Haji 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

SYARAT, RUKUN, WAJIB

HAJI & UMRAH

SYARAT HAJI SYARAT UMRAH


1. Islam 1. Islam
2. Balig 2. Balig
3. Waras / tidak gila 3. Waras/Tidak gila
4. Merdeka 4. Merdeka
5. Mampu Baik Fisik Maupun Materi 5. Mampu Baik Fisik Maupun Materi

RUKUN HAJI RUKUN UMRAH


1. Ihram 1. Ihram
2. Wukuf di Arafah 2. Thawaf
3. Thawaf Ifadah[Thawaf Haji] 3. Sa’i
4. Sa’i 4. Tahalul
5. Tahalul

WAJIB HAJI WAJIB UMRAH


1. Niat Ihram di Mikat -
2. Bermalam di Muzdalifa -
3. Bermalam di Mina -
4. Melontar Jumrah -
5. Mematuhi larangan Islam -
HUKUM DALAM PEKERJAAN UMRAH & HAJI

Hukum Mengerjakan Umrah


Umrah Haji, Wajib Bagi umat Islam sekali seumur hidup bagi yang
mampu, pelaksanaan ibadah umrah semuanya di wilayah masjidil haram,
kecuali niat yaitu dikerjakan di MIQAT.
Umrah dapat dikerjakan beberapa kali. Setiap kali akan Miqat.
Hukum dalam Mengerjakan Haji :
1. Rukun, ialah pekerjaan dasar pokok ibadah haji yang mesti
dilaksanakan.
Jika salah satu dari Rukun Haji tidak dikerjakan, maka ibadah haji
TIDAK SAH.

2. Wajib, ialah pekerjaan yang mesti dilaksanakan namun tidak


membatalkan ibadah haji bila tidak dikerjakan. Tetapi harus membayar
denda (DAM) yaitu menyembelih seekor kambing atau berpuasa atau
memberi makan fakir-miskin.

3. Sunat, ialah suatu ibadah yang dianjurkan untuk dikerjakan sebagai


sunnah Rasulullah, namun tidak membatal ibadah haji jika tidak
mengerjakannya tidak dikenakan denda atau DAM.

CARA MELAKSANAKAN HAJI


1. Haji Tamattu’
Mengerjakan Umrah dahulu, baru mengerjakan Haji.
2. Haji Ifrad
Mengerjakan Haji dahulu, baru melaksanakan Umrah.
3. Haji Qiran
Mengerjakan Haji dan Umrah bersamaan.

Kecuali Haji Ifrad, Haji Tamattu’ dan Haji Qiran dikenakan DAM
dengan menyembelih seekor Kambing atau Kibas.
Pada umumnya Jamaah calon haji dari Indonesia’mengerjakan haji
Tamattu’baik yang berangkat haji pada gelombang I maupun gelombang II.
MIQAT

Arti Miqat ialah : Ketetapan waktu dan tempat untuk berniat haji atau
umrah.
Miqat ada 2 [dua] macam;
1. MIQAT ZAMANI : menetapkan waktu yang diperbolehkan berniat
ihram haji, mulai tanggal 1 Syawal sampai dengan tanggal 9 Zulhijah
dalam tahun hijrah yang sama.
Sedangkan Miqat Zamani untuk Umrah, ialah sepanjang masa atau kapan
saja,termasuk waktu seseorang berniat untuk Umrah haji. Negara haji
atau Umrah menurut asal dari arah mana jamaah datang.

2. MIQAT MAQANI : menetapkan tempat atau daerah untuk berniat haji


atau Umrah menurut asal dari arah mana Jamaah datang

Jamaah dari Luar Makkah atau Arab Saudi.


1. YALAMLAM : Miqat bagi jamaah dari Yaman, India, Negara sebelah
timur termasuk dari Indonesia, Malaysia dan Pakistan.
Yalamlam adalah nama dari satu bukit dipinggir laut merah yang
jaraknya dari Mekah sekitar 89 km.
2. AL-JUHFA : Miqat bagi jamaah dari negeri Syam, Mesir, Spanyol dan
negara-negara sekitarnya.Ak-Juhfa berjarak sekitar 187 km dari Makkah.
3. QARNUL MANAZIL : Miqat bagi jamaah dari Kuwait, Najid dll, yang
jaraknya dari Makkah kira-kira 94 km.
4. ZATU’IRQIN : MIQAT bagi jamaah dari Iraq dan sekitarnya, jaraknya
dari Makkah kira-kira 94 km.
5. JEDDAH : Miqat bagi jamaah yang datang dengan kapal Laut, yaitu
sebuah pelabuhan yang jaraknya sekitar 60 km dari Makkah.
6. ZULHULAIFAH atau BIR ALI : Miqat bagi jamaah yang datang dari
Madinah dan sekitarnya, jaraknya kira-kira 10 km dari kota Madinah.

Jamaah yang sudah berada di Makkah atau Penduduk Asli Makkah.


1. Miqat Ihram Haji ; seluruh tempat di Makkah baik di jalan rumah hotel
dan pemondokan maupun masjid.
2. Miqat Umrah : a. Ja’ranah , kira-kira 22 km dari masjidil Haram.
b.Tan’im , kira –kira 5 km dari masjidil Haram.
c.Hudaibiyah , kira-kira 29 km dari masjidil Haram.
d.Tanah Halal ,yaitu tempat diluar tanah haram.

Semua jamaah Haji atau jamaah Umrah harus berniat Ihram sebelum
melewati Miqat. Jika tidak maka jamaah tersebut WAJIB kembali
ketempat Miqat untuk berniat Ihram, bila seandainya tidak dapat berbuat
demikian boleh berniat Ihram setelah melewati batas miqat, tetapi jamaah
tersb dikenakan denda [ DAM ].

IHRAM
Dalam ibadah Haji atau Umrah, IHRAM ialah memakai pakaian yang
telah ditentukan dan diharuskan mematuhi larangan-larangan tertentu
sejak dari MIQAT sampai selesai mengerjakan segala Rukun dan wajib
haji atau umrah.

PAKAIAN IHRAM

LAKI-LAKI : memakai 2 [dua] lembar kain yang tidak berjahit untuk


menutup auratnya, selembar untuk menutup aurat antara pusat dan lutut
dan selembar lagi untuk menutup anggota badan bagian atas, dan
disunatkan berwarna putih.

