Asuhan Keperawatan Cece 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MELITUS TIPE II

DOSEN PENGAMPUH:

Mien,.S.Kep.Ns.M.Kes

DI SUSUN OLEH:

CHELSEA OLIVIA FM

(P123030)

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN

2024/2025
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
askep ini guna memenuhi tugas individu untuk mata kuliah "keterampilan dasar
keperawatan" dengan judul" Laporan Asuhan Keperawatan diabetes melitus tipe II “

Kami menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Demikian penulisan askep ini, semoga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya, kami mohon maaf apabila ada kesalahan atas askep ini atas saran yang
diberikan kami ucapkan terimakasih

Kendari 23 juni 2024

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I KONSEP MEDIS .......................................................................................

1. Definisi............................................................................................................
2. Etiologi .........................................................................................................
3. Patofisiologi .................................................................................................
4. Manifestasi Klinis .......................................................................................
5. Penanganan/Pelaksanaan Medis ................................................................

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ....................................................................................................
B. Analisis Data
C. Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
D. Intervensi .......................................................................................................
E. Implementasi Dan Evaluasi ........................................................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

KONSEP MEDIS

1. DEFINISI
Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak dapat mengeluarkan
insulin, aktivitas insulin yang melemah atau keduanya. Kerusakan jangka
panjang dan kegagalan organ yang berbeda, misalnya, mata, ginjal, saraf,
jantung dan vena dapat terjadi ketika dalam kondisi hiperglikemia
berkelanjutan (ADA, 2020).
Diabetes Melitus tipe 2 adalah jenis yang paling banyak dikenal luas,
rata-rata penderita DM berumur ≥ 30 tahun. Pada Diabetes Melitus tipe 2
pankreas mampu menghasilkan insulin, namun sifat insulin yang dihasilkan
buruk dan tidak dapat bekerja seperti yang diharapkan sebagai kunci untuk
memasukkan glukosa ke dalam sel. Dengan demikian terjadi peningkatan
glukosa dalam darah. Peluang lain terjadinya Diabetes Melitus tipe 2 adalah
bahwa jaringan tubuh dan sel otot pasien tidak peka atau secara efektif kebal
terhadap obstruksi insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam
seldan dalam jangka panjang menumpuk dalam aliran darah (Kemenkes RI,
2020).
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat
menggunakan insulin dan dianalisis dengan melihat kadar glukosa dalam darah.
Insulin adalah zat kimia yang dibawa oleh organ pankreas yang berperan dalam
memasukkan glukosa dari system peredaran darah ke ponsel tubuhuntuk
digunakan sebagai sumber energi (IDF, 2019).
2. ETIOLOGI

Menurut Paulus Subianto (2019), Diabetes melitus berkaitan erat dengan peran penting
hormone insulin dan reseptornya dalam sel tubuh manusia. Ada duaetiologi yang berperan
pada kejadian diabetes melitus tipe II. Di satu sisi, terjadi karena adanya penurunan
sensitivitas dari insulin (resitensi terhadap insulin). Artinya, meskipun jumlah insulin cukup,
reseptor insulin tidak dapat bekerja, dengan baik untuk menurunkan kadar glukosa darah
akibat kerusakan pada reseptor insulin di sel. Dengan demikian hormone insulin tidak dapat
berkaitan dengan reseptornya dan glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel, (Amaliyah,
2022). kedua karena penuruanan produksi insulin oleh sel beta pankreas. Diabetes Melitus
tipe II diintervensikan dengan cara edukasi diet, latihan fisik/olahraga, dan pemantauan
glukosa darah.

Selain itu, perawatan dan pengobatan dapat menggunakan hipoglikemia oral atau
insulin sesuai dengan kebutuhan. Sampai saat ini penyebab pasti dibalik orang yang
menderita diabetes melitus tipe 2 belum diketahui secara jelas. Namun terdapat faktor
tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap diabetes melitus tipe
ini, (Paulus Subianto, 2019). Faktor-faktor risiko inilah diduga kuat menyebabkan
terjadinya resistensi

insulin dan kegagalan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin

sehingga terjadi hiperglikemia yang tidak terkompensasi oleh insulin dari

dalam tubuh.

