dari prioritas masalah yang
ditentukan pada pasien, diagnosis ini sesuai dengan tanda dan gejala balita
yang mengalami ispa yang disampaikan oleh (Kliegman, 2016) yaitu
bersin, hidung tersumbat, tenggorokan gatal/sakit, batuk dan terjadi
demam. Data yang ditemukan sesuai dengan tanda mayor diagnosis pada
SDKI yaitu sputum berlebih/ obstruksi di jalan napas dan sesuai dengan
tanda minor diagnosis pada SDKI yaitu gelisah.

Poltekkes Kemenkes Padang


98

Diagnosis kedua yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses


penyakit masalah ini didukung oleh data saat dilakukan pengkajian ibu
mengatakan anak demam sejak 2 hari yang lalu, mencapai suhu 38 oC,
sudah dibawa ke puskesmas dan demam mulai turun setelah mendapat
obat.

Demam adalah kondisi dimana terjadinya peningkatan suhu tubuh


sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan kondisi panas (Perry & Potter, 2010).
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) penyebab demam salah
satunya yaitu proses infeksi, ISPA yang merupakan salah satu bentuk
infeksi ditandai dengan terjadinya demam. Hal ini sesuai dengan tanda dan
gejala ISPA berupa batuk, pilek dan juga demam. Demam bisa disebabkan
oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun atau inflamasi (peradangan)
lainnya. Virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah
putih atau leukosit melepaskan zat penyebab demam (pirogen endogen)
yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus
anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan
terjadilah demam. (Sutiyono, 2010).

Diagnosis ketiga yaitu Perilaku kesehatan cenderung beresiko


berhubungan dengan sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko adalah hambatan kemampuan
dalam mengubah gaya hidup /perilaku untuk memperbaiki status kesehatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hal ini ditandai dengan orangtua dari
anak tidak mengizinkan anak untuk mendapatkan imunisasi, sedangkan
imunisasi merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan sistem
imun agar anak tidak mudah terserang penyakit. Dalam Sebagian aspek
yang menimbulkan terbentuknya ISPA pada balita antara lain diakibatkan
oleh status imunisasi serta status gizi. Pemberian Imunisasi bertujuan
membentuk imunitas tubuh terhadap penyakit dengan memasukkan suatu
kedalam tubuh supaya tubuh tahan terhadap penyakit. Anak yang sudah
Poltekkes Kemenkes Padang
99

diberi imunisasi akan terlindungi dari bermacam penyakit beresiko yang


bisa memunculkan kesakitan, kecacatan serta kematian. Imunisasi lengkap
bisa membagikan peranan yang penting terhadap kejadian penyakit Ispa
(Heryanto, 2016) dalam (Ayu Cita Larasari & Zulaikha, 2021).

Diagnosis keempat yaitu Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Manajemen
kesehatan keluarga tidak efektif adalah pola penanganan masalah
kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi
kesehatan anggota keluarga (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hal ini
ditandai dengan ditemukannya perilaku merokok di rumah, kurangnya
pengetahuan orangtua mengenai faktor risiko ISPA serta cara mencegah
agar ISPA tidak berulang. Menurut penelitian (Annisa & Dwi Cahya
Rahmadiyah, 2018) perilaku ibu dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu
dalam pencegahan dan perawatan balita yang menderita ISPA. Kurangnya
pengetahuan ibu akan mempengaruhi bagaimana perawatan balita dengan
ISPA di rumah, juga mempengaruhi bagaimana pencegahan agar balita
tidak mengalami ISPA dikemudian hari. keluarga harus mampu
meningkatkan manajemen kesehatan keluarga agar faktor risiko terjadinya
ISPA mampu di atasi.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dibuat perawat berdasarkan diagnosis yang telah
didapatkan, lalu dibuat intervensi untuk memecahkan masalah yang telah
didapatkan, berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang dilengkapi
dengan kriteria.

Intervensi dari diagnosis pertama yaitu Bersihan Jalan Nafas Tidak


Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas. Yaitu sesuai
dengan tugas perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah,
dengan cara melakukan penyuluhan kesehatan dengan anggota keluarga
agar keluarga paham mengenai masalah yang dialami oleh An. A.
Poltekkes Kemenkes Padang
100

Selanjutnya mengambil keputusan untuk mengatasi masalah ISPA dengan


mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi masalah dalam
keluarga.

Selanjutnya merawat anggota keluarga dan melakukan pendidikan


kesehatan dan demonstrasi mengenai pemberian air perasan jeruk nipis
yang dicampurkan dengan kecap atau madu sebagai cara meredakan batuk,
juga melakukan tindakan terapi uap air dan minyak kayu putih pada anak
balita dengan ISPA.

Dalam buku manajemen terpadu yang dikeluarkan oleh kementerian


Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015, salah satu cara meredakan
batuk pada anak balita yaitu dengan memberikan campuran air jeruk nipis
dengan kecap atau madu. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Indriany & Trismiyana, 2021) yang menerapkan pemberian
campuran air jeruk nipis dengan madu sebagai upaya meredakan batuk
pada penderita ISPA.

Menurut penelitian yang dilakukan (Ni’mah, 2020) cara mengatasi


bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu dengan menggunakan terapi uap air
yang dicampur dengan minyak kayu putih. Hal ini bertujuan untuk
membantu membebaskan saluran pernafasan yang terhambat oleh sekret.

Rencana selanjutnya modifikasi lingkungan dengan kriteria keluarga tahu


dan mampu menciptakan lingkungan rumah yang aman, nyaman dan
bersih untuk penderita ISPA yaitu dengan membuka jendela pada pagi dan
sore hari, mengatur pencahayaan agar cukup cahaya yang masuk kedalam
rumah, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan dan membawa anggota
keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas.

Poltekkes Kemenkes Padang


101

Intervensi dari diagnosis kedua yaitu Hipertermi berhubungan dengan


proses penyakit yaitu sesuai dengan tugas perawatan keluarga yang
pertama yaitu mengenal masalah kesehatan dengan mendiskusikan
bersama keluarga tentang pengertian, penyebab serta tanda dan gejala
hipertermi. Selanjutnya mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga yang mengalami hipertermi.

Selanjutnya merawat anggota keluarga dengan masalah hipertermi dengan


memberikan kompres hangat kepada An. A, dan mengkonsumsi obat
penurun demam. Menurut penelitian (Yunianti SC et al., 2019) salah satu
cara menurunkan suhu tubuh balita yaitu dengan kompres hangat dengan
metode tepid water sponge. Kompres adalah salah satu tindakan non
farmakologis untuk menurunkan suhu tubuh bila anak mengalami demam.
Ada beberapa macam kompres yang bisa diberikan untuk menurunkan
suhu tubuh yaitu tepid water sponge dan kompres air hangat.

Teknik tepid water sponge berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh


karena kompres blok langsung dilakukan di beberapa tempat yang
memiliki pembuluh darah besar sehingga mengakibatkan peningkatan
sirkulasi serta peningkatan tekanan kapiler. Tujuan digunakannya teknik
tepid wate sponge yaitu terjadi penurunan suhu tubuh 0.2’C dibanding
dengan kompres hangat hanya pada dahi.

Rencana selanjutnya modifikasi lingkungan dengan kriteria keluarga tahu


dan mampu menciptakan lingkungan rumah yang aman, nyaman dan
bersih untuk penderita ISPA yang mengalami hipertermi dengan cara
memberikan lingkungan yang nyaman pada anak dengan menjauhkan
barang barang agar suhu tubuh anak lebih dingin, memberikan baju tipis
yang menyerap keringat, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan dan
membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas.

Poltekkes Kemenkes Padang


102

Diagnosis ketiga yaitu Perilaku kesehatan cenderung beresiko


berhubungan dengan sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan tugas keperawatan yang pertama yaitu keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan dengan memberikan edukasi kesehatan
mengenai konsep imunisasi sebagai upaya pencegahan infeksi.

Tugas keperawatan yang kedua keluarga mampu mengambil keputusan,


serta merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mengetahui
dampak yang ditimbulkan akibat tidak mengatasi permasalahan kesehatan
yang sedang terjadi yaitu dampak apabila anak tidak mendapat imunisasi.

Selanjutnya merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara keluarga


mampu meningkatkan pola perawatan kesehatan dengan memberikan
edukasi kesehatan dan demonstrasi cuci tangan pakai sabun dengan 6
langkah sebagai upaya pencegahan infeksi pada balita.

Dan mengajarkan memodifikasi lingkungan rumah yang aman dan nyaman


bagi anak dan bagi kesehatan keluarga. Serta keluarga mampu untuk
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah
sakit untuk mengatasi komplikasi pada anak.

Diagnosis keempat yaitu Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


berhubungan dengan kurang terpapar informasi yaitu sesuai dengan
tugas keperawatan keluarga yang pertama, keluarga mengenal masalah
kesehatan lebih mendalam mengenai ISPA yaitu menjelaskan cara
pencegahan ISPA berulang dengan menjelaskan PHBS.

Keluarga mampu mengambil keputusan, serta merawat anggota keluarga


yang sakit dengan cara mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat tidak
mengatasi permasalahan kesehatan yang sedang terjadi.

Poltekkes Kemenkes Padang


103

Selanjutnya merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara merawat


anggota keluarga untuk meningkatkan pola perawatan kesehatan keluarga
yang baik dengan cara edukasi kesehatan mengenai 10 indikator PHBS.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Utami et al., 2020) dimana
PHBS berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita, dengan
meningkatkan pengetahuan keluarga akan PHBS diharapkan keluarga
mampu mencegah terjadinya kejadian ISPA berulang pada anak. Indikator
PHBS yang berpengaruh secara langsung kepada kejadian ISPA yaitu
pemberian ASI ekslusif, menimbang bayi dan balita, makan buah dan
sayur setiap hari, dan tidak memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah.

Dan mengajarkan memodifikasi lingkungan rumah yang aman dan nyaman


bagi anak dan bagi kesehatan keluarga. Serta keluarga mampu untuk
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah
sakit untuk mengatasi komplikasi pada anak.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan
keluarga yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui
pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di
prioritaskan sesuai dengan kemampuan keluarga dan sumber yang
dimiliki keluarga (Friedman, 2010). Keluarga di didik untuk dapat
menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal
masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan
kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai
kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap
anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
terdekat (Friedman, 2010).

Implementasi dari diagnosis pertama yaitu Bersihan Jalan Nafas Tidak


Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas. yaitu keluarga
Poltekkes Kemenkes Padang
104

mampu mengenal masalah kesehatan dengan menyebutkan pengertian,


penyebab, serta tanda dan gejala pada penderita ISPA. Selanjutnya
keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga
yang sakit untuk mencegah komplikasi yang akan terjadi, selanjutnya
merawat anggota keluarga yang sakit dengan memberikan air perasan
jeruk nipis yang dicampurkan dengan kecap atau madu sebagai upaya
mengurangi batuk pada anak balita yang mengalami ISPA. Dimana
langkah-langkah yang dilakukan adalah menyiapkan jeruk nipis,
kecap/madu, sendok teh dan gelas. Potong jeruk nipis dan peras airnya
sebanyak ½ sendok teh lalu masukkan ke gelas, campurkan dengan ½
sendok teh kecap/madu lalu aduk. Berikan pada anak sebanyak 3 kali
dalam sehari sebanyak 1 sendok teh (Indriany & Trismiyana, 2021). Dan
memberikan terapi uap air dan minyak kayu putih sebagai upaya
membebaskan jalan napas anak balita dengan ISPA.

Implementasi dari diagnosis kedua yaitu Hipertermi berhubungan


dengan proses penyakit yaitu keluarga mampu menyebutkan pengertian,
penyebab serta tanda dan gejala hipertermi.

Selanjutnya mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang


mengalami hipertermi. Selanjutnya merawat anggota keluarga dengan
masalah hipertermi dengan memberikan kompres hangat dengan teknik
tepid water sponge kepada An. A, Dimana langkah-langkah yang
dilakukan adalah menyiapkan air hangat yang dimasukkan ke dalam
baskom kecil, lalu masukkan handuk yang akan digunakan untuk
melakukan kompres, peras air agar air tidak terlalu banyak, letakkan pada
5 titik yaitu leher, kedua ketiak dan kedua pangkal paha dengan waktu
masing masing titik selama 5-10 menit, kemudian dilanjutkan dengan
menyeka bagian perut dan dada, dan seluruh badan anak lalu keringkan
tubuh anak. Metode tepid water sponge bekerja dengan memperlebar
(vasodilatasi) pembuluh darah perifer diseluruh tubuh. Hal ini
menyebabkan evaporasi dan konduksi panas dari kulit ke lingkungan
Poltekkes Kemenkes Padang
105

sekitar akan lebih cepat sehingga suhu kembali normal lebih cepat
(Yunianti SC et al., 2019).

Implementasi diagnosis ketiga yaitu Perilaku kesehatan cenderung


beresiko berhubungan dengan sikap negatif terhadap pelayanan
kesehatan yaitu keluarga mampu menyebutkan pengertian, jenis-jenis dan
manfaat dari imunisasi. Selanjutnya keluarga mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga yang sakit dengan mengetahui dampak apabila
anak tidak diberikan imunisasi. Selanjutnya merawat anggota keluarga
yang sakit dengan mengajarkan cuci tangan pakai sabun dengan 6 langkah
sebagai upaya pencegahan infeksi. . Menurut (Kemenkes, 2021) cuci
tangan pakai sabun adalah cara termudah dan paling efektif untuk
menghentikan penularan dan menjadi tindakan pencegahan yang dapat
menurunkan kejadian ISPA hingga 20%. Selanjutnya memodifikasi
lingkungan untuk pencegahan infeksi yaitu dengan menjaga kebersihan
rumah agar nyaman, dan rutin membuka jendela agar pencahayaan masuk
ke dalam rumah. Selanjutnya tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan
untuk mengatasi masalah yang terjadi pada An. A.

Implementasi dari diagnosis keempat yaitu Manajemen kesehatan


keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar
informasi. yaitu keluarga mampu mengenal masalah mengenai Infeksi
Saluran Pernafasan Akut dan pencegahannya dengan PHBS. Selanjutnya
mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sakit dengan
memaparkan dampak akibat tidak menerapkan PHBS. Selanjutnya
merawat anggota keluarga yang sakit yaitu bagaimana pencegahan infeksi
pada penderita infeksi dan edukasi kesehatan mengenai 10 indikator PHBS
sebagai upaya pencegahan ISPA berulang. Keluarga memiliki peran yang
sangat penting dalam PHBS (Rompas, Ismanto dan Oroh, 2018), peran
orang tua yaitu membimbing, mengajarkan, memberikan pengertian,
mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat
membiasakan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan, selain itu orang
Poltekkes Kemenkes Padang
106

tua juga berperan dalam pengawasan anak dalam perilaku hidup bersih dan
sehat. PHBS yang tidak diterapkan dalam keluarga, akan cenderung
memiliki anak dengan kesehatan yang tidak baik, seperti kebiasaan
mencuci tangan sebelum makan dapat mengurangi morbiditas sebesar 2-3
kali lipat. Selanjutnya memodifikasi lingkungan untuk pencegahan infeksi
yaitu dengan menjaga kebersihan rumah agar nyaman, dan rutin membuka
jendela agar pencahayaan masuk ke dalam rumah. Selanjutnya tentang
pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah yang terjadi
pada An. A.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan
keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil
pada sistem keluarga dan anggota keluarga (bagaimana anggota
berespons) daripada intervensi yang diimplementasikan.
Evaluasi merupakan kegiatan bersama antara perawat dan keluarga.
Evaluasi merupakan proses terus menerus yang terjadi setiap saat perawat
memperbarui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 2010). Menurut
(Sudiharto, 2012), evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk
menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya
sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan
setiap anggota keluarga

Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi selesai dilaksanakan. Untuk


diagnosis pertama Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan nafas. evaluasi subjektif pada keluarga yaitu
sudah mengerti mengenai pengertian, tanda dan gejala, serta penyebab
ISPA. Keluarga mengatakan sudah mengetahui akibat jika masalah tidak
teratasi dan mengatakan mampu mengambil keputusan terkait masalah
yang dialami, yaitu dengan melakukan tindakan untuk mengurangi batuk
berdahak pada An. A dengan cara pemberian air perasan jeruk nipis yang
dicampurkan dengan kecap atau madu serta memberikan terapi uap air dan
Poltekkes Kemenkes Padang
107

minyak kayu putih untuk meredakan flu dan pilek pada anak. hasil analisa
yang didapatkan adalah masalah sudah teratasi sebagian, dan untuk
rencana selanjutnya beberapa intervensi akan dilanjutkan dengan
implementasi diagnosis kedua yaitu hipertermi.

Untuk diagnosis kedua yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses


penyakit. setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil
keluarga mengatakan sudah mengerti dengan pengertian, tanda dan gejala
hipertermi. Keluarga tampak memberikan kompres hangat dengan teknik
tepid water sponge kepada An. A. sehingga panas pada tubuh An. A sudah
mulai berkurang. Keluarga juga telah melakukan modifikasi lingkungan
yang nyaman dan mengetahui manfaat fasilitas kesehatan untuk mengatasi
masalah yang terjadi pada An. A. Intervensi akan dilanjutkan dengan
implementasi diagnosis selanjutnya yaitu manajemen kesehatan keluarga
tidak efektif mengenai PHBS sebagai upaya pencegahan infeksi.
Untuk diagnosis ketiga yaitu Perilaku kesehatan cenderung beresiko
berhubungan dengan sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan, setelah
dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil keluarga mengatakan
sudah mengerti dan paham mengenai pengertian, jenis-jenis imunisasi dan
manfaat imunisasi, dan juga mengerti bagaimana cuci tangan pakai sabun
dengan 6 langkah cuci tangan. Keluarga tampak mengerti dan melakukan
cuci tangan pakai sabun dengan 6 langkah cuci tangan sebagai upaya
pencegahan infeksi. Masalah teratasi dan intervensi akan dilanjutkan
secara mandiri oleh keluarga.

Untuk diagnosis keempat Manajemen kesehatan tidak efektif


berhubungan dengan kurang terpapar informasi. didapatkan hasil
subjektif bahwa keluarga mengatakan sudah menmahami tentang
pengertian PHBS dan ciri-ciri manusia yang sehat. Selanjutnya merawat
anggota keluarga yang sakit yaitu bagaimana cara melakukan pencegahan
infeksi pada penderita ISPA dengan mencuci tangan dan melakukan PHBS
sebagai upaya pencegahan kejadian berulang ISPA pada balita. Selanjunya
Poltekkes Kemenkes Padang
108

keluarga memodifikasi lingkungan untuk pencegahan infeksi yaitu dengan


menjaga kebersihan rumah agar nyaman, dan rutin membuka jendela agar
pencahayaan masuk ke dalam rumah. Dan keluarga mampu memanfaatan
pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada An. A.
Intervensi dilanjutkan dnegan implementasi diagnosis selanjutnya yaitu
perilaku kesehatan cenderung beresiko mengenai konsep imunisasi dan
cuci tangan dengan sabun dengan 6 langkah.

Evaluasi dari keempat diagnosis yang didapatkan adalah tingkat


kemandirian partisipan yaitu dari tingkat kemandirian pertama berubah
menjadi tingkat kemandirian keluarga ketiga, point yang meningkat pada
tingkat kemandirian ketiga adalah keluarga Tn. C memahami tentang
ISPA dan merawat anggota keluarga yang sakit dengan perawatan
sederhana dengan memberikan air perasan jeruk nipis yang dicampur
kecap atau madu serta memberikan terapi uap air dan minyak kayu putih
pada anak, kompres hangat dengan teknik tepid water sponge dan cara
cuci tangan 6 langkah serta PHBS sebagai upaya pencegahan infeksi serta
edukasi kesehatan mengenai konsep imunisasi, keluarga termotivasi
merawat anggota keluarganya, keluarga mengambil keputusan dalam
mengatasi masalah ISPA, keluarga dapat memodifikasi lingkungan dan
keluarga dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah ISPA pada An. A.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan keluarga pada


An. A dengan ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang 2022,
peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data kasus yang diangkat
dengan teori yang sudah ada dimana Ny. S mengatakan An. A
mengalami juga batuk, pilek serta suhu badan semakin meningkat, Ny.
S membawa An. A berobat ke puskesmas dan melakukan perawatan
dirumah dengan memberrikan kompres pada An. A. Saat pemeriksaan
fisik diperoleh An. A tampak batuk, pilek serta suhu badan diatas
normal.
2. Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada An. A adalah bersihan
jalan nafas tidak efektif, hipertermi, perilaku kesehatan cenderung
beresiko, dan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif.
3. Intervensi
Intervensi disusun berdasarkan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga
yang sakit, memodifikasi lingkungan dan pemanfaatan fasilitas
Kesehatan.
4. Implementasi dilakukan selama 12 hari dari tanggal 5 April sampai 16
april 2022. Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi
keperawatan yang telah disusun dengan menggunakan metode diskusi,
demonstrasi, dan penyuluhan. Implementasi yang tidak dilakukan pada
semua diagnosis yaitu TUK ke empat dan kelima seperti demonstrasi
modifikasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan
implementasi tersebut digabung pelaksanaanya pada diagnosis kedua
dan keempat.

109
Poltekkes Kemenkes Padang
110

5. Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi kepada pasien dan keluarga


pada tanggal 16 April 2022, mengenai tindakan keperawatan yang
telah dilakukan berdasarkan catatan perkembangan. Evaluasi yang
didapat tingkat kemandirian partisipan yaitu dari tingkat kemandirian
pertama berubah menjadi tingkat kemandirian keluarga ketiga,
keluarga Tn.S memahami tentang ISPA dan merawat anggota keluarga
yang sakit dengan memberikan air perasan jeruk nipis yang dicampur
dengan kecap atau madu, terapi uap air dan minyak kayu putih,
kompres hangat dan cara cuci tangan 6 langkah, keluarga termotivasi
merawat anggota keluarganya, keluarga mengambil keputusan dalam
mengatasi masalah ISPA, keluarga dapat memodifikasi lingkungan dan
keluarga dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah ISPA pada An. A.

B. Saran

1. Bagi Pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang


Melalui pimpinan puskesmas dan tenaga kesehatan yang memegang
program ISPA di puskesmas diharapkan hasil studi kasus ini dapat
digunakan sebagai tambahan informasi dalam mengembangkan
program puskesmas di keluarga dengan ISPA pada balita dan
mengoptimalkan asuhan keperawatan keluarga serta kunjungan ke
rumah.
2. Bagi Keluarga Tn.S
Keluarga beresiko untuk terjadi kambuhnya penyakit An. A, sehingga
perlu diharapkan upaya pencegahan serta pengendalian secara rutin
dari keluarga. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan seperti
menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal dan
memberikan asupan makanan yang bergizi kepada anak, meninggalkan
kebiasaan merokok dalam rumah, dan memberikan imunisasi pada
anak.

Poltekkes Kemenkes Padang


111

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat menambah informasi dan
bahan kepustakaan tentang asuhan keperawatan keluarga pada balita
yang beresiko mengalami ISPA.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan dan
dijadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dalam menerapkan
asuhan keperawatan keluarga khususnya pada pasien balita dengan
ISPA, serta sebagai perbandingan dalam mengembangkan penerapan
asuhan keperawatan keluarga pada balita dengan ISPA.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Aprilla, N., Yahya, E., & Studi Sarjana Keperawatan Universitas Pahlawan
Tuanku Tambusai, P. (2019). Hubungan Antara Perilaku Merokok Pada
Orang Tua dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Pulau Jambu Wilayah
Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2019. Keperawatan, 3, 112–117.
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

Ayu Cita Larasari, & Zulaikha, F. (2021). Hubungan Status Imunisasi dan an
Status Gizi Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita :
Literature Review Tahun 2021. Borneo Student Research, 3(1), 229–242.

Dinas Kesehatan Kota Padang. (2020). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Padang Tahun 2020

Friedman, M. dkk. (2010). Keperawatan Keluarga Riset, Teori & Praktik. EGC.

Handayani, S. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga pada An. n dan An. A


dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang.

Hardani. (2020). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. CV. Pustaka


Ilmu group Yogyakarta.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Pustaka Belajar.

Jayanti, D. I., Ashar, T., & Aulia, D. (2018). Pengaruh Lingkungan Rumah
terhadap ISPA Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Haloban
Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017. JUMANTIK, 3(2), 63–77.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pusat Data & Surveilans Epidemiologi.


Buletin Pneumonia.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pusat Data dan Informasi. Infodatin Situasi
kesehatan Anak Balita di Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI (2018). Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sumatera


Barat Tahun 2018.

Kunoli, Fidaus J. (2013). Pengantar Epidemiologi Penyakit menular. CV.Trans


Info Media.

Kurniawan Wawan. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan dan keperawatan.


CV. Rumah Pustaka

Mahawati, E. dkk. (2021). Penyakit Berbasis Lingkungan. Yayasan Kita Menulis.

Poltekkes Kemenkes Padang


Marleni, L.dkk. (2022). Penanganan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
pada Anak di Rumah RT 13 kelurahan Pulokerto Kecamatan Gandus
Palembang.

Masriadi. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. PT Raja Grafindo Persada.

Najmah. (2016). Epidemiologi Penyakit menular. Trans Info Media.

Ni’mah, W. farhatun. (2020). Efektifitas Terapi Uap Air dan Minyak Kayu Putih
terhadap Bersihan Jalan Napas pada Anak Usia Balita pada Penderita Infeksi
Saluran Pernapasan Atas di Puskesmas Leyangan. Keperawatan,
2507(February), 1–9.

Nofitria, A. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.S dengan Anggota


keluarga Menderita ISPA di Desa Lanobake Kec. Batukara Kab. Muna.

Purnama, S. (2016). Buku Ajar penyakit Berbasis Lingkungan.

Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. No Title. Nuha Medika.

Putra, Y., & Wulandari, S. S. (2019). Faktor Penyebab Kejadian Ispa. Jurnal
Kesehatan, 10(1), 37. https://doi.org/10.35730/jk.v10i1.378

Ratnawati. (2017). Keperawatan Komunitas. Pustaka Baru Press.

Sudiharto. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. EGC.

Sutiyono. (2010). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat dan Tepid Water


Sponge Terhadap Suhu Tubuh Balita di RSUD dr.Raden Soedjati
Purwodadi. 13–18.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 2). DPP PPNI.

Utami, R. D. P., Rahmawati, N., & Cahyaningtyas, M. E. (2020). Hubungan


Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Phbs Dengan Perilaku Pencegahan
Ispa. Intan Husada: Jurnal Ilmu Keperawatan, 8(2), 49–58.
https://doi.org/10.52236/ih.v8i2.190

Poltekkes Kemenkes Padang


UNICEF. 2019. https://data.unicef.org/topic/child-health/pneumonia/ diakses pada
minggu, 2 Januari 2022.

WHO. 2019. http://ghdx.healthdata.org/gbd-results-tool diakses pada kamis, 6


Januari 2022.

Yunianti SC, N., Astini, P. S. N., & Sugiani, N. M. D. (2019). Pengaturan Suhu
Tubuh dengan Metode Tepid Water Sponge dan Kompres Hangat pada
Balita Demam. Jurnal Kesehatan, 10(1), 10.
https://doi.org/10.26630/jk.v10i1.897

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat izin survey data dari Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 2
Surat izin survei data dari Dinas Kesehatan Kota Padang
Lampiran 3
Surat izin pengambilan data Puskesmas Nanggalo
Lampiran 4
Gant Chart Kegiatan
Lampiran 5
Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 6
Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Padang
Lampiran 7
Surat Izin Penelitian di Puskesmas Nanggalo Kota Padang
Lampiran 8
Informed Consent
Lampiran 9

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


MAHASISWA TK III PRODI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2022

FORM PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA (Friedman)

A. Data umum

1. Nama KK : Tn. C
2. Umur KK : 42 Th
3. Alamat : Jl. Kurao Pagang
4. No. Telephon : 082172xxxxxx
5. Pekerjaan : buruh harian lepas
6. Pendidikan : SMA- sederajat
7. Susunan Anggota Keluarga :

Tgl Lahir Gol


No Nama Sex (L/P) Pendidikan Pekerjaan Hubungan
(umur) Darah
1. Ny.S P 06/09/1985 O S-1 Guru Bimbel Istri
2. An.A L 20/03/2021 - - - Anak

Genogram ( dibuat 3 generasi )

Keterangan :
: laki laki

: perempuan
: klien

: pernikahan

: keturunan

: tinggal serumah

8. Tipe Keluarga

Tn.C tinggal bersama istri dan anaknya saja, dan merupakan keluarga inti
atau nuclear family. Tn.C tinggal di kontrakan karena belum memiliki
rumah sendiri.

9. Latar belakang kebudayaan (etnik)

Tn.C berasal dari suku minang dan begitupun istrinya. Tn.C mengatakan
tidak memiliki permasalahan yang berkaitan dengan latar belakang budaya
dan suku yang di anutnya.

10. Identifikasi religius

Tn.C mengatakan ia dan keluarganya menganut agama islam dan


menjalankan ibadah sholat lima waktu sehari semalam. Tn.C mengatakan
tidak memiliki perbedaan pandangan dalam hal agama yang berkaitan
dengan kesehatan. Tn.C juga tidak memiliki keyakinan tertentu dalam hal
agama yang berkaitan dengan kesehatan.

11. Status kelas sosial

Berdasarkan pendapatan yang di dapatkan oleh Tn.C dalam 1 bulan,


keluarga Tn.C dikategorikan ke status kelas sosial menengah ke atas
dengan pendapatan per bulan nya kurang lebih 3 juta rupiah.
12. Aktivitas rekreasi

Tn.C mengatakan jika akan bepergian, keluarganya menggunakan sepeda


motor sebagai alat transportasi keluarga. Tn.C mengatakan ia dan istri
selalu meluangkan waktu di sore hari untuk pergi bermain bersama istri
dan anaknya, Tn.C mengatakan biasanya pergi jalan-jalan walau hanya di
sekitaran siteba saja. Akan tetapi, Tn.C dan keluarga tidak menerapkan
protokol kesehatan terutama penggunaan masker saat berjalan jalan,
sedangkan sekarang masih berada di pandemi dan terdapat banyak polusi
di jalanan.

B. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan

13. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Saat ini keluarga Tn.C berada pada tahap pekembangan keluarga ke 3


dimana anak pertama Tn.C saat ini berusia 1 tahun. Tn.C sedang hamil
anak kedua, berada di trisemester 3 dan sedang menanti kelahiran anak
keduanya.

14. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Dekatnya usia anak pertama dengan kehamilan kedua membuat Tn.C dan
istrinya membagi fokus sementara anaknya masih dalam tahap
membutuhkan perhatian sepenuhnya untuk mendukung setiap tahap
tumbuh dan kembang anak.

15. Riwayat keluarga inti

Tn.C mengatakan memiliki masalah kesehatan saat ini. Saat dilakukan


pengkajian pada hari selasa tanggal 5 april 2022, Tn.C mengatakan saat ini
ia tidak sedang menderita sakit apapun. Istri Tn.C saat ini sedang hamil 7
bulan dan sedang tidak menderita sakit apapun, hanya saja anak Tn.C saat
ini sedang demam, flu dan batuk. Tn.C mengatakan anaknya dalam 1
bulan terakhir mengalami demam sebanyak 3 kali, demam tinggi hingga
suhu 39’C dan dua minggu lalu anak Tn.C terkena campak. Anak Tn.C
sering terkena demam akibat tidak lengkapnya imunisasi yang harusnya
menjadi sistem kekebalan yang mencegah anak Tn.C dari penyakit
penyakit terutama penyakit infeksi. Anak Tn.C hanya mendapatkan
imunisasi Hb 0, DPT dan Polio 1. Pada awalnya Tn.C mengizinkan
anaknya untuk di imunisasi, namun setelah 2 kali imunisasi anak Tn.C
selalu demam, setelah itu Tn.C tidak lagi mengizinkan anaknya untuk
diberikan imunisasi lagi.

Keadaan anak Tn.C saat ini demam dengan suhu 38’C dan sudah
mendapatkan obat penurun panas. Flu dan batuk dimana batuk berdahak,
pada anak dan terdapat sekret pada hidung anak Tn.C. Tn.C mengatakan
anaknya tidak mau makan dan lebih suka untuk minum susu saja, dan
rewel di malam hari.

16. Riwayat keluarga sebelumnya

Tn.C mengatakan tidak memiliki penyakit apapun sebelumnya, hanya saja


Tn.C memiliki kebiasaan merokok dan belum bisa memberhentikan
kebiasaannya sampai saat ini. Istri Tn.C pada saat hamil pertama pada tahun
2018 mengalami keguguran akibat kandungan istrinya lemah dan mengalami
kelainan pada pembuluh darah vena dimana dinding pembuluh darah rapuh.
Tn.C mengatakan ini kali pertama anaknya menderita penyakit batuk, flu dan
demam. Tn.C mengatakan anaknya memang sering demam namun tidak di
ikuti dengan batuk dan flu. Saat anaknya mulai batuk, flu dan demam Tn.C
langsung membawa anaknya berobat di hari selanjutnya di puskesmas
nanggalo untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan. Untuk perawatan
di rumah, Tn.C dan istri memberikan kompres hangat pada sang anak dan
memberikan obat yang di dapat sesuai dosis dan jam.

Karena istri Tn.C saat ini sedang hamil anak kedua, dalam kondisi anak
sehat, Tn.C sering menitipkan anaknya kepada adik istrinya. Anaknya di
antar pada pagi hari dan di jemput pada sore hari saat Tn.C selesai bekerja.
Hal ini menjadi salah satu faktor kesehatan sang anak tidak sepenuhnya
terkontrol oleh Tn.C dan istrinya.

C. Data Lingkungan

17. Karakteristik rumah

Rumah Tn.C merupakan rumah permanen yang di kontrak oleh Tn.C dan
istri sejak menikah. Rumah Tn.C berada di pinggir jalan Raya kurao pagang
dan terdiri dari 1 ruang tamu dan 2 kamar tidur, serta 1 dapur dan kamar
mandi yang berada di dapur. Rumah Tn.C cukup sempit dan terisi barang-
barang rumah tangga, barang tersusun rapi hanya saja fentilasi terbilang
kurang dan suasana rumah sedikit terasa lembab. Udara di sekitar rumah
berdebu dan sering terdapat asap kendaraan, dan juga sistem pembuangan
sampah dilakukan dengan cara membakarnya. Tn.C memiliki banyak hewan
peliharaan diantaranya terdapat burung, ayam, itik, dan sapi.

