Modul 5. Keseimbangan Antara Kebutuhan Dan Ketersediaan Air

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MODUL PERKULIAHAN

Rekayasa
Sumber Daya Air
Keseimbangan antara
Kebutuhan dan Ketersediaan
Air

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Teknik Teknik SIpil P111700011 Suprapti, ST, MT.

Abstract Kompetensi
Konfigurasi sistem, ketersediaan air, Mahasiswa diharapkan mampu
kebutuhan air, keseimbangan air. menjelaskan keseimbangan antara
kebutuhan dan ketersediaan air.
Pendahuluan
Perkembangan wilayah pada suatu daerah akan menyebabkan kebutuhan air terus
meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Pemenuhan kebutuhan pangan
dan aktivitas penduduk selalu erat kaitannya dengan kebutuhan akan air. Tuntutan tersebut
tidak dapat dihindari, tetapi haruslah diprediksi dan direncanakan pemanfaatan sebaik
mungkin. Kecenderungan yang sering terjadi adanya ketidakseimbangan antara
ketersediaan dan kebutuhan air.

Untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhanair dan ketersediaan air di masa


mendatang, diperlukan upaya pengkajian komponen-komponen kebutuhan air, serta
efisiensi penggunaan air. Komponen-komponen yang paling berpengaruh untuk
menghitung neraca air adalah kebutuhan air irigasi dan kebutuhan air untuk RKI (rumah
tangga, perkotaan, industri dan perikanan), mengacu pada Rencana Tata Ruang wilayah
pada daerah studi bahwa pengembangan kota akan diarahkan pada perkembangan
beberapa sektor tersebut.

Dengan demikian hendaknya dilakukan suatu perencanaan yang tepat agar kebutuhan air
dapat terpenuhi. Khusus kebutuhan air untuk irigasi diperlukan pengkajian dan
perencanaan unit kebutuhan airnya secara cermat dan teliti, hal ini penting dilakukan
karena kebutuhan air untuk irigasi merupakan komponen yang paling tinggi kebutuhan
airnya. Mengingat kecenderungan ketersediaan air khususnya dari air permukaan (sungai)
yang tetap sedangkan kebutuhan yang terus meningkat, agar tidak terjadi kekurangan air
maka harus segera dilakukan upaya-upaya efisiensi pemakaian air.

Fenomena diatas didukung oleh data yang terdapat pada situs Bappenas, direktorat
Pengairan dan irigasi tahun 2007 (www.Bapenas.go.id) menunjukkan pada Kabupaten
Bondowoso yang wilayahnya merupakan sebagian besar dari das Sampean akan
mengalami satu bulan defisit air selama satu tahun mulai dari tahun 2015 hingga dua puluh
tahun mendatang. Diperkuat dengan pernyataan dari Balai Pengelolaan Wilayah Sungai
Sampean Baru yang menempatkan kekeringan merupakan isu pokok, dengan indikator
Indeks Penggunaan Air (IPA) > 1 masuk dalam kategori buruk. (Proyek Penatagunaan dan
Perencanaan Sumberdaya Air WS.Sampean Baru. 2002), masalah pengelolaan DAS yang
tidak sebagaimana mestinya juga turut memicu ketidakseimbangan siklus hidrologi yang
terjadi yang ,mengakibatkan ketidakseimbangan ketersediaan dan kebutuhan air
ditunjukkan dengan hasil penelitian oleh Departemen Kehutanan Badan Penelitian Dan

‘18 Rekayasa Sumber Daya Air Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Suprapti, ST, MT. http://www.mercubuana.ac.id
Pengembangan Kehutanan Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, 2002
terjadi penyusutan yang begitu drastis hutan rakyat.

Sebagian besar petani menebang tegakan hutannya karena harga kayu yang tidak
menguntungkan menurut ukuran petani, hutan rakyat diganti dengan tanaman perkebunan
dan semusim. Perbandingan antara tegakan hutan rakyat yang ditebang dengan
penanaman adalah 3:1 yang mengakibatkan recharge areapada DAS Sampean semakin
berkurang. Berdasarkan beberapa hasil analisa dari ketiga sumber tersebut maka perlu
dilakukan analisa ketersediaan dan kebutuhan air pada DAS Sampean. Diharapkan analisa
ini dapat memberikan masukan dan pedoman dalam mengatasi pengelolaan air dalam
kurun waktu 2, 5, 10 hingga 20 tahun mendatang.

Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir secara berkesinambungan atau dengan terputus-
putus dalam alur sungai atau saluran dari sumbernya yang tertentu, dimana semua ini
merupakan bagian dari sistem sungai yang menyeluruh. Yang termasuk air permukaan
meliputiair sungai (rivers), saluran (stream), sumber (springs), danau dan waduk. Jumlah
air permukaan diperkirakan hanya 0,35 Juta km3atau hanya sekitar 1 % dari air tawar yang
ada di bumi (Suripin, 2002). Aliran yang terukur di sungai atau saluran maupun danau
merupakan ketersediaan debit air permukaan, begitu halnya dengan air yang mengalir ke
dalam tanah, kandungan air yang tersimpan dalam tanah merupakan ketersediaan debit air
tanah. Dari ketiga sumber air tersebut di atas, yang mempunyai ketersediaan paling besar
untuk dimanfaatkan adalah sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran,
danau, waduk dan lainnya. Penggunaan air tanah sangat membantu pemenuhan
kebutuhan air baku maupun air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan,
namun pemanfaatan air tanah membutuhkan biaya operasional pompa yang sangat mahal
(M. Anis A dkk, 1980).

Air permukaan yang dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi adalah air yang terdapat
dalam proses sirkulasi air (siklus hidrologi), jika sirkulasi tidak merata maka akan terjadi
bermacam kesulitan diantaranya sirkulasi yang kurang, maka kekurangan air ini harus
ditambah dalam suatu usaha pemanfaatan air (Sosrodarsono, 2006). Untuk analisis
ketersediaan air permukaan, yang akan digunakan sebagai acuan adalah andalan dari

‘18 Rekayasa Sumber Daya Air Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Suprapti, ST, MT. http://www.mercubuana.ac.id
pencatatan yang ada. Yang paling berperan dalam studi ketersediaanair permukaan
adalah data rekaman debit aliran sungai. Rekaman tersebut harus berkesinambungan
dalam periode waktu yang dapat digunakan untuk pelaksanaan proyek penyediaan air.

Apabila penyadapan air akan dilakukan dari sungai yang masih alami, maka diperlukan
rekaman data dari periode-periode aliran rendah yang kristis yang cukup panjang,
sehingga besar pasok air dapat diketahui. (Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya
Air Untuk Mengatasi Banjir Dan Kekeringan Di Pulau Jawa, 2006).

Debit Sungai dan Debit Intake


Untuk kebutuhan usaha pemanfaatan air, pengamatan permukaan air sungai dilaksanakan
pada tempat-tempat di mana akan dibangun bangunan air seperti bendungan dan
bangunan–bangunan pengambilan air dan lain-lain (Sosrodarsono, 2006). Untuk
mengetahui ketersediaan air disungai diperlukan data cukup panjang dan handal, sehingga
informasi keragaman debit terhadap waktu kejadian debit rendah dan tinggi dapat tercakup
dan mewakili kejadian-kejadian tersebut. Dengan data yang cukup panjang dapat
digunakan analisis statistika untuk mengetahui gambaran umum secara kuantitatif besaran
jumlah air.

Untuk aliran sungai yang memiliki data pengukuran,ketersediaan airnya dapat ditentukan
peluang terjadinya atau terlampauinya yang dapat dihitung dengan metode statistika.
Peluang terjadinya atau terlampauinya suatu besaran debit atau yang dalam literatur
dinyatakan dengan debit andalan.

