Makalah Ulumul Quran Dan Hadits Kelompok 2
Makalah Ulumul Quran Dan Hadits Kelompok 2
Makalah Ulumul Quran Dan Hadits Kelompok 2
Nama Kelompok :
1.Aisyah (2023862088473)
2.Andi Hasyim (2023862088471)
3.A’syifa Radia (202386208849)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “WAHYU” dengan baik
dan selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kelompok disemester dua ini.
Terimakasih kami ucapkan kepada bapak Ahmad Subhan S. Pd. I, M. Pd, selaku dosen
pengampu mata kuliah ulumul Qur'an dan ulumul hadits dan juga terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami akan sangat menghargai kritik dan saran untuk membangun makalah ini
menjadi lebih baik lagi, dan semoga makalah ini dapat menjadi manfaat untuk kita semua.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I .....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................................4
C. Tujuan ...............................................................................................................................................4
BAB II ....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................5
A. Pengertian Wahyu .............................................................................................................................5
B. Cara-cara Penyampaian Wahyu Kepada Nabi ...................................................................................6
C. Macam-macam Wahyu Yang Dialami Oleh Nabi Muhammad SAW....................................................6
D. Kewahyuan Al-Qur'an .......................................................................................................................7
E. Hukum Memutuskan Hukum Tidak Dengan Wahyu Yang Diturunkan Allah ....................................8
BAB III ..................................................................................................................................................9
PENUTUP .............................................................................................................................................9
Kesimpulan .............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................10
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak permasalahan yang dihadapi manusia. Terkadang
banyak sesuatu yang bertentangan dengan akal dan pikiran manusia. Dalam menyelesaikan
masalah tersebut Allah telah menurunkan wahyu yang berfungsi sebagai pedoman, petunjuk,
serta pengatur kehidupan bagi umat-umatnya.
Wahyu merupakan suatu yang dituangkan Allah SWT yang disampaikan kepada nabi-nabi-
Nya, yang berupa pemberitahuan yang tersembunyi dan cepat yang khusus di berikan tanpa
diketahui orang lain dan prosesnya bisa melalui suara yaitu berupa firman atau melalui mimpi
dan merupakan pedoman bagi umat-umatnya.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul pada saat itu, wahyu merupakan hubungan
gaib yang tersembunyi antara Allah dengan orang-orang yang telah disucikan-Nya (rasul dan
nabi) dengan tujuan menurunkan kitab-kitab suci samawi dengan perantara malaikat yang
membawa wahyu yaitu Jibril. Dan Al-Qur’an merupakan salah satu wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu terakhir untuk penyempurna ajaran-
ajaran sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Wahyu?
2. Bagaimana cara penyampaian wahyu kepada Nabi?
3. Apa saja wahyu yang dialami Nabi?
4. Apa yang dimaksud kewahyuan Al-Qur'an?
5. Para pemimpin yang memutuskan hukum tidak dengan wahyu yang diturunkan
Allah dapat dikatakan sebagai orang-orang kafir?
C. Tujuan
1. Mengatahui apa itu wahyu
2. Mengetahui cara-cara penyampaian wahyu kepada Nabi
3. Mengetahui macam-macam Wahyu yang dialami Nabi
4. Mengetahui tentang kewahyuan Al-Qur'an
4
5. Mengetahui Hukum tidak dengan wahyu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wahyu
Wahyu terambil dari kata Wahaa-yahii-wahyan( . ) وحيا- يحي- وحىWahyu ialah pemberitahuan
secara tersembunyi dan cepat yang khusus di tujukan kepada orang yang di beritahu tanpa di
ketahui orang lain. Sedangkan wahyu Allah kepada para nabi nya, mereka definisikan sebagai
“Kalam Allah Yang Diturunkan Kepada Seorang Nabi”. Definisi ini menggunakan pengertian
maf’ul Al-Muhaa ( المحىyang di wahyukan )
Al-Quran sendiri yang didalamnya tersebut 77x kata wahyu, kebanyakan dalam bentuk kata
kerja(fi’il) menggunakan kata wahyu untuk beberapa pengertian. Diantaranya;
.َّ ََ َِّيََِّ مِ نَّ ََ ْال ِجبا َ ِل بي ُْوَُ تا ً ومِ نَّ ََ ال ش َج ِر َو ِم ما يَ ْع ِرش ُْون ِِّ ََىََ الن حْ ِِّل
ْ انََ ََ ات خِ ذ َّ َّوََ ْاوََ حٰ ى َربكَّ َُ َِّ ََ اِل
ََ َّيََِّ ََِّّ ََ قا َ ْْٓلوَُ اَّ ٰا َمن ا َوا ْش َهدْ باِنَ ناَََّ ُم ْس ِل ُم ْون ْ ي َّنَّ ََ َِّ ََ انَّ َََْ ٰامِ ْنوَُ ا ِب
ْ ي َو ِب َرس ُْو ِل َّ ىََ ْال َح َو ِار
َّ َّوََ اِذَّ َْ ْاوََ َحيْتَّ َُ اِل
“Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia,
“Kami telah beriman, dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa kami adalah orangorang yang
berserah diri (Muslim).”(QS.Al-maidah;111)
5
“Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik.”
(QS.Al-An’am ;121)
ََ ًَِّّعشِيا
َ ب ح ُْواَّ بكُ َْ َرةً و ْ ََيََ ِهََِّ ْ ِّم
ِ انََ َس ِ ِّ َّقوََ مِ ه ََِّّ ََ مِ نَّ ََ َِّ ََ ْالمِحْ َرا
َّ ْٓ ٰبََ َِّ ََ ف َْاوََ ح
ْ ى اِل ْ ع ٰلى
َ َََّفَخ ََرج
“Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka;
bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.” (QS.Maryam;11)
Wahyu itu bukanlah suatu pengetahuan yang dapat dicari apalagi direkayasa ; melainkan datang
dengan sendirinya sebagai pengetahuan yang Allah berikan kepada orang-orang tertentu yang
kemudian disebut dengan Nabi atau Rasul-Nya.
Jika disimpulkan berbagai pengertian wahyu secara lughat (etimologi) yang telah
dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa wahyu itu adalah membisikkan kedalam sukma,
mengilhamkan dan isyarat yang cepat, lebih mirip kepada dirahasiakan daripada ditampakkan.
Berikut ini pengertian wahyu secara isthilah (terminologi) banyak pula pendapat dari para
ahli:
a. Wahyu adalah nama bagi yang disampaikan kepada nabi dan rasul dari Allah. Demikian
juga dipergunakan untuk lafaz alQur`an . Wahyu Allah kepada nabi dan rasul-Nya ialah,
Allah menyampaikan wahyu-Nya ke dalam jiwa nabi dan rasul, tentang pengertian
pengetahuan yang Allah kehendaki yang akan mereka sampaikan pula kepada manusia,
sebagai petunjuk bagi mereka dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.Nabi dan rasul sesudah menerima wahyu itu betul-betul percaya bahwa yang
mereka terima tentang wahyu itu adalah dari Allah
(Ashshiddieqy, 1953: 17).
b. Wahyu ialah pengetahuan yang di dapat seseorang pada dirinya sendiri dengan keyakinan
yang penuh, bahwa pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan sesuatu perantaraan
ataupun tidak. Bedanya dengan ilham ialah bahwa ilham adalah, perasaan yang
meyakinkan hati, dan yang mendorongnya untuk mengikuti tanpa diketahui dari mana
datangnya. Dan ilham itu hampir serupa dengan perasaan lapar, haus, suka dan duka
(Abduh, 1963: 140141).
Bila dicermati kedua pengertian wahyu secara istilah di atas dapatlah kita pahami bahwa
pihak yang pertama memberikan pengertian wahyu secara isthilah lebih cendrung kepada nama
dari yang disampaikan kepada nabi dan rasul, termasuk lafaz al-Qur`an serta wahyu yang
langsung diresapkan ke dalam jiwa mereka itu, yakni berupa pengetahuan yang disampaikan
kepada umatnya. Guna mendapatkan kehidupan yang layak dunia akhirat.Nabi dan rasul
tersebut juga yakin bahwa pengetahuan mereka semuanya datang dari Allah.
Sementara itu pihak yang kedua yakin bahwa pengetahuan nabi dan rasul itu juga datang
dari Allah, baik yang disampaikan melalui perentara ataupun tidak. Kemudian juga mereka
bedakan wahyu itu dengan ilham yang sama artinya dengan perasaan yang meyakinkan hati,
dan mendorong mereka untuk mengikuti dengan setia tanpa mengetahui darimana datangnya,
6
bahkan ilham mereka artikan hampir sama dengan pengertian insting seperti adanya perasaan
lapar, haus, suka dan duka.
“Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali
dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat)
lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia
Mahatinggi, Mahabijaksana.” ( QS.As-Syura:51)
Ayat diatas menunjukkan tiga macam cara penyampaian wahyu Allah kepada Rasul dan Nabi-
Nya , yaitu :
1. Allah mencampakkan pengetahuan ke dalam jiwa Nabi tanpa melalui perantara malaikat.
2. Allah memperdengarkan suara dari balik tabir seperti yang dialami Nabi Musa
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara-cara penyampaian wahyu Allah SWT
kepada para Nabi , melalui dua cara, yaitu:
Menurut beberapa riwayat, wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW ada
beberapa macam , diantaranya:
1. Mimpi yang benar, wahyu dalam bentuk mimpi ini tidak hanya terjadi pada masa-masa
awal kenabian Muhammad Saw, akan tetapi juga setelah beliau lama menjadi Nabi.
7
3. Wahyu itu datang kepada Nabi Muhammad Saw bagaikan gemerincingnya suara lonceng
atau suara lebah dengan amat kerasnya.
4. Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw dengan menjelma sebagai
seorang manusia. Diriwayatkan bahwa Jibril pernah datang kepada Nabi dalam rupa
Dlihiyah Ibn Khalifah,seorang laki-laki yang amat tampan rupanya.
5. Jibril datang kepada Nabi dalam bentuknya yang asli , macam penyampayan wahyu dalam
bentuk yang kelima ini sangat jarang dialami oleh Nabi. Nabi hanya dua kali melihat Jibril
A.S. dalam rupanya yang asli, yaitu Ketika menerima wahyu Al-Qur’an yang pertama di
Gua Hiro dan Ketika melakukan perjalanan malam Isra’ Mi’raj di Sidratul Muntaha .
6. Allah berbicara kepada nabi Muhammad S.A.W. secara langsung tanpa melalui Jibril
sebagaimana Allah berbicara langsung kepada Nabi Musa A.S.
7. Allah mencampakkan wahyu kedalam jiwa Nabi Muhammad S.A.W. secara langsung tanpa
melalui malaikat Jibril.
D. Kewahyuan Al-Qur’an
Berdasarkan pengertian wahyu , maka tampak jelas bahwa Al-Quran adalah wahyu Allah SWT,
baik dari sisi lafal maupun maknanya. Kaum muslimin terutama para ahli-ahli ilmu Al-
Qurannya telah sepakat dalam mengakui dan meyakini kewahyuan Al-Quran , baik lafal
maupun maknanya meskipun berbeda-beda tentang tafsir dan penafsirannya terkait dengan
beberapa ayat atau kalimat tertentu.
Terlalu banyak ayat untuk disebutkan satu persatu ayat-ayat Al-Quran yang menegaskan bahwa
Al-Quran adalah wahyu Allah SWT.
Sampai hari ini dan insyaa Allah pasti sampai kapanpun kewahyuan Al-Quran akan tetap
terjaga dan terpelihara dari gangguan.
Sebaliknya, percetakan Al-Quran baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, kian hari semakin
meningkat berlipat ganda.
Kalau kita katakan mereka itu adalah muslim, bagaimana sikap kita terhadap firman Allah:
8
“Dan barangsiapa yang tidak memutuskan hukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah maka
mereka adalah orang-orang yang kafir..”?” (QS.Al-Maa-idah : 44)
ّٰللا
ِب ه ِ مِن ِك ٰتْ اسْْ ْتُحْ ِواُ ْواْ ار ِب َما ُ اَّلحْ َب َّ اَ ْنزَ ْلنَا التَّ ْو ٰرى َة فِ ْي َها ُهدًى َّون ُْور َيحْ ُك ُم ِب َها ال َّن ِبي ُّْونَ ا َّل ِذيْنَ اَ ْسْْ ْ َل ُم ْوا ِل َّل ِذيْنَ هَاد ُْوا َو
َ ْ الربهنِي ُّْونَ َو
ۤ ٰ ۗ ً ي ثَ َمنًا قَ ِلي
ْ
َّٰللا فَاُولىكَ هُ ُم ال ٰكو ُِر ْون َّ
ُ َْل َو َم ْن ل ْم يَحْ كُ ْم بِ َما ْٓ اَ ْنزَ َل ه ْ ِاخش َْو ِن َو ََّل تَ ْشت َُر ْوا بِ ٰا ٰيت
ْ اس َو َ َّش َهد َۤا َء ف َََل ت َْخش َُوا الن
ُ علَ ْي ِه
َ َوكَان ُْوا
Alhamdulillah. Orang-orang yang memutuskan hukum tidak dengan Kitab yang diturunkan
Allah itu ada beberapa kelompok. Masing-masing mendapatkan konsekuensi hukum yang
berbeda tergantung dengan bentuk perbuatan dan keyakinan mereka.
Orang yang memutuskan hukum dengan hukum selain Kitab yang diturunkan Allah, dan dia
meyakini bahwa hukum itu lebih baik dari hukum Allah, maka ia telah kafir berdasarkan
kesepakatan kaum muslimin.
Demikian juga mereka yang memberlakukan undang-undang positif buatan manusia sebagai
ganti dari syariat Allah, dan ia berpandangan bahwa perbuatan itu boleh-boleh saja, meskipun
ia mengatakan: “Hukum Allah itu lebih baik,” tetap saja dia kafir, karena telah menghalalkan
yang telah diharamkan oleh Allah.”
Adapun orang yang memutuskan hukum dengan selain Kitab Allah karena memperturutkan
hawa nafsu, karena menerima suap, atau karena adanya permusuhan antara dirinya dengan
terdakwa, atau karena sebab-sebab lain, sementara ia sadar bahwa ia tengah berbuat maksiat
dengan perbuatannya itu, bahwa sebenarnya ia wajib memutuskan hukum dengan hukum
Allah, maka orang tersebut dianggap sebagai Ahli maksiat dan pelaku dosa besar. Ia dianggap
telah melakukah kekufuran kecil, kezhaliman kecil dan kefasikan kecil, sebagaimana
pengertian yang dinukil dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, dari Thawus dan dari banyak
kalangan ulama As-Salaf Ash-Shalih. Pendapat itu sudah populer sekali di kalangan para
ulama. Wallahul Muwaffiq.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat diketahui wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus
ditujukan kepada orang yang diberi tahu tanpa diketahui orang lain. Sedangkan wahyu Allah
kepada Nabi-nya di definisikan sebagai kalam allah yang diturunkan kepada seorang nabi atau
yang diwahyukan. Dan Berdasarkan pengertian wahyu , maka tampak jelas bahwa Al-Quran
adalah wahyu Allah SWT, baik dari sisi lafal maupun maknanya. Kaum muslimin terutama
para ahli-ahli ilmu Al-Qurannya telah sepakat dalam mengakui dan meyakini kewahyuan Al-
Quran , baik lafal maupun maknanya meskipun berbeda-beda tentang tafsir dan penafsirannya
terkait dengan beberapa ayat atau kalimat tertentu.
10
DAFTAR PUSTAKA
11