Denah rumah

5 3

2 1

Keterangan :

1 : ruang tamu

2 : kamar tidur

3 : kamar tidur
4. dapur

5. kamar mandi

18. Karakteristik lingkungan tempat tinggal dan masyarakat

Lingkungan Tn.C berupa perumahan dan berada di tepi jalan raya serta
merupakan daerah padat penduduk. umumnya penduduk di sekitar rumah
Tn.C bersuku minang dengan perekonomian menengah. Ny. S mengatakan
bahwa sering berbaur dengan tetangga sekitar pada sore hari, keluarganya
telah dikenal dengan baik oleh tetangganya.

19. Mobilitas geografis keluarga

Tn.C merupakan penduduk asli kota padang kecamatan nanggalo, dan sejak
menikah pun Tn.C tidak pernah berpindah rumah dari rumah yang ia tempati
saat ini.

20. Interaksi sosial keluarga dengan masyarakat

Interaksi sosial dengan tetangga cukup baik. Tn.C dan Tn.C sering
berkumpul depan rumah pada sore hari dengan tetangga untuk mengobrol.
Jika tetangga memiliki sebuah acara seperti pernikahan atau pengajian, Tn.C
selalu mengusahakan untuk datang.

21. Sumber Pendukung Keluarga

Tn.C mengatakan bahwa ia dan keluarga nya memiliki BPJS kesehatan dan
akan membawa anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan ataupun ke
bidan untuk mendapatkan pengobatan dengan menggunakan sepeda motor.
D. Struktur Keluarga

22. Pola dan Komunikasi Keluarga

Komunikasi dalam keluarga sehari-hari menggunakan bahasa minang.


Komunikasi bersama antara suami dan isteri jika ada permasalahan
penting pada malam hari dan bercengkerama setiap hari seperti biasanya
bersama dengan anak. Tn.C mengatakan apapun yang terjadi di keluarga
lebih baik di selesaikan dan dibicarakan bersama dibanding masalah
menjadi berlarut-larut.

23. Struktur Kekuatan

Tn.C mengatakan bahwa keputusan diambil berdua, harus di diskusikan


dan keputusan yang di setujui oleh keduanya lah yang akan di ambil.

24. Struktur Peran

Dalam keluarga, Tn.C berperan sebagai kepala keluarga dimana Tn.C


melakukan tugas untuk mencari nafkah dan membimbing anggota
keluarga. Tn.C bekerja sebagai buruh serabutan yaitu sebagai tukang, dan
di malam harinya Tn.C mencari tambahan pendapatan dengan mencuci
mobil angkutan umum. Istri Tn.C yaitu Ny.S berperan sebagai istri dan
juga ibu untuk anaknya, Ny.S melakukan tugas sebagai istri dan ibu bagi
anaknya seperti membimbing anak, mengasuh dan melakukan pekerjaan
rumah serta menyambut Tn.C saat pulang bekerja di sore hari. Ny.S
berusaha memenuhi kebutuhan suami dan anaknya dengan cara
menyediakan makanan dengan jumlah gizi yang lengkap setiap harinya,
dimana selalu tersedia karbohidrat berupa nasi, protein baik itu berupa
daging sapi, ayam ataupun ikan dan vitamin yang berasal dari sayur. Ny.S
juga berusaha untuk selalu memperhatikan kondisi kesehatan suami dan
anaknya.
25. Nilai-Nilai Keluarga

Tn.C mengatakan ia dan keluarga tidak menganut nilai nilai khusus, hanya
saja Tn.C dan Tn.C menganut nilai dan budaya minang dalam keluarga.
Tentu juga sebagai seorang muslim menerapkan ajaran islam. Selain itu,
Tn.C juga mengatakan bahwa dirinya juga terbuka dalam menerapkan
nilai-nilai budaya dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

E. Fungsi Keluarga

26. Fungsi Afektif

Tn.C mengatakan selalu mendukung kegiatan Tn.C dengan selalu


menyambut suami nya sepulang kerja dan memasak untuk Tn.B. Anggota
keluarga saling menyayangi baik suami, istri dan kepada anak. Antar anggota
keluarga saling mempercayai dan memberikan perhatiannya satu sama lain.
Di bulan ramadhan ini, Tn.C berusaha untuk menyiapkan menu sahur dan
berbuka untuk dinikmati bersama, dan di sore hari Tn.C menyambut Tn.C
pulang bekerja dan menyempatkan berjalan jalan sore sembari menunggu
waktu berbuka bersama anaknya. Namun beberapa hari ini dikarenakan anak
Tn.C sedang sakit maka jalan-jalan sore di ganti dengan menonton tv
bersama di sore hari. Tn.C dan Ny.S berusaha untuk meluangkan waktu lebih
saat anaknya sedang sakit, karena sang anak agak rewel ketika sakit. Tn.C
akan bergantian dengan Ny.S ketika merawat anaknya.

27. Fungsi Sosialisasi

Hubungan antar keluarga berjalan dengan baik dan tidak memiliki masalah
berarti untuk satu sama lain. Dalam bersosialisasi dengan anak Tn.C dan
Tn.C menggunakan bahasa minang yang baik dan memberikan contoh untuk
anaknya terhadap apa yang baik dilakukan dan tidak baik dilakukan. Tn.C
sepulang kerja berusaha untuk ikut bermain bersama anaknya dirumah,
menemani sang anak menonton dan mengawasi sang anak saat anaknya
berusaha untuk belajar berjalan.
28. Fungsi Ekonomi

Dalam fungsi ekonomi, gaji yang di dapatkan oleh Tn.C mampu mencukupi
kebutuhan keluarganya dalam kebutuhan sehari-hari dan Tn.C mengatakan
pendapatan yang diberikan suaminya lebih dari cukup hingga Tn.C mampu
menabung untuk biaya anak Tn.C ke depannya dan sebagai pegangan
seandainya ada keperluan mendesak di kemudian hari. Tn.C memiliki
pendapatan sebesar 3 juta setiap bulannya, dan digunakan untuk membayar
kontrakan, listrik, pangan, susu dan tabungan. Istri Tn.C akan berbelanja di
pagi hari, membeli sayur dan lauk. Lauk yang di beli beragam kecuali telur
karena Tn.C dan anaknya alergi terhadap telur. Istri Tn.C berusaha untuk
memenuhi gizi suami dan anaknya. Saat ini anak Tn.C mengkonsumsi susu
formula dimana setiap harinya menghabiskan 200 gram susu.

29. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Mengenal masalah Kesehatan

Tn.C mengatakan ia dan istriya mampu mengenal masalah kesehatan yang


sederhana dan umum seperti demam, batuk dan pilek.

b. Mengambil keputusan

Ny. S mengatakan bahwa dirinya, suaminya dan keluarga siap dan dapat
mengambil keputusan yang terbaik, jika salah satu anggota keluarga
menderita sakit serta dapat merawat anggota keluarga yang sedang sakit. Jika
ada anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain akan
membawanya ke fasilitas kesehatan atau membeli obat. Seperti saat anak
Tn.C demam, batuk dan flu Tn.C langsung membawa anaknya ke puskesmas
dan mendapat obat dari puskesmas.

c. Merawat anggota keluarga

Anggota keluarga dapat menjaga dan merawat dirinya sendiri serta anggota
keluarga lainnya disaat sehat dan sakit. Anggota keluarga cukup mampu
merawat anggota keluarga yang sakit. Tn.C dan istri memberikan obat sesuai
dosis dan waktu yang di resepkan dari dokter, saat anak Tn.C demam, Tn.C
akan mengompres anak untuk menurunkan demamnya. Tn.C juga
mengatakan selalu memberikan makanan yang bergizi untuk anaknya agar
anaknya lekas pulih.

d. Memodifikasi lingkungan

Tn.C mengatakan cukup mampu dalam memodifikasi lingkungan yang


cocok untuk kondisi kesehatan saat ini. Tn.C mengatakan untuk
memodifikasi lingkungan bisa dengan mengurangi risiko jatuh pada anak
seperti menghindari tumpahan air di lantai rumah, lantai kamar mandi di buat
tidak licin dan jangan sampai ada tumpahan sabun dan sampo di kamar
mandi. Tn.C juga mengatakan akan membuka pintu dan jendela agar udara
dalam rumah terasa segar di pagi hari dan menutupnya jika sudah agak siang
dikarenakan debu dari jalanan dan asap kendaraan bermotor akan masuk ke
dalam rumah jika pintu tidak di tutup.

e. Menggunakan fasilitas Kesehatan

Tn.C mengatakan ia dan keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan


dengan baik, seperti menimbang setiap bulan ke posyandu, berobat ke
puskesmas, bidan maupun rumah sakit. Serta memiliki jaminan kesehatan
untung menunjang tingkat kesehatan keluarga.

30. Fungsi Reproduksi

Tn.C mengatakan ia tidak menjalani program KB karena ingin memiliki


keturunan lagi dengan alasan usia Tn.C sudah 37 tahun sementara anak
pertama baru menginjak usia 1 tahun. Saat ini Tn.C sedang hamil anak kedua
dan memasuki usia kehamilan 7 bulan.
F. Stress dan Koping Keluarga

31. Stressor jangka pendek

Tn.C mengatakan dalam 3 bulan terakhir tidak mempuyai masalah yang


membuatnya banyak beban pikiran.

32. Stressor jangka Panjang

Tn.C mengatakan tidak memiliki permasalahan yang tidak terselesaikan


lebih dari 6 bulan.

33. Strategi koping yang digunakan keluarga

Tn.C mengatakan bahwa strategi yang di gunakan dalam menyelesaikan


permasalahan adalah diskusi antara Tn.C dengan istrinya.

34. Adaptasi maladaptif yang dilakukan keluarga

Tn.C mengatakan bahwa ia dan istrinya tidak pernah melakukan hal negatif
seperti membanting pintu dan alat-alat rumah tangga ketika memiliki
masalah atau ketika marah, semua masalah di selesaikan dengan diskusi dan
musyawarah.

G. Pemeriksaan Fisik

N Jenis Tn. C Ny. S An. A


o pemeriksa
an
1. TTV : TD : 120/80 TD : 90/70 Suhu : 38
mmhg mmhg
Tensi :
Nadi :
Suhu : Suhu : 37,1 Suhu : 37,3 90x/menit
Nadi :
Nadi : Nadi : Nafas :
Nafas : 83x/menit 80x/menit 30x/menit

Nafas : Nafas : BB : 8,3 kg


N Jenis Tn. C Ny. S An. A
o pemeriksa
an
18x/menit 20x/menit
TB : 76 cm

Lila : 14 cm

Lingkar
kepala : 43
cm
2. Kulit, Kulit : Kulit : Kulit :
rambut, dan
Sawo matang Kuning langsat Kuning langsat
kuku
Rambut :
Rambut :
Rambut :
Berwarna hitam,
Warna hitam, rapi,
pendek dan kulit Warna coklat,
panjang
kepala bersih. rapi, pendek
Kuku :
Kuku :
Kuku :
Pendek, CRT
Pendek, CRT
<2 detik, dan Pendek, CRT
<2 detik, dan
bersih. <2 detik, dan
bersih.
bersih.
3. Kepala, Tidak ada Tidak ada Tidak ada
leher benjolan baik benjolan baik benjolan baik
pada kepala pada kepala pada kepala
maupun maupun maupun
leher; mata leher; mata leher; mata
simetris, simetris, simetris,
anemis (-), anemis (-), anemis (-),
ikterik (-), ikterik (-), ikterik (-),
hipermetropi miopi (-1) hidung
(+1); hidung namun tidak simetris, dan
simetris; gigi menggunaka terdapat
lengakap, n kaca mata; sekret; gigi
terdapat hidung sudah
karies gigi simetris; gigi tumbuh 2
geraham atas; lengkap; bibir gigi susu
bibir tidak tidak kering; yang di
kering; telinga bawah; bibir
N Jenis Tn. C Ny. S An. A
o pemeriksa
an
telinga simetris, tidak kering;
simetris, pendengaran telinga
pendengaran normal; tidak simetris,
normal; tidak ada pendengaran
ada pembesaran normal; tidak
pembesaran kelenjar ada
kelenjar tyroid, limfe, pembesaran
tyroid, limfe, dan vena kelenjar
dan vena jugularis. tyroid, limfe,
jugularis. dan vena
jugularis.
4. Thoraks dan
paru
Simeteris dada Simeteris dada Simeteris dada
I : kanan-kiri, warna kanan-kiri, warna kanan-kiri, warna
kulit merata, iktus kulit merata, iktus kulit merata, iktus
kordis tidak kordis tidak kordis tidak
terlihat. terlihat. terlihat.

Ekspansi paru
P: Ekspansi paru Ekspansi paru
simetris, nyeri
simetris, nyeri simetris, nyeri
tekan (-),iktus
tekan (-),iktus tekan (-),iktus
kordis teraba.
kordis teraba. kordis teraba.

Suara sonor,
P: Suara sonor,
Suara sonor, redup.
redup.
redup.

A: Suara napas
Suara napas Suara napas
vesikuler.
vesikuler. vesikuler.

3. Abdomen
I : Warna kulit Warna kulit Warna kulit
merata, tidak merata, tidak merata, tidak
tampak benjolan tampak benjolan tampak benjolan
dan bekas luka dan bekas luka. dan bekas luka.
N Jenis Tn. C Ny. S An. A
o pemeriksa
an
Peristaltik usus Peristaltik usus
A: Peristaltik usus terdengar jelas. terdengar jelas.
terdengar jelas.
Timpani. Timpani.
P: Timpani.
Tidak ada Tidak ada
P: Tidak ada nyeri tekan nyeri tekan
nyeri tekan dan edema. dan edema.
dan edema.
4. Genitalia Normal, tidak Normal, tidak Normal, tidak
ada luka, ada luka, ada luka,
tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi,
tidak ada tidak ada tidak ada
pembengkaka pembengkaka pembengkaka
n. n. n.
5. Ekstremitas Simetris Simetris Simetris
atas + kanan-kiri, kanan-kiri, kanan-kiri,
refleks anggota anggota anggota
fisiologis gerak normal, gerak normal, gerak normal,
bentuk bentuk bentuk
normal, normal, normal,
leluasa dalam leluasa dalam leluasa dalam
bergerak, bergerak, bergerak,
refleks (+). refleks (+). refleks (+).
6. Ekstremitas Simetris Simetris Simetris
bawah + kanan-kiri, kanan-kiri, kanan-kiri,
anggota anggota anggota
refleks
gerak gerak gerak
fisiologis
lengkap, lengkap, lengkap,
bentuk bentuk bentuk
normal, tidak normal, tidak normal, tidak
ada edema. ada edema. ada edema.
ANALISA DATA
No. DATA MASALAH PENYEBAB
1. Do : Bersihan jalan Hipersekresi jalan
nafas tidak efektif nafas
- Tn.C mengatakan anaknya
menderita batuk berdahak

Ds :
- Anak Tn.C sedang menderita batuk
- batuk berdahak tetapi anak belum
mampu mengeluarkan dahak
- Frekuensi nafas : 30x/menit
- anak tampak gelisah
2. Do : Hipertermia Proses infeksi
- Tn.C mengatakan anaknya sering
demam, bahkan hingga 3-4 kali setiap
bulannya.
- Tn.C mengatakan imunisasi anaknya
tidak lengkap

Ds :
- suhu : 38’C
- nadi : 90x/menit
- kulit anak tampak memerah dan
teraba hangat
3. Do : Manajemen Kurang terpapar
kesehatan tidak informasi
- Tn.C mengatakan memiliki efektif
kebiasaan merokok
- Tn.C tidak menerapkan protokol
kesehatan seperti tidak menggunakan
masker ketika berada di luar rumah
- Tn.C mengatakan anaknya
mendapatkan asi sampai usia 6 bulan,
setelah itu anaknya meminum susu
formula.
Ds :
- Adanya perilaku merokok di
keluarga

4. Do : Perilaku Sikap negatif


kesehatan terhadap
- Tn.C mengatakan tidak mengizinkan cenderung pelayanan
anaknya mendapatkan imunisasi beresiko kesehatan
- Tn. C mengatakan anaknya akan
tetap sehat walaupun tidak diberikan
imunisasi

Ds :
- imunisasi An. A tidak lengkap
- An. A sering demam akibat tidak
lengkapnya imunisasi yang di
dapatkan.
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas
No Kriteria Bobot Skore Pembenaran
1. Sifat Masalah 1 3/3 x 1 Masalah ini
 Aktual = 3 =1 aktual karena
 Resiko = 2 sedang dirasakan
 Potensial = 1 oleh An.A,
dimana An.A
sedang
mengalami batuk
dan pilek
2. Kemungkinan Masalah Dapat 2 2/2 x 2 Kemungkinan
Diubah =2 masalah dapat
 Tinggi = 2 diubah jika An.A
 Sedang = 1 mengikuti
 Rendah = 0 anjuran yang
diberikan

3. Potensial untuk dicegah 1 3/3 x 1 Potensial masalah


 Mudah = 3 =1 untuk dicegah
 Cukup = 2 mudah karena
 Tidak dapat = 1 Ny.S mengatakan
mau melakukan
perawatan kepada
An.A terkait
masalah yang
dialami
4. Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 Keluarga melihat
 Masalah dirasakan, =1 adanya masalah
dan perlu segera pada An.A, perlu
ditangani = 2 segera ditangani
 Masalah dirasakan = 1 karena keluarga
 Masalah tidak takut akan
dirasakan = 0 menimbulkan
dampak kepada
An.A
Total Skor 5

2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

No Kriteria Bobot Skore Pembenaran


1. Sifat Masalah 1 3/3 x 1 Masalah ini akan
 Aktual = 3 =1 menimbulkan
 Resiko = 2 resiko jika tidak
 Potensial = 1 segera ditindak
lanjuti, karena
panas anak
semakin
meningkat.
2. Kemungkinan Masalah Dapat 2 2/2 x 2 Kemungkinan
Diubah =2 masalah dapat
 Tinggi = 2 diubah jika
 Sedang = 1 keluarga
 Rendah = 0 mengikuti
instruksi untuk
segera membawa
An.A ke fasilitas
kesehatan untuk
segera dapat
pengobatan, dan
melakukan
kompres hangat
kepada anak
untuk mengatasi
masalah.
3. Potensial untuk dicegah 1 3/3 x 1 Potensial masalah
 Mudah = 3 =1 untuk dicegah
 Cukup = 2 mudah karena ibu
 Tidak dapat = 1 mengatakan akan
melakukan
perawatan pada
masalah yang
dialami An.A
4. Menonjolnya masalah 1 2/2 x1 Keluarga melihat
 Masalah dirasakan, =1 adanya masalah
dan perlu segera pada An.A, dan
ditangani = 2 perlu segera
 Masalah dirasakan = 1 ditangani.
 Masalah tidak
dirasakan = 0

Total Skor 5

3. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar


informasi.

