Asuhan Keperawatan Syok Sepsis

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

SYOK SEPSIS

MATA KULIAH: KEPERAWATAN KRITIS

DOSEN PENGAMPUH:

NS. NUNU HARISON, S.KEP, M.KEP

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. BELLA ASTARIKA
2. CACA HIDAYANI
3. CHALIAN CHALIK
4. CINDY NARACINTA
5. FITRIA MAYA SARI
6. MEYLAN TRI KUMALASARI
7. RANI SELVIANA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

BHAKTI HUSADA BENGKULU

TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Syok Sepsis” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Kritis dari dosen pengampuh Ns. Nunu Harison, S.Kep, M.Kep. Dengan
adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bengkulu, 22 September 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................... 3

I. Konsep Syok Kardiogenik ...................................................................................... 3


A. Definisi ..................................................................................................................... 3
B. Klasifikasi ................................................................................................................ 3
C. Etiologi ..................................................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinis .................................................................................................... 4
E. Patofisiologi ............................................................................................................. 4
F. Pathway .................................................................................................................... 5
G. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................... 6
H. Penatalaksanaan ...................................................................................................... 7
I. Komplikasi ............................................................................................................... 8
II. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................ 8
A. Pengkajian Keperawatan ....................................................................................... 8
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................... 9
C. Intervensi Keperawatan ......................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 21

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 21
B. Saran ........................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syok septik menjadi suatu permasalahan klinis yang sangat kompleks, terjadi akibat
keadaan sepsis yang memburuk. Faktor-faktor risiko yang meningkatkan kejadian sepsis
selama periode neonatal, yaitu prematuritas, berat badan lahir rendah, pembedahan, pasien
dengan ventilasi mekanik, pemberian nutrisi parenteral, dan adanya flora abnormal
gastrointestinal. Mortalitas sepsis neonatorum berhubungan dengan disfungsi organ
multipel, sebagaimana terjadi pada pasien dewasa. Penanganan yang tepat diperlukan untuk
mencegah terjadinya syok septik dan disfungsi organ multipel tersebut.
Sepsis merupakan suatu kondisi kerusakan sistem imun akibat infeksi. Hal
inimerupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya yang sangat kompleks dan
pengobatannya yang sulit serta angka mortalitasnya yang sulit, meskipun selalu terjadi
perkembangan antibiotic yang baru. Sepsis terjadi di beberapa negara dengan angka
kejadian yang tinggi, dan kejadiannnya yang terus meningkat. Berdasarkan data
Epidemiologi di Amerika Utara bahwa sepsis terjadi pada 3 kasus dari 1000 populasi yang
diartikan 75.000 penderita per tahun. (Guntur AH,2007)
Angka mortalitas sepsis mencapai 30% dan bertambah pada usia tua 40% dan penderita
syok sepsis mencapai 50 %. Meskipun selalu terjadi perkembangan antibiotic dan terapi
perawatan intensif, sepsis menimbulkan angka kematian yang tinggi dihampir semua ICU.
Sindrom sepsis mulai dari Sistemic Inflammatory Respond Syndrome (SIRS) sampai sepsis
yang berat (Disfungsi organ yang akut) dan syok sepsis (Sepsis yang berat ditambah dengan
hipotensi yang tak membaik dengan resusitasi cairan). (Kasper,2005).
Penelitian uji klinis dan eksperimental mengenai syok septik telah membuktikan bahwa
waktu sangat memegang peranan penting. Penanganan syok septik secara dini dan agresif
dalam pemberian cairan resusitasi (early, aggeressive fluidresuscitation) memberikan hasil
keluaran yang lebih baik. Keterlambatan diagnosis dan penanganan syok septik yang
kurang tepat menyebabkan angka kematian masih tinggi dengan insidens yang cenderung
terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini mengharuskan para klinisi memiliki pemahaman
tentang etiologi, patofisiologi, dan penatalaksanaan syok septik.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar syok sepsis?
2. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan syok sepsis?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas maka dikemukakan tujuan
penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep dasar syok sepsis
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan syok sepsis

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Konsep Dasar Syok Sepsis


A. Definisi
Menurut Vivianni, et, al (2017) sepsis merupakan suatu sindroma kompleks dan
multifaktorial yang terjadi karena adanya respon tubuh infeksi dimana respon tersebut
cenderung berbahaya atau bersifat merusak.
Syok Sepsis adalah sepsis yang disertai dengan kondisi disfungsi organ yang
disebabkan karena inflamasi sistematik dan respon prokoagulan terhadap infeksi (Irvan, et
al, 2018)
Berdasarkan defisini diatas dapat disimpulkan bahwa syok sepsis adalah suatu
sindroma yang kompleks dan multifactorial karena respon tubuh terhadap infeksi
sistematik disertai disfungsi organ sehingga dapat mengancam kehidupan.
B. Klasifikasi

