1.3.6 A PEDOMAN-K3-PUSKESMAS

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

UPTD PUSKESMAS

HALIWEN

PEDOMAN
KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA

TIM
UPTD PUSKESMAS HALIWEN
PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
UPTD PUSKESMAS HALIWEN

DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN BELU
TAHUN 2023

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di fasilitas pelayanan kesehatan semakin tinggi. Puskesmas sebagai salah satu
fasilitas kesehatan dari pemerintah merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks
untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Semakin luas pelayanan
kesehatan dan fungsi Puskesmas tersebut, maka akan semakin kompleks peralatan dan
bahan yang dibutuhkan. Kerumitan tersebut menyebabkan Puskesmas mempunyai
potensi bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis tetapi
pengunjung Puskesmas.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain Penyakit Akibat Kerja(PAK) juga ada
potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas yaitu
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik
dan sumber cidera lainya, radiasi, bahan-bahan kimia berbahaya, gas-gas anestesi,
psikososial dan ergonomi.
Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan pasal 23, bahwa Upaya Kesehatan Kerja harus diselenggarakan disemua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang.
Oleh karena itu, sudah seharusnya Puskesmas menerapkan program Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3). Agar penyelenggaraan K3 di Puskesmas lebih efektif dan
efisien diperlukan sebuah pedoman managemen K3, baik untukpasien, pengunjung,
pekerja dan masyarakat sekitar Puskesmas. Selain dituntut mampu memberikan
pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Puskesmas harus menjadi patien & provider
safety sehingga mampu melindungi pasien, pengunjung, pekerja dan masyarakar sekitar
Puskesmas dari berbagai potensi bahaya yang ditimbulkan.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja, aman
dan sehat untuk pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar Puskesmas.
Sehingga proses pelayanan di Puskesmas berjalan baik dan lancar.
2. Tujuan Khusus
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas.

3
b. Meningkatkan profesionalisme dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
untuk manajemen, pelaksana dan pendukung program.
c. Terpenuhi syarat-syarat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap unit
kerja.
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK)
dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
e. Terselenggaranya program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas
secara optimal dan menyeluruh.
f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Puskesmas.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas mencakup;
prinsip, kebijakan pelaksanaan dan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Puskesmas, standar pelayanan K3 di Puskesmas, standar sarana prasaranan dan peralatan
K3 di Puskesmas, pengelolaan jasa dan barang berbahaya, standar sumber daya manusia
K3 di Puskesmas, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.

D. Batasan Operasional
Kesehatan Kerja menurut WHO (1995) adalah untuk bertujuan meningkatkan dan
memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi
pekerja, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerjaan yang disesuaikan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya akibat faktor yang
merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan dalam suatu lingkungan kerja
yang disesuaikan dengan kondisi fisik, psikologinya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatanya.
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja cara menangani kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (PAK), Pengendalian Bahaya dan Promosi Kesehatan, Pengobatan dan
Rehabilitasi.

E. Landasan Hukum
Agar penyelenggaraan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas lebih
efektif, efisien, terpadu dan menyeluruh maka diperlukan peraturan perundang-undangan
sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan K3 di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
2. Keputusan Mentri Kesehatan Nomer 907/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Air Minum;

4
3. Peraturan Mentri Tenaga Kerja Nomer 5/MEN/1996 tentang Sistem Manjemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
4. Peraturan Mentri Kesehatan Nomer 560/Menkes/Per/II/1990 tentang Jenis Penyakit
Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan
Tata Cara Penanggulangan Seperlunya;
5. Peraturan Mentri Kesehatan Nomer 928/Menkes/Per/IX/1995 tentang Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Bidang Kesehatan;
6. Peraturan Mentri Kesehatan Nomer 472/Menkes/Per/V/1996 tentang Pengamanan
Barhan Berbahaya Bagi Kesehatan;
7. Keputusan mentri Kesehatan Nomer 261/Menkes/SK/II-1998 tentang Persyaratan
Lingkungan Hidup;

F. Pengertian
1. Kesehatan Kerja Menurut WHO/ILO (1995), Kesehatan Kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang yang merugikan
kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisik, psikologinya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatanya.
2. Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja cara menangani kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (PAK), Pengendalian Bahaya dan Promosi Kesehatan, Pengobatan dan
Rehabilitasi.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi sumber daya manusia dalam melaksanakan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Tenaga Kesehatan Masyarakat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Diploma III
dan S1 minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3.
2. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1 orang dengan
sertifikat dalam bidang K3/Hiperkes dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3.
3. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3 minimal 1 orang.
4. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3 minimal 1 orang.

B. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengenbangan Sumber Daya Manusia


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3 di puskesmas
merupakan hal pokok. Tujuannya yaitu untuk menambah ilmu serta melindungi pasien,
pengunjung dan karyawan dari bahaya yang timbul dari aktivitas di puskesmas. Kepala
Puskesmas memegang peranan pokok dalam membangun kepedulian dan memotivasi
pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai orgaisasi dan mengkomunikasikan komitmennya
pada kebijakan yangtelah dibuat. Selanjutnya transformasi sistem manajemen K3 dari
prosedur tertulis menjadi proses yang efektif merupakan komitmen bersama.
Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam
mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi, penempatan, orientasi,
assesment, pelatihan dan pengembangan kompetensi/keahlian lainnya, rotasi dan mutasi,
serta reward & punishment.
Program pelatihan yang dikembangkan baik untuk pekerja puskesmas maupun
pekerja supkontrak setidaknya mempunyai unsur:
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan pekerja yang dituangkan dalam matriks pelatihan.
2. Pengenbangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan dibidang K3.
4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua pekerja puskesmas
dibidang K3.

6
5. Harus ada kegiatan ketrampilan melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah,
pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan sertifikat.
6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi atau
perundang-undangan.
7. Pelatihan untuk sekelompok pekerja yang menjadi sasaran.
8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.
9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima.

C. Distribusi Ketenagaan
Saat ini petugas yang telah mengikuti orientasi UKK adalah satu (1) orang tenaga
Kesehatan Lingkungan (D3)

D. Jadwal Kegiatan
(terlampir)

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Denah ruang Puskesmas Induk terlampir.

B. Standar Teknis Fasilitas


1. Lantai
a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata tidak licin dan mudah
dibersihkan serta berwarna terang
b. Lantai kamar mandi atau WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air
c. Khusus ruang tindakan lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang untuk
berkrmbang biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti elektrostatik dan
tidak mudah terbakar
2. Dinding
a. Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung logam berat
b. Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan langit-
langit, membentuk konus (tidak membentuk siku)
c. Dinding kamar mandi atau WC dari bahan kuat dan kedap air
d. Permukaan dinding keramik rata, rapi, sisa permukaan kramik dibagi sama ke
kanan dan ke kiri
e. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5 m dari
lantai
3. Pintu atau jendela
a. pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm
b. pintu dapat dibuka dari luar
c. khusus pintu darurat menggunakan panic handle, automatic door closer dan
membuka ke arah tangga darurat atau arah evakuasi dengan bahan tahan api
minimal 2 jam
d. ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai
e. khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji
f. khusus ruang tindakan, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus
menutup sendir (dipasang door close)
4. Plafond
a. Rangka plafond kuat dan anti rayap.
b. Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak
menggunakan bahan asbes.

8
c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai.
d. Langit-langit menggunakan cat anti jamur.
e. Khusus ruang tindakan, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
dengan profil baja dobel INP 20 yang dipasang sebelum langit-langit.
5. Ventilasi
a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup, luas
minimum 15% dari luas lantai.
b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang tindakan
kombinasi antara fan, exhauster dan AC harus dapat memberikan sirkulasi udara
dengan tekanan positif.
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
6. Atap
a. Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang
pengganggu lain
b. Atap dengan ketinggian dari 10 m harus menggunakan penangkal petir
7. Sanitair
a. Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik utuh dan tidak
cacat serta mudah dibersihkan
b. Urinoir dipasang atau ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik
c. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau,
dilengkapi desinfektan dan dilengkapi disposable tissue
d. Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan mudah
dibersihkan
e. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan kamar
mandi 10:1
f. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi
20:1
g. Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, keluar dengan
lancar dan jumlahnya cukup
8. Air Bersih
a. Sistem penyedian air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur dalam
(artesis)
b. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali
c. Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam
penanggulangan kebakaran
9. Plumbing
a. Sistem perpipaan menggunakan kode warna: biru untuk perpipaan air bersih dan
merah perpipaan kebakaran

9
b. Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan air kotor
c. Instalasi perpipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan instalasi
listrik
10. Drainase
a. Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedap air dan
berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah aliran
pembuangan
b. Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi dengan bak kontrol dalam jarak
tertentu, dan tiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang mudah
dibuka dan ditutup memenuhi syarat teknis serta berfungsi dengan baik
11. Ramp
a. Kemiringan rata-rata 10-15 derajat
b. Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimal 140 cm, khusus ramp
koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 cm, kesua ramp tersebut
dilengkapi pegangan rambatan, kuat, ketinggian 80 cm
c. Area awal dan akhir ram harus bebas dan datar, mudah untuk berputar, tidak licin
d. Setiap ramp dilengkapi dengan lampu penerangan darurat, khusus ramp evakuasi
dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat tekanan udara positif
12. Tangga
a. Lebar tangga minimal 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah
b. Lebar injakan minimal 28 cm
c. Tinggi injakan 21 cm
d. Tidak berbentuk bulat/spiral
e. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam
f. Memiliki kemiringan injakan <90 derajat
g. Dilengkapi pegangan minimal pada salah satu sisinya. Pegangan rambat mudah
dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari segala instalasi
h. Tangga di luar bangunan dirancang ada penutup tidak terkena air hujan
13. Pedestrian
a. Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras atau stabil, kuat dan tidak licin
b. Hindari sambungan atau gundukan permukaan
c. Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border
d. Drainase searah jalur
e. Ukuran minimal 120 cm (jalur searah), 160 cm (jalur dua arah)
f. Tepi jalur pasang pengaman
14. Area parkir
a. Area parkir harus tertata dengan baik
b. Mempunyai ruang bebas disekitarnya

10
c. Untuk penyandang cacat ramp trotoar
d. Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk mempermudah dan
membedakan dengan fasilitas bagi umum
15. Landscape: jalan, taman
a. Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas
b. Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik dan tidak
menimbulkan bau
c. Tanaman-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang ada
d. Jalan dalam area puskesmas pada kedua belah tepinya dilengkapi dengan kansten
dan dirawat
e. Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner)
f. Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan gardu jaga
g. Papan nama puskesmas dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca untuk umum
terpampang dibagian depan puskesmas
h. Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi memberikan keindahan, kesejukan,
kenyamana bagi pengunjung maupun pekerja pasien puskesmas

C. Standar Teknis Prasarana


1. Penyediaan listrik
Kapasitas dan instalasi listrik yang terpasang di semua ruangan puskesmas harus
memenuhi standar PUIL.
2. Penangkal petir
Penangkal petir di puskesmas harus sesuai dengan ketentuan Permenaker nomer 2
tahun 1989.
3. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
a. Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM)
kebakaran seperti yang diatur sesuai Permenaker nomer 4 tahun 1980
b. HIDRAN terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang cukup, sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan
c. Tersedia sprinkler dengan jumlah yang memenuhi kebutuhan luas area
d. Tersedia siamese connection
e. Tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan
f. Tersedia dan tercukupi air untuk pemadam kebakaran
g. Tersedia sistem alaram kebakaran otomatis sesuai Permenker nomer 2 tahun 1983
4. Sistem komunikasi
a. Tersedia saluran telpon internal dan eksternal serta berfungsi dengan baik
b. Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD, sentral
telepon dan posko darurat)

11
c. Instalasi kabel telah terpasang dengan rapi aman dan berfungsi dengan baik
d. Tersedia komunikasi lain (HT, paging sistem dan alaram) untuk mendukung
komunikasi tanggap darurat
e. Tersedia sistem tata suara (central sound system)
5. Limbah cair
Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perijinannya
6. Pengolahan limbah padat
a. Tersedianya tempat atau kontainer penampungan limbah sesuai dengan kriteria
limbah
b. Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara tertutup dan berfungsi
dengan baik

D. Standar Peralatan Puskesmas


1. Memiliki perijinan
2. Terkalibrasi secara berkala
3. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait

12
BAB IV
PENGELOLAAN JASA DAN BARANG BERBAHAYA

A. Pengertian Barang Berbahaya dan Beracun (B3)


Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang bersifat dan
konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan merusak lingkungan hidup serta dapat membahayakan kesehatan,
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainya.

B. Jenis Barang Kategori B3


a. Memancarkan Radiasi
b. Mudah Meledak
c. Mudah Menyala atau terbakar
d. Oksidator : menyebabkan reaksi oksidasi
e. Racun
f. Korosif : Sifat bahanya menyebabkan sel kanker
g. Iritasi : Sifat bahanya mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir
h. Teratogenik : Sifat bahanya mempengaruhi pembentukan ambrio
i. Mutagenik : sifat bahanya mengakibatkan perubahan kromosom
j. Arus Listrik

C. Jenis Limbah B3 di Puskesmas Kalapanunggal

NO NAMA RUANGAN JENIS LIMBAH YANG DIHASILKAN


1 Farmasi Lampu baterai, obat kadaluarsa, kertas karbon
1 Pendaftaran Lampu, batu baterai, pulpen, tinta printer
2 Poli Lansia Lampu, batu baterai, pulpen, tinta printer
3 Poli Umum Lampu, batu baterai, pulpen
Lampu, baterai, Jarum, Spuit, nedle, botol injeksi,
4 Poli Tindakan
handscoon, Kassa, DC+UB
5 Kasir Lampu, batu baterai, pulpen
Lampu, baterai, Jarum, Spuit, botol injeksi,
6 VK
handscoon,Kassa
Lampu, baterai, jarum, spuit, kapas, Fiber glass,
7 Laboratorium
Kassa, Botol reagen
8 Dapur Baterai, bekas minyak goreng, lampu
9 Mushola Bekas batu baterai, lampu
Kertas karbon, lampu bekas, batu baterai, tinta
10 Administrasi
printer, pulpen
11 Aula Lampu, Baterai bekas
12 R. Direktur Lampu, Baterai bekas

D. Pencegahan dan Pengendalian B3


1. Identifikasi semua B3 dan instalasi untuk mengenali ciri-ciri karakteristik limbah B3

13
2. Evaluasi untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang dianggap sesuai sifat
dan karakteristik bahan atau instalasi yang ditangani memprediksi resiko yang
mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang akan
dilakukan meliputi :
a. Pengendalian operasional seperti eliminasi, subtitusi, ventilasi, APD, dan Higiene
perorangan.
b. Pengendalian organisasi administrasi seperti SPO, pengaturan tata ruang,
pemantauan rutin dan pendidikan karyawan.
c. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, Prosedur dan proses kerja
d. Pembatasan keberadaan B3 ditempat kerja sesuai dengan ambang batas.
4. Mengurangi resiko paparan B3
a. Upayakan subtansi mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan bahan
kurang berbahaya.
b. Menggunakan dan menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin.
c. Dapatkan informasi tentang bahan berbahaya yang menyangkut sifat cara
penggunaan, cara penyimpanan, cara pembuangan, dan penanganan
sisa/bocoran/tumpahan, cara pengobatan jika terjadi kecelakaan.
d. Proses dilakukan secara tertutup dan dipantau secara berkala agar tidak
melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan.
e. Usahakan pekerja tidak mengalami paparan terlalu lama.
f. Usahakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai dan tepat melalui
pengujian, pelatihan dan pengawasan
g. Penyimpanan bahan berbahaya sesuai dengan prosedur
h. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman , bersih
dan terpelihara dengan baik.
E. Pengadaan Barang Berbahaya
Puskesmas Sleman selalu melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang
diperlukan. Rekanan yang diseleksi minimal memberikan proposal beserta company
profil. Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari material atau
produk, kapabilitas, rekanan, harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta
informasi lain yang dibutuhkan puskesmas.
Setiap unit kerja/instalasi yang menggunakan, menyimpan, mengelola B3,
menginformasikan kepada bagian logistik (dan bagian pemeliharaan) sebagai pengadaan
barang setiap kali pengajuan permintaan bahwa barang yang dibeli termasuk B3.
Untuk memudahkan proses seleksi, kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh
rekanan adalah :
1. Kapabilitas

14
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertera di kontrak
kerjasama.
2. Kualitas dan garansi
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai spesifikasi yang sudah
disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis garansi yang
diberikan.
3. Persyaratan K3 dan Lingkungan
a. Menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS)
b. Melaksanakan sistem managemen lingkungan
c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan Lingkungan
d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di rumah sakit
4. Sistem Mutu
a. Metodologi bagus
b. Dokumentasi system mutu lengkap
5. Pelayanan
a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada
b. Pendekatan yang dilakukan suplier dalam melaksanakan tugasnya.
c. Penanganan masalah yang timbul dalam pelaksanaan
d. Memberikan pelayanan purna jual yang memadai dan dukungan disertai sumber
manusia yang handal
F. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, cara
menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis dan bahan serta
penanganan dengan melihat SPO dan MSDS yang telah ditetapkan.
1. Penanganan untuk personil
a. Kenali dengan seksama jenis bahan digunkan dan disimpan
b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan
c. Letakan bahan sesuai dengan ketentuan
d. Tempatkan bahan pada ruangan penyimpanan yang sesuai petunjuk
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi ditempat yang panas dan hampa
udara
g. Jangan menyimpan bahan yang melebihi pandangan mata
h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penyimpanan bahan,
hindari terjadi tumpahan dan kebocoran
i. Laporkan segera jika terjadi kebocoran bahan kimia atau gas
j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan bahaya
kecelakaan (accident atau near miss)

15
2. Penanganan berdasarkan lokasi
Daerah-daerah yang beresiko (Laboratorium, Farmasi, Ruang Tindakan dan
tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelola limbah B3 yang ada di Rumah Sakit
harus ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna diarea
yang bersangkutan serta dibuat dalam denah Rumah Sakit dan
disebarluaskan/disosialisasikan kepada seluruh penghuni puskesmas.
3. Penanganan Administratif
Disetiap tempat penyimpanan, penggunaan dan Pengelolaan B3 harus diberi
tanda sesuai dengan potensi bahaya yang ada, dan dilokasi tersebut tersedia SOP untuk
menangani B3 antara lain :
a. Cara penanggulangan jika terjadi kontaminasi
b. Cara penanggulangan bila terjadi kedaruratan
c. Cara penanganan B3

16
BAB V
KESELAMATAN KERJA

A. Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan atau Keamanan Saran, Prasarana, dan


Peralatan Kesehatan

1. Melengkapi perijinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan
2. Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan
3. Melakukan peneraan atau kalibrasi peralatan kesehatan
4. Pembuatan SOP untuk pengoprasian, pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi terhadap
peralatan kesehatan
5. Sertifikasi personil petugas atau operator sarana dan prasarana kesehatan

B. Pembinaan dan Pengawasan atau Penyesuaian Peralatan Kerja Terhadap Pekerja


1. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan
pekerja
2. Membuat program, melaksanakan kegiatan, evaluasi dan pengendalian risiko
ergonomi

C. Pembinaan dan Pengawasan Lingkungan Kerja


1. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi
syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
2. Pemantauan atau pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan
psikososial secara rutin dan berkala
3. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki lingkungan
kerja

D. Pembinaan dan Pengawasan Sanitair


Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasaran sanitair,
yang memenuhi syarat, meliputi:
1. Penyehatan makanan dan lingkungan
2. Penyehatan air
3. Penyehatan tempat pencucian
4. Penanganan sampah dan limbah
5. Pengendalian serangga dan tikus
6. Sterilisasi desinfeksi
7. Perlindungan radiasi
8. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan

17
E. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Keselamatan Kerja
1. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
2. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri (APD)
3. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD
4. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan
keselamatan dan APD

F. Pelatihan atau Penyuluhan Keselamatan Kerja untuk Semua Pekerja


1. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh pekerja
2. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 kepada petugas K3 di puskesmas

G. Memberi Rokomendasi atau Masukan Mengenai Perencanaan, Pembuatan Tempat


Kerja dan Pemilihan Alat serta Pengadaannya terkait Keselamatan atau
Keamanan
1. Melibatkan petugas K3 di dalam perencanaan, pembuatan, pemilihan serta pengadaan
sarana, prasana dan peralatan keselamatan kerja
2. Membuat evaluasi rekomendasi terhadap kondisi sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja

H. Membuat Sistem Pelaporan Kejadian dan Tindak Lanjutnya


1. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka
2. Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka dan
celaka

I. Pembinaan dan Pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan Kebakaran


(MSPK)
1. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
2. Membentuk tim penanggulangan kebakaran
3. Membuat SOP
4. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
5. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penaggulangan kebakaran

J. Membuat Evaluasi, Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan Keselamatan


Kerja yang Disampaikan kepada Kepala Puskesmas dan Unit Teknis Terkait di
Wilayah Kerja Puskesmas
1. Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja
2. Data perijinan

18
3. Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja
4. Data pelatihan dan sertifikasi
5. Data petugas kesehatan puskesmas yang berpendidikan formal kesehatan kerja, sudah
dilatih kesehatan dan keselamatan kerja serta sudah dilatih tentang diaknosis Penyakit
Akibat Kerja (PAK)
6. Data kejadian nyaris celaka dan celaka
7. Data kegiatan pemantauan kegiatan lingkungan kerja

19
BAB VII
MONITORING, PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Monitoring
Monitoring pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di UPTD Puskesmas
Haliwen dilakukan secara internal dan eksternal dipimpin langsung oleh direktur
dilaksanakan setiap hari dan monitoring eksternal yang dilakukan Dinas Kesehatan.
Monitoring internal dapat diketahui melalui :
1. Tersedia lingkungan kerja yang aman, sehat, dan Produktif disemua bagian
2. Terhindarnya karyawan dari Penyakit Akibat Kerja
3. Tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak diinginkan
4. Menurunnya KTD (Kejadian Tak Diinginkan) di Puskesmas
5. Tercipta dan meningkatnya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
6. Terciptanya dan terpenuhinya kepuasan pasien dan pengunjung

B. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan atau pendokumentasian dilakukan oleh masing-masing
unit di Puskesmas dan kegiatan secara keseluruhan dilakukan oleh penanggungjawab
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan dilaporkan pada Kepala Puskesmas dan
Dinas Kesehatan.

20
BAB VIII
PENUTUP

Dengan adanya pedoman kesehatan dan keselamatan kerja di UPTD Puskesmas


Haliwen ini dapat membantu memahami K3 di Puskesmas Haliwen dan dapat melakukan
upaya antisipasi terhadap akibat dari ditimbulkan, tercapai budaya sehat dalam bekerja.
Diharapkan dengan adanya standar ini, pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) yang selama ini yang sudah dijalankan oleh Departemen Kesehatan dapat ditingkatkan
hasilnya. Untuk pekerja di Puskesmas, diharapkan standar ini dapat membantu mereka dalam
memahami masalah-masalah K3 di puskesmas dan dapat melakukan upaya-upaya antisipasi
terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan sehiungga tercapai budaya “sehat dalam bekerja”.

PLT.Kepala Puskesmas

dr Meiriawati Gunawan
NIP. 19790910 200803 2 006

21

Anda mungkin juga menyukai