No Kriteria Bobot Skore Pembenaran


1. Sifat Masalah 1 2/3 x 1 Kurangnya
 Aktual = 3 = 2/3 pengetahuan
 Resiko = 2 keluarga terhadap
 Potensial = 1 penyakit yang
dialami An.A,
dan faktor risiko
yang
memperparah
penyakit An.A

2. Kemungkinan Masalah Dapat 2 2/2 x 2 Kemungkinan


Diubah =2 masalah dapat
 Tinggi = 2 diubah tinggi ,
 Sedang = 1 karena keluarga
 Rendah = 0 memiliki rasa
ingin tahu
terhadap penyakit
yang dialami
An.A
3. Potensial untuk dicegah 1 2/3 x 1 Potensial masalah
 Mudah = 3 = 2/3 untuk dicegah
 Cukup = 2 cukup karena ibu
 Tidak dapat = 1 mengatakan
sudah
mengetahui
penyakit yang
dialami An.A
setelah dijelaskan
dan mau
mencoba
mengubah
kebiasaan atau
faktor risiko yang
memperberat
penyakit An.A
4. Menonjolnya masalah 1 ½ x 1 = Masalah
 Masalah dirasakan, ½ dirasakan oleh
dan perlu segera keluarga Ny.D
ditangani = 2 tetapi keluarga
 Masalah dirasakan = 1 butuh waktu
 Masalah tidak untuk mengatasi
dirasakan = 0 masalah

Total Skor 3 5/6


3. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN
PRIORITAS
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul adalah :
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan
hipersekresi jalan nafas
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan sikap
negatif terhadap pelayanan kesehatan.
4. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Asuhan keperawatan


Umum Khusus Kriteria Standar Rencana
Tindakan
1. Bersihan jalan Setelah TUK 1 1. Kemampuan 1. Pengertian ISPA 1. Edukasi Kesehatan
nafas tidak dilakukan Setelah dilakukan menjelaskan (ISPA) merupakan (1.12383)
efektif (D.0149) tindakan kunjungan 1 x 45 apa itu ISPA penyakit infeksi Observasi
keperawatan menit keluarga infeksi saluran yang menyerang b. Identifikasi
diharapkan mampu mengenal pernapasan salah satu bagian kesiapan dan
Bersihan jalan masalah Infeksi akut atau ISPA atau lebih dari kemampuan
nafas tidak Saluran Pernafasan adalah infeksi saluran nafas
menerima informasi
efektif Akut di saluran mulai dari hidung
meningkat pernapasan, hingga kantong mengenai ISPA
yang paru (alveoli) Terapeutik
menimbulkan termasuk jaringan d. Sediakan materi dan
gejala batuk, adneksa seperti pendidikan
pilek, disertai sinus atau rongga kesehatan mengenai
dengan demam di sekitar hidung, ISPA
rongga telinga e. Jadwalkan
tengah dan pleura.
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
f. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
b. Jelaskan perilaku
2. Keluarga 2. Penyebab ISPA hidup yang sehat
mampu Adalah infeksi
menyebutkan virus atau bakteri
penyebab dari pada saluran
ISPA pernapasan.
yaitu infeksi
virus atau
bakteri pada
saluran
pernapasan.

3. Keluarga 3. Gejala ISPA


mampu ringan
menyebutkan 3 a. Batuk
dari 4 gejala b. Serak
ISPA c. Pilek
a. Batuk d. Panas atau
b. Serak, yaitu demam
anak
bersuara
parau
c. Pilek atau
mengeluark
an lendir
atau ingus
dari hidung
d. Panas atau
demam,
Suhu badan
lebih dari
37oC 4. Pencegahan
a. Berikan ASI
kepada bayi
atau anak usia
tahun.
b. Jauhkan anak
dari penderita
batuk.
c. Bersihkan
lingkungan
rumah.
Usahakan
ruangan
memiliki udara
bersih dan
ventilasi
cukup.
d. Lakukan
imunisasi atau
vaksinasi
lengkap
TUK 2 Dukungan Keluarga mampu Dukungan
Setelah dilakukan keluarga memberikan pengambilan
kunjungan 1 x 45 Keluarga keputusan dalam keputusan (I.09265)
menit keluarga mampu merawat anggota a. Motivasi
mampu mengambil mengambil keluarga dengan mengungkapkan
keputusan untuk keputusan ISPA dengan tujuan perawatan
merawat anggota dalam merawat mengurangi faktor yang diharapkan
keluarga yang sakit anggota resiko yang terjadi b. Fasilitasi
keluarga dengan pada penderita pengambilan
ISPA dengan ISPA keputusan secara
mengurangi kolaboratif
faktor resiko c. Berikan informasi
yang terjadi yang diminta pasien
pada penderita

TUK 3 Keluarga Bersihan jalan Manajemen jalan


Setelah dilakukan mampu napas (L. 01001) napas (I.01011)
kunjungan melakukan a. Monitor sputum
1x45 menit keluarga perawatan pada Keluarga mampu b. Posisikan
mampu merawat balita yang melakukan semifowler atau
anggota keluarga dengan ISPA perawatan pada fowler
yang sakit anak balita ISPA c. Berikan minum
dengan hangat
memberikan air d. Berikan air perasan
perasan jeruk nipis jeruk nipis yang
yang dicampurkan telah dicampurkan
dengan kecap/ kecap/ madu.
madu.

TUK 4 Keluarga Keluarga mampu Manajemen


Setelah dilakukan dapat memodifikasi lingkungan
kunjungan 1 x 45 menciptakan lingkungan dengan (I.14514)
menit keluarga dan cara menjaga a. Sediakan tempat
mampu memodifikasi memodifikasi kebersihan tidur dan
lingkungan lingkungan lingkungan rumah lingkungan yang
yang dapat dari debu dan bersih dan nyaman
membantu polusi yang dapat b. Ganti pakaian
dalam memperberat ISPA secara berkala
perawatan c. Ajarkan pasien dan
anggota keluarga tentang
keluarga ISPA upaya pencegahan
infeksi
TUK 5 Ketahanan keluarga Keluarga mampu Edukasi program
Setelah dilakukan (L. 09074) memahami apa pengobatan (1.12441)
kunjungan 1 x 45 Memanfaatkan keuntungannya dari Observasi
menit keluarga tenaga kesehatan fasilitas kesehatan c. Identifikasi
mampu untuk mendapatkan yang ada yaitu pengetahuan
memanfaatkan informasi tentang pengobatan
fasilitas kesehatan Keluarga mampu a. mendapatkan
yang
menyebutkan 2 dari obat
3 fasilitas kesehatan b. dapat direkomendasikan
yang ada memeriksa d. Identifikasi
kesehatan/ penggunaan
a. Rumah sakit c. berkonsultasi pengobatan
b. Puskesmas tradisional dan
d. Klinik kemungkinan efek
pengobatan
Terapeutik
g. Fasilitas informasi
tertulis atau gambar
untuk
meningkatkan
pemahaman
mengenai program
pengobatan anemia
h. Berikan dukungan
untuk menjalani
program
pengobatan dengan
baik dan benar
i. Libatkan keluarga
untuk memberikan
dukungan pada
pasien selama
pengobatan
Edukasi
j. Jelaskan manfaat
dan efek samping
pengobatan
k. Jelaskan strategi
mengelola efek
samping obat
l. Jelaskan cara
penyimpanan,
pengisian
kembali/pembelian
kembali, dan
pemantauan sisa

2 Hipertermia Setelah TUK 1 1. Keluarga mampu 1. Pengertian Edukasi kompres


berhubungan dilakukan menyebutkan hipertermi hangat (L.08234)
dengan proses tindakan Setelah dilakukan pengertian Hipertermi adalah
penyakit keperawatan kunjungan 1 x 45 hipertermi dimana suhu tubuh a. Persiapkan materi
(D.0130) diharapkan menit keluarga seseorang dan media edukasi
hipertermi mampu mengenal meningkat diatas b. Jadwalkan waktu
membaik masalah hipertermi 2. Hipertermi rentang normal yang tepat untuk
adalah dimana 2. Tanda dan gejala memberikan
suhu tubuh -suhu tubuh diatas pendidikan
seseorang normal kesehatan sesuai
meningkat -kulit merah kesepakatan
diatas rentang -kulit terasa panas keluarga dengan
normal -nadi meningkat pasien dan keluarga
c. Jelaskan tujuan dan
prosedur kompres
hangat
d. Ajarkan teknik
kompres hangat
TUK 2 Dukungan keluarga Keluarga mampu Dukungan
Setelah dilakukan (L. 13112) memberikan pengambilan keputusan
kunjungan 1 x 45 Keluarga mampu keputusan dalam (I09265)
menit keluarga mengambil merawat anggota a. Motivasi
mampu mengambil keputusan dalam keluarga dengan mengungkapkan
keputusan untuk merawat anggota mengurangi faktor tujuan perawatan
merawat anggota keluarga dengan resiko hipertermi yang diharapkan
keluarga yang sakit mengurangi faktor b. Fasilitasi
resiko hipertermi pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
c. Berikan informasi
yang diminta pasien

TUK 3 Keluarga mampu Keluarga memberikan Manajemen hipertermi


Setelah dilakukan merawat anggota kompres hangat (I.15506)
kunjungan 1 x 45 keluarga yang kepada balita yang a. Monitor suhu
menit keluarga mengalami sakit tubuh
mampu merawat hipertermi dengan b. Sediakan
keluarga yang sakit cara memberikan lingkungan
kompres hangat yang dingin
c. Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
d. Longgarkan
atau lepaskan
pakaian
TUK 4 Keluarga dapat Keluarga mampu Manajemen
menciptakan dan memodifikasi lingkungan
Setelah dilakukan memodifikasi lingkungan dengan (I.14514)
kunjungan 1 x 45 lingkungan yang cara menjaga a. Sediakan tempat
menit keluarga dapat membantu kebersihan lingkungan tidur dan
mampu memodifikasi dalam perawatan rumah dari debu dan lingkungan yang
lingkungan anggota keluarga polusi yang dapat bersih dan nyaman
ISPA memperberat ISPA b. Ganti pakaian
secara berkala
c. Ajarkan pasien
dan keluarga
tentang upaya
pencegahan
infeksi
TUK 5 Memanfaatkan Keluarga mampu Edukasi program
tenaga kesehatan memahami apa pengobatan (1.12441)
Setelah dilakukan untuk mendapatkan keuntungannya 2 dari Observasi
kunjungan 1 x 45 informasi 3 fasilitas kesehatan e. Identifikasi
menit keluarga Keluarga mampu yang ada yaitu pengetahuan
mampu menyebutkan 2 dari -mendapatkan obat tentang pengobatan
memanfaatkan 3 fasilitas kesehatan -dapat memeriksa
yang
fasilitas kesehatan yang ada kesehatan
-Rumah sakit -berkonsultasi direkomendasikan
-Puskesmas f. Identifikasi
-Klinik penggunaan
pengobatan
tradisional dan
kemungkinan efek
pengobatan
Terapeutik
j. Fasilitas informasi
tertulis atau gambar
untuk
meningkatkan
pemahaman
mengenai program
pengobatan anemia
k. Berikan dukungan
untuk menjalani
program
pengobatan dengan
baik dan benar
l. Libatkan keluarga
untuk memberikan
dukungan pada
pasien selama
pengobatan
Edukasi
m. Jelaskan manfaat
dan efek samping
pengobatan
n. Jelaskan strategi
mengelola efek
samping obat

3. Manajemen Setelah TUK 1 Keluarga mampu  Pengertian Edukasi Kesehatan


menyebutkan kesehatan dan (1.12383)
kesehatan tidak dilakukan
Setelah dilakukan pengertian PHBS perilaku Observasi
efektif tindakan asuhan keperawatan c. Identifikasi
kesehatan:
1x 45 menit, keluarga kesiapan dan
keperawatan - Menurut UU
mampu mengenal kemampuan
diharapkan masalah kesehatan No. 23 Tahun
menerima
mengenai PHBS 1992 adalah
manajemen informasi
keadaan
kesehatan Terapeutik
sejahtera dari
g. Sediakan materi
meningkat badan, jiwa
dan pendidikan
dan sosial yang
kesehatan
memungkinkan
h. Jadwalkan
seseorang
pendidikan
hidup produktif
kesehatan sesuai
secara sosial
kesepakatan
dan ekonomi.
i. Berikan
- Perilaku
kesempatan untuk
kesehatan
bertanya
adalah aktivitas
yang dilakukan Edukasi
oleh seseorang c. Jelaskan perilaku
yang akan hidup yang sehat
berdampak
postif atau
negatif
terhadap status
kesehatannya

Keluarga mampu  Keluarga


menyebutkan ciri
mengetahui ciri-
ciri manusia sehat
ciri seseorang
yang sehat
- Tidak
mengeluh sakit
- Tidak tampak
sakit
- Mampu
mengeskpresik
an diri dengan
baik
- Sejahtera
dalam
perekonomian
TUK 2 Keluarga mampu Dampak tidak Dukungan
menyebutkan melakukan PHBS pengambilan keputusan
setelah dilakukan dampak tidak - Terjangkit (I09265)
tindakan keperawatan melakukan PHBS penyakit a. Motivasi
1 x 45 menit, infeksi seperti mengungkapkan
keluarga mampu ISPA, diare, tujuan perawatan
mengambil keputusan DBD dsb. yang diharapkan
- Rumah b. Fasilitasi
menjadi pengambilan
sumber keputusan secara
penyakit kolaboratif
- Banyaknya c. Berikan informasi
faktor risiko yang diminta pasien
penyakit-
penyakit
berbahaya.

TUK 3 Kemampuan Edukasi perilaku upaya


peningkatan kesehatan : (I.12435)
setelah dilakukan kesehatan Observasi :
tindakan keperawatan meningkat - identifikasi kesiapan
1 x 45 menit, (L.12107) 10 indikator PHBS dan kemampuan
keluarga mampu 1. Jika ada ibu menerima informasi
merawat anggota Keluarga mampu bersalin, persalinan Terapeutik :
keluarga yang sakit menyebutkan dan ditolong oleh tenaga - sediakan materi dan
menjelaskan kesehatan (dokter, media pendidikan
indikator PHBS bidan) kesehatan
2. memberikan ASI - jadwalkan pendidikan
eksklusif pada bayi, kesehatan sesuai
3. menimbang bayi dan kesepakatan
balita setiap bulan - berikan kesempatan
4. menggunakan air untuk bertanya
bersih - gunakan pendekatan
5. Mencuci tangan promosi kesehatan
menggunakan sabun dengan memperhatikan
dan air bersih yang pengaruh dan hambatan
mengalir dari lingkungan, sosial
6. Menggunakan dan budaya.
jamban - berikan pujian dan
7. Memberantas jentik dukungan terhadap
di rumah usaha positif dan
8. Makan sayur dan pencapaiannya.
buah setiap hari Edukasi :
9. Melakukan aktivitas - jelaskan penanganan
fisik setiap hari masalah kesehatan
10. Tidak merokok di - informasikan sumber
dalam rumah yang tersedia di
masyarakat
- anjurkan
menggunakan fasilitas
kesehatan
- anjurkan menentukan
perilaku spesifik yang
akan di ubah (kebiasan
merokok)
TUK 4 Setelah dilakukan • Keluarga Manajemen
intervensi keluarga mampu Lingkungan
setelah dilakukan mampu: melakukan Intervensi:
tindakan keperawatan a. penerimaan • Ajarakan pada
modifikasi
1 x 45 menit, terhadap status keluarga untuk
keluarga mampu kesehatan lingkungan
menciptakan
melakukan b. kemampuan terhadap
lingkungan
modifikasi melakukan tindakan intervensi yang
lingkungan pencegahan yang aman
disarankan
masalah kesehatan.
• Ajarkan untuk
menggunakan
area lingkungan
dan peralatan
yang bersih
sebagai upaya
mencegah
infeksi pada
anak.