Kriteria Gejala
SIRS Temperatur > 38 0 C atau 36 0C
HR > 90 per menit
RR > 20 per menit atau PaCO2 < 4,27 kPa
Leukosit > 12.000/mm3 atau < 4000/mm3 atau neutofil imatur > 10%
Sepsis SIRS dengan suspek infeksi
Sepsis Berat & SBP < 90mmHg atau MAP < 70 mmHg minimal selama 1 jam
Sepsis Syok walaupun telah dilakukan resusitasi adekuat atau vasopresor
Output urin < 0,5 ml/kg/jam untuk 1 jam walaupun telah diberikan
resusitasi yang adekuat
PaO2/FiO2 < 250 pada adanya kelainan organ atau kelainan system
yang lain atau < 200 jika hanya paru yang mengalami disfungsi.
Penghitungan platelet < 80000/mm3 atau turun sebanyak 50% dari
harga awal selama 3 hari
Asidosis metabolic pH < 7,30 atau defisit basa > 5,0 mmol/L Level
laktat > 1,5 kali dari normal.
MODS Kerusakan lebih dari satu organ yang menyebabkan ketidakmampuan
untuk mengatur homeostasis tanpa intervensi.

3
C. Etiologi
Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif. Namun demikian, agen
infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga dapat menyebabakan syok septic.
(Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2017).
1. Infeksi bakteri aerobic dan anaerobic
a. Gram negatif seperti: Echerichia coli, Kebsiella sp, Pseudomonas sp, Bacteroides
sp, dan Proteus sp.
b. Gram positif seperti: Stafilokokus, Streptokokus dan Pneumokokus
2. Infeksi viral, fungal dan riketsia
3. Kerusakan jaringan, yang dapat menyebabkan kegagalan penggunaan oksigen sehingga
menyebabkan MOSF.
4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partus lama.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Brunner & Suddarth (2017) manifestasi klinik dari syok septik yaitu:
1. Hipotensi (tekanan darah rendah) yang tidak berhasil dikoreksi dengan pemberian
cairan
2. Peningkatan frekuensi pernapasan (takipnea)
3. Gelisah dan penurunan kesadaran
4. Demam tinggi (suhu tubuh >38 C)
5. Peningkatan denyut nadi (takikardi)
6. Menggigil
7. Sakit kepala
8. Sianosis
9. Nyeri otot parah
10. Menurunnya frekuensi dan jumlah buang air kecil
E. Patofisiologi
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman gram negatif yang menyebabkan
kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini menyebabkan vasodilatasi kapiler
dan terbukanya hubungan pintas arteri vena perifer. Selain itu, terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer
menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan peningkatan
permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang
terlihat sebagai udem.

4
Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi
jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin
kuman. Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok
hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin; < 0,5 cc/kg/jam, tekanan
darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis dengan volume
intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala takikaridia, kulit hangat,
tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang melebar.
F. Pathway

Mikroorganisme (Bakteri gram negatif)

Masuk ke tubuh manusia

Respon imun

Aktivasi berbagai mediator kimiawi

SYOK SEPSIS

Endokrin basil gram negatif

Ketidakmampuan sel O2 dalam darah Gangguan metabolisme


untuk menggunakan O2 berkurang oksidatif serebral

Berkurangnya O2 di Kontraktilitas CO Demand glukosa Hipoksia &


paru menurun meningkat iskemik pada
jantung
otak

Pernapasan cepat Aliran darah GFR Pemecahan


menurun glikogen menjadi Perfusi
/ RR meningkat perifer terganggu
glukosa jaringan
serebral tidak
Dyspnea Oliguria, efektif
Sianosis / Akral
Anuria Hiperglikemia
dingin
Hipoglikemia
Pola napas
Perfusi perifer Gangguan
tidak efektif eliminasi urine
tidak efektif

5
Gangguan saraf Pasokan O2 ke jaringan
simpatis & parasimpatis otot skelet tidak
mencukupi
Peristaltik usus Demand glukosa
Diare
menurun meningkat

Gangguan
Distensi abdomen, Anaerob glukosa
ketidakseimbangan
gangguan absorbsi cairan

Asam laktat meningkat


Gangguan
Defisit nutrisi
rasa nyaman
Tonus otot menurun

Intoleransi
Gangguan mobilitas
Aktivitas

Resiko Cedera

(Sumber: Mahon & Mahlen, 2017)