Faktor-Faktor tersebut antara lain :

1. Obesitas

Obesitas merupakan faktor risiko utama diabetes melitus tipe 2. Semakin

banyak jaringan lemak yang dimiliki seseorang, semakin banyak reseptor

insulin yang mengalami gangguan dan menyebabkan terjadinya resistensi


insulin. Namun, seseorang tidak harus mengalami obesitas untuk

mengembangkan diabetes melitus tipe 2. Seseorangdengan indeks massa

tubuh (IMT) > 23 kg/ m2 atau 120% memiliki risiko tinggi diabetes. Jika

tubuh menyimpan lemak terutama di perut (Obesitas sentral), risiko

diabetes melitus tipe 2 lebih besar daripada jika tubuh menyimpan lemak

di tempat lain, seperti pinggul dan paha.

2. Dislipidemia

Seseorang dengan kadar kolestrol HDL ≤ 35 mg/ dL, dan tau kadar

trigliserida ≥250% mg/ dL atau dislipidemia memiliki risiko tinggi

diabetes melitus tipe 2.

3. Ras

Meskipun tidak jelas mengapa, oerang-orang dari ras tertentu, termasuk

orang kulit hitam, hispanik, indian Amerika dan orang Asia- Amerika,

lebih cenderung mengembangkan diabetes melitus tipe 2 daripada orang

kulit putih.

4. Usia

Risiko diabetes melitus tipe II meningkat seiring bertambahnya usia,

terutama setelah usia 45 tahun. Hal ini terjadi karena orangcenderungkurang


berolahraga, kehilangan massa otot, mengalami

peningkatan berat badan seiring bertambahnya usia. Namun, jumlah

penderita diabetes melitus tipe II juga meningkat secara drastis di kalangan


anak- anak, remaja, dan orang dewasa muda.

5. Pre-diabetes

Pre-diabetes adalah kondisi di mana tingkat gula darah lebih tinggi dari

biasanya, namun tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai

diabetes. Pasien dengan riwayat glukosa darah puasa terganggu < 140

mg/dL (GDPT) dan toleransi glukosa terganggu 140-199 mg/dL (TGT).

Jika tidak segera ditangani, prediabetes dapat berkembang menjadi

diabetes melitus tipe II.

6. Gaya hidup atau jarang melakukan aktivitas fisik

Seseorang yang tidak aktif secara fisik, memiliki kecenderungan risiko

diabetes melitus tipe II yang lebih tinggi. Aktivitas fisik membantu

mengendalikan berat badan, menggunakan glukosa sebagai energy dan

membuat sel lebih sensitive terhap insulin.

7. Riwayat keluarga atau herediter

Resiko diabetes melitus tipe II meningkat jika orang tua atau saudara

kandung memiliki diabetes melitus tipe 2.

8. Seorang ibu dengan riwayat diabetes gestasional dan pernah melahirkan bayi
dengan berat > 400 gram.

9. Penderita hipertensi, PJK, dan hipertiroidisme diketahui juga mempunyai

risiko tinggi diabetes.


3. PATOFISIOLOGIS

Dapat terjadi pada kaki awalnya ditandai dengan adanya kelebihan gula dalam
darah pada seseorang penderita DM yang akan menimbulkan suatu kelainan pada
neuropati dan adanya kelainan pada pembuluh darah . Neuropati sensorik serta
neuropati motorik akan mengakibatkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada
telapak kaki sehingga mempermudah timbulnya ulkus. Kerentanan pada infeksi yang
luas. Aliran darah yang kurang akan sulit di dalam pengelolaan ulkus diabetes,
(Amaliyah, 2022).

Pada saat awal membentuknya ulkus ada hubungan dengan hiperglikemia


yang akan menimbulkan suatu efek didalam saraf perifer. Dengan timbulnya
suatutekanan mekanik akan terbentuknya keratin pada kaki yang mengalami beban
ynag cukup besar. Neuropati sensori perifer kemungkinan yang akan terjadi trauma
berulang sehingga akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Dan yang se;lanjutnya
membentuk kavitas yang bisa membesar dan terjadi rupture hingga pada permukaan
kulit yang akan menimbulkan ulkus (Fatmawaty Desi, 2019).

