Student Centered Learning SCL - Pembelajaran Yang Berpusat Pada Peserta Didik

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PEMBELAJARAN 1

PRINSIP PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID


ELABORASI ISI

1. Student Centered Learning/SCL - Pembelajaran yang


Berpusat Pada peserta didik
a. DEFINISI STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)

Student Centered Learning (SCL) dikenal di Indonesia sebagai pendidikan yang


berpusat pada peserta didik. Secara luas, SCL mencakup metode pengajaran yang
menggeser fokus pengajaran dari guru ke peserta didik. Dalam penggunaan aslinya,
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik bertujuan untuk mengembangkan
otonomi dan kemandirian peserta didik. peserta didik diharapkan memiliki tanggung
jawab untuk belajar.

Penggunaan istilah student centered learning juga dapat merujuk pada pola pikir
pendidikan atau metode instruksional yang mengenali perbedaan individu pada
peserta didik. Dalam pengertian ini, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
menekankan minat, kemampuan, dan gaya belajar setiap peserta didik.

Sebelum Bapak/Ibu melanjutkan, renungkan pertanyaan berikut


● Sejauh apa peserta didik memilih apa yang akan mereka pelajari?
● Apa kekhwatiran yang muncul dalam diri Anda ketika mendengar frasa, “peserta
didik memilih apa yang akan mereka pelajari?”
● Apakah peserta didik saya akan mampu bertanggung jawab atas pilihannya?

Student Centered Learning (SCL) adalah suatu model, metode atau pendekatan
pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar
mengajar. peserta didik akan mengembangkan minat, motivasi, dan kemampuan
individu menjadi lebih aktif, kreatif dan inovatif serta bertanggung jawab terhadap
proses belajarnya sendiri sesuai jenjang.

Dalam SCL, guru akan berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar. peserta
didik akan dilatih untuk memiliki tanggung jawab atas kegiatan belajarnya dengan
panduan guru sebagai fasilitator agar materi, kegiatan, dan pengukuran
pembelajaran masih dalam koridor capaian pembelajaran yang diharapkan. Dalam
hal ini guru dapat mendorong perkembangan peserta didik karena gurubukan satu-
satunya sumber belajar.

Hubungan antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya adalah setara, yang
tercermin dalam bentuk kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu
tugas belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, otonomi yang akan dikembangkan kepada peserta


didik bersifat otonomi terbimbing. Artinya, guru berperan aktif dalam membimbing
peserta didik untuk menumbuhkan otonominya diantaranya dalam hal;

1) pengelolaan pilihan materi


2) pendekatan pembelajaran/cara belajar yang sesuai dengan karakter peserta didik
3) cakupan materi belajar
4) bagaimana cara mengukur capaian
5) waktu pembelajaran.

Dalam SCL, peserta didik dibekali keterampilan dasar tentang bagaimana mempelajari
mata pelajaran tertentu. Instruksi yang berpusat pada peserta didik berfokus pada teori
pengetahuan, keterampilan, dan praktik yang memungkinkan pembelajaran seumur
hidup. Pembelajaran diharapkan dapat melatih pemecahan masalah mandiri dengan
dasar Teori Belajar Konstruktivisme. Sehingga pengalaman belajar menekankan
peran penting peserta didik dalam membangun makna dari informasi baru dan
pengalaman sebelumnya.

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mengutamakan minat peserta didik
dan mengakui suara peserta didik sebagai pusat pengalaman belajar. Dalam ruang
belajar yang berpusat pada peserta didik, mereka memilih apa yang akan mereka
pelajari, bagaimana mereka akan mempercepat pembelajaran mereka, dan
bagaimana mereka akan menilai pembelajaran mereka sendiri dengan memainkan
peran sebagai fasilitator kelas.

Berbanding terbalik dari SCL, dalam praktik pendidikan tradisional yang


mendemonstrasikan pembelajaran yang berpusat pada guru, guru berperan aktif dan
menjadi tokoh utama dalam pembelajaran. Sementara peserta didik mendapatkan
peran yang lebih pasif dan reseptif/ instruksi yang disiapkan guru tidak melibatkan
umpan balik peserta didik.

Di kelas yang berpusat pada guru, pembelajaran dilaksanakan tanpa melibatkan


peserta didik dalam prosesnya. Guru langsung memilih apa yang akan dipelajari
peserta didik, bagaimana peserta didik akan belajar, dan bagaimana peserta didik akan
dinilai berdasarkan pembelajaran mereka.

b. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN SCL

Menurut Siswono dan Karsen (2008), model pembelajaran SCL memiliki beberapa
karakteristik yang mencerminkan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Guru memiliki wawasan yang luas dan terbuka terhadap masukan dan kritik yang
membangun dari peserta didiknya.

2) Guru menggunakan metode penyampaian materi yang sesuai dengan kebutuhan


dan kondisi peserta didik. Artinya, tidak menutup kemungkinan guru menggunakan
pendekatan pengajaran yang berbeda untuk setiap kelas.

3) peserta didik mampu mengembangkan materi pembelajaran secara mandiri, di


mana pun dan kapan pun, tidak hanya di dalam kelas atau di bawah bimbingan
pengajar.

