Biologi 6a - 061119010 - Damayana Rizky Arnola - Uji Fitokimia Ekstrak Kopi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOKIMIA

“UJI FITOKIMIA EKSTRAK KOPI (Coffea canephora atau Coffea robusta)”

Dosen Pengampu : 1. Yulianita, M.Farm

2. Novi Fajar Utami, M.Farm., Apt

Asisten Dosen : Riffa Kurnia Meidistiana

Disusun oleh :

Damayana Rizky Arnola

061119010

Biologi A

LABORATORIUM BIOLOGI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Mahasiswa dapat mengetahui cara pengujian fitokimia pada ekstrak tanaman
obat.
- Mahasiswa mampu menganalisis kandungan metabolit sekunder suatu ekstrak
tanaman obat.
1.2 Dasar Teori
Kopi merupakan salah satu tanaman yang dikonsumsi masyarakat,
tanaman ini biasa dikonsumsi dengan cara mengolah biji menjadi minuman. Di
Indonesia kopi menjadi komoditas penting, seperti kopi robusta dan kopi arabika
adalah kopi yang banyak dibudidayakan (Handoko, dkk. 2020). Kopi
mengandung berbagai senyawa kimia yang bermanfaat meliputi kafein,
trigolenin, glukosa, protein, teofilina, asam klorogenat, tannin, mineral, serta
berbagai komponen volatile (Pratita, 2017). Selain itu, buah kopi mempunyai
kandungan senyawa antioksidan yang berfungsi sebagai pengikat dari senyawa
radikal bebas. Antioksidan adalah suatu senyawa yang memiliki struktur molekul
yang memberikan elektron pada molekul radikal bebas dan dapat memutus reaksi
berantai dari radikal bebas yang bersifat reaktif serta jika tidak dinertralkan akan
merusak makromolekul penyusun sel protein, karbohidrat lemak, dan lain
sebagainya (Wati, dkk. 2021).
Metabolit sekunder merupakan hasil akhir metabolisme yang
berupa molekul –molekul kecil yang bersifat spesifik dan mempunyai struktur
yang bervariasi sehingga setiap senyawa memiliki fungsi atau peran yang
berbeda. Pada umumnya metabolit sekunder pada tumbuhan berperan sebagai
pertahanan diri dan penjaga eksistensi tumbuhan di lingkungan hidupnya.
Pada umumnya senyawa-senyawa metabolit sekunder yang sering ditemukan
pada tumbuhan diantaranya adalah alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid,
saponin, dan tannin (Azhar, 2021).
Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder
merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tanaman obat.
Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode reaksi warna dan
pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan atau di laboratorium.
A. Alkaloid
Alkaloid adalah kelompok atau golongan senyawa kimia metabolit
sekunder asal tumbuhan atau hewan dengan struktur yang mempunyai
atom Nitrogen (umumnya terkait dalam lingkar heterosiklik), bersifat basa
serta mempunyai aktivitas fisiologis tertentu. Pengenalan alkaloid
didasarkan pada kemampuannya membentuk senyawa kompleks tidak
larut dengan pereaksi-pereaksi yang mengandung logam berat, misalnya
pereaksi Mayer (mengandung kalium iodide dan raksa (II) klorida),
pereaksi Dargendorf (mengandung Bismuth subnitrat dan raksa (II)
klorida). Alkaloid dengan pereaksi Mayer akan memberikan endapan
putih, sedangkan dengan pereaksi Dragendorf akan memberikan endapan
jingga coklat.
B. Flavonoid
Pengenalan flavonoid didasarkan pada reaksi reduksi gugusan karbonil
pada lingkar δ-lakton menjadi gugusan alkohl membentuk senyawa
hidroksi yang berwarna warni tergantung pada gugusan fungsional yang
terikat pada lingkar A atau B, warna yang terjadi daoat ditarik oleh amil
alkohol
C. Tanin dan Polifenol
Tanin dan senyawa polifenolat alam mudah dikenali melalui pengenalan
gugusan fenol yang dapat memberikan warna biru-hitam denan pereaksi
besi (III) klorida. Untuk membedakan tanin dengan polifenolat alam,
digunakan sifat tanin yang dapat mengendapkan larutan gelatin 1%.
D. Saponin
Saponin adalah senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan yang
bersifat dapat membentuk busa, serta dapat menghemolisis sel darah
merah. Struktur kimia umumnya merupakan gugus glikosida, yang bila
dihidrolisis akan menghasilkan bagian glikon (senyawa gula) dan aglikon
(senyawa non gula). Stuktur aglikon tannin umunya merupakan struktur
triterpenoid dan struktur steroid, hingga ditinjau dari strukturnya saponin
dapat dipilaj menjadi saponin-triterpenoid dan saponin-steroid. Reaksi
pengenalan saponin didasarkan pada sifatnya yang mampu memberikan
busa pada pengocokan dan persisten pada penambahan sedikit asam atau
pada pendiaman.
E. Steroid dan Terpenoid
Senyawa kelompok steroid dan triterpenoid adalah senyawa-senyawa
kelompok metabolit sekunder yang mempunyai struktur dasar yang
hampir sama. Pengenalan senyawa triterpenoid dan steroid didasarkan
kemampuannya membentuk warna dengan peraksi Liebermann-Buchard.
BAB II

METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi:
- Penangas air - Tabung Reaksi
- Plat tetes - Gelas ukur
- Cawan uap - Erlenmeyer
- Corong - Kapas
- Kertas saring
2.2.1 Bahan
- Ekstrak kopi - Gelatin 1%
- HCl 2N - FeCl3 1%
- Aquadest - Eter
- Pereaksi Bouchardart - Serbuk Mg
- Pereaksi Mayer - Amilalkohol
- Pereaksi Dragendorf - Pereaksi Liebermann
- Amonia 10% Bouchard
- Kloroform
2.2 Cara Kerja
- Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum uji fitokimia ekstrak kopi dilakukan pada Kamis, 19 Mei 2022
dan berlokasi di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, Bogor.
- Prosedur Kerja
1. Alkaloid
a. 20 mg ekstrak kental dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 1 mL HCl 2 N dan 9 mL air.
b. Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass berisi air panas,
kemudian dipanaskan di penangas air selama 2 menit, dinginkan.
c. Setelah itu, larutan disaring dan ditampung filtratnya. Kemudian
dibagi menjadi 3 bagian sebagi berikut:
- Bagian 1 ditambahkan dengan pereaksi Mayer, akan terjadinya
kekeruhan atau endapan putih menunjukkan adanya alkaloid.
- Bagian 2 ditambahkan dengan pereaksi Dragendorf, akan
terjadinya endapan jingga coklat menunjukkan adanya
alkaloid.
- Bagian 3 ditambahkan dengan pereaksi Buchardart, akan
terjadinya endapan coklat/hitam menunjukkan adanya
alkaloid.
2. Flavonoid
a. 50 mg ekstrak dilarutkan dengan 3 mL etanol (95%), kemudian
ditambahkan 100 mg serbuk Zn dan 2 mL HCl 2N dan didiamkan
selama 1 menit. Kemudian ditambahkan 10 tetes HCl pekar P, jika
dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif,
menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol).
b. 50 mg ekstrak dilarutkan dengan 3 mL etanol (95%), kemudian
ditambahkan 100 mg serbuk Mg dan 10 tetes asam HCl pekat. Jika
terjadi warna merah jingga samai merah ungu menunjukkan
adanya flavonoid. Jika warna kuning jingga menunjukkan adanya
flavon, kalkon dan auron.
c. Sejumlah 50 mg ekstrak dilarutkan dalam 3 mL aseton,
ditambahkan 50 mg Asam Oksalat dan 50 mg Asam Borat, diaduk
kemudian didiamkan hingga mengering. Lalu ditambahkan 3 mL
dietil eter, diaduk kemudian didiamka hingga mengering lalu
dilihat di bawah sinar UV 366 nm akan berflouresendi kuning
kehijauan.
d. Sejumlah 20 mg ekstrak diencerkan ke dalam 3 mL etanol (95%),
diteteskan di atas kertas saring, lalu disemprotkan dengan AlCl3.
Dilihat di bawah sinar UV 366 nm akan berflouresensi kuning.
3. Tanin dan Polifenol
a. 20 mg ekstrak kental dilarutkan dengan 15 mL air suling pansa dan
diaduk.
b. Setelah dingin kemudian disaring.
c. Filtrat sebanyak masing-masing 1 mL dikerjakan sebagai berikut:
- Ditambahkan 3 mL larutan gelatin 10% dan diperhatikan adanya
endapan putih.
- Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 3% dan diperhatikan
perubahan warna menjadi hijau violet.
- Ditambahkan 3 mL larutan NaCl-Gelatin dan diperhatikan
adanya endapan putih.
4. Saponin
a. Sejumlah 15 mg ekstrak kental ditambahkan 10 mL air panas,
didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 5 detik, lalu
didiamkan selama 5 menit. Terbentuk buih yang mantap setinggi 1
hingga 10 cm.
b. Terbentuknya busa yang persisten pada penambahan asam klorida
atau pada pendiaman selama lebih kurang 10 menit menunjukkan
adanya golongan saponin.
5. Steroid dan Terpenoid
a. 100 mg ekstrak kental diencerkan dengan 3 mL etil asetat,
diteteskan 2 hingga 3 tetes pereaksi Liebermann Burchard.
Terbentuknya warna ungu menunjukkan adanya golongan
triterpenoid, sedangkan terbentuknya warna biru hijau
menunjukkan adanya golongan steroid.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Proses Uji Fitokimia Ekstrak Kopi
No Golongan Gambar
1 Alkaloid
- Pereaksi Mayer

- Pereaksi Dragendorf

- Pereaksi Bouchardart

2 Flavonid
- Serbuk Zn

- Serbuk Mg

3 Tanin dan Polifenol


- FeCl3

- Gelatin
- NaCl-Gelatin

4 Saponin

5 Steroid dan Terpenoid Pereaksi Liebermann Bouhard


- Steroid

- Terpenoid
Tabel 2. Data Pengamatan Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Kopi
No Golongan Senyawa/Perekasi Pengamatan Keterangan (+/-)
1 Alkaloid
- Pereakasi Mayer Tidak terjadi -
kekeruhan
ataupun
terbentuknya
endapan putih.
- Pereaksi Dragendorf Terjadinya +
endapan warna
jingga coklat.
- Pereaksi Bounchardat Terjadinya +
endapan coklat
yang
menunjukkan
alkaloid.
2 Flavonoid
- Serbuk Zn Terjadinya warna +
merah intesif.
- Serbuk Mg Terjadinya warna +
merah jingga.
3 Tanin dan Polifenol
- FeCl3 Terjadinya +
perubahan warna
menjadi hijau
violet.
- Gelatin Tidak adanya -
endapan putih.
- NaCl-Gelatin Tidak adanya -
endapan putih.
4 Saponin Terbentuknya +
busa yang
persisten.
5 Steroid dan Terpenoid
Pereaksi Liebermann Bounchard
- Terpenoid Terbentuknya +
warna ungu
namun samar-
samar.
- Steroid Terbentuknya +
warna hijau biru.

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak
kopi. Skrining fitokimia atau uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui
kandungan metabolit sekunder pada bahan alam (simplisia) salah satunya untuk
mengetahui metabolit sekunder pada ekstrak kopi. Metabolit sekunder
merupakan hasil akhir metabolisme yang berupa molekul-molekul kecil
yang bersifat spesifik dan mempunyai struktur yang bervariasi sehingga setiap
senyawa memiliki fungsi atau peran yang berbeda. Pada umumnya metabolit
sekunder pada tumbuhan berfungsi sebagai pertahanan diri dan penjaga
eksistensi tumbuhan di lingkungan hidupnya. Metabolit sekunder yang
sering ditemukan pada tumbuhan diantaranya adalah alkaloid, flavonoid, steroid,
terpenoid, saponin, dan tannin (Azhar, 2021).
Kopi sangat disukai oleh masyarakat dengan cara mengolahnya menjadi
minuman, di Indonesia kopi banyak dibudidayakan. Selain itu kopi memiliki
fungsi sebagai antioksidan dari radikal bebas yang menyebabkan penyakit pada
makhluk hidup.
Praktikum uji fitokimia ekstrak kopi dimulai dari menyiapkan pereaksi-
pereaksi dan juga larutan yang digunakan untuk mengidentifikasi kandungan
metabolit sekunder pada ekstrak kopi. Dari hasil praktikum identifikasi alkaloid
dengan penambahan pereaksi Mayer tidak menunjukkan adanya alkaloid karena
tidak terjadinya kekeruhan atau endapan putih sehingga hasilnya negatif (-). Hal
ini, tidak sesuai dengan studi literatur yang hasilnya positif menunjukkan adanya
alkaloid karena terjadinya endapan putih dan kekeruhan (Ajhar dan Meilani,
2020). Ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor seperti Human error,
dimana pereaksi yang sudah terkontaminan karena teroksidasi atau adanya pada
saat proses pembuatan simplisia suhu yang digunakan terlalu tinggi. Karena
senyawa bioaktif seperti saponin rentan terhadap suhu tinggi. Sedangkan ekstrak
yang ditambahkan pereaksi Dragendorf dan pereaksi Bouchardat mennjukkan
adanya alkaloid, karena pada penambahan pereaksi Dragendorf terjadi endapan
jingga dan penambahan pereaksi Bouchardat terjadinya endapan coklat sehingga
ekstrak kopi positif mengandung alkaloid. Hal ini, sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Ajhar dan Meilani (2020).
Hasil praktikum identifikasi flavonoid dengan menambahkan serbuk Zn
dan asam klorida pekar menunjukkan adanya kandungan flavonoid karena terjadi
warna merah intensif. Pada identifikasi flavonoid juga dilakukan dengan
menambahkan serbuk Mg dan asama klorida pekat yang hasilnya menunjukkan
adanya flavonoid karena terjadi warna merah jingga sampai merah ungu. Hal ini
sesuai dengan studi literatur (Handoko, dkk. 2020). Kemudian identifikasi tanin
dan polifenol, dengan ekstrak kopi kental yang dilarutkan pada 15 mL air suling
pansa dan disaring setelah itu dibagi menjadi 3 bagian. Ekstrak yang ditambahkan
dengan larutan FeCl3 menunjukkan adanya kandungan tanin dan polifenol karena
terjadinya perubahan warna menjadi hijau violet, hal ini sesuai dengan studi
literatur (Ajhar dan Meilani, 2020). Sedangkan ekstrak yang ditambahkan Gelatin
10% dan NaCl-Gelatin tidak menunjukkan adanya tanin dan polifenol hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang telah dilakukan Ajhar dan Meilani (2020) maupun
yang dilakukan Handoko, dkk (2020).
Hasil praktikum identifikasi saponin ekstrak kopi ditambahkan air panas,
kemudian didingikan dan setelah itu dikocok kuat-kuat selama 5 detik. Lalu
didiamkan selam 5 menit, sehingga terbentuknya busa. Kemudian ditambahkan
asam klorida sehingga terbentuknya busa yang persisten karena itu hasilnya
positif menunjukkan adanya kandungan saponin, hal ini sesuai dengan yang
dilakukan Ajhar dan Meilani (2020).
Terakhir yaitu identifikasi kandungaan steroid dan terpenoid pada ekstrak
kopi dengan menambahkan 3 mL etil asetat kemudian diberi pereaksi Liebermann
Burchard. Ekstrak kopi menunjukkan adanya terpenoid namun perubahan warna
yang terjadi samar-samar. Serta ekstrak kopi juga menunjukkan adanya steroid
dengaan terbentuknya warna biru hijau. Hal ini sesuai dengan studi literatur yang
dilakukan oleh Ajhar dan Meilani (2020).
BAB IV

KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum uji fitokimia atau skrining fitokimia pada ekstrak
kopi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Uji fitokimia adalah metode yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi


atau mengetahui kadungan metabolit sekunder pada suatu bahan alam
(simplisia) maupun yang sudah dibuat menjadi ekstrak.
2. Ekstrak kopi mengandung antioksidan alami yang dapat mencegah dan
menurunkan adanya radikal bebas. Selain itu ekstrak kopi mengandung
metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tanin, polifenol, saponin,
steroid, dan terpenoid.
3. Menurut literatur yang digunakan seharusnya dalam ekstrak kopi yang
ditambahkan pereaksi Mayer seharusnya positif alkaloid. Namun pada saat
praktikum uji fitokimia tidak ditemukan perubahan yang terjadi pada
penambahan pereaksi Mayer hal ini disebabkan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi ekstrak kopi.
DAFTAR PUSTAKA

Ajhar, N.M. dan Meilani, D. 2020. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Dari
Ekstrak Etanol Biji Kopi Arabia (Coffea arabica) yang Tumbuh Di Daerah Gayo
dengan Metode DPPH. Journal Pharma Xplore. 5(1): 34-40.

Azhar, Nabilah. 2021. Skrining Fitokimia Dan Uji Toksisitas Ekstrak Umbi Bawang
Putih ( Allium sativum L. ) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test. Skripsi.
Poltekkes Jakarta. Hal : 8 -14.

Handoko, A.P., Pradana, D.L.C., Selvester, M. 2020. Uji Fitokimia Ekstrak Hijau Kopi
Arabika (Coffea arabica L.) Aceh Gayo. Prosiding Seminar Nasional Riset
Kedokteran (SENSORIK). Jakarta, Indonesia. pp.352-356.

Pratita, A.T.K. 2017. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Senyawa
Alkaloid Dari Berbagai Ekstrak Kopi Robusta (Coffea canephora). Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada. 17(2): 198-201.

Wati, E., Cahya, U.D., Darmirani. 2021. Formulasi Sedian Lotion Ekstrak Etanol Biji
Kopi Robusta (Coffea canephora). Jurnal Farmasi. 3(2): 53-56.

Anda mungkin juga menyukai