G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Brunner & Suddarth (2016) pemeriksaan diagnostik dari syok septik, yaitu:
1. Kultur (luka, sputum, urine, darah) untuk mengindentifikasi organisme penyebab
sepsis. Sensitivitas menentukan pilihan obat-obatan yang paling efektif. Ujung jalur
kateter/intravaskuler mungkin diperlukan untuk memindahkan dan memelihara jika
tidak diketahui cara memasukannya).
2. SDP: Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi.
Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya, dikuti oleh pengulangan leukositosis
(15.000 – 30.000) dengan peningkatan pita (berpindah ke kiri) yang mempublikasikan
produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
3. Elektrolit serum: berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
4. Pemeriksaan pembekuan: Trombosit terjadi penurunan (trombositopenia) dapat terjadi
karena agregasi trombosit.
5. PT/PTT: mungkin memanjang mengindentifikasikan koagulopati yang diasosiasikan
dengan iskemia hati/sirkulasi toksin/status syok.

6
6. Laktat serum: meningkat dalam asidosis metabolic, disfungsi hati, syok.
7. Glukosa serum: terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan glukoneogenesis dan
glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari perubahan selulaer dalam metabolisme.
8. BUN/Kreatinin: terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan/kegagalan hati.
9. GDA: terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya dalam
tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi karena
kegagalan mekanismekompensasi.
10. Urinalisis: adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul protein dan SDM.
11. Sinar X: film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindentifikasikan udara
bebas didalam abdomen dapat menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ
pelvis.
12. EKG: dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupai infark miokard.
H. Penatalaksaan (Medis dan Keperawatan)
Menurut Opal (2017), penatalaksaan pada pasien sepsis dapat dibagi menjadi:
1. Nonfarmakologi: mempertahankan oksigenasi ke jaringan dengan saturasi >70%
dengan melakukan ventilasi mekanik dan drainase infeksi fokal.
2. Farmakologi: menjaga tekanan darah dengan memberikan resusitasi cairan IV dan
vasopresor yang bertujuan pencapaian kembali tekanan darah >65 mmHg, menurunkan
serum laktat dan mengobati sumber infeksi.
a. Hidrasi IV, kristaloid sama efektifnya dengan koloid sebagai resusitasi cairan
b. Terapi dengan vasopresor (mis. Dopamin, norepinefrin, vasopressin) bila rata – rata
tekanan darah 70 mmHg tidka dapat dipertahankan oleh hidrasi saja. Penelitian baru
baru ini membandingkan vasopresin dosis rendah tidak mengurangi angka kematian
dibandingkan dengan norepinefrin antara pasien dengan syok sepsis
c. Memperbaiki keadaan asidosis dengan memperbaiki perfusi jarang dilakukan
ventilasi mekanik, bukan dengan memberikan bikarbonat
d. Antibibiotik diberikan menurut sumber infeksi yang paling sering sebagai
rekomendasi antibiotik awal pasien sepsis. Sebaiknya diberikan antibiotik spektrum
luas dari bakteri gram dan gram negative (atau jamur jika terindikasi secara klinis)
e. Pengobatan biologi Drotrecogin alfa (Xigris), suatu bentuk rekayasa genetika
aktifasi protein C, telah disetujui untuk digunakan di pasien dengan sepsis berat

7
dengan multiorgan disfungsi (atau APACHE II skor > 24), bila dikombinasikan
dengan terapi konvensional, dapat menurunkan angka mortalitas.
I. Komplikasi
Menurut Brunner & Suddarth (2016) komplikasi yang mungkin terjadi yaitu:
1. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)
2. Meningitis
3. Hipoglikemi
4. Asidosis
5. Icterus
6. Gagal ginjal
7. Gangguan fungsi hati
8. Disfungsi miokard
9. Perdarahan intra cranial
10. Disfungsi system saraf pusat
11. Kematian
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Airway
a. Kaji kepatenan jalan napas
b. Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c. Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa
segera mungkin ke ICU
2. Breathing
a. Kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan
b. Kaji saturasi oksigen
c. Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis
d. Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
e. Auskulasi dada untuk mengetahui adanya infeksi di dada
f. Periksa foto thorak
3. Circulation
a. Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
b. Monitoring tekanan darah tekanan darah
c. Periksa waktu pengisian kapiler
d. Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
8
e. Berikan cairan koloid - gelofusin atau haemaccel
f. Pasang kateter
g. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h. Siapkan untuk pemeriksaan kultur
i. Catat temperature kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 360C
j. Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
k. Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
4. Distability
Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unrespons).
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien syok.
5. Exposure
Cari adanya cidera, luka pada bagian tubuh seperti kaki yaitu angkat celana pasien ke
arah lutut dan periksa apakah ada luka atau cidera, terutama luka pada bagian tengkuk
atau leher belakang.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial (PPNI, 2017) yaitu:
1. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan kontraktilitas (D.0008)
2. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003)
3. Perfusi Perifer Tidak efektif b.d Peningkatan Tekanan Darah (D.0009)
4. Gangguan Eliminasi Urin b.d Iritasi Kandung Kemih (D.0040)
5. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Hiperglikemia (D.0027)
6. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengobsorbsi nutrien (D.0019)
7. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Penurunan Kekuatan Otot (D.0054)

