FKK UGM - Memahami PERPRES No 59 THN 2024 TTG JKN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 42

FKK UGM

Yogyakarta

MEMAHAMI

PERPRES No 59/2024
Tentang JKN

Selasa 21 Mei 2024


Curriculum Vitae
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes, S.H, M.H Experience

Founder Achilles Health Law Indonesia


Akademisi | Dosen Hukum Kesehatan
Praktisi & Pengalaman Perumahsakitan n Dosen Pascasarjana Magister Hukum UNPAB | 2016 – Skrg
1. Founder Achilles Health Law Firm (AHLI) n Dosen Pascasarjana Magister Hukum NTU Academy Nomensen
2. Anggota Badan Pengawas RS Provsu | 2021 – Skrg n Dosen IKKES Helvetia – Prodi Administrasi Rumah Sakit dan AKK
3. Direktur PT. Safety Medical Indonesia | 2023 – Skrg n Dosen Pascasarjana Magister Hukum Univ. Prima Indonesia
4. Direktur PT. Sri Pamela Medika Nusantara | 2021 - 2023
5. Direktur RSU Bunda Thamrin | 2020 – 2021 Organisasi Perumahsakitan
6. Direktur Utama PT. RMH (Regina Maris Hospital) | 2018 n Kompartemen Hukum PERSI PUSAT | 2021 – Skrg
7. Direktur RSU Sarah | 2015 – 2019 n Kompartemen Hukum ARSSI PUSAT | 2022 – Skrg
8. Konsultan JICA KPPIP-SF (Japan) | 2016 - 2019 n Ketua ARSSI SUMUT | 2022 – Skrg
9. Kepala Pelayanan Medis RS Sarah | 2014 – 2015
10. Kepala Bag. Legal & Umum RS Khusus Mata SMEC | 2013 Organisasi Profesi Dokter
n Ketua BHP2A PB IDI Jakarta | 2022 – Skrg
n Sekretaris MKEK IDI Wilayah SUMUT | 2016 – Skrg
n Pengurus PB IDI Jakarta | 2016 – 2018
n LAFKESPRI – LAM KPRS

Organisasi Hukum Kesehatan


n Ketua DPW MHKI SUMUT | 2021 – Skrg
n Pengurus ADHKI (Asosiasi Dosen Hukum Kesehatan Indonesia) | 2016 – Skrg
n Ketua DPP MHKI Bid. Kajian Hukum Perumahsakitan | 2018 – Skrg
n Pengurus LAFAI (Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia) | 2019 - Skrg
n Direktur LPKM MHKI SUMUT | 2016 – 2019

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H | email : [email protected] | IG : @benisatria_dr
DASAR HUKUM
PERPRES No 59 Thn 2024
bahwa dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan, setiap peserta berhak memperoleh
manfaat sesuai kebutuhan dasar kesehatan dan kelas rawat inap standar;

UU 40/2004 ttg JKN jo UU 6/2023 UU 24 Thn 2011 ttg BPJS


Tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang telah telah Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tentang Jaminan
Kesehatan Nasional yang telah telah diubah dengan UU No 6
diubah dengan UU No 6 Tahun 2023 tentang Penetapan
Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Pengganti UU No 2 Tahun 2022 Pengganti UU No 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi
tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang Undang-Undang

PERPRES No 82 Thn 2018 PERPRES No 59 Thn 2024


Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Tentang Perubahan KETIGA PERPRES Nomor 82 Tahun 2018
Kesehatan tentang Jaminan Kesehatan
PERPRES tentang JAMINAN KESEHATAN
24 Oktober 2019
31 Maret 2016 6 MEI 2020
Peraturan Presiden ini mulai Peraturan Presiden ini mulai
berlaku pada tanggal diundangkan. berlaku pada tanggal diundangkan.

12/2013 82/2018 59/2024 (III)

28/2016 75/2019 (I)


23 JANUARI 2013 18 SEPTEMBER 2018 64/2020 (II) 8 MEI 2024
Peraturan Presiden ini mulai Peraturan Presiden ini mulai Peraturan Presiden ini mulai
berlaku pada tanggal 1 Januari berlaku pada tanggal diundangkan. berlaku pada tanggal diundangkan.
2014.
PERATURAN PRESIDEN ini
telah dinyatakan mulai
berlaku sejak tanggal
8 Mei 2024

PASAL II PERPRES Nomor 59 Tahun 2024


SUBSTANSI MANFAAT
Jaminan Kesehatan Nasional

MATERI PERUBAHAN •


FKTP (fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama)
KDK (Kebutuhan Dasar Kesehatan)
KRIS (Kebijakan Rawat Inap Standar)
• Naik kelas ranap
• Kompensasi
• Pasca PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)

• Pengaturan mengenai Pelaksanaan hak Peserta atas


manfaat Kebutuhan Dasar Kesehatan (KDK) & Kelas IURAN
Jaminan Kesehatan Nasional
Rawat Inap Standar (KRIS)
• Pindah FKTP • Batas Atas dan Batas bawah
• Upah
• Naik Kelas, • Sanksi
• Selisih Biaya • Administratif

• Batas Atas dan Bawah Upah


• Pekerja status PHK
• Penguatan tata Kelola JKN berdasarkan hasil monitoring TATAKELOLA
dan evaluasi Jaminan Kesehatan Nasional
• Peran dan Tanggungjawab Pemda • Kepesertaan
• Penetapan
• Standar Tarif
• Data JKN
• Monev JKN
• Peran PEMDA
DEFENISI BARU
Tambahan pada Pasal 1 Pasal 1 : Di antara angka 4 dan angka 5 Pasal 1 disisipkan 2 (dua) angka, yakni angka 4a dan angka 4b;

Kebutuhan Dasar Kesehatan adalah kebutuhan esensial menyangkut pelayanan kesehatan


perorangan guna pemeliharaan kesehatan, penghilangan gangguan kesehatan, dan
penyelamatan nyawa, sesuai dengan pola epidemiologi dan siklus hidup.

Pasal 4a Perpres No 59/2024


Pasal 4b Perpres No 59/2024

Kelas Rawat Inap Standar adalah


standar minimum pelayanan rawat
inap yang diterima oleh Peserta.
Perjalanan Regulasi Kelas Standar
Pasal 54 (B)
Perpres Pasal 54 (A) Manfaat Jaminan Kesehatan tsb diterapkan
64/2020 Peninjauan Manfaat Jaminan Kesehatan sesuai
kebutuhan dasar Kesehatan dan Rawat Inap Kelas bertahap sampai dengan Paling lambar 2022
PP 47/2021 Standar paling lambat 20 Desember 2020 dan pelaksanaannya dilaksanakan secara
berkesinambungan utk meningkatkan tata
Kelola Jaminan Kesehatan

UU No 40 Thn 2004 Tahun 2019 – Kebijakan R.Inap


tentang JKN Ps 23 Pasal 19 ayat
2019 Dalam Peta Jalan JKN 2012-2019, seharusnya
ayat (4) (1), (2)
Implementasi Kebijakan Rawat Inap JKN tahun
2019 dapat dicapai, namun hingga kini belum
juga dilaksanakan
Pasal 23 ayat (4) UU 40/2004
“Dalam hal peserta membutuhkan
rawat inap di RS, maka kelas 1 Jan
pelayanan di RS berdasarkan Kelas 2014 1 Januari 2014
Standar.
Rawat Inap JKN tidak langsung diterapkan
karena mempertimbangkan karena di RS
seblm era SJSN masih terbagi Kelas 1,2,3.

PP No 47 Tahun 2021
Wajib ikut dlm Program JKN

Pasal 6 ayat (1) PERPRES 59/2024

Setiap Penduduk Indonesia wajib ikut serta


dalam program Jaminan Kesehatan.

Pasal 6 ayat (2) PERPRES Nomor 59 Tahun 2024

Ikut serta dalam program Jaminan Kesehatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan cara mendaftar atau
didaftarkan pada BPJS Kesehatan, sebagai
Peserta.
Hak menentukan FKTP
Pasal 6A ayat (1)
Peserta berhak menentukan FKTP yang
diinginkan saat mendaftar pada BPJS Kesehatan.

Pasal 6A ayat (2)

Pasal 7 ayat (1) Dalam hal Peserta didaftarkan oleh pihak


lain, penentuan FKTP untuk pertama
Peserta dapat mengganti FKTP tempat kali dapat dilakukan oleh pihak lain atas
Peserta terdaftar setelah jangka waktu nama Peserta. (Peserta juga dapat
3 (tiga) bulan. mengajukan perpindahan FKTP dalam
jangka waktu kurang dari 3 (tiga) bulan
setelah didaftarkan jo ps 7 ayat (2a))
Pasal 6A ayat (4)
Penentuan FKTP untuk pertama kali oleh
pihak lain sebagaimana dimaksud pada
Menentukan FKTP
Pasal 6A ayat (3)
ayat (2) harus diinformasikan kepada
Peserta. Peserta yang didaftarkan oleh pihak lain
atas nama Peserta sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan
Peserta PBI Jaminan Kesehatan,
penentuan FKTP untuk pertama kali
dapat dilakukan oleh BPJS Kesehatan
sesuai domisili Peserta terdaftar.
MENGGANTI
FKTP < 3 bln
Dengan KETENTUAN sbb;

1. Peserta pindah domisili dalam jangka


waktu kurang dari 3 (tiga) bulan
setelah terdaftar di FKTP awal, yang
dibuktikan dengan surat keterangan
domisili; atau

2. Peserta dalam penugasan dinas atau


pelatihan dalam jangka waktu kurang
dari 3 (tiga) bulan, yang dibuktikan
dengan surat keterangan penugasan
atau pelatihan
PASAL 7 ayat (2)
PENGGANTIAN FKTP
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahan Pasal 7 ayat (3)
Peserta diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan Penggantian FKTP sebagaimana dimaksud pada
setelah berkoordinasi dengan Menteri. (pasal 7 ayat ayat (1), ayat (2), dan ayat (2a) mulai berlaku sejak
(9) tanggal 1 pada bulan berikutnya.