TUK 5 Setelah dilakukan Keluarga mampu Edukasi program


intervensi keluarga memanfaatkan pengobatan (1.12441)
setelah dilakukan mampu: fasilitas pelayanan Observasi
tindakan keperawatan a. Mengetahui kesehatan dari skala 2 g. Identifikasi
1 x 45 menit, aktivitas (jarang dilakukan) pengetahuan
keluarga mampu mendukung menjadi 4 (sering tentang pengobatan
memanfaatkan dilakukan):
pertumbuhan yang
fasilitas pelayanan
kesehatan keluarga e. Menanyakan direkomendasikan
Mengetahui pertanyaan h. Identifikasi
adaptasi keluarga terkait penggunaan
terhadap perubahan kesehatan pengobatan
f. Melakukan self tradisional dan
screening kemungkinan efek
g. Menggunakan pengobatan
informasi Terapeutik
kesehatan m. Fasilitas informasi
terpercaya tertulis atau gambar
Mencari bantuan untuk
pelayanan kesehatan meningkatkan
sesuai kebutuhan pemahaman
mengenai program
pengobatan anemia
n. Berikan dukungan
untuk menjalani
program
pengobatan dengan
baik dan benar
o. Libatkan keluarga
untuk memberikan
dukungan pada
pasien selama
pengobatan
Edukasi
o. Jelaskan manfaat
dan efek samping
pengobatan
p. Jelaskan strategi
mengelola efek
samping obat
q. Jelaskan cara
penyimpanan,
pengisian
kembali/pembelian
kembali, dan
pemantauan sisa
obat
r. Jelaskan keuangan
dan kerugian
program
pengobatan
s. Informasikan
fasilitas kesehatan
yang dapat
digunakan selama
pengobatan
4. Perilaku TUK 1 Kemampuan Kemampuan Edukasi Kesehatan
menjelaskan menjelaskan suatu (1.12383)
kesehatan
Setelah dilakukan pengetahuan topik: Keluarga Observasi
cenderung tindakan keperawatan tentang suatu topik menyebutkan konsep d. mengidentifikasi
1 x 45 menit, meningkat imunisasi kesiapan dan
beresiko
diharapkan keluarga (L.12111) kemampuan
mampu mengenal a. Keluarga
menerima
masalah kesehatan. mampu a. Pengertian informasi mengenai
menyebutka imunisasi imunisasi anak
n pengertian Imunisasi adalah Terapeutik
imunisasi kegiatan meningkatkan j. menyediakan
Imunisasi adalah imun tubuh. materi dan
suatu upaya untuk pendidikan
menimbulkan /
kesehatan
meningkatkan
mengenai imunisasi
kekebalan
seseorang secara anak
aktif terhadap k. menjadwalkan
suatu penyakit pendidikan
tertentu kesehatan sesuai
b. Keluarga kesepakatan
mampu l. memberikan
b. keluarga mampu
menyebutka kesempatan untuk
menyebutkan 3 dari 4
n tujuan bertanya
tujuan imunisasi
imunisasi
- Tercapainya target
Universal Child
Immunization
(UCI) yaitu
cakupan imunisasi
lengkap minimal
80% secara merata
pada bayi di seluruh
desa/kelurahan
pada tahun 2019
-Tervalidasinya
Eliminasi Tetanus
Maternal dan
Neonatal (insiden
di bawah 1 per
1000 kelahiran
hidup dalam satu
tahun) pada tahun
2019.
-Eradikasi polio
pada tahun 2019
-Tercapainya
eliminasi campak
pada tahun 2019.

c. Keluarga
mampu
menyebutkan c. keluarga mampu
jenis-jenis menyebutkan 8 dari 10
imunisasi jenis jenis imunisasi
- hepatitis A,B yang di jelaskan
- POLIO
- BCG
- DPT
- HiB
- PCV
- Rotavirus
- influenza
- campak d. keluarga mampu
- rubella menyebutkan 4 dari 5
faktor yang
d. Keluarga mempengaruhi
mampu keberhasilan
imunisasi.
menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
keberhasilan
imunisasi
- faktor status imun
individu
- faktor genetik
- Faktor kualitas
dan kuantitas
vaksin e. keluarga mampu
- faktor antibiotik menyebutkan 3 efek
- faktor suntikan imunisasi yang telah
yang aman di jelaskan.

e. Keluarga
mampu
menyebutkan
efek imunisasi
- demam
- kemerahan dan
gatal-gatal
- rasa tertekan dan
nyeri pada bagian
yang di suntik.

TUK 2 Tingkat kepatuhan Kemampuan Perilaku Dukungan


(L.12110) mengikuti anjuran : pengambilan keputusan
Setelah dilakukan a. Perilaku - keluarga mampu (1.09265)
tindakan keperawatan mengikuti anjuran menyebutkan 4 dari 5 Observasi
1 x 45 menit, 1) Keluarga mampu dampak yang di b. Mengidentifikasi
diharapkan keluarga menjabarkan akibatkan jika tidak persepsi mengenal
mampu mengambil dampak yang di memberikan imunisasi masalah dan
keputusan untuk akibatkan ketika pada anak
informasi yang
merawat anggota anak tidak - keluarga mampu
keluarga yang sakit. mendapatkan mengambil keputusan memicu konflik
imunisasi secara setelah mengetahui Terapeutik
lengkap. dampak akibat tidak i. Fasilitasi
- imunitas anak memberikan imunisasi mengaklarifikasi
tidak sekuat anak pada anak nilai dan harapan
yang mendapat
yang membantu
imunisasi
- anak lebih rentang membuat pilihan
terkena penyakit j. Diskusikan
- anak lebih mudah kelebihan dan
terpapar infeksi kekurangan setiap
- gejala yang di solusi
alami anak lebih k. Fasilitasi melihat
parah terhadap anak
situasi secara
dibanding gejala
penyakit yang realistic
timbul pada anak l. Motivasi
dengan imunisasi. mengungkapkan
tujuan perawatan
yang diharapkan
m. Fasilitasi
pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
n. Hormati hak pasien
untuk menerima
atau menolak
informasi
o. Fasilitasi
menjelaskan
keputusan kepada
orang lain, jika
perlu
p. Fasilitasi hubungan
antara pasien,
keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya
Edukasi
c. Informasikan
alternatif solusi
secara jelas
d. Berikan informasi
yang diminta pasien
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan
TUK 3 Kemampuan Edukasi pencegahan
peningkatan infeksi : (I.12406)
Setelah dilakukan kesehatan Observasi :
tindakan keperawatan meningkat - periksa kesiapan dan
1 x 45 menit, (L.12107) kemampuan menerima
diharapkan keluarga informasi
mampu melakukan Keluarga mampu Langkah cuci tangan Terapeutik :
perawatan melakukan cuci - siapkan materi, media
tangan pakai sabun 1. Menggosok kedua dan faktor penyebab,
dengan 6 langkah permukaan telapak cara identifikasi dan
pencegahan infeksi di
tangan rumah sakit maupun
2. Menggosok dirumah.
- jadwalkan waktu
punggung tangan yang tepat untuk
kiri dengan telapak memberikan
pendidikan kesehatan
tangan kanan dan sesuai kesepakatan
sebaliknya dengan pasien dan
keluarga.
3. Jari-jari kedua Edukasi :
belah tangan saling - jelaskan tanda dan
gejala infeksi lokal dan
digosokkan sistemik
4. Gosok bagian luar - anjurkan mengikuti
tindakan pencegahan
jari-jari tangan kiri sesuai kondisi
dengan telapak - anjurkan kecukupan
nutrisi, cairan dan
tangan kanan dan istirahat.
sebaliknya - ajarkan cara mencuci
tangan
5. Gosok seluruh
bagian ibu jari satu
persatu
6. Gosokkan jari-jari
tangan kanan ke
telapak tangan kiri
dan sebaliknya
7. Gosok pergelangan
tangan, lalu
keringkan dengan
tisu

TUK 4 Keamanan Manajemen


lingkungan rumah Lingkungan
Setelah dilakukan meningkat Intervensi:
tindakan keperawatan (L.14126) dengan • Ajarakan pada
1 x 45 menit, klien dan keluarga keluarga untuk
diharapkan keluarga mengetahui rumah menciptakan
mampu melakukan yang aman dan
lingkungan
modifikasi sehat  Pengertian Rumah
yang aman
lingkungan  Klien dan sehat
keluarga Rumah sehat Ajarkan untuk
mengetahui adalah tempat menggunakan area
pengertian berlindung atau lingkungan dan
rumah sehat bernaung dan peralatan yang bersih
tempat untuk sebagai upaya
beristrahat mencegah infeksi
sehingga
menimbulkan
kehidupan yang
sempurna baik
fisik, rohani
maupun sosial.
 Klien dan
 Syarat rumah
keluarga
sehat:
mengetahui
- Memenuhi
syarat rumah
kebutuhan
sehat:
psikologis
- Terhindar dari
penularan
penyakit
- Tersedia air
bersih
- Terhindar dari
terjadinya
 Klien dan kecelakaan
keluarga
mengetahui  Indikator
indikator lingkungan yang
lingkungan aman
yang aman: - Pemenuhan
kebutuhan dasar
- Mengurangi
bahaya fisik
- Mempertahankan
kebersihan
- Mengendalikan
polusi.
TUK 5 Setelah dilakukan Keluarga mampu Edukasi program
intervensi keluarga memanfaatkan pengobatan (1.12441)
Setelah dilakukan mampu: fasilitas pelayanan Observasi
tindakan keperawatan b. Mengetahui kesehatan dari skala 2 i. Identifikasi
1 x 45 menit, aktivitas (jarang dilakukan) pengetahuan
diharapkan keluarga mendukung menjadi 4 (sering tentang pengobatan
mampu dilakukan):
pertumbuhan yang
memanfaatkan h. Menanyakan
fasilitas pelayanan keluarga direkomendasikan
pertanyaan
kesehatan. Mengetahui j. Identifikasi
terkait
adaptasi keluarga penggunaan
terhadap perubahan kesehatan
pengobatan
i. Melakukan self
tradisional dan
screening
kemungkinan efek
j. Menggunakan
pengobatan
informasi
Terapeutik
kesehatan p. Fasilitas informasi
terpercaya tertulis atau gambar
Mencari bantuan untuk
pelayanan kesehatan meningkatkan
sesuai kebutuhan pemahaman
mengenai program
pengobatan
q. Berikan dukungan
untuk menjalani
program
pengobatan dengan
baik dan benar
r. Libatkan keluarga
untuk memberikan
dukungan pada
pasien selama
pengobatan
Edukasi
t. Jelaskan manfaat
dan efek samping
pengobatan
u. Jelaskan strategi
mengelola efek
samping obat
v. Jelaskan cara
penyimpanan,
pengisian
kembali/pembelian
kembali, dan
pemantauan sisa
obat
w. Jelaskan keuangan
dan kerugian
program
pengobatan
x. Informasikan
fasilitas kesehatan
yang dapat
digunakan selama
pengobatan
y. Anjurkan
memonitor
perkembangan
efektifitas
pengobatan
z. Anjurkan
mengonsumsi obat
sesuai indikasi
aa. Anjurkan bertanya
jika ada sesuatu
yang tidak
dimengerti sebelum
dan sesudah
pengobatan
dilakukan
Ajarkan kemampuan
melakukan pengobatan
mandiri (self-
medication)
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Implementasi Evaluasi TT/Tgl/Waktu


Keperawatan
Bersihan jalan nafas TUK 1 : S: 07/04/2022
tidak efektif Yaitu mengenal masalah, dengan cara Keluarga mengatakan sudah mengerti dengan
melakukan penyuluhan terkait pengertian, pengertian, tanda dan gejala serta penyebab
tanda dan gejala, serta penyebab ISPA dan dari ISPA yang dialami oleh An.A
juga batuk efektif kepada keluarga klien O:
Keluarga tampak mengerti dan paham, serta
dapat mengulangi materi yang dijelaskan.
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 2
TUK II : S: 07/04/2022
Yaitu mengambil keputusan untuk Klien dan keluarga mengatakan sudah
mengatasi masalah ISPA dengan mengetahui akibat jika masalah tidak diatasi
mendiskusikan tindakan yang harus dan akan memperhatikan lagi kedepannya
dilakukan jika terjadi masalah dalam dan mengatakan mampu mengambil
keluarga keputusan terkait masalah yang dialami, yaitu
dengan melakukan tindakan untuk
mengurangi tingkat kecemasan
O:
Keluarga tampak mengerti dan mampu
mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah yang dialami
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 3
TUK III : S: 09/04/2022
Yaitu merawat anggota keluarga yang Klien dan keluarga mengatakan mengerti dan
mengalami ISPA yaitu dengan bisa membuat larutan perasan jeruk nipis
menganjurkan keluarga untuk memberikan yang dicampur kecap/madu.
anak perasan jeruk nipis yang dicampurkan O:
kecap atau madu untuk membantu Klien dan keluarga paham dan bisa
memperlancar jalan napas anak. melakukan perawatan anggota keluarga yang
sakit dengan membuat dan memberikan
perasan jeruk nipis yang dicampurkan
kecap/madu.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Ny.S tetap memberikan air perasan jeruk
nipis yang dicampur kecap/madu kepada
An.A guna mengurangi sputum berlebih
Hipertermi TUK I : S: 07/04/2022
Mengenal masalah, dengan cara melakukan Keluarga mengatakan sudah mengerti dengan
penyuluhan terkait hipertermi kepada pengertian, tanda gejala, dan pencegahan
keluarga hipertermi yang dialami An.A
O:
Keluarga tampak paham dan mengerti dengan
materi yang disampaikan
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 2
TUK II: S: 07/04/2022
Yaitu mengambil keputusan untuk Keluarga mengatakan sudah mengetahui
mengatasi masalah hipertermi dengan akibat jika masalah tidak diatasi dan mampu
mendiskusikan tindakan yang harus mengambil keputusan terkait masalah yang
dilakukan oleh keluarga dialami
O:
Keluarga tampak mengerti dan mampu
mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah yang dialami
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 3
TUK III : S: 10/04/2022
Yaitu merawat anggota keluarga yang Keluarga mengatakan sudah mengerti terkait
mengalami ISPA dengan menganjurkan materi yang dijelaskan, dan mau memberikan
memberikan kompres hangat dengan teknik kompres hangat dengan teknik tapid sponge
tapid sponge kepada pasien kepada An.A
O:
Keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang sakit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan dengan melimpahkan
ke keluarga

Ibu tetap memberikan kompres hangat


kepada An.A untuk mengurangi panas An.A
Manajemen TUK I : S: 11/04/2022
kesehatan keluarga Mengenal masalah pencegahan ISPA, Keluarga mengatakan sudah mengerti terkait
tidak efektif dengan cara melakukan penyuluhan pencegahan ISPA melalui PHBS
mengenai PHBS kepada keluarga O:
Keluarga tmpak mengerti dengan materi yang
diberikan
O:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 2
TUK II : S: 11/04/2022
Yaitu mengambil keputusan merawat Keluarga mengatakan sudah mengetahui
anggota keluarga untuk pencegahan infeksi akibat jika masalah tidak diatasi, keluarga
mampu mengambil keputusan terkait masalah
yang dihadapi
O:
Keluarga tampak mengerti dan mampu
mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK
TUK III: S: 12/04/2022
Yaitu merawat anggota keluarga yang Klien dan keluarga mengatakan sudah
mengalami ISPA dengan menjelaskan mengerti dan paham mengenai 10 indikator
pencegahan infeksi dan 10 indikator PHBS PHBS dan cara pencegahan infeksi, yang
salah satunya dengan rajin cuci tangan
O:
Klien dan keluarga tampak mengerti dan bisa
mengikuti instruksi dengan baik
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan , klien dan keluarga
tetap melakukan pencegahan infeksi dengan
rajin mencuci tangan
TUK IV : S: 10/04/2022
Yaitu memodifikasi lingkungan rumah yang Keluarga mengatakan mengerti dan bisa
nyaman, dan mencegah infeksi melakukan modifikasi lingkungan mengatasi
masalah yang dialami dengan menjaga
pencahayaan dengan membuka jendela
secara rutin, agar lingkungan didalam rumah
tidak lembab
O:
Keluarga tampak mengerti dan mampu
memodifikasi lingkungan
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 5
TUK V : S: 10/04/2022
Yaitu menjelaskan fasilitas kesehatan yang Keluarga mengatakan mengerti tentang
ada serta manfaatnya untuk memeriksakan fasilitas kesehatan dan manfaatnya
kesehatan secara rutin, dan juga untuk O:
masalah ISPA Klien tampak mengerti dan bisa menjelaskan
kembali tentang fasilitas kesehatan
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 1 diagnosa
periaku kesehatan cenderung beresiko
Perilaku kesehatan TUK I dan II S: 13/04/2022
cenderung beresiko Mengenal masalah kesehatan mengenai Keluarga mengatakan mengerti tentang
berhubungan dengan imunisasi dan memberikan dukungan konsep imunisasi dan dampak yang
sikap negatif pengambilan keputusan terkait masalah ditimbulkan apabila tidak memberikan
terhadap pelayanan kesehatan dengan menjelaskan dampak imunisasi pada anak
kesehatan apabila anak tidak mendapatkan imunisasi. O:
Keluarga tampak mengerti dan mampu
menjelaskan kembali ketika dilakukan
evaluasi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 3, keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang sakit
dengan mengajarkan cuci tangan pakai sabun
dengan 6 langkah sebagai upaya pencegahan
innfeksi pada anak balita dengan ISPA.
TUK 3: S: 14/04/2022
Keluarga mampu merawat anggota keluarga Keluarga mengatakan memahami dan mampu
yang sakit dengan mengajarkan cuci tangan melakukan cuci tangan pakai sabun dengan 6
pakai sabun dengan 6 langkah langkah, mengetahui kapan saja harus cuci
tangan dan manfaat mencuci tangan dengan
benar
O:
Keluarga tampak paham dan mampu
melakukan cuci tangan dengan langkah yang
benar.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 4,5 modifikasi
lingkungan dan pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
Lampiran 10
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 1
Tanggal : 05 April 2022
A. LATAR BELAKANG
1. Karakteristik Keluarga
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua
orang atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,
hubungan darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga
memiliki bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan
berbagai bidang keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan
sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (pasien). Dalam mengkaji
pasien, diperlukan beberapa tahapan yang diantaranya wawancara,
observasi, hingga pemeriksaan fisik dan laboratorium / pemeriksaan
penunjang. Dalam pertemuan pertama ini, akan dilakukan pengkajian
berupa wawancara kepada keluarga mengenai data umum keluarga,
riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, dan struktur
keluarga.