Kekurangan insulin juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak,


yang menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi kekurangan insulin, kelebihan
protein dalam darah yang bersirkulasi tidak akan disimpan di jaringan. Dengan tidak
adanya insulin, semua aspek metabolisme lemak akan meningkat pesat. Biasanya hal
ini terjadi di antara waktu makan, saat sekresi insulin minimal, namun saat sekresi
insulin mendekati, metabolisme lemak pada DM akan meningkat secara signifikan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah pembentukan glukosa dalam darah,
diperlukan peningkatan jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta pancreas,
(Padila 2019)
4. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari penyandang diabetes melitus dapat dibagi

menjadi dua yaitu gejala klinis klasik dan gejala umum (Widiasari K, Dkk,

2021). Gejala klasik dari diabetes melitus adalah :

1. Polidipsia yaitu keadaan sering merasa haus

2. Polifagia keadaan dimana sering merasa lapar sehingga makan

berlebihan

3. Poliuria yaitu sering buang air kecil

4. Penurunan berat badan yang penyebabnya tidak dapat dijelaskan.

Sedangkan gejala umum antara lain :

1. Kelelahan yaitu keadaan pasien yang mengalami DM sering lelah

walaupun tidak beraktifitas.

2. Kegelisahan keadaan pasien sering merasa gelisah walaupun sedang

baik – baik saja.

3. nyeri tubuh yang dimana biasa pada pasien DM sering mengalami nyeri

sendi dikarenakan neuropati diabetic alias kerusakan saraf yang dipicu

penyakit metabolic tersebut.

4. Kesemutan

5. mata kabur, gatal yaitu pandangan kabur dan gatal pada seluruh badan
6. disfungsi ereksi pada pria, yaitu kondisi penis pria tidak bisa

mendapatkan ereksi atau mempertahankan ereksi untuk

mempertahankan ereksi untuk dapat penetrasi sampai ejakulasi saat

berhubungan seksual dengan pasangan.

7. serta pruritus vulva pada wanita yaitu gangguan yang ditandai dengan

sensasigatal dari alat kelamin eksternal perempuan.

5. PENATALAKSANAAN MEDIS

Sesuai (Perkeni, 2021) individu dengan diabetes melitus memerlukan

pertimbangan yang sah dalam pemberian klien diabetes melitus, ada 4(empat) poin
pendukung, untuk lebih spesifiknya:

a. Obat anti hiperglikemik oral

Berdasarkan cara kerja obat dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan,

(perkeni, 2021), yaitu:

1) Pemacu sekresi insuin (Insulin secretagogue)

a) Sulfoniluera

Kelas obat ini memiliki dampak mendasar untuk memperluas

pelepasan insulin oleh sel beta pankreas. Efek super sekunder

adalah hipoglikemia dan penambahan berat badan. Berhati- hatilah

dalam menggunakan obat ini pada klien dengan risiko

hipoglikemia yang tinggi (usia lanjut, gangguan fungsi hati dan


ginjal). Contoh obat dalam kelas ini adalah glibenclamide,

glipizide, gliquidone dan gliclazide.

b) Glinid

Obat-obatan yang bekerja dengan cara yang hamper sama dengan sulfonylurea,
namun bervariasi di area reseptor, dengan produk

akhir menyembunyikan periode utama dari perluasan emisi insulin.

Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinide (derivate

asam benzoate) dan Nateglinide (Derivat fenilalanin). Obat ini

diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan

dieksresi secara cepat melalui hati. Efek samping yang mungkin

terjadi adalah hipoglikemia.

2) Peningkatan sensitivitas terhadap insulin (Insulin Sensitizers)

a) Metformin

Metformin memiliki dampak mendasar dalam mengurangi

pembentukan glukosa hepatic (gluconeogenesis) dan lebih lanjut

mengembangkan pengambilan glukosa di jaringan pinggiran.

Metformin adalah keputusan pertama dalam beberapa waktu dari

diabetes melitus tipe 2. porsi metformin berkurang pada klien

dengan gangguan kemampuan ginjal (GFR30-60ml/menit/1,73

m2).

Metformin tidak boleh diberikan pada keadaan tertentu, misalnya,


kelemahan hati yang serius dank lien dengan kecenderungan

hipoksemia (misalnya, penyakit serebrovaskular, sepsis, syok,

PPOK (Penyakit Pneumonia Obstruktif Konstan), kerusakan

kardiovaskular). Efek sekunder yang mungkin terjadi adalah

masalah sistem usus seperti dyspepsia, berjalan.

b) Thiazolidinedione

Kelas obat yang mengurangi obstruksi insulin dengan

meningkatkan berapa banyak protein penggerak glukosa, dengan

cara ini memperluas pengambilan glukosa di jaringan pinggiran.

