Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika memiliki sifat, ciri khusus dan sarana berpikir ilmiah

untuk menuju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti ilmu

pengetahuan lainnya. Matematika juga merupakan unsur yang sangat

penting dalam proses belajar mengajar untuk tercapainya tujuan pendidikan

dengan memahami setiap konsep dan prinsip mendasarnya sehingga dapat

digunakan pula secara berkesinambungan, sebagai sarana untuk

menjelaskan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang lebih tinggi lagi.

Dengan demikian, berarti matematika merupakan pelajaran yang perlu

dikuasai oleh siswa karena matematika adalah bekal untuk mempelajari

ilmu atau bahkan dasar untuk mempelajari ilmu yang lain, dengan

menguasai dasar ilmu matematika itu sendiri terlebih dahulu. Menyadari

bahwa pentingnya mempelajari matematika untuk peningkatan hasil belajar

yang baik, terutama dalam meningkatkan kemampuan komunikasi

matematika siswa.

Menurut Ismail dkk dalam Ali Hamzah dan Muhlisrarini

matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya,

membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran,

mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan

1
2

sistem, struktur dan alat.1 James dalam Erman Suherman mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran

dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan

jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar,

analisis, dan geometri.2

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah seperti yang tertuang

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006

adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 3

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan kaitan antara


konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram
atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki perasaan ingin tahu, memiliki
perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika, kemampuan

komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki dalam

pembelajaran matematika. Kemampuan komunikasi bisa mendukung belajar

para siswa atas konsep-konsep matematis yang baru saat mereka

1
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.48
2
Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
JICA, 2001), h.18
3
Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
cet.1, h.16
3

memainkan peran dalam suatu situasi, mengambil, dan menggunakan

obyek-obyek, memberikan laporan dan penjelasan-penjelasan lisan,

menggunakan diagram, menulis, dan menggunakan simbol-simbol

matematis.4

Riset-riset terkait kemampuan komunikasi matematika masih

sangat kurang, padahal penguasaan terhadap kemampuan komunikasi

matematika sangat penting sebagaimana telah tercantum dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006. Berdasarkan

laporan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)

tahun 2011 menyebutkan bahwa Indonesia berada pada urutan 38 dari 42

negara.5 Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rozi Fitriza yang

dikutip oleh Indra Sari menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

matematika merupakan salah satu kelemahan siswa dalam pembelajaran

matematika.

Berdasarkan hasil tersebut, terlihat peserta didik Indonesia dalam

mengkomunikasikan masalah ke dalam bentuk tabel, grafik ataupun simbol-

simbol matematika masih lemah atau rendah. Hal ini juga terlihat di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Pekanbaru. Berdasarkan hasil wawancara

dengan seorang guru matematika yang mengatakan bahwa tingkat

kemampuan komunikasi matematika siswa di sekolah tersebut masih

tergolong rendah. Hal ini dikarenakan siswa memiliki kelemahan ketika

membaca diagram, tabel, atau grafik. Selanjutnya, siswa kurang mampu

4
Wahyudin, Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran, (Bandung : 2008) h. 529
5
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) , 2011
4

menyelesaikan soal yang berkaitan dengan penyajian dalam bentuk gambar,

diagram, tabel, grafik maupun model matematika.

Namun pada kenyataannya untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi bukan merupakan hal yang mudah, adanya kenyataan bahwa

masih rendahnya kualitas mutu pendidikan di Indonesia menunjukkan

bahwa ternyata berbagai pendekatan, gagasan atau inovasi dalam dunia

pendidikan matematika yang sampai saat ini diterapkan secara luas ternyata

belum bisa memberikan perubahan, baik dalam proses pembelajaran

matematika disekolah maupun dalam meningkatkan mutu pendidikan

matematika.

Manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu

dengan lainnya tidak dapat dipisahkan dengan proses komunikasi.

Komunikasi digunakan untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa

pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat atau sikap baik

secara langsung melalui lisan, maupun tak langsung melalui media. Pada

saat ini media sangatlah perperan penting dalam kehidupan sehari-hari,

tanpa media masyarakat tidak mengetahui kejadian-kejadian di dalam

maupun luar negeri yang tidak dapat langsung disaksikan oleh mata.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa media merupakan

penghubung manusia dengan kehidupan disekitarnya. Keberadaan media

dalam kehidupan manusia juga dapat dipergunakan dalam proses

pembelajaran.
5

Keberadaan media dalam pembelajaran merupakan penghubung

antara guru dan siswa untuk menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan.Pada kondisi inilah guru tidak lagi berperan sebagai satu-

satunya sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai desainer

pembelajaran. Sebagai desainer, guru berperan merancang agar siswa

memperoleh pengalaman belajar, sebab belajar pada hakikatnya adalah

proses perubahan perilaku berkat adanya pengalaman.6 Oleh sebab itu,

sebaiknya diusahakan agar pengalaman siswa menjadi lebih konkret, pesan

yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan

yang ingin dicapai, yang dapat dilakukan melalui kegiatan yang

mendekatkan siswa dengan kondisi yang sebenarnya.7 Peranan media

pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

Guru dapat mempergunakan film televisi, atau gambar untuk memberikan

informasi yang lebih baik kepada siswa. Melalui media pembelajaran hal

yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret.8

Penggunaan media pembelajaran tidak hanya dilihat dan dinilai

dari kecanggihannya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan

perencanaannya dalam membantu meningkatkan proses pengajaran. Fungsi

utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu dalam mengajar yang

turut mempengaruhi kondisi dan lingkungan belajar yang sedemikian rupa

ditata dan diciptakan oleh guru sewaktu proses pembelajran di kelas.

6
Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, Cet II, (Jakarta : Kencana, 2014),
h.62
7
Ibid. h.69
8
Ibid. h.70
6

Penggunaan media akan membantu siswa mengusai tujuan pembelajaran

secara maksimal. Adanya media pembelajaran sangat diperlukan untuk

menunjang tugas-tugas para pendidik dalam memotivasi dan meningkatkan

pemahaman peserta didik. Suatu media dikatakan baik apabila dengan

menggunakan media tersebut dalam pembelajaran akan memudahkan siswa

dalam memahami materi yang dipelajari.

Pada saat ini telah banyak media pembelajaran yang dapat

digunakan guru dalam penyampaian pelajaran matematika. Namun,

penggunaannya belum terlaksana secara maksimal dikarenakan beberapa hal

yakni: keterbatasan kemampuan guru dalam mengoperasikan media

tersebut, keterbatasan waktu dalam pelaksaanya, dan membutuhkan

perangkat lain untuk dapat menggunakannya. Salah satu upaya yang

dilakukan adalah mengembangkan media pembelajaran berupa komik

matematika. Pemakaian media komik matematika sebagai media belajar

yang menyenangkan dan tidak kaku, diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman peserta didik dalam belajar mandiri.

Komik sebagai media visual dapat memberikan pengaruh terhadap

perolehan pengetahuan sebagai hasil belajar, karena mampu menarik minat

dan perhatian siswa dalam menyampaikan informasi. Hal ini sesuai dengan

perannya untuk memvisuaalisasikan ide-ide atau gagasan. Nana Sudjana dan

A. Rivai mengungkapkan bahwa komik dapat membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dramatisasi, bacaan,


7

penulisan, melukis dan menggambar serta membantu siswa menafsirkan dan

mengingat-ingat isi materi bacaaan dari buku teks.9

Penggunaan komik sebagai media dalam pembelajaran memiliki

peranan penting untuk meningkatkan minat belajar siswa, karena penyajian

komik membawa siswa ke dalam suasana yang penuh kegembiraaan,

sehingga menciptakan kegembiraan pula dalam belajar. Jika siswa merasa

adanya kesenangan dalam belajar maka akan meningkatkan kemampuan

siswa dalam pembelajaran matematika khususnya kemampuan komunikasi

matematika. Kegembiraan dalam belajar merupakan luapan emosi yang

mengaktifkan saraf otak untuk dapat merekam pelajaran dengan lebih


10
mudah. Hal ini sejalan dengan pendapat seorang ilmuwan saraf bernama

Le Doux yang mengemukakan bahwa komik merupakan media yang tepat

untuk proses pembelajaran, karena keterlibatan emosi pembacanya akan

sangat mempengaruhi memori dan daya ingat akan materi pelajaran yang

didapatkan.11

Peneliti memilih komik matematika sebagai media pembelajaran

matematika karena membaca komik merupakan kegiatan yang

menyenangkan bagi siswa yang mempunyai hobi membaca komik. Komik

mengandung unsur seni yang sangat tinggi, yang mana di dalam komik

9
Nana Sudjana dan A. Rivai, Media Pengajaran, (Bandung : Sinar Baru Algensindo,
2015), h. 69
10
Maulana, Matematika Komik sebagai Alternatif Media dalam Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa.. (Jurnal, Universitas
Pendidikan Indonesia), h.2
11
Windi Kartika Sari, Efektifitas Bahan Ajar Komik terhadap Hasil Belajar dan
motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII Materi Lingkaran DI SMP Negeri 11 Batam Tahun
Pelajaran 2013/2014, (Jurnal UNRIKA, 2014), h. 3
8

tidak hanya menyajikan materi matematika saja, tetapi juga memberi

sentuhan-sentuhan humor melalui gambar dan cerita yang ada di dalamnya.

Kegiatan membaca komik menjadikan siswa tidak merasa bahwa

sebenarnya mereka sedang belajar matematika. Selain itu, komik

matematika juga berisikan pesan yang berupa pengetahuan, permasalahan

disampaikan secara jelas, sistematis, dan menyenangkan. Jika siswa

mendapati suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran maka

mereka akan terlibat total dalam pembelajaran itu. Keterlibatan total yang

dimaksudkan untuk melahirkan hasil akhir yang akan dituju yakni

kemampuan komunikasi matematika siswa.

Memahami permasalahan dan hambatan yang telah dijabarkan

serta mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan media komik

matematika dalam pembelajaran, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul , “Pengembangan Media Komik Matematika

untuk Memfasilitasi Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

Sekolah Menengah Pertama di Pekanbaru ”.


9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka

dikembangkan bahan ajar berbentuk komik matematika yang memfasilitasi

kemampuan komunikasi matematika siswa. Oleh karena itu, masalah

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hasil pengembangan media komik matematika untuk

memfasilitasi kemampuan komunikasi matematika siswa SMP yang

memenuhi kriteria valid?

2. Bagaimana hasil pengembangan media komik matematika untuk

memfasilitasi kemampuan komunikasi matematika siswa SMP yang

memenuhi kriteria praktis?

3. Bagaimana hasil pengembangan media komik matematika untuk

memfasilitasi kemampuan komunikasi matematika siswa SMP yang

memenuhi kriteria efektif?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang

dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan hasil pengembangan media komik matematika

untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematika siswa SMP

yang memenuhi kriteria praktis


10

2. Untuk mendeskripsikan hasil pengembangan media komik matematika

untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematika SMP yang

memenuhi kriteria praktis.

3. Untuk mendeskripsikan hasil pengembangan media komik matematika

untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematika SMP yang

memenuhi kriteria efektif.

D. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk dari hasil penelitian pengembangan ini adalah sebuah

media pembelajaran berbentuk komik matematika untuk memfasilitasi

kemampuan komunikasi matematika siswa. Komik matematika ini

memberikan dukungan lingkungan belajar, melibatkan siswa secara aktif,

kreatif, efektif. Komik ini mampu menciptakankan proses pembelajaran

matematika yang menyenangkan sehingga akan merangsang rasa ingin tahu,

komunikasi berbahasa, dan rasa percaya diri pada siswa. Komik ini juga

membangun intelektual siswa dengan mendorong penalaran dan berpikir

kreatif sehingga memiliki kemampuan komunikasi matematika.

Komik ini berisikan petunjuk penggunaan media pembelajaran

untuk siswa dan guru, soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari dan kemampuan komunikasi matematika sehingga menjadikan

siswa mampu mengilustrasikan pemahaman mereka terhadap materi yang

disajikan. Komik ini diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang

efektif dan efisien.


11

E. Pentingnya Penelitian

Media pembelajaran yang selama ini digunakan di sekolah

cenderung masih ada yang menekankan pada penjelasan materi yang masih

abstrak yang membuat siswa tidak memahami materi tersebut. Oleh karena

itu, peneliti merasa penting untuk mengembangkan sebuah media

pembelajaran yang secara khusus dapat memfasilitasi kemampuan

komunikasi matematika siswa pada materi relasi dan fungsi. Peneliti

berharap dalam penelitian ini akan memperoleh media komik matematika

sebagai media pembelajaran yang valid, praktis dan dapat memfasilitasi

kemampuan komunikasi matematika siswa. Pengembangan media

pembelajaran dengan media komik ini akan mempermudah guru, praktisi

pendidikan dan peserta didik dalam proses pembelajaran karena produk ini

didesain dengan semenarik mungkin dan mudah dipahami.

F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

Asumsi dari penelitian ini adalah supaya siswa dapat memahami

materi pelajaran khususnya pada materi relasi dan fungsi serta bisa

mengkomunikasikan gagasannya pada materi yang sudah dipelajari. Media

pembelajaran yang dikembangkan ini disusun secara sistematis sehingga

tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk dapat

memfasilitasi kemampuan komunikasinya.

Pengembangan ini masih terbatas pada media komik matematika

untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematika siswa.

Pengembangan media komik matematika ini mengacu dan menggunakan


12

beberapa sumber dari teori dan hasil kajian dari para ahli sebelumnya yang

diadopsi dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

G. Defenisi Operasional

Untuk menghindari pemaknaan yang berbeda terhadap istilah,

dibuat beberapa definisi istilah sebagai berikut:

1. Penelitian pengembangan merupakan suatu penelitian yang

mengembangkan sebuah produk yang telah ada dan menguji kevalidan

dan kepraktisan serta keefektifan produk tersebut.

2. Media komik matematika merupakan media pembelajaran yang

menyajikan materi pembelajaran matematika yang dikemas dalam

bentuk sebuah komik dan memiliki alur seolah menjadi sebuah cerita

yang berhubungan dengan materi matematika.

3. Komunikasi Matematika adalah kemampuan siswa dalam

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media

lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

4. Media komik matematika sebagai media pembelajaran dikatakan valid

jika pengembangan media tersebut sesuai dengan prosedur, didasarkan

pada bidang pengetahuan dan teori pengembangan media serta

keterkaitan antar struktur dalam media. Semua komponen harus

konsisten satu sama lain dan menurut validator kevalidan media komik

termasuk dalam kategori valid atau sangat valid.


13

5. Media komik matematika sebagai media pembelajaran dikatakan

praktis jika menurut praktisi, media tersebut dapat diterapkan dengan

mudah dan menurut observer keterlaksanaan pembelajaran di kelas

termasuk dalam kategori praktis atau sangat praktis.

6. Media komik matematika dikatakan efektif jika media komik

matematika yang dikembangkan mengacu kepada tingkatan bahwa

pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang

dimaksud

Anda mungkin juga menyukai