PEREMPUAN : memakai pakaian biasa asalkan menutup seluruh


anggota tubuh atau badan kecal muka dan telapak tangan, dan disunatkan
berwarna putih.
Sebelum pakaian ihram dikenakan, maka jamaah terlebih dahulu mandi
dan bebersih serta memakai wangi-wangian.
Niat mandi :

‫ﻨﻮﻴﺖ ﺍﻠﻐﺴﻞ ﻠﺴﻨﺔ ﺍﻻﺤﺭﺍﻢ ﻠﻠﻪ ﺘﻌﺎ ﻠﻰ‬


Artinya : Sengaja aku mandi sunat Ihram karena Allah Ta’ala.
Kemudian mengenakan pakaian ihram, berwudhu, shalat sunat ihram 2
rakaat [bagi yang belum shalat fardhu, harus mengerjakan shalat fardhu
terlebih dahulu].
Niat shalat Ihram :

‫ﺍ ﺼﻠﻰ ﺴﻨﺔ ﺍﻻﺤﺭﺍﻢ ﺭﻜﻌﺗﻳﻥ ﻠﻠﻪ ﺘﻌﺎ ﻠﻰ‬


Artinya : Sengaja aku shalat sunat Ihram dua rakaat karena Allah
Ta’ala.

Kemudian berniat (sesuai dengan ibadah yang akan dilakukan, Umrah


atau Haji.)
Niat Umrah :

‫ﻠﺑﻳﻙ ﺍﻠﻠﻬﻢ ﺤﺟﺎ‬ atau ‫ﻨﻮﻳﺖ ﺍﻠﻌﻤﺭﺓ ﻮﺍﺤﺭﻤﺖ ﺒﻬﺎ ﻠﻠﻪ ﺘﻌﺎ ﻠﻰ‬
Artinya : Aku datang memenuhi panggilan Mu ya Allah untuk umrah,
Sengaja aku niat Umrah dengan berihram karena Allah Taala.

Larangan–larangan Ihram.
- Memakai pakaian berjahit seperti sarung, celana, baju, kaos kaki, atau
sepatu bagi laki-laki.
- Menutup kepala bagi laki-laki seperti memakai serban, peci atau topi,
tetapi boleh berteduh dibawah pohon atau memakai payung.
- Menutup muka dan memakai sarung tangan bagi perempuan.
- Memakai wangi-wangian, baik dibadan, pakain, minuman atau tempat
tidur.
- Memakai minyak rambut.
- Memburu atau membunuh binatang yang halal dimakan.
- Menebang, mencabut atau memotong tanaman dan tumbuh-tumbuhan.
- Melakukan kegiatan yang dapat memancing syahwat [nafsu birahi].
- Melaksanakan akad nikah atau ijab kabul, baik untuk dirinya sendiri
maupun mewakili orang lain.
- Berhubungan suami istri [bersetubuh].
THAWAF, SA’I , TAHALLUL

A. THAWAF
Thawaf ialah suatu Ibadah mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 Kali putaran
dimulai dari arah yang sejajar dengan Hajar Aswad dan berakhir pada
tempat dan arah yang sama dan sejajar dengan Hajar Aswad ketika kita
memulai thawaf.

Macam-macam Thawaf :
Thawaf Qudum, ialah Thawaf yang dilaksanakan ketika pertama kali
sampai di Masjidil Haram bagi jamaah haji yang melaksanakan haji Ifrad
atau haji Qiran.
Thawaf Umrah, ialah Thawaf yang dilaksanakan jamaah haji yang berniat
Umrah, baik Umrah sunat maupun umrah yang mengikuti haji Tamattu’
atau haji Ifrad.
Thawaf Ifadah, disebut juga Thawaf Haji, ialah Thawaf yang dilaksanakan
sesudah wukuf di Arafah dan melontar Jumrah Aqabah bagi yang
melaksanakan haji Tamattu’dan haji Ifrad.
Thawaf Haji dan Umrah yang dilaksanakan serentak, ialah Thawaf yang
dilaksanakan oleh jamaah yang mengambil haji Qiran dan dilaksanakan
sesudah wukuf di Arafah dan melontar jumrah Aqabah.
Thawaf Wada’, ialah Thawaf yang dilaksanakan ketika hendak
meninggalkan Ka’bah dan Makkah untuk kembali kekampung halaman bagi
jamaah gelombang I dan untuk menuju kota Madinah, bagi jamaah
gelombang II.
Thawaf Sunat, ialah Thawaf yang dilaksanakan kapan saja dan tidak ada
kaitannya dengan Umrah atau Haji.Thawaf sunat dapat dijadikan sebagai
pengganti Shalat Tahiyatul Masjid sebagai penghormatan kepada Baitullah.
Thawaf Sunat tidak diikuti dengan Sa’i dan memakai pakaian biasa.
Thawaf Nazar, ialah Thawaf yang dilaksanakan karena telah berjanji
bernazar akan melaksanakan thawaf di Baitullah.
Pelaksanaan Thawaf
Karena kita melaksanakan haji Tamattu’, berarti thawaf yang kita
laksanakan pertama kali ketika sampai di Masjidil Haram adalah thawaf
Umrah. Ini berarti pada saat kita thawaf kita dalam berpakaian Ihram.
Masuklah ke dalam Masjidil Haram melalui pintu yang ada, dan ketika
sudah berada didalam, lihat dimana sudut Ka’bah yang ada Hajar Aswad,
kemudian berjalanlah menuju Hajar Aswad. Untuk menjaga keamanan dan
kenyamanan menuju Hajar Aswad, berjalanlah mengikuti arah jamaah yang
sedang Thawaf, jangan sekali kali menentang arus perjalanan orang yang
sedang thawaf.
Niat melakukan Thawaf :

‫ﻨﻮﻳﺖ ﺍﻥ ﺍ ﻄﻮﻑ ﺑﮪﺫ ﺍﻟﺑﻴﺕ ﺍﻟﻌﺘﻴﻖ ﺴﺑﻌﺎ ﻜﺎ ﻣﻼ ﻟﻟﻪ ﺘﻌﺎ ﻟﻰ‬

‫ﺑﺴﻡ ﺍﻟﻟﻪ ﺍﻟﻟﻪ ﺍ ﻛﺑﺮ‬


Artinya : Aku berniat melakukan Thawaf dalam Baitul Atiq tujuh kali
sempurna karena Allah Ta’ala.

