LP Igd
LP Igd
LP Igd
OLEH:
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN ITEKES BALI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PERILAKU KEKERASAN
A. Kasus/Masalah Utama
Masalah utama dalam laporan pendahuluan ini adalah perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk dimana
seseorang marah terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak
terkontrol. (Yosep dalam Damaiyanti, 2012).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran
perasaan frustasi dan benci atau amarah. Hal ini didasari keadaan emosi secara
mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional
kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau secara
destruktif. (Paatricia, Dalam Yosep 2014)
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi
dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau
perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
b. Faktor Presipitasi
Terdapat beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan
gangguan perilaku kekerasan. Faktor-faktor tersebut, antara lain
sebagai berikut:
1) Klien: Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2) Interaksi: Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien
sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
3) Kesulitan kondisi sosial ekonomi
4) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah, dan
cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
5) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat ananknya dan ketidak
mampuan dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
6) Klien mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol
emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
7) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangan keluarga.
Resiko Perilaku
Core Ploblem
Kekerasan
PASIEN KELUARGA
SPIP SPIK
1. Membina hubungan saling 1. Memberikan pendidikan kesehatan
percaya kepada keluarga tentang cara
2. Mengidentifikasi penyebab marah merawat pasien perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala di rumah
yang dirasakan 2. Diskusikan masalah yang dihadapi
4. Mengidentifikasi perilaku keluarga dalam merawat pasien,
kekerasan yang dilakukan 3. Diskusikan bersama keluarga
5. Mengendalikan perilaku tentang perilaku kekerasan:
kekerasan dengan cara fisik penyebab, tanda dan gejala, perilaku
pertama (latihan nafas dalam). yang muncul, dan akibat dari
perilaku tersebut
4. Diskusikan bersama keluarga
kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti
melempar atau memukul
benda/orang lain.
SP2P SP2K
1. Membantu pasien latihan 1. Melatih keluarga melakukan cara-
mengendalikan perilaku kekerasan cara mengendalikan kemarahan
dengan cara fisik kedua (evaluasi 2. Evaluasi pengetahuan keluarga
latihan nafas dalam, latihan tentang marah
mengendalikan perilaku kekerasan 3. Anjurkan keluarga untuk
dengan cara fisik kedua: pukul memotivasi pasien melakukan
kasur dan bantal) tindakan yang telah diajarkan oleh
2. Menyusun jadwal kegiatan harian perawat
cara kedua. 4. Ajarkan keluarga untuk memberikan
pujian kepada pasien jika pasien
dapat melakukan kegiatan tersebut
secara tepat
5. Diskusikan bersama keluarga
tindakan yang harus dilakukan jika
pasien menunjukkan gejala-gejala
perilaku kekerasan.
SP3P SP3K
1. Membantu pasien latihan 1. Membuat perencanaan pulang
mengendalikan perilaku kekerasan bersama keluarga.
secara sosial/verbal (evaluasi
jadwal harian tentang dua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan,
latihan mengungkapkan rasa marah
secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan
baik)
2. Susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara
verbal.
SP4P
1. Bantu pasien latihan
mengendalikan perilaku kekerasan
secara spiritual (diskusikan hasil
latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal, latihan beribadah dan
berdoa
2. Buat jadwal latihan ibadah/berdoa.
F. Diagnosa Medis
1. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan
gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-
kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan kekuatan
dari luar. Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan
persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh efek yang tidak serasi atau
tumpul.
Skizofrenia juga dapat diartikan sebagai sindrom heterogen kronis yang
ditandai dengan pola pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan
perilaku yang tidak tepat serta adanya gangguan fungsi psikososial.
Gangguan pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan
perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai
gangguan aktivitas motorik yang aneh. OSD (orang dengan skizofrenia)
menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam
kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi.
2. Etiologi Skizofrenia
a. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya
skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan
waktu klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
b. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita skizofrenia tampak pucat, tidak
sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat
badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi
zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan
pemberian obat halusinogenik.
c. Teori Adolf Meyer
Menurut Meyer, skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu
maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama
kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
d. Teori Eugen Bleule
Penggunaan istilah skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini
yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau
ketidakharmonisan antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan.
Bleuler membagi gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala
primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan
dan otisme), gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik
atau gangguan psikomotorik yang lain).
3. Klasifikasi Skizofrenia
a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses
berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini
timbulnya perlahan-lahan.
b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul pada
masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah
gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adanya
depersonalisasi atau double personality.
c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta
sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah
katatonik atau stupor katatonik.
d. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang mencolok adalah waham primer, disertai dengan waham-
waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti
umumnya ada gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan
kemauan.
4. Penatalaksanaan Skizofrenia
a. Terapi somatik (medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati skizofrenia disebut
antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan
perubahan pola fikir yang terjadi pada skizofrenia. Pasien mungkin dapat
mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau
kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.
Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan
terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia.
Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu:
1) Antipsikotik konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunaannya disebut
antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik
konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh
obat antipsikotik konvensional yaitu: Haldol (haloperidol), stelazine
(trifluoperazine), mellaril (thioridazine), thorazine (chlopromazine),
trilafon (perphenazine), dan prolixin (flufenazine)
2) Newer atypical antipsycotics
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip
kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping
dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Contoh newer
atypical antipsycotics yang tersedia yaitu: Risperdal (risperidone),
seroquel (quetiapine), dan zyprexa (olanzopine).
3) Clozaril (Clozapine).
Clozaril memiliki efek samping yang jarang tetapi sangat serius.
Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk
melawan infeksi. Ini artinya pasien yang mendapat crozaril harus
memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli
merekomendasikan penggunaan crozaril bila paling sedikit 2 dari obat
antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
b. Terapi Psikososial
1) Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif
didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal
yang diharapkan, seperti hak istimewa. Dengan demikian, frekuensi
perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang,
berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat
diturunkan.
2) Terapi berorientasi keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat
namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik
penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses
pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali anggota
keluarga dengan jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena
skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur.
3) Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin
terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau
tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan
isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif sangat baik dilakukan untuk
memulihkan kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publisin.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI