Haji 3
Haji 3
Haji 3
Kecuali Haji Ifrad, Haji Tamattu’ dan Haji Qiran dikenakan DAM
dengan menyembelih seekor Kambing atau Kibas.
Pada umumnya Jamaah calon haji dari Indonesia’mengerjakan haji
Tamattu’baik yang berangkat haji pada gelombang I maupun gelombang II.
MIQAT
Arti Miqat ialah : Ketetapan waktu dan tempat untuk berniat haji atau
umrah.
Miqat ada 2 [dua] macam;
1. MIQAT ZAMANI : menetapkan waktu yang diperbolehkan berniat
ihram haji, mulai tanggal 1 Syawal sampai dengan tanggal 9 Zulhijah
dalam tahun hijrah yang sama.
Sedangkan Miqat Zamani untuk Umrah, ialah sepanjang masa atau kapan
saja,termasuk waktu seseorang berniat untuk Umrah haji. Negara haji
atau Umrah menurut asal dari arah mana jamaah datang.
Semua jamaah Haji atau jamaah Umrah harus berniat Ihram sebelum
melewati Miqat. Jika tidak maka jamaah tersebut WAJIB kembali
ketempat Miqat untuk berniat Ihram, bila seandainya tidak dapat berbuat
demikian boleh berniat Ihram setelah melewati batas miqat, tetapi jamaah
tersb dikenakan denda [ DAM ].
IHRAM
Dalam ibadah Haji atau Umrah, IHRAM ialah memakai pakaian yang
telah ditentukan dan diharuskan mematuhi larangan-larangan tertentu
sejak dari MIQAT sampai selesai mengerjakan segala Rukun dan wajib
haji atau umrah.
PAKAIAN IHRAM
ﻠﺑﻳﻙ ﺍﻠﻠﻬﻢ ﺤﺟﺎ atau ﻨﻮﻳﺖ ﺍﻠﻌﻤﺭﺓ ﻮﺍﺤﺭﻤﺖ ﺒﻬﺎ ﻠﻠﻪ ﺘﻌﺎ ﻠﻰ
Artinya : Aku datang memenuhi panggilan Mu ya Allah untuk umrah,
Sengaja aku niat Umrah dengan berihram karena Allah Taala.
Larangan–larangan Ihram.
- Memakai pakaian berjahit seperti sarung, celana, baju, kaos kaki, atau
sepatu bagi laki-laki.
- Menutup kepala bagi laki-laki seperti memakai serban, peci atau topi,
tetapi boleh berteduh dibawah pohon atau memakai payung.
- Menutup muka dan memakai sarung tangan bagi perempuan.
- Memakai wangi-wangian, baik dibadan, pakain, minuman atau tempat
tidur.
- Memakai minyak rambut.
- Memburu atau membunuh binatang yang halal dimakan.
- Menebang, mencabut atau memotong tanaman dan tumbuh-tumbuhan.
- Melakukan kegiatan yang dapat memancing syahwat [nafsu birahi].
- Melaksanakan akad nikah atau ijab kabul, baik untuk dirinya sendiri
maupun mewakili orang lain.
- Berhubungan suami istri [bersetubuh].
THAWAF, SA’I , TAHALLUL
A. THAWAF
Thawaf ialah suatu Ibadah mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 Kali putaran
dimulai dari arah yang sejajar dengan Hajar Aswad dan berakhir pada
tempat dan arah yang sama dan sejajar dengan Hajar Aswad ketika kita
memulai thawaf.
Macam-macam Thawaf :
Thawaf Qudum, ialah Thawaf yang dilaksanakan ketika pertama kali
sampai di Masjidil Haram bagi jamaah haji yang melaksanakan haji Ifrad
atau haji Qiran.
Thawaf Umrah, ialah Thawaf yang dilaksanakan jamaah haji yang berniat
Umrah, baik Umrah sunat maupun umrah yang mengikuti haji Tamattu’
atau haji Ifrad.
Thawaf Ifadah, disebut juga Thawaf Haji, ialah Thawaf yang dilaksanakan
sesudah wukuf di Arafah dan melontar Jumrah Aqabah bagi yang
melaksanakan haji Tamattu’dan haji Ifrad.