Setelah kita berada searah Hajar Aswad, hadapkan seluruh badan kearah
Hajar Aswad, angkat telapak tangan kanan, seraya mengucapkan
“Bismillah Allahu Akbar turunkan tangan kita tersebut dan kecuplah.
Kemudian putar kembali badan kita dengan posisi Ka’bah ada disebelah kiri
kita. Langkahkan kaki kanan, selanjutnya berjalan dengan tenang
mengelilingi Ka’bah, sambil berzikir, berdo’a apa saja yang mudah, atau
membaca Al-Qur’an. Tidak ada zikir khusus dan do’a khusus yang
wajib dibacakan baik ketika kita Thawaf maupun Sa’i.
Setiap kita sampai sejajar dengan Rukun Yamani, angkatlah tangan kanan
kita sambil diarahkan dan menoleh ke rukun Yamani dengan mengucapkan,
Bismillahi Allahu Akbar, tanpa mengecupnya,
Merupakan sunnah, ketika berada pada Rukun Yamani dan Hajar Aswad
melantunkan do’a:

‫ﺭﺒﻧﺎ ﺍ ﺘﻧﺎ ﻓﻰﺍﻠﺩ ﻧﻳﺎ ﺤﺳﻧﺔ ﻮﻓﻰﺍﻷﺨﺮﺓ ﺤﺳﻧﺔ ﻮﻗﻧﺎ ﻋﺫ ﺍﺑﺎ ﺍﻠﻧﺎ ﺮ‬
Artinya : Wahai Tuhan kami berikanlah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat serta hindarkanlah kami dari siksa neraka.

Dan disunatkan bagi laki laki untuk berlari lari kecil antara Rukun Yamani
sampai Hajarul Aswad pada setiap putaran.
Ketika kita telah sampai di Hajar Aswad dan berada pada arah yang sama
ketika memulai thawaf, maka berarti kita telah melakukan thawaf satu kali
putaran. Selanjutnya lakukanlah thawaf pada putaran berikutnya sampai 7
kali putaran.

Hal-hal penting yang perlu diketahui pada saat sedang dan sesudah Thawaf:
1. Dalam Riwayat Ahmad dan Al Nasa’i dari Thawus, Nabi SAW bersabda:
“Thawaf mengelilingi Ka’bah adalah Shalat” Diriwayatkan juga oleh
Imam Syafe’i dari Thawus, dari Ibnu Al Ayubi, Rasulullah bersabda,
“Thawaf mengelilingi Ka’bah adalah shalat, tetapi Allah SWT telah
menghalalkan berkata-kata saat Thawaf. Maka barangsiapa berkata-
kata saat Thawaf, hendaklah ia tidak berkata-kata kecuali dengan
ucapan yang baik”. (yang dimaksud shalat disini adalah shalat sunat
Tahayyatul Masjid. Dengan kata lain di Masjidil Haram tidak ada shalat
sunat Tahayyatul Masjid.)
2. Setiap orang yang melakukan Thawaf harus bersih dari hadats besar dan
hadats kecil.
3. Apabila pada saat sedang melaksanakan Thawaf, kita merasakan wudhu
kita batal maka kita wajib berwudhu kembali. Sedangkan Thawaf yang
sudah kita lakukan tidak perlu diulang, akan tetapi setelah kita berwudlu
kita teruskan untuk melanjutkan sisa putaran Thawaf mulai dari tempat
dimana kita batal.
4. Apabila datang waktu shalat wajib, maka bagi yang sedang Thawaf harus
menghentikannya untuk mengikuti shalat berjamaahdan putaran Thawaf
yang masih tersisa diteruskan setelah selesai shalat.
5. Bagi laki-laki, bila keadaan memungkinkan pada putaran 1 s.d putaran
ke-3 disunatkan untuk berlari-lari kecil (ramal).
6. Lakukan shalat sunat Thawaf dua rakaat setelah selesai Thawaf dan
berdo’a di Multazam.
7. Ketika sedang Thawaf, jangan masuk kedalam Hijir Ismail atau jalan
melewati bagian dalammya. Hal ini akan membuat Thawaf tersebut
menjadi batal, karena Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka’bah itu
sendiri.
8. Jangan menyentuh semua sudut Ka’bah ketika sedang Thawaf, bahkan
mengusap-usap penutupnya, pintunya dan maqom Ibrahim. Hal ini tidak
diperkenankan sebab ini merupakan perbuatan bid’ah yang tidak ada
dasarnya dalam syariat.
9. Thawaf hanya dapat dilakukan di dalam Masjidil Haram, dilantai mana
saja kecuali lantai dasar bawah tanah.
10. Kepada kaum wanita, agar tidak menampak-nampakkan kecantikannya,
bersolek dan memakai wangi-wangian ketika sedang Thawaf, karena
dapat membuat kaum laki-laki tergoda olehnya.
11. Jangan memaksakan diri untuk mencium Hajarul Aswad bila peluang
untuk itu sangat sulit, apalagi bagi kaum wanita sampai berdesak-
desakan dengan kaum laki-laki.
Sebaiknya bagi kaum wanita melakukan Thawaf agak menjauh sedikit
dari Ka’bah. Hal ini lebih baik bagi mereka dan lebih agung pahalanya.
Sedangkan bagi laki-laki yang afdal adalah Thawaf mendekati Ka’bah
jika tidak penuh sesak.
12. Jika ragu-ragu berapa putaran telah dilakukan, hendaknya berpegang
pada yang jelas-jelas diyakini yaitu bilangan yang lebih kecil. Misalnya
kita ragu-ragu apakah sudah tiga kali atau empat kali kita Thawaf, maka
ambilah yang terkecil yaitu tiga putaran.
Sesudah selesai melakukan Thawaf 7 kali putaran, berdo’a lah di
Multazam sesuka hati sesuai harapan dan keinginan kita dalam bahasa
apapun. Multazam adalah tempat yang terletak antara Hajarul Aswad
dengan pintu Ka’bah. Kalau tempat tersebut tidak memungkinkan, boleh
juga dari jarak yang jauh, tetapi sejajar dengan Multazam tersebut.

Selanjutnya lakukan Shalat Sunnah Thawaf 2 raka’at, dibelakang maqom


Ibrahim atau yang sejajar dengannya, atau ditempat-tempat lain dalam
Masjidil Haram tersebut.
Niat Shalat Sunat Thawaf :

‫ﺍﺼﻠﻰ ﺳﻧﺔ ﺍﻠﻁﻮﺍﻑ ﺭﻜﻌﺗﻳﻦ ﻠﻠﻪ ﺗﻌﺎﻠﻰ‬


Artinya : Sengaja aku Shalat Sunat Thawaf dua rakaat karena Allah
Taala.

Kemudian sebelum kita menuju bukit Safa untuk melakukan Sa’i,


minumlah air Zam-Zam melalui kran-kran yang tersedia, karena saat ini
sumur air Zam-Zam sudah tidak ada lagi. Dan berdo’a lah sebelum
meminumnya.
Do’a ketika minum air Zam-Zam:

‫ﺍﻠﻠﻬﻢ ﺍﻧﻰ ﺍﺳﺄ ﻠﻙ ﻋﻠﻣﺎ ﻧﺎ ﻓﻌﺎ ﻮﺭﺯﻗﺎ ﻮﺍﺳﻌﺎ ﻮﺷﻔﺎﺀ ﻣﻦ‬


‫ﻜﻞ ﺪﺍﺀ ﻮﺳﻗﻡ ﺑﺭﺤﻣﺗﻙ ﻳﺎ ﺍﺭﺤﻡ ﺍﻟﺭﺍﺤﻣﻳﻥ‬
Artinya : Ya Allah, aku mohon kepada Mu ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, rizki yang luas dan kesembuhan dari segala sakit
dan penyakit dengan rahmat Mu ya Allah yang Maha
Pengasih.
B. S A ‘ I
Sa’i adalah melakukan perjalanan dimulai dari bukit Safa menuju bukit
Marwah bolak balik sebanyak 7 (tujuh) kali perjalanan, dan perjalanan
ini akan berakhir di Bukit Marwah. Jadi perjalanan dari Safa ke Marwah
dihitung 1 kali, juga dari Marwah ke Safa 1 kali.
Beberapa hal penting yang perlu diketahui, baik sebelum maupun ketika
sedang dan setelah melakukan Sa’i
Niat melakukan Sa’i :

‫ﻨﻮﻳﺖ ﺍﻥ ﺍ ﺴﻌﻰ ﺒﻳﻥ ﺍﻟﺼﻓﺎ ﻮﺍ ﻟﻣﺮﻮﺓ ﺴﺑﻌﺎ ﻜﺎ ﻣﻼ ﻟﻟﻪ ﺘﻌﺎ ﻟﻰ‬

‫ﺑﺴﻡ ﺍﻟﻟﻪ ﺍﻟﻟﻪ ﺍ ﻛﺑﺮ‬


Artinya : Aku berniat melakukan Sa’i antara Safa dan Marwah tujuh kali
sempurna karena Allah Ta’ala.

Sebelum melakukan Sa’i


1. Naiklah ke puncak bukit Safa bila memungkinkan, karena perbuatan ini
merupakan sesuatu yang lebih utama (afdol), tetapi bila tidak cukup
sampai dilerengnya saja.
2. Pada saat mendaki bukit tersebut, bacalah firman Allah Surat Al Baqarah
ayat 158
3. Setelah berada diatas bukit Safa atau lerengnya, menghadaplah ke
Ka’bah seraya membaca Tahmid serta Takbir (3 kali) sambil mengangkat
kedua tangan seperti orang yang berdo’a dan bacalah do’a.

Pada saat melakukan Sa’i


1. Setelah turun dari bukit atau lereng Safa, mulailah perjalanan Sa’i dari
Safa kem Marwah.
2. Bacalah do’a sesuai dengan keinginan dan harapan masing-masing.
Tidak ada do’a yang menjadi kewajiban dibaca ketka melaksanakan Sa’i.
3. Ketika melewati pilar hijau, bagi laki-laki disunatkan untuk berlari-lari
kecil, sedang bagi wanita berjalan seperti biasa. Demikian pula nanti
ketika kita berjalan dari bukit Marwah menuju bukit Safa.
4. Apabila telah berada di bukit Marwah, lakukanlah seperti pada saat
menaiki puncak Safa, Kemudian berjalanlah menuju bukit Safa dan
seterusnya sampai 7 kali. Perjalanan diakhiri di bukit Marwah.
5. Jamaah haji yang melakukan Sa’i tidak wajib suci dari hadats besar atau
hadats kecil, tetapi disunatkan suci dari hadats besar atau hadats kecil.
6. Bagi kaum laki-laki, kain Ihram bahagian atas diperbolehkan menutup
kedua bahunya atau tidak dipakai seperti kita sedang Thawaf.
7. Apabila sedang melakukan Sa’i, masuk waktu shalat wajib, maka sa’i
dihentikan untuk turut melaksanakan shalat berjamaah. Kemudian selesai
shalat, Sa’i diteruskan kembali.

Setelah selesai melakukan Sa’i


1. Selesai perjalanan Sa’i yang diakhiri di bukit Marwah, maka sebelum
meninggalkan bukit Marwah berdo’a lah sambil menghadap ke Ka’bah.
2. Kemudian cukurlah/potonglah rambut anda sekurang-kurangnya 3 helai,
dan ini berarti anda telah melakukan Tahallul.
3. Khusus untuk kaum wanita agar berhati-hati pada saat memotong
rambutnya, agar jangan sampai terbuka penutup kepalanya.

C. TAHALLUL
Tahallul adalah menghalalkan kembali apa yang diharamkan atau dilarang
ketika kita sedang ber-Ihram dngan ditandai memendekkan rambut
(bergunting atau bercukur), baik pada Ihram Umrah maupun Ihram Haji.
Apabila kita melaksanakan Ihram Umrah, maka setelah melaksanakan
Tahallul kita bebas dari segala yang diharamkan, termasuk berhubungan
suami istri.

Tahallul pada Ihram Haji terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu :


1. Tahallul Awal (pertama)
2. Tahallul Tsani (kedua)
Tahallul Awal, ialah melepaskan diri dari keadaan Ihram setelah
melakukan dua diantara tiga perbuatan, yaitu :
a. Melontar Jamrah Aqabah
b. Mencukur/menggunting rambut
c. Thawaf Ifadah dan Sa’i

Tahallul Tsani, ialah apabila keadaan seseorang setelah melakukan ketiga


perbuatan tersebut diatas yaitu : Melontar Jamrah Aqabah, bercukur,
Thawaf Ifadah dan Sa’i, maka semua yang diharamkan telah menjadi halal
termasuk berhubungan suami istri.

Tata cara menggunting/mencukur rambut


1. Boleh menggunting rambut sendiri atau dengan bantuan orang lain. Pria
boleh menggunting rambut wanita atau sebaliknya apabila ada hubungan
mahram. Bila tidak ada, hukumnya haram.
2. Bagi pria disunatkan mencukur habis atau memendekkan rambut kepala
atau sekurang-kurangnya memotong sebelah kanan, tengah dan kiri.
Tetapi bagi jamaah haji yang melakukan umah, sebaiknya menggunting
rambutnya minmal 3 helai. Karena nanti setelah melempar Jamrah
Aqabah baru mencukur habis atau memendekkan rambutnya.
3. Bagi wanita afdolnya rambut dikumpulkan menjadi satu, kemudian
ujungnya dipotong atau memotong sekurang-kurangnya 3 (tiga) helai
rambut sepanjang jarum.
Do’a melakukan Tahallul :

‫ﺍ ﻟﻟﻬﻡ ﺍ ﺠﻌﻝ ﻟﻛﻝ ﺸﻌﺭ ﻧﻭﺭﺍ ﻳﻭ ﻡ ﺍ ﻟﻘﻳﺎ ﻣﺔ‬


Artinya : Ya Allah, jadikanlah setiap rambutku yang tergunting menjadi
cahaya pada hari kiamat.
PROSES PERJALANAN HAJI INDONESIA

Perjalanan Ibadah Haji Indonesia melalui Batam dibagi dalam 2 (dua)


gelombang:
A. GELOMBANG PETAMA.
Batam – Madinah – Makkah – Arafah – Muzdalifah – Mina – Makkah –
Jeddah – Batam.
B. GELOMBANG KEDUA
Batam – Jeddah – Makkah – Arafah – Muzdalifah – Mina – Makkah –
Madinah – Batam.

PELAKSANAAN BADAH HAJI TAMATTU’

A. UMRAH HAJI
Gelombang Pertama
- Setibanya di Airport Madinah, usahakan untuk sujud syukur.
- Setelah tiba dan berada di Madinah selama 8 atau 9 hari, mengerjakan
Arbain di Masjid Nabawi.
- Sebelum berangkat menuju Makkah, di pemondokan/hotel, jamaah
mandi dan memakai pakaian ihram.
- Jamaah diberangkatkan dengan Bus menuju Miqat di Masjid
Zulhulaifah [BIR ALI], untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:
1. Berwudhu [bagi yang belum/batal wudhunya]
2. Shalat sunat Tahayyatul Masjid
3. Shalat Sunat Ihram.
4. Berniat Umrah.
- Berangkat menuju Makkah [Selama dalam perjalanan ber-talbiyah,
do’a, zikir, baca Al-qur’an, istirahat].
- Setelah tiba di Makkah dan menempati maktab/pemondokan/hotel/
kamar yang ditentukan, bersiap-siap untuk menuju Masjidil Haram
guna melaksanakan ibadah Umrah.
- Pelaksanaan Ibadah Umrah meliputi :
1. Membaca Talbiah {sejak dari maktab sampai kedepan pintu
Masjidil Haram}.
2. Membaca do’a masuk Masjidil Haram.
3. Membaca do’a kelihat melihat Ka’bah.
4. Melaksanakan Thawaf [mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran] dengan
membaca niat :
Niat melakukan Thawaf :

‫ﻨﻮﻳﺖ ﺍﻥ ﺍ ﻄﻮﻑ ﺑﮪﺫ ﺍﻟﺑﻴﺕ ﺍﻟﻌﺘﻴﻖ ﺴﺑﻌﺎ ﻜﺎ ﻣﻼ ﻟﻟﻪ ﺘﻌﺎ ﻟﻰ‬

‫ﺑﺴﻡ ﺍﻟﻟﻪ ﺍﻟﻟﻪ ﺍ ﻛﺑﺮ‬


Artinya : Aku berniat melakukan Thawaf dalam Baitul Atiq tujuh kali
sempurna karena Allah Ta’ala.
Dimulai dari arah yang sejajar antara sudut Hajar Aswad dengan
Lampu Hijau diarah sebelah kanan kita.
5. Berdo’a di Multazam [tempat antara Hajar Aswad dengan Pintu
Ka’bah].
6. Shalat sunat Thawaf

‫ﺍﺼﻠﻰ ﺳﻧﺔ ﺍﻠﻁﻮﺍﻑ ﺭﻜﻌﺗﻳﻦ ﻠﻠﻪ ﺗﻌﺎﻠﻰ‬


Artinya : Sengaja aku Shalat Sunat Thawaf dua rakaat karena
Allah Taala.
7. Minum air Zam-Zam. Do’a ketika minum air Zam-Zam:

‫ﺍﻠﻠﻬﻢ ﺍﻧﻰ ﺍﺳﺄ ﻠﻙ ﻋﻠﻣﺎ ﻧﺎ ﻓﻌﺎ ﻮﺭﺯﻗﺎ ﻮﺍﺳﻌﺎ ﻮﺷﻔﺎﺀ ﻣﻦ‬


‫ﻜﻞ ﺪﺍﺀ ﻮﺳﻗﻡ ﺑﺭﺤﻣﺗﻙ ﻳﺎ ﺍﺭﺤﻡ ﺍﻟﺭﺍﺤﻣﻳﻥ‬
Artinya : Ya Allah, aku mohon kepada Mu ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, rizki yang luas dan kesembuhan dari segala sakit dan
penyakit dengan rahmat Mu ya Allah yang Maha Pengasih.
8. Sa’i yaitu melaksanakan perjalanan bolak-balik antara bukit
SHAFA dan BUKIT MARWAH sebanyak 7 kali perjalanan. Bagi
laki-laki ketika melewati dinding /pilar hijau disunatkan untuk
berlari-lari kecil. Sa’i ini dimulai dari Bukit Shafa berakhir di Bukit
Marwah.
9. Tahallul, yaitu menggunting rambut sekurang kurang-kurangnya 3
helai. Dengan doa :

‫ﺍ ﻟﻟﻬﻡ ﺍ ﺠﻌﻝ ﻟﻛﻝ ﺸﻌﺭ ﻧﻭﺭﺍ ﻳﻭ ﻡ ﺍ ﻟﻘﻳﺎ ﻣﺔ‬


Artinya : Ya Allah, jadikanlah setiap rambutku yang tergunting
menjadi cahaya pada hari kiamat.
Dengan telah dilaksanakannya Tahallul, berarti jamaah sudah tidak
terikat lagi dengan larangan selama berihram.
10. Kembali ke hotel/Maktab dan mengganti pakaian ihram dengan
pakaian biasa. Dan kegiatan ibadah Umrah sudah selesai.
- Memperbanyak ibadah shalat berjamaah dan ibadah-ibadah lainnya di
Masjidil Haram sambil menunggu tibanya hari TARWIYAH
(tanggal 8 Zulhijjah)

Gelombang Kedua
- Setelah tiba di Airport Jeddah, usahakan untuk dapat sujud syukur.
Kemudian mandi sunat Ihram, berwudhu, dan memakai pakaian
ihram.
- Shalat sunat Ihram.
- Berniat untuk Umrah.
- Berangkat menuju Makkah [selama dalam perjalanan ber-talbiyah,
do’a, zikir, membaca Alquran, istirahat.]
- Setelah tiba di Makkah dan menempati maktab/pemondokan/
hotel/kamar/yang ditentukan, bersiap-siap untuk menuju Masjidil
Haram guna melaksanakan ibadah Umrah.
- Pelaksanaan ibadah umrah meliputi :
1. Membaca Talbiyah [sejak dari maktab sampai ke depan pintu
Masjidil haram.
2. Membaca do’a masuk Masjidil Haram
3. Membaca do’a ketika melihat Ka’bah.
4. Melaksanakan Thawaf [mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran]
dimulai dari arah yang sejajar antara sudut Hajar Aswad dengan
Lampu Hijau di arah sebelah kanan kita.
5. Berdo’a di Multazam [tempat antara hajar Aswad dengan pintu
Ka’bah]
6. Shalat sunat Thawaf.
7. Minum Air Zam-Zam.
8. Sa’i, yaitu melaksanakan perjalanan bolak balik antara Bukit Syafa
dan Bukit Marwah sebanyak 7 kali perjalanan. Dalam perjalanan ini
bagi laki-laki ketika melewati dinding/pilar hijau disunatkan untuk
berlari-lari kecil. Sa’i ini dimulai dari Bukit Syafa dan berakhir di
Bukit Marwah.
9. Tahallul, yaitu menggunting rambut sekurang-kurangnya 3 helai.
Dengan telah dilaksanakannya Tahallul, berarti jamaah sudah tidak
terikat lagi dengan larangan selama ber-Ihram.
10. Kembali ke hotel/Maktab dan mengganti pakaian Ihram dengan
pakaian biasa. Dan kegiatan Ibadah Umrah sudah selesai.
- Memperbanyak ibadah shalat berjamaah dan ibadah-ibadah lainnya di
Masjidil Haram sambil menunggu tibanya hari TARWIYAH Tanggal
8 Zulhijah.

B. HAJI
GELOMBANG PERTAMA DAN KEDUA :
HARI TARWIYAH (TANGGAL 08 ZULJIJJAH)
- Jamaah melakukan persiapan di Mantuk ktab/Hotel masing-masing
untuk menuju Arafah, kegiatannya :
1. Mandi Sunat Ihram
2. Mengenakan Pakaian Ihram, berwudlu
3. Melaksanakan shalat Zuhur dan Ashar dengan cara Jama’ Qashar
Takdim
4. Shalat Sunat Ihram
5. Berniat untuk melaksanakan Haji

- Berangkat menuju Arafah, dipimpin oleh Ketua Kloter/Ketua


Rombongan/TPHI/TPHD dengan menggunakan bus yang telah
disediakan (Nomor bus sama dengan nomor Maktab di Mekkah).
Selama dalam perjalanan ber-talbiyah, do’a, zikir.
- Di Arafah menempati Kemah yang sudah tersedia (Nomor Kemah
baik di Arafah maupun di Mina, sesuai dengan nomor Maktab di kota
Mekkah).
- Malam harinya, selain melaksanakan Shalat Maghrib dan Isya dengan
cara di Jama’ Qashar Takdim, digunakan untuk memperbanyak zikir,
berdo’a, membaca Al Qur’an dan istirahat untuk menjaga kondisi badan
agar esok harinya ketika wukuf tetap sehat.
- Apabila masuk waktu shalat Subuh, laksanakanlah shalat Subuh
berjamaah.

HARI ARAFAH (TANGGAL 09 ZULHIJJAH)


- Sejak pagi hari sampai menjelang masuknya shalat Zuhur (waktu Wukuf)
gunakanlah kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk berdo’a,
berzikir, istighfar, dan membaca Talbiyah. Lakukanlah semuanya ini
dengan tenang tanpa mengganggu sesama jamaah haji.
- Setelah tergelincir matahari, jamaah berkumpul untuk mendengarkan
Khutbah Wukuf atau dikenal juga dengan sebutan Khutbah Arafah.
- Setelah selesai Khutbah tersebut maka laksanakanlah shalat berjamaah
Zuhur dan Ashar di Jama’ Qashar Takdim, kemudian membaca do’a,
berzikir dan Talbiyah.
- Selanjutnya apabila masuk waktu shalat Maghrib, maka lakukanlah
shalat berjamah Maghrib dan Isya dengan Jama’ Qashar Takdim di
kemah masing-masing. Kemudian bersiap-siaplah untuk berangkat
menuju Muzhdalifah untuk Mabit. Sesampainya di Muzhdalifah, ikuti
petunjuk Ketua Kloter/Ketua Rombongan/Pembimbing Ibadah Haji.
Gunakanlah kesempatan selama berada di Muzhdalifah untuk berdo’a,
berzikir, membaca Talbiyah, dan kemudian carilah batu-batu kecil lebih
kurang 70 butir atau sekurang-kurangnya 7 (tujuh) butir.
- Setelah lewat tengah malam, jamaah diberangkatkan menuju Mina dan
menempati kemah-kemah yang sudah disediakan.
- Sesampainya di kemah/Mina, apabila masuk waktu shalat Subuh, maka
laksanakan shalat Subuh berjamaah. Selanjutnya ikutilah petunjuk
pembimbing ibadah Haji melalui ketua rombongan/ketua regu untuk
berangkat menuju Jamarat (tempat melempar Jumrah).

HARI NAHAR (10 ZULHIJJAH)


- Pada jam yang ditentukan oleh pembimbing ibadah haji, berangkatlah ke
tempat pelontaran (Jamarat) untuk melempar JUMRAH AQABAH
dengan 7 (tujuh) butir batu. Selama dalam perjalanan jangan lupa ber-
talbiyah dan setelah sampai di tempat pelontaran, hentikanlah talbiyah.
- Setelah melontar, berdo’a lah dan kemudian jamaah menggunting/
mencukur rambut.
- Kembali ke kemah untuk menanggalkan pakaian Ihram dan mengganti
dengan pakaian biasa. Apabila ini sudah dilakukan, maka berarti jamaah
telah bertahallul awal (telah melaksanakan 4 dari 5 Rukun Haji), artinya
bebas dari larangan-larangan selama berihram kecuali bersetubuh.
- Selama dalam perjalanan menuju kemah dan selama hari Tasyrik, jamaah
ber-Takbir. (Talbiyah tidak diucapkan lagi).

HARI TASYRIK (11, 12, 13 ZULHIJJAH)


- Pastikan dulu bersama seluruh jamaah, apakah jamaah akan mengambil
Nafar Awal atau Nafar Tsani.
Nafar Awal, berarti jamaah berada/Mabit di Mina hanya sampai tanggal
12 Zulhijjah. Sebelum masuk waktu Magrib tanggal tersebut jamaah
harus meninggalkan Mina untuk kembali ke Mekkah.
Nafar Tsani, berarti jamaah berada di kota Mina sampai tanggal 13
Zulhijjah.
- Tanggal 11 Zulhijjah, Jamaah berangkat ke Jamarat untuk melontar 3
(tiga) Jumrah, yaitu Jumrah Ula (pertama), Wustha (kedua) dan Jumrah
Aqabah (ketiga), dengan batu-batu kecil yang kita bawa dari
Muzhdalifah atau yang kita ambil dari sekitar kemah kita di Mina. Setiap
Jumrah dilempar dengan 7 (tujuh) butir batu. Selama dalam perjalanan
dari Kemah menuju Jamarat dan kembali ke kemah, selalu bertakbir.
- Tanggal 12 Zulhijjah, berangkat lagi menuju Jamarat untuk melontar 3
Jumrah seperti yang dilakukan pada hari tanggal 11 Zulhijjah.
- Bagi yang mengambil Nafar Awal, bersiap-siaplah untuk kembali ke
kota Mekkah sebelum masuk waktu shalat Maghrib. Dan setibanya di
Mekkah laksanakan Thawaf Ifadah dan Sa’i.
- Tanggal 13 Zulhijjah, bagi yang mengambil Nafar Tsani, kembali ke
Jamarat untuk melempar 3 Jumrah kembali. Sesudah melempar Jumrah
tersebut maka jamaah kembali seluruhnya ke kota Mekkah untuk
selanjutnya melaksanakan Thawaf Ifadah dan Sa’i.
- Thawaf Ifadah, boleh dilakukan kapan saja sebelum meninggalkan kota
mekkah (sebelum Thawaf Wada’)
Tata cara Thawaf Ifadah sama dengan Thawaf lainnya. Kemudian selesai
Thawaf, berdo’a di Multazam, shalat sunat Thawaf, minum air Zam-Zam
dan menuju bukit Safa untuk melaksanakan Sa’i.
- Sa’i, tata caranya sama dengan Sa’i ketika melaksanakan umrah, yaitu
berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwah (pulang pergi) 7 kali
perjalanan.
- Selesai melaksanakan Sa’i yang berakhir di bukit Marwah, maka
selesailah seluruh rangkaian ibadah Haji. Dan berarti pula seluruh jamaah
telah melaksanakan Tahallul Akhir.
- Di dalam pelaksanaan Tahallul Akhir, tidak ada ketentuan harus
memotong/menggunting/mencukur rambut lagi.
- Dengan selesainya thahallul akhir tersebut berarti satu-satunya larangan
yang masih melekat (bersetubuh) sudah boleh dilakukan.
THAWAF WADA’
- Thawaf ini disebut juga Thawaf Perpisahan. Thawaf Wada’ dilakukan
sebelum meninggalkan kota Mekkah untuk kembali ke tanah air atau ke
kota Madinah (bagi jamaah gelombang II).
- Walaupun Thawaf ini hukumnya Wajib, tetapi bagi perempuan yang
berhalangan dan bagi yang uzur, tidak mengapa kalau tidak
melaksanakan Thawaf Wada’
- Pelaksanaan Thawaf Wada’ tidak diikuti dengan Sa’i
- Setelah melaksanakan Thawaf Wada’, jamaah tidak boleh lagi berada di
Masjidil Haram dan melakukan kegiatan-kegiatan jual beli.

DAM, HAJI WANITA, BADAL HAJI

DAM
DAM, dalam ibadah Haji atau Umrah ialah denda yang dikenakan kepada
orang yang melanggar larangan-larangan Ihram pada saat Ihram.

MACAM-MACAM DAM
A. Dam Tertib dan Takdir, yaitu denda bagi siapa saja melakukan salah
satu dari :
1. Tidak berniat dan berihram di Miqat
2. Mengerjakan Haji secara Tamattu’ atau Haji Qiran
3. Luput atau tidak Wukuf di Arafah (Hajinya tidak sah)
4. Tidak bermalam di Muzhdalifah atau di Mina
5. Tidak melontar Jumrah Aqabah atau tidak melontar pada hari Tasyrik
6. Tidak mengerjakan Thawaf Wada’ (kecuali wanita yang berhalangan
atau uzur)
Dendanya : menyembelih seekor kambing atau kibas, jika tidak mampu
maka berpuasa 10 hari, 3 hari selama di Mekkah dan 7 hari di kampung
halamannya.
B. Dam Takhyir dan Takdir, yaitu denda karena melakukan salah satu
dari :
1. Memakai pakaian berjahit bagi laki-laki.
2. Menutup muka atau memakai sarung tangan bagi perempuan.
3. Memakai wangi-wangian atau minyak rambut.
4. Menutup kepala bagi laki-laki.
5. Mencukur/menggunting rambut atau mencabut bulu-bulu badan.
6. Memotong kuku
7. Melakukan perkara yang mengandung Syahwat
8. Bersetubuh sesudah Tahallul Awal, sebelum Tahallul Tsani.
Dendanya : berpuasa 3 hari atau memberi makan 6 orang fakir/miskin,
setiap orang secupak (600 gr) atau menyembelih seekor kambing

C. Dam Tertib dan Ta’dil, yaitu denda karena melakukan salah satu dari :
1. Bersetubuh sebelum Tahallul Awal.
2. Terhalang atau terkepung atau tersesat (Ihsar)
Barangsiapa bersetubuh sebelum Tahallul Awal maka HAJINYA
BATAL dan dikenakan denda dengan menyembelih seekor unta, atau
sapi atau 7 ekor kambing.
Bagi yang terhalang atau terkepung oleh sesuatu hal yang berlaku di
tanah haram dan tidak dapat meneruskan ibadah hajinya hendaklah
melaksanakan Tahallul pada tempat kejadian berlaku, dengan
bercukur atau menggunting rambut, dan dikenakan denda dengan
menyembelih seekor kambing.

