Makalah - Tat - Elma (Terbaru)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

METODE PENGAJARAN DALAM AL-QUR’AN


Dosen pengampu :
Drs.Ali Musa Lubis M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 12:


Elma wardani (201230320)
Inayatur Robbaniyyah (201230326)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2023/2024
1. Surah Ali-Imran :164

ٰ ْ ٰ َ ُْ ُ َْ ‫ا‬ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ُ ‫َ َ ْ َ َّ ه‬
‫ّٰللا َعلى اْلؤ ِم ِن ْين ِاذ َب َعث ِف ْي ِه ْم َر ُس ْوًل ِم ْن انف ِس ِه ْم َيتل ْوا َعل ْي ِه ْم ا ٰي ِت ٖه َو ُي َز ِك ْي ِه ْم َو ُي َع ِل ُم ُه ُم ال ِكت َب‬ ‫لقد من‬
ٰ َ َ َ ُ َ ْ َۚ َ ْ ْ
‫َوال ِحك َمة َو ِان كان ْوا ِم ْن ق ْب ُل ل ِف ْي ضل ٍل ُّم ِب ْي ٍن‬
Artinya: "Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah)
mengutus seorang rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri,
yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya,
mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata."

a) Menurut tafsir Ibnu Katsir

ُ َْ ْ ‫َ َ ْ َ َّ ه ُ َ َ ْ ُ ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ ُ ْ ا‬
Firman-Nya (‫َرسوًل ِمن انف ِس ِه ْم‬ ‫“ )لقد من ّٰللا على اْلؤ ِم ِنين ِاذ بعث ِفي ِهم‬sungguh Allah
telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara
mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri”. Yaitu dari jenis mereka sendiri
supaya mereka dapat berkomunikasi, bertanya-jawab, berdampingan, serta mengambil
manfaat darinya. Allah SWT juga berfirman,( ۤ‫س ْلنَا َو َما‬
َ ‫ن اَ ْر‬ ۤ َ ‫ي ًّلۤ ِر َجا ا‬
ْۤ ِ‫ِّل قَ ْبلِكَۤ م‬ ْۤ ِ‫ن اِلَ ْي ِه ْۤم نُّ ْوح‬ ۤ ‫ْالقُ ٰر‬
ِۤ ‫ى ا َ ْه‬
ْۤ ‫ل ِم‬
)“kami tidak mengutus sebelum mu melainkan orang laki-laki yang kami berikan wahyu
kepadanya diantara para penduduk negri.” (Q.S Yusuf: 109) Juga firman-Nya, ( ‫َر‬ َۤ ‫ٰي َم ْعش‬
ِۤ ‫ّل َوا ْال ِج‬
‫ن‬ ۤ ِ ‫سلۤ يَأْتِ ُك ْۤم اَلَ ْۤم ْن‬
ِۤ ْ ‫س‬ ُ ‫“ ) ِم ْن ُك ْۤم ُر‬wahai sekalian jin dan manusia,apakah belum datang
kepadamu Rasul-Rasul dari golomgan kamu sendiri.” (Q.S Al- An’aam: 130)
Ini adalah karunia yang paling besar,dimana Rasul yang diutus kepada mereka itu
adalah dari jenis mereka sendiri, sehingga dengan demikian mereka akan dapat
berkomunikasi dan menjadikannya tempat rujukan dalam memahami firman-firman-Nya.
َ ۤ‫“ ) ٰا ٰيتِه‬Yang membacakan kepada
Oleh karena itu Allah SWT berfirman, ( ‫علَ ْي ِه ْۤم يَتْلُ ْوا‬
mereka ayat-ayat Allah. Yakni Al-Qur’an. ( ‫“ ) َويُزَ ِك ْي ِه ْۤم‬Membersihkan jiwa mereka.” Yakni
memerintahkan mereka mengerjakan kebajikan dan mencegah mereka dari perbuatan
munkar, agar dengan demikian mereka dapat mensucikan diri mereka dari kotoran dan
najis yang menyelimuti mereka ketika masih dalam keadaan jahiliyyah yang diliputi
َۤ ‫“ ) ْلحِ ْك َمةَۤ َوا ْال ِك ٰت‬Serta mengajarkan kepada mereka al-Kitab
dengan kemusyrikan. ( ‫ب َويُ َع ِل ُم ُه ُۤم‬
ُۤ ‫“ ) قَ ْب‬Dan
dan al-Hikmah.” Yakni Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW. ( ِۤ‫ل مِ ْنۤ نُ ْواۤ َكاۤ ْنۤ َوا‬
sesungguhnya mereka sebelum itu.” Yaitu sebelum kedatangan Rasulluah SAW.
(‫ي‬ْۤ ‫ض ٰللۤ لَ ِف‬
َ ۤ‫“ ) ُّمبِيْن‬Benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Yakni, dalam penyimpangan
dan kebodohan yang nyata dan jelas bagi setiap orang.1

b) Menurut pendapat kami

Menurut kami, metode yang terdapat dalam Q.S Ali-Imran: 164 adalah metode
Mauidzah. Metode mauidzah adalah metode pengajaran dengan memberikan ajaran-ajaran
dan nasehat yang baik kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk kearah
kebajikan, bahasa yang lembut dan sederhana dapat diterima dan dapat diamalkan. Metode
ini merupakan cara yang ditempuh guru untuk selalu membimbing dengan kalimat-kalimat
yang baik tanpa membuat rasa emosi dan tersinggung. Metode ini dapat dilakukan dalam
bentuk nasihat, bimbingan, pengajaran, kisah-kisah nabi, kabar gembira dan peringatan,
hingga wasiat (pesan-pesan positif). Ibnu Katsir menafsiri Al-mauidzah sebagai pemberian
pengajaran dan peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga
dengan proses ini mereka akan mengingat kepada Allah. Sesuai dengan penggalan dalam
ََۚ ْ ْ َ َ ٰ ْ َ َُ
QS Ali Imran ayat 164 (‫) ويع ِل ُم ُه ُم ال ِكتب وال ِحك َمة‬, dan mengajarkan kepada mereka Kitab

(Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah). Yakni Rasulullah mengajarkan kepada orang-orang


yang yang dalam kesesatan tentang Kitab dan sunnah-sunnahnya.
ُ َْ ‫ا‬
Di dalam ayat tersebut kalimat ‫( َر ُس ْوًل ِم ْن انف ِس ِه ْم‬mengutus seorang Rasul diantara

mereka), kalimat ini bermakna Rasulullah memberikan pengajaran kepada seluruh umat

manusia. Seperti dalam QS Al Ahzab ayat 21 berikut ini:

٢١ ‫ّٰللا َكثِي ًْر ۗا‬ ٰ ْ ‫ّٰللا َو ْاليَ ْو َم‬


َ ‫اْلخِ َر َوذَك ََر ه‬ َ ‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجوا ه‬
َ ‫ّٰللا اُس َْوة ٌ َح‬ ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر‬
ِ ‫س ْو ِل ه‬

1
Shalah Abdul Fattah Al-Khalidi, Mudah Tafsir Ibnu Katsir juz 4, (Jakarta; Maghfirah, 2017), hlm. 181
21. Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang
banyak mengingat Allah.

Sesuai dengan ayat diatas, bahwa Rasulullah adalah uswatun Hasanah. Beliau mengajarkan
tentang bagaimana berakhlak dan bertingkah laku. Jadi, dalam QS Ali Imran ayat 164 kita
bias juga menerapkan metode pengajaran dengan metode keteladanan, Keteladanan adalah
hal-hal yang perlu ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan
yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan alat pendidikan islam yaitu
keteladanan yang baik sesuai dengan pengertian “uswah”.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya
Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang
berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep
belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak
pendidik.

2. Surah Al-Haqqah: 1-3


ُۙ
﴾ ٣ ۗ ‫ َو َما ٓ اَد ْٰرىكَ َما ا ْلح َۤاقَّة‬٢ ۚ ‫ َما ا ْلح َۤاقَّة‬١ ‫﴿ اَ ْلح َۤاقَّة‬
Artinya: Hari kiamat. apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?

a) Tafsir Al-Munir

Allah membuka surah al-Haaqqah ini dengan firman-firman yang menunjukkan


keagungan keadaan hari Kiamat, kebesaran urusannya dan kegentingan hari kejadiannya.
Allah berfirman,"Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari
Kiamat itu?" (al- Haaqqah: 1-3)

Al-Haaqqah di sini adalah hari Kiamat. Hari Kiamat dinamakan al-Haaqqah karena
banyak perkara terjadi secara nyata pada hari itu, terbukti dan akan terwujud tanpa
keraguan dan kebimbangan. al-Haaqqah adalah hari kebenaran karena pada hari itu
keberanan- kebenaran akan tampak.
Maknanya adalah hari Kiamat di dalamnya terdapat janji dan ancaman, waktu yang
mesti terjadi, yang terbukti datangnya menjadi nyata. Artinya, apakah hari Kiamat itu,
keadaan, dan sifat-sifatnya? Hari Kiamat adalah hari yang sangat agung keadaannya,
sangat genting, tidak ada yang mengetahui hakikatnya, tidak ada yang bisa
menggambarkan sifat-sifatnya, selain Allah SWT. Apa saja yang akan Aku ajarkan
kepadamu tentang Kiamat wahai Nabi utusan Allah? Hari Kiamat itu keluar dari wilayah
pengetahuan para makhluk karena keagungan keadaannya dan kegentingannya yang
dahsyat.

Yahya bin Salam mengatakan saya diberi tahu bahwa semua lafal dalam Al-Qur'an )‫َو َما‬
َ‫ ﴿أَد َْراك‬menunjukkan bahwa Nabi sudah mengetahuinya. Sedangkan semua lafal ) َ‫﴿ َو َما يُد ِْريك‬
menunjukkan bahwa Nabi belum mengetahuinya.

Sufyan bin Uyainah berkata semua lafal dalam Al-Qur'an yang berbunyi ) َ‫﴿ َو َما أَد َْراك‬
menunjukkan bahwa Nabi sudah diberi tahu. Semua lafal dalam Al-Qur'an yang berbunyi
) َ‫﴿و َما يُد ِْريك‬
َ menunjukkan bahwa Nabi belum diberi tahu.
2

b) Menurut pendapat kami


Ungkapan ‘hari kiamat, apa itu hari kiamat?, apa yang engkau ketahui tentang hari
kiamat??’ adalah sebagai bukti kemaha bijaksanaan Allah terhadap makhluknya.
Dalam kajian tarbawi, metodologi pengajaran seperti ini disebut sebagai
metode hiwar (pertanyaan) yang mana bermaksud agar peserta didik lebih siap dalam
menerima pelajaran yang kemudian mereka pun akan lebih aktif untuk bersama – sama
memecahkan persoalan terkait pelajaran yang diajarkan. Selain itu dengan metode ini pun
akan timbul rasa keingintahuan mendalam siswa, apa yang kemudian akan dipelajari dalam
pembelajaran. Selain itu nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat ini, mengharuskan
kepada tenaga pengajar untuk melakukan apersepsi dalam memulai pembelajaran.
Apersepsi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah pengamatan secara sadar
(penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar
perbandingan serta landasan untuk menerima ide baru. Dalam tataran pendidikan apersepsi

2
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir juz 29, ( Jakarta; Gema Insani 2016), hlm. 105
adalah kegiatan mengulangi pelajaran-pelajaran terdahulu atau memberikan gambaran
untuk kemudian disambungkan kepada pelajaran yang akan dipelajari pada saat itu.

3. Surah Ar-Rahman ayat 13

١٣ ‫فَ ِباَي ِ ٰا َ َۤل ِء َر ِبك َما تك َِذ ٰب ِن‬


Artinya: Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?
a) Tafsir Ibnu katsir

Maksud dari surah Ar-Rahman: 13 menurut ibnu katsir ialah nikmat Rabb kalian yang
manakah wahai sekalian maanusia dan jin yang kalian dustakan? Demikian penafsiran yang di
berikan oleh mujahid dan beberapa ulama lainnya. Hal itu pula yang di tunjukkan oleh susunan
ayat setelahnya. Dengan kata lain, nikmat – nikmat sudah sangat jelas bagi kalian, sedang
kalian bergelimang dengannya tanpa dapat mengingkari dan mendustakannya. Maka kita
katakan sebagaimana yang di katakan oleh bangsa jin yang beriman : ”Ya Allah, tidak ada
satupun dari nikmat- nikmatmu ya Rabb kami, yang kami dustakan. Hanya bagi-Mu lah segala
puji.3

b) Menurut pendapat kami

Metode Takrir Tahdiri adalah metode pembelajaran yang terdapat dalam QS Ar Rahman
ayat 13. Metode Tahdiri yaitu metode pengulangan materi yang diajarkan. Namun bukan hanya
pengulangan saja yang hendak ditonjolkan aka tetapi jauh lebih dari pada itu seorang pengajar
atau tenaga pendidik harus memberikan penekanan terhadap sesuatu yang akan diajarkan
kepada peserta didiknya. Dan hal ini telah Allah contohkan kepada kita semua melalui surat
Ar-Rahman ini, yang bertujuan untuk menekankan nikmat Allah yang mana yang akan
manusia dustakan. Maka metode ini mesti seorang pengajar lakukan dalam proses
pembelajaran di kelas ataupun diluar kelas.

3
Shalah Abdul Fattah Al-Khalidi, Mudah Tafsir Ibnu Katsir juz 26, ( Jakarta; Maghfirah, 2017 ), hlm. 622
4. Surah Al Waqi’ah ayat 68 – 69

٦٩ َ‫ َءاَ ْنت ُ ْم اَ ْنزَ ْلت ُ ُم ْوهُ ِمنَ ْال ُم ْز ِن اَ ْم نَحْ نُ ْال ُم ْن ِزلُ ْون‬٦٨ َ‫ِي تَ ْش َرب ُْو ۗن‬
ْ ‫اَفَ َر َء ْيت ُ ُم ْال َم ۤا َء الَّذ‬

68. Apakah kamu memperhatikan air yang kamu minum?


69. Apakah kamu yang menurunkannya dari awan atau Kami yang menurunkan?

a) Tafsir Al-Munir
Pernahkah kamu memerhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya
dari awan ataukah Kami yang menurunkan?" (al-Waaqi'ah: 68-69). Coba katakan dan
terangkan kepadaku wahai kalian manusia tentang air tawar yang kalian minum untuk
menghilangkan dahaga, memangnya apakah kalian yang menurunkannya dari awan mendung,
ataukah Kami yang menurunkannya dengan kuasa Kami? Bagaimana bisa kalian tidak
mengakui dan tidak mengikrarkan tauhid, tidak membenarkan, dan tidak memercayai ba'ts?4

b) Menurut pendapat kami


Kandungan ayat ini sungguh begitu mendalam dan luas, terlebih keutamaan dari surat
waqi’ah ini pun tidak begitu kalah dengan isi nya. Bayangkan saja keutamaan membaca surat
Al-Waqi’ah ini. Namun disini penulis tidak akan terlalu banyak menjelaskan terkait dengan
keutamaan dari surat Al-Waqi’ah akan tetapi lebih kepada penanaman tarbiyah dalam
kesehariaan. Maka mari kita kembali perhatikan ayat ini dan ayat-ayat sebelum dan sesudah
ayat ini, yaitu dari ayat 57 sampai 74. Disini Allah menerangkan bermacam keagungan
ciptaannya dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan yang jika dijawab maka akan terasa
lemahlah manusia. Begitu maha cerdas dan sayangnya Allah sehingga manusia tidak dapat
menjawab pertanyaan – pertanyaan itu, juga tidak memberikan kemudharotan terhadap
makhluknya.
Dan pertanyaan-pertanyaan inilah yang dapat kita adopsi sebagai metodologi pengajaran.
Yaitu hendaknya seorang pengajar menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan
bukan kepada pemikiran otak peserta didik saja, namun sampai kepada perasaan hati mereka
yang kemudian akan mendorong mereka untuk memahami setiap pelajaran yang diajarkan.

4
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir juz 27, ( Jakarta; Gema Insani 2016), hlm. 300
Yang harapan selanjutnya mereka dapat merubah sikap kepada arah yang terbaik. Dan inilah
metode pengajaran dengan sebutan Metode Hiwar ‘Atifi yaitu metode pertanyaan untuk
menyentuh hati.

Anda mungkin juga menyukai