Pasal 7 ayat (8) Pasal 7 ayat (4)


Perpindahan Peserta yang berasal dari Prajurit hal kondisi Peserta yang terdaftar di
atau Anggota Polri, BPJS Kesehatan harus FKTP belum merata, BPJS Kesehatan
berkoordinasi dengan Tentara Nasional dapat melakukan pemindahan Peserta
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
ke FKTP lain setelah mendapatkan
persetujuan dari Peserta
Pasal 7 ayat (7)
Pemindahan Peserta oleh BPJS Kesehatan
dilakukan setelah berkoordinasi dengan:
PENGGANTIAN FKTP Pasal 7 ayat (5)
1. dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
pemindahan antar FKTP milik pemerintah; Pemindahan Peserta ke FKTP lain
2. asosiasi Fasilitas Kesehatan untuk sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
pemindahan antar FKTP bukan milik bertujuan untuk pemerataan, peningkatan
pemerintah; atau akses, dan peningkatan mutu layanan
3. dinas kesehatan kabupaten/kota dan kesehatan dengan mempertimbangkan
asosiasi Fasilitas Kesehatan untuk jumlah Peserta yang terdaftar, ketersediaan
pemindahan antara FKTP milik pemerintah Pasal 6) Dihapus dokter, tenaga kesehatan selain dokter, dan
dengan FKTP bukan milik pemerintah. sarana prasarana di FKTP
PBPU & BP
PBPU = Pekerja Bukan Penerima Upah / BP = Bukan Pekerja

Pasal 15 ayat (4) Pasal 15 ayat (1)


Dalam hal PBPU dan BP belum Setiap PBPU dan BP wajib
mendaftarkan anggota keluarganya, mendaftarkan dirinya dan anggota
BPJS Kesehatan harus memberikan keluarganya sebagai Peserta Jaminan
informasi kepada Peserta terkait Kesehatan pada BPJS Kesehatan dengan
kepesertaan dan membantu percepatan membayar luran.
pendaftaran anggota keluarganya.

Pasal 15 ayat (3) Pasal 15 ayat (2)


Pembayaran Iuran oleh PBPU dan BP BPJS Kesehatan harus melakukan
dapat dilakukan setelah selesai masa verifikasi pendaftaran sebagaimana
verifikasi pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu 14
dimaksud pada ayat (2) (empat belas) hari sejak pendaftaran.
PPU yang mengalami PHK
Pasal 27 ayat (3)
Dalam hal perselisihan PHK masih dalam proses penyelesaian, Pemberi Kerja dan
Pasal 27 ayat (1) Pekerja tetap melaksanakan kewajiban membayar Iuran sampai dengan adanya
Peserta PPU yang mengalami PHK tetap memperoleh hak putusan PHK yang berkekuatan hukum tetap.
Manfaat Jaminan Kesehatan paling lama 6 (enam) bulan
sejak di PHK, tanpa membayar Iuran. Pasal 27 ayat (3a)
Dalam hal Pemberi Kerja tidak membayarkan Iuran sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), tunggakan Iuran wajib dibayarkan oleh Pemberi Kerja kepada BPJS
Pasal 27 ayat (2) Kesehatan dan Pekerja tetap memperoleh hak Manfaat pelayanan kesehatan.
PHK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan:
1. bukti diterimanya PHK oleh Pekerja dan tanda terima Pasal 27 ayat (4)
laporan PHK dari dinas Daerah kota yang
Dalam hal Peserta PPU yang mengalami PHK membutuhkan pelayanan rawat inap,
menyelenggarakan urusan kabupaten pemerintahan di Manfaat Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berupa
bidang ketenagakerjaan; Manfaat pelayanan Kelas Rawat Inap Standar atau di ruang perawatan kelas III
2. perjanjian bersama dan tanda terima laporan PHK dari untuk rrmah sakit yang belum menerapkan Kelas Rawat Inap Standar.
dinas Daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan atau akta Pasal 27 ayat (5)
bukti pendaftaran perjanjian bersama; atau Peserta PPU yang mengalami PHK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah
3. petikan atau putusan pengadilan hubungan industrial bekerja kembali wajib memperpanjang atau melanjutkan status kepesertaannya
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. dengan didaftarkan oleh Pemberi Kerja atau dengan mendaftarkan diri sendiri.

Pasal 27 ayat (2a) Pasal 27 ayat (6)


Bukti PHK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk selanjutnya Dalam hal Peserta PPU yang mengalami PHK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak bekerja
disampaikan oleh Pemberi Kerja dan/atau Pekerja kepada BPJS kernbali dan tidak mampu, Peserta melaporkan dirinya beserta keluarga ke dinas Daerah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial untuk didaftarkan
Kesehatan. menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dasar Perhitungan besaran Iuran bagi Peserta PPU
Pasal 32 ayat (1) Pasal 32 ayat (2)
Batas paling tinggi Gaji atau Upah per bulan yang Batas paling rendah Gaji atau Upah per bulan yang
digunakan sebagai dasar perhitungan besaran Iuran bagi digunakan sebagai dasar perhitungan besaran Iuran
Peserta PPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) bagi Peserta PPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal
yaitu sebesar Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). 30 ayat (1) yaitu sebesar upah minimum provinsi.

Pasal 32 ayat (5) Pasal 32 ayat (3)


Batas paling rendah Gaji atau Upah per Dalam hal ditetapkan upah minimum
bulan yang digunakan sebagai dasar kabupaten/kota maka yang menjadi dasar
perhitungan besaran [uran bagi Peserta perhitungan besaran luran sebagaimana dimaksud
PPU pada usaha mikro dan kecil ditetapkan pada ayat (2) yaitu sebesar upah minimum
setelah dilakukan kajian aktuaria oleh kabupaten/kota.
Kementerian Keuangan, Kementerian
Ketenagakerjaan, Kementerian Kesehatan,
Dewan Jaminan Sosial Nasional, dan BPJS
Kesehatan.
Pasal 32 ayat (4)
Ketentuan batas paling rendah Gaji atau Upah per bulan yang digunakan
sebagai dasar perhitungan besaran Iuran bagi Peserta PPU sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dikecualikan bagi Peserta PPU pada
usaha mikro dan kecil.
Pemberhentian sementara penjaminan Peserta
Pasal 42 ayat (4) Pasal 42 ayat (1)
Dalam hal Peserta dan/atau Pemberi Kerja tidak membayar
Pembayaran Iuran tertunggak dapat luran sampai dengan akhir bulan berjalan maka penjaminan
dibayar oleh Peserta atau pihak lain Peserta diberhentikan sementara sejak tanggal 1 bulan
atas nama Peserta. berikutnya.

Pasal 42 ayat (2)


Pasal 42 ayat (3b)
Dalam hal Pemberi Kerja belum melunasi
(3b) Untuk mempertahankan status
tunggakan Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat
kepesertaan aktif, Peserta wajib melunasi
(1) kepada BPJS Kesehatan, Pemberi Kerja wajib
sisa Iuran bulan yang masih tertunggak
bertanggung jawab pada saat Pekerjanya
sebagaimana dimaksud pada ayat (3a)
membutuhkan pelayanan kesehatan sesuai
huruf c seluruhnya paling lambat pada
dengan Manfaat yang diberikan.
tahun 2021.

Pasal 42 ayat (3a)


Untuk tahun 2020, pemberhentian sementara penjaminan Peserta
Pasal 42 ayat (3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berakhir dan status kepesertaan
aktif kembali, apabila Peserta: Pemberhentian sementara penjaminan Peserta sebagaimana
telah membayar luran bulan tertunggak, paling banyak dimaksud pada ayat (1) berakhir dan status kepesertaan aktif
untuk waktu 6 (enam) bulan; kembali, apabila Peserta:
membayar Iuran pada bulan saat Peserta ingin mengakhiri a. telah membayar Iuran bulan tertunggak, paling banyak untuk
pemberhentian sementara jaminan; dan
waktu 24 (dua puluh empat) bulan; dan
dengan sisa Iuran bulan yang masih tertunggak setelah
pembayaran tunggakan luran sebagaimana dimaksud pada huruf a
b. membayar Iuran pada bulan saat Peserta ingin mengakhiri
masih menjadi kewajiban Peserta. pemberhentian sementara jaminan.
Manfaat JAMINAN sesuai KDK
Pasal 46 ayat (4)
Pasal 46 ayat (1) Manfaat medis berdasarkan Kebutuhan Dasar Kesehatan
Setiap Peserta berhak memperoleh Manfaat Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memiliki kriteria sebagai
berupa Manfaat medis dan Manfaat nonmedis berikut;
1. upaya pelayanan kesehatan perorangan;
2. pelayanan kesehatan untuk menyelamatkan nyawa dan
menghilangkan gangguan produktivitas;
Pasal 46 ayat (2)
3. pelayanan kesehatan yang menimbulkan risiko yang tidak
Manfaat medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Manfaat pelayanan kesehatan
perorangan yang mencakup layanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk pelayanan tertanggungkan bagi Peserta;
obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan. 4. pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien;
5. pelayanan yang terstandar;
6. tidak dibedakan berdasarkan besaran luran Peserta; dan/atau
7. bukan cakupan program lain
Pasal 46 ayat (3)
Manfaat medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
berdasarkan Kebutuhan Dasar Kesehatan.
Pasal 46 ayat (6), (7)
Pasal 46 ayat (5) (6)Manfaat nonmedis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Manfaat medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga merupakan Manfaat yang menunjang pelayanan kesehatan
berlaku bagi bayi baru lahir dari Peserta paling lama 28 (dua termasuk fasilitas ruang perawatan pada pelayanan rawat inap.
puluh delapan) hari sejak dilahirkan. (7) Fasilitas ruang perawatan pada pelayanan rawat inap
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) mencakup sarana dan
prasarana, jumlah tempat tidur, dan peralatan yang diberikan
Kebutuhan Dasar Kesehatan adalah kebutuhan esensial menyangkut pelayanan kesehatan perorangan guna berdasarkan Kelas Rawat Inap Standar.
pemeliharaan kesehatan, penghilangan gangguan kesehatan, dan penyelamatan nyawa, sesuai dengan pola
epidemiologi dan siklus hidup. (pasal 1 angka 4a)
Kelas Rawat INAP STANDAR (1)
12 KRITERIA KRIS
Pasal 46A ayat (2)

Kriteria fasilitas ruang perawatan pada


pelayanan rawat inap berdasarkan Kelas
Rawat Inap Standar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (7) terdiri
atas;

1. komponen bangunan yang digunakan tidak PENGECUALIAN;


boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi;
2. ventilasi udara; Pasal 46A ayat (2)
3. pencahayaan ruangan;
4. kelengkapan tempat tidur;
5. nakas per tempat tidur;
Penerapan fasilitas ruang perawatan
6. temperatur ruangan; pada pelayanan rawat inap
7. ruang rawat dibagi berdasarkan jenis berdasarkan Kelas Rawat Inap Standar
kelamin, anak atau dewasa, serta
penyakit infeksi atau noninfeksi;
85% 50% sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku untuk:
8. kepadatan ruang rawat dan kualitas
tempat tidur; 1. pelayanan rawat inap untuk bayi
9. tirai/partisi antar tempat tidur; atau perinatologi;
10. kamar mandi dalam ruangan rawat inap;
11. kamar mandi memenuhi standar
2. perawatan intensif;
aksesibilitas; dan 3. pelayanan rawat inap untuk
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk kriteria dan penerapan
12. outlet oksigen. Kelas Rawat Inap Standar diatur dengan Peraturan Menteri. pasien jiwa; dan
4. ruang perawatan yang memiliki
(ps 46 A ayat 3)
fasilitas khusus.
Kelas Rawat INAP STANDAR (2)
Pasal 103B ayat (1) Pasal 103B ayat (4)
Penerapan fasilitas ruang perawatan pada pelayanan Penerapan fasilitas ruang perawatan pada pelayanan
rawat inap berdasarkan Kelas Rawat Inap Standar rawat inap berdasarkan Kelas Rawat Inap Standar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46A dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
secara menyeluruh untuk rumah sakit yang bekerja dilakukan evaluasi dengan mempertimbangkan
sama dengan BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 30 keberlangsungan program Jaminan Kesehatan.
Juni 2025.

Pasal 103B ayat (2) Pasal 103B ayat (5)


Dalam jangka waktu sebelum tanggal 3O Juni 2025 Dalam masa penerapan fasilitas ruang perawatan pada
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), rumah sakit pelayanan rawat inap berdasarkan Kelas Rawat Inap
dapat menyelenggarakan sebagian atau seluruh Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
pelayanan rawat inap berdasarkan Kelas Rawat Inap (2), Menteri melakukan pembinaan terhadap Fasilitas
Standar sesuai dengan kemampuan rumah sakit. Kesehatan.

Pasal 103B ayat (6)


Pasal 103B ayat (3) Evaluasi fasilitas ruang perawatan pada pelayanan rawat
Dalam hal rumah sakit telah menerapkan fasilitas inap sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan oleh
ruang perawatan pada pelayanan rawat inap Menteri dengan berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan,
berdasarkan Kelas Rawat Inap Standar dalam jangka Dewan Jaminan Sosial Nasional, dan menteri yang
waktu sebelum tanggal 30 Juni 2025 sebagaimana menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
dimaksud pada ayat (2), pembayaran tarif oleh BPJS keuangan.
Kesehatan dilakukan sesuai tarif kelas rawat inap
rumah sakit yang menjadi hak Peserta sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kelas Rawat
INAP STANDAR (3)

Pasal 103B ayat (7)


Hasil evaluasi dan koordinasi fasilitas ruang
perawatan pada pelayanan rawat inap
sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
menjadi dasar penetapan Manfaat, tarif dan
Iuran.

Pasal 103B ayat (8)


Penetapan Manfaat, tarif, dan
Iuran sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) ditetapkan paling lambat
tanggal 1 Juli 2025.
Penahapan IMPLEMENTASI KRIS

PerMenkes KRIS Pembinaan dan Monev KRIS Penetapan Manfaat, Iuran, Tarif
Subdelegasi Pasal 46A ayat (3): • Pembinaan Faskes oleh • Perpres Jaminan Kesehatan
Untuk mengatur lebih lanjut: Menkes (Perubahan ke-4)
1. Bentuk Kriteria • Monev oleh Menkes, • PMK Tarif Pelayanan JKN
2. Penerapan KRIS BPJS Kes, DJSN, Menkeu Mempertimbangkan hasil
monev
2024 2025 30 Juni 2025
Start 2025
KRIS 2024 Mei 2024 – 1 JULI
Juni 2025 2025
1 JULI 2025
Implementasi KRIS
8 Mei 2024 Sebelum 30 JUNI 2025 Implementasi KRIS
PerPres 59/2024 KRIS Sesuai Kemampuan RS menyeluruh
• 12 Kriteria KRIS JKN (belum • Impelementasi sebagian
detil), subdelegasi ke 12 Kriteria KRIS
atau seluruh Kriteria KRIS
PerMenKes diimplementasikan di seluruh
• Tarif sesuai pelayanan yg
• Batas waktu penahapan RS yang bekerjasama dg BPJS
menjadi Hak PESERTA
Kesehatan
Pelayanan Kesehatan yang dijamin

1 FKTP 3 PELAYANAN
Pelayanan kesehatan tingkat
AMBULANCE DARAT /
2 FKRTL AIR
pertama, meliputi pelayanan
pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan
kesehatan nonspesialistik

Pelayanan ambulans darat atau air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan kondisi
tertentu antar Fasilitas Kesehatan disertai dengan upaya menjaga kestabilan kondisi pasien untuk kepentingan keselamatan pasien.
Pelayanan yang dijamin di
FKTP
Pasal 47 ayat (1) huruf a
Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan
kesehatan nonspesialistik yang mencakup:

1. administrasi pelayanan;
2. pelayanan promotif dan preventif
perorangan;
3. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis;
4. tindakan medis nonspesialistik baik bedah
maupun non bedah;
5. pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai;
6. pemeriksaan penunjang diagnostik tingkat
pratama; dan rawat inap tingkat pertama
sesuai dengan indikasi medis;
Pelayanan yang dijamin di
FKRTL
Pasal 47 ayat (1) huruf b
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup:

1. administrasi pelayanan;
2. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis dasar;
3. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik;
4. tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun nonbedah
sesuai dengan indikasi medis;
5. pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;
6. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan
indikasi medis;
7. rehabilitasi medis;
8. pelayanan darah;
9. pemulasaran jenazah Peserta yang meninggal di Fasilitas
Kesehatan;
10. pelayanan keluarga berencana;
11. perawatan inap non intensif; dan
12. perawatan inap di ruang intensif.
Pelayanan yang dijamin JKN
Pasal 47 ayat (2)
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 2
(pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis Dasar) hanya berlaku untuk
pelayanan kesehatan pada unit gawat darurat.

Pasal 47 ayat (3)


Alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 5 dan huruf b
angka 5 (pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis Pakai)
merupakan seluruh alat kesehatan yang digunakan dalam rangka penyembuhan,
termasuk alat bantu kesehatan.

Pasal 47 ayat (4)


Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 10
(pelayanan keluarga berencana) tidak termasuk pelayanan keluarga berencana
yang telah dibiayai Pemerintah Pusat.

Pasal 47 ayat (5)


Pelayanan ambulans darat atau air merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan
kondisi tertentu antar Fasilitas Kesehatan disertai dengan upaya menjaga kestabilan kondisi
pasien untuk kepentingan keselamatan pasien.
Pasal 47
Manfaat Pelayanan Promotif Preventif (1)

Pasal 48 ayat (1) Pasal 48 ayat (2)


Penyuluhan kesehatan perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat
Manfaat pelayanan promotif dan preventif (1) huruf a meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan
perorangan meliputi pemberian pelayanan; faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Pasal 48 ayat (3)


1. penyuluhan kesehatan perorangan; Pelayanan imunisasi rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b meliputi pemberian jenis imunisasi rutin sesuai dengan ketentuan
2. imunisasi rutin; peraturan pemndang-undangan.

3. keluarga berencana; Pasal 48 ayat (4)


Pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
4. skrining riwayat kesehatan dan huruf c meliputi konseling dan pelayanan kontrasepsi, termasuk
vasektomi dan tubektomi yang bekerja sama dengan BKKBN

pelayanan penapisan atau skrining


Pasal 48 ayat (5)
kesehatan tertentu; dan Ketentuan mengenai pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi
bagi Peserta di Fasilitas Kesehatan diatur dengan Peraturan Kepala
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
5. peningkatan kesehatan bagi Peserta
penderita penyakit kronis.
Manfaat Pelayanan Promotif Preventif (2)

Pasal 48 ayat (1) Pasal 48 ayat (6)


Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi
Manfaat pelayanan promotif dan preventif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) disediakan oleh
perorangan meliputi pemberian pelayanan; Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. penyuluhan kesehatan perorangan;


2. imunisasi rutin; Pasal 48 ayat (7)
Pelayanan skrining riwayat kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
3. keluarga berencana; mendeteksi risiko penyakit dengan menggunakan metode tertentu.

4. skrining riwayat kesehatan dan


pelayanan penapisan atau skrining
Pasal 48 ayat (8)
kesehatan tertentu; dan Pelayanan penapisan atau skrining kesehatan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d diberikan secara selektif melalui skrining
riwayat kesehatan terlebih dahulu yang ditujukan untuk mendeteksi risiko
5. peningkatan kesehatan bagi Peserta penyakit dan mencegah dampak lanjutan risiko penyakit tertentu.

penderita penyakit kronis.


Manfaat Pelayanan Promotif Preventif (3)

Pasal 48 ayat (1) Pasal 48 ayat (9)


Jenis pelayanan penapisan atau skrining kesehatan
Manfaat pelayanan promotif dan preventif tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
perorangan meliputi pemberian pelayanan; dilakukan di FKTP untuk penapisan penyakit:

1. diabetes mellittus;
1. penyuluhan kesehatan perorangan; 2. hipertensi;
3. ischaemic heart disease;
2. imunisasi rutin; 4. stroke;
5. kanker leher rahim;
3. keluarga berencana; 6. kanker payudara;
7. anemia remaja putri;
4. skrining riwayat kesehatan dan 8. tuberkulosis;
9. hepatitis;
pelayanan penapisan atau skrining 10.paru obstruktif kronis;
11.talasemia;
kesehatan tertentu; dan 12.kanker usus;
13.kanker paru; dan
5. peningkatan kesehatan bagi Peserta 14.Hipotiroid kongenital.

penderita penyakit kronis.


Manfaat Pelayanan Promotif Preventif (3)

Pasal 48 ayat (9) Pasal 49 ayat (9a)


Jenis pelayanan penapisan atau skrining kesehatan Dalam hal dibutuhkan pemeriksaan lanjutan berdasarkan hasil
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d penapisan atau skrining kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(9), pemeriksaan lanjutan dilakukan di FKTP dan/atau FKRTL sesuai
dilakukan di FKTP untuk penapisan penyakit:
indikasi medis dan sistem rujukan yang berlaku.

1. diabetes mellittus;
2. hipertensi;
3. ischaemic heart disease; Pasal 49 ayat (10)
4. stroke; Peningkatan kesehatan bagi Peserta penderita penyakit kronis
5. kanker leher rahim; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e ditujukan kepada
6. kanker payudara; Peserta penderita penyakit kronis tertentu untuk mengurangi
7. anemia remaja putri; risiko akibat komplikasi penyakit yang dideritanya.
8. tuberkulosis;
9. hepatitis;
10.paru obstruktif kronis; Pasal 49 ayat (11)
11.talasemia; Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan skrining riwayat
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), pelayanan penapisan
12.kanker usus; atau skrining kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (8),
13.kanker paru; dan dan peningkatan kesehatan bagi Peserta penderita penyakit kronis
14.Hipotiroid kongenital. sebagaimana dimaksud pada ayat (10) diatur dengan Peraturan BPJS
Kesehatan setelah berkoordinasi dengan kementerian/ lembaga
terkait.
SELISIH BIAYA
Pasal 51 ayat (1)

Peserta dapat meningkatkan perawatan yang lebih tinggi dari


haknya termasuk rawat jalan eksekutif dengan;
• mengikuti asuransi kesehatan tambahan atau
• membayar selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat
peningkatan pelayanan.

Pasal 51 ayat (2)


Selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya
akibat peningkatan pelayanan dapat dibayar oleh:
a. Peserta yang bersangkutan;
b. Pemberi Kerja; atau
c. asuransi kesehatan tambahan.

Pasal 51 ayat (3)


Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi:
1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan;
2. Peserta BP dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas
III;
3. Peserta PBPU dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan
Kelas III;
4. Peserta PPU yang mengalami PHK dan anggota keluarganya;
atau
5. Peserta yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12.
Pelayanan yang TIDAK DIJAMIN
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri
Pasal 52 ayat (1) atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri
sendiri;
Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin 11. Pengobatan komplementer, alternatif, dan tradisional, yang
belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi
meliputi: kesehatan;
12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai
1. Pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan percobaan atau eksperimen;
ketentuan peraturan perundang-undangan; 13. Alat dan obat kontrasepsi serta kosmetik;
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan 14. Perbekalan kesehatan rumah tangga;
yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali 15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap
dalam keadaan darurat; darurat, kejadian luar biasa/wabah;
3. Pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau cedera akibat 16. Pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang
Kecelakaan Kerja atau hubungan kerjaa yang telah dijamin dapat dicegah;
oleh program jaminan Kecelakaan Kerja atau menjadi 17. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dalam rangka
tanggungan Pemberi Kerja; bakti sosial;
4. Pelayanan kesehatan yang jaminan pertanggungannya 18. Pelayanan kesehatan akibat tindak pidana penganiayaan,
diberikan oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang kekerasan seksual, korban terorisme, dan tindak pidana
bersifat wajib sampai nilai atau ketentuan yang ditanggung perdagangan orang yang telah dijamin melalui skema
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pendanaan lain yang dilaksanakan kementerian/lembaga
dan diberikan sesuai hak kelas rawat Peserta; atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri; perundang-undangan;
6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik; 19. Pelayanan kesehatan tertentu yang berkaitan dengan
7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas; Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan
8. Pelayanan meratakan gigi atau ortodonsi; Kepolisian Negara Republik Indonesia;
9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat 20. Pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat
dan/ atau alcohol; Jaminan Kesehatan yang diberikan; atau
21. Pelayanan yang sudah ditanggung dalam program lain.
PELAYANAN YANG TIDAK DIJAMIN

Pasal 52 ayat (2) Pasal 52 ayat (3)


Pelayanan kesehatan yang tidak sesuai Gangguan kesehatan akibat;
• sengaja menyakiti diri sendiri atau
dengan ketentuan peraturan perundang- • akibat melakukan hobi yang membahayakan diri
undangan sebagaimana dimaksud pada ayat sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j,
(1) huruf a meliputi rujukan atas permintaan • pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan
sebagai percobaan atau eksperimen sebagaimana
sendiri dan pelayanan kesehatan lain yang dimaksud pada ayat (1) huruf i, (gangguan
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat
perundang-undangan. dan/ atau alcohol); dan
• kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf p
ditetapkan oleh Menteri.
BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi (1)

Pasal 64 ayat (1) Pasal 64 ayat (3)


Dalam hal di suatu Daerah belum tersedia Penentuan Daerah belum tersedia Fasilitas
Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna Kesehatan yang memenuhi syarat sebagaimana
memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh kepala
BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi daerah berdasarkan pertimbangan BPJS Kesehatan
dan/atau asosiasi Fasilitas Kesehatan

Pasal 64 ayat (2)

Daerah yang belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)jika:
a. Desa/kelurahan dan/atau kecamatan:
• tidak tersedia FKTP atau jaringan Puskesmas atau jejaring FKTP;
• tersedia Fasilitas Kesehatan namun belum memenuhi syarat kerja sama; dan/atau
• tersedia FKTP namun sulit diakses; atau
b. Kabupaten/kota:
• tidak tersedia FKRTL;
• tersedia Fasilitas Kesehatan namun belum memenuhi syarat kerja sama; dan/atau
• tersedia FKRTL namun sulit diakses.
BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi (2)
Pasal 64 ayat (4)
Penetapan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Pasal 64 ayat (8)
dilakukan dengan memperhatikan:
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan a. letak geografis;
persyaratan pemberian kompensasi b. keterbatasan sarana;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai c. infrastruktur;
dengan ayat (7) diatur dengan Peraturan BPJS d. aksesibilitas yang menjadi hambatan FKTP
Kesehatan setelah berkoordinasi dengan mencapai desa;
Menteri. e. ketersediaan tenaga kesehatan; dan
f. ketersediaan Fasilitas Kesehatan.

Pasal 64 ayat (7) Pasal 64 ayat (5)


Dalam melaksanakan kerja sama sebagaimana Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (5) huruf a, BPJS Kesehatan dapat berupa:
mengutamakan kemudahan akses pelayanan a. penyediaan Fasilitas Kesehatan melalui kerja
kesehatan bagi masyarakat setempat sama dengan pihak lain yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
berdasarkan kriteria khusus;
b. pengiriman tenaga kesehatan; dan/atau
c. penggantian uang tunai untuk biaya
pelayanan kesehatan, sesuai dengan hak
Peserta.

Pasal 64 ayat (6)


Kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a termasuk dengan Fasilitas
Kesehatan bergerak.
Standar TARIF Pelayanan
Pasal 69 ayat (2)

Menteri menetapkan standar tarif


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
setelah:
1. berkoordinasi dengan menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan,
Dewan Jaminan Sosial Nasional,
dan BPJS Kesehatan; Pasal 69 ayat (1)
2. mendapatkan masukan dari
asosiasi Fasilitas Kesehatan; dan
3. mempertimbangkan ketersediaan
Standar tarif pelayanan
Fasilitas Kesehatan, pemanfaatan kesehatan di FKTP dan
atau utilisasi pelayanan kesehatan, FKRTL ditetapkan oleh
tingkat risiko Peserta, regionalisasi,
dan kemampuan keuangan dana Menteri.
jaminan sosial kesehatan.
Pembayaran

Pasal 71 ayat (1)


BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada: a. FKTP secara:
praupaya atau kapitasi; dan/atau klaim pelayanan kesehatan/nonkapitasi; dan b.
FKRTL secara: Indonesian Case Based Groups; dan/atau
non-Indonesian Case Based Groups.

Pasal 71 ayat (2)


Dalam melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), BPJS Kesehatan dapat mengembangkan sistem
pembayaran.

Pasal 71 ayat (3)


Pengembangan sistem pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dalam rangka penguatan pembayaran di FKTP dan FKRTL yang lebih
berhasil guna.

Pasal 71 ayat (4)


Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan sistem pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan setelah berkoordinasi dengan Menteri dan lembaga
terkait.
Reviu Kelas RS & INACBGs
Pasal 72 ayat (5)
Apabila reviu kelas rumah sakit belum dapat Pasal 72 ayat (1)
diselesaikan sesuai dengan jangka waktu Cara pembayaran dengan Indonesian Case Based
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), BPJS Groups untuk FKRTL sebagaimana dimaksud dalam
Kesehatan melakukan pembayaran tarif sesuai Pasal 7l ayat (1) huruf b angka l ditetapkan sesuai
hasil kredensial atau re-kredensial yang telah kelas rumah sakit.
disepakati oleh BPJS Kesehatan bersama dinas
kesehatan dan/atau asosiasi Fasilitas Kesehatan.

Pasal 72 ayat (4) Pasal 72 ayat (2)


Hasil reviu kelas rumah sakit sebagaimana Dalam hal ditemukan ketidaksesuaian kelas
dimaksud pada ayat (3) dijadikan dasar rumah sakit berdasarkan ketentuan peraturan
penyesuaian kontrak oleh BPJS Kesehatan perundang- undangan pada saat kredensial atau
dengan rumah sakit. re-kredensial maka BPJS Kesehatan harus
melaporkan kepada Menteri untuk dilakukan
reviu

Pasal 72 ayat (5)


Reviu kelas rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat 3
(tiga) bulan dengan melibatkan unsur Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, dan asosiasi
rumah sakit.
Kewajiban Pemerintah Daerah
Pasal 99 ayat (6) Pasal 99 ayat (1)
Dukungan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat Pemerintah Daerah wajib mendukung
(2) huruf d dilaksanakan melalui kontribusi dari
penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan.
pajak rokok bagian hak masing-masing Daerah
provinsi kabupaten/ kota.

Pasal 99 ayat (2)


Dukungan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
Pasal 99 ayat (5)
a. peningkatan pencapaian kepesertaan di
Dukungan ketersediaan fasilitas pelayanan wilayahnya;
kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan b. kepatuhan pembayaran luran;
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) c. ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
huruf c dilaksanakan melalui penyediaan Fasilitas d. peningkatan kualitas pelayanan kesehatan; dan
Kesehatan, pemenuhan standar pelayanan minimal, e. dukungan lainnya sesuai dengan ketentuan
dan pelaksanaan program kesehatan yang peraturan perundang-undangan dalam rangka
memiliki daya ungkit dalam peningkatan akses dan menjamin kesinambungan program Jaminan
mutu layanan kesehatan. Kesehatan.

Pasal 99 ayat (4) Pasal 99 ayat (3)


Dukungan kepatuhan pembayaran Iuran sebagaimana Dukungan peningkatan pencapaian kepesertaan di wilayahnya
dimaksud pada ayat (2) huruf b dilaksanakan melalui sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksanakan melalui
pelaksanaan pembayaran Iuran secara tepat jumlah dan penerbitan regulasi yang mempersyaratkan kepesertaan program Jaminan
tepat waktu. Kesehatan dalam memperoleh pelayanan publik.
FKK UGM
Yogyakarta

THANK YOU
ATAS PERHATIANNYA

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., FISQua

Anda mungkin juga menyukai