9
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Rencana


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1 Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan intervensi Perawatan Jantung
b.d Perubahan keperawatan selama 3 x 24 Obeservasi:
kontraktilitas (D.0008) jam diharapkan curah - Identifikasi
jantung meningkat dengan tanda/gejala primer
kriteria hasil: penurunan curah
✓ Kekuatan nadi perifer jantung (mis.
meningkat Dipsnea, kelelahan,
✓ Palpitasi menurun edema, ortopnea,
✓ Lelah menurun paroxysmal
✓ Edema menurun nocturnal dypsnea,
✓ Dipsnea menurun peningkatan CVP)
✓ Oligurua menurun - Identifikasi
✓ Pucat/sianosis tanda/gejala
menurun sekunder penurunan
✓ Ortopnea menurun curah jantung (mis.
✓ Batuk menurun Peningkatan berat
✓ Tekanan darah badan,
membaik hepatomegali,
distensi vena
jugularis, palpitasi,
ronkhi basah,
oligurua, batuk,
kulit pucat)
- Monitor tekanan
darah
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor berat badan
setiap hari pada
waktu yang sama

10
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor EKG 12
sedapan
- Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
- Monitor nilai
laboraturium
jantung (mis.
Elektrolit, enzim
jantung, BNP,
Ntpro-BNP)
- Monitor fungsi alat
jantung
- Periksa tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
- Periksa tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum dan
sesudah pemberian
obat
Terapeutik:
- Posisikan pasien
semi-fowler atau
fowler dengan kaki
kebawah atau posisi
nyaman
- Berikan diet jantung
yang sesuai (mis.
Batasi asupan

11
kafein, natrium,
kolestrol, dan
makanan tinggi
lemak)
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi setres,
jika perlu
- Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
- Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
Edukasi:
- Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan aktivitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian anti
aritmia, jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2 Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi
b.d keperawatan selama 3 x 24 Observasi:
Ketidakseimbangan jam, maka pertukaran gas - Monitor frekuensi,
ventilasi-perfusi (D.0003) meningkat, dengan kriteria irama, kedalaman
hasil: dan upaya napas

12
✓ Sesak napas menurun - Monitor pola napas
✓ Wheezing menurun (seperti bradypnea,
✓ Takikardia menurun takipnea,
✓ PCO2 membaik hiperventilasi,
✓ PO2 membaik kussmaul, Cheyne-
✓ pH arteri membaik stokes, biot,
ataksik)
- Monitor
kemampuan batuk
efektif
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi
napas
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai
analisa gas darah
- Monitor hasil x-ray
thoraks
Terapeutik:
- Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi:

13
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu.
3 Perfusi Perifer Tidak Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi
efektif b.d Peningkatan keperawatan selama 1 x 24 Observasi:
Tekanan Darah (D.0009) jam, maka perfusi perifer - Periksa sirkulasi
meningkat, dengan kriteria perifer (mis: nadi
hasil: perifer, edema,
✓ Pengisian kapiler pengisian kapiler,
membaik warna, suhu, ankle-
✓ Akral membaik brachial index)
✓ Warna kulit pucat - Identifikasi faktor
menurun risiko gangguan
✓ Turgor kulit membaik sirkulasi (mis:
diabetes, perokok,
orang tua,
hipertensi, dan
kadar kolesterol
tinggi)
- Monitor panas,
kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik:
- Hindari
pemasangan infus,
atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi

14
- Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan
dan pemasangan
tourniquet pada area
yang cidera
- Lakukan
pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan
kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
Edukasi:
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan
berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
- Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun
kolesterol, jika
perlu
- Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah
secara teratur

15
- Anjurkan
menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
- Anjurkan
melakukan
perawatan kulit
yang tepat (mis:
melembabkan kulit
kering pada kaki)
- Anjurkan program
rehabilitasi vascular
- Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi (mis:
rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega
3)
- Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan (mis:
rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).
4 Gangguan Eliminasi Urin Setelah dilakukan intervensi Manajemen Eliminasi Urin
b.d Iritasi Kandung keperawatan selama 3 x 24 Observasi:
Kemih (D.0040) jam, maka eliminasi urin - Identifikasi tanda
membaik, dengan kriteria dan gejala retensi
hasil: atau inkontinensia
urin

16
✓ Desakan berkemih - Identifikasi faktor
(urgensi) menurun yang menyebabkan
✓ Urin menetes retensi atau
(dribbling) menurun inkontinensia urin
✓ Distensi kandung - Monitor eliminasi
kemih menurun urin (mis. frekuensi,
✓ Berkemih tidak konsistensi, aroma,
tuntas (hesistancy) volume, dan warna)
menurun Terapeutik:
- Catat waktu-waktu
dan haluaran
berkemih
- Batasi asupan
cairan, jika perlu
- Ambil sampel urin
tengah (midstream)
atau kultur
Edukasi:
- Ajarkan tanda dan
gejala infeksi
saluran berkemih
- Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urin
- Ajarkan mengambil
spesimen urin
midstream
- Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat
untuk berkemih
- Ajarkan terapi
modalitas

17
penguatan otot-otot
panggul/berkemihan
- Anjurkan minum
yang cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
- Anjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra,
jika perlu
5 Ketidakstabilan Kadar Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hiperglikemia
Glukosa Darah b.d keperawatan selama 1x 24 Observasi:
Hiperglikemia (D.0027) jam maka Kestabilan kadar - Identifikasi
glukosa kemungkinan
darah meningkat, dengan penyebab
kriteria hasil: hiperglikemia
✓ Kondisi membaik - Identifikasi situasi
✓ Kadar glukosa darah yang menyebabkan
membaik kebutuhan insulin
✓ Kadar glukosa dalam meningkat
urine membaik (penyakit
✓ Keluhan pusing kambuhan)
menurun - Monitor kadar
✓ Keluhan lelah glukosa darah
menurun - Monitor tanda
gejala hiperglikemia
- Monitor intake dan
output cairan

18
- Monitor keton urin,
kadar analisa gas
darah, elektrolit,
Tekanan darah
ortostatik dan
frekuensi nadi
Terapeutik:
- Berikan asupan
cairan oral
- Konsultasi dengan
medis jika tanda
gejala tetap ada atau
memburuk
- Fasilitas ambulasi
jika ada hipotensi
ortostatis
Edukasi:
- Anjurkan hindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl
- Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olah raga
- Anjurkan indikasi
dan peningnya
pengujian keton
urin

19
- Ajarkan
pengelolaan
diabetes
Kolaborasi:
- Kolaborasi
Pemberian insulin
- Kolaborasi
pemberian cairan IV
- Kolaborasi
pemberian kalium

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan sirkulasi yang menyebabkan perfusi
jaringan menjadi tidak adekuat sehingga mengganggu metabolisme sel/jaringan. Syok
septik disebabkan oleh infeksi mikrobasistemik.
Manifestasi (gejala) klinis sepsis mencakup gambaran yang berkaitan dengan respons
sistemik terhadap infeksi dan yang berkaitan dengan disfungsi sistem organ spesifik. Awal
sepsis kadang-kadang ditandai oleh petunjuk-petunjuk samar yang mudah disalah-tafsirkan
dengan penyakit umum lain yang lebih ringan. Gejala sepsis akan menjadi lebih berat pada
penderita usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ utama, dan pasien dengan
granulositopenia.
Patofisiologi syok septik diawali oleh pengenalan penjamu terhadap komponen
mikrobial hingga terjadinya kegagalan fungsi organ hati, paru-paru, dan ginjal.
Kewaspadaan akan tanda-tanda awal sepsis dapat membuat diagnosis terdeteksi lebih dini
dan terapidapat segera diberikan.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca dapat memahami lebih dalam mengenai syok septik mulai
dari gejala hingga patofisiologi kejadian syok septik. Sehingga penanganan kasus-kasus
dengan risiko syok septik dapat dilakukan dengan efisien dan tepat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2017. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Hidayat, Anwar. 2017. Metode Penelitian: Pengertian, Tujuan, Jenis. Diakses dari
alamat web: https://www.statistikian.com/2017/02/metode-penelitian- metodologi-
penelitian.html

Mahon CR, Mahlen S. 2017. Host-parasite interaction. In: Mahon CR, Lehman DC,
Manuselis G, editors. Textbook of Diagnostic Microbiology (5th ed). Missouri: Saunders
Elsevier; p. 23-46

SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta

SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta

SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai