LP RPK Fino

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

Disusun untuk memenuhi PKK keperawatan jiwa

Disusun Oleh :

FINO ALFANDY
(202201035)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2024/2025
A. Pengertian
Resiko Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali
perilaku seseorang ditujukan untuk diri sendiri,orang lain atau
lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berupa melukai
diriuntuk bunuh diri. Perilaku kekerasan pada orang yaitu tindakan
agresifyang ditunjukan melukai/ membunuh orang lain. Perilaku
kekerasan padalingkungan yaitu dapat berupa perilaku yang dapat
merusak lingkungan, melempar barang dan semua yang ada disekitar
(Yusuf, 2015).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku sebagai respon
marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai
orang lain dan atau merusak lingkungan secara fisik maupun secara
psikolgis. Wahyuni (2017).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuanuntuk melukai seseorang secara fisik atau psikologis. Keliat,
(2011) dalam Nurhalimah (2016). Risiko Perilaku Kekerasan adalah
Suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara
verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu sedang
berlangsung Perilaku Kekerasan atau riwayat Perilaku Kekerasan.
(Untari, 2021).

B. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku Kekerasan

Keterangan :
1. Respon Adaptif
a. Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa
menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.
b. Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat
marah dan tidak dapat menemukan alternative (Mulia,
2020).
2. Respon Maladaptif
a. Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaan nya.
b. Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan
untuk menuntut tetapi masih terkontrol.
c. Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
serta hilang nyacontrol (Mulia, 2020)

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan
keperawatan jiwa dengan masalah risikoperilaku kekerasan, (Pardede,
2020) :
1. Data Subyektif
a. Mengungkapkan perasaan kesal atau marah.
b. Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
c. Klien suka membentak dan menyerang orang lain.
2. Data Obyektif
a. Mata melotot/pandangn tajam.
b. Tangan mengepaldan Rahang mengatup.
c. Wajah memerah.
d. Postur tubuh kaku.
e. Mengancam dan Mengumpat dengan kata-kata kotor.
f. Suara keras.
g. Bicara kasar, ketus.
h. Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/orang lain.
i. Merusak lingkungan.
j. Amuk/agresif
D. Penyebab
Faktor penyebab terjadinya kekerasan sebagai berikut (Direja,2011) :
1. Faktor Predisposisi
1) Faktor psikologi
a. Terjadi asumsi,seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan.
b. Berdasarkan pengunaan mekanisme koping individu dan
masakecil yangtidak menyenangkan dan frustasi.
c. Adanya kekerasan rumah tangga, keluarga, dan
lingkungan.
2) Faktor Biologis
Berdasarkan teori biologi, ada beberapa yang
mempengaruhi perilaku kekerasan:
a. Beragam komponen sistem neurologis mempunyai
implikasi dalam menfasilitasi dan menghambat impuls
agresif.
b. Peningkatan hormon adrogen dan norefineprin serta
penurunan serotin pada cairan serebrospinal merupakan
faktor predisposisi penting menyebabkan timbulnya
perilaku agresif seseorang.
c. Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif
sangat erat kaitannya dengan genetic termasuk genetik
tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh
penghuni penjara atau tindak criminal.
d. Gangguan otak, sindrom otak genetik berhubungan
dengan berbagai gangguan serebral, tumor otak
(khususnya pada limbic dan lobus temporal), kerusakan
organ otak, retardasi terbukti berpengaruh terhadap
perilaku agresif dan perilaku kekerasan.
3) Faktor Sosial Budaya
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Halini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau
tidak diterima akan menimbulkan sanksi. Budaya dimasyarakat
dapat mempengaruhi perilaku kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa
terancam,baik berupa injuri secara fisik, psikis atau ancaman
konsep diri. Beberapa faktor perilaku kekerasan sebagai
berikut:
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh agresif, dan
masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang
yang berarti,merasa terancam baik internal maupun
eksternal.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.

E. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

F. Fokus Pengkajian
Berdasarkan dari Nurhalimah,2016 konsep asuhan keperawatan sebagai
berikut :
1. Identitas Klien
Identitas klien yang perlu ditulis adalah nama klien, jenis kelamin,
umur (biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala
jenis/tingkat pendidikan berisiko perilaku kekerasan), pekerjaan
(tingkat keseriusan/tuntutan dalam perkerjaannya dapat
menimbulkan masalah), status (belum menikah, menikah atau
bercerai), alamat, kemudian nama perawat.
2. Alasan masuk rumah sakit dan faktor prespitasi
Faktor yang membuat klien melakukan perilaku kekerasan.
3. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku kekerasan
klien,baik dari pasien, keluarga, maupun lingkungan
(Nurhalimah,2016).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : klien dengan resiko perilaku kekerasan
biasanya muka merah, pandangan tajam, sakit fisik, napas
pendek, yang menyebabkan perubahan memori, kognitif, alam
perasaan dan kesadaran.
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : hipertensi/normal, Nadi:normal atau tidak,
Suhu : meningkat/normal, Pernapasan: napas pendek, Berat
badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun,
Keluhan fisik : muka merah,pandangan tajam
5. Psikososial
1) Genogram
Genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga.
Menjelaskan : seseorang yang berada dalam disfungsi
keluarga akan tertekan dan ketertekanan itu dapat
merupakan faktor penyerta bagi dirinya akibat perilaku
kekerasan, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah :
keluarga yang tidak utuh,orang tua meninggal, orang tua
cerai dan lain-lain (Nursalim,2016).
2) Konsep Diri
a. Citra diri : klien tubuhnya baik-baik saja
b. Identitas : klien kurang puas terhadap dirinya
c. Peran : klien anak keberapa dari berapa saudara
d. Ideal diri : klien menginginkan keluarga dan orang lain
menghargainya
e. Harga diri : kurangnya penghargaan keluarga terhadap
dirinya
3) Hubungan Sosial
Marah - marah, bersikap tidak ramah, kasar terhadap
keluarga lainnya.
4) Status Mental
a. Penampilan:
Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti
biasanya.
b. Pembicaran
Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap,apatis,lambat
dan membisu.
5) Aktivitas Motorik
Lesu, gangguan kesadaran, gelisah, gerakan otot muka yang
berubah-ubah tidak dapat dikontrol.
6) Afek dan Emosi
Afek : tumpul (datar) dikarenakan terjadi penurunan
kesadaran.
7) Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang,cepat tersinggung, dan biasanya klien
akan menunjukan curiga.
8) Persepsi
Biasanya klien suka emosi.
9) Proses Pikir
Akibat perilaku kekrasan klien mengalami penurunan
kesadaran.
10) Tingkat Kesadaran
Menunjukan perilaku kekerasan
11) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Secara umum klien perilaku kekerasan mengalami penurunan
konsentrasi dan penurunan berhitung.
12) Kemampuan Penilaian
Penurunan kemampuan penilaian.
13) Daya Tarik Diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan
hal-hal diluar dirinya.
G. Diagnosa Keperawatan Utama
Resiko Perilaku Kekerasan
H. Intervensi Keperawatan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik 1
SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik
b. dan sosial/verbal
c. Latihan sholat/berdoa
d. Buat jadual latihan sholat/berdoa
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah
marah yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur
SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara
merawat klien perilaku kekerasan di rumah
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol
Kemarahan
SP 3 Keluarga: Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.
Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka
Aditama.
Nuraenah.(2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam
Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur, 29-37.
PUTRI SOLEKAH, A. N. I. S. A. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan
Keluarga Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Resiko
Perilaku Kekerasan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo).

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info Media.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1

PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

MENGENAL PENYEBAB, TANDA GEJALA, APA YANG DILAKUKAN


AKIBAT MARAH, RESPON DAN LATIHAN FISIK 1 DAN 2

1. Kondisi Pasien
- Klien tampak senyum sendiri
- Interaksi kooperatif
- Pembicaraan berputar-putar
- Intonasi tinggi, kadang membentak, tatapan tajam kadang curiga
- Klien terlihat jengkel
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan

3. Tujuan
- Klien mampu membina hubungan saling percaya
- Klien mampu mengenal, tanda gejala dari masalahnya
- Klien mampu mengatasi masalahnya dengan latihan fisik 1 dan 2
4. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi ibu. Perkenalkan saya perawat
Regita yang dinas pagi hari ini. Kalau boleh tahu namanya ibu
siapa? Senang dipanggil siapa bu ?wah bagus sekali namanya ya
bu. Baik ibu, kedatangan saya kemari kita akan bercakap-cakap ya
bu, supaya kita kenal lebih dekat, saling berbagi cerita, dan saya
dapat membantu mengatasi masalah yang dialami ibu ya bu.”

2) Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa yang ibu rasakan? Apa
yang terjadi dirumah sampai ibu dibawa kesini?”

3) Validasi
“Untuk mengatasi itu apa saja yang sudah dilakukan? Ibu sudah
latihan apa saja?”

4) Kontrak
“Baiklah ibu bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara
mengatasi marah, tujuannya jika ibu marah dapat mengontrol
marahnya dengan baik. Tempatnya mau disini saja atau dimana
bu?Waktunya mau berapa menit? Sebelumnya ibu mau makan atau
ke wc dulu? Baiklah kita akan bercakap-cakap disini kira-kira 15
menit ya bu, posisinya sudah nyaman bu?”

b. Fase Kerja
“Baiklah ibu, tadi ibu mengatakan sering marah-marah, kalau boleh
tau apa yang sering menyebabkan ibu mrah? Sewaktu ibu ingin marah,
biasanya tanda-tandanya apa? Setelah marah ke suami, apa akibatnya
ibu? Lalu apa yang ibu rasakan setelah itu, apakah ibu menyesal?”
“Baiklah untuk mengontrol marah ada beberapa cara yaitu latihan fisik
tarik nafas dalam dan pukul bantal atau kasur, kedua latihan minum
obat secara teratur, ketiga latihan berbicara yang benar, keempat
latihan melakukan kegiatan spiritual. Dari keempat latihan tersebut,
mana yang ibu akan pilih dulu untuk latihan hari ini? “Baiklah kita
akan lakukan latihan yang pertama yaitu latihan tarik nafas dalam,
caranya coba ibu hirup udara memalui hidunng, tahan sebentar
kemudian keluarkan dari mulut dilakukan sehari 5x, saya praktekkan,
ibu bisa melihat”. “Coba sekarang ibu praktekkan cara tarik nafas
dalam tersebut, seperti yang saya contohkan tadi. Iya bagus seperti itu
ya bu” “Nah sekarang kita akan latihan pukul bantal dan kasur, jadi
kalau ibu lagi kesal ingin memukul seseorang, luapkan marahnya pada
bantal dan kasur yang ada diruangan ini, caranya seperti ini, ibu
perhatikan saya dulu ya, baru ibu lakukan. Ya sekarang ibu coba
lakukan pukul bantal dan kasur. Wah hebat sekali ibu” “Nah sekarang
kita buat jadwal kegiatannya ya bu, mau jam berapa saja untuk
melakukan latihan fisik tarik nafas dalam dan pukul bantal dan kasur?”

c. Fase Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol perasaan marah dengan latihan fisik tarik nafas dalam
dan pukul bantal?”

2) Evaluasi Objektif
“Coba ibu sebutkan kembali ada berapa cara mengontrol marah
dengan latihan fisik? Wah iya benar sekali bu”

3) Rencana Tindak Lanjut


“Baik ibu, tadi kan sudah dibuat jadwalnya ya, ibu bisa
melakukannya 3x sehari pada pukul 09.00, 13.00, 16.00. jika ibu
melakukan secara mandiri ibu bisa centang di tanda M, jika
dibantu centang pada B dan jika ibu sama sekali tidak melakukan
centang di T ya bu”

4) Kontrak yang akan datang


“Baiklah ibu, besok kita akan bertemu lagi, saya akan melatih cara
mengontrol perasaan marah dengan cara minum obat dengan benar
ya bu. Tempatnya mau disini lagi atau dimana? Mau jam berapa?
Baiklah besok kita akan bertemu lagi disini jam 10.00 ya bu.
Sampai bertemu besok, selamat beristirahat ya bu”.
Strategi Pelaksanaan Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)

Pertemuan ke : 1
1) Kondisi pasien :
DS :

 Klien mengku tidak mempunyai masalah, namun setelah tamat SMP


klien menikah, dan selama mempunyai 3 orang anak, awal pernikahan
tidak bermasalah namun setelah punya anak 2 suaminya punya pacar
lagi klein merasa jengkel dengan keadaan itu, sehingga terjadi
perceraian, setelah cerai klien berusaha mencari pekerjaan selalu gagal
dan ditolak

DO :

 Klien tampak tidak rapi, pakaian tidak sesuai, bicara cepat, klien
tampak kompulsif, gelisah, kadang mondar mandir, dan sesekali
tampak tersenyum sendiri, interaksi kooperatif
 Pembicaraan berputar-putar, intonasi tinggi, kadang membentak,
tatapan tajam kadang curiga dan klien terlihat jengkel.

2) Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
3) Tujuan
Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat dari perilaku
kekerasan & mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 tarik nafas
dalam dan cara fisik 2: pukul kasur /bantal
4) Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
” Assalamualaikum, selamat pagi bu, saya perawat Atin yang
bertugas pada hari ini, kalau boleh tahu dengan ibu siapa nggih?
2. Evaluasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa yang sedang ibu rasakan?
Kalau boleh tahu apa yang terjadi dirumah kok ibu sampai dibawa
kesini?

3. Validasi
“untuk mengatasi hal tersebut apa saja yang ibu sudah lakukan?ibu
sudah latihan apa saja?”
4. Kontrak (topik, tempat, waktu, dan tujuan)
“Baiklah sekarang kita bercakap-cakap ya bu tentang cara
mengatasi marah, tujuannya jika ibu marah ibu bisa mengontrol
marah ibu dengan baik, bagaimana waktunya 15 menit untuk
tempatnya disini? Apakah ibu bersedia?”
b. Fase Kerja
Baiklah ibu, tadi ibu mengatakan sering marah-marah , kalau boleh tau
apa yang menyebabkan ibu marah? Sewaktu ibu ingin marah, biasanya
apa tanda-tandanya ? setelah marah ke suami, apa akibatnya ibu? Lalu
apa yang ibu rasakan setelah itu, apakahibumenyesal?
Baiklah untuk mengontrol marah ada beberapa cara yaitu latihan fisik

1. tarik nafas dalam dan pukul bantal atau Kasur


2. latihan minum obat secara teratur
3. latihan berbicara yang benar
4. Latihan melakukan kegiatan spiritual
Latihan tersebut, mana yang ibu akan pilih dulu untuk latihan hari ini?
Baiklah kita akan lakukan latihan yang pertama yaitu latihan tarik
nafas dalam, “caranya coba ibu hirup udara melalui hidung, tahan
sebentar kemudian keluarkan dari mulut dilakukan sehari 5x”. coba
saya praktekkan, ibu bisa melihat. “coba sekarang ibu praktekkan cara
tarik nafas dalam tersebut, seperti yang saya contohkan tadi” bagus.....
sekarang kita akan latihan pukul bantal dan kasur, jadi kalau ibu lagi
kesal ingin memukul seseorang, luapkan marahnya pada bantal dan
kasur yang ada diruangan ini, caranya seperti ini, ibu perhatikan saya
dulu ya, baru ibu lakukan.....ya sekarang ibu coba lakukan pukul bantal
dan kasur.......bagus. Nah sekarang kita buat jadwal kegiatannya ya
ibu, mau jam berapa aja melakukan latihan fisik tarik nafas dalam dan
pukul bantal dan Kasur

c. Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol perasaan marah dengan Latihan.”

2. Evaluasi Objektif
Coba ibu... sebutkan kembali ada berapa cara mengontrol marah
dengan latihan fisik? Bagus ibu...
R/Ya ibu lakukan tarik nafas dalam 5x seharidanpukulbantal 5x
sehariJangan lupa laksanakan semua latihan dengan teratur sesuai
jadual ya ibu.
3. Rencana Tindak Lanjut
“Baik ibu...., besok kita akan bertemu lagi, saya juga akan melatih
cara
mengontrol perasaan marah dengan cara berikutnya yaitu
minumobat
yang benar.”