Obat ini dapat menyebabkan pemeliharaan cairan tubuh sehingga

kontraindikasi pada klien dengan gangguan kardiovaskular karena

dapat memperparah edema atau pemeliharaan cairan. Obat yang

memiliki tempat dengan kumpulan ini adalah pioglitazone.

3) Penghambat alfa glukosa: metrofin

Obat ini bekerja denganmenghambat kerja enzim alfa glukosidase

di saluranpencernaan sehingga menghambat absorpsi glukosa

dalam usus halus.penghambat ini tidak digunakan pada keadaan

gangguan faal hati yang berat, Irritable bowel syndrome (IBS).

Efek samping yang mungkin terjadi berupa bloating (penumpukan

gas dalam usus) sehingga akan sering menimbulkan flatus. Guna

mengurangi efek samping pada awalnya dapat diberikan dengan


dosis kecil. Contohnya obat golongan ini adalah acarbose.

4) Penghambat absorbs gula: penghambat glukosidase alfa

a) DPP-IV Inhibitor

Obat ini bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi glukosa di

stubulus proksimal dan meningkatkan ekskresi glukosa melalui

urin. Obat golongan ini dapat menurunkan berat badan dan tekanan

darah. Efek samping dari pemberian obat ini adalah pemberian

obat ini adalah infeksi saluran kemih dan genital.

5) Obat antihiperglikemia injeksi

a) Insulin, insulin digunakan pada keadaan:

- HbA1c saat diperiksa ≥ 7,5% dan sudah menggunakan satu ataudua

obat antidiabetes

- HbA1c saat diperiksa >9%

- Penurunan berat badan yang cepat

- Hiperglikemia berat yang di sertai dengan ketosis

- Krisis hiperglikemia

- Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

- Stress berat (infeksi, operasi besar, infarkcmiokard akut, stroke)

- Kehamilan dengan Diabetes Melitus Gestasional yang tidak terkendali

dengan perencanaan makan


- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi danatau

alergi

- Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi.

b) Jenis dan lama kerja insulin:

- Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)Insulin kerja pendek

(Short-acting insulin)

- Insulin kerja menengah (Intermediate-acting insulin)

- Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)

- Insulin kerja ultra panjang (Ultra long-acting insulin)

- Insulin campuran tepat, kerja pendek dengan menengah dan kerja

cepat dengan menengah (premixed insulin)

- Insulin campuran tetap, kerja ultra panjang dengankerja cepat.

c) Efek samping insulin:

- Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia

- Reaksi GLP-1 (Incretin Mimetic)

- Incretin adalah bahan kimia peptide yang dilepaskan oleh saluran

pencernaan setelah konsumsi makanan, yang dapat meningkatkan

emisi insulin melalui perasaan glukosa. Obat ini membuat fit menekan

kedatangan glucagon, menekan rasa lapar dan mengurangi

pembersihan lambung, sehingga menurunkan kadar glukosa darah

postprandial. Obat- obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:


Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, Lixisenatide dan Dulaglutide.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. BIODATA PASIEN

NAMA KLIEN : TN. M.L

JENIS KELAMIN : PRIA

UMUR : 30 TAHUN

AGAMA : ISLAM

ALAMAT : JLN.WATER SEVEN

TANGGAL MASUK RS : 7 JULI 2024


TANGGAL PENGAJIAN : 7 JULI 2024

DIAGNOSA MEDIS : DIABETES MELITUS TIPE II

2. BIODATA PENANGGUNG JAWAB

NAMA : TN. L.K

JENIS KELAMIN : PRIA

UMUR : 32

PEKERJAAN : CEO PT ANIME INDO


HUBUNGAN DENGAN KLIEN : SAUDARA KANDUNG
3. STATUS KESEHATAN

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian yang dilakukan dalam riwayat kesehatan sekarang adalah bahwa


perawat medapatkan beberapa informasi tentang serangkaian pengalaman sejak kapan
timbulnya rasa sakit yang dikeluhkan hingga akhirnya klien mencari bantuan.
Misalnya, kapan klien mengalami diabetes melitus, dan sudah berapa lama penyakit
tersebut diderita. Dari semua keluhan yang diraskan klien harus ditanyakan secara
jelas dan dilaporkan dalam buku kesejahteraan yang ada.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Pada riwayat klinis yang lalu, petugas mencatat dan mendapatkan beberapa
informasi tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelum membantu untuk kasus
diabetes yang berhubungan dengan sistem perfusi. Misalnya apakah klien sudah
ditangani sebelumnya, penyakit apa dan temuan apa, tetapi yang dijalani, latar
belakang yang ditandai dengan kepekaan, penyakit jantung, aterosklerosis.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam riwayat klinis keluaga, petugas medis mengetahui apakah ada latar
belakang keluarga dengan penyakit yang sama dengan klien, adanya faktor bahaya,
kegemukan, riwayat pankreatitis persisten, riwayat melahirkan anak dengan berat
badan anak ganda. Riwayat glukosuriaselama stress (kehamilan, prosedur medis,
cedera, kontaminasi, penyakit) atau pengobatan (glukokortikosteroid, diuretik
thiazide, kontrasepsi oral.

d. Pemeriksaan fisik
Menurut (Doengoes, 2018) pengkajian yang dilakukan pada klien yang
mengalami Diabetes Melitus adalah, sebagai berikut:

1) Aktivitas/ istirahat Gejala: klien dengan diagnosis diabetes akan mengalami


gangguan tidur, kelemahan, kelelahan, kesulitan berjalan dan bergerak, otot kram dan
penurunan kekuatan otot. Tanda: Takikardi dan takipnea saat istirahat atau dengan
aktivitas, lesu, disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.

2) Sirkulasi Gejala: adanya riwayat hipertensi, infrak miokard akut (IMA),


klaudikasio (nyeri ekstremitas), matirasa, kesemutan pada ekstremitas(efek jangka
panjang), terdapat luka/ulcer pada kaki dan penyembuhan lama. Tanda: taikardia.
Tekanan darah postural berubah hipertensi. Nadi menurun atau tidak ada, disritmia.
Distensi Vena Jugularis pecah – jika gagal jantung. Menunjukkan kulit yang panas,
kering dan memerah jika dehidrasiparah.

3) Intregritas ego

Gejala: stress, termasuk masalah keuangan yang berkaitan dengan kondisi. Tanda:
cemas dan mudah kesal

4) Eliminasi Gejala: perubahan pola fekal, pola kemih berlebihan (poliuria), nokturia,
rasa nyeri dan panas, kesulitan berkemih (Infeksi Saluran Kemih/ ISK), ISK baru dan
recurrent (asam urat, kembung, dan diare). Tanda: Pucat, kuning, urine encer.
Polyuria (dapat berkembang menjadi oliguria dan anuria jika terjadi hipovolemia
yang parah. Bau urine (infeksi). Abdomen keras, distensi. Suara buang air besar
berkurangatau hiperaktif (diarthea).

5) Makanan /cairan Gejala: kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Tidak
mengikuti pola makan yang telah ditetapkan, konsumsi glukosa dan karbohidrat
meningkat. Penurunan berat badan selama beberapa hari atau minggu. Merasa haus.
Penggunaan obatobatan yang memperparah dehidrasiseperti diuretik. Tanda: kulit
kering dan retak, turgor kulit jelek. Perut kaku dan distensi. Bau halitosis/ manis, bau
buah (aseston).

6) Neurosensori Gejala: pingsan, pusing, Sakit kepala, kesemutan, mati rasa,


kelemahan pada otot. Gamgguan visual atau penglihatan. Tanda: bingug, disorientasi.
Mengantuk, lesu, stupor atau koma (stadium akhir). Reflek Tendon Dalam (RTD),
Menurun (koma) Aktivitas kejang (tahap akhir Diabetic Ketoacidosis Acute/ DKA
atau hipoglikemia.

7) Nyeri/ Ketidaknyamanan Gejala: perut kembung dan sakit. Tanda: wajah meringis
dengan palpitasi abdomen, tampak berhati-hati.

8) Pernapasan Gejala: lapar udara (tahap akhir DKA). Batuk dengan tanpa cairan
dahak/ sputum purulent (infeksi).

9) Keamanan Gejala: kulit kering, gatal dan ulkus kulit. Parestesia (diabetes
neuropati). Tanda: demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi. Penuruanan
kekuatan umum dan rentang gerakan (ROM). Kelemahan dan kelumpuhan otot,
termasuk otot-otot pernapasan (jika tingkat postatium menurun).

10) Seksualitas Gejala: Rabas vagina (rentan terhadap infeksi). Masalah dengan
impotensi (laki-laki). Kesulitan orgasme (perempuan).

