Materi 1 - Idi Mojokerto - Ruu Kesehatan 20230519

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 110

IDI MOJOKERTO

Disampaikan pada 19 Mei 2023

RUU KESEHATAN
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H
Curriculum Vitae
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes, S.H, M.H Experience

Doktor – Dokter – Lawyer – Lecturer


Akademisi | Dosen Hukum Kesehatan
Praktisi & Pengalaman Perumahsakitan n Dosen Pascasarjana Magister Hukum UNPAB | 2016 – Skrg
1. Founder Achilles Health Law Firm (AHLI) n Dosen Pascasarjana Magister Hukum NTU Academy Nomensen
2. Anggota Badan Pengawas RS Provsu | 2021 – Skrg n Dosen IKKES Helvetia – Prodi Administrasi Rumah Sakit dan AKK
3. Direktur PT. Sri Pamela Medika Nusantara | 2021 - 2023 n Dosen Pascasarjana Magister Hukum Univ. Prima Indonesia
4. Direktur RSU Bunda Thamrin | 2020 – 2021
Organisasi Perumahsakitan
5. Direktur Utama PT. RMH (Regina Maris Hospital) | 2018 - 2021
6. Direktur RSU Sarah | 2015 – 2019 n Kompartemen Hukum PERSI PUSAT | 2021 – Skrg
7. Konsultan JICA KPPIP-SF (Japan) | 2016 - 2019 n Kompartemen Hukum ARSSI PUSAT | 2022 – Skrg
8. Kepala Pelayanan Medis RS Sarah | 2014 – 2015 n Ketua ARSSI SUMUT | 2022 – Skrg
9. Kepala Bag. Legal & Umum RS Khusus Mata SMEC | 2013 – 2014
Organisasi Profesi Dokter
n Ketua BHP2A PB IDI Jakarta | 2022 – Skrg
n Sekretaris MKEK IDI Wilayah SUMUT | 2016 – Skrg
n Pengurus PB IDI Jakarta | 2016 – 2018
n LAFKESPRI – LAM KPRS
Organisasi Hukum Kesehatan
n Ketua DPW MHKI SUMUT | 2021 – Skrg
n Pengurus ADHKI (Asosiasi Dosen Hukum Kesehatan Indonesia) | 2016 – Skrg
n Ketua DPP MHKI Bid. Kajian Hukum Perumahsakitan | 2018 – Skrg
n Pengurus LAFAI (Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia) | 2019 - Skrg
n Direktur LPKM MHKI SUMUT | 2016 – 2019

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H | email : [email protected] | IG : @benisatria_dr
Agenda Diskusi
1 Perlindungan Hukum

2 KEWENANGAN ORGANISASI PROFESI

3 LIBERALISASI BISNIS KESEHATAN

4 PENDIDIKAN KEDOKTERAN

5 TKA TENAGA KESEHATAN


RUU KESEHATAN (2023)
UU No 6 Tahun 2018 UU No 29 Tahun 2004
Tentang Kekarantinaan UU No 36 Tahun 2009 Tentang Praktik Kedokteran
Kesehatan
UU No 20 Tahun 2003 UU No 36 tahun 2014
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tentang Tenaga Kesehatan

UU No 12 Tahun 2012 UU No 38 Tahun 2014


Tentang Pendidikan Tinggi Tentang Keperawatan

RUU
KESEHATAN
UU No 40 tahun 2004 UU No 4 Tahun 2019
Tentang SJSN Tentang Kebidanan

UU No 44 Tahun 2009
UU No 24 Tahun 2011 Tentang Rumah Sakit
Tentang BPJS

UU No 8 Tahun 1984 UU No 18 Tahun 2014


Tentang Wabah Penyakit Menular Tentang Kesehatan Jiwa
Pasal 474
RUU Kesehatan
”Pada saat undang – undang
ini Mulai berlaku 9 (Sembilan)
Undang – Undang DICABUT
dan dinyatakan TIDAK BERLAKU”
KENAPA ?
UU No 13 Tahun 2022
Pembentukan Peraturan Perundang undangan

Pasal 96 ayat (4)


Untuk memudahkan masyarakat dalam
memberikan masukan dalam RUU maka
setiap Naskah Akademik dan/atau Rancangan
Peraturan Perundang-undangan, harus dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat

Pasal 96 ayat (6)


Untuk memenuhi hak memberi masukan dalam
RUUmaka pembentuk Peraturan Perundang-
undangan dapat melakukan kegiatan konsultasi
publik melalui:
a. rapat dengar pendapat umum;
b. kunjungan kerja;
c. seminar, lokakarya, diskusi; dan/ atau
d. kegiatan konsultasi publik lainnya,
Pasal 96 ayat (3) DAN Hasil kegiatan konsultasi publik tersebut
harus menjadi bahan pertimbangan dalam
Masyarakat merupakan orang perseorangan atau kelompok orang yang
terdampak langsung dan/atau mempunyai kepentingan atas materi
perencanaan, penyusunan, dan pembahasan
muatan Rancangan Peraturan Perundang-undangan, mempunyai hak Rancangan Peraturan Perundang-undangan.
memberikan masukan secara lisan dan/ atau tertulis dalam setiap DAN Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dapat dapat menjelaskan kepada masyarakat mengenai
dilakukan secara daring dan/atau luring; hasil pembahasan masukan masyarakat;
AKSI DAMAI
JAKARTA 9 MEI 2023
AKSI DAMAI 8/5/23
AKSI DAMAI 8/5/23
AKSI DAMAI 8/5/23
AKSI DAMAI 8/5/23
Pasal 474 TIDAK SETUJU DENGAN RUMUSAN DPR DAN PEMERINTAH.
DIUSULKAN PERUBAHAN SUBSTANSI dalam DIM Nomor 3014

UU Eksisting Masih TETAP BERLAKU


frasa “dicabut dan dinyatakan tidak berlaku” dihapus. Kemudian diganti
dengan rumusan baru yaitu: “tetap dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini”.
TIDAK SETUJU Pasal 474 DENGAN RUMUSAN DPR DAN PEMERINTAH
DIUSULKAN PERUBAHAN SUBSTANSI dalam DIM Nomor 3014

Organisasi Profesi berpendapat bahwa;


1. Perlu dilakukan kajian mendalam dan identifikasi keseluruh DIM No
3003 s/d DIM No 3013 dalam UU Eksisting sebelum dilakukan pencabutan
terhadap 9 Undang Undang, karena sangat subjektif.
2. Apabila masih terdapat pengaturan yang tidak dilakukan perubahan ataupun dihap
us dalam RUU Kesehatan ini, maka diantara 9 Undang – Undang ini tidak dapat
dilakukan Pencabutan karena masih tetap diberlakukan semua ketentuan mengacu
pada Undang Undang Eksisting
3. Sehingga frasa “dicabut dan dinyatakan tidak berlaku” harus dihapus. Kemudian
diganti dengan rumusan baru yaitu; “TETAP dinyatakan berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang – Undang ini”
4. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kekosongan hukum dan memberi kepastian
hukum jika terdapat norma– norma yang belum diatur dalam RUU Kesehatan ini.
Undang – Undang “Khusus Profesi”
“ Lex Spesialis ”

UU No 29/2004 UU No 38/2014 PP No 51/2009


Tentang Praktik Kedokteran Tentang Keperawatan Praktik Kefarmasian

UU No 36/2014 UU No 4/2019
Tentang Tenaga Kesehatan Tentang Kebidanan

Lex specialis derogat legi generali adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang ber
sifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis).
Undang – Undang “khusus Profesi”
“ Lex Spesialis ”

UU No 48 Tahun 2009
UU No 18 Tahun 2003 UU No 6 Tahun 2017
01 Tentang ADVOKAT
02 Tentang ARSITEK
03 Tentang Kekuasaan Kehakiman

UU No 2 Tahun 2014 / UU No 5 Tahun 2011 UU No 23 Tahun 2022


04 UU No 30 Tahun 2004 05 Tentang Akuntan Publik 06 Tentang Pendidikan dan Layanan
Tentang Jabatan Notaris. Psikologi

Lex specialis derogat legi generali adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang ber
sifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis).
PERLINDUNGAN HUKUM
TENAGA MEDIS DAN KESEHATAN
Konsideran!!
PERUBAHAN REDAKSIONAL

Konsideran huruf e RUU

Bahwa untuk meningkatkan kapasitas dan ketahanan Kesehatan diperlukan


penyesuaian berbagai kebijakan untuk penguatan system Kesehatan
secara terintegratif dan holistic dalam satu undang undang secara
komprehensif guna memberikan perlindungan dan kepastian hukum
kepada rumah sakit, tenaga medis, tenaga Kesehatan dan masyarakat
RUU kesehatan
Pasal 4 ayat (1) huruf c

Tidak ada penjelasan defenisi Kesembuhan dalam RUU Kesehatan. Hal ini berpotensi
terhadap Persepsi Sembuh dari Sisi Medis (Dokter) dan Pasien (keluhan)

Pasal 164 ayat (4)

“ Kesembuhan” (?)
Pasal 13 A (hlm 216)
Usulan Perubahan Redaksional
Substansi pada pasal 4 ayat 1 huruf c dan pasal 164. ayat (4) serta pasal 13 A
TIDAK SETUJU dan Perubahan Substansi

DIUBAH DALAM RUU

• Setiap orang pasien berhak mendapatkan perawatan


kesehatan hingga mendapat kesembuhan sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi dan
standar prosedur operasional menurut kebutuhan
medis pasien
Usulan IDI
PERUBAHAN Redaksional dan substansi pasal 307 ayat (2) harus diubah dalam
Rancangan Undang-Undang ini.

PERUBAHAN REDAKSIONAL

• Redaksional dan substansi norma pasal 307 ayat


(2) harus diubah menjadi;

(2) Setiap Pasien berhak untuk mendapatkan isi Rekam


Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Rekam medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)


dalam bentuk Ringkasan / Resume Rekam Medis
Usulan IDI
Redaksional dan substansi pasal 282 ayat (2) harus dihapus dan tidak dipertahankan
dalam Rancangan Undang-Undang ini.

PERUBAHAN REDAKSIONAL

• Pasal 282 ayat (2) aquo merupakan norma baru yang tidak pernah
ada dlm UU No 29/2004 jo UU No 36/2014
• Redaksional dan substansi pasal 282 ayat (2) RUU tidak perlu
dimasukkan dan dipertahankan, karena berpotensi menimbulkan
tafsir subjektif bagi tenaga medis dan tenaga Kesehatan dan
pasien
• Alasan penghentian pelayanan Kesehatan dalam pasal 282 ayat (2)
tidak memiliki penjelasan dan tolak ukut serta evidence base yang
jelas sehingga berpotensi memunculkan konflik/sengketa baru.
• Norma ini bukan berarti menjadi lebih baik, sebaliknya semakin
berpotensi pasal “jebakan” yang dapat memunculkan
perselisihan/sengketa dan tafsir baru karena tingkat subyektifitas
yang sangat tinggi baik bagi tenaga medis dan tenaga Kesehatan
maupun pasien apabila pelayanan Kesehatan dihentikan, bahkan
perbuatan ini juga berpotensi melanggar etik
Perubahan Redaksional
Pasal 187

Pasal 187

(1) Rumah Sakit, Tenaga


Medis, Tenaga Kesehatan
tidak bertanggungjawab
secara hukum apabila
pasien dan/atau keluarga
menolak atau
menghentikan pengobatan
yang dapat berakibat
kematian pasien setelah
adanya penjelasan medis
yang komprehensif
(2) Rumah Sakit, Tenaga
Medis, tenaga Kesehatan
Perubahan Redaksional
Pasal 188

Pasal 188
Rumah Sakit
bertanggungjawab secara
hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan
atas kelalaian yang dilakukan
tenag medis dan tenaga
Kesehatan setelah adanya
putusan hukum berkekuatan
hukum tetap dan mengikat.
PERUBAHAN REDAKSIONAL Pasal 312
PASAL 312 : Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak mendapatkan pelindungan hukum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

USULAN REDAKSIONAL PASAL


TIDAK SETUJU Pasal 321 DIHAPUS
Substansi pada pasal 321 ayat (1) dan TIDAK SETUJU DIHAPUS
pada ayat (2) DIM Nomor 2079 dan DIM Nomor 2080
Tambahan redaksional dan subtansi pada pasal 321; (2) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pela
nggaran etika, maka majelis meneruskan Pengaduan kepada Organisasi Profesi
Usulan Paragraf Baru dan Pasal Tambahan
Substansi pada pasal 321 ayat (1) dan TIDAK SETUJU DIHAPUS
pada ayat (2) DIM Nomor 2079 dan DIM Nomor 2080
Usulan Pasal DIHAPUS
Substansi pada pasal 322 ayat 4 dan TIDAK SETUJU ada DALAM Substansi
Pasal 323 ayat (4) : Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan sudah melaksanakan sanksi yang dijatuhkan oleh
majelis, aparat penegak hukum wajib mengutamakan penyelesaian perselisihan dengan mekanisme keadilan restoratif.

DIHAPUSKAN DALAM RUU


• Karena sifat majelis itu kompetensinya bukan untuk memeriksa Pelang
garan Hukum tetapi ETIKA dan DISIPLIN.
• Pelanggaran ETIKA dan DISIPLIN diselesaikan sesuai derajat pelangga
ran etik dan disiplin karena Putusan Majelis sifatnya bukan pro Justitia,
sehingga tidak perlu mengundang pihak pasien/keluarga/penegak hu
kum untuk mencermati dan memahami putusan majelis.
• Pelanggaran ETIK dan DISIPLIN bukanlah Pelanggaran HUKUM yang
harus diselesaikan dengan pendekatan hukum keadilan restoratif
Perubahan Redaksional Pasal 326
pasal 326; Setiap Pasien yang dirugikan akibat kesalahan Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan dapat meminta ganti rugi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Perlu penjelasan tentang tafsir KESALAHAN, kesalahan tersebut harus terlebih dahulu
dibuktikan dan didasarkan pada evidence based yang terang dan jelas menurut hukum
• Setiap Pasien yang dirugikan akibat kesalahan tenaga medis atau tenaga Kesehatan dan
kesalahan tersebut telah dibuktikan dengan adanya putusan yang berkekuatan hukum
tetap dan mengikat dapat meminta ganti rugi secara tanggung renteng sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan
• Karena tanggungjawab hukum perdata (termasuk pidana) akan muncul Ketika terdapat
bukti brupa putusan pengadilan yang menyatakan kesalahan seseorang dan putusannya
telah berkekuatan hukum tetap dan mengikat sehingga muncul kewajiban untuk
membayar ganti rugi.
• Saat muncul kewajiban membayar ganti rugi tanpa ada bukti yg menyatakan kesalahan
orang tersebut dan kemudian orang tersebut harus bertanggungjawab dan memberikan
ganti rugi maka hal ini akan bertentangan dengan asas hukum
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui alternatif penyelesaian
sengketa di luar pengadilan.

• Perlu penjelasan tentang tafsir KESALAHAN, kesalahan tersebut harus terlebih dahulu
dibuktikan dan didasarkan pada evidence based yang terang dan jelas menurut hukum
• Perubahan redaksional : Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan
kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab kan kerugian kepada Pasien,perselisihan
yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan melib
atkan rumah sakit/fasilitas pelayanan Kesehatan
• Redaksional dan substansi pasal 29 a quo berbeda jauh maknanya dengan bunyi pasal 327 RUU Kes
ehatan yang menyebutkan penyelesaian perselisihan tersebut hanya merupakan “hak”, bukan keh
arusanatau kewajiban. Apabila demikian pasien yang merasa dirugikan secara paralel pada saat mu
syawarah dapat langsung mengadukan Tenaga Medis dan tenaga Kesehatan kepada majelis penegak
disiplin, membuat laporan kekantor polisi dan menggugat ke pengadilan. Evidence based atas ketig
anya kemudian dibawa ke forum mediasi atau penyelesaian sengketa diluar pengadilan, bahkan
tanpa melibatkan Rumah Sakit, padahal Tenaga medis dan tenaga kesehatan bekerja di rumah sakit
, dapat dibayangkan kedudukan tenaga medis dan tenaga Kesehatan menjadi lemah dan potensi
kriminalisasi serta upayape merasan akan mudah terjadi.
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan meliba
tkan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan

• Organisasi Profesi berpendapat perlu dilakukan perubahan redaksional dengan mengubah kata
“kesalahan” menjadi “kelalaian”, hal ini berpedoman pada UU Tenaga Kesehatan No 36 Thn 2014
dan UU Rumah Sakit No 44 Tahun 2009
• Selain itu, frasa “alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan” diganti dengan kata “mediasi”
Serta menghapus frasa “terlebih dahulu”.
• Didasari asas Lex Specialis Derogat Legi Generali, aturan yang bersifat umum bukan hanya milik vali
dity sebagai hukum yang telah ada aturan yang sifatnya itu khusus, aturan yang sifatnya khusus itu
merupakan hukum yg valid yg memiliki kekuatan berikat utk diterapkannya kpd peristiwa yg konkrit
• Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, sudah berlaku sebagai Lex spesialis
yang telah mengesampingkan Undang Undang yang berlaku umum (KUHP), dengan dinyatakan
dicabut dan tidak berlaku dalam RUU Kesehatan, maka hal ini sangat disayangkan yang akan
menghilangkan asas lex spesialis sehingga aparat penegak hukum akan lbh mengutamakan Undang
Undang yang berlaku umum (KUHP)
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan meliba
tkan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan meliba
tkan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan meliba
tkan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
Perubahan Redaksional Pasal 327
pasal 327; Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang menyebab
kan kerugian kepada Pasien,perselisihan yang timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi dengan meliba
tkan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
TIDAK SETUJU Pasal 328 DIHAPUS dalam DIM Nomor 2102
Organisasi Profesi berpendapat : seharusnya TIDAK DIHAPUS
Pasal 443 - 447 DIHAPUS dan TIDAK DIPERTAHANKAN
Organisasi Profesi berpendapat : seharusnya DIHAPUS

Pasal 443 – 447 DIHAPUS dan TIDAK DIPERTAHANKAN


Redaksional dan substasni pasal 443 s/d 447 harus dihapus dan tidak
dipertahankan lagi dalam undang – undang karena bisa dibuat tersendiri
dalam peraturan perundang – undangan karena bisa dibuat tersendiri
dlm Peraturan Pemerintah apalahi adal mpasal 443 s/d 447 RUU tersebut
tidak sejalan dengan KUHAP karena tidak ada pengaturan tentang proses
Penyeldidikan
Pasal 462 DIHAPUS dan TIDAK DIPERTAHANKAN
Organisasi Profesi berpendapat : redaksional dan substansui pasal 462 DIHAPUS

Pasal 443 – 447 DIHAPUS dan TIDAK DIPERTAHANKAN


• Redaksional dan substansi pasal 462 ayat (1) dan (2) harus dihapus dan tidak
dapat dipertahankan lagi karena norma pasal 462 ayat (1) dan (2) tersebut
sudah diatur dalam KUHAP
• Bertentangan dengan adanya asas peniadaan hukuman terhadap dokter yang
duga melakukan dugaan tindak pidana apabila sudah seswuai dengan stand
ar profesi, standar pelayanan dan SPO maka seharusnya dokter tidak dapat
dipersalahkan (verwijbaarheid)
• The oxford illustrated dictionary bahwa resiko medis adalah peristiwa yang
tidak terduga, tidak disengaja sehingga tenaga medis dan tenaga Kesehatan
tidak dapat mempertanggungjawabkan akibat yang tidak dikhendakinya
dalam melakukan pelayanan medis
Kelalaian/Kesalahan bukan Kejahatan
Apabila tidak menimbulkan kerugian yang dapat dibuktikan sebab akibatnya (kausalitas)

Kelalaian

01 02
Contribution Negligance Error of (in) Judgment/Medical error
Dokter tidak dapat dipersalahkan Yaitu pilihan Tindakan medis dari dokter
dikarenakan kegagalannya dalam yang telah di dasarkan pada standar
penanganan terhadap pasiennya profesi ternyata pilihannya keliru

04 03
Volenti Non Fit Iniura/ assumption of risk
Respectable Minority Rules & Error of volenti non fit Iniura/ Asumption of risk
(in) Judgment
Dokter tidak dianggap berbuat lalai Suatu asumsi yang sudah diketahui
apabila ia memilij dari beberapa cara sebelumnya tentang adanya resiko medis yang
pengobatan yang diakui. Kekeliruan tinggi pada pasien apabila dilakukan suatu
dokter memilih alternatif Tindakan medis Tindakan medis padanya asal telah dilakukan
ini kemudian memunculkan teori baru penjelasan kepada pasien atau keluarganya
Kewenangan Organisasi
PROFESI ( IDI – PGDI – PPNI – IBI – IAI )
Organisasi Profesi “superbody”???
FAKTA : PORSI PROFESI MASIH SANGAT KURANG
Baca : Penjelasan UU 29/2004

Porsi Profesi masih sangat kurang Dokter/Drg harus Taat Kode Etik

Perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik Dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran dan kedokteran gigi dirasakan belum memadai, kedokteran selain tunduk pada ketentuan hukum
selama ini masih didominasi oleh kebutuhan formal dan yang berlaku, juga harus menaati ketentuan KODE
kepentingan pemerintah, sedangkan porsi profesi ETIK yang disusun oleh organisasi profesi dan
masih sangat kurang. (penjelasan UU 29/2004 hlm 2) didasarkan pada disiplin ilmu kedokteran atau kedokteran
gigi. (penjelasan UU No 29/2004 hlm 2)
Peran Profesi perlu diberdayakan

Konsil Kedokteran Indonesia merupakan suatu badan yang Nilai Ilmiah disertai ETIKA PROFESI
independen yang akan menjalankan fungsi regulator, yang
terkait dengan peningkatan kemampuan dokter dan dokter
Nilai ilmiah adalah bahwa praktik kedokteran harus
gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran. Disamping itu,
didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
peran dari berbagai organisasi profesi, asosiasi institu
diperoleh baik dalam pendidikan termasuk
si pendidikan yang ada saat ini juga perlu diberdayakan
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan keseha pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman
tan yang diberikan oleh dokter atau dokter gigi. serta ETIKA PROFESI;
(penjelasan UU No 29/2004 hlm 2)
Kewenangan Organisasi Profesi
Pasal 1 angka (12) UU No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
Organisasi profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi.

Peran/Hak/Kewenangan Organisasi PROFESI dalam UU No 29/2004;


1. Menetapkan ETIKA PROFESI (pasal 8)
2. Membuat STANDAR PROFESI (penjelasan pasal 50)
3. Memberikan Sanksi bagi Anggota karena Melanggar Ketentuan Etika Profesi
(pasal 8)
4. Mengusulkan untuk menjadi Anggota Konsil Kedokteran Indonesia(pasal 14)
5. Menyusun Standar Pendidikan Profesi Bersama Asosiasi Institusi Pendidikan,
Kolegium, Asosiasi RS Pendidikan, Depdiknas dan Depkes (pasal 4)
6. Memberikan Rekomendasi untuk mendapatkan SIP (pasal 38)
7. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan KENDALI MUTU & KENDALI BIAYA
(pasal 49)
8. Melakukan Pembinaan praktik kedokteran yang bermutu dan melindungi
masyarakat (pasal 54)
9. Mengusulkan untuk menjadi anggota MKDKI (pasal 60)
10.Memeriksa Pengaduan Dugaan Pelanggaran ETIK (68)
11.Membina serta mengawasi praktik kedokteran bersama Pemerintah PusatK
KI, Pemda sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing (pasal 71)
Kenapa harus ”SATU”
“ SATU bukan MONOPOLI ”

“ SATU BUKAN MONOPOLI “


“Eksklusivitas” kewenangan yang melekat pada IDI tidak dapat diartikan
sebagai sebuah bentuk monopoli. Sifat eksklusif tersebut hanya sebatas
menjalankan Amanah Undang undang untuk melakukan tindakan
tertentu dan bukan untuk membangun kekuatan monopoli.

IDI SATU
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pengertian monopoli didefinisikan sebagai pengadaan barang dagangan tertentu baik itu di pasar lokal maupun nasional dan sekurang-kurang
nya sepertiga dari pasar tersebut dikuasai oleh orang maupun satu kelompok sehingga, harga dari barang dapat dikendalikan.
Organisasi Profesi TUNGGAL
juga disebutkan dibeberapa undang – undang, dan Wajib TETAP
dipertahankan redaksionalnya
Pasal 82 ayat (3) UU No 2/2014
Pasal 1 angka 12 UU 29/2004 Organisasi Notaris adalah Ikatan
Organisasi Profesi adalah IDI untuk Notaris Indonesia (INI) merupakan
dokter dan PDGI untuk dokter gigi. satu – satunya wadah profesi Notaris

Pasal 1 angka 10 UU No 6/2017;


Pasal 41 ayat (1) UU 38/2014
Organisasi profesi Arsitek adalah IAI
Organisasi profesi perawat adalah PPNI
(Ikatan Arsitek Indonesia)
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia)
Pasal 1 angka 3 dan 4 UU No 5/2011
Pasal 65 ayat (1) UU No 4/2019 • Asosiasi Profesi Akuntan Publik adalah
Organisasi Profesi Bidan adalah IBI organisasi profesi akuntan public yang bersifat
(Ikatan Bidan Indonesia) nasional.
• Asosiasi Profesi Akuntan adalah organisasi
profesi akuntan yang bersifat nasional,
Pasal 46 ayat (1) UU No 23/2022 • bahkan dalam pasal 6 ayat (1) “Sertifikat tanda lulus
Nama induk organisasi profesi Psikolog yakni ujian profesi akuntan public yang sah adalah surat
Himpunan Psikologi Indonesia disingkat tanda lulus ujian yang diterbitkan oleh Asosiasi
HIMPSI sebagai Perkumpulan berbadan hukum Profesi Akuntan public atau Perguruan tinggi yang
yang terdaftar di kementerian hukum. terakreditasi oleh Asosiasi Profesi akuntan publik yang
menyelenggarakan Pendidikan akuntan public.”
Tujuan didirikan IDI
Kesehatan Rakyat Indonesia
01 Meningkatkan derajat Kesehatan rakyat Indonesia

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


02 Mengembangkan Ilmu Kesehatan serta IPTEK Kedokteran

Profesi Anggota
03 Membina dan mengembangkan kemampuan profesi anggota.

? ?
ya
Kesejahteraan Anggota In
04 POL
Meningkatkan kesejahteraan anggota
N O
M O
an a
D i m
Organisasi Profesi!!
Wadah Keilmuan (Body of Knowledge)

OP adalah Moral Community

Organisasi Profesi Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Apoteker dan Tenaga Kesehatan
lain merupakan Wadah Anggota Profesi yang mempunyai dukungan Keilmuan (body of
knowledge) yang membutuhkan Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan. Organisasi
Profesi merupakan “Moral Community” yang bertujuan untuk Kepentingan Masyarakat
Dalam Memperoleh haknya dilayani oleh Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang
Memiliki ETIK dan MORAL YANG TINGGI
Asosiasi Dokter Dunia!!
IDI member of WMA

W.M.A
WORLD MEDICAL ASSOCIATION

Organisasi Profesi IDI telah lama diterima menjadi anggota


Asosiasi Dokter Dunia (World Medical Association).
Putusan MK dalam perkara Nomor
14/PUU-XII/2014, angka 3.14
profesi dokter menjadi istimewa sebab kewenangan medis
(medical authority) dan kompetensi kedokteran (medical
competency) yang melekat pada sosok profesi dokter

Putusan MK Nomor 88/PUU-XIII/2015, yang dalam


petimbangan angka 3.11.1 dalam Putusan MK aquo
Dengan hanya satu wadah Organisasi Profesi untuk satu jenis tenaga
kesehatan, akan lebih memudahkan Pemerintah untuk melaksanakan
pegawasan terhadap profesi tenaga Kesehatan dimaksud

ORGANISASI Putusan MK Nomor 10/PUU-XV/2017 bahwa Keberadaan


perhimpunan dokter spesialis yg berada dalam lingkungan IDI
PROFESI HARUS
menjamin hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
SATU/TUNGGAL pendapat yang diatur dalam ketentuanm Pasal 28 E ayat (3) UUD 1945
serta hak untuk memajukan dirinya dalam meperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
Bila Organisasi Profesi dokter lebih sebagaima diatur dalam Pasal 28 C ayat (2) UUD 1945.
dari satu akan menjadikan
kesimpangsiuran standar kompetensi
dokter oleh karena beragamnya
standar, bahkan beragamnya input IDI MEMBER OF WMA
mengenai kebijakan praktik Keberadaan IDI selaku organisasi profesi Medical Doctor Association
kedokteran dan juga beragam standar sebagai pilar penyelenggaraan praktik kedokteran untuk menciptakan
etik perilaku dokter. kepercayaan profesional (professional trust) dan perlindungan pasien
sebagaimana dianut dalam tujuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
TIDAK SETUJU Pasal 1 angka 37 DIHAPUS dalam DIM Nomor 50
Pasal 1 angka 37 dalam DIM Nomor 50,

TIDAK SETUJU atas Usulan Pemerintah Untuk Dihapus


ü Organisasi Profesi telah memiliki kekuatan hukum mengikat dalam; (1) Putusan MK
Nomor 88/PUU-XIII/2015, (2) Putusan MK dalam perkara Nomor 14/PUU-XII/2014, dan (3)
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 10/PUU-XV/2017 yang memutuskan IDI sebagai
WADAH TUNGGAL bagi Profesi Dokter dan PDGI bagi dokter gigi yang SAH di Indonesia.

üOrganisasi Profesi tunggal memberikan kepastian hukum, perlindungan


dokter dan pasien hingga penyediaan layanan aman dan mutu.
PROFESI KEDOKTERAN/DRG
Pasal 1 UU No 29 Tahun 2004

“ Suatu Pekerjaan kedokteran atau


kedokteran gigi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi
yang diperoleh melalui Pendidikan yang
berjenjang, dan KODE ETIK yang bersifat
melayani masyarakat ” (Pasal 1 UU No 29/2004)

Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : [email protected]
UU No 29/2004 Praktik Kedokteran
Dimana Hak Perlindungan Pasien dan Keselamatan Masyarakat?

DOKTER
DOKTER GIGI
MEMILIKI ETIK &
MORAL YG TINGGI
Bahwa Penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan i
nti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya Kese
hatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang me
miliki ETIK dan MORAL yang tinggi, keahlian dan kewenang
an yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya mel
alui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registra
si, lisensi, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan ag
ar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai dengan perkem
bangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
UU No 38/2014 Keperawatan
Dimana Hak Perlindungan Pasien dan Keselamatan Masyarakat?

PERAWAT
MEMILIKI ETIK &
MORAL YANG TINGGI
Penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
harus dilakukan secara bertanggung jawab,
akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau
oleh perawat yang memiliki kompetensi,
kewenangan, ETIK dan MORAL TINGGI;
UU No 36/2014 Tenaga Kesehatan
Dimana Hak Perlindungan Pasien dan Keselamatan Masyarakat?

PERAWAT
MEMILIKI ETIK &
MORAL YANG TINGGI
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang bertanggung jawab, yang
memiliki ETIK dan MORAL yang tinggi, keahlian, dan
kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan
mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan,
sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawas
an, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan
memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan;
TIDAK SETUJU Pasal 475 DIHAPUS dalam DIM Nomor 3015
Organisasi Profesi berpendapat

Organisasi Profesi berpendapat bahwa;


1. Semua Profesi secara internasional mempunyai asosiasi atau perhimpunan.
Asosiasi atau perhimpunan menyusun standar kompetensi, standar
pendidikan profesi, dan STANDAR ETIK.
2. Selain itu, seharusnya RUU Kesehatan ini juga harus memperkuat, baik
tugas, fungsi dan peranan organisasi profesi, Dan harus secara tegas
disebutkan baik dalam norma batang tubuh & penjelasan tentang 1 (SATU)
organisasi profesi masing-masing tenaga medis atau tenaga Kesehatan.
3. Sehingga organisasi profesi dalam Pasal 475 dan Penjelasan Pasal RUU
Kesehatan tidak dihapus.
Usulan IDI !!
TIDAK DIHAPUS & DINYATAKAN TETAP BERLAKU

Tetap dengan rumusan DPR

Pada saat Undang Undang ini mulai berlaku, Organisasi


Profesi yang telah berbadan hukum TETAP DIAKUI
keberadaanya sebagai satu – satunya organisasi profesi
untuk masing – masing tenaga medis dan tenaga Kesehatan
sesuai dengan ketentuan undang undang.
STR & SIP
PENTINGNYA REKOMENDASI STR & SIP
UU No 29 Tahun 2004 tentang PRADOK

ING
IST
KS
E
UU
ING
IST
KS
E
UU
Rekomendasi OP di HAPUS
RUU KESEHATAN
Oleh Pemerintah diusulkan dihapus
Rekomendasi OP di usulkan di HAPUS
Rekomendasi OP di usulkan di HAPUS
Saat Rekomendasi Organisasi Profesi
dihapuskan, dimana Hak
Perlindungan bagi Masyarakat atas
Praktik Kedokteran/Kesehatan oleh
Dokter/Dokter Gigi/Tenaga
Kesehatan yang Tidak Memiliki
Etika dan Moral yang Tinggi?

Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : [email protected]
TIDAK SETUJU Pasal 249 AYAT (1) huruf c TENTANG REKOMENDASI
ORGANISASI PROFESI DIHAPUS dalam DIM Nomor 1686
Organisasi Profesi berpendapat bahwa;
1. Rekomendasi Organisasi Profesi selain untuk membantu Pemerintah juga untuk
melindungi Masyarakat. Perlunya Rekomendasi OP Tidak memperpanjang Birokrasi
tetapi membantu Pemerintah utk menyeleksi dan memberikan perlindungan
kepada masyarakat atas pelayanan dari Tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang
Tidak Beretika/Melanggar etik/Melanggar Hukum/Melanggar Disiplin/Tidak
Kompeten/atau Melanggar Hukum
2. Pemberian Rekomendasi Profesi bukan merupakan Birokrasi tetapi bagian
penyelenggaraan organisasi profesi yang Profesional dan Kompeten dengan
Kewenangan Pemberian Izin (SIP) tetap melekat pada Pemerintah Daerah
3. Selain itu untuk memastikan dan menghindarkan adanya Praktik Dokter/Drg/
Tenaga Kesehatan PALSU (abal – abal) dan tidak kompeten yang akan merugikan
masyarakat
4. Organisasi Profesi memiliki data based tenaga medis dan tenaga Kesehatan masing
masing secara keseluruhan yang merupakan anggota dari organisasi profesi yang ter
sebar disetiap pelosok daerah/ pelosok desa
TIDAK SETUJU Pasal 249 AYAT (4) TENTANG REKOMENDASI
ORGANISASI PROFESI DIHAPUS dalam DIM Nomor 1693

Organisasi Profesi berpendapat bahwa;


1. Rekomendasi Organisasi Profesi dan Tidak memperpanjang Birokrasi tetapi
membantu Pemerintah menyeleksi dan Memberikan perlindungan kepada masyarakat
atas pelayanan dari Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang tidak beretika /
melanggar ETIK / melanggar disiplin / tidak kompeten
2. Pemberian Rekomendasi Organisasi Profesi bukan merupakan Birokraksi tetapi bagi
an dari Penyelenggaraan Organisasi Profesi yang Profesional dan Kompeten
3. Alasan yang disampaikan Pemerintah Terlalu Subjektif dan Irrasional, merujuk pada
UU Profesi lain yang Masih berlaku dan Tidak dihapuskan dan Tidak diikut sertakan
dalam RUU mengabaikan fakta regulasi dan mengabaikan aspek Yuridis Normatif
TIDAK SETUJU Pasal 249 AYAT (4) TENTANG REKOMENDASI
ORGANISASI PROFESI DIHAPUS dalam DIM Nomor 1693
REKOMENDASI di OP lain….
UU No 18 Tahun 2003 jo UU No 2 Tahun 2014
REKOMENDASI di OP lain….
UU No 6 Tahun 2017 tentang ARSITEK
REKOMENDASI di OP lain
UU No 23 Tahun 2022 tentang PENDIDIKAN DAN LAYANAN PSIKOLOGI
Rekomendasi dalam UU Pendidikan Psikolog
UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2023

Pasal 23
“Dalam hal pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal
15 ayat (2) dan pasal 18 ayat (1) huruf
b tidak dilaksanakan atau tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan serta
menimbulkan ketidakpastian hukum,
Pemerintah Pusat mengambil alih
kewenangan pemberian STR dan
Pemberian Rekomendasi untuk
Perpanjangan SILP
ORTALA IDI 2019

Syarat mendapatkan Rekomendasi


dari IDI Cabang;

Kategori sanksi berdasarkan pertimbangan:


1. Menimbulkan dampak terhadap kepentingan umum;
Salah satu syarat
2. Menimbulkan dampak terhadap nama baik organisasi;
3. Motif yang mendasari timbulnya pelanggaran;
rekomendasi
4. Tidak beritikad baik sebagai anggota dalam turut menyelesaikan kasus;
5. Ketidakhadiran atas pemanggilan pengurus IDI sesuai tingkatan; dan
(5) Tidak sedang menjalani
6. Pendapat dan pandangan BHP2A. sanksi berat organisasi / ETIK /
Disiplin / Hukum
TIDAK SETUJU Pasal 229 ayat (1) DIHAPUS dalam DIM Nomor 1585
Organisasi Profesi berpendapat : seharusnya TIDAK DIHAPUS
TIDAK SETUJU Pasal 318 DIHAPUS dalam DIM Nomor 2017
Organisasi Profesi berpendapat : seharusnya TIDAK DIHAPUS dan TETAP DIPERTAHANKAN
LIBERALISASI
BISNIS KESEHATAN
LIBERALISASI
DAN KAPITALISME

LIBERALISASI

Bentuk Liberalisasi adalah penghapusan peran organisasi profesi


dalam pengawasan, pembinaan, penerbitan rekomendasi terutama
dalam Surat Tanda Registrasi (STR) bagi dokter dan nakes. Bentuk
Liberalisasi tersebut adalah bebasnya asing dalam berinvestasi
dalam bidang kesehatan serta adanya upaya penghapusan peran
organisasi profesi atau IDI dalam pengawasan, pembinaan,
penerbitan rekomendasi terutama dalam Surat Tanda Registrasi
(STR) bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan

KAPITALISME

Bentuk Kapitalisme dalam pelayanan kesehatan adalah mudahnya


pemberian izin serta mendorong pihak swasta (baca:asing) untuk
membangun/mendirikam fasilitas pelayanan kesehatan (baca:investasi)
dengan tujuan memperoleh laba sebanyak banyaknya di dunia
kesehatan. Kesehatan terjamin dengan pembiayaan yang murah atau bahkan gratis
itu memang dambaan bagi setiap orang. Disisi lain, kita juga paham bahwa di dalam
pelayanan kesehatan juga memerlukan dana yang sangat besar. Di sinilah peran
pemerintah seharusnya mendominasi, bukan pihak swasta yang memonopoli pelayanan
kesehatan sebagai ajang kompetitif demi mencari keuntungan ekonomi.
UU No 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

• Sebahagian besar isi pasal SUDAH DIUBAH dalam UU CIPTA


KERJA No 11/2020 jo PERPU No 2/2022
Undang - Undang

No 5 Tahun 1999

Larangan Praktek Monopoli


Dasar Pertimbangan;
dan Persaingan Usaha
TIDAK SEHAT ü Setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran
barang dan atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien sehingga
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yg wajar
ü Setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan
yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan
ekonomi pada pelaku usaha tertentu.
Ancaman Pidana dihapus

Pidana Pasal 4 Pasal 9 - 11 Pasal 12 - 14


ü Min 25 M
ü Max 100 M
Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19
Pidana
Pengganti
Denda 6 bulan Pasal 25 Pasal 27 Pasal 28

Pidana Pasal 5 Pasal 8 Pasal 15


ü Min 5 M
ü Max 25 M
Pasal 20 Pasal 24 Pasal 26
Pidana
Pengganti
Denda 5 bulan Pidana Pokok dan Pidana Tambahan Pasal 48 dan 49
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

UU CK UU 5/1999

D
D
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

UU CK UU 5/1999

D
D
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

UU CK UU 5/1999

D
D
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

UU 5/1999
UU CK

D
D
Pendidikan Kedokteran
diatur tersendiri UU No 20 Tahun 2013
TIDAK SETUJU memasukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013
Pasal 473A huruf g dalam DIM Nomor 2995, dan Pasal 474 huruf d1 dalam DIM
Nomor 3008 TIDAK SETUJU DIATUR DIMASUKKAN UU 20/2013

HARUS DIBAHAS TERSENDIRI;


• Tidak setuju memasukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434); dalam RUU Kesehatan
• Karena sudah seharusnya DPR dan Pemerintah membahas tersendiri berdasarkan RUU
Pendidikan Kedokteran yang sekarang masuk dalam Pembicaraan Tingkat I (Pembahasan
di Badan Legislasi bersama Pemerintah yang sedang menunggu DIM dari Pemerintah
karena Presiden telah mengirimkan Surat Presiden yang menyatakan siap membahas RUU
Pendidikan Kedokteran dengan DPR (Badan Legislasi DPR))
TIDAK SETUJU DIHAPUS DAN PERUBAHAN REDAKSIONAL
Pasal 1 angka 25 dalam DIM Nomor 38 RUU

Pasal 1 angka 13 UU No 29 Tahun 2004 ttg Pradok

KOLEGIUM
Kolegium kedokteran Indonesia dan kolegium kedokteran gigi Indonesia adalah badan yang
dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing-masing cabang disiplin ilmu yang bertugas
mengampu cabang disiplin ilmu tersebut.
Pasal 51 UU No 36 Tahun 2014 ttg Tenaga Kesehatan
KOLEGIUM
Untuk mengembangkan cabang disiplin ilmu dan setiap jenis membentuk hanya dapat Organisasi
Profesi sebagaimana standar pendidikan Tenaga Kesehatan, Organisasi Profesi dapat membentuk
masing-masing Tenaga Kesehatan setiap Kolegium. Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan
merupakan adalah badan otonom di dalam Organisasi Profesi Kesehatan bertanggung jawab kepada
masing-masing Tenaga medis dan tenaga Kesehatan masing masing Organisasi Profesi
Usulan IDI !!
TETAP SESUAI DRAFT RUU DPR

Tetap Sesuai DPR

KOLEGIUM adalah Badan yang dibentuk oleh Organisasi


Profesi yang bersifat Otonom untuk Masing – Masing Disiplin
Ilmu Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Kebidanan
dan Ilmu Kesehatan lain yang bersifat otonom mengampu
cabang ilmu tersebut.
Pasal 315 TIDAK SETUJU DIHAPUS
dalam DIM Nomor 2049 sampai dengan DIM 2062,
Pasal 315 TIDAK SETUJU DIHAPUS
dalam DIM Nomor 2049 sampai dengan DIM 2062, karena;

1. Kolegium merupakan badan yang bertanggungjawab terhadap penyusunan


standar Pendidikan dan standar kompetensi bagi dokter/dokter gigi dan
tenaga Kesehatan.
2. Kolegium menerbitkan Sertifikat Kompetensi dokter/dokter gigi dan tenaga
kesehatan.
3. Definisi Kolegium harus ada karena Kolegium/College secara internasional
ada yakni suatu badan dalam profesi kedokteran untuk menyusun standar
kompetensi, & pendidikan profesi yang disahkan oleh Konsil Kedokteran.
4. Kolegium bertugas mengampu masing-masing disiplin ilmu kedokteran.
Usulan IDI !!
Tetap SESUAI RUMUSAN DPR

Tetap Sesuai RUMUSAN DPR

Sehingga tetap dengan rumusan DPR


TIDAK SETUJU DIHAPUS DAN ALASAN SUBJEKTIF
Pasal 1 angka 38 DIHAPUS dalam DIM Nomor 51

KKI SUDAH ADA PUTUSAN MK Nomor PUU-82/2015

bahwa sudah ada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor PUU-82 tahun 2015 terkait Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI) dibentuk dengan UU Praktik Kedokteran sehingga merupakan lembaga negara atau organ
negara (state organ) dengan Undang-Undang, yang berada pada lapis kedua yang setara dengan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang mengemban tugas dalam penyelenggaran pemilihan umum, ataupun Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang dibentuk dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia.
Sehingga dalam RUU ini, Tetap harus masuk dalam Ketentuan Umum dan pasal-perpasal.
KKI ( Konsil Kedokteran Indonesia)
KKI tetap bertanggungjawab kepada Presiden, bukan kepada Menteri.

KONSIL
Konsil adalah badan otonom, mandiri, dan non struktural
yang independen. Dalam dunia internasional konsil kedokteran
adalah Professional Medical Regulatory Authority (PMRA)
yang merupakan badan independen yang melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap praktek kedokteran.

Oleh karena itu Konsil Kedokteran Indonesia tidak berada di


bawah satu Kementerian namun langsung bertanggungjawab
kepada Kepala Negara (Presiden).
=

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) : telah diterima sebagai anggota Konsil Kedokteran International (International
Association of Medical Regulatory Authorities/IAMRA) sejak thn 2012. Jika kedudukannya di bawah kementerian,
maka status KKI bisa dikeluarkan dari keanggotaan (IAMRA) karena sudah tidak independen. Contohnya di GMC
(General Medical Council) di Inggris, Medical Board di Australia dan beberapa negara lainnya. Selain itu sering
disebut berkali-kali dalam RUU Kesehatan
Usulan IDI !!
Tetap SESUAI DRAFT RUU DPR

Tetap Sesuai DPR

Sehingga TETAP dengan Rumusan DPR, yaitu : KONSIL


KEDOKTERAN INDONESIA/KKI adalah Lembaga yang
dibentuk PRESIDEN yang melaksanakan tugas secara
Independen dan terdiri atas Konsil Setiap Kelompok
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
TIDAK SETUJU PERUBAHAN SUBSTANSI USULAN PEMERINTAH

Mengusulkan Perubahan Substansi dalam Pasal 228 ayat (1a) DIM Nomor 1571

SUDAH ADA PUTUSAN MK Nomor PUU-82/2015

• Perubahan dengan penambahan substansi yaitu menambah Frasa Konsil Kedokteran Indonesia,
dan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.
• Dan menghapus frasa “dan pihak lain yang terkait”.
• Serta mengubah yang melakukan evaluasi adalah Kolegium, Konsil Kedokteran Indonesia,
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia yang melibatkan kementerian yang menyelenggarakan tugas
di bidang pendidikan tinggi, , sedangkan Menteri Kesehatan tidak diikutsertakan
Usulan IDI !!
PERUBAHAN SUBSTANSI USULAN DPR

PERUBAHAN substansi DPR

Sehingga RUMUSAN menjadi Evaluasi Kompetensi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh; KOLEGIUM, KONSIL
KEDOKTERAN INDONESIA, atau KONSIL TENAGA KESEHATAN
INDONESIA dan dapat melibatkan kementerian yang
menyelenggarakan tugas dibidang pendidikan
KTKI ( Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia)
KTKI tetap bertanggungjawab kepada Presiden, bukan kepada Menteri.

KTKI TETAP Sesuai Rumusan DPR


Organisasi Profesi Tetap berpendapat sesuai dengan
rumusan DPR, dan sebagaimana dengan Konsil Kedok
teran Indonesia, demikian pula dengan Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia yaitu Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia adalah lembaga yang dibentuk Presiden,
yang melaksanakan tugas secara independen, & yang
terdiri atas konsil setiap kelompok Tenaga Kesehatan
=

Pemerintah mengusulkan dalam UU tidak mengatur mengenai pembentukan lembaga dan organ-organ tertentu
agar dapat bersifat fleksibilitas dalam pengaturannya sesuai kebutuhan dukungan tugas fungsi pemerintahan,
sehingga cukup diatur dalam aturan pelaksanaan. Untuk itu diusulkan definisi Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia dihapus.
Usulan IDI !!
Tetap SESUAI DRAFT RUU DPR

Tetap Sesuai DPR

Sehingga TETAP dengan Rumusan DPR, yaitu : KONSIL


TENAGA KESEHATAN INDONESIA adalah Lembaga yang
dibentuk PRESIDEN yang melaksanakan tugas secara
Independen dan terdiri atas Konsil Setiap Kelompok
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
TIDAK SETUJU DIHAPUS & TETAP DENGAN RUMUSAN DPR
Pasal 254 s/d Pasal 267 dalam DIM Nomor 1711 s/d DIM 1808, yang
mengatur tentang Konsil Kedokteran Indonesia, dan DIM Nomor 1711,
DIM Nomor 1809 s/d DIM Nomor 1886, Pasal 268 s/d Pasal 280 yang
mengatur tentang Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
TIDAK SETUJU DIHAPUS

1. bahwa sudah terdapat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor PUU-82 tahun 2015 terkait
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dibentuk dengan UU Praktik Kedokteran sehingga
merupakan lembaga negara atau organ negara (state organ) dengan Undang-Undang, yang
berada pada lapis kedua yang setara dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mengem
bang tugas dalam penyelenggaran pemilihan umum, ataupun Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) yang dibentuk dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia.
2. Sehingga dalam RUU ini, Tetap harus masuk dalam Ketentuan Umum dan Pasal-perpasal.
Selain itu KKI tetap bertanggungjawab kepada Presiden, bukan kepada Menteri.
TIDAK SETUJU DIHAPUS & TETAP DENGAN RUMUSAN DPR
Pasal 254 s/d Pasal 267 dalam DIM Nomor 1711 s/d DIM 1808, yang mengatur tentang Konsil
Kedokteran Indonesia, dan DIM Nomor 1711, DIM Nomor 1809 s/d DIM Nomor 1886, Pasal 26
8 s/d Pasal 280 yang mengatur tentang Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia ‘
TIDAK SETUJU DIHAPUS
3. Konsil adalah badan otonom, mandiri, dan non struktural yang independen. Dalam dunia internasional
konsil kedokteran adalah Professional Medical Regulatory Authority (PMRA) yang merupakan badan
independen yang melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap praktek kedokteran.
4. Oleh karena itu Konsil Kedokteran Indonesia tidak berada di bawah satu Kementerian namun langsung
bertanggungjawab kepada Kepala Negara (Presiden). Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) : telah diterima
sebagai anggota Konsil Kedokteran International (IAMRA) sejak thn 2012. Jika kedududkannya di bawah
kementerian, maka status KKI bisa dikeluarkan dari keanggotaan (IAMRA) karena sudah tidak independen. Contoh
nya di GMC (General Medical Council) di Inggris, Medical Board di Australia dan beberapa negara lainnya.
5. Sebagaimana dengan Konsil Kedokteran Indonesia, demikian pula dengan Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia yaitu Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia adalah lembaga yang dibentuk Presiden, yang
melaksanakan tugas secara independen, dan yang terdiri atas konsil setiap kelompok Tenaga Kesehatan.
Sehingga TETAP DENGAN RUMUSAN DPR
TKA NAKES
TENAGA KESEHATAN ASING
Tenaga Medis/Kesehatan ASING
Sudah diatur dalam UU No 29 Tahun 2004 jo UU No 36 Tahun 2014
UU No 29 Tahun 2004 tentang PRADOK
UU No 36 Tahun 2014 tentang TENAKES
Tenaga Medis/Kesehatan ASING
UU No 36 Tahun 2014 tentang TENAKES
Pada Pasal 234 Dilakukan PERUBAHAN SUBSTANSI dalam
DIM Nomor 1612 sampai dengan DIM Nomor 1615
Wahai Para Pembisik!!
“… setidaknya jangan merusak..”

“ Kalau anda memang tidak bisa memberikan kontribusi dan


membangun Organisasi Profesi menjadi Lebih baik, setidaknya
jangan merusak dan berusaha menghancurkannya dengan
mempengaruhi orang lain dengan perspektif anda ”
SATU IDI – TERIMA KASIH
BIRO HUKUM PEMBINAAN PEMBELAAN ANGGOTA PB IDI
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H

Anda mungkin juga menyukai