Debit andalan adalah debit yang tersedia sepanjang tahun dengan besarnya resiko
kegagalan tertentu ( Montarcih, 2009). Menurut pengamatan dan pengalaman.Terdapat
empat metode untuk analisa debit andalan (Montarcih, 2009) antara lain:

1. Metode debit rata-rata minimum


Karakteristik metode debit rata-rata minimum antara lain dalam satu tahun hanya
diambil satu data (data debit rata-rata harian dalam satu tahun), metode ini sesuai untuk
daerah aliran sungai dengan fluktuasi debit maksimum dan debit minimum tidak terlalu
besar dari tahun ke tahun serta kebutuhan relatif konstan sepanjang tahun.

‘18 Rekayasa Sumber Daya Air Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Suprapti, ST, MT. http://www.mercubuana.ac.id
2. Metode flow characteristic
Metode flow characteristic berhubungan dengan basis tahun normal, tahun kering dan
tahun basah. Yang dimaksud debit berbasis tahun normal adalah jika debit rata-rata
tahunannya kurang lebih sama dengan debit rata-rata keseluruhan tahun. Untuk debit
berbasis tahun kering adalah jika debit rata-rata tahunannya lebih kecil dari debit rata-
rata keseluruhan tahun. Sedangkan untuk debit berbasis tahun basah adalah jika debit
rata-rata tahunannya lebih kecil dari debit rata-rata keseluruhan tahun. Metode ini cocok
untuk DAS dengan fluktuasi debit maksimum dan debit minimum relatif besar dari tahun
ke tahun, kebutuhan relatif tidak konstan sepanjang tahun, dan data yang tersedia
cukup panjang. Keandalan berdasar kondisi debit dibedakan menjadi 4 antara lain :
a. Debit air musim kering, yaitu debit yang dilampaui debit-debit sebanyak 355 hari
dalam 1 tahun, keandalan : 97,3 %
b. Debit air rendah, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 275 hari
dalam 1 tahun, keandalan : 75,3 %
c. Debit air normal, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 185 hari
dalam 1 tahun, keandalan : 50,7 %
d. Debit air cukup, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 95 hari dalam
1 tahun, keandalan : 26,0 %

3. Metode Tahun Dasar Perencanaan


Analisa debit andalan menggunakan metode ini biasanya digunakan dalam
perencanaan atau pengelolaan irigasi. Umumnya di bidang irigasi dipakai debit dengan
keandalan 80 %, sehingga rumus untuk menentukan tahun dasar perencanaan adalah
sebagai berikut :
R80= 15+n
dimana :
n = kala ulang pengamatan yang diinginkan
R80 = debit yang terjadi < R80 adalah 20%

4. Metode Bulan Dasar Perencanaan


Analisa debit andalan menggunkan metode ini hampir sama dengan metode flow
characteristic yang dianalisa untuk bulan-bulan tertentu. Metode ini paling sering dipakai
karena keandalan debit dihitung bulan Jabuari sampaidengan Bulan Desember, jadi
lebih bisa menggambarkan keadaan pada musim kemarau dan penghujan. Biasanya
bendung hanya digunakan pada tempat yang kecil debitnya, mengingat pembangunan

‘18 Rekayasa Sumber Daya Air Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Suprapti, ST, MT. http://www.mercubuana.ac.id
bendung yang besar untuk pengukuran aliran memerlukan biaya yang besar. Jika
permukaan air di udik bendung sudah diketahui, maka debit dapat dihitung.

Jadi permukaan air diudik bendung harus dicatat (Sosrodarsono, 2006). Untuk menghitung
besarnya debit intake yang datanya bersifat hipotetic menggunakan nilai modus. Angka
modus lebih bermanfaat sebagai angka prakiraan besarnya nilai tengah dan sebagai
indikasi pusat penyebaran data (Chay.2004). Mata Air Menurut undang-undang no 11
tahun 1974 pasal 1 ayat 3, mata air adalah tempat-tempat atau wadah-wadah air, baik
yang terdapat diatas, maupun di bawah permukaan tanah. Sedangkan menurut Undang no
7 Tahun 2004 pasal 35 ayat 2 yang dimaksud dengan sumber air permukaan lainnya,
antara lain, situ, embung, ranu, waduk, telaga, dan mata air (spring water).