11) Pengajaran/ pembelajaran Gejala: faktor risiko pada keluarga seperti diabetes
melitus, penyakit jantung, stroke dan hipertensi. Penyembuhan luka yang lambat dan
tertunda. Penggunaan obat-obatan seperti steroid, diuretik tiazid, phenytoin (dilantin)
dan phenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa). Mungkin atau tidak
meminum obat diabetes.

12) Pertimbangan Rencana Pemulangan Mungkin membutuhkan bantuan untuk diet.


Pemantauan glukosa, pemberian obat dan persediaan, peraawatan diri.
B. ANALISIS DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI


DS:
Pasien mengeluh haus
dan seringbuang air
kecil
DO: Ketidakstabilan
Glukosa Resistensi Insulin kadarglukosa darah
sewaktu01/05/2023 (D.0027)
08.00 : 250 mg/dl
12.00 : 350 mg/dl
Jumlah urine klien
800 cc/8 jam 8.5 %
DS:
Pasien mengeluh
nyeri padakedua kaki
DO:
Pasien terlihat Agen pencedera Nyeri akut (D.0077)
meringiskesakitan fisiologis
P: pasien mengatakan
nyeri pada saat
bergerak
Q: saat beraktivitas
R: kedua kaki yang
luka
S: 6
T: hilang timbul
DS:
Pasien mengatakan
luka pada kedua kaki
karena jatuh dari wc Gangguan integritas
DO: Neuropati perifer kulit/jaringan
- Terdapat kerusakan (D.0129)
padajaringan dan
lapisan kulit
-Terdapat kemerahan
dan nyeri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan Kesehatan

Menurut SDKI (2018) diagnosis keperawatan yang muncul pada klien dengan
DIABETES MELITUS TIPE II adalah :
1. Ketidakstabilan kadarglukosa darah berhubungan dengan Resistensi
Insulin