D. Dam Takhyir dan Ta’dil, yaitu denda karena melakukan salah satu
perkara dari :
1. Memburu atau membunuh binatang yang halal dimakan
2. Menebang, memotong atau mencabut pohon atau tanaman di tanah
haram
Dendanya : menyembelih hewan yang sebanding dengan binatang yang
dibunuhnya atau pohon yang dimatikan
HAJI WANITA
Kewajiban haji tidak hanya bagi kaum laki-laki tetapi juga bagi kaum
wanita, sebagaimana perintah Allah SWT dalam surat Al-Imran : ayat 97,
dan sabda Nabi Muhammad SAW.
Pada dasarnya ketentuan dalam ibadah haji bagi lak-laki dan wanita sama
saja, hanya ada beberapa ketentuan khusus seperti tersebut di bawah ini:
1. Apabila seorang wanita dalam perjalanan hajinya mengalami haid atau
nifas, maka dia meneruskan perjalanannya dan menyempurnakan
hajinya dengan mengerjakan apa yang dikerjakan wanita yang dalam
keadaan suci. Hanya saja dia tidak Thawaf di Baitullah. Apabila
seorang wanita mengalami haid atau nifas ketika sedang Ihram, maka
dia tetap meneruskan Ihram-nya, sebab dalam berihram tidak
diharuskan dalam keadaan bersuci.
2. Ketika hendak ber-ihram seorang wanita mengerjakan apa saja yang
dikerjakan oleh seorang laki-laki dalam hal : mandi, membersihkan
badan dengan memotong rambut di badan, memotong kuku dan
diperbolehkan untu memakai wangi-wangian di badan dengan wangi-
wangian yang baunya tidak menyengat.
3. Ketika berniat untuk ihram seorang wanita harus melepas penutup
wajah/cadar jika ia sehari-hari memakai cadar. Dan tidak memakai
sarung tangan selama berihram.
4. Bagi seorang wanita diperbolehkan untuk memakai pakaian apa saja
yang dikehendaki, dari pakai pakaian wanita dengan tanpa perhiasan
padanya, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak ketat hingga
memperlihatkan bentuk tubuh serta tidak transparan sehingga terlihat,
tidak pendek hingga terlihat kakinya atau tangannya. Tapi hendaknya
tebal, panjang dan longgar pakaiannya.
5. Bagi seorang wanita yang berihram diperbolehkan untuk memakai :
Baju panjang, celana, jilbab dan sepatu. Tidak diharuskan untuk
memakai warna tertentu dari pakaiannya, tetapi memakai warna apa
saja yang dikehendakinya dan diperbolehkan untuk berganti pakaian
apabila dikehendaki.
6. Disunnahkan bagi seorang wanita untuk membaca Talbiyah, sekedar
bisa terdengar oleh dirinya sendiri, dan tidak boleh menyaringkan
suaranya untuk menghindari fitnah.
7. Bagi wanita yang sedang Thawaf diwajibkan untuk menutup seluruh
tubuh, merendahkan suara, menundukkan pandangan dan tidak
berdesakan dengan laki-laki, khususnya di sekitar Hajar Aswad atau
Rukun Yamani. Dan hendaklah Thawaf dilingkaran paling luar, sebab
berdesakan antara laki-laki dan wanita adalah HARAM karena bisa
menimbulkan fitnah. Adapun mendekati Ka’bah dan mencium Hajar
Aswad keduanya adalah sunnah apabila dalam keadaan mudah. Dan
janganlah melakukan hal-hal yang haram untuk melaksanakan yang
sunnah. Dan memberi isyarat ketika lurus dengan Hajar Aswad dari
jarak jauh termasuk sunnah juga.
8. Thawaf dan Sa’i nya wanita semuanya dilakukan dengan berjalan,
tidak ada lari-lari kecil.
9. Wanita yang sedang haid, boleh melakukan kegiatan-kegiatan ibadah
haji seperti Wukuf di Arafah, Mabit di Muzhdalifah, melontar jumrah
di Mina kecuali Thawaf di Masjidil Haram menunggu sampai ianya
suci.
10. Memotong rambut bagi wanita baik ketika melaksanakan Umrah
maupun Haji cukup memotong rambutnya seujung kuku saja dan tidak
diperbolehkan bercukur gundul.
11. Bagi wanita yang sedang haid apabila telah melontar jumrah Aqabah
dan memotong rambutnya, maka dia telah halal dari ihramnya dan
telah dihalalkan baginya semua larangan ihram, kecuali berhubungan
dengan suami sebelumThawaf Ifadah.
12. Apabila pada saat akan meninggalkan kota Mekkah baik untuk
kembali ke tanah air maupun untuk ke kota Madinah, jemaah
diwajibkan untuk melaksanakan Thawaf Wada’.
Apabila wanita pada saat itu sedang haid, maka baginya tidak
diwajibkan Thawaf Wada’.
BADAL HAJI
Badal Haji adalah menghajikan orang lain karena tidak mampu secara fisik
atau telah berpulang ke rahmatullah dan belum sempat menunaikan ibadah
haji. Oleh karena mampu merupakan salah satu syarat haji, dimana
kesehatan jasmani/badan termasuk dalam kategori mampu, maka bagi
manula yang sakit, orang lumpuh, orang yang terpotong kedua kakinya dan
orang yang lemah fisiknya dapat di-HAJIkan oleh orang lain untuk
menggugurkan kewajibannya. Begitu pula orang yang telah meninggal dan
belum sempat menunaikan ibadah haji dapat di-hajikan oleh ahli warisnya
atau diwakilkan kepada orang lain

UPAH BADAL HAJI


Persoalan menghajikan orang lain (Badal Haji) mengarah kepada persoalan
Upah Mengupah. Padahal merupakan ibadah bagi yang melaksanakannya,
namun tidak selamanya menghajikan orang lain ada upah yang harus
diterima oleh pelakunya.
Para ulama membolehkan mengambil upah sesuai dengan kesepakatan
sebagaimana orang yang mengajarkan membaca Al Qur’an, Guru Fiqhi,
Imam masjid dan Bilal diperbolehkan menerima upah dan honor, apalagi
dalam pelaksanaan Ibadah Haji yang membutuhkan biaya yang tidak
sedikit.

PELAKSANA atau PELAKU BADAL HAJI


Orang yang melaksanakan Badal Haji harus sudah pernah menunaikan
ibadah haji untuk dirinya sendiri, dan perempuan boleh menghajikan laki-
laki atau laki-laki boleh menghajikan perempuan dengan syarat harus
melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan berdasarkan aturan dan tata
cara ibadah haji.

DASAR HUKUM BADAL HAJI


Badal Haji telah ada sejak zaman Rasulullah berdasarkan beberapa hadits
dari Rasulullah, antara lain terjemahannya sebagai berikut:
Datang seorang perempuan dari Kabilah Khas’am kepada Rasulullah : “Ya
Rasulullah, sesungguhnya salah satu kewajiban dari Allah atas hambanya
adalah haji, sedangkan ayahku sudah tua-renta dan tidak mampu lagi
melaksanakan haji walaupun memakai kendaraan, apakah saya harus
melaksanakannya”. Rasulullah menjawab, “ Ya, lakukanlah”. (Hadits
diriwayatkan Imam Malik, Syafe’i, Bukhari dan Muslim.)

Hadits dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah mendengar seorang berkata


(berniat) : “Saya memenuhi panggilan Mu ya Allah untuk Syubramah.”
Rasulullah bertanya : “Siapa Syubramah itu”. Orang itu menjawab,
“Saudaraku”. Kemudian Rasulullah bersabda : “Berhajilah untuk dirimu
sendiri, baru dapat melaksanakan haji untuk Syubramah”
(Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Hibban dan Hakim)

Anda mungkin juga menyukai