2. Data yang akan digali lebih lanjut


a. Data umum keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Lingkungan tempat tinggal keluarga
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Stress dan koping keluarga
g. Pemeriksaan fisik anggota keluarga
B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa belum ditegakkan karena masih melakukan pengkajian
keperawatan keluarga
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit didapatkan pengkajian awal kasus, pengkajian data
umum klien dan keluarga, dan pengkajian masalah keperawatan keluarga
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan pengkajian awal dengan klien dan keluarga
b. Melakukan pengkajian data umum dengan klien dan keluarga
c. Melakukan pengkajian riwayat dan tahap perkembangan keluarga
d. Melakukan pengkajian lingkungan, struktur, fungsi keluarga, stres dan
pola koping
e. Melakukan kembali pengkajian untuk melengkapai informasi sebaik–
baiknya dan kooperatif

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Identifikasi masalah kesehatan anggota keluarga
2. Metode : Wawancara dan observasi
3. Media : Format data dasar dan format pengkajian
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Selasa, 05 April 2022
b. Waktu : 14.00 WIB
c. Tempat : Rumah pasien
5. Pengogarnisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu

2. Pelaksanaan 25 menit
Melakukan pengkajian awal Mendengarkan dan menjawab
dengan klien dan keluarga pertanyaan
Melakukan pengkajian data
umum dengan klien dan
keluarga
Melakukan pemeriksaan fisik
anggota keluarga

3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Rencana pengkajian masalah kesehatan keluarga pasien
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan datang
2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. Pengkajian dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam pengkajian
d. Kegiatan pengkajian asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
3. Evaluasi Hasil
Keluarga mampu memberi informasi sehingga dapat dikumpulkan dan
diidentifikasi data kesehatan keluarga pasien dan keluarga dapat
menyetujui masalah.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 2
Tanggal : 06 April 2022
A. LATAR BELAKANG
1. Karakteristik Keluarga
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua
orang atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,
hubungan darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga
memiliki bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan
berbagai bidang keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan
sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (pasien). Dalam mengkaji
pasien, diperlukan beberapa tahapan yang diantaranya wawancara,
observasi, hingga pemeriksaan fisik dan laboratorium / pemeriksaan
penunjang. Dalam pertemuan pertama ini, akan dilakukan pengkajian
berupa wawancara kepada keluarga Tn. C dan Ny. S mengenai data umum
keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, dan
struktur keluarga.

2. Data yang akan digali lebih lanjut


a. Data umum keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Lingkungan tempat tinggal keluarga
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Stress dan koping keluarga
g. Pemeriksaan fisik anggota keluarga
h. Analisa data

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa belum ditegakkan karena masih melakukan pengkajian
keperawatan keluarga
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit didapatkan pengkajian awal kasus, pengkajian data
umum klien dan keluarga, dan pengkajian masalah keperawatan keluarga
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan pengkajian awal dengan klien dan keluarga
b. Melakukan pengkajian data umum dengan klien dan keluarga
c. Melakukan pengkajian riwayat dan tahap perkembangan keluarga
d. Melakukan pengkajian lingkungan, struktur, fungsi keluarga, stres dan
pola koping
e. Melakukan kembali pengkajian untuk melengkapai informasi sebaik–
baiknya dan kooperatif
C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Identifikasi masalah kesehatan anggota keluarga
2. Metode : Wawancara dan observasi
3. Media : Format data dasar dan format pengkajian
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Rabu, 06 April 2022
b. Waktu : 13.00 WIB
c. Tempat : Rumah Tn. C
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu

2. Pelaksanaan 25 menit
Melakukan pengkajian awal Mendengarkan dan menjawab
dengan klien dan keluarga pertanyaan
Melakukan pengkajian data
umum dengan klien dan
keluarga
Melakukan pemeriksaan fisik
pada Tn. C dan anggota
keluarga

3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Rencana pengkajian masalah kesehatan keluarga Tn. C
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan datang
2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. Pengkajian dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam pengkajian
d. Kegiatan pengkajian asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
3. Evaluasi Hasil
Keluarga mampu memberi informasi sehingga dapat dikumpulkan dan
diidentifikasi data kesehatan keluarga Tn. C dan keluarga dapat
menyetujui masalah.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 3
Tanggal : 07 April 2022
A. LATAR BELAKANG
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang
atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga memiliki
bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.

Implementasi keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan pada intervensi


keperawatan sesuai dengan perencanaan secara mandiri ataupun dapat
dilakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Keberhasilan tindakan
keperawatan ini dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan
keluarga serta sarana yang tersedia. Tujuan implementasi diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan klien yang dihasilkan melalui kegiatan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen penyakit atau pemulihan
kesehatan,

Dalam pertemuan ketiga ini, akan dilakukan implementasi dari TUK 1 yaitu
mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga dengan pemberian
edukasi proses penyakit mengenai konsep asam urat dan TUK 2 yaitu
membantu keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat pasien
dengan balita ISPA

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan adalah bersihan jalan
nafas tidak efektif
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 2x45 menit diharapkan dapat dilakukan intervensi
keperawatan TUK 1 mengenal masalah kesehatan dan TUK 2 membantu
keluarga dalam mengambil keputusan mengenai masalah kesehatan.
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan implementasi TUK 1 mengenal masalah kesehatan dengan
pemberian edukasi mengenai ISPA
b. Melakukan implementasi TUK 2 membantu keluarga mengambil
keputusan dengan edukasi tanda dan gejala serta pengambilan
keputusan pada balita dengan ISPA.

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Pengenalan masalah ISPA
2. Metode : Ceramah, tanya jawab, wawancara,
3. Media : Lembar balik, leaflet, booklet
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Rabu, 07 April 2022
b. Waktu : 13.00
c. Tempat : Rumah Tn. C
5. Pengorganisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

2. Pelaksanaan 80 menit
a. Melakukan edukasi a. Mendengarkan
mengenai ISPA b. Mengikuti prses
b. Melakukan edukasi screening
mengenai tanda dan c. Mengambil keputusan
gejala ISPA dalam perawatan
c. Melakukan edukasi keluarga
mengenai dampak yang
diakibatkan apabila
ISPA pada anak tidak
diatasi.
d. keluarga dalam
mengambil keputusan
mengenai perawatan
Kesehatan
3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Melakukan implementasi TUK 1 dan TUK 2
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan datang
2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. implementasi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam implementasi
d. Kegiatan implementasi TUK 1 dan TUK 2 dapat berjalan dengan
lancer
3. Evaluasi Hasil
Dapat terlaksananya implementasi sesuai yang diharapkan dan keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 4
Tanggal : 08 April 2022
A. LATAR BELAKANG
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang
atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga memiliki
bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.

Implementasi keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan pada intervensi


keperawatan sesuai dengan perencanaan secara mandiri ataupun dapat
dilakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Keberhasilan tindakan
keperawatan ini dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan
keluarga serta sarana yang tersedia. Tujuan implementasi diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan klien yang dihasilkan melalui kegiatan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen penyakit atau pemulihan
kesehatan,

Dalam pertemuan ketiga ini, akan dilakukan implementasi dari TUK 1 yaitu
mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga dengan pemberian
edukasi proses penyakit mengenai konsep asam urat dan TUK 2 yaitu
membantu keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat pasien
dengan masalah hipertermi.

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan adalah hipertermi
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 2x45 menit diharapkan dapat dilakukan intervensi
keperawatan TUK 1 mengenal masalah kesehatan dan TUK 2 membantu
keluarga dalam mengambil keputusan mengenai masalah kesehatan.
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan implementasi TUK 1 mengenal masalah kesehatan dengan
pemberian edukasi tentang konsep hipertermi
b. Melakukan implementasi TUK 2 membantu keluarga mengambil
keputusan dengan edukasi tanda dan gejala serta pengambilan
keputusan pada pasien dengan balita yang sedang demam.

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Pengenalan masalah hipertermi
2. Metode : Ceramah, tanya jawab, wawancara,
3. Media : Lembar balik, leaflet, booklet
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Kamis, 08 April 2022
b. Waktu : 13.00
c. Tempat : Rumah Tn. C

5. Pengorganisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

2. Pelaksanaan 80 menit
e. Melakukan edukasi d. Mendengarkan
mengenai pengertian e. Mengikuti prses
hipertermi screening
f. Melakukan edukasi f. Mengambil keputusan
mengenai tanda dan dalam perawatan
gejala hipertermi keluarga
g. Melakukan edukasi
mengenai dampak yang
diakibatkan apabila
hipertermi pada anak
tidak diatasi.
h. keluarga dalam
mengambil keputusan
mengenai perawatan
Kesehatan
3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Melakukan implementasi TUK 1 dan TUK 2
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan dating

2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. implementasi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam implementasi
d. Kegiatan implementasi TUK 1 dan TUK 2 dapat berjalan dengan
lancar

3. Evaluasi Hasil
Dapat terlaksananya implementasi sesuai yang diharapkan dan keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 5
Tanggal : 09 April 2022
A. LATAR BELAKANG
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang
atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga memiliki
bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.

Implementasi keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan pada intervensi


keperawatan sesuai dengan perencanaan secara mandiri ataupun dapat
dilakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Keberhasilan tindakan
keperawatan ini dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan
keluarga serta sarana yang tersedia. Tujuan implementasi diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan klien yang dihasilkan melalui kegiatan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen penyakit atau pemulihan
kesehatan,

Dalam pertemuan keempat ini, akan dilakukan implementasi dari TUK 3 yaitu
perawatan keluarga dengan ISPA dengan cara menganjurkan anak untuk
minum air hangat dan meredakan demam dengan tepidsponge.

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan adalah bersihan jalan
nafas tidak efektif dan hipertermi
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit diharapkan dapat dilakukan intervensi keperawatan
TUK 3 perawatan keluarga dengan ISPA
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan implementasi TUK 3 perawatan keuarga dengan pasien
ISPA

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Kompres tepidsponge
2. Metode : demonstrasi
3. Media : Lembar balik, leaflet
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Sabtu, 09 April 2022
b. Waktu : 14.00
c. Tempat : Rumah Tn. C

5. Pengorganisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

2. Pelaksanaan 35 menit
i. Melakukan edukasi g. Mendengarkan
mengenai manajemen h. Mendengarkan
jalan nafas dengan i. Melihat, mendengar, dan
menganjurkan anak mencoba terapi
mengkonsumsi minum j. Menonton
air hangat.
j. Melakukan edukasi
kesehatan mengenai
kompres hangat dengan
teknik tepidsponge
k. demonstrasi mengenai
kompres hangat dengan
tekni tepidsponge.
3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Melakukan implementasi TUK 3
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan datang
2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. implementasi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam implementasi
d. Kegiatan implementasi TUK 3 dapat berjalan dengan lancar
3. Evaluasi Hasil
Dapat terlaksananya implementasi sesuai yang diharapkan dan keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 6
Tanggal : 10 April 2022
A. LATAR BELAKANG
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang
atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga memiliki
bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.

Implementasi keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan pada intervensi


keperawatan sesuai dengan perencanaan secara mandiri ataupun dapat
dilakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Keberhasilan tindakan
keperawatan ini dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan
keluarga serta sarana yang tersedia. Tujuan implementasi diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan klien yang dihasilkan melalui kegiatan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen penyakit atau pemulihan
kesehatan,

Dalam pertemuan ketiga ini, akan dilakukan implementasi dari TUK 4 yaitu
keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan bagi balita dengan ISPA
dan TUK 5 yaitu keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan.

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan adalah bersihan jalan
nafas tidak efektif dan hipertermia
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 1x45 menit diharapkan dapat dilakukan intervensi
keperawatan TUK 4 memodifikasi lingkungan dan TUK 5 memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan implementasi TUK 4 mengenai modifikasi lingkungan
pada balita dengan masalah imunisasi.
b. Melakukan implementasi TUK 5 mengenai pemanfaatan pelayanan
kesehatan.

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Modifikasi lingkungan dan Pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan
2. Metode : Ceramah, tanya jawab, wawancara,
3. Media : Lembar balik, leaflet, booklet
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Minggu, 10 April 2022
b. Waktu : 15.00
c. Tempat : Rumah Tn. C
5. Pengorganisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

2. Pelaksanaan 80 menit
a. Melakukan edukasi a. Mendengarkan
mengenai cara b. Mengikuti prses
memodifikasi screening
lingkungan agar agam c. Mengambil keputusan
bagi balita dan dalam perawatan
mencegah terjadinya keluarga
infeksi pada balita
dengan masalah
imunisasi
b. Melakukan edukasi
mengenai fasilitas
pelayanan kesehatan
sebagai upaya
meningkatan tingkat
kesehatan keluarga.
3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Melakukan implementasi TUK 4 dan TUK 5
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan dating

2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. implementasi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam implementasi
d. Kegiatan implementasi TUK 4 dan TUK 5 dapat berjalan dengan
lancar
3. Evaluasi Hasil
Dapat terlaksananya implementasi sesuai yang diharapkan dan keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 7
Tanggal : 11 April 2022
A. LATAR BELAKANG
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang
atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga memiliki
bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.

Implementasi keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan pada intervensi


keperawatan sesuai dengan perencanaan secara mandiri ataupun dapat
dilakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Keberhasilan tindakan
keperawatan ini dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan
keluarga serta sarana yang tersedia. Tujuan implementasi diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan klien yang dihasilkan melalui kegiatan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen penyakit atau pemulihan
kesehatan,
Dalam pertemuan ketiga ini, akan dilakukan implementasi dari TUK 1 yaitu
mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga dengan pemberian
edukasi mengenai konsep PHBS dan TUK 2 yaitu membantu keluarga dalam
mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sakit.

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan adalah manajemen
kesehatan keluarga tidak efektif
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 2x45 menit diharapkan dapat dilakukan intervensi
keperawatan TUK 1 mengenal masalah kesehatan dan TUK 2 membantu
keluarga dalam mengambil keputusan mengenai masalah kesehatan.
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan implementasi TUK 1 mengenal masalah kesehatan dengan
pemberian edukasi mengenai PHBS
b. Melakukan implementasi TUK 2 membantu keluarga mengambil
keputusan dengan edukasi tanda dan gejala serta pengambilan
keputusan merawat anggota keluarga yang sakit.

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Edukasi mengenai PHBS
2. Metode : Ceramah, tanya jawab, wawancara,
3. Media : Lembar balik, leaflet, booklet
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Senin, 11 April 2022
b. Waktu : 14.30
c. Tempat : Rumah Tn. C

5. Pengorganisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

2. Pelaksanaan 80 menit
c. Melakukan edukasi d. Mendengarkan
mengenai konsep PHBS e. Mengikuti prses
d. keluarga dalam screening
mengambil keputusan f. Mengambil keputusan
mengenai perawatan dalam perawatan
Kesehatan keluarga

3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Melakukan implementasi TUK 1 dan TUK 2
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan datang
2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. implementasi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam implementasi
d. Kegiatan implementasi TUK 1 dan TUK 2 dapat berjalan dengan
lancar
3. Evaluasi Hasil
Dapat terlaksananya implementasi sesuai yang diharapkan dan keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 8
Tanggal : 12 April 2022
A. LATAR BELAKANG
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang
atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga memiliki
bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.

Implementasi keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan pada intervensi


keperawatan sesuai dengan perencanaan secara mandiri ataupun dapat
dilakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Keberhasilan tindakan
keperawatan ini dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan
keluarga serta sarana yang tersedia. Tujuan implementasi diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan klien yang dihasilkan melalui kegiatan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen penyakit atau pemulihan
kesehatan,

Dalam pertemuan kedelapan ini, akan dilakukan implementasi dari TUK 3


yaitu perawatan keluarga dengan pasien ISPA dengan pemberian edukasi
kesehatan mengenai 10 indikator PHBS.

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan adalah manajemen
kesehatan keluarga tidak efektif.
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit diharapkan dapat dilakukan intervensi keperawatan
TUK 3 perawatan keluarga dengan balita ISPA.
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan implementasi TUK 3 perawatan keuarga dengan balita
ISPA dengan edukasi PHBS sebagai upaya pencegahan penyakit ISPA
kambuh kembali

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : 10 indikator PHBS
2. Metode : Ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi
3. Media : Lembar balik, leaflet
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Selasa, 12 April 2022
b. Waktu : 15.00
c. Tempat : Rumah Tn. C

5. Pengorganisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

2. Pelaksanaan 35 menit
a. Melakukan edukasi a. Mendengarkan
kesehatan mengenai 10 b. Mendengarkan
indikator PHBS. c. Melihat, mendengar, dan
mencoba terapi
d. Menonton

3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Melakukan implementasi TUK 3
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan datang
2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. implementasi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam implementasi
d. Kegiatan implementasi TUK 3 dapat berjalan dengan lancar
3. Evaluasi Hasil
Dapat terlaksananya implementasi sesuai yang diharapkan dan keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 9
Tanggal : 13 April 2022
A. LATAR BELAKANG
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang
atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga memiliki
bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.