2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis

3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan Neuropati


perifer

D. INTERVENSI

DX SLKI SIKI
1. Ketidakstabilan kadar Setelah dilkaukan Manajemen
glukosa darah b.d tindakan keperawatan Hiperglikemia
hiperglikemi d.d selama 3X24 jam (I.03115)
gangguan toleransi gula diharapkan Kestabilan Observasi :
darah (D. 0027) Gejala kadar glukosa darah (L. Identifikasi kemungkinan
dan tanda mayor: 03022) Meningkat dengan penyebab hiperglikemia.
Hiperglikemia Subjektif: kriteria hasil: Lelah/ Identifikasi situasi yang
Kadar gula tinggi/urin Lesu(menurun) Kadar menyebabkan kebutuhan
tinggi Gejala dan tanda glukosadalam darah insulin meningkat.
minor: Hiperglikemia (membaik Monitor kadar glukosa
Subjektif: 1.Mulut kering darah, jika perlu.
kadar glukosa dalam Monitor tanda dan gejala
darah (membaik) hiperglikemia
Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik:
Berikan asupan cairan
orsl.
Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa
darah lebih dari 250mg/
dL.
Edukasi:
Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri.
Anjurkan kepatuhan diet
dan olahraga
Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
Penggunaan
insulin, obat oral
Kolaborasi:
pemberian insulin
2. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
b.d Agen pencedera fisik tindakan (I.08238)
d.d keperawatan 3 x 24 jam Observasi:
mengeluh nyeri diharapkan Tingkat Nyeri Identifikasi lokasi,
Gejala dan tanda mayor: menurun (L.08066): karakteristik, durasi,
Subjektif: 1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
1. Mengeluh 2.Meringis menurun intensitsa nyeri
nyeriObjektif: 3.Kesulitan tidur menurun Identifikasi skala nyeri
Tampak meringis Identifikasi respons nyeri
Bersikap protektif non verbal
Gelisah Identifikasi faktor yang
Frekuensi nadi meningkat memperberat dan
5.Sulit tidur Gejala dan memperingan nyeri
tanda Identifikasi pengetahuan
minor: dan tentang nyeri
Subjektif : (Tidak Identifikasi pengaruh
tersedia) nyeri
Objektif : pada kualitas hidup
1.Tekanan Monitor keberhasilan
darahmeningkat taerapi komplementer
Pola napasberubah yang
Nafsu makanberubah sudah diberikan
Proses berpikirterganggu Monitor efek samping
5.Menarik diri penggunaan analgetik.
6.Berfokus padadiri Terapeutik:
sendiri Berikan teknik non
7.Diaforesis farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
Jelaskan penyebab,
periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
3. Gangguan Integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka (I.
kulit/ tindakan 14564)
jaringan b.d neuropati keperawatan 3X24 jam, Observasi:
perifer Maka diharapkan Monitor karakteristik luka
(D.0129) intregritas kulit/ jaringan Monitor tanda-tanda
Gangguan dan meningkat dengan kriteria infeksi
tandamayor : hasil: Terapeutik:
Subjektif: (Tidak tersedia) Kerusakan jaringan Monitor karakteristik luka
Objektif: menurun Lepaskan balutan dan
Nyeri Kerusakan lapisan kulit plester secara perlahan
Perdarahan menurun Bersihkan dengan NaCl
Kemerahan Nyeri menurun atau pembersih Nontoksik
Bersihkan salep yang
sesuai
Pasang balutan sesuai
jenis
luka
Jadwalkan perubahan
posisi
setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
Edukasi:
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX TANGGAL
1 7 JULI 10:15 1.1Mengidentifikas S: Pasien
2O24 WITA i skala nyeri mengatakan nyeri
1.2Memberikan pada kaki
teknik dan kanan
non farmakologis saatberaktivitas
untuk P: Pasien
mengurangi rasa mengatakan
nyeri nyeripada saat
1.3 Memfasilitasi bergerak
istirahat dan jam Q:Saat beraktivitas
tidur. terasanyut-nyut
1.4 Berkalaborasi R: Kedua kaki kiri
dan kananyang
terdapat luka
S:
Skala 6
T: Nyeri hilang
timbul
\O:
Pasien tampak
meringis
A:
Tingkat nyeri
menurun
P:
Lanjutkan
intervensi
1.1 Identifikasi
skala nyeri
1.2 Berikan teknik
nonfarmakologis
untukmengurangi
rasa nyeri
1.3Fasilitasi
istirahat dan
jamtidur
1.4Kolaborasi
pemberiananalgetik.
2 8 JULI 11:00 -Memonitor kadar S: Pasien
2024 WITA glukosa darah mengatakan
-Memonitor intake masihsering
dan output cairan merasa lelah
- Membersihkan O:
jaringan nekrotik 1. GDS pukul 12.00
- Menganjurkan wita (sebelum
mengkonsumsi makan) 350 mg/dl
makanan 2. Pemberian
tinggi kalori dan insulin novorapid
protein 3×8
unit secara sc
3. Diit DM 1700
kkal dan Bubur
sumsum 150 cc
A:
kestabilan kadar
glukosadarah
belum meningkat
P:
Intervensi
dilanjutkan
2.2 Monitor kadar
glukosadarah
2.3 Monitor intake
danoutput
cairan
3 9 JULI 11:30 -Berkalaborasi S:
2024 WITA pemberian insulin. Pasien mengatakan
- Membersihkan gatal padabagian
dengan cairan luka kaki kiri
NaCL atau dankanan
pembersih O:
nontoksik klien tampak
sesuai kebutuhan menggaruk- garuk
kaki
kiri dan kanan yang
terdapat luka
A:
Integritas kulit dan
jaringan
meningkat
P:
Lanjutkan
intervensi
3.3 Bersihkan
dengan cairan
NaCLatau
pembersih
nontoksik, sesuai
kebutuhan
3.4Bersihkan
jaringannekrotik.
3.5 Pasang balutan
sesuai jenis
BAB III

PENUTUP

1.KESIMPULAN

Diabetes melitus adalah kondisi medis yang ditandai dengan kadar glukosa
(gula) darah yang tinggi secara kronis. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak dapat
memproduksi insulin yang cukup atau tidak efektif menggunakan insulin yang
diproduksi. Insulin diperlukan untuk memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel-sel
tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi.

Diabetes melitus disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, resistensi insulin,


gaya hidup tidak sehat seperti kegemukan dan diet tidak seimbang, serta faktor
lingkungan seperti paparan polutan dan stres kronis. Umur dan etnisitas juga
mempengaruhi risiko. Faktor ini mengganggu produksi insulin atau respons tubuh
terhadap insulin, menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah.

Penanganan diabetes melitus meliputi pengendalian kadar glukosa darah,


perubahan gaya hidup seperti makan sehat dan berolahraga, penggunaan obat-obatan
sesuai petunjuk dokter, pemantauan teratur, manajemen komplikasi jangka panjang,
dan dukungan dari tim medis yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu.

Anda mungkin juga menyukai