4. Kontak Yang Akan Datang


“Besok pagi kita mau jam berapa? Dimana? Baik ibu sampai
jumpa
besok dan selamat istirahat.”
Strategi Pelaksanaan Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)

Pertemuan ke : 2

1. Kondisi Pasien

DS :

 Klien merasa jengkel suaminya mempunyai pacar setelah punya anak 2


 Klien berusaha mencari pekerjaan selalu gagal dan ditolak

DO :

 Klien saat bicara berputar-putar


 Klien kadang membentak dan tatapannya tajam kadang curiga
 Klien sesekali tersenyum sendiri
 Klien selama dirumah sering ngamuk, melempari genteng tetangga
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara teratur
4. Strategi Pelaksanaan
Latihan patuh minum obat
Orientasi
Salam terapeutik

“Assalammu’alaikum wr.wb pak, perkenalkan saya Divi perawat yang


bertugas di pagi hari ini”

“ Kalau boleh tau nama bpk siapa?”

“Wah, bpk keliatannya hari ini lebih rileks, apakah bpk merasa lebih
tenang hari ini?”
“ Tujuan saya kemari saya akan mengajak ibu berbincang-bincang tentang
minum obat supaya bpk teratur minum obat dan tidak lupa minum obat
agar bisa mengontrol rasa marah atau jengkelnya bpk”

“Dimana enaknya bpk berbincang-bincang nya, mau disini atau pindah ke


tempat lain bpk?”

Evaluasi
“Bagaimana perasaan bpk saat ini?”
“Perasaan nya bpk saat ini masih marah atau jengkel?”
“Bpk lebih sering ke perasaan marah atau jengkel?”
“Kegiatan apa yang bpk sering lakukan saat marah atau jengkel muncul”
“Lalu manfaatnya apa bpk melakukan kegiatan tersebut”
Validasi
“Bagaimana dengan Latihan nafas dalam dan Latihan pukul bantal Kasur,
apakah bpk sudah lakukan?”
“Boleh saya liat jadwal latihannya bpk?”
“Wah bagus sekali bpk, ternyata bpk sudah melakukan Latihan nafas
dalam dan pukul bantal sesuai jadwal, kegiatan ini tetap bpk teruskan ya”
Kontrak (tujuan)
“Baiklah sekarang kita akan diskusi tentang pentingnya minum obat dan
Latihan cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah”
“Baiklah sebelumnya saya menjelaskan tentang pentingnya minum obat
dan cara minum obat yang benar”
Kerja
“Baik bpk, ada 3 macam ya, yang warnanya oren Namanya CPZ
(Chlorpromazine), yang warna putih ini Namanya THP
(Thrihexiphenidyl), dan yang warna merah jambu ini Namanya HLP
(Haloperidol)”
“Jadi sebelum minum obat, bpk lihat dulu label yang menempel dibungkus
diobat, apakah benar nama bpk yang tertulis disitu atau bukan”
“Selain itu bpk perlu perhatikan jenis obatnya, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum misal diminum 3 kali
sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”
“Cara minum obatnya juga harus benar tidak boleh pakai kopi, soda, susu,
tapi pakai air putih saja atau the manis boleh”
“Bpk perlu minum obat ini secara teratur agar pikirannya jadi tenang dan
tidurnya juga menjadi lebih nyenyak dan tidak mendengar suara lagi”
“Bila nanti setelah minum obat mulut bpk terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bpk bisa mengisap-isap es batu”
“Bila bpk merasa matanya berkunang-kunang, bpk sebaiknya istirahat dan
jangan beraktivitas dulu”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya pak”
Terminasi
Evaluasi subjektif
"Bagaimana perasaan bpk setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol perasaan marah dengan cara minum obat yang benar?”

Evaluasi obiektif
"Coba bpk sebutkan jenis, guna, dosis, frekuensi, cara dan kontinuitas
minum obat. Bpk bagus sekali bpk sudah mengerti tentang obat yang dapat
mengontrol halusinasi”

Rencana Tindak Lanjut


"Baik bpk nanti coba bpk sebutkan Kembali 5 benar cara minum obat”
“Bagus bpk luar biasa”
“Sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang sudah bpk pelajari”
“Selanjutnya bpk harus tetap Latihan nafas dalam 3x/hari”
“Latihan pukul Kasur atau bantal 2x/hari”
“Jangan lupa laksanakan semua Latihan dengan teratur sesuai jadwal ya
bpk”
Kontrak yang akan datang
"Baik bpk, besok kita akan bertemu lagi
“Saya juga akan melatih cara mengontrol perasaan marah dengan cara
berikutnya yaitu berbicara yang baik”
“Bpk mau dimana dan jam berapa kira-kira?”
“Baik bpk sampai jumpa besok dan selamat istirahat”
Strategi Pelaksanaan Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)