Thawaf Haji dan Umrah yang dilaksanakan serentak, ialah Thawaf yang
dilaksanakan oleh jamaah yang mengambil haji Qiran dan dilaksanakan
sesudah wukuf di Arafah dan melontar jumrah Aqabah.
Thawaf Wada’, ialah Thawaf yang dilaksanakan ketika hendak
meninggalkan Ka’bah dan Makkah untuk kembali kekampung halaman bagi
jamaah gelombang I dan untuk menuju kota Madinah, bagi jamaah
gelombang II.
Thawaf Sunat, ialah Thawaf yang dilaksanakan kapan saja dan tidak ada
kaitannya dengan Umrah atau Haji.Thawaf sunat dapat dijadikan sebagai
pengganti Shalat Tahiyatul Masjid sebagai penghormatan kepada Baitullah.
Thawaf Sunat tidak diikuti dengan Sa’i dan memakai pakaian biasa.
Thawaf Nazar, ialah Thawaf yang dilaksanakan karena telah berjanji
bernazar akan melaksanakan thawaf di Baitullah.
Pelaksanaan Thawaf
Karena kita melaksanakan haji Tamattu’, berarti thawaf yang kita
laksanakan pertama kali ketika sampai di Masjidil Haram adalah thawaf
Umrah. Ini berarti pada saat kita thawaf kita dalam berpakaian Ihram.
Masuklah ke dalam Masjidil Haram melalui pintu yang ada, dan ketika
sudah berada didalam, lihat dimana sudut Ka’bah yang ada Hajar Aswad,
kemudian berjalanlah menuju Hajar Aswad. Untuk menjaga keamanan dan
kenyamanan menuju Hajar Aswad, berjalanlah mengikuti arah jamaah yang
sedang Thawaf, jangan sekali kali menentang arus perjalanan orang yang
sedang thawaf.
Niat melakukan Thawaf :
Setelah kita berada searah Hajar Aswad, hadapkan seluruh badan kearah
Hajar Aswad, angkat telapak tangan kanan, seraya mengucapkan
“Bismillah Allahu Akbar turunkan tangan kita tersebut dan kecuplah.
Kemudian putar kembali badan kita dengan posisi Ka’bah ada disebelah kiri
kita. Langkahkan kaki kanan, selanjutnya berjalan dengan tenang
mengelilingi Ka’bah, sambil berzikir, berdo’a apa saja yang mudah, atau
membaca Al-Qur’an. Tidak ada zikir khusus dan do’a khusus yang
wajib dibacakan baik ketika kita Thawaf maupun Sa’i.
Setiap kita sampai sejajar dengan Rukun Yamani, angkatlah tangan kanan
kita sambil diarahkan dan menoleh ke rukun Yamani dengan mengucapkan,
Bismillahi Allahu Akbar, tanpa mengecupnya,
Merupakan sunnah, ketika berada pada Rukun Yamani dan Hajar Aswad
melantunkan do’a:
ﺭﺒﻧﺎ ﺍ ﺘﻧﺎ ﻓﻰﺍﻠﺩ ﻧﻳﺎ ﺤﺳﻧﺔ ﻮﻓﻰﺍﻷﺨﺮﺓ ﺤﺳﻧﺔ ﻮﻗﻧﺎ ﻋﺫ ﺍﺑﺎ ﺍﻠﻧﺎ ﺮ
Artinya : Wahai Tuhan kami berikanlah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat serta hindarkanlah kami dari siksa neraka.
Dan disunatkan bagi laki laki untuk berlari lari kecil antara Rukun Yamani
sampai Hajarul Aswad pada setiap putaran.
Ketika kita telah sampai di Hajar Aswad dan berada pada arah yang sama
ketika memulai thawaf, maka berarti kita telah melakukan thawaf satu kali
putaran. Selanjutnya lakukanlah thawaf pada putaran berikutnya sampai 7
kali putaran.
Hal-hal penting yang perlu diketahui pada saat sedang dan sesudah Thawaf:
1. Dalam Riwayat Ahmad dan Al Nasa’i dari Thawus, Nabi SAW bersabda:
“Thawaf mengelilingi Ka’bah adalah Shalat” Diriwayatkan juga oleh
Imam Syafe’i dari Thawus, dari Ibnu Al Ayubi, Rasulullah bersabda,
“Thawaf mengelilingi Ka’bah adalah shalat, tetapi Allah SWT telah
menghalalkan berkata-kata saat Thawaf. Maka barangsiapa berkata-
kata saat Thawaf, hendaklah ia tidak berkata-kata kecuali dengan
ucapan yang baik”. (yang dimaksud shalat disini adalah shalat sunat
Tahayyatul Masjid. Dengan kata lain di Masjidil Haram tidak ada shalat
sunat Tahayyatul Masjid.)
2. Setiap orang yang melakukan Thawaf harus bersih dari hadats besar dan
hadats kecil.
3. Apabila pada saat sedang melaksanakan Thawaf, kita merasakan wudhu
kita batal maka kita wajib berwudhu kembali. Sedangkan Thawaf yang
sudah kita lakukan tidak perlu diulang, akan tetapi setelah kita berwudlu
kita teruskan untuk melanjutkan sisa putaran Thawaf mulai dari tempat
dimana kita batal.
4. Apabila datang waktu shalat wajib, maka bagi yang sedang Thawaf harus
menghentikannya untuk mengikuti shalat berjamaahdan putaran Thawaf
yang masih tersisa diteruskan setelah selesai shalat.
5. Bagi laki-laki, bila keadaan memungkinkan pada putaran 1 s.d putaran
ke-3 disunatkan untuk berlari-lari kecil (ramal).
6. Lakukan shalat sunat Thawaf dua rakaat setelah selesai Thawaf dan
berdo’a di Multazam.
7. Ketika sedang Thawaf, jangan masuk kedalam Hijir Ismail atau jalan
melewati bagian dalammya. Hal ini akan membuat Thawaf tersebut
menjadi batal, karena Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka’bah itu
sendiri.
8. Jangan menyentuh semua sudut Ka’bah ketika sedang Thawaf, bahkan
mengusap-usap penutupnya, pintunya dan maqom Ibrahim. Hal ini tidak
diperkenankan sebab ini merupakan perbuatan bid’ah yang tidak ada
dasarnya dalam syariat.
9. Thawaf hanya dapat dilakukan di dalam Masjidil Haram, dilantai mana
saja kecuali lantai dasar bawah tanah.
10. Kepada kaum wanita, agar tidak menampak-nampakkan kecantikannya,
bersolek dan memakai wangi-wangian ketika sedang Thawaf, karena
dapat membuat kaum laki-laki tergoda olehnya.
11. Jangan memaksakan diri untuk mencium Hajarul Aswad bila peluang
untuk itu sangat sulit, apalagi bagi kaum wanita sampai berdesak-
desakan dengan kaum laki-laki.
Sebaiknya bagi kaum wanita melakukan Thawaf agak menjauh sedikit
dari Ka’bah. Hal ini lebih baik bagi mereka dan lebih agung pahalanya.
Sedangkan bagi laki-laki yang afdal adalah Thawaf mendekati Ka’bah
jika tidak penuh sesak.
12. Jika ragu-ragu berapa putaran telah dilakukan, hendaknya berpegang
pada yang jelas-jelas diyakini yaitu bilangan yang lebih kecil. Misalnya
kita ragu-ragu apakah sudah tiga kali atau empat kali kita Thawaf, maka
ambilah yang terkecil yaitu tiga putaran.
Sesudah selesai melakukan Thawaf 7 kali putaran, berdo’a lah di
Multazam sesuka hati sesuai harapan dan keinginan kita dalam bahasa
apapun. Multazam adalah tempat yang terletak antara Hajarul Aswad
dengan pintu Ka’bah. Kalau tempat tersebut tidak memungkinkan, boleh
juga dari jarak yang jauh, tetapi sejajar dengan Multazam tersebut.
C. TAHALLUL
Tahallul adalah menghalalkan kembali apa yang diharamkan atau dilarang
ketika kita sedang ber-Ihram dngan ditandai memendekkan rambut
(bergunting atau bercukur), baik pada Ihram Umrah maupun Ihram Haji.
Apabila kita melaksanakan Ihram Umrah, maka setelah melaksanakan
Tahallul kita bebas dari segala yang diharamkan, termasuk berhubungan
suami istri.
A. UMRAH HAJI
Gelombang Pertama
- Setibanya di Airport Madinah, usahakan untuk sujud syukur.
- Setelah tiba dan berada di Madinah selama 8 atau 9 hari, mengerjakan
Arbain di Masjid Nabawi.
- Sebelum berangkat menuju Makkah, di pemondokan/hotel, jamaah
mandi dan memakai pakaian ihram.
- Jamaah diberangkatkan dengan Bus menuju Miqat di Masjid
Zulhulaifah [BIR ALI], untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:
1. Berwudhu [bagi yang belum/batal wudhunya]
2. Shalat sunat Tahayyatul Masjid
3. Shalat Sunat Ihram.
4. Berniat Umrah.
- Berangkat menuju Makkah [Selama dalam perjalanan ber-talbiyah,
do’a, zikir, baca Al-qur’an, istirahat].
- Setelah tiba di Makkah dan menempati maktab/pemondokan/hotel/
kamar yang ditentukan, bersiap-siap untuk menuju Masjidil Haram
guna melaksanakan ibadah Umrah.
- Pelaksanaan Ibadah Umrah meliputi :
1. Membaca Talbiah {sejak dari maktab sampai kedepan pintu
Masjidil Haram}.
2. Membaca do’a masuk Masjidil Haram.
3. Membaca do’a kelihat melihat Ka’bah.
4. Melaksanakan Thawaf [mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran] dengan
membaca niat :
Niat melakukan Thawaf :
Gelombang Kedua
- Setelah tiba di Airport Jeddah, usahakan untuk dapat sujud syukur.
Kemudian mandi sunat Ihram, berwudhu, dan memakai pakaian
ihram.
- Shalat sunat Ihram.
- Berniat untuk Umrah.
- Berangkat menuju Makkah [selama dalam perjalanan ber-talbiyah,
do’a, zikir, membaca Alquran, istirahat.]
- Setelah tiba di Makkah dan menempati maktab/pemondokan/
hotel/kamar/yang ditentukan, bersiap-siap untuk menuju Masjidil
Haram guna melaksanakan ibadah Umrah.
- Pelaksanaan ibadah umrah meliputi :
1. Membaca Talbiyah [sejak dari maktab sampai ke depan pintu
Masjidil haram.
2. Membaca do’a masuk Masjidil Haram
3. Membaca do’a ketika melihat Ka’bah.
4. Melaksanakan Thawaf [mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran]
dimulai dari arah yang sejajar antara sudut Hajar Aswad dengan
Lampu Hijau di arah sebelah kanan kita.
5. Berdo’a di Multazam [tempat antara hajar Aswad dengan pintu
Ka’bah]
6. Shalat sunat Thawaf.
7. Minum Air Zam-Zam.
8. Sa’i, yaitu melaksanakan perjalanan bolak balik antara Bukit Syafa
dan Bukit Marwah sebanyak 7 kali perjalanan. Dalam perjalanan ini
bagi laki-laki ketika melewati dinding/pilar hijau disunatkan untuk
berlari-lari kecil. Sa’i ini dimulai dari Bukit Syafa dan berakhir di
Bukit Marwah.
9. Tahallul, yaitu menggunting rambut sekurang-kurangnya 3 helai.
Dengan telah dilaksanakannya Tahallul, berarti jamaah sudah tidak
terikat lagi dengan larangan selama ber-Ihram.
10. Kembali ke hotel/Maktab dan mengganti pakaian Ihram dengan
pakaian biasa. Dan kegiatan Ibadah Umrah sudah selesai.
- Memperbanyak ibadah shalat berjamaah dan ibadah-ibadah lainnya di
Masjidil Haram sambil menunggu tibanya hari TARWIYAH Tanggal
8 Zulhijah.
B. HAJI
GELOMBANG PERTAMA DAN KEDUA :
HARI TARWIYAH (TANGGAL 08 ZULJIJJAH)
- Jamaah melakukan persiapan di Mantuk ktab/Hotel masing-masing
untuk menuju Arafah, kegiatannya :
1. Mandi Sunat Ihram
2. Mengenakan Pakaian Ihram, berwudlu
3. Melaksanakan shalat Zuhur dan Ashar dengan cara Jama’ Qashar
Takdim
4. Shalat Sunat Ihram
5. Berniat untuk melaksanakan Haji
DAM
DAM, dalam ibadah Haji atau Umrah ialah denda yang dikenakan kepada
orang yang melanggar larangan-larangan Ihram pada saat Ihram.
MACAM-MACAM DAM
A. Dam Tertib dan Takdir, yaitu denda bagi siapa saja melakukan salah
satu dari :
1. Tidak berniat dan berihram di Miqat
2. Mengerjakan Haji secara Tamattu’ atau Haji Qiran
3. Luput atau tidak Wukuf di Arafah (Hajinya tidak sah)
4. Tidak bermalam di Muzhdalifah atau di Mina
5. Tidak melontar Jumrah Aqabah atau tidak melontar pada hari Tasyrik
6. Tidak mengerjakan Thawaf Wada’ (kecuali wanita yang berhalangan
atau uzur)
Dendanya : menyembelih seekor kambing atau kibas, jika tidak mampu
maka berpuasa 10 hari, 3 hari selama di Mekkah dan 7 hari di kampung
halamannya.
B. Dam Takhyir dan Takdir, yaitu denda karena melakukan salah satu
dari :
1. Memakai pakaian berjahit bagi laki-laki.
2. Menutup muka atau memakai sarung tangan bagi perempuan.
3. Memakai wangi-wangian atau minyak rambut.
4. Menutup kepala bagi laki-laki.
5. Mencukur/menggunting rambut atau mencabut bulu-bulu badan.
6. Memotong kuku
7. Melakukan perkara yang mengandung Syahwat
8. Bersetubuh sesudah Tahallul Awal, sebelum Tahallul Tsani.
Dendanya : berpuasa 3 hari atau memberi makan 6 orang fakir/miskin,
setiap orang secupak (600 gr) atau menyembelih seekor kambing
C. Dam Tertib dan Ta’dil, yaitu denda karena melakukan salah satu dari :
1. Bersetubuh sebelum Tahallul Awal.
2. Terhalang atau terkepung atau tersesat (Ihsar)
Barangsiapa bersetubuh sebelum Tahallul Awal maka HAJINYA
BATAL dan dikenakan denda dengan menyembelih seekor unta, atau
sapi atau 7 ekor kambing.
Bagi yang terhalang atau terkepung oleh sesuatu hal yang berlaku di
tanah haram dan tidak dapat meneruskan ibadah hajinya hendaklah
melaksanakan Tahallul pada tempat kejadian berlaku, dengan
bercukur atau menggunting rambut, dan dikenakan denda dengan
menyembelih seekor kambing.
D. Dam Takhyir dan Ta’dil, yaitu denda karena melakukan salah satu
perkara dari :
1. Memburu atau membunuh binatang yang halal dimakan
2. Menebang, memotong atau mencabut pohon atau tanaman di tanah
haram
Dendanya : menyembelih hewan yang sebanding dengan binatang yang
dibunuhnya atau pohon yang dimatikan
HAJI WANITA
Kewajiban haji tidak hanya bagi kaum laki-laki tetapi juga bagi kaum
wanita, sebagaimana perintah Allah SWT dalam surat Al-Imran : ayat 97,
dan sabda Nabi Muhammad SAW.
Pada dasarnya ketentuan dalam ibadah haji bagi lak-laki dan wanita sama
saja, hanya ada beberapa ketentuan khusus seperti tersebut di bawah ini:
1. Apabila seorang wanita dalam perjalanan hajinya mengalami haid atau
nifas, maka dia meneruskan perjalanannya dan menyempurnakan
hajinya dengan mengerjakan apa yang dikerjakan wanita yang dalam
keadaan suci. Hanya saja dia tidak Thawaf di Baitullah. Apabila
seorang wanita mengalami haid atau nifas ketika sedang Ihram, maka
dia tetap meneruskan Ihram-nya, sebab dalam berihram tidak
diharuskan dalam keadaan bersuci.
2. Ketika hendak ber-ihram seorang wanita mengerjakan apa saja yang
dikerjakan oleh seorang laki-laki dalam hal : mandi, membersihkan
badan dengan memotong rambut di badan, memotong kuku dan
diperbolehkan untu memakai wangi-wangian di badan dengan wangi-
wangian yang baunya tidak menyengat.
3. Ketika berniat untuk ihram seorang wanita harus melepas penutup
wajah/cadar jika ia sehari-hari memakai cadar. Dan tidak memakai
sarung tangan selama berihram.
4. Bagi seorang wanita diperbolehkan untuk memakai pakaian apa saja
yang dikehendaki, dari pakai pakaian wanita dengan tanpa perhiasan
padanya, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak ketat hingga
memperlihatkan bentuk tubuh serta tidak transparan sehingga terlihat,
tidak pendek hingga terlihat kakinya atau tangannya. Tapi hendaknya
tebal, panjang dan longgar pakaiannya.
5. Bagi seorang wanita yang berihram diperbolehkan untuk memakai :
Baju panjang, celana, jilbab dan sepatu. Tidak diharuskan untuk
memakai warna tertentu dari pakaiannya, tetapi memakai warna apa
saja yang dikehendakinya dan diperbolehkan untuk berganti pakaian
apabila dikehendaki.
6. Disunnahkan bagi seorang wanita untuk membaca Talbiyah, sekedar
bisa terdengar oleh dirinya sendiri, dan tidak boleh menyaringkan
suaranya untuk menghindari fitnah.
7. Bagi wanita yang sedang Thawaf diwajibkan untuk menutup seluruh
tubuh, merendahkan suara, menundukkan pandangan dan tidak
berdesakan dengan laki-laki, khususnya di sekitar Hajar Aswad atau
Rukun Yamani. Dan hendaklah Thawaf dilingkaran paling luar, sebab
berdesakan antara laki-laki dan wanita adalah HARAM karena bisa
menimbulkan fitnah. Adapun mendekati Ka’bah dan mencium Hajar
Aswad keduanya adalah sunnah apabila dalam keadaan mudah. Dan
janganlah melakukan hal-hal yang haram untuk melaksanakan yang
sunnah. Dan memberi isyarat ketika lurus dengan Hajar Aswad dari
jarak jauh termasuk sunnah juga.
8. Thawaf dan Sa’i nya wanita semuanya dilakukan dengan berjalan,
tidak ada lari-lari kecil.
9. Wanita yang sedang haid, boleh melakukan kegiatan-kegiatan ibadah
haji seperti Wukuf di Arafah, Mabit di Muzhdalifah, melontar jumrah
di Mina kecuali Thawaf di Masjidil Haram menunggu sampai ianya
suci.
10. Memotong rambut bagi wanita baik ketika melaksanakan Umrah
maupun Haji cukup memotong rambutnya seujung kuku saja dan tidak
diperbolehkan bercukur gundul.
11. Bagi wanita yang sedang haid apabila telah melontar jumrah Aqabah
dan memotong rambutnya, maka dia telah halal dari ihramnya dan
telah dihalalkan baginya semua larangan ihram, kecuali berhubungan
dengan suami sebelumThawaf Ifadah.
12. Apabila pada saat akan meninggalkan kota Mekkah baik untuk
kembali ke tanah air maupun untuk ke kota Madinah, jemaah
diwajibkan untuk melaksanakan Thawaf Wada’.
Apabila wanita pada saat itu sedang haid, maka baginya tidak
diwajibkan Thawaf Wada’.
BADAL HAJI
Badal Haji adalah menghajikan orang lain karena tidak mampu secara fisik
atau telah berpulang ke rahmatullah dan belum sempat menunaikan ibadah
haji. Oleh karena mampu merupakan salah satu syarat haji, dimana
kesehatan jasmani/badan termasuk dalam kategori mampu, maka bagi
manula yang sakit, orang lumpuh, orang yang terpotong kedua kakinya dan
orang yang lemah fisiknya dapat di-HAJIkan oleh orang lain untuk
menggugurkan kewajibannya. Begitu pula orang yang telah meninggal dan
belum sempat menunaikan ibadah haji dapat di-hajikan oleh ahli warisnya
atau diwakilkan kepada orang lain