Implementasi keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan pada intervensi


keperawatan sesuai dengan perencanaan secara mandiri ataupun dapat
dilakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Keberhasilan tindakan
keperawatan ini dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan
keluarga serta sarana yang tersedia. Tujuan implementasi diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan klien yang dihasilkan melalui kegiatan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen penyakit atau pemulihan
kesehatan,

Dalam pertemuan ketiga ini, akan dilakukan implementasi dari TUK 1 yaitu
mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga dengan pemberian
edukasi mengenai konsep imunisasi dan TUK 2 yaitu membantu keluarga
dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sakit.

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan adalah perilaku
kesehatan cenderung beresiko.

2. Tujuan Umum
Dalam waktu 2x45 menit diharapkan dapat dilakukan intervensi
keperawatan TUK 1 mengenal masalah kesehatan dan TUK 2 membantu
keluarga dalam mengambil keputusan mengenai masalah kesehatan.

3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan implementasi TUK 1 mengenal masalah kesehatan dengan
pemberian edukasi mengenai konsep imunisasi
b. Melakukan implementasi TUK 2 membantu keluarga mengambil
keputusan dengan edukasi tanda dan gejala serta pengambilan
keputusan merawat anggota keluarga yang sakit.

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Edukasi mengenai konsep imunisasi
2. Metode : Ceramah, tanya jawab, wawancara,
3. Media : Lembar balik, leaflet, booklet
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Rabu, 13 April 2022
b. Waktu : 14.30
c. Tempat : Rumah Tn. C

5. Pengorganisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

2. Pelaksanaan 80 menit
b. Melakukan edukasi e. Mendengarkan
mengenai konsep f. Mengikuti prses
imunisasi screening
c. keluarga dalam g. Mengambil keputusan
mengambil keputusan dalam perawatan
mengenai perawatan keluarga
Kesehatan

3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Melakukan implementasi TUK 1 dan TUK 2
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan datang
2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. implementasi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam implementasi
d. Kegiatan implementasi TUK 1 dan TUK 2 dapat berjalan dengan
lancar
3. Evaluasi Hasil
Dapat terlaksananya implementasi sesuai yang diharapkan dan keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 10
Tanggal : 14 April 2022
A. LATAR BELAKANG
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang
atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga memiliki
bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.

Implementasi keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan pada intervensi


keperawatan sesuai dengan perencanaan secara mandiri ataupun dapat
dilakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Keberhasilan tindakan
keperawatan ini dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan
keluarga serta sarana yang tersedia. Tujuan implementasi diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan klien yang dihasilkan melalui kegiatan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen penyakit atau pemulihan
kesehatan,

Dalam pertemuan kedelapan ini, akan dilakukan implementasi dari TUK 3


yaitu perawatan keluarga dengan pasien ISPA dengan pemberian cuci tangan
sebagai upaya pencegahan infeksi.

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan adalah perilaku
kesehatan cenderung beresiko.
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit diharapkan dapat dilakukan intervensi keperawatan
TUK 3 perawatan keluarga dengan balita ISPA dengan demonstrasi cuci
tangan.
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan implementasi TUK 3 perawatan keuarga dengan balita
ISPA dengan demonstrasi cuci tangan sebagai upaya pencegahan
penyakit ISPA kambuh kembali

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Cuci tangan pakai sabun
2. Metode : Ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi
3. Media : Lembar balik, leaflet
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Kamis, 14 April 2022
b. Waktu : 15.00
c. Tempat : Rumah Tn. C

5. Pengorganisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

2. Pelaksanaan 35 menit
a. Melakukan edukasi a. Mendengarkan
kesehatan mengenai b. Mendengarkan
konsep cuci tangan yang c. Melihat, mendengar, dan
benar mencoba terapi
b. Melakukan edukasi d. Menonton
kesehatan mengenai
waktu-waktu cuci
tangan
c. Demonstrasi langkah
cuci tangan yang benar

3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Melakukan implementasi TUK 3
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan datang
2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. implementasi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam implementasi
d. Kegiatan implementasi TUK 3 dapat berjalan dengan lancar
3. Evaluasi Hasil
Dapat terlaksananya implementasi sesuai yang diharapkan dan keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 11
Tanggal : 15 April 2022
A. LATAR BELAKANG
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang
atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga memiliki
bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.

Implementasi keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan pada intervensi


keperawatan sesuai dengan perencanaan secara mandiri ataupun dapat
dilakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Keberhasilan tindakan
keperawatan ini dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan
keluarga serta sarana yang tersedia. Tujuan implementasi diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan klien yang dihasilkan melalui kegiatan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen penyakit atau pemulihan
kesehatan,

Dalam pertemuan kesembilan ini, akan dilakukan implementasi dari TUK 4


yaitu keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan bagi pasien dengan
ISPA dan TUK 5 yaitu keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan.

B. RENCANA KEPERAWATAeN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan adalah manajemen
kesehatan keluarga tidak efektif dan perilaku kesehatan cenderung
beresiko.
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 1x45 menit diharapkan dapat dilakukan intervensi
keperawatan TUK 4 memodifikasi lingkungan dan TUK 5 memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
a. Melakukan implementasi TUK 4 mengenai modifikasi lingkungan
pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
b. Melakukan implementasi TUK 5 mengenai pemanfaatan pelayanan
kesehatan.

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Modifikasi lingkungan dan Pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan
2. Metode : Ceramah, tanya jawab, wawancara,
3. Media : Lembar balik, leaflet, booklet
4. Waktu dan tempat
d. Hari/tanggal : Jumat, 15 April 2022
e. Waktu : 15.00
f. Tempat : Rumah Tn. C

5. Pengorganisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

2. Pelaksanaan 80 menit
a. Melakukan edukasi a. Mendengarkan
mengenai cara b. Mengikuti prses
memodifikasi screening
lingkungan pada pasien c. Mengambil keputusan
dengan penyakit ISPA. dalam perawatan
b. Melakukan edukasi keluarga
mengenai fasilitas
pelayanan kesehatan
sebagai upaya
meningkatan tingkat
kesehatan keluarga.
3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Melakukan implementasi TUK 4 dan TUK 5
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
f. Melakukan kontrak waktu yang akan datang
2. Evaluasi Proses
e. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
f. implementasi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
g. Anggota keluarga kooperatif dalam implementasi
h. Kegiatan implementasi TUK 4 dan TUK 5 dapat berjalan dengan
lancar
3. Evaluasi Hasil
Dapat terlaksananya implementasi sesuai yang diharapkan dan keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan Ke : 12
Tanggal : Sabtu, 16 April 2022
A. LATAR BELAKANG
Menurut Bakri (2017) keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua
institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang
atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubunga perkawinan, dan adopsi. Keperawatan keluarga memiliki
bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi disarkan pada bagaimana
efektifnya intervensi/tindakan yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan
yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan melihat respon keluarga dan
hasil. Dalam pertemuan ini, akan dilakukan evaluasi keperawatan yang
dilakukan untuk mengevaluasi .materi awal sampai keenam.

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Hipertermi
Manajemen kesehatan tidak efektif
Perilaku kesehatan cenderung beresiko
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit diharapkan dapat dilakukan evaluasi keperawatan.
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
c. Keluarga mampu mengevaluasi materi dari awal sampai akhir

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik : Mengevaluasi kunjungan awal sampai akhir
2. Metode : Diskusi
3. Media :-
4. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Sabtu, 16 April 2022
b. Waktu : 14.00
c. Tempat : Rumah Tn. C
5. Pengorganisasian
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Keluarga Waktu

1. Pembukaan 5 menit
Salam pembuka Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkandan Menyetujui
Membuat kontrak waktu

2. Pelaksanaan 25 menit
Mengevaluasi kemali materi Menjawab dan menjelaskan
dari pertemuan pertama sampai kembali
pertemuan terakhir

3. Terminasi 5 menit
Mengucapkan terimakasih Menjawab
Kontrak yang akan datang Menyetujui
Salam penutup Menjawab Salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Melakukan evaluasi terhadap implementasi yang dilakukan
b. Alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan
d. Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
e. Menyiapkan laporan pendahuluan
2. Evaluasi Proses
a. Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
b. Evaluasi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
c. Anggota keluarga kooperatif dalam evaluasi
d. Kegiatan evaluasi dapat berjalan dengan lancar
3. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga mengerti dan dapat menjelaskan evaluasi materi yang
sudah diberikan.
Lampiran 11
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Edukasi Kesehatan


Sub Pokok Bahasan : Konsep ISPA
Sasaran : Keluarga Binaan
Hari/tanggal : Kamis, 07 April 2022
Tempat : Rumah keluarga binaan
Waktu : 11.00 s.d 12.00
Pemateri : Reni Mardiyana

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga
mampu mengetahui dan mengenal masalah kesehatan mengenai infeksi
saluran pernafasan atas atau ISPA
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 50 menit diharapkan keluarga
mampu :
a. Menyebutkan pengertian ISPA
b. Menyebutkan penyebab ISPA
c. Menyebutkan klasifikasi ISPA
d. Menyebutkan manifetasi klinis ISPA
e. Menyebutkan penatalaksanaan ISPA

B. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman tentang pengertian ISPA
2. Meningkatkan pemahaman tentang penyebab ISPA
3. Meningkatkan pemahaman tentang klasifikasi ISPA
4. Meningkatkan pemahaman tentang manifestasi klinis ISPA
5. Meningkatkan pemahaman tentang penatalaksanaan ISPA
C. Materi
(Terlampir)

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi

E. Media Penyuluhan
1. Lembar balik

F. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Edukasi kesehatan mengenai konsep ISPA
2. Sasaran : Keluarga binaan
3. Metode : Ceramah
4. Media dan Alat : Lembar balik
5. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Kamis, 07 April 2022
Waktu : 11.00 s.d 12.00
Tempat : Rumah keluarga Tn. C

6. Pengorganisasian
Penyaji : Reni Mardiyana

7. Setting Tempat

Keterangan

: Perawat

: Keluarga Kelolaan
G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan Audien Waktu Media
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam 5 menit -
b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan dan
mendengar
c. Kontrak waktu c. Memperhatikan dan
mendengar
d. Menjelaskan tujuan d. Memperhatikan dan
mendengar
2. Acara inti a. Pengertian ISPA a. Memperhatikan dan 20 menit Lembar
b. Penyebab ISPA mendengar balik
c. Klasifikasi ISPA b. Memperhatikan dan
d. Manifetasi klinis ISPA mendengar
e. Penatalaksanaan ISPA c. Memperhatikan dan
mendengar
d. Memperhatikan dan
mendengar
e. Memperhatikan dan
mendengar

3. Diskusi a. Mempersilahkan audien a. Bertanya 15 menit Lembar


untuk bertanya balik
b. Memberikan b. Memperhatikan dan
kesimpulan mendengarkan
4. Penutup Salam penutup a. Menjawab salam 5 menit -

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan satuan acara penyuluhan tentang jajanan sehat
b. Melakukan kontrak waktu kepada audien untuk dilakukan satuan
acara penyuluhan
c. Menyiapkan tempat dan peralatan
d. Setting tempat

2. Evaluasi Proses
a. Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu yang telah
disepakati.
b. Audien memperhatikan materi yang disampaikan oleh penyaji
c. Audien mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai selesai.

Lampiran Materi

1. Pengertian ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut yang
diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infection
(ARI) yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas
mulai dari hidung (saluran napas atas) hingga alveoli (saluran napas
bawah) termasuk jaringan lain seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura.
Pengertian lain dari ISPA adalah penyakit yang menyerang saluran
pernafasan baik pernafasan atas maupun bawah yang biasanya bersifat
menular dan dapat menyebabkan berbagai penyakit lain. Penyakit yang
ditimbulkan dari ISPA dapat berupa penyakit disertai gejala maupun
penyakit yang tidak disertai gejala dimulai dari infeksi ringan hingga yang
parah dan berakibat fatal dan dampak yang diakibatkan bergantung pada
penyebab, faktor lingkungan dan faktor pejamu dari ISPA tersebut.
(Masriadi, 2017).

2. Penyebab ISPA
Etiologi atau penyebab ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain berasla dari genus
streptokokus, stafiokokus, pneumokokus, hemofilus, bordetelia dan
karinebakterium (Khin,M.T, 2005). Sedangkan virus penyebab ISPA yang
paling sering dikaitkan adalah rhinovirus. Terdapat banyak virus lain yang
menyebabkan ISPA seperti respiratory syncytial virus (RSV), human
metapneumovirus, coronaviruses, coxsackieviruses, influenza,
parainfluenza, dan adenoviruses.

3. Klasifikasi ISPA
Di dalam buku manajemen terpadu balita sakit (MTBS) yang dikeluarkan
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015, ISPA
diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu :
a. ISPA dengan pneumonia berat dengan gejala batuk dan sukar
bernafas diiringi dengan tarikan dada ke dalam atau saturasi
oksigen <90%.
b. ISPA dengan pneumonia dengan gejala batuk atau sukar
bernafas diiringi dengan nafas cepat. Dikatakan nafas cepat
apabila pernafasan lebih dari 40 kali permenit pada anak usia
12-59 bulan.
c. ISPA bukan pneumonia dengan gejala batuk atau sukar
bernafas tidak diiringi dengan tanda pada ISPA pneumonia
berat dan ISPA pneumonia.

4. Manifetasi klinis ISPA


Gejala ISPA termasuk bersin, hidung tersumbat, rinorea, tenggorokan
terasa gatal atau sakit, mata berair, dan batuk tidak berdahak sesekali,
dapat terjadi demam pada bayi dan balita. Gejala biasanya bertahan selama
5-7 hari, terkadang bisa lebih lama pada anak usia prasekolah.

5. Komplikasi ISPA
Komplikasi yang umum terjadi dengan persentase sebesar 5% pada anak
penderita ISPA adalah otitis media. (Kliegman, 2016). ISPA yang perlu
diwaspadai adalah radang tenggorokan atau pharingitis dan radang telinga
atau otitis.
6. Penatalaksanaan ISPA
Yang dapat dilakukan ibu di rumah yaitu mengatasi panas atau demam
pada anak dengan memberikan obat tablet paracetamol dan melakukan
pengontrolan suhu tubuh anak serta mengompres anak dengan
menggunakan kain bersih, dengan cara celupkan pada air tiga kali sehari
sampai demam pada anak membaik. Batuk dapat diatasi dengan obat yang
aman yaitu ramuan tradisional yang terbuat dari jeruk nipis setengah
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu setengah sendok teh (madu
tidak dianjurkan diberikan pada anak dibawah 12 bulan) dan diberikan tiga
kali sehari. Pemberian makanan yang cukup dan memenuhi kebutuhan
anak balita, pemberian makan pada anak dengan porsi sedikit namun
sering, terlebih apabila anak disertai muntah berikan lebih sering diiringi
pemberian cairan seperti air putih, jus dsb untuk mengencerkan dahak dan
mengatasi kekurangan cairan pada anak (Suryanti, 2016).
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Konsep hipertermi dan Kompres Hangat


Sub Pokok Bahasan : Konsep hipertermi
Kompres Hangat Water Tepid Sponge
Sasaran : Keluarga Kelolaan
Hari/tanggal : Jumat, 08-04-2022
Tempat : Rumah Keluarga
Waktu : 16.00
Pemateri : Reni mardiyana
A. Analisa Situasi
Demam adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh diatas batas normal atau
diatas 37,5ºC. Kejadian demam yang terus menerus dapat berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak dan menjadi faktor risiko terjadinya stunting.
Untuk itu, perlu diketahui bagaimana manajemen demam pada balita oleh
seorang ibu.

Berdasarkan hasil pengkajian pada 6 keluarga dengan balita, didapatkan data


bahwa 6 balita mengalami demam dan ispa dalam 1 bulan terakhir. Keluarga
belum mengetahui cara merawat balita di rumah dengan pemberian teknik
compress metode yang tepat. Untuk itu, keluarga perlu diberikan edukasi
kesehatan mengenai kompres demam pada anak balita terutama menggunakan
teknik water tepid sponge.

B. Diagnosa Komunitas
hipertermi

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah di berikan pendidikan kesehatan selama 45 menit mengenai
kompres hangat water tepid sponge, di harapkan keluarga dengan anemia
dapat memahami dan mengerti kompres hangat water tepid sponge.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan di harapkan keluarga mampu :
a. Memahami definisi water tepid sponge
b. Memahami manfaat water tepid sponge
c. Memahami alat dan bahan
d. Memahami teknik water tepid sponge

D. Manfaat
a. Meningkatkan pemahaman definisi water tepid sponge
b. Meningkatkan pemahaman manfaat water tepid sponge
c. Meningkatkan pemahaman alat dan bahan water tepid sponge
d. Meningkatkan pemahaman teknik water tepid sponge

E. Materi
(Terlampir)

F. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi

G. Media Penyuluhan
1. Lembar balik

H. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Kompres Hangat Water Tepid Sponge
2. Sasaran : Keluarga
3. Metode : Ceramah
Tanya jawab dan diskusi
4. Media dan alat : Lembar balik
5. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Jumat, 08 april 2022
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah keluarga

6. Pengorganisasian
Pendemonstrasi : Reni mardiyana
7. Setting Tempat
Keterangan

: Perawat

: Keluarga Kelolaan

I. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Kegiatan Kegiatan Waktu Media
penyuluh Audien
1. Pembukaan Mengucapkan Menjawab salam 5 -
salam menit

Memperkenalkan Memperhatikan
diri dan mendengar

Kontrak waktu Memperhatikan


dan mendengar

Menjelaskan Memperhatikan
tujuan dan mendengar

2. Acara inti Definisi water Memperhatikan 30 Leaflet


tepid sponge dan mendengar menit

Manfaat water Memperhatikan


tepid sponge dan mendengar

Alat dan bahan Memperhatikan


dan mendengar

Teknik water Memperhatikan


tepid sponge dan mendengar

3. Diskusi Mempersilahkan Bertanya 5 Leaflet


audien untuk menit dan
bertanya lembar
Memberikan Memperhatikan balik
kesimpulan dan
No Tahap Kegiatan Kegiatan Waktu Media
penyuluh Audien
mendengarkan
4. Penutup Salam penutup Menjawab salam 5 -
menit

J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan satuan acara penyuluhan tentang konsep hipertermi
dan konsep kompres hangat water tepid sponge
b. Melakukan kontrak waktu kepada audien untuk dilakukan satuan
acara penyuluhan
c. Menyiapkan tempat dan peralatan
d. Setting tempat

2. Evaluasi Proses
a. Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu yang
telah disepakati.
b. Audien memperhatikan materi yang disampaikan oleh penyaji
c. Audien mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai selesai
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan edukasi kesehatan mengenai anemia, diharapkan:
a. Ibu balita mampu menjelaskan definisi water tepid sponge
b. Ibu balita mampu menjelaskan manfaat water tepid sponge
c. Ibu balita mampu menjelaskan alat dan bahan
d. Ibu balita mampu menjelaskan teknik water tepid sponge
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian hipertermi dan kompres tepidsponge


Demam didefinisikan bila suhu tubuh lebih dari normal sebagai akibat dari
penigkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus.Kompres tepid sponge
adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik
kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (Alves,
2008). Kompres tepidsponge ini hampir sama dengan kompres air hangat
biasa, yakni mengompres pada lima titik (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha)
ditambah menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan dengan
kain. Basahi lagi kain bila kering. Berdasarkan penelitian dari isnaeni
(2014) kompres tepidsponge hangat lebih efektif dari kompres hangat.

B. Etiologi hipertemi
Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas
dapat pula disebabkan oleh gangguan otak atau akibat bahan toksis yang
dapat menyebabkan demam disebut pirogen.

C. Manifestasi klinis
Beberapa manifestasi klinis dari hipertemi, yaitu :
1. Suhu diatas 37,5’C
2. Kulit hangat
3. Takikardi atau nadi cepat
4. Kulit kemerahan
5. Peningkatan frekuensi pernafasan
6. Malaise, keletihan dan kelelahan
7. Menggigil
8. Kehilangan nafsu makan
9. Berkeringat
D. Manfaat
1. Dapat memberikan rasa nyaman
2. Teknik tepidsponge lebih efektif untuk mempercepat penurunan suhu
tubuh dibanding kompres hangat.
3. Adanya perbedaan penurunan suhu tubuh antara kompres hangat
dengan teknik tepidsponge sebesar 0,20C.

E. Alat dan Bahan


1. Ember atau başkom untuk tempat air hangat (37’C)
2. Lap mandi/wash lap
3. Handuk mandi
4. Selimut mandi
5. Perlak
6. Termometer digital.

F. Teknik Tepid Sponge


1. Tahap Persiapan
a. Persiapan alat meliputi ember atau başkom untuk tempat air hangat
(370C), lap mandi/wash lap, handuk mandi, selimut mandi, perlak,
termometer digital.
b. Cuci tangan 6 langkah sebelum kontak dengan pasien dan demgan
lingkungan pasien.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Siapkan washlap, celupkan ke dalam air hangat, peras sebelum
diletakkan.
b. Letakkan washlap pada daerah leher, aksila, lipatan paha, daerah
lutut selama 5 menit atau washlap menjadi lebih kering/ganti setiap
5 menit.
c. Dilanjutkan kompres daerah tangan dan kaki selama 5 menit.
d. Lanjutkan dengan mengompres daerah perut, dada, dan punggung.
e. Keringkan area yang telah dikompres.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan :Indikator PHBS


Sub Pokok Bahasan : Edukasi Indikator PHBS sebagai upaya
pencegahan infeksi pada anak yang tidak
mendapatkan imunisasi
Sasaran : Keluarga dengan balita
Hari/tanggal : Rabu, 13 April 2022
Tempat : Rumah Pasien
Waktu : 14.00
Pemateri : Reni mardiyana

A. Diagnosa Keperawatan
Defisit pengetahuan

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah di berikan penyuluhan kesehatan selama 45 menit mengenai konsep
anemia, di harapkan keluarga dengan anemia dapat memahami dan
mengerti konsep dan indikator PHBS.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan di harapkan keluarga mampu :
a. Memahami pengertian PHBS
b. Memahami tujuan PHBS
c. Memahami macam-macam PHBS
d. Memahami manfaat PHBS

C. Manfaat
a. Meningkatkan pemahaman tentang pengertian PHBS
b. Meningkatkan pemahaman tentang tujuan PHBS
c. Meningkatkan pemahaman tentang macam-macam PHBS
d. Meningkatkan pemahaman tentang manfaat PHBS
D. Materi
(Terlampir)

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
F. Media Penyuluhan
1. Lembar balik / booklet

G. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : PHBS
2. Sasaran : Keluarga dengan balita
3. Metode : Ceramah
Tanya jawab dan diskusi
4. Media dan alat : Lembar balik
5. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Rabu, 13 April 2022
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Rumah keluarga kelolaan
6. Pengorganisasian
Pendemonstrasi : Reni Mardiyana
7. Setting Tempat
Keterangan

: Perawat

: Keluarga Kelolaan

H. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan Audien Wakt Media
. u
No Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan Audien Wakt Media
. u
1. Pembukaa e. Mengucapkan e. Menjawab 5 -
n salam salam menit

f. Memperkenalk f. Memperhatika
an diri n dan
mendengar

g. Kontrak waktu g. Memperhatika


n dan
mendengar

h. Menjelaskan h. Memperhatika
tujuan n dan
mendengar

2. Acara inti a. Definisi PHBS f. Memperhatika 30 Lemba


n dan menit r balik
mendengar

b. Tujuan PHBS g. Memperhatika


n dan
mendengar

c. Macam-macam h. Memperhatika
PHBS n dan
mendengar

d. Manfaat PHBS i. Memperhatika


n dan
mendengar

3. Diskusi c. Mempersilahka c. Bertanya 5 lembar


n audien untuk menit balik
bertanya
No Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan Audien Wakt Media
. u

d. Memberikan d. Memperhatika
kesimpulan n dan
mendengarka
n
4. Penutup Salam penutup Menjawab salam 5 -
menit

I. Evaluasi
3. Evaluasi Struktur
e. Menyiapkan satuan acara penyuluhan tentang konsep PHBS
f. Melakukan kontrak waktu kepada audien untuk dilakukan satuan acara
penyuluhan
g. Menyiapkan tempat dan peralatan
h. Setting tempat

4. Evaluasi Proses
a. Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu yang
telah disepakati.
b. Audien memperhatikan materi yang disampaikan oleh penyaji
c. Audien mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai selesai
5. Evaluasi Hasil
a. Audien mampu menjelaskan pengertian PHBS
b. Audien mampu menjelaskan macam-macam PHBS
c. Audien mampu menjelaskan manfaat PHBS
LAMPIRAN MATERI KONSEP PHBS

A. Definisi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat (Maryunani A, 2013).

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan
masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Dinkes, 2006).

B. Tujuan PHBS
Adapun tujuan dilakukannya PHBS di Rumah adalah :

1. Mengerti dan memahami perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)


2. Meningkatkan kesehatan keluarga.
3. Menjaga keluarga agar tidak mudah terserang penyakit
4. Agar anak dapat tumbuh sehat dan cerdas.
5. Meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga.
6. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk pemenuhan
gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan modal
usaha.
C. Indikator PHBS
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Persalinan bayi yang dilakukan oleh/bidan termasuk pendampingan
bidan oleh paraji
2. Memberi bayi ASI eksklusif
Adalah bayi usia 0 – 6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan
tambahan makanan atau minuman lain.
3. Menimbang bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau
pertumbuhannya setiap bulan. Menimbnag bayi dan balita mulai umur
0 sampai 59 bulan setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS) berturut-turut dalam 3 bulan terakhir.
4. Menggunakan air bersih
Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari ( untuk minum,
memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat
dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, yang bersasal dari sumur
terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan,
dan air ledeng. Sumber air bersih berjarak minimal 10 meter dari
tempat penampungan kotoran atau limbah. manfaatnya agar kita tidak
terkena penyakit atau terhindar dari sakit.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Anggota rumah tangga selalu mencuci tangan setiap kali tangan kotor,
sebelum makan, sebelum merawat anak, dan sesudah buang air besar
dengan memakai sabun serta air bersih yang mengalir.
6. Menggunakan jamban sehat
Rumah tangga atau keluarga yang menggunakan jamban/WC/Cubluk/
Kakus leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan
kotoran sebagai pembuangan akhir.
7. Memberantas jentik di rumah
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan
pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Anggota rumah tangga yang mengkonsumsi sayur dan buah setiap
hari. Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi
buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan
buah setiap hari sangat penting, karena mengandung vitamin dan
mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Dalam 30 menit setiap
hari ( jalan, lari, senam) dan kegiatan dalam rumah tangga seperti
mencuci pakaian/mobil, mengepel lantai, dan berkebun.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok
ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokor yang dihisap akan
dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang
paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan Carbon Monoksida (CO).
Tidak merokok didalam rumah dimaksudkan agar tidak menjadikan
anggota keluarga lainnya sebagai perokok pasif yang berbahaya bagi
kesehatan.

D. Manfaat PHBS
1. Setiap anggota rumah tangga meningkatkan kesejahteraannya
2. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota
rumah tangga.
3. Dengan meningkatnya kesehatan rumah tangga, biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi
seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota rumah tangga.
4. Anak menjadi tumbuh sehat dan cerdas.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Edukasi Kesehatan personal hygiene


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan infeksi dengan cuci tangan
Sasaran : keluarga
Hari/tanggal : Kamis, 14 april 2020
Tempat : Rumah keluarga
Waktu : 15.00 s.d 16.00
Pemateri : Reni Mardiyana

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga
paham dan mampu mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga
mampu :
a. Menyebutkan pengertian mencuci tangan
b. Menyebutkan manfaat mencuci tangan
c. Menyebutkan waktu penting cuci tangan
d. Menyebutkan langkah- langkah cuci tangan

B. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman tentang pengertian mencuci tangan
2. Meningkatkan pemahaman tentang manfaat mencuci tangan
3. Meningkatkan pemahaman tentang waktu penting mencuci tangan
4. Meningkatkan pemahaman tentang langkah-langkah mencuci tangan

C. Materi
(Terlampir)

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi

E. Media Penyuluhan
1. Lembar balik

F. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : mencuci tangan pakai sabun
2. Sasaran : Keluarga
3. Metode : Ceramah
4. Media dan Alat : Lembar balik
5. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Kamis, 14 april 2022
Waktu : 15.00 s.d 16.00
Tempat : Rumah keluarga

6. Pengorganisasian
Penyaji : Reni mardiyana

7. Setting Tempat
Keterangan

: Perawat : perawat
: Keluarga Kelolaan

G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan Audien Waktu Media
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam 5 menit -
b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan dan
mendengar
No Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan Audien Waktu Media
c. Kontrak waktu c. Memperhatikan dan
mendengar
d. Menjelaskan tujuan d. Memperhatikan dan
mendengar
2. Acara inti a. Pengertian mencuci a. Memperhatikan dan 20 menit Poster
tangan mendengar
b. Manfaat mencuci tangan b. Memperhatikan dan
c. Waktu penting mencuci mendengar
tangan c. Memperhatikan dan
d. Langkah-langkah mendengar
mencuci tangan d. Memperhatikan dan
mendengar

3. Diskusi a. Mempersilahkan audien a. Bertanya 15 menit Poster


untuk bertanya
b. Memberikan b. Memperhatikan dan
kesimpulan mendengarkan
4. Penutup Salam penutup b. Menjawab salam 5 menit -

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan satuan acara penyuluhan tentang mencuci tangan
pakai sabun
b. Melakukan kontrak waktu kepada audien untuk dilakukan satuan
acara penyuluhan
c. Menyiapkan tempat dan peralatan
d. Setting tempat
2. Evaluasi Proses
a. Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu yang
telah disepakati.
b. Audien memperhatikan materi yang disampaikan oleh penyaji
c. Audien mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai selesai
3. Evaluasi Hasil
a. Audien mampu menjelaskan pengertian mencuci tangan
b. Audien mampu menjelaskan manfaat mencuci tangan
c. Audien mampu menjelaskan waktu penting mencuci tangan
d. Audien mampu menjelaskan langkah-langkah mencuci tangan

Lampiran Materi

A. Pengertian cuci tangan


Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu Tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jemari menggunkaan air dan sabun. Tujuannya
adalah untuk melindungi diri dari berbagai macam infeksi dan penyakit
berbahaya dan mencegah penyebaran bakteri dan virus ke orang lain
melalui tangan. Ditangan banyak sekali kuman, apalagi semasa pandemic
virus corona saat ini. Ribuan kuman dan virus ada ditangan kita, tapi
kuman dan virus itu tidak tampak hanya dengan mata saja, harus
menggunakan kaca pembesar.

B. Manfaat cuci tangan


Manfaat dari melakukan cuci tangan pakai sabun yaitu :
1. Terhindar dari diare
Penelitian menunjukkan bahwa CTPS dapat mencegah penyakit
termasuk diare hingga 59%
2. Terhidar dari batuk dan pilek
Etika batuk dan pilek yaitu pertama tutup mulut dengan siku
bagian dalam saat batuk dan bersin, gunakan tisu lalu buang tisu
dan cuci tangan setalahnya, jika menggunakan masker tetap
gunakan masker saat batuk dan bersin
3. Mencegah infeksi mata
Mata itu sensitive, jika mengucek mata dengan keadaan tangan
kotor maka dapat menyebabkan infeksi pada mata seperi mata
kemerahan, dan lain sebagainya
4. Mencegah penularan penyakit
Misalnya saja, Ketika batuk dan bersin seseorang menggunakan
tangannya, tanpa mencuci tangan ia menyiapkan makanannya
untuk keluarga sehingga makanan terkontaminasi kuman dan virus
sehingga kuman dan virus itu dapat menyebar dari orang yang satu
ke yang lainnya
5. Lebih bersih dan lebih ekonomis
Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan air bersih tidak
membuthkan biaya yang mahal. Saat ini pun, tempat mencuci
tangan menggunakan sabun sudah tersedia secara gratis.
C. Waktu penting mencuci tangan
1. Sebelum dan sesudah ke toilet
2. Sebelum, menyiapkan dan setelah makan
3. Sesudah membuang sampah
4. Sesudah menyentuh hewan dan membuang kotoran hewan
5. Sesudah batuk dan bersin
6. Sebelum dan sesudah merawat luka
7. Sebelum dan sesudah merawat orang sakit
D. Langkah mencuci tangan
Mencuci tangan diusahakan menggunakan air mengalir dan sabun. Air
yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak bewarna dan tidak berasa.
Langkah dalam mencuci tangan adalah
1. Menggosok kedua permukaan telapak tangan
2. Menggosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan
sebaliknya
3. Jari-jari kedua belah tangan saling digosokkan
4. Gosok bagian luar jari-jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan
dan sebaliknya
5. Gosok seluruh bagian ibu jari satu persatu
6. Gosokkan jari-jari tangan kanan ke telapak tangan kiri dan
sebaliknya
7. Gosok pergelangan tangan, lalu keringkan dengan tisu
Lampiran 12
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No. Implementasi Dokumentasi


1. Pertemuan 1 : penandatanganan informed consent
dan pengkajian

2. Pertemuan 2 : lanjutan pengkajian dan


pemeriksaan fisik

3. Pertemuan 3 : implementasi TUK 1,2 dx 1

4. Pertemuan 4 : implementasi TUK 1,2 dx 2


5. Pertemuan 5 : implementasi TUK 3 dx 1,2

6. Pertemuan 6 : implementasi TUK 4,5

7. Pertemuan 7 : implementasi TUK 1,2 dx 3

8. Pertemuan 8 : implementasi TUK 3 dx 3

9. Pertemuan 9 : Implementasi TUK 1,2 dx 4

10. Pertemuan 10 : implementasi TUK 3 dx 4


11. Pertemuan 11 : implementasi TUK 4,5

12 Pertemuan 12 : evaluasi
Lampiran 13
Daftar Hadir Penelitian
Lampiran 14
Lembar Batas Bimbingan I
Lampiran 15
Lembar Batas Bimbingan II
Lampiran 16
Surat Selesai melakukan Penelitian dari Puskesmas Nanggalo

Anda mungkin juga menyukai