4) peserta didik mampu menyampaikan harapan mereka terhadap proses


pembelajaran

5) peserta didik bekerja sama secara kolaboratif, memilih anggota kelompoknya


sendiri dan belajar bagaimana bekerja dalam kelompok tersebut.

6) peserta didik mengawasi kemajuan belajarnya sendiri dan merencanakan strategi


pembelajaran yang sesuai untuk mencapai hasil yang optimal.

7) peserta didik termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sendiri.

8) Materi pembelajaran berfungsi sebagai panduan bukan batasan, yang


memungkinkan pengajar dan peserta didik untuk berkreasi dalam
mengembangkannya secara berkelanjutan.
9) Pembelajaran adalah proses aktif dalam mencari pengetahuan atau merumuskan
ilmu, bukan sekadar mengambil pengetahuan.

c. JENIS-JENIS PEMBELAJARAN SCL

Menurut Dikti (2014), model-model pembelajaran yang menggunakan pendekatan SCL


(Student Centered Learning), antara lain yaitu sebagai berikut:

1) Small Group Discussion (SGD). Metode diskusi merupakan model pembelajaran


yang melibatkan antara kelompok peserta didik dan kelompok peserta didik atau
kelompok peserta didik dan pengajar untuk menganalisis, menggali atau
memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.

2) Role-Play and Simulation. Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih
peserta didik tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol
atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya.
Jadi dengan model ini peserta didik mempelajari sesuatu (sistem) dengan
menggunakan model.

3) Discovery Learning. Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian
kepada peserta didik dengan tujuan supaya peserta didik dapat mencari sendiri
jawabannya tanpa bantuan pengajar.

4) Self-Directed Learning. Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada


peserta didik, dan membebaskan peserta didik untuk bertanggung jawab terhadap
pelajarannya dengan atau tanpa orang lain yang meliputi aspek: kesadaran,
strategi belajar, kegiatan belajar, evaluasi, dan keterampilan interpersonal.

5) Cooperative Learning. Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan


pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
membangun konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.

6) Contextual Learning (CL). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang


dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang
terkait dengan dunia nyata kehidupan peserta didik (daily life modeling), sehingga
akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul,
dunia pikiran peserta didik menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif,
nyaman, dan menyenangkan.
7) Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran ini melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi
pada masalah otentik dari kehidupan aktual peserta didik, untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah
suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan
menyenangkan agar peserta didik dapat berpikir optimal.

8) Collaborative Learning (CbL). Metode ini memungkinkan peserta didik untuk


mencari dan menemukan jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk
menggali semua kemungkinan yang ada.

9) Project Based Learning (PjBL). Metode pembelajaran ini adalah memberikan


tugas-tugas project yang harus diselesaikan oleh peserta didik dengan mencari
sumber pustaka sendiri.

d. PERAN GURU DAN PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN SCL

Tabel 1

PERAN GURU PERAN peserta didik


Bertindak sebagai fasilitator dalam Aktif dalam proses pembelajaran dengan

proses pembelajaran. memberikan gagasan, saran, dan kritik.

Mengkaji kompetensi mata pelajaran Berpartisipasi dalam merumuskan,

yang harus dikuasai peserta didik pada mengembangkan, dan memproses materi

akhir pembelajaran. pembelajaran.

Merancang strategi dan lingkungan


Mengkaji kompetensi dan strategi
pembelajaran yang dapat menyediakan
pembelajaran yang ditawarkan oleh guru.
beragam pengalaman belajar.

Membantu peserta didik mengakses

informasi, menata, dan memprosesnya


Membuat rencana pembelajaran untuk mata
untuk dimanfaatkan dalam
pembelajaran yang diikutinya.
memecahkan permasalahan hidup

sehari-hari

Mengidentifikasi dan menentukan pola Belajar secara aktif dalam kelompok maupun
penilaian hasil belajar peserta didik yang individual (dengan cara mendengar,

relevan dengan kompetensi yang akan membaca, menulis, diskusi, pemecahan

diukur. masalah; serta terlibat dalam kegiatan berfikir

tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan

evaluasi

e. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN SCL

Pembelajaran SCL yang diaplikasikan dengan benar dapat meningkatkan motivasi


untuk belajar, pengetahuan tersimpan lebih lama, pemahaman yang lebih mendalam,
dan lebih banyak sikap positif terhadap subyek yang diajarkan.

Pendekatan pembelajaran SCL juga diharapkan dapat mengembangkan kualitas


sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan,
rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan
berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan global untuk
dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan.

Namun, Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan


masing-masing, begitu juga dengan model pembelajaran SCL. Menurut Setiadji
(2010), kelebihan atau keunggulan model pembelajaran SCL yaitu:

Tabel 2

KELEBIHAN KEKURANGAN
Melatih berpikir kritis peserta didik Lebih menantang jika diimplementasikan
dalam proses pembelajaran dalam kelas besar
Pengalaman belajar lebih
Membutuhkan proses pembiasaan dan
bermakna karena pengetahuan
dampingan yang akan memakan waktu
didapat melalui proses discovery
lama
dan inkuiri
Tiap pembelajaran dan evaluasinya Bagi guru yang belum terbiasa
mempertimbangkan karakteristik, mendengarkan “suara” peserta didik, butuh
minat, kebutuhan, dan latar kesabaran dan proses belajar yang
belakang peserta didik. konsisten

Anda mungkin juga menyukai