Metodologi Dan Pendekatan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 159

DOKUMEN PENAWARAN

Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi


Konstruksi Pengawasan Pembangunan
Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan
Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024

Jl. Merpati No. 18 Genteng, Banyuwangi


0333-844332
[email protected]
[email protected]
Banyuwangi, 19 Juni 2024

Nomor : 042/PT. CDA/VI/2024


Lampiran : 1 (Satu) Berkas

Kepada Yth.
Kelompok Kerja Pemilihan XIV
UKPBJ Kementerian Keuangan
Biro Manjemen BMN dan Pengadaan
Gedung Djuanda II Lantai 16, Jl.
Dr. Wahidin Raya No. 1 Jakarta Pusat 10710
Tahun Anggaran 2024
di
Tempat

Perihal : Penawaran Administrasi dan Teknis Pekerjaan Pengadaan Pekerjaan


Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah
Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran
2024.

Sehubungan dengan pengumuman Seleksi dengan Prakualifikasi dan Dokumen


Pemilihan Nomor : ADD-1/SJ/UKPBJ/POKJA.XIV/12.24/2024 tanggal 13 Juni
2024 setelah kami pelajari dengan seksama Dokumen Pemilihan dan Berita Acara
Pemberian Penjelasan, dengan ini kami mengajukan penawaran untuk pekerjaan
Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan
Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran
2024.

Penawaran Administrasi dan Teknis ini sudah memperhatikan ketentuan dan


persyaratan yang tercantum dalam Dokumen Seleksi untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut di atas.

Penawaran ini berlaku selama 60 (Enam Puluh) hari kalender sejak batas akhir
penyampaian Dokumen Penawaran.

Sesuai dengan persyaratan Dokumen Seleksi, bersama Surat Penawaran


Administrasi dan Teknis ini Kami Lampirkan :
1) Dokumen Penawaran Teknis, Terdiri Atas:
a. Data Pengalaman Perusahaan;
b. Proposal Teknis;
c. Kualifikasi Tenaga Ahli;

Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup


dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen
Pemilihan. Apabila dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia dalam DIPA/DPA Tahun Anggaran, maka
Pengadaan Barang/Jasa dapat dibatalkan dan kami tidak akan menuntut ganti
rugi dalam bentuk apapun.

PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT

MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST


Direktur
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

Pembangunan fasilitas negara harus direncanakan, dirancang dengan sebaik-


baiknya, sehingga dapat memenuhi kriteria teknis pembangunan yang layak dari
segi mutu, biaya, dan kriteria administrasi bagi fasilitas negara. Pemberi jasa
pengawasan untuk fasilitas negara perlu diarahkan secara baik dan menyeluruh,
agar pelaksanaan kegiatan pengawasan pekerjaan gedung tersebut berjalan dengan
hasil pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi teknis. Kerangka Acuan
Kerja (KAK) untuk pekerjaan pengawasan perlu disiapkan secara matang sehingga
memang mampu mendorong perwujudan karya pengawasan yang sesuai dengan
kepentingan kegiatan.

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka peningkatan kinerja dan pemenuhan kenyamanan bagi
pegawai di Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah perlu ditunjang dengan
sarana dan prasarana yang salah satunya adalah penyediaan rumah negara bagi
pejabat dan/atau pegawai di Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah.
Rumah Negara berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas Pejabat dan/atau pegawai
Direktorat Jenderal Pajak, memerlukan upaya untuk meningkatkan wujud bangunan
melalui kegiatan pembangunan.
Rumah Negara di Kota Banjarmasin yang sebagian besar dalam kondisi rusak,
perlu dilakukan pembangunan agar bangunan dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana mestinya.
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pelaksanaan kegiatan dukungan
manajemen terhadap penyediaan fasilitas berupa perbaikan untuk mempertahankan
kondisi Rumah Negara agar tetap layak digunakan oleh pejabat Kanwil DJP
Kalimantan Selatan dan Tengah. Dengan output kegiatan ini adalah rumah dinas
tipe C seluas ± 280 m2 dan rumah dinas tipe D seluas ± 100 m2.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan rumah negara di Kanwil DJP
Kalimantan Selatan dan Tengah di Kota Banjarmasin Tahun Anggaran 2024, dengan
perkiraan pelaksanaan 1 (satu) tahun anggaran, perlu untuk melibatkan peran
Konsultan Pengawas dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan secara umum,
pengawasan lapangan, koordinasi dan inspeksi kegiatan-kegiatan pembangunan
agar pelaksanaan teknis maupun administrasi teknis yang dilakukan dapat secara
terus menerus sampai dengan pekerjaan selesai tepat waktu dan tepat mutu.
Untuk mewujudkan tujuan di atas, maka diperlukan penyedia jasa
konsultansi yang kompeten dalam melakukan pekerjaan pengawasan rumah negara
tersebut. Kerangka Acuan Kerja ini disusun untuk menjadi pedoman bagi penyedia
jasa konsultansi dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan rumah negara pada
Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan pekerjaan Pengadaan
Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah
Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024
sabagai berikut :
A. Maksud
Untuk melaksanakan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan
dan Tengah Tahun Anggaran 2024 sesuai dengan azas, kriteria dan prosedur
sesuai dengan peraturan sehingga mampu menghasilkan keluaran dengan
baik.
1. Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan petunjuk bagi Konsultan
Pengawas yang memuat masukan, kriteria, proses dan keluaran yang
harus dipenuhi dan diperhatikan serta diinterprestasikan dalam
pelaksanaan tugas pengawasan.
2. Dengan penugasan ini diharapkan Konsultan Pengawas dapat
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan
keluaran yang optimal sesuai KAK ini
B. Tujuan
Tujuan umum pekerjaan Jasa Konsultansi Pengawas Pekerjaan ini adalah
menyediakan dukungan teknis dalam pengelolaan, pengawasan,
pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kontrak pekerjaan konstruksi oleh
Penyedia Konstruksi. Dengan penugasan Konsultan Pengawas ini diharapkan
dapat dilakukan:
1. Identifikasi permasalahan yang timbul di lapangan, selama masa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik, serta memberikan alternatif dari
pemecahan masalah (problem solving);
2. Laporan kemajuan pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik sehingga dapat
sesuai dengan jadwal pelaksanaan, penggunaan bahan dan material yang
sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan;
3. Menjamin bahwa pekerjaan pengawasan teknik pelaksanaan dilaksanakan
sesuai rencana dengan menggunakan standard an persyaratan yang
berlaku guna tercapainya mutu pekerjaan fisik.
1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah tercapainya pembangunan Rumah Negara
Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah yang terkendali baik di tingkat program
maupun tingkat operasional sehingga menjamin mutu, efisiensi, ketepatan waktu
dan sasaran yang telah ditentukan sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku.

1.4 Lokasi Kegiatan


Kegiatan Pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan
Tengah Tahun Anggaran 2024 berlokasi
 Jalan Raya Banjar Indah, Banjarmasin
 Jalan Mayjen Sutoyo S, Banjarmasin
 Jalan Komplek Mutiara No. 4 Banjarmasin
 Jalan S. Parman No. 10, Banjarmasin
 Jalan A. Yani Km. 5,5, Banjarmasin
1.5 Sumber Dana
Sumber pendanaan untuk membiayai Pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa
Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP
Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 adalah Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Bagian Anggaran 015 Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024. Pagu
anggaran pekerjaan ini adalah sebesar Rp200.110.393,- (Dua ratus juta seratus
sepuluh ribu tiga ratus sembilan puluh tiga rupiah) termasuk PPN.

1.6 Nama Dan Organisasi Pengguna Jasa


Nama organisasi yang menyelenggarakan/ melaksanakan Pekerjaan adalah:
1. K/L/PD : Kementerian Keuangan Republik Indonesia
2. Satker/SKPD : Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah
3. Nama PPK : Andri Ristanto

1.7 Data Dasar


Data dasar yang dibutuhkan dalam pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa
Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP
Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 adalah :
1. DIPA Bagian Anggaran 015 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024;
2. Surat Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi
Kalimantan Selatan Nomor 601/1499/PB.IV/CK/DPUPR tanggal 05 Juni
2023

1.8 Standar Teknis


Standar teknis yang digunakan untuk pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa
Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP
Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024, Penyedia Jasa dalam
pekerjaan Pengawasan teknis harus mengacu dan menggunakan Standar Nasional
Indonesia (SNI) terkait dengan Bangunan Gedung, diantarannya antara lain :
1. SNI 1726 2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung & Non Gedung;
2. SNI 1729 2020 Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural;
3. SNI 2847 2019 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
4. SNI lainya yang terkait dengan standar pekerjaan pembangunan bangunan
lainya seperti pekerjaan arsitektur, mekanikal, elektrikal, plumbing, sanitasi
dsb;
5. Peraturan mengenai Standar Nasional Indonesia (SNI) yang masih berlaku.

1.9 Studi-studi Terdahulu


Studi-studi terdahulu yang digunakan dalam pekerjaan Pengadaan
Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah
Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024
adalah Dokumen perencanaan yang dilakukan sebelumnya. Data-data tersebut yaitu
perhitungan Konsultan Perencana dan tingkat resiko keselamatan konstruksi.

1.10 Referensi Hukum


Referensi Hukum yang menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan
Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan
Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran
2024, yaitu:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2018;
2. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2021;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun
2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
4. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 11
Tahun 2021 tentang Pedoman Pengawasan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
5. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 12
Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui
Penyedia;
6. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
7. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
10. Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun
2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun
2022 tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
14. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
524/KPTS/M/2022 tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja
Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan Jasa Konsultansi
Konstruksi;
15. Peraturan Menteri PUPR no 10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK);
16. Keputusan Dewan Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia
Nomor 46/SK.DPN/XII/2023 Tentang Pedoman Standar Minimal
Remunerasi / Biaya Personil (Billing Rate) dan Biaya Langsung (Direct Cost)
Untuk Badan Usaha Jasa Konsultansi Tahun 2024;

1.11 Ruang Lingkup Pekerjaan


Ruang Lingkup pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan
Tengah Tahun Anggaran 2024, meliputi:
a. Lingkup kegiatan adalah kegiatan pengawasan konstruksi pembangunan
Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan tengah, dengan
output kegiatan ini adalah rumah dinas tipe C seluas ± 280 m2 dan rumah
dinas tipe D seluas ± 100 m2.
b. Lingkup pekerjaan:
1. mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik yang disusun oleh
penyedia jasa pelaksanaan konstruksi, yang meliputi program-program
pencapaian sasaran fisik, penyediaan dan penggunaan sumber daya
berupa: tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan bangunan,
informasi, dana, program Quality Assurance atau Quality Control, dan
program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
2. mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi
program pengendalian sumber daya, pengendalian biaya,
pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kualitas dan
kuantitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan,
pengendalian tertib administrasi, pengendalian kesehatan dan
keselamatan kerja.
3. melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan
manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun
tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.
4. melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan konstruksi fisik.
5. melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas:
a. memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan
di lapangan.
b. mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan,
serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi.
c. mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,
kuantitas, dan laju pencapaian volume atau realisasi fisik.
d. mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk
memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi.
e. menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat
laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan konstruksi,
dengan masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian,
mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi fisik yang dibuat oleh
penyedia jasa pelaksanaan konstruksi.
f. menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan
pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan
konstruksi.
g. meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang
diajukan oleh penyedia jasa pelaksanaan konstruksi.
h. meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan (As Built Drawing) sebelum serah terima pertama (PHO).
i. menyusun daftar cacat atau kerusakan sebelum serah terima
pertama (PHO), dan mengawasi perbaikannya pada masa
pemeliharaan.
j. menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, serah
terima pertama, berita acara pemeliharaan pekerjaan dan serah
terima kedua pekerjaan konstruksi, sebagai kelengkapan untuk
pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi.
k. Melakukan pemeriksaan dan menyatakan kelaikan fungsi
bangunan gedung.
l. membantu PPK dalam penyiapan kelengkapan dokumen Sertifikat
Laik Fungsi (SLF) dari Pemerintah Kabupaten atau Kota setempat
(apabila diperlukan)
6. memberikan peringatan dan teguran tertulis kepada pihak pelaksana
pekerjaan jika terjadi penyimpangan terhadap dokumen kontrak;
7. meneliti dan memberikan persetujuan pada gambar pelaksanaan (shop
drawing) yang diajukan oleh kontraktor sebelum dilaksanakan;
8. merekomendasikan kepada pengguna jasa untuk menghentikan
pelaksanaan pekerjaan sementara jika pelaksana pekerjaan tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan;
9. memberikan masukan pendapat teknis tentang permintaan tambah
kurang pekerjaan yang diajukan oleh pelaksana fisik yang dapat
mempengaruhi biaya dan waktu pekerjaan serta berpengaruh pada
ketentuan kontrak;
10. mengusulkan perubahan jika terjadi ketidaksesuaian dengan kondisi di
lapangan;
11. mengkoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan,
termasuk pekerjaan fisik konstruksi yang telah dilaksanakan agar
sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati;
12. merekomendasikan kepada PPK untuk menolak material dan peralatan
konstruksi yang tidak sesuai spesifikasi.
13. menyusun laporan akhir pekerjaan konsultan pengawas.
c. Tanggung Jawab Pengawas:
Konsultan Pengawas bertanggung jawab secara profesional atas jasa
pengawasan yang berlaku dan dilandasi:
1. Pasal 75 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Undang-Undang Jasa
Konstruksi;
2. Pasal 60 Peraturan pemerintah nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung; dan
3. Pasal 17 Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2021;
secara proporsional dan kontraktual sesuai lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

1.12 Keluaran
Konsultan Pengawas mampu menghasilkan keluaran yang lengkap sesuai
kebutuhan proyek yang berhubungan dengan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi
Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan
Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Konsultan Pengawas :
a. Tahap Persiapan :
Laporan Pendahuluan yang berisi konsep penyiapan rencana teknis
pengawasan, organisasi, jumlah dan kualifikasi tim pengawas, metoda
pelaksanaan dan tanggung jawab masing-masing tenaga ahli.
b. Tahap Pelaksanaan Konstruksi dan Pemeliharaan :
1. Laporan Bulanan Pengawasan (Mingguan dan Bulanan, serta laporan
insidentil apabila diperlukan dan atau diminta oleh PPK).
2. Berita Acara-Berita Acara (Kemajuan Pekerjaan Untuk Pembayaran
Fisik, Serah Terima, Pemeriksaan Pekerjaan Tambah/Kurang,
Pemeliharaan).
3. Laporan Rapat-Rapat lapangan.
4. Memeriksa Gambar-gambar Shop Drawing, As Built Drawing.
5. Memeriksa Manual Peralatan yang dibuat Kontraktor.
6. Memeriksa data/laporan hasil testing dan commissioning dan
dituangkan dalam bentuk laporan.
7. Laporan Akhir Pengawasan

1.13 Ruang Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa


Tanggung jawab, tugas, dan wewenang penyedia jasa konsultansi
pengawasan konstruksi dalam pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi
Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan
Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 adalah :
a. Konsultan Pengawas bertanggung jawab secara profesional atas jasa
pengawasan yang berlaku dilandasi Undang-undang nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi dan Peraturan Pemerintah nomor 16 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung (serta perubahannya, apabila ada).
b. Secara umum tanggung jawab konsultan adalah minimal sebagai berikut :
1. Hasil karya pengawasan yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan
standar hasil karya pengawasan yang berlaku mekanisme
pertanggungan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Hasil karya pengawasan yang dihasilkan harus telah mengakomodasi
batasan-batasan yang telah diberikan oleh proyek, termasuk melalui
KAK ini, seperti dari segi pembiayaan, waktu penyelesaian pekerjaan
dan mutu bangunan yang akan diwujudkan.
c. Hasil karya pengawasan yang dihasilkan harus telah memenuhi
peraturan, standar, dan pedoman teknis bangunan gedung yang berlaku
untuk bangunan gedung pada umumnya dan yang khusus untuk
bangunan gedung negara.
d. Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pengawasan
antara lain meliputi:
1. Pengawasan Persiapan Konstruksi;
2. Pengawasan Tahap Pelaksanaan Konstruksi sampai dengan Serah
Terima Pertama (Provisional Hand Over) Pekerjaan Konstruksi; dan
3. Pengawasan Tahap Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi sampai dengan
Serah Terima Akhir (Final Hand Over) Pekerjaan Konstruksi.

1.14 Peralatan, Material, Personel dan Fasilitas dari PPK


Fasilitas yang diberikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang
diberikan kepada penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan Pengadaan
Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah
Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024
adalah ruang rapat dan menugaskan personil Tim Teknis dari instansi untuk
melengkapi pekerjaan dari konsultan Pengawas.

1.15 Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi


Penyedia jasa diwajibkan untuk menyediakan segala perlengkapan dan
peralatan yang berkaitan dengan tugas Pengawasan. Barang-barang yang harus
disediakan oleh penyedia jasa dengan cara sewa atas nama Pengguna Jasa.
Barang-barang yang harus disediakan oleh penyedia jasa:
1. Kendaraan bermotor
2. Alat-alat kantor dan peralatan kerja lapangan
3. Computer dan printer dan peralatan elektronik penunjang pengawasan
Kebutuhan barang selain tersebut di atas, yakni:
• Bahan habis pakai
Yaitu meliputi alat tulis kantor seperti kertas HVS dan alat tulis serta
komputer supplies yang terdiri dari flash disk, kertas dan tinta printer. Karena
sifatnya yang habis pakai maka digunakan sistem beli untuk pengadaannya.
• Peralatan khusus
Yang dimaksud dengan peralatan khusus disini adalah peralatan yang
digunakan untuk survei yaitu meteran kecil, roll meter dan kamera digital.

1.16 Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan


Jangka angka waktu pelaksanaan pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa
Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP
Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 adalah 150 (seratus lima
puluh) hari kalender sejak dikeluarkan SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) atau
sampai dengan penyelesaian pekerjaan konstruksi fisik yang menjadi obyek
pengawasan.

1.17 Laporan
Laporan yang harus dipenuhi dalam pengadaan Pengadaan Pekerjaan Jasa
Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP
Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 meliputi:
1.17.1 Laporan Pengawasan Pekerjaan
Laporan Pengawasan Pekerjaan merupakan laporan konsultan pengawas
kepada PPK yang terdiri dari:
1. Laporan pengawasan terhadap Hasil Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi; dan
2. Laporan Pelaksanaan Pengawasan.
1.17.2 Laporan Pengawasan terhadap Hasil Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Laporan pengawasan terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi
meliputi laporan mingguan, laporan bulanan, laporan khusus dan laporan akhir.
1. Laporan Mingguan paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Capaian pekerjaan fisik;
b. Foto dokumentasi;
c. Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi,
status pembayaran dari Pengguna;
d. Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;
e. Masalah dan kendala yang dihadapi; termasuk statusnya, tindakan
penanggulangan yang telah dilakukan dan rencana tindakan selanjutnya;
f. Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan berikutnya,
beserta rencana pencegahan atau penanggulangan yang akan dilakukan;
g. Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen;
h. Daftar dan status persetujuan dokumen yang yang harus ditindak lanjuti
oleh Direksi Lapangan;
i. Ringkasan hasil pelaksanaan kegiatan pekerjaan (daftar pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan beserta hasil dan status persetujuannya);
j. Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi,
termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris terjadi
kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain;
k. Kendala yang dihadapi Direksi Teknis/Konsultan Pengawas, tindakan
yang telah dan akan dilakukan serta dukungan yang dibutuhkan dari
Direksi Lapangan untuk tujuan kelancaran proyek.
2. Laporan Bulanan
Laporan bulanan merupakan kompilasi dan updating dari laporan mingguan.
3. Laporan Khusus
Laporan khusus berisi tentang kejadian, kegiatan, keadaan khusus yang perlu
dilaporkan atau atas permintaan Pimpinan Unit kerja Pelaksana
Kegiatan/Penanggung Jawab Kegiatan.
4. Laporan Akhir
a. Laporan akhir merupakan hasil keseluruhan dari laporan bulanan sejak
awal hingga akhir pekerjaan konstruksi yang telah dirangkum dan
memuat evaluasi pelaksanaan pekerjaan;
b. Hasil evaluasi dapat digunakan oleh PenyediaJasa Pekerjaan Konstruksi
dan Penanggung Jawab Kegiatan sebagai bahan evaluasi untuk pekerjaan
konstruksi selanjutnya yang mempunyai kareteristik tipikal, sehingga
dapat melakukan perbaikan dan inovasi pada pekerjaan konstruksi
selanjutnya.
1.17.3 Laporan Pelaksanaan Pengawasan
Laporan pelaksanaan pengawasan disusun dalam hal pengawasan pekerjaan
dilakukan oleh Konsultan Pengawas dan diserahkan setiap bulan. Meliputi laporan
pendahuluan, laporan berkala, laporan bulanan, laporan khusus (apabila
diperlukan), dan laporan akhir.
A. Laporan Pendahuluan
Laporan endahuluan paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Pemahaman terhadap lingkup layanan konsultansi selama masa kontrak;
b. Rencana kerja dan pengorganisasian pekerjaan;
c. Jadwal pelaskanaan dan penugasan tenaga ahli; dan
d. Ringkasan kemajuan pelaksanaan pengawasan (jika sudah ada).
Laporan pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 hari hari
sejak tanggal SPMK.
B. Laporan Berkala (triwulan/antara)
Laporan berkala (triwulan/antara) paling sedikit memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Hasil sementara pelaksanaan kegiatan di dalam proyek;
b. Kemajuan pelaksanaan pengawasan;
c. Rencana kerja untuk sisa masa pengawasan termasuk pemutakhiran
sebagai konsekuensi jika hasil kemajuan pelaksanaan pekerjaan tidak
sesuai dengan rencana;
d. Jadwal pelaksanaan dan penggunaan tenaga ahli; dan
e. Evaluasi sementara dan saran kepada Penanggung Jawab Kegiatan.
Penyerahan laporan berkala (triwulan/antara) sesuai dengan yang tercantum
dalam kontrak
C. Laporan Bulanan
Laporan bulanan paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Ringkasan pelaksanaan kegiatan pengawasan pekerjaan (daftar
pelaksanaan kegiatan pemeriksaan beserta hasil dan status
persetujuannya);
2. Laporan sumber daya manusia tim Konsultan Pengawas (personil, time
sheet, dll);
3. Daftar dan status persetujuan yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas;
4. Daftar dan status instruksi yang dikeluarkan Konsultan Pengawas kepada
Peyedia;
5. Daftar dan status persetujuan dokumen yang harus ditindaklanjuti oleh
Pimpinan Unit kerja PA/PPK;
6. Kendala yang dihadapi Konsultan Pengawas, tindakan yang telah dan
akan dilakukan serta dukungan yang dibutuhkan;
Penyerahan laporan bulanan sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak.
D. Laporan Khusus (jika diperlukan)
Laporan khusus berisi tentang kejadian, kegiatan, keadaan khusus yang perlu
dilaporkan atau atas permintaan PA/PPK.
E. Laporan Akhir
Laporan akhir harus mencakup seluruh layanan dalam masa kontrak
Konsultan Pengawas yang paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Rencana kerja awal untuk selama periode pengawasan;
b. Rencana kerja yang dimutakhirkan selama periode pengawasan;
c. Realisasi pelaksanaan pengawasan;
d. Jadwal dan realisasi pelaksanaan dan penggunaan tenaga ahli selama
masa periode pengawasan; dan
e. Evaluasi pelaksanaan pengawasan secara menyeluruh dan saran kepada
Penanggung Jawab Kegiatan.
Penyampaian laporan akhir diserahkan dengan melampirkan salinan seluruh
keluaran yang dipersyaratkan dalam kontrak selama pelaksanaan periode
pengawasan serta salinan dokumentasi lainnya yang dipandang penting.
1.17.4 Pengawasan Masa Pemeliharaan
Pengawasan Berkala meliputi :
a. Menyusun daftar cacat atau kerusakan pada masa pemeliharaan sebelum
serah terima kedua;
b. Membantu pengelola kegiatan dalam penyiapan kelengkapan dokumen
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dari Pemerintah Kota Batu;
c. Kegiatan ini dilaksanakan sebesar 10% dari nilai HPS/Kontrak;
d. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 180 (Seratus Delapan Puluh)
hari kerja sejak SPMK berakhir, diterbitkan sebanyak 3 (Tiga) buku laporan
format F4 (Folio).