Pertemuan ke: 4

1. Kondisi Pasien
DS:
 Klien mengaku tidak mempunyai masalah, namun setelah tamat SMP
klien menikah, dan selama mempunyai 3 orrang anak, awal pernikahan
tidak bermasalah namun setelah punya anak 2 suaminya punya pacar
lagi klien merasa jengkel dengan keadaan itu, sehingga terjadi
perceraian, setelah cerai klien berusaha mencari pekerjaan selalu gagal
dan ditolak.
DO:
 Klien tampak tidak rapi
 Pakaian tidak sesuai
 Bicara cepat
 Klien tampak kompulsif
 Gelisah
 Kadang mondar- mandir
 Dan tersenym sendiri
 Interaksi kooperatif
 Pembicaraan berputar-putar
 Intonasi tinggi
 Kadang membentak
 Tatapan tajam kadang curiga
 Klien terlihat jengkel
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
4. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1. Salam teraupetik
“ Assalamualaikum ibu, sesuai dengan janji saya hari ini saya
datang lagi”

2. Kontrak
“ Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah
rasa marah yaitu dengan ibadah?”
“ Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat tadi ?”
“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit? “coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan”
Bagus, baik yang mana yang mau dicoba bu?”

3. Evaluasi validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“ Ibu... tujuan saya ngobrol dengan ibu adalah untuk membantu
menyelesaikan masalah ibu kaitannya dengan perasaan marah yang
ibu alami”
“ kemarin kita sudah belajar latihan mengontrol marah dengan cara
tarik nafas dalam, memukul kasur dan bantal, minum obat, dan
bicara baik-baik. Coba ibu sekarang kita lakukan lagi apa yang
sudah kita pelajari dahulu apabila ada perasaan marah atau ada
orang yang membuat marah maka kita:
Bagaimana menarik nafas dalam? ..... “bagus ibu” Bagaimana
dengan memukul bantal”... “ Bagus sekali” Apa yang harus
diperhatikan dalam minum obat?.... “Bagus ibu pintar” Bagaimana
kita bicara baik-baik pada orang yang membuat marah kita”....
“Bagus sekali ibu”
“ Ibu ternyata masih ingat denga apa yang sudah saya ajarkan”
“ Bagimana bu, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya”
b. Fase Kerja
“ Nah, kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik
napas dalam dari hidung sambal menghembuskan nafas dari mulut
ucapkan “ Astahgdirullah Adzim”
“ Baik ibu saya akan berikan contohnya terlebih dahulu”....” sekarang
coba ibu yang melakukan....”coba lagi ibu”.....” coba sekarang lakukan
sebanyak 3 kali bu”....
“ Bagus sekali ibu” Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar
rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian shalat”.
“ Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan?”coba ibu sebutkan sholat 5 waktu?” bagus ibu, mau coba
yang mana? Coba sebutkan caranya”
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang keempat?”
2. Evaluasi Objektif
“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari bu?
Bagus pintar sekali ibu”
3. Rencana Tindak Lanjut
“ Mari kita masukkan kegiatan pada jadwal kegiatan untuk latihan
fisik, minum obat, bicara baik-baik dan spiritual pada jadwal
kegiatan ibu.”
“Mau berapa kali ibu latihan fisik, minum obat, bicara baik-baik
istighfar dan sholat? Baik kita masukkan ke jadwal ya bu...”
“ Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila
ibu merasa marah”
“ Setelah ini coba ibu lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi”
4. Kontrak yang akan datang
“ Besok kita ketemu lagi ya bu, nanti kita bicarakan keempat cara
mengontrol rasa marah, yaitu Tarik nafas dalam, pukul kasur dan
bantal, patuh minum obat, bicara baik-baik, dan cara
spiritual....mau jam berapa? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“ Nanti kita akan membicarakan 4 cara untuk mengontrol rasa
marah ibu, setuju bu?”
“ Kalau begitu saya persilahkan ibu untuk melanjutkan kegiatan
ibu”

Anda mungkin juga menyukai