Tabel 5.1 Kebutuhan air rumah tangga berdasarkan jenis kota dan jumlah penduduk

Sumber : Anonim, 2000 Kebutuhan air non domestik

a. Kota besar : (30 – 45) % x kebutuhan air domestik


b. Kota sedang : (20 – 30) % x kebutuhan air domestik
c. kota kecil : (10 – 20) % x kebutuhan air domestik

‘18 Rekayasa Sumber Daya Air Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Suprapti, ST, MT. http://www.mercubuana.ac.id
Kebutuhan Air Industri
Untuk menghitung kebutuhan air irigasi digunakan standar kebutuhan air industri. Standar
kebutuhan air industri ini berdasarkan proses atau jenis industri yang ada pada wilayah
yang akan dikembangkan dan rencana jumlah pekerja pada industri tersebut.

Untuk pekerja industri kebutuhan air untuk pekerja industri merupakan kebutuhan air
domestik yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pekerja pabrik. Adapun jumlah
kebutuhan air tersebut adalah 60 liter/pekerja/hari.

Kebutuhan air perikanan budidaya ikan air tawar, dalam hal ini adalah kolam, mempunyai
pengertian teknis yaitu suatu perairan buatan yang luasnya terbatas, sengaja dibuat
manusia dan mudah dikuasai. Mudah dikuasai dapat diartikan mudah diisi, dikeringkan,
dan mudah diatur menurut kehendak kita. Secara kuantitatif air yang diberikan harus
mampu mengairi seluruh areal perkolaman, sehingga budidaya ikantidak tersendat-sendat
dan kolam bisa dipergunakan sebagaimana mestinya.

Debit air yang baik untuk kolam tidak kurang dari 10 – 15 lt/dt/ha. Neraca air penyusunan
neraca air di suatu tempat dan pada suatu tempat dimaksudkan untuk mengetahui jumlah
netto dari air yang diperoleh sehingga dapat diupayakan pemanfaatannya sebaik mungkin
(I Gede.2009). Menurut Mather (1978) istilah neraca air mempunyai beberapa arti yang
berbeda tergantung dari skala ruang dan waktu:
a. Skala makro
Neraca air dapat digunakan dalam pengertian yang sama seperti siklus hidrologi,
neraca global tahunan dari air di lautan, atmosfer dan bumi pada semua fase
b. Skala meso
Neraca air dari suatu wilayah atau suatu drainase basin utama;
c. Skala mikro
Neraca air yang diselidiki dari lapangan bervegetasi, tegakan hutan atau kejadian
individu pohon. Neraca air merupakan perimbangan antara masukan (input) dan
keluaran (output) air di suatu tempat pada suatu saat/periode tertentu. Dalam
perhitungan digunakan satuan tinggi air (mm, atau cm). Satuan waktu yang digunakan
dapat dipilih satuan harian, mingguan, dekade (10 harian), bulanan ataupun tahunan
sesuai dengan keperluan (I Gede.2009).

‘18 Rekayasa Sumber Daya Air Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Suprapti, ST, MT. http://www.mercubuana.ac.id
Keseimbangan Air
Keseimbangan air atau water balance merupakan siklus air yang seimbang dimana
besarnya aliran air yang masuk atau ketersediaan (inflow) dan keluar kebutuhan (outflow)
siklus adalah sama, adapun komponen dari ketersediaan air (inflow) ialah air sungai, air
hujan, mata air. Siklus air yang dikatakan seimbang adalah apabila besarnya aliran air
yang masuk / ketersediaan (inflow) dan keluar kebutuhan (outflow) siklus adalah sama,
sedangkan ketidakseimbangan air adalah sebaliknya.

Kebutuhan air (water requirement)

Kebutuhan air di sini adalah suatu gambaran besarnya kebutuhan air untuk keperluan
tumbuhnya tanaman sampai tanaman (padi) itu siap panen. Kebutuhan air ini harus
dipertimbangkan terhadap jenis tanaman, keadaan medan tanah, sifat-sifat tanah, cara
pemberian air, pengolahan tanah, iklim, waktu tanam (pola tanaman), kandungan air tanah,
efisiensi irigasi, curah hujan efektif, koefisien tanaman bulanan, pemakaian air konsumtif,
perkolasi, kebutuhan air untuk tanaman, dan kebutuhan air di sawah.

Gambar 5.1 Jumlah kebutuhan air minimum

‘18 Rekayasa Sumber Daya Air Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Suprapti, ST, MT. http://www.mercubuana.ac.id
Ketersediaan air (water availability)

Ketersediaan air adalah berapa besar cadangan air yang tersedia untuk keperluan irigasi.
Ketersediaan air ini biasanya terdapat pada air permukaan seperti sungai, danau, dan
rawa-rawa, serta sumber air di bawah permukaan tanah. Pada prinsipnya perhitungan
ketersediaan air ini bersumber dari banyaknya curah hujan, atau dengan perkataan lain
hujan yang jatuh pada daerah tangkapan hujan (catchment area/ watershed) sebagian
akan hilang menjadi evapotranspirasi, sebagian lagi menjadi limpasan langsung (direct run
off), sebagian yang lain akan masuk sebagai infiltrasi. Infiltrasi ini akan menjenuhkan tanah
atas (top soil), kemudian menjadi perkolasi ke ground water yang akan keluar menjadi
base flow. Di samping data meteorologi, dibutuhkan pula data cahaya permukaan
(exposed surface), dan data kelembaban tanah (soil moisture).

Untuk rumus run off adalah : Run off = base flow + direct run off

Ketidakseimbangan air ini dikarenakan oleh perbedaan antara kebutuhan air yang lebih
banyak dibandingkan dengan ketersediaan air yang ada. Besarnya perbedaan antara
ketersediaan dan kebutuhan air ini di sebabkan oleh salah satunya adalah kerusakan
Daerah Aliran Sungai (DAS) bila tahun-tahun lalu air hujan masih bisa tertampung dan
tersimpan dalam tanah kini tidak lagi. Pasalnya kerusakan DAS dan hutan-hutan sebagai
daerah tangkapan air hujan kini mengalami kerusakan parah. Akibatnya, air hujan itu
langsung mengalir ke laut lepas. Diperparah lagi dengan adanya konversi lahan yang tidak
pada tempatnya.

Pada dasarnya analisis hidrologi mempunyai asumsi bahwa siklus hidrologi pada daerah
pengamatan adalah suatu sistem, di mana terdapat input dan output sistem. Sistem dalam
analisis hidrologi disebut water balance, keseimbangan air, neraca air (memperhitungkan
inflow dan outflow). Keseimbangan air dalam siklus hidrologi tergantung pada daerah yang
diamati sesuai dengan inflow dan outflow.

‘18 Rekayasa Sumber Daya Air Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Suprapti, ST, MT. http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
1. Ecafe, Multipurpose River Basin Development
2. E. Kuiper, Water Resources Development. McGraw Hill
3. Dit. Bina Program pengairan Dep PU, Optimasi Penataan Sumber-sumber air
4. Suyono, S., Pengembangan wilayah sungai suatu cara pendekatan pengembangan
sumber air
5. Mardjono, N., Pengembangan wilayah sungai di Indonesia
6. Dit. Bina Program Pengairan Dep. PU, Pedoman Perencanaan Pengembangan Sumber
Air
7. Dit. Bina Program Pengairan Dep. PU, Koordinasi dan sinkronisasi proyek
Pengembangan wilayah sungai.
8. https://darmadi18.files.wordpress.com/2011/03/materi-psda-s1.pdf di akses pada 28
April 2017
9. http://ilmu-sipil-annisarkhmtllh.blogspot.co.id/2015/02/pengembangan-sumber-daya-
air.html di akses pada 28 April 2017
10. https://eqyrock.wordpress.com/2009/08/28/pengelolaan-tanah-dan-air-soil-and-water-
management/ di akses pada 30 April 2017
11. http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/siklus-hidrologi di akses pada 30 April 2017
12. Ika Sari Damayanti Sebayang, ST, MT, Modul Perkuliahan PSDA, UMB Jakarta, 2017

‘18 Rekayasa Sumber Daya Air Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Suprapti, ST, MT. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai