Materi 1 - Idi Mojokerto - Ruu Kesehatan 20230519
Materi 1 - Idi Mojokerto - Ruu Kesehatan 20230519
Materi 1 - Idi Mojokerto - Ruu Kesehatan 20230519
RUU KESEHATAN
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H
Curriculum Vitae
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes, S.H, M.H Experience
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H | email : [email protected] | IG : @benisatria_dr
Agenda Diskusi
1 Perlindungan Hukum
4 PENDIDIKAN KEDOKTERAN
RUU
KESEHATAN
UU No 40 tahun 2004 UU No 4 Tahun 2019
Tentang SJSN Tentang Kebidanan
UU No 44 Tahun 2009
UU No 24 Tahun 2011 Tentang Rumah Sakit
Tentang BPJS
UU No 36/2014 UU No 4/2019
Tentang Tenaga Kesehatan Tentang Kebidanan
Lex specialis derogat legi generali adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang ber
sifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis).
Undang – Undang “khusus Profesi”
“ Lex Spesialis ”
UU No 48 Tahun 2009
UU No 18 Tahun 2003 UU No 6 Tahun 2017
01 Tentang ADVOKAT
02 Tentang ARSITEK
03 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Lex specialis derogat legi generali adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang ber
sifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis).
PERLINDUNGAN HUKUM
TENAGA MEDIS DAN KESEHATAN
Konsideran!!
PERUBAHAN REDAKSIONAL
Tidak ada penjelasan defenisi Kesembuhan dalam RUU Kesehatan. Hal ini berpotensi
terhadap Persepsi Sembuh dari Sisi Medis (Dokter) dan Pasien (keluhan)
“ Kesembuhan” (?)
Pasal 13 A (hlm 216)
Usulan Perubahan Redaksional
Substansi pada pasal 4 ayat 1 huruf c dan pasal 164. ayat (4) serta pasal 13 A
TIDAK SETUJU dan Perubahan Substansi
PERUBAHAN REDAKSIONAL
PERUBAHAN REDAKSIONAL
• Pasal 282 ayat (2) aquo merupakan norma baru yang tidak pernah
ada dlm UU No 29/2004 jo UU No 36/2014
• Redaksional dan substansi pasal 282 ayat (2) RUU tidak perlu
dimasukkan dan dipertahankan, karena berpotensi menimbulkan
tafsir subjektif bagi tenaga medis dan tenaga Kesehatan dan
pasien
• Alasan penghentian pelayanan Kesehatan dalam pasal 282 ayat (2)
tidak memiliki penjelasan dan tolak ukut serta evidence base yang
jelas sehingga berpotensi memunculkan konflik/sengketa baru.
• Norma ini bukan berarti menjadi lebih baik, sebaliknya semakin
berpotensi pasal “jebakan” yang dapat memunculkan
perselisihan/sengketa dan tafsir baru karena tingkat subyektifitas
yang sangat tinggi baik bagi tenaga medis dan tenaga Kesehatan
maupun pasien apabila pelayanan Kesehatan dihentikan, bahkan
perbuatan ini juga berpotensi melanggar etik
Perubahan Redaksional
Pasal 187
Pasal 187
Pasal 188
Rumah Sakit
bertanggungjawab secara
hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan
atas kelalaian yang dilakukan
tenag medis dan tenaga
Kesehatan setelah adanya
putusan hukum berkekuatan
hukum tetap dan mengikat.
PERUBAHAN REDAKSIONAL Pasal 312
PASAL 312 : Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak mendapatkan pelindungan hukum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Perlu penjelasan tentang tafsir KESALAHAN, kesalahan tersebut harus terlebih dahulu
dibuktikan dan didasarkan pada evidence based yang terang dan jelas menurut hukum
• Setiap Pasien yang dirugikan akibat kesalahan tenaga medis atau tenaga Kesehatan dan
kesalahan tersebut telah dibuktikan dengan adanya putusan yang berkekuatan hukum
tetap dan mengikat dapat meminta ganti rugi secara tanggung renteng sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan
• Karena tanggungjawab hukum perdata (termasuk pidana) akan muncul Ketika terdapat
bukti brupa putusan pengadilan yang menyatakan kesalahan seseorang dan putusannya
telah berkekuatan hukum tetap dan mengikat sehingga muncul kewajiban untuk
membayar ganti rugi.
• Saat muncul kewajiban membayar ganti rugi tanpa ada bukti yg menyatakan kesalahan
orang tersebut dan kemudian orang tersebut harus bertanggungjawab dan memberikan
ganti rugi maka hal ini akan bertentangan dengan asas hukum
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui alternatif penyelesaian
sengketa di luar pengadilan.
• Perlu penjelasan tentang tafsir KESALAHAN, kesalahan tersebut harus terlebih dahulu
dibuktikan dan didasarkan pada evidence based yang terang dan jelas menurut hukum
• Perubahan redaksional : Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan
kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab kan kerugian kepada Pasien,perselisihan
yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan melib
atkan rumah sakit/fasilitas pelayanan Kesehatan
• Redaksional dan substansi pasal 29 a quo berbeda jauh maknanya dengan bunyi pasal 327 RUU Kes
ehatan yang menyebutkan penyelesaian perselisihan tersebut hanya merupakan “hak”, bukan keh
arusanatau kewajiban. Apabila demikian pasien yang merasa dirugikan secara paralel pada saat mu
syawarah dapat langsung mengadukan Tenaga Medis dan tenaga Kesehatan kepada majelis penegak
disiplin, membuat laporan kekantor polisi dan menggugat ke pengadilan. Evidence based atas ketig
anya kemudian dibawa ke forum mediasi atau penyelesaian sengketa diluar pengadilan, bahkan
tanpa melibatkan Rumah Sakit, padahal Tenaga medis dan tenaga kesehatan bekerja di rumah sakit
, dapat dibayangkan kedudukan tenaga medis dan tenaga Kesehatan menjadi lemah dan potensi
kriminalisasi serta upayape merasan akan mudah terjadi.
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan meliba
tkan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
• Organisasi Profesi berpendapat perlu dilakukan perubahan redaksional dengan mengubah kata
“kesalahan” menjadi “kelalaian”, hal ini berpedoman pada UU Tenaga Kesehatan No 36 Thn 2014
dan UU Rumah Sakit No 44 Tahun 2009
• Selain itu, frasa “alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan” diganti dengan kata “mediasi”
Serta menghapus frasa “terlebih dahulu”.
• Didasari asas Lex Specialis Derogat Legi Generali, aturan yang bersifat umum bukan hanya milik vali
dity sebagai hukum yang telah ada aturan yang sifatnya itu khusus, aturan yang sifatnya khusus itu
merupakan hukum yg valid yg memiliki kekuatan berikat utk diterapkannya kpd peristiwa yg konkrit
• Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, sudah berlaku sebagai Lex spesialis
yang telah mengesampingkan Undang Undang yang berlaku umum (KUHP), dengan dinyatakan
dicabut dan tidak berlaku dalam RUU Kesehatan, maka hal ini sangat disayangkan yang akan
menghilangkan asas lex spesialis sehingga aparat penegak hukum akan lbh mengutamakan Undang
Undang yang berlaku umum (KUHP)
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan meliba
tkan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan meliba
tkan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan meliba
tkan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan meliba
tkan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
TIDAK SETUJU Pasal 328 DIHAPUS dalam DIM Nomor 2102
Organisasi Profesi berpendapat : seharusnya TIDAK DIHAPUS
Pasal 443 - 447 DIHAPUS dan TIDAK DIPERTAHANKAN
Organisasi Profesi berpendapat : seharusnya DIHAPUS
Kelalaian
01 02
Contribution Negligance Error of (in) Judgment/Medical error
Dokter tidak dapat dipersalahkan Yaitu pilihan Tindakan medis dari dokter
dikarenakan kegagalannya dalam yang telah di dasarkan pada standar
penanganan terhadap pasiennya profesi ternyata pilihannya keliru
04 03
Volenti Non Fit Iniura/ assumption of risk
Respectable Minority Rules & Error of volenti non fit Iniura/ Asumption of risk
(in) Judgment
Dokter tidak dianggap berbuat lalai Suatu asumsi yang sudah diketahui
apabila ia memilij dari beberapa cara sebelumnya tentang adanya resiko medis yang
pengobatan yang diakui. Kekeliruan tinggi pada pasien apabila dilakukan suatu
dokter memilih alternatif Tindakan medis Tindakan medis padanya asal telah dilakukan
ini kemudian memunculkan teori baru penjelasan kepada pasien atau keluarganya
Kewenangan Organisasi
PROFESI ( IDI – PGDI – PPNI – IBI – IAI )
Organisasi Profesi “superbody”???
FAKTA : PORSI PROFESI MASIH SANGAT KURANG
Baca : Penjelasan UU 29/2004
Porsi Profesi masih sangat kurang Dokter/Drg harus Taat Kode Etik
Perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik Dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran dan kedokteran gigi dirasakan belum memadai, kedokteran selain tunduk pada ketentuan hukum
selama ini masih didominasi oleh kebutuhan formal dan yang berlaku, juga harus menaati ketentuan KODE
kepentingan pemerintah, sedangkan porsi profesi ETIK yang disusun oleh organisasi profesi dan
masih sangat kurang. (penjelasan UU 29/2004 hlm 2) didasarkan pada disiplin ilmu kedokteran atau kedokteran
gigi. (penjelasan UU No 29/2004 hlm 2)
Peran Profesi perlu diberdayakan
Konsil Kedokteran Indonesia merupakan suatu badan yang Nilai Ilmiah disertai ETIKA PROFESI
independen yang akan menjalankan fungsi regulator, yang
terkait dengan peningkatan kemampuan dokter dan dokter
Nilai ilmiah adalah bahwa praktik kedokteran harus
gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran. Disamping itu,
didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
peran dari berbagai organisasi profesi, asosiasi institu
diperoleh baik dalam pendidikan termasuk
si pendidikan yang ada saat ini juga perlu diberdayakan
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan keseha pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman
tan yang diberikan oleh dokter atau dokter gigi. serta ETIKA PROFESI;
(penjelasan UU No 29/2004 hlm 2)
Kewenangan Organisasi Profesi
Pasal 1 angka (12) UU No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
Organisasi profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi.
IDI SATU
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pengertian monopoli didefinisikan sebagai pengadaan barang dagangan tertentu baik itu di pasar lokal maupun nasional dan sekurang-kurang
nya sepertiga dari pasar tersebut dikuasai oleh orang maupun satu kelompok sehingga, harga dari barang dapat dikendalikan.
Organisasi Profesi TUNGGAL
juga disebutkan dibeberapa undang – undang, dan Wajib TETAP
dipertahankan redaksionalnya
Pasal 82 ayat (3) UU No 2/2014
Pasal 1 angka 12 UU 29/2004 Organisasi Notaris adalah Ikatan
Organisasi Profesi adalah IDI untuk Notaris Indonesia (INI) merupakan
dokter dan PDGI untuk dokter gigi. satu – satunya wadah profesi Notaris
Profesi Anggota
03 Membina dan mengembangkan kemampuan profesi anggota.
? ?
ya
Kesejahteraan Anggota In
04 POL
Meningkatkan kesejahteraan anggota
N O
M O
an a
D i m
Organisasi Profesi!!
Wadah Keilmuan (Body of Knowledge)
Organisasi Profesi Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Apoteker dan Tenaga Kesehatan
lain merupakan Wadah Anggota Profesi yang mempunyai dukungan Keilmuan (body of
knowledge) yang membutuhkan Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan. Organisasi
Profesi merupakan “Moral Community” yang bertujuan untuk Kepentingan Masyarakat
Dalam Memperoleh haknya dilayani oleh Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang
Memiliki ETIK dan MORAL YANG TINGGI
Asosiasi Dokter Dunia!!
IDI member of WMA
W.M.A
WORLD MEDICAL ASSOCIATION
Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : [email protected]
UU No 29/2004 Praktik Kedokteran
Dimana Hak Perlindungan Pasien dan Keselamatan Masyarakat?
DOKTER
DOKTER GIGI
MEMILIKI ETIK &
MORAL YG TINGGI
Bahwa Penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan i
nti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya Kese
hatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang me
miliki ETIK dan MORAL yang tinggi, keahlian dan kewenang
an yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya mel
alui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registra
si, lisensi, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan ag
ar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai dengan perkem
bangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
UU No 38/2014 Keperawatan
Dimana Hak Perlindungan Pasien dan Keselamatan Masyarakat?
PERAWAT
MEMILIKI ETIK &
MORAL YANG TINGGI
Penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
harus dilakukan secara bertanggung jawab,
akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau
oleh perawat yang memiliki kompetensi,
kewenangan, ETIK dan MORAL TINGGI;
UU No 36/2014 Tenaga Kesehatan
Dimana Hak Perlindungan Pasien dan Keselamatan Masyarakat?
PERAWAT
MEMILIKI ETIK &
MORAL YANG TINGGI
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang bertanggung jawab, yang
memiliki ETIK dan MORAL yang tinggi, keahlian, dan
kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan
mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan,
sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawas
an, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan
memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan;
TIDAK SETUJU Pasal 475 DIHAPUS dalam DIM Nomor 3015
Organisasi Profesi berpendapat
ING
IST
KS
E
UU
ING
IST
KS
E
UU
Rekomendasi OP di HAPUS
RUU KESEHATAN
Oleh Pemerintah diusulkan dihapus
Rekomendasi OP di usulkan di HAPUS
Rekomendasi OP di usulkan di HAPUS
Saat Rekomendasi Organisasi Profesi
dihapuskan, dimana Hak
Perlindungan bagi Masyarakat atas
Praktik Kedokteran/Kesehatan oleh
Dokter/Dokter Gigi/Tenaga
Kesehatan yang Tidak Memiliki
Etika dan Moral yang Tinggi?
Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : [email protected]
TIDAK SETUJU Pasal 249 AYAT (1) huruf c TENTANG REKOMENDASI
ORGANISASI PROFESI DIHAPUS dalam DIM Nomor 1686
Organisasi Profesi berpendapat bahwa;
1. Rekomendasi Organisasi Profesi selain untuk membantu Pemerintah juga untuk
melindungi Masyarakat. Perlunya Rekomendasi OP Tidak memperpanjang Birokrasi
tetapi membantu Pemerintah utk menyeleksi dan memberikan perlindungan
kepada masyarakat atas pelayanan dari Tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang
Tidak Beretika/Melanggar etik/Melanggar Hukum/Melanggar Disiplin/Tidak
Kompeten/atau Melanggar Hukum
2. Pemberian Rekomendasi Profesi bukan merupakan Birokrasi tetapi bagian
penyelenggaraan organisasi profesi yang Profesional dan Kompeten dengan
Kewenangan Pemberian Izin (SIP) tetap melekat pada Pemerintah Daerah
3. Selain itu untuk memastikan dan menghindarkan adanya Praktik Dokter/Drg/
Tenaga Kesehatan PALSU (abal – abal) dan tidak kompeten yang akan merugikan
masyarakat
4. Organisasi Profesi memiliki data based tenaga medis dan tenaga Kesehatan masing
masing secara keseluruhan yang merupakan anggota dari organisasi profesi yang ter
sebar disetiap pelosok daerah/ pelosok desa
TIDAK SETUJU Pasal 249 AYAT (4) TENTANG REKOMENDASI
ORGANISASI PROFESI DIHAPUS dalam DIM Nomor 1693
Pasal 23
“Dalam hal pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal
15 ayat (2) dan pasal 18 ayat (1) huruf
b tidak dilaksanakan atau tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan serta
menimbulkan ketidakpastian hukum,
Pemerintah Pusat mengambil alih
kewenangan pemberian STR dan
Pemberian Rekomendasi untuk
Perpanjangan SILP
ORTALA IDI 2019
LIBERALISASI
KAPITALISME
No 5 Tahun 1999
UU CK UU 5/1999
D
D
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
UU CK UU 5/1999
D
D
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
UU CK UU 5/1999
D
D
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
UU 5/1999
UU CK
D
D
Pendidikan Kedokteran
diatur tersendiri UU No 20 Tahun 2013
TIDAK SETUJU memasukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013
Pasal 473A huruf g dalam DIM Nomor 2995, dan Pasal 474 huruf d1 dalam DIM
Nomor 3008 TIDAK SETUJU DIATUR DIMASUKKAN UU 20/2013
KOLEGIUM
Kolegium kedokteran Indonesia dan kolegium kedokteran gigi Indonesia adalah badan yang
dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing-masing cabang disiplin ilmu yang bertugas
mengampu cabang disiplin ilmu tersebut.
Pasal 51 UU No 36 Tahun 2014 ttg Tenaga Kesehatan
KOLEGIUM
Untuk mengembangkan cabang disiplin ilmu dan setiap jenis membentuk hanya dapat Organisasi
Profesi sebagaimana standar pendidikan Tenaga Kesehatan, Organisasi Profesi dapat membentuk
masing-masing Tenaga Kesehatan setiap Kolegium. Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan
merupakan adalah badan otonom di dalam Organisasi Profesi Kesehatan bertanggung jawab kepada
masing-masing Tenaga medis dan tenaga Kesehatan masing masing Organisasi Profesi
Usulan IDI !!
TETAP SESUAI DRAFT RUU DPR
bahwa sudah ada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor PUU-82 tahun 2015 terkait Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI) dibentuk dengan UU Praktik Kedokteran sehingga merupakan lembaga negara atau organ
negara (state organ) dengan Undang-Undang, yang berada pada lapis kedua yang setara dengan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang mengemban tugas dalam penyelenggaran pemilihan umum, ataupun Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang dibentuk dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia.
Sehingga dalam RUU ini, Tetap harus masuk dalam Ketentuan Umum dan pasal-perpasal.
KKI ( Konsil Kedokteran Indonesia)
KKI tetap bertanggungjawab kepada Presiden, bukan kepada Menteri.
KONSIL
Konsil adalah badan otonom, mandiri, dan non struktural
yang independen. Dalam dunia internasional konsil kedokteran
adalah Professional Medical Regulatory Authority (PMRA)
yang merupakan badan independen yang melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap praktek kedokteran.
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) : telah diterima sebagai anggota Konsil Kedokteran International (International
Association of Medical Regulatory Authorities/IAMRA) sejak thn 2012. Jika kedudukannya di bawah kementerian,
maka status KKI bisa dikeluarkan dari keanggotaan (IAMRA) karena sudah tidak independen. Contohnya di GMC
(General Medical Council) di Inggris, Medical Board di Australia dan beberapa negara lainnya. Selain itu sering
disebut berkali-kali dalam RUU Kesehatan
Usulan IDI !!
Tetap SESUAI DRAFT RUU DPR
Mengusulkan Perubahan Substansi dalam Pasal 228 ayat (1a) DIM Nomor 1571
• Perubahan dengan penambahan substansi yaitu menambah Frasa Konsil Kedokteran Indonesia,
dan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.
• Dan menghapus frasa “dan pihak lain yang terkait”.
• Serta mengubah yang melakukan evaluasi adalah Kolegium, Konsil Kedokteran Indonesia,
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia yang melibatkan kementerian yang menyelenggarakan tugas
di bidang pendidikan tinggi, , sedangkan Menteri Kesehatan tidak diikutsertakan
Usulan IDI !!
PERUBAHAN SUBSTANSI USULAN DPR
Pemerintah mengusulkan dalam UU tidak mengatur mengenai pembentukan lembaga dan organ-organ tertentu
agar dapat bersifat fleksibilitas dalam pengaturannya sesuai kebutuhan dukungan tugas fungsi pemerintahan,
sehingga cukup diatur dalam aturan pelaksanaan. Untuk itu diusulkan definisi Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia dihapus.
Usulan IDI !!
Tetap SESUAI DRAFT RUU DPR
1. bahwa sudah terdapat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor PUU-82 tahun 2015 terkait
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dibentuk dengan UU Praktik Kedokteran sehingga
merupakan lembaga negara atau organ negara (state organ) dengan Undang-Undang, yang
berada pada lapis kedua yang setara dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mengem
bang tugas dalam penyelenggaran pemilihan umum, ataupun Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) yang dibentuk dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia.
2. Sehingga dalam RUU ini, Tetap harus masuk dalam Ketentuan Umum dan Pasal-perpasal.
Selain itu KKI tetap bertanggungjawab kepada Presiden, bukan kepada Menteri.
TIDAK SETUJU DIHAPUS & TETAP DENGAN RUMUSAN DPR
Pasal 254 s/d Pasal 267 dalam DIM Nomor 1711 s/d DIM 1808, yang mengatur tentang Konsil
Kedokteran Indonesia, dan DIM Nomor 1711, DIM Nomor 1809 s/d DIM Nomor 1886, Pasal 26
8 s/d Pasal 280 yang mengatur tentang Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia ‘
TIDAK SETUJU DIHAPUS
3. Konsil adalah badan otonom, mandiri, dan non struktural yang independen. Dalam dunia internasional
konsil kedokteran adalah Professional Medical Regulatory Authority (PMRA) yang merupakan badan
independen yang melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap praktek kedokteran.
4. Oleh karena itu Konsil Kedokteran Indonesia tidak berada di bawah satu Kementerian namun langsung
bertanggungjawab kepada Kepala Negara (Presiden). Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) : telah diterima
sebagai anggota Konsil Kedokteran International (IAMRA) sejak thn 2012. Jika kedududkannya di bawah
kementerian, maka status KKI bisa dikeluarkan dari keanggotaan (IAMRA) karena sudah tidak independen. Contoh
nya di GMC (General Medical Council) di Inggris, Medical Board di Australia dan beberapa negara lainnya.
5. Sebagaimana dengan Konsil Kedokteran Indonesia, demikian pula dengan Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia yaitu Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia adalah lembaga yang dibentuk Presiden, yang
melaksanakan tugas secara independen, dan yang terdiri atas konsil setiap kelompok Tenaga Kesehatan.
Sehingga TETAP DENGAN RUMUSAN DPR
TKA NAKES
TENAGA KESEHATAN ASING
Tenaga Medis/Kesehatan ASING
Sudah diatur dalam UU No 29 Tahun 2004 jo UU No 36 Tahun 2014
UU No 29 Tahun 2004 tentang PRADOK
UU No 36 Tahun 2014 tentang TENAKES
Tenaga Medis/Kesehatan ASING
UU No 36 Tahun 2014 tentang TENAKES
Pada Pasal 234 Dilakukan PERUBAHAN SUBSTANSI dalam
DIM Nomor 1612 sampai dengan DIM Nomor 1615
Wahai Para Pembisik!!
“… setidaknya jangan merusak..”