1.18 Hal-Hal Lain


1.18.1. Produksi dalam Negeri
Semua kegiatan Jasa Konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di
dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4
KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
1.18.2. Persyaratan Kerjasama
Jika kerja sama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan berikut harus dipatuhi:
Penyedia dapat bekerja sama dengan penyedia lain dengan mensubkontrakkan
sebagian pekerjaan, kecuali pekerjaan utama dalam kontrak ini sebagaimana diatur
dalam SSKK.
1.18.3. Pedoman Pengumpulan Data
Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut :
a. Pengumpulan Data primer
Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara survei atau observasi
langsung di lapangan/lokasi/sumber di lingkup pekerjaan yang sedang
dilaksanakan atau pekerjaan sejenis yang ada di Kota Batu.
Penelitian/penelaahan data primer kualitatif/kuantitatif perlu dilakukan
apabila data sekunder tidak tersedia.
b. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara studi literatur atau
menelaah dan mengolah kompilasi data yang sudah ada pada lingkup
pekerjaan yang sedang dilaksanakan atau pekerjaan sejenis yang ada di Kota
Batu.
1.18.4. Alih Pengetahuan
Sangat dipandang perlu oleh pengguna jasa, bahwa penyedia jasa Konsultan
Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan
Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024,
wajib memberikan pendampingan teknis dan mampu memberikan advis teknis
terkait dengan substansi pelaksanaan pekerjaan dengan referensi pengetahuan dan
pengalaman pekerjaan sejenis kepada anggota Direksi.
1.18.5. Lain-Lain
Apabila terjadi refokusing anggaran sebagai akibat adanya penyesuaian
anggaran dan atau terjadi gagal berkontrak untuk pekerjaan fisik kontruksi
Pembangunan Gudang Aset Pemerintah Kota Batu yang menjadi objek pengawasan,
maka seleksi pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan
Tengah Tahun Anggaran 2024 dinyatakan batal dan penyedia tidak mendapatkan
ganti rugi/kompensasi apapun dari penguna anggaran Dinas Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kota Batu.

1.19 Azaz-Azaz
Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Pengawas hendaknya
memperhatikan azas-azas bangunan gedung Negara sebagai berikut:
1. Azas tercapainya tujuan, ditujukan Ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan
mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan
atau deviasi perencanaan.
2. Azas efisiensi, yaitu sedapat mungkin menghindari deviasi dari perencanaan
sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan.
3. Azas tanggung jawab, azas ini dapat dilaksanakan apabila pelaksana
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksana perencanaan.
4. Azas pengawasan terhadap masa depan, maksud dari asas ini adalah
pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik di waktu
sekarang maupun di masa yang akan datang.
5. Azas langsung, adalah mengusahakan agar pelaksana juga melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.
6. Azas refleksi perencanaan, bahwa harus mencerminkan karakter dan susunan
perencanaan.
7. Azas penyesuaian dengan organisasi, bahwa pengawasan dilakukan
sesuaidengan struktur organisasi dankewenangan masing-masing.
8. Azas standar, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan
standar yang tepat, yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan
tujuan.
9. Azas pengawasan terhadap strategis, bahwa pengawasan yang efektif
danefisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-
faktoryang strategis.
10. Azas pengendalian fleksibel bahwa pengawasan harus untuk menghindarkan
kegagalan pelaksanaan perencanaan.
11. Azas peninjauan kembali, bahwa pengawasan harus selalu ditinjau, agar
sistimyang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
12. Azas tindakan, bahwa pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-
ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi
dan pelaksanaan.
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA

2.1 Umum
Dalam rangka pengadaan jasa pada pekerjaan, Konsultan PT. CONCEPT
DESIGN ARCITECT sebagai salah satu penyedia jasa peserta pemilihan telah
mendapatkan Dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Pengadaan
Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah
Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024
Dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini akan dijadikan acuan pelaksanaan
pekerjaan Konsultan yang secara garis besar memuat penjelasan umum pekerjaan,
data-data penunjang, ruang lingkup pekerjaan serta keluaran-keluaran yang
diharapkan. Meskipun hanya dalam bentuk penjelasan pekerjaan secara garis besar,
KAK ini telah dibuat dengan cukup jelas dan dapat dipahami sehingga Konsultan
telah mendapatkan gambaran secara umun mengenai pekerjaan. Dalam KAK ini,
telah dijelaskan maksud dan tujuan serta sasaran yang ingin dicapai terkait
pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud.
Pemahaman terhadap KAK adalah sebuah langkah awal bagi Kosultan untuk
dapat menangkap maksud dan tujuan serta mewujudkan sasaran yang ingin dicapai
Pengguna Jasa melalui suatu layanan Penyedia Jasa Konsultansi. Untuk itu,
Konsultan telah mempelajari secara menyeluruh terhadap pokok-pokok uraian
dalam KAK ini sehingga mendapatkan pemahaman yang jelas dan lengkap agar
dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) nantinya akan digunakan sebagai salah satu
dasar ikatan perjanjian antar Pengguna Jasa dan calon Penyedia Jasa pemenang
seleksi. KAK akan menjadi bagian dalam dokumen kontrak yang mengikat dan tidak
terpisahkan. Untuk itu, KAK harus dikaji secara mendalam terkait isi dan subtansi
yang dikandung didalamnya. Adapun pokok-pokok penjelasan dalam KAK yang
menjadi fokus perhatian Konsultan adalah sebagai berikut :
1. Penjelasan uraian kegitan yang akan dilaksanakan meliputi : latar belakang,
maksud dan tujuan, lokasi kegiatan, ruang lingkup pekerjaan, keluaran yang
diinginkan, sumber pendanaan, jumlah tenaga ahli yang diperlukan, dan
hal­hal lainnya.
2. Penjelasan jenis, isi, dan jumlah keluaran yang harus dihasilkan.
3. Penjelasan waktu pelaksanaan yang diperlukan, termasuk kapan jadwal
pelaporan pekerjaan tersebut harus diserahkan.
4. Penjelasan persyaratan Penyedia Jasa dan kualifikasi tenaga ahli serta jumlah
personil inti agar tidak mengarah kepada individu tertentu kecuali untuk
pekerjaan yang bersifat rahasia.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah dibuat dengan bahasa dan kalimat yang
jelas dan konsisten sehingga secara subtansi dapat memberikan penjelasan yang
tepat sehingga dapat meminimalkan perbedaan penafsiran dari para peserta
pemilihan. Berdasarkan pemahaman Konsultan terhadap KAK, dalam dokumen
teknis ini akan disampaikan tanggapan dan saran Konsultan dalam rangka
meningkatkan kinerja untuk menghasilkan hasil pekerjaan yang optimal.

2.2 Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja


2.2.1 Latar Belakang
Informasi yang disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini telah
memberikan penjelasan serta gambaran mengenai latar belakang dilaksanakannya
pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan
Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah
Tahun Anggaran 2024 ini dengan jelas, latar belakang yang rinci mengenai
pekerjaan akan mempermudah menyusun usulan Teknis yang akan ditawarkan
kepada pihak pengguna jasa.

2.2.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan yang ada dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah jelas
dan kami sebagai konsultan pengawas akan memenuhi, memperhatikan, dan
menginterprestasikan yang sudah menjadi masukan, azas, kriteria, keluaran dan
proses pada pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan
Tengah Tahun Anggaran 2024 Konsultan Pengawas juga harus memastikan
pelaksanaan pembangunan mengikuti standar pemerintah dan aturan yang berlaku
sesuai dengan spesifikasi teknis.

2.2.3 Lokasi Pekerjaan


Lokasi kegiatan pengawasan ini terletak pada beberapa lokasi
1. Jalan Raya Banjar Indah, Banjarmasin

2. Jalan Mayjen Sutoyo S, Banjarmasin

3. Jalan Komplek Mutiara No. 4 Banjarmasin


4. Jalan S. Parman No. 10, Banjarmasin

5. Jalan A. Yani Km. 5,5, Banjarmasin

Gambar 2.1 Lokasi Kegiatan

2.2.4 Sumber Pendanaan


Sumber pendanaan untuk membiayai Pengadaan Pekerjaan Jasa
Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP
Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 adalah Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Bagian Anggaran 015 Tahun Anggaran 2024 Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun
Anggaran 2024. Pagu anggaran pekerjaan ini adalah sebesar Rp 209.321.000,- (Dua
Ratus Sembilan Juta Tiga Ratus Dua Puluh Satu Ribu Rupiah), dengan nilai HPS
sebesar Rp 200.110.393,- (Dua Ratus Juta Seratus Sepuluh Ribu Tiga Ratus Sembilan
Puluh Tiga Rupiah).
2.2.5 Data Dasar
Data Penunjang sangat diperlukan oleh konsultan pengawas dalam
penyusunan dokumen teknis maupun proses pengawasan di lapangan. Dalam
proses pengawasan konsultan pengawas juga memerlukan data penunjang berupa
data perencanaan.

2.2.6 Standar Teknis dan Referensi Hukum


Pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan Pengadaan Pekerjaan
Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil
DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 Standar Teknis dan
Referensi Hukum telah disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Dalam
melaksanakan kegiatan pengawasan ini, konsultan pengawas akan mengacu pada
peraturan yang berlaku.

2.2.7 Lingkup Kegiatan


Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini, telah dijelaskan dengan rinci tahapan
pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Penyelesaian pekerjaan pengawasan
teknis ini, semuanya secara profesional harus dilaksanakan oleh Konsultan
Pengawas.

2.2.8 Keluaran
Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Pengawas terhadap pelaksanaan
Pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan
Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah
Tahun Anggaran 2024 telah disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Konsultan pengawas akan memenuhi keluaran yang telah disepakati dengan baik
dan tepat waktu.

2.2.9 Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan pengawasan adalah 150 (seratus lima puluh) hari
kalender. Saat dimulai pelaksanaan pekerjaan adalah saat ditandatangani Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK).
2.2.10 Personil
Personil yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini telah diuraikan dengan jelas
dalam KAK. Kualifikasi tenaga ahli yang dibutuhkan dinilai cukup memadai untuk
mendukung seluruh lingkup Pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi
Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan
Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
akan memberikan usulan komposisi personil yang terdiri dari Tenaga Ahli
profesional dan Tenaga Pendukung sesuai dengan kualifikasi yang diminta dalam
KAK.

2.3 Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja


2.3.1 Data Dasar
Mengenai data dasar yang ada pada Kerangka Acuan Kerja (KAK), dalam
pelaksanaan pengawasan diperlukan data-data seperti berikut :
1. Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS)
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang bersikan nama
proyek berupa jenis, besar dan lokasihnya, serta tata cara pelaksanaan, syarat-
syarat pekerjaan, syarat mutu pekerjaan dan keterangan – keterangan lain
yang hanya dapat djelaskan dalam bentuk tulisan. RKS menjadi syarat yang
harus dipenuhi oleh penyedia jasa atau rekanan sehingga dapat dimasukan ke
dalam Standar Dokumen Pengadaan (SDP). RKS penting untuk direview dan
dipahami oleh pihak penyedia demi kelancaran pelaksanaan proyek. Hal ini
untuk menghindari terjadi RKS tidak applicable terhadap kondisi aktual di
lapangan. Semua pihak wajib melakukan review dokumen RKS demi
pelaksanaan proyek yang baik dan lancar. Dokumen Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS) berupa instruksi kepada penyedia jasa dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. RKS berisi instruksi atau pedoman yang diperlukan oleh penyedia jasa
untuk menyiapkan dokumen penawarannya sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
b. RKS berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
kontrak, termasuk hak, kewajiban, dan risiko dimuat dalam syarat-syarat
umum kontrak. Oleh sebab itu, penyedia jasa harus mempelajari dengan
seksama untuk menghindari salah tafsir.
c. RKS berisikan mengenai data proyek dengan memuat ketentuan,
informasi tambahan, atau perubahan atas instruksi kepada penyedia jasa
sesuai dengan kebutuhan paket pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. Gambar – gambar pelaksanaan
Gambar yang dimaksud ialah Gambar bestek perencanaan yang akan
digunakan untuk pengecekan kesesuaian gambar dengan kenyataan yang ada
dilapangan. Pengawas Konsultan juga bertugas mengoreksi dan menyetujui
gambar Bestek yang diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan
pembangunan proyek. Selain itu, Konsultan Pengawas dapat memilih dan
memberikan persetujuan mengenai spesifikasi, tipe dan merek yang
diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun
tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat
sebelumnya.
3. Perhitungan Volume Pekerjaan
Perhitungan Volume digunakan sebagai acuan pengawas apabila ada
pertimbangan desain ulang (review design).
4. Bar Chart dan Kurva S
Bar Chart adalah diagram alur pelaksanaan pekerjaan yang dibuat untuk
menentukan waktu penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan untuk
mengetahui waktu penyelesaian pekerjaan, sehingga proyek dapat
diselesaikan tepat waktu. Dalam hal ini, pengawas konsultan harus
mengetahui alur pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat mengontrol pekerjaan
dilapangan.
Kurva S sendiri adalah sebuah jadwal pelaksanaan pekerjaan yang disajikan
dalam bentuk grafis yang dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan
pekerjaan pada sumbu tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu
mendatar. Kurva S digunakan sebagai jadwal pelaksanaan kegiatan proyek,
dalam Kurva S dapat dilihat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan proyek.
Dengan adanya Kurva S, prosentase progress pekerjaan yang sudah dicapai
pada waktu tertentu sehingga dapat diperkirangan pekerjaan kurang dan
pekerjaan tambah yang bisa diterapkan dilapangan. Selain itu, Kurva S dapat
dijadikan pedoman dalam pengadaan material, tenaga dan peralatan proyek
sesuai dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan setiap tanggalnya.
BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1 Ketepatan Analisa


3.1.1 Pendekatan Operasional
Untuk pelaksanaan pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi
Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan
Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 ini konsultan akan melibatkan tenaga ahli
dari berbagai bidang yang berkaitan dengan pekerjaan pengawasan, sesuai dengan
ketetapan personil pada Kerangka Acuan Kerja. Untuk memperlancar tugas,
pelaksanaan pekerjaan didukung oleh fasilitas penunjang berupa peralatan yang
memadai dan sistem kerja yang seefisien mungkin.
a. Modus Kerja
Sebagai konsultan pengawas kami akan memanfaatkan semua data dan
informasi yang diperoleh dari pengumpulan data pekerjaan sejenis lainnya yang
telah dikerjaakan.
b. Sistem Komunikasi
Untuk Kelancaran komunikasi kami akan rutin mengadakan pertemuan
antarakonsultan pengawas, pelaksanan, pengguna jasa/Pokja maupun
kontraktor dalam memecahkan semua permasalahan yang terjadi. Mengingat di
lapangan sangat terkait dengan cuaca, maka perlunya komunikasi yang baik
agar volume pekerjaan selalu dalam pengawasan bersama.

3.1.2 Pendekatan Masalah


Pada saat pelaksanaan pekerjaan sangat dimungkinkan timbul berbagai
permasalahan ataupun kendala. Pendekatan masalah di maksudkan untuk lebih
memahami permasalahan yang ada dan yang akan timbul selama masa review design
dan seldama pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang akan di kerjakan nantinya,
khususnya yang berkaitan dengan aspek teknis, ekonomis, sehingga akan dapat
tercapai tujuan yang di harapkan sesuai dengan waktu dan dana yang ada.
Secara umum semua permasalahan yang terjadi di lapangan terkait erat dengan
kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana. Untuk
mengantisipasi supaya permasalahan yang timbul hanya memberikan dampak
negatif sekecil mungkin, maka konsultan akan melakukan pendekatan-pendekatan
sebagai berikut :
1. Pengendalian Waktu
Seluruh pekerjaan berjalan mengikuti jadwal waktu yang ditetapkan didalam
program kerja Kontraktor. Konsultan akan mengendalikan waktu dengan
metoda tertentu, sehingga proyek dapat diselesaikan sesuai periode kontrak atau
dengan keterlambatan yang sekecil mungkin. Hal ini harus ditempuh dengan
langkah-langkah yang terencana dan efektif sesuai penjabaran Dokumen
Kontrak sehingga dapat dipahami dan dilaksanakan oleh Kontraktor.

Gambar 3.1 Pengendalian Waktu

2. Pengendalian Mutu
Keberhasilan suatu pelaksanaan proyek tergantung dari biaya, waktu dan hasil
mutu pengerjaannya. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan adalah bagian dari
proses manajemen proyek yang bertujuan memonitor secara teratur agar tidak
terjadi penyimpangan. Sehingga apabila dikemudian hari ditemukan
penyimpangan, maka perubahan rencana perlu dilakukan agar dampak yang
terjadi dari penyimpangan tersebut dapat teratasi. Pengendalian tersebut
dilakukan disemua bidang pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
proyek tersebut.
Untuk setiap mutu pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor,
Konsultan akan selalu mengawasi sehingga seluruh pekerjaan yang
dilaksanakan diharapkan sesuai dengan persyaratan/spesifikasi yang tercantum
dalam dokumen kontrak.
Untuk itu Konsultan akan menerapkan pola pengendalian mutu sebagaimana
dikenal di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dengan istilah "Pola 3-2-5",
yang artinya bertahap 3 (tiga), berlingkup 2 (dua) dan berstruktur 5 (lima). Pola
tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
a) Tahapan Pengujian :
 Pengujian bahan baku
 Pengujian bahan olahan
 Pengujian bahan jadi
b) Lingkup Pengujian :
 Dimensi
 Kualitas
c) Struktur Pengujian :
 Jenis Pemeriksaan
 Metode Pemeriksaan
 Frekuensi Pemeriksaan
 Spesifikasi
 Toleransi Hasil Pekerjaan
Prosedur pengendalian mutu seperti terlihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Pengendalian Mutu

3. Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dengan cara mengarahkan Penyedia Jasa Konstruksi


(Kontraktor) dalam mengoptimalkan hasil kerja dari tenaga kerjanya dan
pendayagunaan peralatannya sehingga diperoleh hasil yang optimal dan
tepat waktu dengan biaya konstruksi tidak melebihi dari perkiraan biaya yang
tercantum dalam dokumen kontrak. Pengendalian yang biasa dijalankan yaitu
dengan seminirnal mungkin adanya pekerjaan tambah dan disiplin dalam
pelaksanaan metode kerja. Prosedur pengendalian biaya yang dikaitkan dengan
progress fisik dan kualitasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Prosedur Pengendalian Biaya

4. Pengendalian Keselamatan kerja


Pengendalian keselamatan kerja yang berkaitan dengan keamanan dan
keselamatan kerja baik terhadap publik (umum) maupun bagi pekerja itu sendiri
adalah merupakan salah satu sasaran dari Manajemen Konstruksi. Untuk
mencapai sasaran tersebut, maka prosedur yang dipakai adalah sesuai
dengan manajemen Konstruksi mulai dari pra pelaksanaan sampai akhir
pelaksanaan. Prosedur pengendalian keselamatan kerja seperti terlihat pada
Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Pengendalian Keamanan dan Keselamatan Kerja

3.1.3 Pendekatan Teknis


Yang di maksud dengan pendekatan teknis adalah langkah pendekatan terhadap
konstruksi yang ada (existing) dan data penunjang yang merupakan alternatif rencana
teknis, guna penyesuaian dan penyempurnaan rencana kerja konstruksi yang akan di
kerjakan. Diharapkan dengan pendekatan teknis ini akan tercapai target fisik seperti
yang telah di rencanakan. Adapun pendekatan teknis yang akan di lakasanakan oleh
konsultan diantaranya:
a. Memantau dan mengawasi kegiatan pelaksanaan harian pekerjaan konstruksi,
kegiatan laboratorium dan tes lapangan terhadap mutu dan kualitas dan
kuantitas material serta pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
b. Memantau dan melaksakan tes-tes percobaan.
c. Meninjau pekerjaan dan personal kontraktor yang menyimpang dengan
persyaratan dokumen kontrak.
d. Meninjau pengadaan personel dan peralatan kontraktor sesuai dengan
kebutuhan yang di isyaratkan.
e. Mengadakan rapat-rapat lapangan.
f. Memeriksa dan mengetahui jadwal pekerjaan dan rencana kerja.
g. Memberikan instruksi (persetujuan dan penolakan) pekerjaan secara tertulis.

3.1.4 Pendekatan Ekonomis


Setelah di adakan pendekatan teknis, selanjutnya akan di evaluasi dan di tinjau
nilai ekonominya, yang pada akhirnya akan menyangkut biaya, dimana prinsip
utamanya adalah dengan biaya yang seefisien mungkin, namun dapat target secara
optimal. Secara umum untuk pelaksanaan pekerjaan (baik major maupun minor), di
pakai standart teknis dan spesifikasi khusus untuk bangunan gedung. Perlu pula di
perhatikan adanya aspirasi/masukan dari berbagai pihak yang terkait khususnya dari
Pejabat Pembuat Komitmen. Pemerintah Daerah setempat sebagai input dari pihak
pemberi tugas nantinya memungkinkan memberi saran dan arahan, ini merupakan
metoda dan sasaran kerja yang tepat, mengingat pekerjaan pengawasan hasilnya harus
relevan dengan kondisi yang ada dan menghasilkan kerja yang optimal sesuai dengan
syarat-syarat teknis dan dana yang tersedia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pendekatan terhadap pekerjaan ini meliputi:
a. Tidak hanya memberikan jasa kerjakan sesuai Kerangka Acuan Kerja tetapi juga
mengusahakan dengan cara sedemikian rupa agar diperoleh hasil yang baik.
b. Tidak hanya melakukan pengawasan biaya pekerjaan fisik, tetapi juga
mengusahakan kemungkinan dapat diperoleh penghematan biaya.
c. Tidak hanya memonitor kemajuan pekerjaan, tetapi juga menciptakan metode-
metode dan teknik penjadwalan untuk mendapat penghematan waktu.
d. Menitik beratkan pada pelaksanaan program pengawasan mutu secara efektif.
e. Menjalin kerjasama yang baik dengan Kontraktor dalam membantu
memecahkan masalah-masalah dalam pelaksanaan pekerjaan dan
mendayagunakan struktur organisasinal.
f. Membina kerjasama yang baik dengan Konsultan lain di lingkungan Kantor
Pejabat Pembuat Komitmen serta dengan instansi-instansi pemerintah yang
terkait.
Metode pendekatan yang dilakukan oleh Konsultan Pengawas dalam menangani
masalah pada tahap pelaksanaan secara umum dapat diindetifikasi dalam beberapa
aspek sebagaimana dalam daftar berikut:
Tabel 3.1 Contoh Alternatif Pemecahan Permasalahan
Alternatif Pemecahan
Permasalahan Penyebab
Masalah
Waktu pelaksanaan Keterlambatan terhadap  Menganalisa & menarik
jadwal/ Perencanaan/ kesimpulan
Pelaksanaan  Membuat rescheduling
pelaksanaan program kerja
mingguan
 Mengarahkan Penyedia Jasa
untuk meningkatkan
produktifitas dengan
penambahan tenaga atau
waktu kerja / lembur
 Pengendalian waktu secara
lebih ketat dan instensif
Anggaran Nilai anggaran yang  Pengawasan atau
dilampui pelaksanaan fisik diarahkan
untuk mencapai sasaran –
sasaran yang ditetapkan
spesifikasi teknis dan
Alternatif Pemecahan
Permasalahan Penyebab
Masalah
gambar desain
 Penyedia Jasa terikat (jika
perlu dengan sanksi –
sanksi) secara ketat
terhadap bestek
Teknis Kelengkapan disain  Menginfintarisasi
kelengkapan memberikan
informai mengecek
 Memberi pengarahan sesuai
dengan yang ditetapkan
Penyimpangan terhadap  Memberi pengarahan sesuai
gambar kerja yang berlaku dengan yang ditetapkan
peraturan
 Memberikan teguran
terhadap hasil pelaksanaan
yang menyimpang dari
spesifikasi teknis dan
gambar desain
Mutu  Memberikan pengarahan
system teknik / metode
pelaksanaan
Rendahnya mutu
 Mengadakan penelitian,
pelaksanaan
pengujian – pengujian
lapangan maupun
laboratorium dan analisa
 Pekerjaan dilaksanakan
malam hari, maka lampu
Rendahnya mutu
penerangan diusahakan
pelaksanaan
cukup terang memenuhi
lokasi pekerjaan yang
Alternatif Pemecahan
Permasalahan Penyebab
Masalah
dikerjakan
 Penempatan material yang
efektif dan optimal
 Penempaatan titik ikat /
BM diambil yang termudah
dan memenuhi syarat
 Memberikan pengarahan
tentang system / metode
sirkulasi kendaraan yang
keluar masuk proyek
sehingga kegiatan
Sirkulasi adanya
pembangunan dapat
kendaraan di lapangan
berjalan dengan lancar
tanpa mengganggu aktifitas
disekitarnya
 Terlambatnya suplai
material
 Memberi dan membantu
proses perolehan dan
pengiriman material
 Memberikan alternatif
material pengganti dengan
kualitas yang setara
Terlambatnya suplai
 Kesalahan persepsi minimal
material
satu minggu sebelum
pelaksanaan, Penyedia Jasa
harus membuat shop
drawing atas pekerjaan –
pekerjaan yang
dilaksanakan
3.1.5 Indikator Keberhasilan Pekerjaan Pengawasan
Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi pengguna jasa (pihak pemerintah)
dituntut menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik dan penyedia jasa
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Pengguna jasa dalam mengelola
kegiatannya mendasarkan pada prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik
(Good Governance) dan pengusaha menerapkan prinsip-prinsip GCG (Good
Coorporate Government) dalam perusahaannya.
Dengan keseimbangan tersebut, kedua belah pihak dapat mewujudkan kinerja
masing-masing secara baik dalam posisi sama sebagi mitra kerja dan memenuhi prinsip
akuntabilitas baik secara fisik maupun keuangan. Dengan demikian penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi dilaksanakan atas dasar manajemen konstruksi yang unggul oleh
penyedia jasa dan pengguna jasa diimbangi dengan sistem pengendalian intern yang
baik.
Semua pihak dituntut transparan, akuntabel, mengikutkan peran masyarakat,
dan ketaatan pada peraturan-perundangan. Kedua pihak mempunyai tanggung jawab
yang sama sebagai penyelenggara konstruksi untuk mewujudkan infrastruktur yang
handal dan bermanfaat.
Dalam manajemen konstruksi selalu diungkapkan bahwa suatu kegiatan
pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya harus memenuhi 3 (tiga) kriteria sukses
sebagai tolok ukur indikator keberhasilan manajemen pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, yaitu:
1. Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi, tidak melebihi batas yang telah
direncanakan atau yang telah disepakati sebelumnya atau sesuai dengan kontrak
suatu pelaksanaan (kurva “S” cash flow, nilai uang keluar, aktiva & pasiva).
2. Mutu pekerjaan, atau mutu hasil akhir pekerjaan dan proses cara pelaksanaan
pekerjaan harus memenuhi standar tertentu sesuai dengan kesepakatan,
perencanaan, ataupun dokumen kontrak pekerjaan (standar/manual mutu,
prosedur mutu, instruksi kerja, pengendalian).
3. Waktu penyelesaian pekerjaan, harus memenuhi batas waktu yang telah
disepakati dalam dokumen perencanaan atau dokumen kontrak pekerjaan yang
bersangkutan (Kurva ”S”, Barchart, Network Planning, Kurva uang keluar,
masalah-masalah).
Dalam kenyataannya, 3 (tiga) kriteria sukses tersebut menjadi sifat pekerjaan
konstruksi yang merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh manajemen
konstruksi. Karena peranan manajer sangat dominan dan sangat menentukan upaya
pencapaian sasaran pelaksanaan pekerjaan konstruksi tersebut, maka manajer harus
mempunyai otoritas dan kemampuan fungsi manajemen dan administrasi dalam
menjalankan tanggung jawabnya.
Dengan perkembangan standar-standar kehidupan sosial ekonomi masyarakat
suatu negara, maka tuntutan atas nilai keberhasilan suatu pekerjan konstruksi juga
meningkat. Lebih-lebih tuntutan akan mutu hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
proses pelaksanaan pekerjaan dan waktu penyelesaian pekerjaan. Karena itu hasil
suatu rancang bangun yang bermutu dari produk beberapa waktu yang lalu mungkin
sudah merupakan hasil produk yang tidak memenuhi kriteria mutu pada saat ini atau
masa yang akan datang. Demikian pula proses dan cara pelaksanaan suatu pekerjaan
atau produk yang bermutu dan direkomendasikan pemakaiannya pada waktu yang
mendatang.
Untuk itulah setiap perusahaan dengan beberapa manajernya yang andal selalu
melakukan langkah antisipasi dengan perencanaan dan pengembangan sumber daya
tenaga dan manajemennya, agar selalu menjadi yang terdahulu dan terdepan dalam
setiap era perkembangan teknologi, aplikasi teknologi dan kebutuhan atau trend
dimasa depan. Namun demikian, ketiga kriteria sukses seperti tersebut diatas masih
relevan meskipun ada 2 (dua) poin tambahan yang sebenarnya merupakan penegasan
atas mutu dari suatu pekerjaan.
Dengan penjelasan dan tampilan segitiga sasaran manajemen konstruksi tersebut
maka tolak ukur sukses manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi bisa diringkas
menjadi 5 (lima) poin, yaitu sebagai berikut:
a) Tepat biaya
b) Tepat mutu
c) Tepat waktu
d) Lingkungan kerja yang sehat dan aman serta penerapan K3 yang konsisten
(tingkat kecelakaan, tanggung jawab, legal/ hukum).
e) Semua penyelenggara yang terkait tidak terjadi sengketa dengan proses
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang dapat berjalan dengan baik dan lancar.
3.2 Metodologi Pengawasan
Kegiatan Awal yang dilakukan sebelum Konstruksi berjalan adalah:
1. Penetapan Pemenang tender pekerjaan.
Penetapan pemenang ditentukan berdasarkan penilaian kualifikasi yang
ditentukan dalam tender dan diumumkan melalui LPSE.
2. Mobilisasi pengurusan dokumen kontrak, meliputi:
a. Mempelajari dokumen kontrak dan persiapan dokumen administrasi
penunjang yang dibutuhkan.
b. Melakukan rapat pembahasan yang membahas tentang waktu dimulainya
pekrjaan, penentuan waktu rapat koordinasi, penetapan sistem
perhitungan volume, penetapan batas-batas konstruksi, penetapan aturan
dan standar yang digunakan, serta penetapan formulir – formulir yang
digunakan selama pekerjaan berlangsung.
c. Mempelajari program kerja yang diusulkan oleh kontraktor untuk
menjalankan pekerjaan.

Gambar 3.5 Bagan Alur Kegiatan Awal Sebelum Konstruksi


(Pengelola Data, 2024)
Sistematika pelaksanaan kegiatan Konsultan Pengawasan tersebut sudah
dijelaskan dalam kerangka acuan kerja akan tetapi didalam pelaksanaannya pihak
penyedia jasa akan melaksanakan kegiatan Pengawasan tersebut lebih terfokus dengan
cara metode pengendalian dan pengawasan yang kami sebut dengan "Total Quality
Control" pelaksanaan pekerjaan ini akan mengacu pada isi kontrak antara konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas dengan sedikit modifikasi pada strategi pelaksanaan
pengendalian dan pengawasan.
Secara garis besar Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan
Tengah Tahun Anggaran 2024 akan dibagai beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pre Construction Meeting (PCM)
2. Tahap Pengawasan
a. Staking Out
b. Rekayasa Lapangan (Field Engineering)
c. Tinjau Ulang (Review) Desain
d. Pengendalian Mutu meliputi pengujian mutu material/bahan, pengujian
mutu pekerjaan terlaksana, penerimaan/penolakan bahan/pekerjaan
e. Pengendalian Waktu Pelaksanaan meliputi evaluasi rencana jadwal, evaluasi
tahapan pelaksanaan, pemantauan kemajuan pekerjaan, review jadwal dan
tahapan pelaksanaan pekerjaan
f. Pengendalian Kuantitas dan Biaya meliputi perhitungan volume kemajuan
pekerjaan, perhitungan volume material di lapangan, penyusunan sertifikat
pembayaran
3. Pekerjaan Setelah Pelaksanaan
a. Pemeriksaan Provisional Hand Over
b. Penyusunan Sertifikat Provisional Hand Over
Uraian detail terhadap rencanan pendekatan teknis dan metodologi yang akan
dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi
Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan
Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 ini kami bahas pada sub bab berikutnya.
3.2.1 Tahap Persiapan
3.2.1.1 Pekerjaan Persiapan
Kegiatan ini adalah merupakan kegiatan awal koordinasi antar semua pihak
yang terlibat dengan kegiatan tersebut dan hal ini sangat penting bagi suksesnya
pelaksanaan konstruksi karena pada periode ini segala sesuatu yang berhubungan
dengan evaluasi desain maupun persiapan pelaksaan akan dilakukan secara detail,
diantaranya :
• Pemantauan dan Penetapan Anggota Tim
• Evaluasi gambar rencana dan spesifikasi teknis
Gambar Rencana yang telah dibuat perlu dicek kembali sebelum pekerjaan
konstruksi dilaksanakan, sehingga beberapa bagian dari gambar rencana yang
mungkin tidak sesuai dengan keadaan saat ini dapat dilakukan evaluasi dan
perbaikan terlebih dahulu.
Dalam Spesifikasi Teknis juga kadang dijumpai pasal – pasal yang tidak
mungkin untuk dilaksankan dilapangan, karena itu perlu dievaluasi.
• Evaluasi terhadap program kerja kontraktor pelaksana
Pelaksanaan konstruksi akan terselenggara dengan baik apabila didukung
dengan personil, peralatan dan perlengkapan teknis lainnya secara lengkap
dengan kondisi yang baik serta tepat waktu dalam pengadaannya. Untuk itu
perlu adanya evaluasi dan pemeriksaan terhadap beberapa poin:
1. Rencana Lay Out Base Camp
2. Rencana pola pengaturan materi di lingkungan kantor
3. Mobilisasi personil dan peralatan kantor
4. Pola sosialisasi terhadap penduduk dekitar proyek
• Evaluasi terhadap rencana kerja kontraktor pelaksana seperti berikut:
1. Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
2. Volume yang berpengaruh terhadap Rencana Anggaran Biaya (MC 0)
3. Metode pelaksanaan
4. Metode pengujian mutu bahan dan pekerjaan terlaksana
5. Sistem pelaporan
6. Rapat koordinasi perbulan dan sistem pelaporannya
Konsultan pengawas akan memeriksa, membuat koreksi perbaikan dan pemberi
usulan agar diperoleh efisiensi waktu dan biaya pelaksanaan konstruksi dan memberi
usulan dengan pertimbangan yang dapat diterima teknis.
Perlu adanya koordinasi antara penggunan jasa dan konsultan dalam
melaksanakan pekerjaan akan memberikan hasil yang baik. Rapat koordinasi
diharapkan rutin (mingguan atau maksimal bulanan) selama pekerjaan berjalan. Ada
beberapa poin yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sebelum pelaksaan antara
lain:
• Penetapan Organisasi kerja
• Pengadaan material pendahuluan/peralatan pendukung
• Koordinasi dengan pihak – pihak berwenang (direksi pekerjaan dan instansi
terkait)
• Sosialisasi kepada instansi dan dinas terkait mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang akan timbul dilapangan akibat pelaksanaan pekerjaan
• Melakukan evaluasi terhadap desain yang ada
• Mengevaluasi, melakukan kajian kawasan objek pembangunan dan mempelajari
perencanaan teknis dan sarana pendukung lainnya
• “Pre Construction Meeting”, berupa pertemuan antara direksi pekerjaan
Setelah Konsultan menerima Surat Perintah Kerja atau surat resmi lainnya dari
Pemberi Tugas/Pengguna Jasa, Konsultan akan memobilisasi tim pengawasan teknik
untuk pekerjaan pengawasan ini. Selanjutnya tim pengawasan teknik (dalam hal ini
Ahli Pengawas) segera melakukan koordinasi awal dengan Pejabat Pembuat Komitmen
dan Kontraktor untuk paket pekerjaan fisik yang bersangkutan dalam rangka
penyelenggaraan Rapat Pra Konstruksi (Pre-Construction Meeting/PCM).
Kegiatan persiapan yang akan dilakukan oleh Konsultan (Tim Pengawasan
Teknik) dalam rangka PCM dan pelaksanaan pekerjaan pengawasan teknik antara lain
sebagai berikut:
a. Penyediaan kantor beserta fasiltas dan peralatan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan pengawasan teknik.
b. lnventarisasi Dokumen Kontrak pekerjaan fisik yang akan diawasi serta data dan
informasi lain yang terkait.
c. Mengkaji Dokumen Kontrak dikaitkan dengan target fisik yang mesti dicapai,
mencakup :
- Pasal-pasal Dokumen Kontrak
- Cakupan/isi Dokumen Kontrak
- Ketentuan Umum/Syarat-syarat Umum
- Spesifikasi Umum/Spesifikasi Khusus
- Ketentuan Khusus/Syarat-Syarat Khusus
- Daftar Kuantitas & Harga, Harga Satuan (termasuk Analisa Harga Satuan)
- Gambar Rencana
d. Menyiapkan formulir-formulir standar yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan, antara lain :
- Formulir untuk keperluan survey topografi
- Formulir Laporan Harian
- Formulir Quality Control untuk pengujian material/bahan.
- Formulir pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan.
- Formulir instruksi lapangan kepada kontraktor.
- Formulir surat izin untuk memulai pelaksanaan pekerjaan (Request for
Works).
- Formulir surat menyurat antara konsultan dengan pihak SKS Fisik dan
Kontraktor.
- Formulir-formulir pendukung lainnya seperti grafik cuaca, tenaga kerja
dan peralatan.
e. Mengkaji (review) Usulan Rencana Kerja Kontraktor
f. Mengkaji (review) Usulan Program Mobilisasi Kontraktor
g. Mengkaji (review) Usulan Daftar Peralatan dan Daftar Personil Kontraktor
h. Mengkaji (review) pengajuan Sub Kontraktor (bila ada) dari Kontraktor kepada
Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik
i. Mengkaji (review) Polis Asuransi Kontraktor

3.2.1.2 Pre Construction Meeting (PCM)


Penyelenggaraan Pre Construction Meeting (PCM) adalah menyatukan
pengertian terhadap seluruh isi Dokumen Kontrak dan membuat kesepakatan-
kesepakatan terhadap hal-hal penting yang belum terdapat di dalam Dokumen Kontrak
serta membahas jalan keluar terhadap kendala-kendala yang mungkin terjadi selama
pelaksanaan konstruksi.
a) PCM dilaksanakan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak
diterbitkan SPMK.
b) PCM mencerminkan tindakan awal pengendalian Kasatker/ PPK terhadap
persiapan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
c) Hasil Pertemuan pada saat PCM antara Kasatker/ PPK sebagai unsur
Pengendali, Direksi Pekerjaan/ Lapangan atau Konsultan Supervisi sebagai
Pengawas dan Kontraktor sebagai Pelaksana Pekerjaan, akan dijadikan
pegangan dalam menyusun Kerangka Kerja dan Rencana Pelaksanaan
Pekerjaan selanjutnya.
d) Pertemuan Pra Konstruksi (PCM) dilakukan untuk mengecek kesiapan
penyedia jasa menyelenggarakan pekerjaan konstruksi mencakup struktur
organisasi, nama personil yang akan ditugaskan di lapangan, rencana mutu,
dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, kajian terhadap desain dan penyelesaian
masalah.
Masalah - masalah yang dibahas bersama dan disepakati bersama dalam
pelaksanaan PCM adalah sebagai berikut :
1) Pengorganisasian Pelaksanaan Pekerjaan :
 Organisasi Kerja
 Prosedur Kerja, Standar Pekerjaan, Daftar Inspeksi/ Pemeriksaan dan
Syarat Test yang harus dipenuhi
 Tata Cara Pengaturan Pelaksanaan Pekerjaan
 SOP K3 (Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan) Tempat Kerja
 Tata Lingkungan Setempat dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pendekatan kepada masyarakat dan Pemda. Setempat berkaitan dengan
pelaksanaan dan perijinan (misalnya masalah ijin Quary dan jalan akses
ke Quary).
2) Review dan penyempurnaan terhadap Program & Sub Program Kerja, yang
sesuai dengan target Volume, Waktu dan Mutu:
 Metode Pelaksanaan dan Metode Kerja.
 Time Schedule (Jadwal Waktu Pelaksanaan) dan Rencana Kerja.
 Material Schedule (Jadwal Pengadaan/ Penyediaan Bahan).
 Equipment Schedule (Jadwal Penyediaan/ Penggunaan Peralatan).
 Man Power Schedule (Jadwal Penyediaan Tenaga Kerja), dan
pengecheckan Jumlah & Kualifikasi Tenaga Kerja.
 Cash Flow Schedule (Jadwal/ Rencana Penerimaan & Penggunaan Dana)
atau Rencana Arus Kas (RAK) dan Rencana Penggunaan Uang Muka serta
Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP).
3) Penentuan Site Plan (Denah Situasi Lapangan), untuk lokasi sumber bahan/
material (Quarry/ Borrow Area), Stock Material, Access Road (Jalan Masuk),
Base Camp (Barak Tenaga kerja) dimana terdapat :
 Kantor lapangan, kantor konsultan, kantor kontraktor
 Rumah staf dan karyawan untuk pengguna jasa, konsultan dan kontraktor
 Bengkel, gudang, dan sebagainya yang disebut dalam spesifikasi umum
kontrak
 Estimasi kuantitas bahan baku (pasir, tanah, batu) di Quarry
 Rencana pemeriksaan mutu bahan baku yang akan digunakan
 Rencana Kendali Mutu:
a. Rencana Mutu Unit Kerja (RMU) atau Rencana Mutu Pelaksanaan
(RMP).
b. RMK (Rencana Mutu Kontrak)
4) Rencana Survey Lapangan dalam rangka pemeriksaan bersama (Mutual
Check) dan Review terhadap desain yang ada. Substansi pokok yang dibahas
dalam Pre Construction Meeting (PCM) adalah sebagai berikut :
a. Aplikasi pasal-pasal penting dalam dokumen kontrak meliputi :
• Pekerjaan tambah kurang.
• Termination atau forfeiture.
• Mobilisasi.
• Insurance of works.
• Organisasi kerja.
b. Prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan, antara lain :
• Request and approval dalam rangka Examination of Works.
• Extension time for completion works.
• Gambar kerja dan kelengkapannya.
• Pengajuan MC (Monthly Certificate).
• PHO dan FHO.
• Pembuatan Addendum Kontrak.
• Jadwal pengadaan bahan, penggunaan peralatan dan personel.
• Review dan penyempurnaan terhadap jadwal kerja yang harus sesuai
dengan target volume, mutu dan waktu.
• Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan bersama kondisi
lapangan (mutual check) sehubungan dengan Review design terhadap
design yang ada dalam dokumen kontrak.
c. Tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan, antara lain :
• Pelaksanaan konstruksi.
• Pelaksanaan produksi agregat untuk beton.
• Menentukan lokasi sumber bahan material (Quarry), estimate
kuantitas bahan serta rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan
digunakan.
• Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemerintah Daerah setempat
mengenai rencana kerja yang ada kaitannya dengan masyarakat dan
Pemerintah Daerah setempat, misalnya keadaan musim tanam atau
masalah akses jalan ke Quary/ angkutan bahan.
Peran Konsultan Supervisi dalam Pre Construction Meeting adalah sebagai
berikut:
1. Mencatat seluruh kesepakatan dalam Pre Construction Meeting dituangkan
dalam Berita Acara tersendiri sebagai dokumen proyek.
2. Mempersiapkan formulir-formulir isian antara lain :
 Laporan Harian.
 Laporan Mingguan.
 Laporan Bulanan (Monthly Progress Report).
 Executive Summary Report.
 Survei Lapangan Untuk Review Design.
 Perhitungan Volume/ Back Up Data serta Monthly Certificate (MC).
 Quality Control.
 Contractor’s Request untuk memulai pekerjaan, test material, Penerimaan
pekerjaan.
3. Menjelaskan struktur organisasi konsultan dan tugas daripada masing-masing
personel konsultan.
4. Menjelaskan personel konsultan yang sudah dimobilisasi dan rencana personel
lainnya yang akan dimobilisasi.
5. Menjelaskan rencana kerja Review Design:
 Waktu yang diperlukan untuk survei lapangan.
 Personel yang dilibatkan di dalam survei lapangan.
 Kelengkapan yang diperlukan untuk survei lapangan.
 Ruang lingkup pekerjaan yang akan disurvei.
 Alternatif penanganan dari hasil survei lapangan.
 Rencana dan gambar kerja yang harus dibuat.
6. Menegaskan pengambilan lokasi foto dokumentasi: dimana, kapan, berapa kali
yang harus dilaksanakan oleh kontraktor.
Sebelum memulai kegiatan dilapangan dimulai tiga pihak pelaku pekerjaan
yaitu pengguna jasa, konsultan pengawas dan kontraktor mengadakan koordinasi
awal. Koordinasi kerja diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan serta
tercapainya hasil pekerjaan yang sebaik – baiknya. Untuk itu diperlukan kejelasan
mengenai tugas, wewenang dan tanggungjawab masing – masing pihak.
Dalam hal ini konsultan pengawas membantu PPK dalam pengawasan teknis,
memberikan nasehat dan saran penyelesaian masalah serta administrasi proyek.
Selanjutnya koordinasi yang erat selama periode pelaksaan konstruksi dilakukan
dengan mengadakan pertemuan berkala secara teratur.
Hal penting dalam koordinasi awal adalah mencakup semua persiapan yang
akan dilakukan oleh masing-masing pihak. Pekerjaan persiapan tersebut mencakup:
• Organisasi diri masing – masing pelaku pekerjaan (PPK, Konsultan pengawas,
dan kontraktor) telah ada dan dipahami dan disepakati jalur koordinasinya.
• Pembahasan mengenai spesifikasi teknis yang kurang jelas dan kurang
dimengerti
• Bentuk serta sejenis/macam pelaporan dan sistem serat batas waktu pelaporan
hendaknya telah dijelaskan dalam pertemuan awal
• Wewenang dan tanggung jawab serta segala sanksi yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan dibahas dengan jelas
• Menentukan waktu untuk kunjungan bersama ke lokasi menentukan batas awal
serta akhir pekerjaan serta survey lapangan dengan kondisi saat ini sebagai
bahan dalam diskusi lanjutan dan menentukan metode kerja selanjutnya.

3.2.2 Tahap Pengawasan


Demi tercapainya kualitas suatu persyaratan dan pelayanan gedung selama
umur rencana, maka masalah kualitas pekerjaan akan menjadi masalah yang sangat
penting untuk diperhatikan. Karena alasan tersebut diatas, maka pekerjaan konstruksi
menjadi hal yang sangat penting dan memerlukan suatu wadah dengan organisasi
yang memadai untuk memonitor segala aspek pekerjaan sedemikian rupa sehingga
pekerjaan fisik ini akan diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan spesifikasi
yang ada dan anggaran yang sudah ditetapkan.
Untuk memenuhi target diatas, kami telah menyiapkan program kerja dan
menyusun tim pengawasan teknik yang terdiri dari tenaga-tenaga ahli, tenaga-tenaga
asisten ahli dan tenaga-tenaga pendukung seperti yang dipaparkan pada Usulan
Teknik Dalam hal ini, kami ingin menekankan bahwa kami yakin layanan konsultansi
yang akan kami berikan akan dapat menjamin tercapainya hasil pekerjaan yang sesuai
dengan ketentuan ­ ketentuan di dalam Dokumen Kontrak yang dapat diandalkan
guna mendukung tingkat pelayananya dalam pekerjaan pengawasan ini, akan
mengutamakan hal-hal berikut ini :
• Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan
dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan;
• Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan, serta
mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi;
• Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas dan
laju pencapaian volume/realisasi fisik;
• Mengawasi penerapan K3 Konstruksi sesuai dokumen RKK Kontraktor;
• Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan
yang terjadi selama pekerjaan konstruksi;
• Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan
mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil rapat-
rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi
fisik yang dibuat oleh pelaksana konstruksi;
• Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yang diajukan oleh
pelaksana konstruksi;
• Memastikan agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi diselenggarakan secara
tertib administrasi sesuai ketentuan yang berlaku mulai dari izin kerja, approval
material dan pelaksanaan uji material/ test commissioning;
• Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (as built
drawings) sebelum serah terima pertama;
• Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima pertama, mengawasi
perbaikannya pada masa pemeliharaan;
• Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, berita acara
pemeliharaan pekerjaan dan serah terima pertama dan kedua/akhir pelaksanaan
kostruksi sebagai kelengkapan untuk pembayaran angsuran pekerjaan
konstruksi;
• Bersama-sama penyedia jasa perencanaan konstruksi menyusun petunjuk
pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung;
• Khusus bangunan baru, konsultan pengawas dan kontraktor bersama – sama
membuat dan menandatangani surat penjaminan atas kegagalan bangunan;
• Membuat surat rekomendasi laik fungsi bangunan dan membantu pengelola
kegiatan dalam menyusun dokumen pendaftaran bangunan gedung.
Berdasarkan pendekatan dan metodologi sebagaimana diuraikan diatas, Konsultan
berkeyakinan bahwa pekerjaan akan dapat berjalan lancar, tercapai hasil pekerjaan
yang memenuhi persyaratan teknis dan pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan.

3.2.2.1 Stacking Out


Sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi dimulai, Konsultan akan memeriksa
kebenaran semua patok Bench Mark Kontrol Vertikal dan Horisontal yang dibuat oleh
Kontraktor terhadap perencanaan. Tambahan patok Bench Marck jika diperlukan akan
dibuat dengan cara yang sama demi kepentingan kemudahan pelaksanaan konstruksi.
Konsultan juga akan memeriksa ketepatan semua stake out yang dialaksanakan oleh
Kontraktor. Setiap penyimpangan atau ketidak tepatan akan dicatat dan diselesaikan
bersama Kontraktor. Data yang ada kaitannya dengan pematokan dan pekerjaan
survey akan direkam kedalam buku survey lapangan yang seterusnya akan dikirim ke
Dinas setelah pekerjaan fisik selesai.

3.2.2.2 Rekayasa Lapangan (Field Engineering)


Rekayasa lapangan (field engineering) yaitu melakukan survey lapangan untuk
menginventarisasi semua data kondisi lapangan secara rinci, mencocokkan
(membandingkan) data kondisi lapangan tersebut terhadap gambar rencana asli
(desain), dan membuat gambaran/sketsa mengenai kebutuhan penanganan sesuai
dengan kondisi lapangan. Hasil dari rekayasa lapangan ini akan merupakan informasi
penting untuk mengidentifikasikan perlu/tidaknya dilakukan tinjau ulang (review)
desain.
Dalam pelaksanaan Rekayasa lapangan, survey lapangan akan dilaksanakan
oleh Kontraktor sedangkan Konsultan akan mengarahkan, mengawasi dan mengecek
akurasi survey lapangan yang dilaksanakan oleh Kontraktor tersebut. Kondisi lapangan
yang perlu diinventarisasi dalam survey lapangan ini paling tidak terkait dengan
pekerjaan tanah (lokasi yang memerlukan galian dan urugan), kondisi yang
memerlukan alokasi material dan atau pekerjaan (retaining wall, slope protection, dll.)
Dalam tahap ini Konsultan juga akan melakukan studi/pengkajian secara terinci
terhadap data - data dan informasi-informasi penting lainnya yang terkait dengan
tinjau ulang desain dan menyiapkan catatan-catatan tambahan atau yang sejenis yang
mungkin diperlukan dalam proses pengkajian secara terinci dan studi atas data yang
sudah ada. Hasil pengkajian atas data survey dan rekayasa lapangan, termasuk catatan-
catatan penting lainnya, akan dilaporkan kepada PPK.

3.2.2.3 Tinjau Ulang (Review) Desain


Hal – hal penting yang dapat menimbulkan perbedaan penafsiran akan dibahas
secara lebih seksama untuk mendapatkan kesamaan presepsi, supaya tidak
menimbulkan masalah dikemudian hari. Rapat ini akan menghasilkan suatu acuan
dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Survey lapangan digunakan untuk menginventarisasi semua data kondisi
lapangan secara rinci, mencocokkan (membandingkan) data kondisi lapangan tersebut
terhadap gambar rencana asli (desain), dan membuat gambaran/sketsa mengenai
kebutuhan penanganan sesuai dengan kondisi lapangan. Hasil dari rekayasa lapangan
ini akan merupakan informasi penting untuk mengindikasikan perlu/tidaknya
dilakukan tinjau ulang (review) desain.
Dalam tahap ini Konsultan juga akan melakukan studi/pengkajian secara
terinci terhadap data-data dan informasi informasi penting lainnya yang terkait
dengan tinjau ulang desain dan menyiapkan catatan-catatan tambahan atau yang
sejenis yang mungkin diperlukan dalam proses pengkajian secara terinci dan studi
atas data yang sudah ada. Hasil pengkajian atas data survey dan rekayasa lapangan,
termasuk catatan­catatan penting lainnya, akan dilaporkan kepada Kepala Satuan Kerja
Sementara Fisik.

3.2.2.4 Pengendalian Mutu


Selama proses pekerjaan fisik berlangsung, Konsultan melakukan pengecekan
terhadap mutu pekerjaan. Mutu pekerjaan harus sesuai dengan RKS dan Dokumen
Kontrak, selain itu metode kerja juga sangat diperhatikan karena mempengaruhi mutu
pekerjaan juga. Jika mutu pekerjaan dibawah standar yang telah ditentukan, Konsultan
akan menolak hasil pekerjaan dengan memberikan surat tertulis kepada Pengguna Jasa.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan gedung ini, hasil pekerjaan harus
memenuhi persyaratan mutu sebagaimana ditentukan di dalam Dokumen Kontrak
(yang dinyatakan dalam Spesifikasi dan Gambar/Desain). Ketentuan dan persyaratan
yang ditentukan di dalam Spesifikasi mencakup: persyaratan bahan mentah,
persyaratan bahan olahan, cara/metode pelaksanaan, dan persyaratan pekerjaan jadi.
Untuk dapat mewujudkan produk pekerjaan yang memenuhi persyaratan mutu
diperlukan sistem pengendalian mutu yang baik. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
pengawasan teknik ini Konsultan akan melakukan pengendalian mutu pada setiap
tahapan pelaksanaan pekerjaan yang mencakup :
 Pengendalian mutu material (bahan mentah),
 Pengendalian mutu pada proses pencampuran material
 Pengendalian mutu campuran material
 Pengendalian mutu pada proses pengiriman/pengangkutan campuran material
ke lapangan (lokasi pekerjaan)
 Pengendalian mutu pada proses pemasangan pekerjaan/penghamparan dan
pemadatan campuran material di lapangan
 Pengendalian mutu pekerjaan jadi/terpasang.

1. Pengujian Material
Konsultan akan memerintahkan kepada Kontraktor untuk menguji setiap jenis
material yang akan digunakan dalam pekerjaan untuk mengetahui kelayakannya
terhadap parsyaratan Spesifikasi. Jenis, jumlah dan frekuensi pengujian harus sesuai
dengan yang disebutkan dalam Spesifikasi. Setiap jenis material yang tidak memenuhi
persyaratan Spesifikasi tidak akan diterima untuk digunakan dalam pekerjaan, dan
untuk itu Konsultan akan menginstruksikan secara tertulis kepada Kontraktor untuk
mengganti material tersebut hingga memenuhi persyaratan Spesifikasi. Apabila hasil
pengujian menunjukkan bahwa material memenuhi persyaratan Spesifikasi, maka
Konsultan akan menyetujui/merekomendasikan bahwa material tersebut dapat
digunakan dalam pekerjaan.

Semua material yang telah disetujui oleh Konsultan dapat disimpan (di stock
file) dengan cara yang benar sehingga tidak menimbulkan kerusakan, segregasi,
terkontaminasi oleh material lain atau kotoran (untuk agregat), korosi (baja tulangan).
Namun demikian, untuk bahan - bahan yang telah disimpan dan telah disetujui
sebelum penyimpanannya, apabila sewaktu – waktu dibutuhkan ternyata material
tersebut dalam kondisi yang diragukan kualitasnya, maka Konsultan akan
memerintahkan kepada Kontraktor untuk melakukan pengujian sebagaiman
ketentuan di dalam spesifikasi.

Seluruh proses pengujian material akan selalu diawasi dan dicatat oleh Teknisi
Laboratorium dari Konsultan, mulai dari cara pengambilan contoh, pemberian label,
penyimpanan contoh, penyiapan benda uji, penyiapan peralatan (termasuk kalibrasi
alat), proses pengujian, pengolahan data hasil penguian, dll. yang harus sesuai dengan
prosedur standard yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Pengujian material akan
dilakukan dengan mengacu pada Spesifikasi maupun standar AASHTO/ASTM atau
standar internasional lainnya yang relevan.

Bahan material dilapangan harus sesuai dengan spesifikasi umum dan teknik
pengerjaan yang sudah ditetapkan pada kontrak pekerjaan. Memenuhi spesifikasi dan
standar yang berlaku, Memenuhi ukuran, pembuatan, jenis dan mutu yang disyaratkan
dalam Gambar dan Seksi lain dari Spesifikasi ini, atau sebagaimana secara khusus
disetujui tertulis oleh Direksi Pekerjaan, dan semua produk harus baru. Apabila perlu,
di lakukan di laboratorium yang independen, untuk menguji dan menyaksikan
kebenaran pernyataan. Untuk material konstruksi yang merupakan produk fabrikasi,
umumnya perlu diberikan pembanding/alternatif material yang sesuai dengan
spesifikasi. Dalam proses pemberian persetujuan, konsultan pengawas dan pemborong
pekerjaan akan mengunjungi lokasi fabrikasi apabila dirasa perlu (terutama material
yang dianggap khusus atau dianggap ketersediaan material tersebut menganggu
kelancaran pelaksaan pekerjaan konstruksi). Tempat penyimpanan di lapangan harus
bebas dari tanaman dan sampah, bebas dari genangan air dan permukaannya harus
lebih tinggi dari sekitarnya. Bahan yang langsung ditempatkan diatas tanah tidak boleh
digunakan untuk Pekerjaan, kecuali jika permukaan tanah tersebut telah disiapkan
sebelumnya dan diberi lapis permukaan yang terbuat dari pasir atau kerikil setebal 10
cm.
Kontraktor Rekomendasi Konsultan :

Mengevaluasi kesesuaian terhadap Spesifikasi


Permohonan (uji tes laboratorium, kunjungan ke supplier jika
review & diperlukan)
persetujuan
material 1. Disetujui;
2. Tidak disetujui.
Konsultan
Pengawas
Pemilik Pekerjaan :

Memberikan persetujuan berdasarkan


rekomendasi Konsultan

Pengawasan terhadap Kualitas Kontraktor


Material dilakukan secara rutin
Jika ‘disetujui’ mulai pelaksanaan pekerjaan
berkala dan harus memperoleh
persetujuan Konsultan Jika ‘tidak disetujui’ mencari alternatif material
lain yang sesuai dengan Spesifikasi

Gambar 3.6 Prosedur Penggunaan Material Konstruksi


(Pengelola Data, 2024)

Konsultan Pengawas seijin Pemberi Tugas akan memerintahkan Pemborong


untuk mengajukan usulan (Request for Approval, RFA) penggunaan material untuk
konstruksi permanen untuk mendapatkan persetujuan. Konsultan Pengawas akan
melakukan evaluasi teknis terhadap usulan Pemborong dan memberikan rekomendasi
baik penerimaan maupun penolakan pada Pemberi Tugas terhadap usulan Pemborong
tersebut.
Hal ini diperlukan untuk menghindari perbedaan persepsi tentang material yang
akan digunakan oleh Pemborong dengan mengacu pada dokumen kontrak secara
keseluruhan. Konsultan Pengawas akan melakukan evaluasi secepatnya guna
mempertahankan waktu pelaksanaan.
Untuk material tertentu yang dianggap perlu, Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas dapat meminta Pemborong untuk melakukan kunjungan ke pabrik
(Manufacture Inspection) maupun kunjungan ke sumber material (Query Inspection).
Selama melakukan kunjungan ini jika diperlukan, Pemborong diwajibkan untuk
melakukan sampling material dan pengujian yang disaksikan oleh Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas.
Khusus untuk material beton, Pemborong diminta mengajukan hasil uji
propertis material sebagai bahan dasar evaluasi Konsultan Pengawas sebelum
melakukan pengujian propertis material yang disaksikan oleh Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas akan melakukan evaluasi terhadap
rancangan campuran (mix design) Usulan Pemborong, melakukan trial mix, pengujian
hasil trial dan melakukan evaluasi terhadap mix design hingga tercapainya rancangan
campuran yang memenuhi spesifikasi teknis sebelum pekerjaan permanen mulai
dilaksanakan Perbandingan kekuatan tarik beton dan kuat tekan beton pada berbagai
benda uji :
1. Kuat Tarik Beton
Kekuatan tarik material batuan biasanya didefinisikan sebagai tegangan tarik
maksimum yang dapat dialami oleh suatu material dalah hal ini batuan atau beton.
Material batuan biasanya memiliki kekuatan tarik rendah, yang dapat ditentukan
dengan metode langsung dan tidak langsung. Uji brazilian adalah salah satu pengujian
kekuatan tarik secara tidak langsung (Tensile Strength Test), yang paling populer
dilakukan untuk mengetahui kuat tarik batuan, pengujian ini lebih sering digunakan,
karena lebih mudah dan sederhana dibanding dengan uji kuat tarik batuan secara
langsung yang prosesnya rumit dalam hal sample preparation-nya.

Gambar 3.7 Metode Kuat Tarik


(Pengelola Data, 2024)

Secara kronologis, pencipta metode uji kuat tarik tidak langsung ini adalah
Carneiro (1943), yang memperkenalkan metode uji untuk mendapatkan nilai kekuatan
tarik beton dan menciptakan rumus untuk menghitung kekuatan tarik sampel dalam
bentuk silinder yang dibebani konstant secara perlahan hingga sampel batuan
menunjukkan bidang keruntuhan.

Dimana P (kN) adalah beban tekan maksimal sampai sampel pecah, D (mm) adalah
diameter silinder dan t (mm) adalah panjang/tebal/thickness benda uji. Hasil uji kuat
tarik brazilian adalah dalam (MPa). Rasio panjang / diameter harus 0,5 hingga 0,6 atau
(L= 2D). Beban terus ditingkatkan pada tingkat yang konstan sampai kegagalan sampel
terjadi dalam beberapa menit. Tingkat pemuatan tergantung pada bahan dan dapat
dari 10 hingga 50 kN / menit.

2. Kuat Tekan Beton


Tabel 3.1 Perbandingan Kuat Tekan Beton

Benda Uji Perbandingan Kekuatan Tekan

Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00

Kubus 20 x 20 x 20 cm 0.95

Silinder 15 x 30 cm 0,83

Sumber : Pengelola Data, 2024

Gambar 3.8 Bentuk benda Uji


(Pengelola Data, 2024)

Apabila tidak ditentukan maka mutu beton dapat diperiksa dengan cara
perbandingan kekuatan tekan pada berbagai umur terhadap beton yang berumur 28
hari, seperti pada table dibawah ini:
Tabel 3.2 Perbandingan Kuat Tekan Beton

Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365

Semen Portland biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35

Semen dengan
kekuatan awal yang 0.55 0.75 0.90 0.95 1.00 1.15 1.20
tinggi
Sumber : Pengelola Data, 2024

Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat, apabila


dipenuhi syarat-syarat berikut:
a) Tidak boleh lebih dari 1 nilai di antara 20 nilai antara 20 nilai hasil pemeriksaan
benda uji berturut-turut terjadi kurang dari σ'bk.
b) Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-
turut terjadi kurang dari ((σ 'bk + 0.82 sr). Selisih antara nilai tertinggi dan
terendah di antara 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut tidak boleh lebih
besar dari 4,3 sr.
c) Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut harus memenuhi
kekuatan tekan beton karakteristik
N
s− ∑ (σ ' b − σ ' bm)
1
2

N −1

Dimana
S = deviasi standar (kg/cm2)
σ'b = kekuatan tekan beton yang didapat dari masing - masing benda
uji (kg/cm2)
σ'bm = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)

Menurut rumus :
N

∑σ 'b
σ ' bm = 1
N
N = Jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan, jading jumlah seluruh benda
uji yang diperiksa, yang harus diambil minimal 20 buah.

Berbagai mutu pelaksanaan pada berbagai bagian isi pekerjaan dicantumkan


dalam table dibawah ini :
Tabel 3.3 Mutu Pelaksanaan

Isi Pekerjaan Deviasi Standart (Kg/cm²)

Sebutan Jumlah Beton Baik Sekali Baik Dapat di


per (m³) Terima

Kecil < 1000 45<S≤55 55<S≤65 65<S≤85

Sedang 1000-3000 35<S≤45 45<S≤55 55<S≤75

Besar > 3000 25<S≤35 35<S≤45 45<S≤65

Sumber : Pengelola Data, 2024

Dengan menganggap nilai-nilai dari hasil pemeriksaan benda uji menyebar


normal (mengikuti, lengkung dari Gauss), maka kekuatan tekan beton karakteristik
(σ'bK, dengan 5% kemungkinan adanya kekuatan yang tidak memenuhi syarat seperti
ditentukan sebagai berikut:

σ'bK, = σ'bm – 1,64. S


Dimana
s = deviasi standar yang ditetapkan.

3. Pengujian Slump Test


Untuk mencegah penggunaan adukan beton yang terlalu kental atau terlalu
encer pemborong dianjurkan untuk menggunakan pedoman nilai-nilai slump test yang
sudah ditentukan seperti dibawah ini:
Tabel 3.4 Pedoman Nilai – Nilai Slump

SLUMP (cm)
URAIAN
Maksimum Minimum

Dinding, plat pondasi dan pondasi


12.5 5.0
telapak bertulang
SLUMP (cm)
URAIAN
Maksimum Minimum

Pondasi telapak bertulang, kaison dan


9.0 2.5
konstruksi di bawah tanah.
Plat, balok, kolom dan dinding 15.0 7.5
Pengerasan jalan 7.5 5.0
Pembetonan masal 7.5 2.5
Sumber : Pengelola Data, 2024

4. Tegangan Beton
Untuk pelaksanaan penggunaan bahan besi beton konsultan Pengawasan akan
memintah kepada pemborong untuk melaksanakan pengujian bahan tersebut sesuai
dengan kontrak dan hasil pengujian akan di perinci dengan tegangan-tegangan beton
yang diijinkan, seperti dalam table sebagai berikut:
Tabel 3.5 Tegangan – Tegangan Beton Yang di Ijikan

Tegangan leleh karakteristik (σau) atau


MUTU SEBUTAN tegangan karakteristik yang memberikan
regangan tetap 0.2 % (σ 0.2) (kg/cm2)P P

U – 22 Baja lunak 2.200


U – 24 Baja lunak 2-400
U – 32 Baja sedang 3.200
U -30 Baja Keras 3.900
U – 48 Baja Keras 4.800
Sumber : Pengelola Data, 2024

Untuk penggunaan material atap baja bahan yang didatangkan harus langsung
di cat anti karat (sinkromate) agar tidak terjadi korosi, apabila dilakukan pengelasan
maka tali lasnya harus dibersihkan dan langsung di cat dengan sinkromate, hal ini
untuk menanggulangi terjadinya korosi sehingga berpengaruh pada umur baja.
• Peralatan Yang digunakan
Ketepatan dan kondisi jenis peralatan yang digunakan pada saat pemeriksaan
dilaboratorium maupun yang dilakukan dilapangan.
1. Alat Uji
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beton memiliki kuat tekan beton yang
tinggi namun kuat Tarik lemah. Untuk kuat tekan, di Indonesia sering
digunakan satuan kg/cm2 dengan symbol K untuk benda uji kubus dan fc
untuk benda uji silinder. Alat uji beton terdiri dari:
- Hammer Test, adalah alat pemeriksa mutu beton tanpa merusak beton.

Gambar 3.9 Hammer Test

- Compression Machine, adalah alat pengujian untuk mengetahui


kekuatan bahan yang dipakai.

Gambar 3.10 Compression Machine

- Hydrolic concrete beam testing machine, adalah untuk menentukan


kekuatan lentur balok beton dengan menggunakan balok sederhana
dengan pemuatan titik ketiga.
Gambar 3.11 Hydrolic Concrete Beam Testing Machine

- Vibrating table, adalah alat untuk memadatkan agregat dalam wadah


baja

Gambar 3.12 Vibrating Table

- Slump test set, adalah metode yang digunakan untuk menentukan


konsisten atau kekakuan.

Gambar 3.13 Slump Test


- Vertical cylinder capping, adalah peralatan untuk membentuk tutup
pada ujung silinder beton diameter 15 cm untuk memberikan
permukaan loading yang seragam untuk benda uji tekan.

Gambar 3.14 Vertical Cylinder Capping

5. Uji Kekerasan Dan Mutu Pada Besi Dan Baja


Pembangunan fisik yang semakin meningkat memacu kita untuk dapat
menjawab segala tantangan yang akan timbul pada masa sekarang maupun masa yang
akan datang. Salah satunya adalah pada bidang forensik struktur. Pada forensik
struktur, sering sekali dijumpai kecacatan ataupun kegagalan pada material benda uji.
Kecacatan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu sumber
daya manusia, sarana dan prasarana yang kurang mendukung, ataupun material yang
tidak sesuai dengan desain. Selain beton, material yang sering digunakan sebagai
bahan konstruksi saat ini adalah logam (baja dan besi). Secara umum, proses pengujian
pada bahan logam dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok metode pengujian,
yaitu:
a. Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang dapat menimbulkan
kerusakan logam yang diuji.
b. Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian logam yang tidak dapat
menimbulkan kerusakan logam atau benda yang diuji.
c. Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang komposisi kimianya,
unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, dan bentuk strukturnya.
Pada beberapa kondisi, Destructive Test tidaklah efektif karena mengharuskan
adanya kerusakan pada material pengujian. Apalagi jika material yang akan diuji
adalah bagian struktur yang sudah ada atau kondisi eksisting. Sehingga NDT (Non
Destructive Test) merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan.
Tuntutan akan praktisitas mengenai sifat dan kekuatan baja pun ikut meningkat
dengan berkembangnya teknologi. Sehingga dalam hal ini, dilakukan penelitian uji
coba terhadap baja dengan menggunakan 3 (tiga) alat yaitu :
a) Uji Tarik (Tensile Test) dengan Universal Testing Machine (UTM)

Gambar 3.15 Universal Testing Machine (UTM)


b) Electric Brinell Hardness Tester

Gambar 3.16 Electric Brinell Hardness Tester

c) Uji hardness dengan menggunakan Equotip Portable Rockwell


Hardness, dimana Equotip Portable Rockwell Hardness merupakan alat Non
Destructive Test.

Gambar 3.17 Equotip Portable Rockwell Hardness


Pada Gambar 3.18 dan Gambar 3.19 pengujian materal baja hanya dapat
dilakukan di laboratorium sehingga harus dilakukan pengambilan sampel benda uji
atau destructive test. Untuk pengujian dengan menggunakan Equoti Hardness dapat
dilakukan langsung pada struktur atau elemen baja di lapangan atau kondisi eksisting.
Sebagai contoh, terdapat konstruksi baja atau gudang yang sudah dibangun namun
diperlukan analisis eksisting bangunan baik mutu maupun kapasitas bangunan
tersebut.

Gambar 3.18 Destructive Test

Dengan menggunakan Equotip Hardness, nilai mutu dan kekerasan baja dapat
diketahui tanpa melakukan perusakan atau pengambilan sampel untuk dibawa ke
laboratorium, sehingga kapasitas struktur eksisting dapat dihitung. Berikut contoh
hasil pengujian dengan menggunakan Equotip Hardness yang dapat langsung dibaca:
Gambar 3.19 Contoh Hasil Pengujia Equotip Hardness

Dari contoh di atas terlihat hasil pengujian kekerasan leeb dengan jenis material
baja, jumlah pantulan 9, dari arah tumbukan otomatis, hal tersebut dapat disimpulkan
nilai tensile strength = 480 MPa.
Disamping itu sebuah gedung memerlukan suatu kelengkapan fasilitas
bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan,
kesehatan, keselamatan, kemudian komunikasi dan mobilitas dalam bangunan.
Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas
utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti
perancangan arsitektur, perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan
lainnya. Berikut merupakan Utilitas Bangunan sebuah gedung :
Air bersih
Seperti bangunan pada umumnya, bangunan gedung bertingkat yang bersifat
vertikal secara struktur maupun jenis bangunan bentang lebar tentunya memerlukan
sistem transportasi berupa supplai air bersih yang direncanakan dengan baik sejak
awal sehingga dapat mencukupi kebutuhan air di setiap lantainya, sistem supply air
pada bangunan tinggi dimulai dari pengambilan air dari sumur maupun dari
PDAM/meteran dan dilanjutkan dengan pembuatan penampung air atau biasa
disebut dengan Ground Water Tank (GWT) jika diletakkan pada dasar
bangunan (Underground) atau tangki yang diletakkan di atas bangunan yaitu berupa
penampungan yang berupa bak besar dengan ukuran volume yang disesuaikan dengan
kebutuhan air pada gedung. Agar dapat tercapai supply air bersih maka
diinginkannya:
a. Kebutuhan (sekarang dan proyeksi mendatang).
b. Sumber air, jaringan dan kapasitasnya.
c. Air hujan dan air bu buangan termasuk instalasi pengolahannya
Plumbing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk
menyediakan air bersih, baik dalam hal kualitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat
dan pembuangan air bekas atau kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari
bagian penting lainya untuk mencapai kondisi higenis dan kenyamanan yang
diinginkan. Plumbing mempunyai fungsi dan tujuan, adapun fungsi dan tujuanya
sebagai berikut : "Menciptakan suatu bangunan yang memenuhi kesehatan dan sanitasi
yang baik dengan suatu sistem pemipaan yang dapat mengalirkan air bersih ketempat
tempat yang dituju dan membuang air kotor ke saluran pembuang tanpa mencemari
bagian penting lainnya dengan tidak melupakan kenyamanan dan keindahan. Ada 3
sistem/saluran yang dikenal sebagai sistem plumbing:
1. sistem/ saluran air bersih
- Saluran Penampungan Air
- Saluran Pemadam Kebakaran
2. sistem/ saluran air kotor
- Saluran pembuang air hujan
- Saluran Kotor WC ke Septictank
3. sistem/ saluran udara atau gas

Bahan yang umum digunakan adalah dari besi/baja dengan lapisan galvanis,
plastik, pvc, porselin dan dari beton betulang. Bahan harus memenuhi syarat tidak
menyerap air, mudah dibersihkan, tidak berkarat atau mudah aus. Untuk instalasi air
bersih maupun air kotor dalam bangunan kecuali instalasi air panas biasa digunakan
pipa PVC, pipa ini dapat dibagi (bila tidak ada spesifikasi khusus):
• Berdasarkan typenya (ketebalan):
1. Type AW
Untuk pipa dengan kawalitas yang paling baik (tebal). Biasanya digunakan
untuk saluran air bersih / air minum yang mempunyai kekuatan tekan yang
cukup tinggi.
2. Type D
Untuk pipa kwalitas sedang dengan tebal medium.Biasanya digunakan
untuk saluran pembuang, seperti saluran air hujan, saluran pem-buangan
bekas cuci / mandi, saluran septictank, dsb.
3. Type C
Untuk pipa dengan kwalitas paling rendah (tipis). Digunakan untuk sparing-
sparing listrik yang tertanam dalam dinding
a. Untuk saluran air bersih digunakan ukuran 1/2", 3/4", 1", 1,5".
b. Untuk saluran pembuang digunakan ukuran 1", 1,5" 2", 3", 4", 5".
Merek-merek yang di pasaran contohnya: Wavin, Rucika, Maspion, Pralon,
Impralon, Dexlon.
• Metode pelaksanaan
1) Instalasi Air bersih :
a. Hal yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah denah Plumbing serta
Diagram Isometri dimana dapat diketahui jalur-jalur instalasi pipa itu
diletakkan.
b. Pemasangan pipa dilaksanakan setelah pasangan bata dan sebelum
pekerjaanplesteran dan acian, fungsi untuk menghindari bobokan yang
menyebabkan keretakan dinding. (Untuk instalasi dalam bangunan).
c. Untuk pemasangan di luar bangunan seperti pipa saluran air hujan
dikerjakan setelah pekerjaan plesteran diselesaikan.
d. Pipa yang melewati plat dak atau balok atau kolom beton harus
dipasang sparing atau pemipaan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan
pengecoran.
e. Pipa yang posisi/letaknya sudah betul segera ditutup dengan
plug/dop yang tidak mudah lepas (menghindari kotoran/adukan
masuk sehingga terjadi penyumbatan).
f. Hindari belokan pipa/ knik pipa dengan pembakaran.
g. Posisi pipa pada kamar mandi harus disesuaikan dengan saniter
h. Rencana instalasi air bersih diletakkan pada perempatan nat keramik /
as keramik, simetris dengan luas keramik.
i. Setelah instalasi terpasang segera diadakan test tekanan pipa :
- Untuk pipa Gip maximum 10 Bar
- Untuk pipa PVC maximum 6 Bar
2) Instalasi air Kotor
a. Hal yang perlu diketahui: Denah instalasi dan diagram isometris pipa
air kotor serta jalur pembuangan.
b. Hindari /jangan terlalu banyak percabangan.
c. Sambungan harus betul-betul rapat.
d. Untuk air bekas (mandi/cuci) harus dibuat Manhole untuk kontrol
pembersihan (bak kntrol) pada tempat-tempat tertentu.
e. Untuk lubang saluran pembuang harus diberi saringan.
f. Sparing harus melebihi rencana peil lantai beton & tebal beton. (diatas
plat = 25 cm, dibawah plat = 15 cm), bagian atas supaya ditekuk atau
digepengkan / ditutup dengan cara dipanaskan.
g. Posisi sparing harus sesuai dengan type saniter (jika saniter telah
ditentukan).
h. Jika saniter belum ditentukan, dipakai sistem Block Out.
i. Sparing Clean out harus dipasang bersamaan dengan sparing closet
(bila ada), di mana letak sparing clean out berada di samping atau
dekat dengan sparing closet, fungsinya adalah untuk pembersihan
apabila closet terjadi penyumbatan.
j. Fan out dipasang bila dalam instalasi saluran kotor banyak
percabangan dengan saluran pembuangannya lewat shaft. Fungsinya
untuk mengurangi tekanan udara pada pipa pada saat closet di
gelontor dengan air.
k. Floor drain supaya diletakkan jauh dari pintu dan dekat dengan
kurasan bak.
3) Saluran Air Hujan.
a. Pipa diletakkan persis dibawah lobang talang yang telah diberi torong
talang.
b. Pipa saluran air hujan dapat dipasang menempel di dinding luar
dengan mengguna klem atau dapat ditanam di dinding bila berukuran
< 2 ".
c. Bila saluran pembuang air hujan berupa saluran tertutup harus dibuat
bak kontrol pada pertemuan pipa air hujan dengan saluran pembuang.
d. Bila terdapat sambungan, arah shock harus sebelah atas, dan
penyambungannya harus benar-benar kuat.
4) Saluran Pipa Wc ke Septictank
a. Pipa saluran dari closet menuju ke septictank harus diperhatikan
kemiringannya, karena kemiringan pipa dapat memperlancar
penyaluran kotoran apabila digelontor dengan air, kemiringan minimal
2 %.
b. Pipa sebaiknya dipergunakan kwalitas yang baik atau minimal type D.
c. Jangan ada percabangan untuk pipa yang ditanam di tanah (bangunan
1 lantai), karena bila ada penyumbatan susah untuk perbaikannya.
Untuk bangunan bertingkat (ada shaft) harus dibuat clean out dan fan
out.

A. Tes Tekan Instalasi Pipa Air Bersih


Jika membut beton, untuk mengetahui mutunya dibuatlah benda uji berbentuk
kubus atau silinder beton yang kemudian dibawa ke laboratorium untuk di tes
tekan. Dari hasil tes tekan ini kemudian disimpulkan, apakah mutu yang
diinginkan tercapai atau tidak dan langkah selanjutnya yg ditempuh.
B. Tes Instalasi Pipa Air Bersih di Dalam Ruangan
Tes untuk instalasi pipa juga harus dilakukan karena jika kebocoran baru
diketahui setelah bangunan jadi, akan menyusahkan untuk perbaikannya.
Hampir sama dengan tes beton, tes instalasi pipa saluran air bersih dilakukan
dengan memberi tekanan air pada pipa sebesar yang diinginkan, misalnya 10
bar. Semua pipa yang nantinya sebagai outlet ditutup terlebih dahulu kecuali 1
pipa sebagai tempat memasukkan air. Setelah pipa yang akan di tes terisi air,
kemudian disambungkan dengan alat berupa pompa yang juga tersambung
dengan alat pengukur tekanannya. Air dipompakan sedikit demi sedikit sampai
tekanan yang diinginkan, kemudian dikunci pada tekanan tersebut. Berselang
sehari, tekanan yang tertera pada alat ukur dibaca. Apabila tekanan berkurang,
berarti ada kebocoran. Jadi tinggal dicari dimanakah bocornya untuk kemudian
diperbaiki.
C. Menguji Kebocoran Pipa
Setelah pemasanganan instalasi pipa distribusi, demi memantapkan setidaknya
kita harus megecek apakah ada kebocoran pada pipa tersebut atau tidak,
biasanya kontraktor kerap kali mengeluh dengan pengecekan yang harus ia
lalukan jika pemasangan pipa berada pada daerah terpencil karena keterbatasan
alat. Mudah saja jika kita membutuhkan alatnya, bisa dibuat sendiri (bagi
kontraktor yang terdapat unit alat pengetes kebocoran pipa tentu ada nilai plus
tersendiri). Berikut alat yang diperlukan:
1. Tangki sesuai kebutuhan kita, 2 m3 juga sudah cukup, sehingga fleksible
dapat dibawa kemana-mana menggunakan mobil pick-up.
2. Kompressor ukuran kecil, ini biasa dipakai oleh jasa perawatan AC
3. Pengukur tekanan, dapat diperoleh dengan mudah di toko alat ukur,
setidaknya yang 10 bar (kg/cm2) itu mencukupi.
4. Kunci pas, ember, Kunci inggris, dan juga penghitung waktu.
Anda harus melakukan dua hal pada pengujian ini yakni uji tekanan, serta uji
kebocoran itu sendiri, kedua hal tersebut dapat dilakukan secara bersamaan
ataupun terpisah. Sebelum melakukan test juga ada syarat yang wajib dipenuhi
yaitu:
1. Pastikan seluruh katub (valve), sambungan (joint) telah terpasang pada
trhust blok yang sudah sudah lebih dari 7 hari.
2. Pastikan Katub (valve), sumbat, dalam kondisi tertutup.
3. Lakukanlah pengujian dengan panjang maksimal 500 meter, jadi tidak secara
keseluruhan, lakukanlah perbagian.
4. Bilas terlebih dahulu pipa yang akan diuji dengan air bersih, dan setelah itu
isilah dengan air secara perlahan supaya tidak terdapat udara didalamnya.
5. Pengetesan akan terasa lebih mudah jika pipa tidak diurug terlebih dahulu,
karena kita akan dapat melihat dimana sumber kebocoran pipa tersebut.
D. Prinsip Pengujian
Prinsip dari pengujian ini adalah :
1. Menguji tekanan : tekanan yang dapat diterima oleh jaringan pipa sebesar
1.5 kali besarnya tekanan kerja, atau lebih besar lagi, namun disarankan
untuk tidak melebihi tekanan yang diijinkan untuk katub/ kitz valve, dan
dilakukan dengan waktu minimal 2 jam.
2. Uji Kebocoran : seharusnya pipa yang lolos dalam pengujian ini adalah yang
tidak mengalami kebocoran sama sekali, tetapi atas pertimbangan pipa baru,
air mengisi sela-sela asesoris, dls, maka ditetapkan kriteria kebocoran yaitu :
banyaknya air yang ditambahkan ke dalam jaringan perpipaan selama
dilakukan test (biasanya dalam satu jam).
E. Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Tes Rendam Pipa Pvc
1) Tes Rendam
Tujuan “Tes Rendam” adalah untuk mengetahui adanya kebocoran dalam
pipa PVC sebelum pelaksanaan pekerjaan dilakukan. Pengujian ini
dilaksanakan sesuai dengan ASME B31.1 Chapter VI.
2) Pekerjaan Persiapan
• Pengujian dilaksanakan pada pipa PVC bagian dari instalasi atau seluruh
rangkain pipa PVC sebelum pekerjaan dilaksanakan.
• Sambungan-sambungan pipa PVC harus dalam keadaan ter “exposed”,
diisolasi sampai pekerjaan pengujian (test) selesai dikerjakan.
• Peralatan test seperti selang air dan peralatan lainnya yang dibutuhkan
perlu dipersiapkan.
• Setiap ujung dari rangkaian pipa yang akan ditest harus ditutup dan
semua peralatan yang tidak ada kaitannya dengan proses pengujian harus
diisolir.
3) Inspeksi Visual
Sebelum pengetesan instalasi pipa PVC dimulai perlu diadakan inspeksi
secara visual yang dihadiri oleh pemberi kerja, engineer atau konsultan dan
kontraktor, untuk memeriksa bahwa instalasi pipa tidak ada yang rusak dan
semua sambungan kuat.
4) Pelaksanaan Tes Rendam
• Media cairan yang digunakan untuk pengetesan adalah air.
• Setelah proses pengetesan berlangsung selama 10 menit, dilaksanakan
pemeriksaan terhadap semua sambungan yang dihadiri oleh wakil dari
pemberi tugas, engineer atau konsultan dan kontraktor. Apabila tidak ada
kerusakan dan kebocoran, maka pengetesan dapat diakhiri.
F. Completion
Setelah pengetesan terhadap rangkaian instalasi pipa selesai, maka air didalam
system instalasi pipa dikeluarkan dan dikeringkan (di drain).
G. Safety – Security
• Selama pengetesan dilaksanakan pada sistem yang harus diperhatikan
terhadap safety pelaksanaan pekerjaan.
• Operator dan orang-orang yang terlibat dalam pengujian harus memiliki
pengalaman yang cukup dalam pekerjaan pipa dan telah biasa dalam
pengetesan tersebut
• Selama pengetesan berlangsung, daerah yang sedang dilakukan pengetesan
akan ditutup dan hanya orang-orang yang memiliki otoritas atau yang
bertugas yang diijinkan masuk ke daerah tersebut

Tata Udara/AC (bila dipersyaratkan)


Sistem tata udara atau yang sering disebut dengan HVAC (Heating, Ventilation
and Air Conditioning) atau AHU (Air Handling Unit) adalah suatu sistem
pengkondisian yang dibuat untuk mengatur kualitas udara dalam suatu ruang tertentu.
Kualitas udara dikondisikan berdasarkan suhu, tekanan, kelembaban, kebersihan, dan
jalur distribusi. Oleh karena itu, kontraktor ME dalam merencanakan desain sistem tata
udara, harus memperhatikan beberapa hal, seperti : volume ruangan, jumlah orang,
peralatan yang ada di dalam ruangan, jenis aktivitas, fungsi ruangan, jumlah intensitas
cahaya matahari, jumlah partikel dalam udara, dan suhu ruangan yang diinginkan.
Setelah menentukan target dari masing-masing indikator tersebut, barulah kita
menentukan desain sistem tata udara dengan jenis mesin dan jalur saluran pendingin
yang dibutuhkan.
Gambar 3.20 HVAC
Banyak orang tidak memahami pentingnya perencanaan sistem tata udara atau
HVAC ini. Padahal dalam prakteknya, kontraktor ME membuat perencanaan HVAC
yang tepat untuk menghasilkan kualitas udara yang baik dalam suatu ruangan,
terutama di industri farmasi dan kesehatan. Beberapa jenis ruangan yang biasanya
memerlukan perencanaan HVAC adalah laboratorium, rumah sakit, ruang produksi
pabrik, gudang, hingga gedung perkantoran. Kualitas udara yang baik dapat
mempengaruhi produktifitas kerja karyawan, menjaga hasil tes laboratorium atau hasil
produksi pabrik (terutama obat), dan melindungi peralatan kerja. Melihat pentingnya
perencanaan HVAC yang tepat, mari kita perhatikan beberapa tips kontraktor
ME berikut dalam menentukan desain HVAC. Dalam perencanaan HVAC, pada
dasarnya ada 3 tahap proses yang diperhatikan, yaitu:
1. Heating (pemanasan)
2. Ventilation (ventilasi)
3. Air conditioning (pendinginan).
Pemanas adalah peralatan yang digunakan untuk menghasilkan panas. Peralatan yang
digunakan dalam proses pemanasan antara lain boiler, tungku, dan pompa kalor.
Sedangkan ventilasi adalah proses penggantian udara dalam suatu ruang yang
bertujuan mengontrol kualitas udara (suhu, kelembaban, panas, debu, dan faktor lain)
dan menjaga jumlah oksigen. Peralatan yang digunakan adalah AHU dengan jaringan
distribusi udara. Untuk proses pendinginan, digunakan AC dan refrigerasi untuk
menghilangkan panas. AC sendiri ada banyak jenis yang bisa disesuaikan dengan
kebutuhan Anda.
Penanggulangan bahaya kebakaran (bila dipersyaratkan)
Sistem pendeteksi kebakaran adalah sistem yang menyangkut mengenai
carakerja alat-alat yang digunakan untuk menganalisa atau mengenali terjadinya
kebakaran sejak awal proses timbulnya api atau asap. Sistem ini berfungsi untuk
mengantisipasimeluasnya proses kebakaran pada suatu bangunan (gedung) dan untuk
memberikan peringatan bagi penghuni gedung agar dapat segera dievakuasi atau
menyelamatkan diri. Sistem deteksi kebakaran umumnya diwajibkan pemasangannya
pada bangunan dengan skala dan dimensi besar serta difungsikan sebagai ruang
publik. Hal ini karena pada bangunan yang difungsikan sebagai ruang publik akan
terdapat banyak penghunididalamnya sehingga memerlukan perhatian lebih dari segi
tingkat keamanan termasuk mengenai sistem pemadam kebakaran. Berikut merupakan
sistem pendeteksi kebakaran terdiri dari beberapa komponen diantaranya :
a. Detector (jenis, type).
b. Fire alarm (jenis).
c. Peralatan pemadam kebakaran (jenis, kemampuan).

Pengaman dari bahaya pencurian dan perusakan (bila dipersyaratkan)


a. Alarm ( jenis, type ).
b. Sistim yang dipilih.
Jaringan Listrik
Megger adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur besaran tahanan
isolasi dalam peralatan listrik. Megger bisa digunakan juga untuk menentukan atau
memastikan atau memperbaiki peralan listrik tenaga seperti : transformator, generator,
motor listrik serta mengukur tahanan isolasi jaringan SUTM.

Gambar 3.21 Megger


Megger digunakan dalam memeriksa kemungkinan apakah peralatan listrik
tersebut terjadi gangguan seperti gangguan hubungan singkat antar phasa, hubungan
singkat phasa dengan body ataupun antar phasa. Sehingga dengan demikian bisa
dipastikan bahwa keberadan megger dalam pengerjaan listik sangat penting. Hal hal
yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah memakai megger antara lain:
1. Skala ukur yang dipakai harus lebih besar daripada alat yang diukur. Misalnya
jika akan mengukur tahanan isolasi motor 380volt maka gunakanlah skala ukur
megger yang lebih besar seperti 500 volt.
2. Sebelum mengukur pastikan bahwa peralatan yang di ukur dalam keadaan stop
dan tidak ada arus listrik yang mengalir.
3. Setelah mengukur, pastikan untuk grounding kembali peralatan yang di ukur,
karena teknik pengukuran megger adalah dengan menggunakan tegangan
listrik jika tidak digroundingkan akan mengakibatkan kita kena setrum saat
menghubungkan kembali.
4. Cara grounding setelah pengukuran megger: hubungkan setiap terminal atau
kabel yang diukur dengan body.
Jaringan komunikasi ( telpon, telex, radio, intercom)
Sarana komunikasi merupakan suatu kelengkapan yang diperlukan
untuk menunjang keberlanjutan kegiatan yang diwadahi dalam suatu bangunan.
Secara umum komunikasi dibedakan menjadi:
• Komunikasi dari atau ke luar gedung
Untuk hal ini, diperlakukan jaringan komunikasi yang menghubung kansebuah
bangunan dengan kantor telepon pusat.
• Komunikasi di dalam gedung
Dibutuhkan untuk interaksi aktivitas di dalam bangunan dan ini memerlukan
jaringan tersendiri yang berada pada jaringan khusus. Sebagai solusi berbagai
jenis komunikasi di atas, terdapat variasi jaringan telekomunikasi yang dapat
diadakan sebagai kelengkapan komunikasi bangunan.
a. Kebutuhan titik pembicaraan.
b. Sistim yang dipilih.
c. Dan lain-lain sesuai keperluannya
2. Penyimpanan Material
Konsultan akan memerintahkan secara lisan maupun tertulis kepada Kontraktor
untuk melaksanakan penyimpanan material dengan mengikuti prosedur sebagai
berikut :
 Tempat penyimpanan material harus bebas dari tumbuh-tumbuhan, puing
dan bahan-bahan lain yang dapat mempengaruhi kualitas material/campuran
material, dan harus mempunyai sistem drainase yang lancar.
 Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas dan untuk memudahkan dalam penggunaan
maupun pemeriksaannya sewaktu-waktu.
 Penempatan bahan-bahan harus sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
segregasi, menjaga kesesuaian gradasi dan kadar airnya.
 Penumpukan berbagai ragam agregat untuk pekerjaan aspal hotmix dan
beton harus dipisahkan dengan papan pembatas guna mencegah terjadinya
pencampuran dari bahan-bahan yang berbeda.
 Tumpukan agregat harus dilindungi dari hujan untuk mencegah terjadinya
kejenuhan agregat oleh air yang akan mengakibatkan penurunan kualitas.
Konsultan juga akan secara melakukan pengawasan dan memberikan
pengarahan terhadap proses pelaksanaan kegiatan ini.
3. Penyiapan Rancangan Kerja (Job Mix Formula)
Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi,
maka sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan suatu Job Mix Formula (JMF). JMF
yang akan dibuat antara lain untuk pekerjaan beton.
Konsultan akan mengawasi, memeriksa dan mencatat seluruh proses pembuatan
JMF yang dilakukan oleh Kontraktor hingga diperoleh JMF yang benar dan
membuat persetujuan atas JMF tersebut, mencakup :
 Penyiapan contoh material dan benda uji.
 Pengujian awal material
 Pembuatan mix design di laboratorium meliputi :
Untuk beton: komposisi agregat, kadar air, kadar semen, perbandingan
air dan semen, slump, kuat tekan pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari (sesuai
yang disyaratkan dalam spesifikasi).
 Pembuatan laporan berupa Job Mix Design yang mencakup nilai-nilai
karakteristik bahan dan campuran, perbandingan komposisi campuran, tebal
gembur, jumlah lintasan dan alat yang dipakai untuk pemadatan (awal,
medium dan akhir), Job Standard Density untuk lapis pondasi. Sedangkan
untuk beton meliputi komposisi agregat (kasar, halus/pasir, air dan semen),
gradasi capuran dan kuat tekan beton sesuai dengan kuat tekan yang di
inginkan.
4. Pengujian Lapangan
Konsultan akan memerintahkan kepada Kontraktor untuk melakukan pengujian
lapangan terhadap pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan, sebagaimana yang
disebutkan dalam persyaratan pengujian/ spesifikasi. Apabila hasil pengujian
lapangan terhadap suatu pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan menunjukkan
adanya penyimpangan terhadap persyaratan Spesifikasi, maka Konsultan akan
memerintahkan kepada Kontraktor untuk memperbaiki pekerjaan tersebut.
Selanjutnya Konsultan bersama Kontraktor akan melakukan penyelidikan dan
pengkajian terhadap seluruh proses pelaksanaan pekerjaan itu untuk memastikan
penyebab terjadinya penyimpangan. Apbila penyebab terjadinya penyimpangan ini
ditemukan, maka selanjutnya Konsultan akan memerintahkan kepada Kontraktor
untuk melakukan perbaikan pada proses pelaksanaan pekerjaan agar kesalahan/
penyimpangan yang sama tidak terjadi lagi dalam pelaksanaan pekerjaan serupa
pada lokasi/segmen jalan yang berbeda. Konsultan akan mencatat peristiwa ini
(penyimpangan dan langkah/tindakan perbaikannya) dan akan menyampaiakannya
kepada PPK sebagai laporan.
5. Persetujuan/Penolakan Terhadap Hasil Kerja
Pada setiap bagian pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor,
Konsultan akan melakukan “Inspeksi untuk penerimaan/penolakan hasil pekerjaan”
secara tepat. Jika pekerjaan sudah dilakukan secara memuaskan dan sesuai dengan
spesifikasi dan bagian lain dari Dokumen Kontrak, Konsultan akan membuat
rekomendasi secara resmi kepada PPK untuk penerimaan pekerjaan.
Terhadap pekerjaan yang tidak dapat diterima/tidak memenuhi persyaratan
dalam Spesifikasi, baik yang disebabkan oleh hasil dari pelaksanaan yang buruk atau
pemakaian bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat, rusak oleh ketidak hati-hatian
atau disebabkan hal lainnya, Konsultan akan membuat penolakan atas pekerjaan
secara tertulis dengan menyebutkan alasan-alasan dari penolakan tersebut, tetapi
sebelumnya PPK akan diberitahu terlebih dahulu tentang hal-hal yang berkaitan
dengan setiap pekerjaan yang ditolak.

3.2.2.5 Pengendalian Waktu


Konsultan akan melakukan pengawasan ketat terhadap jadwal pelaksanaan
pekerjaan fisik. Apabila ada keterlambatan, jadwal pekerjaan dan metode kerja harus
direvisi dan dilakukan percepatan agar target waktu bisa tercapai. Untuk menjaga agar
pekerjaan dapat diselesaikan sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan, maka
sangatlah penting menerapkan sistem kendali/kontrol terhadap pelaksanaan
kegiatankegiatan berbagai pekerjaan yang saling berkaitan dan melakukan perhitungan
untuk menjamin tercapainya kemajuan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana.

1. Persetujuan Jadwal Pelaksanaan dan Pengendalian


Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus mengajukan Jadwal Pelaksanaan
sesuai dengan usulannya pada saat pelaksanaan fisik untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan/pokja. Dalam melakukan kontrol dan pengendalian
kemajuan pelaksanaan pekerjaan dengan cara :
a. Pertemuan rutin mingguan (Weekly Meeting) untuk membahas rencana pekerjaan
kedepan, evaluasi kemajuan pekerjaan minggu berjalan, serta permasalahan
yang timbul di lapangan serta solusi pemecahannya. Diharapkan dengan
dilakukannya pertemuan mingguan ini, dapat menjaga pelaksanaan lapangan
tetap sesuai dengan waktu pelaksanaan yang ada dan jadwal pelaksanaan yang
telah disepakati bersama, sehingga tidak berdampak terhadap biaya pekerjaan
(fisik) secara keseluruhan.
b. Laporan dan Rencana Kerja Harian harus disiapkan oleh kontraktor sesuai
dengan jadwal pelaksanaan yang telah disepakati. Dari laporan dan rencana
kerja harian ini, maka konsultan pengawas dapat mengevaluasi kemajuan
pekerjaan sesuai dengan hasil dari Pertemuan Rutin.
c. Mengontrol dan mengevaluasi kinerja terhadap Critical Work yang ditemui dari
Jadwal Pelaksanaan pekerjaan. Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan harus
memberikan solusi atau rekomendasi kepada pekerja jika dirasa kinerjanya
menurun saat melalui ‘Critical Work’.

Kontraktor Rekomendasi Konsultan :


Mengevaluasi dan menyetujui Jadwal Pelaksanan
Permohonan
Pekerjaan yang diajukan oleh
persetujuan
Jadwal
Kontraktor.Memberikanperhatian khusus terhadap
Pelaksanaan ‘Critical Work’.

Pemilik Pekerjaan :
Konsultan
Memberikan persetujuan berdasarkan rekomendasi
Pengawas
Konsultan

Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan

1. Evaluasi Rencana Kerja dan Laporan Harian


2. Weekly/Monthly Meeting
3. Solusi, rekomendasi serta koordinasi & komunikasi
yang baik guna menghindari keterlambatan
pekerjaan

Gambar 3.22 Prosedur Persetujuan dan Kontrol Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


(Pengelola Data, 2024)

2. Evaluasi Rencana Kerja Kontraktor


Sebelum dimulainya pelaksanaan setiap bagian pekerjaan kontruksi, Konsultan
akan mengkaji ulang dan mengevaluasi rencana kerja Kontraktor yang
memperlihatkan metode dan prosedur pelaksanaan setiap bagian pekerjaan
konstruksi tersebut maupun rencana kerja secara keseluruhan.
Rencana kerja ini menggambarkan secara detail kegiatan Kontraktor pada
periode mobilisasi, manajemen lalu lintas/faktor keamanan, metode pelaksanaan,
metode penyediaan dan penyimpanan material, pemilihan jenis peralatan kerja,
organisasi kerja, terget waktu pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan, program
pengendalian mutu, sub kontraktor (jika ada) dan lain-lainnya.
Pertimbangan Konsultan atas rencana kerja Kontraktor memerlukan perhatian
khusus pada beberapa pokok persoalan berikut ini :
 Metode pelaksanaan untuk mendapatkan mutu kerja yang sesuai dengan
spesifikasi dan
 syarat-syarat kontrak.
 Jadwal pelaksanaan pekerjaan secara detail dengan metode critical path
dengan
 pertimbangan semua kegiatan pekerjaan yang saling berkaitan.
 Pengendalian keselamatan, khususnya dari sudut pengaturan dan
pengamanan lalu lintas
 yang ada dan mempertimbangkan kenyamanan masyarakat setempat.
 Mobilisasi peralatan dan personil yang memadai.
Berdasarkan hasil evaluasi ini, Konsultan akan memberikan saran-saran yang
diperlukan dan/atau meminta Kontraktor untuk mengubah rencana kerjanya.
Rencana Kerja yang telah diperbaiki dan disetujui akan selalu dikaji lebih lanjut
selama periode konstruksi, jika memang diperlukan.
Metode pelaksanaan akan dievaluasi oleh konsultan pengawas dan perlu
dilakukan diskusi/verifikasi dengan pihak pengguan jasa agar sesuai dengan
keahliannya dengan memperhatikan kondisi aktual lapangan, tingkat kesulitannya
serta hasil dari pelaksanaan pekerjaan yang harus sesuai dengan Spesifikasi Umum
dan Teknis pekerjaan, serta kaedah-kaedah teknis perencanaan (bangunan harus
dapat berfungsi optimal sesuai perencanaan). Untuk mendukung program "Total
Quality Control" yang akan diterapkan Konsultan Pengawas akan menginstruksikan
kepada Pemborong untuk mengajukan Permohonan Inspeksi (Request for
Inspection, RFI atau Aviablity for Inspection, AFI) kepada Konsultan Pengawas
dengan tembusan kepada Pemberi Tugas minimal 24 jam sebelum pelaksanaan
pekerjaan. Permohonan Inspeksi ini meliputi semua pekerjaan diantaranya namun
tidak terbatas pada tujuan utama dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan hasil
kerja yang tepat spesitikasi, tepat volume, tepat workmenship dan tepat fungsi
sebagaimana mestinya.
Kontraktor Rekomendasi Konsultan :

Mengevaluasi kesesuaian metode pelaksanaan dengan


Permohonan
review & kondisi lapangan, tingkat kesulitan & keberhasilannya, serta
persetujuan kesesuaian hasil pelaksanaan dengan Spesifikasi.
metode
pelaksanaan 1. Disetujui (tanpa atau dengan review minor).
2. Tidak disetujui (perlu perbaikan).

Konsultan
Pemilik Pekerjaan :
Pengawas
Memberikan persetujuan berdasarkan rekomendasi
Konsultan

Kontraktor

Jika ‘disetujui’ mulai pelaksanaan pekerjaan

Jika ‘tidak disetujui’ memperbaiki metode pelaksanaan


sesuai dengan komentar/review Konsultan dan
mengajukannya lagi.

Gambar 3.23 Prosedur Metode Pelaksanaan


(Pengelola Data, 2024)

3. Pekerjaan Tambahan (Variation Order)


Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Konsultan akan mengusulkan bentuk
formulir inspeksi kepada kontraktor, yang nantinya digunakan sebagai formulir
pengecekan dan hasil inspeksi lapangan. Secara umum formulir ini akan
mencakup tahapan-tahapan kerja sesuai dengan persyaratan di dalam
Spesifikasi dan kaedah teknis serta kesesuaian pekerjaan terhadap gambar Shop
Drawing. Berdasarkan formulir ini yang mencatat hasil inspeksi lapangan, maka
hasil pekerjaan dapat diterima atau ditolak oleh konsultan dan Direksi
Pekerjaan. Formulir ini nantinya juga akan dipakai sebagai dokumen
pendukung dalam memberikan persetujuan pembayaran.
Rekomendasi Konsultan :
Kontraktor
Mengecek dan memberikan persetujuan atas
pekerjaan di lapangan yang meliputi :
Mengundang
Konsultan a. Kesesuaian tahapan pekerjaan di lapangan dengan
Pengawas dan isian formulir (Spesifikasi)
Direksi Pekerjaan b. Kesesuaian bentuk dengan Shop Drawing
untuk melakukan c. Kesesuain material yang digunakan sesuai material
inspeksi yang telah disetujui

Konsultan
Direksi Lapangan :
Pengawas
Melakukan pengecekan bersama dengan Konsultan
pengawas

Kontraktor :

Jika ‘disetujui’  melanjutkan ke tahapan berikutnya;

Jika ‘tidak disetujui’ memperbaiki pekerjaan di


lapangan sesuai dengan arahan Konsultan Pengawas
& Direksi Pekerjaan

Gambar 3.24 Prosedur Pengecekan (Inspeksi) Lapangan


(Pengelola Data, 2024)

4. Prosedur Persetujuan Gambar (Construction Drawing & Shop Drawing)


Pemborong diwajibkan untuk membuat Gambar Kerja (Shop Drawing) baik
terhadap pekerjaan permanen maupun pekerjaan sementara.Gambar Kerja harus
diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan jika perlu oleh Pemberi Tugas
sebelum Pemborong memulai pekerjaan. Gambar Kerja yang dibuat oleh Pemborong
harus menerjemahkan gambar rencana yang dibuat oleh Konsultan Perencana yang
telah menjadi dokumen kontrak dan harus dibuat dalam bentuk standart, cukup
informatif (khususnya ukuran panjang, lebar, ketebalan, jarak atau spasi), jenis
bahan, mutu bahan dan mudah untuk dibaca serta dilaksanakan oleh siapa saja yang
terlibat dilapangan.
Kontraktor Rekomendasi Konsultan :

1. Disetujui (tanpa komentar);


2. Disetujui (ada komentar/review minor), dapat
Permohonan dilaksanakan;
review & 3. Tidak disetujui (perlu perbaikan).
persetujuan

Pemilik Pekerjaan :
Konsultan
Memberikan persetujuan berdasarkan rekomendasi
Pengawas
Konsultan

Kontraktor

Jika ‘disetujui’ mulai pelaksanaan pekerjaan

Jika ‘tidak disetujui’ perbaikan dan mengulang


prosedur perrsetujuan

Gambar 3.25 Prosedur Review dan Persetujuan Gambar


(Pengelola Data, 2024)

3.2.2.6 Pengendalian Kuantitas dan Biaya


Konsultan menyadari pentingnya pengendalian biaya yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan, dan untuk itu Konsultan akan melakukan upaya-upaya
pengendalian biaya tersebut sejak permulaan hingga akhir tahap konstruksi. Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk pengendalian biaya pekerjaan, antara lain dengan
penggunaan sistem mikro komputer dalam pengolahan data pembiayaan, tidak
membiarkan terjadinya hal-hal yang dapat mengakibatkan keterlambatan kemajuan
pekerjaan, pekerjaan tambah kurang diusahakan seminimal mungkin, dan menjamin
prosedur pelaksanaan konstruksi yang efisien dilaksanakan dan diikuti.
Cara lain yang dapat diterapkan dalam pengendalian biaya proyek adalah
meminimalkan biaya operasi lapangan, menyiapkan sertifikat pembayaran bulanan
secara teliti dan meyakinkan Kontraktor dengan membayar pekerjaan yang sudah
dikerjakan dengan segera, menyiapkan perkiraan kuantitas dan biaya pekerjaan sisa
secara berkala sehingga jadwal pembayaran bisa diperkirakan berdasarkan kemajuan
pekerjaan yang ditaksir, dan menjamin bahwa pekerjaan yang diterima sudah sesuai
dengan spesifikasi.
Sebagai ringkasan, cara terbaik untuk mengendalikan biaya proyek secara
keseluruhan adalah mengkonsentrasikan kepada pekerjaan yang sudah di selesaikan
dan menjamin bahwa tanggal penyelesaian kontrak dicapai tanpa adanya
perpanjangan waktu.

3.2.3 Pekerjaan Setelah Pelaksanaan


Serah terima pekerjaan dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu:
• Serah terima pekerjaan sebagian, yaitu suatu proses serah terima pekerjaan
yang dilakukan pada sebagian dari keseluruhan pekerjaan Fisik, dikarenakan
alasan teknis dari pekerjaan itu sendiri atau dikarenakan kebutuhan Pemilik
Pekerjaan atas sebagian dari hasil pekerjaan fisik yang dibutuhkan segera.
• Serah terima pekerjaan seluruhnya, yaitu proses serah terima pekerjaan yang
dilakukan pada saat akhir masa pelaksanaan dan dilakukan terhadap
keseluruhan pekerjaan fisik.
• Laporan ini merupakan hasil kerja bersama, sehingga harus dibuat bersama-
sama.

PROYEK SELESAI

Kontraktor Mengajukan Permohonan


Serah Terima Pekerjaan

Inspeksi Final Pengecekan Final Administrasi (Konsultan


Pengawas, Direksi Pekerjaan), meliputi:
(Tim FHO, Direksi Pekerjaan,
Konsultan Pengawas) As-Built Drawing, Laporan sesuai kontrak,
Backup pembayaran, dsb.

Kontraktor
Rekomendasi
Pekerjaan menyempurnakan
Pekerjaan dapat belum dapat
diterima
Pemberian Sertifikat Serah Terima
Laporan PPK
Pekerjaan Pertama

Gambar 3.26 Prosedur Serah Terima Pekerjaan Pertama


(Pengelola Data, 2024)
Setelah dikeluarkannya Sertifikat Serah Terima Pekerjaan Pertama, kontraktor
masih memiliki tanggung jawab atas hasil pekerjaannya sampai masa pemeliharaan
selesai. Selama masa pemeliharaan, Kontraktor wajib memelihara hasil pekerjaannya
untuk menjamin fungsi bangunan/struktur yang dikerjakan. Selama masa
pemeliharaan, inspeksi berkala akan dilakukan oleh Direksi Pekerjaan, (Konsultan
Pengawas bila masih ada) dan bersama pekerja untuk memeriksa kondisi hasil
pekerjaan, dan memberikan catatan terhadap pemeliharaan yang perlu dilakukan.
Setelah melalui masa pemeliharaan, Serah Terima Pekerjaan Akhir akan dilakukan.

AKHIR MASA PEMELIHARAAN

Kontraktor Mengajukan
Permohonan Serah Terima

Inspeksi Final Pengecekan Kelengkapan


Administrasi Final
(Tim, Direksi Satker
(Tim , Direksi bila ada)
Pekerjaan, bila ada)

Kontraktor
Rekomendasi
Pekerjaan belum Menyempurnakan
Pekerjaan dapat diterima
dapat diterima

Laporan Pimpinan Proyek ke Pemberian Sertifikat Serah


Atasannya Terima Pekerjaan Kedua/Akhir

Gambar 3.27 Prosedur Serah Terima Pekerjaan Kedua/Akhir


(Pengelola Data, 2024)

Sering terjadi kecenderungan aktivitas kontraktor terlalu lambat pada akhir


masa konstruksi, dimana pada saat tanggal penyelesaian teryata masih ada beberapa
pekerjaan belum selesai (biasanya dihubungkan dengan kejadian­ kejadian alam yang
tidak begitu mengganggu.
Untuk itu Konsultan akan mengambil langkah-langkah untuk meyakinkan hal
ini tidak akan terjadi. Untuk membantu dalam tahap penyelesaian konstruksi agar
efisien, Konsultan akan meminta kepada Kontraktor untuk menyiapkan dan
menyerahkan:
1. Jadwal/rencana demobilisasi sekurang-kurangnya 30 hari sebelum hari
penyelesaian pekerjaan yang disyaratkan
2. Schedule mengenai bagaimana dan kapan setiap bagian dari operasinya akan
selesai (mencakup jenis pekerjaan, peralatan konstruksi, gedung­ gedung kantor,
laporan/gambar terlaksana dan sebagainya).
3. Demobilisasi yang tidak sempurna dari setiap uraian tidak akan diperbolehkan.
Dalam waktu sekitar 4 minggu sebelum tanggal rencana penyelesaian,
Konsultan akan :
- Melakukan inspeksi pendahuluan untuk mendata dan menysunan daftar
kekurangan-kekurangan penyelesaian pekerjaan (defect liability)
- Segera menyerahkan daftar kekurangan ini kepada Kontraktor, dan
memerintahkan Kontraktor untuk segera melakukan perbaikan/
penyelesaian yang diperlukan.
Metoda ini akan memungkinkan inspeksi akhir yang bebas dari kekurangan.
Pada saat kontraktor sudah menyelesaikan pekerjaan konstruksi, Konsultan akan
segera melakukan inspeksi akhir untuk meyakinkan bahwa seluruh pekerjaan sudah
diselesaikan sesuai dengan kontrak. lnspeksi akhir akan direncanakan dan
dilaksanakan dengan pola umum yang sama dengan inspeksi pendahuluan.
Bagaimanapun, oleh karena hasil dari petunjuk inspeksi pendahuluan sudah didapat,
hanya kekurangan-kekurangan kecil yang dapat diamati.
Konsultan kemudian akan menyerahkan daftar kekurangan yang masih
ditemukan selama inspeksi akhir kepada Kontraktor dan memerintahkan Kontraktor
untuk mempebaiki setiap kekurangan dengan waktu khusus.
Setelah inspeksi akhir dilakukan, untuk mengkonfirmas ikan penyelesaia
pekerjaan yang memuaskan, Konsultan akan memberikan rekomendasi kepada
Kepala satuan Kerja Sementara Fisik PPTK atau PPK penerimaan pekerjaan.
1. Koordinasi Kegiatan Pekerjaan
Apabila seluruh tahapan pelaksanaan pekerjaan dapat diselenggarakan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, dukungan tenaga dan peralatan yang
cukup dan kondisi yang baik, serta koordinasi yang baik antara Pemberi Tugas,
Konsultan dan Kontraktor maka diharapkan akan dapat dicapai hasil yang baik
dalam penyelesaian proyek. Dalam hal ini Konsultan akan melakukan segala
usaha untuk mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan proyek sebaik – baiknya.
Salah satu cara terbaik untuk menjaga terjalinnya koordinasi yang baik adalah
dengan menyelenggarakan rapat secara teratur, terutama antara Konsultan
dan Kontraktor. Jenis rapat koordinasi yang dapat diselenggarakan antara lain
rapat mingguan dan rapat bulanan, yang dapat diuraikan dibawah ini.
2. Rapat Mingguan Tim Konsultan
Jenis rapat ini akan diadakan setiap hari Sabtu, yang merupakan rapat
koordinasi antara Ahli Pengawas dan Pengawas Lapangan. Di dalam rapat
ini akan dibahas masalah-masalah penting yang ditemui dalam pelaksanaan
pekerjaan seperti permasalahan quality control, kemajuan pekerjaan,
pengendalian dan keselamatan lalu lintas, dll. Dalam rapat ini juga akan dibahas
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam minggu-minggu yang telah
lewat, rencana kerja untuk minggu-minggu berikutnya dan menyiapkan agenda
untuk rapat mingguan bersama Kontraktor yang pada umumnya diadakan pada
hari Senin berikutnya.
3. Rapat Mingguan Konsultan dengan Kontraktor
Rapat ini akan lebih baik apabila dapat diselenggarakan pada awal minggu /
hari Senin dan dihadiri oleh staf inti Konsultan dan staf inti Kontraktor. Pada
saat dimulainya rapat, Konsultan akan menyampaikan agenda rapat dan hal –
hal prinsip yang akan dibahas. Dan Kontraktor akan mempresentasikan rencana
kerja tentative untuk periode 1 minggu yang akan dilaksanakan, sehingga para
staf inti Kontraktor dan staf inti Konsultan akan mengetahui hal – hal apa yang
diharapkan dapat diselesaikan dan hal – hal lain yang berkaitan pada minggu
yang akan dijalani.
Masalah lain yang akan dibahas secara serius adalah mengenai pengenda!ian
kualitas, kemajuan pekerjaan, status/penggunaan peralatan, pengaturan dan
pengendalian lalu lintas, pengendalian keamanan, dan hal-hal lain yang tidak
sesuai dengan rencana yang telah dibuat serta mengenai solusi untuk
mengoreksinya.
Kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam rapat akan dicatat sebagai risalah
rapat. Risalah rapat yang juga berisi tentang rencana­ rencana pelaksanan
pekerjaan untuk minggu yang akan dijalani tersebut, kemudian digandakan
untuk dibagikan kepada pihak Kontraktor dan Konsultan sebagai
acuan/pegangan untuk pelaksanan pekerjaan pada minggu tersebut.
Berdasarkan pengalaman, risalah rapat ini terbukti sangat berguna, baik untuk
mengendalikan pelaksanan pekerjaan maupun sebagai data referensi pada
waktu-waktu mendatang.
4. Rapat Bulanan Pemberi Tugas/Konsultan dan Kontraktor
Rapat ini idealnya diadakan pada akhir atau awal bulan, yang akan dihadiri oleh
Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik beserta staf yang dipilihnya, tim inti
Konsultan dan tim inti kontraktor.
Sebelum dilakukannya pertemuan, Konsultan akan menyiapkan agenda rapat
yang merupakan permasalahan utama (penting) yang akan dibahas berasama
Pemberi tugas dan Kontraktor. Permasalahan tersebut mencakup masalah-
masalah pengendalian kualitas pekerjaan, kemajuan pekerjaan terhadap target
rencana pekerjaan bulanan, pengendalian dan keamanan lalu lintas, hubungan
dengan masyarakat dan lain-lain. Jadwal CPM yang sesuai dapat digunakan
sebagai acuan untuk memperlihatkan status terakhir dari kemajuan pekerjaan.
Risalah rapat akan disiapkan oleh Konsultan untuk selanjutnya dibagikan
kepada semua peserta rapat. Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa risalah-
risalah rapat ini sering kali terbukti sangat penting, sebagai data referensi pada
waktu-waktu mendatang.

3.3 Apresiasi Terhadap Inovasi


Apresiasi dan inovasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konsultan sebagai
penyedia jasa dalam rangka memberikan inovasi terhadap kerangka acuan kerja yang
telah diberikan. Sehingga diharapkan melalui apresiasi dan inovasi tersebut dapat
memberikan hasil akhipekerjaan yang berkualitas dan tetap mengacu pada lingkup
pekerjaan sesuai KAK dan penjelasan yang diberikan dalam aanwidjzing. Kedudukan
apresiasi dan inovasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat padagambar
diagram berikut ini:

Gambar 3.28 Kedudukan apresiasi dan inovasi

Kerangka Acuan Kerja yang telah didapatkan di pelajari oleh konsultan


pengawas dengan dasar studi pustaka/literatur yang telah dikuasai. Untuk
memberikan inovasi pada Pejabat Pembuat Komitmen, Konsultan memberikan
apresiasi terhadap inovasi pada KAK untuk meningkatkan kualitas Lingkup Pekerjaan.
Apresiasi Inovasi Terhadap Lingkup Pekerjaan Jasa Konsultan Supervisi
dilaksanakan sejak dikeluarkannya SPMK, masa Konstruksi sampai dengan masa
pelaksanaan pekerjaan selesai sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Dalam
pelaksanaan tugas ini konsultan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan. Secara
Umum Sistematika pelaksanaan kegiatan Konsultan Pengawasan tersebut sudah
dijelaskan dalam kerangka acuan kerja akan tetapi didalam pelaksanaannya pihak
penyedia jasa akan melaksanakan kegiatan Pengawasan tersebut lebih terfokus dengan
cara metode pengendalian dan pengawasan yang kami sebut dengan "Total Quality
Control" pelaksanaan pekerjaan ini akan mengacu pada isi kontrak antara konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas dengan sedikit modifikasi pada strategi pelaksanaan
pengendalian dan pengawasan.
Secara garis besar, untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan,
maka proses Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan
Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun
Anggaran 2024, mencakup langkah-langkah strategis yang di cantumkan pada bagan
berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pre Construction Meeting (PCM)
2. Tahap Pengawasan

 Staking Out

 Rekayasa Lapangan

 Tinjau Ulang (Review) Desain

 Pengendalian mutu meliputi pengujian mutu material/bahan, Pengujian


mutu pekerjaan terlaksana, Penerimaan/penolakan bahan/pekerjaan

 Pengendalian Waktu Pelaksanaan yang dimaksud meliputi evaluasi


rencana schedule, evaluasi tahapan pelaksanaan, pemantauan kemajuan
pekerjaan, review jadwal dan tahapan
 Pelaksanaan Pekerjaan Pengendalian Kuantitas dan Biaya meliputi
perhitungan volume kemajuan pekerjaan, perhitungan volume material
di lapangan, penyusunan sertifikat pembayaran, pengendalian keselamatan
kerja, penyiapan change order, penyelesaian klaim dan perselisihan
3. Pekerjaan Setelah Pelaksanaan

Tahap pasca konstruksi, mencakup kegiatan-kegiatan:


 Pemeriksaan Provisional Hand Over

 Penyusunan Sertifikat Provisional Hand Over.

Untuk menigkatkan kualitas pada hasil pekerjaan pengawasan ini sesuai dengan
KAK, PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT memberikan inovasi antara lain:
1. Pengambilan dokumentasi pekerjaan dengan menggunakan drone
2. Pemasangan CCTV di setiap sudut lokasi pekerjaan
3. Pengukuran Jarak (Digital Laser Measurement)
4. Penerapan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) di lokasi
pekerjaan.

3.4 Dukungan Data


Dukungan data yang disediakan oleh PPK yang dapat digunakan dan harus
dipelihara oleh Penyedia jasa dapat berupa dokumen perencanaan, yaitu:
1. Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS)
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang bersikan nama
proyek berupa jenis, besar dan lokasihnya, serta tata cara pelaksanaan, syarat-
syarat pekerjaan, syarat mutu pekerjaan dan keterangan – keterangan lain yang
hanya dapat djelaskan dalam bentuk tulisan. RKS menjadi syarat yang harus
dipenuhi oleh penyedia jasa atau rekanan sehingga dapat dimasukan ke dalam
Standar Dokumen Pengadaan (SDP). RKS penting untuk direview dan dipahami
oleh pihak penyedia demi kelancaran pelaksanaan proyek. Hal ini untuk
menghindari terjadi RKS tidak applicable terhadap kondisi aktual di lapangan.
Semua pihak wajib melakukan review dokumen RKS demi pelaksanaan proyek
yang baik dan lancar. Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) berupa
instruksi kepada penyedia jasa dengan ketentuan sebagai berikut:
a. RKS berisi instruksi atau pedoman yang diperlukan oleh penyedia jasa
untuk menyiapkan dokumen penawarannya sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
b. RKS berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kontrak,
termasuk hak, kewajiban, dan risiko dimuat dalam syarat-syarat umum
kontrak. Oleh sebab itu, penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama
untuk menghindari salah tafsir.
c. RKS berisikan mengenai data proyek dengan memuat ketentuan, informasi
tambahan, atau perubahan atas instruksi kepada penyedia jasa sesuai
dengan kebutuhan paket pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. Rencana Keselamatan Kerja (RKK)
RKK yang disusun oleh konsultan pengawas atau konsultan MK secara bentuk
sama dengan RKK yang disusun oleh kontraktor. Hal pertama yang harus dilihat
adalah, PPK akan menetapkan jenis pekerjaan dan identifikasi bahayanya dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK). Jenis Pekerjaan dan Identifikasi bahaya inilah
yang menjadi acuan konsultan pengawas/ MK untuk menyusun RKK.

3. Gambar – gambar pelaksanaan


Gambar yang dimaksud ialah Gambar Bestek perencanaan bangunan gedung
yang akan digunakan untuk pengecekan kesesuaian gambar dengan kenyataan
yang ada dilapangan. Pengawas Konsultan juga bertugas mengoreksi dan
menyetujui gambar Bestek yang diajukan kontraktor sebagai pedoman
pelaksanaan pembangunan proyek. Selain itu, Konsultan Pengawas dapat
memilih dan memberikan persetujuan mengenai spesifikasi, tipe dan merek
yang diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek
namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat
sebelumnya.

4. Perhitungan Volume Pekerjaan


Perhitungan Volume digunakan sebagai acuan pengawas apabila ada
pertimbangan desain ulang (review design).

5. Bar Chart dan Kurva S


Bar Chart adalah diagram alur pelaksanaan pekerjaan yang dibuat untuk
menentukan waktu penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan untuk mengetahui
waktu penyelesaian pekerjaan, sehingga proyek dapat diselesaikan tepat waktu.
Dalam hal ini, pengawas konsultan harus mengetahui alur pelaksanaan
pekerjaan sehingga dapat mengontrol pekerjaan dilapangan.
Kurva S sendiri adalah sebuah jadwal pelaksanaan pekerjaan yang disajikan
dalam bentuk grafis yang dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan
pekerjaan pada sumbu tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu
mendatar. Kurva S digunakan sebagai jadwal pelaksanaan kegiatan proyek,
dalam Kurva S dapat dilihat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan proyek.
Dengan adanya Kurva S, prosentase progress pekerjaan yang sudah dicapai
pada waktu tertentu sehingga dapat diperkirangan pekerjaan kurang dan
pekerjaan tambah yang bisa diterapkan dilapangan. Selain itu, Kurva S dapat
dijadikan pedoman dalam pengadaan material, tenaga dan peralatan proyek
sesuai dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan setiap tanggalnya.

6. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis adalah suatu uraian atau ketentuan-ketentuan yang disusun
secara lengkap dan jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil akhir
pekerjaan yang dapat dibeli, dibangun atau dikembangkan oleh pihak lain
sehingga dapat memenuhi keinginan semua pihak yang terkait. Spesifikasi
adalah bagian dari Dokumen Lelang proyek konstruksi yang menjelaskan
persyaratan teknik pekerjaan yang dilelangkan. Tujuan spesifikasi yaitu untuk
tercapainya produk akhir Pekerjaan yang memenuhi keinginan dari pemilik
pekerjaan (owner).

Selain data perencanaan, dibutuhkan juga standar dan pengaturan teknis yang
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pada dasarnya menggunakan standar
yang berlaku, antara lain :
1. SNI Edisi 2007 (Berstandart ISO)
2. Permen PUPR No.14 tahun 2020
3. Standar lain yang berasal dari dalam maupun luar negeri yang relevan dengan
pekerjaan pembangunan bangunan terkait (AICS/ANSI, ACI, ASTM dsb).
4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992
5. Peraturan Presiden RI Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah beserta perubahannya sampai dengan Peraturan Presiden RI Nomor
12 tahun 2021.
6. Permenkes 43 Tahun 2019
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 14
Tahun 2021 tentang Jasa Konstruksi
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
9. Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia
10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
524/KPTS/M/2022 Tentang Besaran Remunerasi Minimal tenaga kerja
konstruksi pada jenjang jabatan ahli untuk layanan jasa konsultasi konstruksi
11. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
16/SE/M/2022 Tentang Susunan Tenaga Ahli Penyedia Jasa Konsultansi
Pengawasan Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
12. Keputusan direktur jenderal bina konstruksi nomor 12.1/KPTS/Dk/2022
Tentang Penetapan Jabatan kerja dan konversi jabatan kerja eksisting serta
jenjang kualifikasi bidang jasa konstruksi
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun
2022 tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

3.5 Uraian Tugas


Konsultan Pengawas harus membuat uraian kegiatan secara terinci yang sesuai
dengan setiap bagian pekerjaan pengawasan pelaksanaan yang dihadapi di lapangan
yang secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan Persiapan
a. Menyusun Program kerja, alokasi tenaga dan konsepsi pekerjaan
pengawasan.
b. Memeriksa Time Schedule/BarChart, S-Curve, dan Network Planning yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana untuk selanjutnya diteruskan kepada
Pengelola Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja untuk
mendapatkan persetujuan.
c. Menyusun Rencana Mutu Kontrak (RMK) Pengawasan Pekerjaan.
d. Mempelajari hal-hal yang terkait dokumen kontrak pekerjaan konstruksi
berbasis kinerja, termasuk pengendalian manajemen dan keselamatan
lalulintas serta SMK3 Konstruksi, dan Dokumen Lingkungan.
e. Membantu PPK/Ketua Tim Pekerjaan Konstruksi dalam pelaksanaan Ra pat
Persiapan Pelaksanaan /Pre Construction Meeting (PCM) dan memeriksa
RMK Penyedia Pekerjaan Konstruksi.
f. Mencatat seluruh kesepakatan dalam PCM dan dituangkan dalam Serita
Acara sebagai Dokumen Kegiatan.
g. Mempersiapkan formulir-formulir isian, antara lain:
- Laporan Harian;
- Laporan Mingguan;
- Laporan Bulanan;
- Laporan Teknis Oika diperlukan);
- Pengecekan kesesuaian desain dengan kondisi lapangan;
- Rencana monitoring pelaksanaan pekerjaan dan verifikasi laporan
kegiatan yang disiapkan oleh Penyedia pekerjaan konstruksi;
- Penjaminan mutu pekerjaan termasuk kriteria pengujian dan
penerimaan hasil pekerjaan;
- Bentuk perhitungan perhitungan volume data dan Sertifikat
Pembayaran;
- Bentuk Request Penyedia untuk memulai pekerjaan dan pengujian
bahan.
h. Menjelaskan Struktur Organisasi Direksi Teknis dan tugas dari masing-
masing personil Direksi Teknis kepada PPK Pekerjaan Konstruksi.
i. Menjelaskan rencana kerja pengawasan Pekerjaan Konstruksi kepada PPK
Pekerjaan Konstruksi.
j. Menyampaikan dan mempresentasikan RMK kepada PPK Pekerjaan
Konstruksi pada saat PCM.
k. Membantu PPK Pekerjaan Konstruksi dalam mengkaji rencana mutu kontrak
(RMK) penyedia jasa konstruksi.
l. Menyampaikan pemahaman pasal-pasal utama dalam kontrak terkait
pelaksanaan pekerjaan.
m. Menandatangani berita acara mobilisasi dan melaporkan pelaksanaan
mobilisasi kepada Direksi Pekerjaan.
n. Melakukan pengawasan, pengujian, pengecekan kuantitas dan kualitas serta
kelayakan peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang dimobilisasi Penyedia
Jasa.
o. Mengecek Daftar peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang disampaikan
Penyedia Jasa.
p. Mengecek masa laku kalibrasi peralatan yang akan digunakan oleh Penyedia
Jasa.
q. Menyampaikan rekomendasi kepada Direksi Pekerjaan tentang jumlah,
mutu dan kelaikan peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang dimobilisasi
Penyedia Jasa.
r. Memberikan rekomendasi terhadap konsep gambar kerja kepada Direksi
Pekerjaan dan Penyedia Jasa.
s. Memeriksa gambar kerja yang terkait dengan metode kerja diajukan oleh
Penyedia Jasa dan kontrol terhadap kuantitas pekerjaan.
t. Melaporkan progres pekerjaan yang telah diselesaikan Penyedia Jasa.
u. Membuat daftar kekurangan (Defect & Dificiencies) berdasarkan hasil
pemeriksaan lapangan
v. Membantu PPK dalam pengecekan data adminstrasi dan teknis pekerjaan.
Mengawasi dan menyetujui pemakaian bahan, peralatan, tenaga kerja, dan
metoda dan produk pelaksanaan, serta mengawasi ketepatan waktu, mutu
dan biaya pekerjaan konstruksi.
w. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas,
dan laju pencapaian volume/realisasi fisik.
x. Mengumpulkan data dan informasi dilapangan untuk memecahkan
permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan konstruksi.
y. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan
bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil rapat-rapat
lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi yang
dibuat oleh Pemborong.
z. Menyusun berita acara kemajuan pekerjaan, serah terima pertama pekerjaan
konstruksi dan Memeriksa penerapan K3 dan protokol kesehatan secara
harian.
2. Pekerjaan Teknis Pengawasan
a. Melaksanakan tugas pengawasan secara umum, pengawasan lapangan,
koordinasi dan inspeksi satuan kerja - satuan kerja pernbangunan agar
pelaksanaan teknis maupun administrasi teknis dapat terlaksana sampai
dengan serah terima kedua pekerjaan fisik.
b. Mengawasi kebenaran ukuran, kualitas dan kuantitas bahan atau komponen
bangunan, peralatan dan perlengkapan serta tenaga kerja selama pekerjaan
pelaksanaan dilapangan atau diworkshop tempat Kerja lainya.
c. Mengevaluasi dan menyetujui Monthly Sertificate (MC)
d. Membuat laporan bulanan terkait progress pekerjaan di lapangan dan
membuat rekomendasi setiap permasalahan yang timbul di lapangan kepada
Pengguna Jasa.
e. Membuat laporan teknis (bila diperlukan) pada setiap terjadinya perubahan
kinerja pekerjaan.
f. Melakukan inspeksi dan membuat laporan hasil inspeksi pekerjaan yang
dilakukan oleh Penyedia pekerjaan konstruksi.
g. Penjaminan mutu pekerjaan di lapangan dengan menerapkan prosedur kerja
dan uji mutu pekerjaan sesuai dokumen kontrak.
h. Melaksanakan koordinasi dengan Core Team Consultant dan Regional
Project Management Consultant (RPMC) Balai terkait (bila ada).
i. Mengawasi kemajuan pelaksanaan dan mengambil tindakan yang tepat dan
cepat, agar batas waktu pelaksanaan dapat dipenuhi minimal sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan.
j. Memberikan masukan/pendapat teknis tentang penambahan atau
pengurangan pekerjaan yang dapat mempengaruhi biaya dan waktu
pekerjaan serta berpengaruh pada persyaratan kontrak, yang mana
perubahan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Satuan
Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja.
k. Memberikan petunjuk, perintah dan persetujuan mutu bahan, sejauh tidak
mengenai pengurangan dan penambahan biaya dan waktu pekerjaan serta
tidak menyimpang dari kontrak, dimana perubahan tersebut dapat langsung
disampaikan kepada Pemborong, dengan pemberitahuan tertulis serta
tembusan pemberitahuan kepada Pengelola Kegiatan.
l. Memberikan bantuan dan petunjuk kepada Pemborong dalam
mengusahakan perijinan sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan.
m. Memastikan program K3 dan protokol kesehatan Covid-19 dijalankan
dengan baik.

3. Konsultasi
a. Melakukan konsultasi dengan Kepala Satuan kerja/Pejabat Pembuat
Komitmen Satuan Kerja untuk membahas segala masalah dan persoalan
yang timbul selama masa pembangunan.
b. Mengadakan rapat lapangan secara berkala, sedikitnya dua kali dalam
sebulan, dengan Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen Satuan
Kerja, Perencana dan Pemborong dengan tujuan untuk membicarakan
masalah dan persoalan yang timbul dalam pelaksanaan, untuk kemudian
membuat risalah rapat dan mengirimkan kepada semua pihak yang
bersangkutan, serta sudah diterima paling lambat 1 minggu kemudian.
c. Mengadakan rapat diluar jadwal rutin tersebut apabila dianggap mendesak.
d. Memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan dalam rencana mutu unit kerja dan/atau rencana mutu
pelaksanaan kegiatan dan/ atau Rencana Mutu Kontrak (RMK).
e. Memastikan setiap kegiatan dapat diketahui ketersediaan informasi yang
menggambarkan karakteristik kegiatan dan ketersediaan dokumen kegiatan.
f. Memastikan setiap kegiatan memenuhi persyaratan ketersediaan sumber
daya yang diperlukan dalam proses kegiatan.
g. Memastikan ketersediaan peralatan monitoring dan pengukuran
pelaksanaan pekerjaan serta mekanisme proses penyerahan dan pasca
penyerahan hasil pekerjaan.
h. Memastikan setiap jenis kegiatan harus mempunyai petunjuk pelaksanaan
yang merupakan dokumen standar kerja yang diperlukan guna memastikan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses dilakukan secara efektif
dan efisien. Adapun Petunjuk Pelaksanaan sekurang-kurangnya :
Halaman Muka berisi:
 Judul dan nomor identifikasi petunjuk pelaksanaan
Status validasi dan status perubahan
Kolom sahkan petunjuk pelaksanaan.
 Riwayat Perubahan;
 Maksud dan Tujuan Petunjuk Pelaksanaan;
 Ruang Lingkup penerapan;
 Referensi atau acuan yang digunakan;
 Definisi (penjelasan istilah-istilah) jika diperlukan;
 Tahapan proses atau kegiatan (dengan bagan alir jika perlu);
 Ketentuan Umum (penjelasan tentang persyaratan-persyaratan yang
harus dipenuhi dalam melaksanakan proses);
 Tanggung jawab dan wewenang;
 Kondisi khusus (penyimpangan dsb.);
 Rekaman/Bukti kerja (yang menjadi persyaratan);
 Lampiran berupa contoh format rekaman/bukti kerja.
i. Melaksanakan validasi pada pelaksanaan kegiatan dengan
mempertimbangkan ketentuan berikut:
 Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk peninjauan dan
persetujuan proses;
 Validasi ulang pelaksanaan kegiatan bila hasilnya tidak sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan, setelah dilakukan perbaikan atau
penyempurnaan;
 Verifikasi kinerja hasil pekerjaan dan pemenuhan tingkat layanan;
 Kriteria pengujian dan penerimaan hasil pekerjaan.
j. Melaksanakan monitoring sebagai bentuk pengendalian mutu hasil
pekerjaan dengan mem perhatikan:
 Penanggung jawab untuk tiap-tiap tahapan kegiatan harus menetapkan
metode yang tepat untuk monitoring dan pengukuran hasil pekerjaan
dari setiap tahapan pekerjaan;
 Monitoring dan pengukuran dilakukan dengan cara memverifikasi
bahwa persyaratan telah dipenuhi;
 Setiap monitoring dan pengukuran dilaksanakan pada tahapan yang
sesuai berdasarkan pengaturan yang telah direncanakan;
 Rekaman bukti monitoring dan pengukuran hasil kegiatan harus
dipelihara kedalam pengendalian rekaman/ bukti kerja setiap unit
kerja harus menentukan, mengumpulkan dan menganalisis data yang
sesuai dan memadai untuk memperagakan kesesuaian dan keefektifan.
k. Melakukan konsultasi dengan Kepala Satuan kerja/Pejabat Pembuat
Komitmen Satuan Kerja apabila ditemukan kejadian masalah kesehatan
pekerja yang berhubungan dengan pandemic Covid-19.

4. Laporan
a. Memberikan laporan dan pendapat teknis administrasi dan teknis teknologis
kepada Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja
mengenai volume, prosentase dan nilai bobot bagian-bagian pekerjaan yang
akan dilaksanakan oleh pemborong.
b. Melaporkan kemajuan pekerjaan yang nyata dilaksanakan, dan
dibandingkan dengan jadwal yang telah disetujui.
c. Melaporkan bahan-bahan bangunan yang dipakai, jumlah tenaga kerja, alat
yang digunakan, dan mutu hasil pelaksanaan.
d. Memeriksa gambar-gambar kerja tambahan yang dibuat oleh Pemborong
terutama yang mengakibatkan tambah atau berkurangnya pekerjaan, dan
juga perhitungan serta gambar konstruksi yang dibuat oleh Pemborong
(Shop Drawing).
e. Memeriksa dan melaporkan penerapan K3 dan protokol kesehatan Covid-19
secara harian.
5. Dokumen.
a. Menerima dan menyiapkan Serita Acara sehubungan dengan penyelesaian
pekerjaan di lapangan, serta untuk keperluan pembayaran.
b. Memeriksa dan menyiapkan daftar volume dan nilai pekerjaan, serta
penambahan atau pengurangan pekerjaan guna keperluan pembayaran.
c. Mempersiapkan formulir, laporan harian, mingguan dan bulanan, Serita
Acara kemajuan pekerjaan, penyerahan pertama dan kedua serta formulir-
formulir lainnya yang diperlukan untuk kebutuhan dokumen
pembangunan, serta keperluan pendaftaran sebagai bangunan gedung
negara.
d. Memeriksa as built drawing yang dibuat oleh pemborong

3.6 Program Kerja


Program Kerja/Rencana kerja di susun oleh konsultan setelah memahami inti dari
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan lingkup yang diberikan. Rencana kerja ini
sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman bagi tim pelaksana pekerjaan untuk
mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan dan untuk mengkoordinasi setiap
kegiatan, sehingga akan dihasilkan pekerjaan yang efektif dan efisien. Metodologi
pelaksanaan kegiatan Konsultan untuk layanan pengawasan teknik ini secara garis
besar akan diuraikan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Pekerjaan Persiapan
Konsultan akan melakukan beberapa kegiatan persiapan seperti :
Menyiapkan Master Schedule untuk mengetahui jadwal kegiatan yang
akan dilaksanakan.
Mobilisasi personil dan peralatan.
Mengumpulkan data desain/perencanaan dan dokumen kontrak
pekerjaan fisik.
Melaksanakan orientasi lapangan awal di lokasi pekerjaan.
Melaksanakan kajian terhadap hasil perencanaan setelah melakukan
peninjauan dilapangan.
Menyusun metodologi dan rencana kerja pengawasan.
Melaksanakan sosialisasi bersama dengan Direksi Pekerjaan.
b. Pre Construction Meeting
Sebelum melaksanakan pekerjaan, Konsultan bersama dengan Direksi
Pekerjaan akan mengundang penyedia jasa untuk menghadiri Pre
Construction Meeting. Dalam pre-construction meeting akan dibahas mengenai
jadwal pelaksanaan dan semua prosedur pengawasan yang harus
dilaksanakan oleh penyedia jasa dalam menyelesaikan pekerjaan ini. Kondisi-
kondisi khusus yang harus diperhatikan oleh pengguna jasa juga akan
disampaikan pada pertemuan ini.
2. Tahap Pengawasan
Konsultan Pengawas akan melaksanakan tugas - tugas pengawasan pada masa
pelaksanaan konstruksi secara keseluruhan dan memberi masukan teknis dalam
pelaksanaannya. Pengawasan pada masa pelaksanaan konstuksi dapat dibagi
dalam beberapa tahapan :
a. Tahap I : Masa Pra-Pelaksanaan Proyek (Pre–Construction)
 Evaluasi dan persetujuan personil dan organisasi kontraktor.
 Evaluasi dan persetujuan jadwal pelaksanaan yang diajukan oleh
kontraktor.
 Evaluasi dan persetujuan fasilitas temporary yang diusulkan kontraktor.
 Pengawasan terhadap kegiatan persiapan kontraktor.
 Pengawasan terhadap mobilisasi alat kontraktor.
 Sosialisasi kepada instansi terkait dan dinas pekerjaan umum mengenai
pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan, sosialisasi ini meliputi
lingkup, metode dan dampak yang akan timbul dilapangan akibat
pelaksanaan pekerjaan.
 Sosialisasi kepada pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkena
dampak langsung pelaksanaan pekerjaan. Dalam hal ini pemangku
kepentingan yang dimaksud antara lain; denda adat, klian dinas,
masyarakat di sekitar lokasi dan semua yang berinteraksi langsung.
b. Tahap II : Awal Pelaksanaan
 Evaluasi dan persetujuan terhadap hasil survey awal kontraktor.
 Evaluasi terhadap volume awal (MC-0), serta melakukan amandemen
kontrak bila terjadi perubahan yang signifikan dengan kontrak utama.
 Evaluasi dan persetujuan terhadap metode pelaksanaan yang diajukan
oleh kontraktor.
 Evaluasi dan persetujuan terhadap material konstruksi yang akan
digunakan oleh kontraktor.
c. Tahap III : Pelaksanaan Proyek (Project Construction)
 Pengendalian jadwal pelaksanaan dan kemajuan pekerjaan melalui rapat
periodik yang terdiri dari rapat mingguan (weekly meeting) dan atau rapat
koordinasi bulanan (monthly meeting).
 Pengawasan rutin terhadap material konstruksi atas kesesuaiannya
terhadap spesifikasi pekerjaan.
 Pengawasan rutin terhadap kualitas pelaksanaan pekerjaan kontraktor.
 Pengawasan terhadap kewajiban administrasi kontraktor sesuai dengan
kontrak.
 Evaluasi dan persetujuan terhadap progress kemajuan pekerjaan dengan
melakukan perhitungan terhadap volume pekerjaan yang telah
diselesaikan.
d. Tahap IV : Akhir Proyek (Project Completion)
 Inspeksi final keseluruhan terhadap hasil pekerjaan dan pengujian
(commisioning) bila perlu.
 Mengevaluasi hasil kerja kontraktor dan menyampaikan daftar
pemeliharaan (defect list) jika ditemui tidak kesempurnaan hasil pekerjaan.
 Evaluasi dan persetujuan terhadap perhitungan volume final pekerjaan
(MC-100), yang selanjutnya dapat diteruskan pada pembayaran final pada
masa serah terima pekerjaan pertama.
 Mengawasi semua kewajiban administrasi kontraktor sesuai kontrak.
 Memberikan rekomendasi pekerjaan telah selesai dan dapat diterima
kepada Pemilik Pekerjaan, yang selanjutnya diterbitkan Sertifikat Proyek
Selesai.
Penyusunan Laporan penyelesaian akhir proyek (Project Completion Report).
 Laporan ini merupakan hasil kerja bersama, sehingga harus dibuat
bersama-sama, dan diserahkan setiap 2 (dua) bulan.

3. Tahap Pasca Konstruksi/ Pengawasan

Tahap pasca konstruksi, mencakup kegiatan-kegiatan:

a. Pemeriksaan Provisional Hand Over


b. Penyusunan Sertifikat Provisional Hand Over.

Dengan mengacu kepada alur tahapan pelaksanaan dan rencana kerja


Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan
Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024
berikut ini disusun jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal penugasan personil, dan
jadwal pemakaian peralatan. Jadwal tersebut disusun juga berdasarkan jumlah waktu
dan tenaga ahli yang tersedia, untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Dari uraian setiap pekerjaan (seperti tersebut dalam metodologi), maka dapat
disusun jadwal pelaksanaan sesuai waktu yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan.
Jadwal pelaksanaan tersebut disusun dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan,
personil yang terlibat, dan hasil pekerjaan yang dicapai serta kemungkinan kendala di
lapangan.
Tim konsultan menyusun jadwal penugasan personil sesuai dengan tahapan
pekerjaan dan koordinasi tim. Jadwal penugasan tersebut diharapkan dapat
memberikan gambaran yang nyata kepada setiap personil yang terlibat dalam
pekerjaan sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara efisien sesuai batasan waktu
yang ada dan dapat berkoordinasi untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Jadwal penugasan personil dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.6 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

PENGADAAN PEKERJAAN JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PENGAWASAN PEMBANGUNAN RUMAH NEGARA KANWIL
DJP KALIMANTAN SELATAN DAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2024
TAHUN ANGGARAN 2024
BULAN KE-I BULAN KE-II BULAN KE-III BULAN KE-IV BULAN KE-V
NO KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A B C D
TAHAP PENGAWASAN KONSTRUKSI
I TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Persiapan konsultan Supervisi
2 Mobilisasi Personil
3 Persiapan Administrasi
4 Pre Construction Meeting
5 Survey Lapangan, Inventori dan Pengukuran Existing Lapangan
6 Review Desain (bila diperlukan)
II TAHAP PENGAWASAN
1 Persiapan Pelaksanaan
2 Pemantauan dan Pengawasan Fisik
3 Rapat Koordinasi Lapangan
4 PHO (Provisional Hand Over )
5 Dokumentasi Pekerjaan Lapangan
III PELAPORAN
1 Penyampaian Laporan Pendahuluan
2 Penyampaian Laporan Akhir Pengawasan
Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024
Tabel 3.7 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli Tahap Pengawasan Konstruksi
Waktu Pelaksanaan Perencanaan
Bulan Ke-
No Posisi Penugasan Nama Personil Bulan
I II III IV V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Team Leader Moch. Yusuf Kurniawan, ST 1,00
2 Tenaga Ahli Arsitektur Arif Khoirul Wafa, ST 0,40
2 Tenaga Ahli Struktur Helmi Romandiansyah, ST 0,40
3 Tenaga Ahli Mekanikal Eko Hadi Parianto, ST 0,35
4 Tenaga Ahli K3 Konstruksi Armedhani Cahya Abadi, ST 0,25
5 Administrasi Antok Setiawan, ST 0,67
6 Pengawas Lapangan 2 (Struktur) Afgan Riyantiarno, A.Md 3,67
7 Pengawas Lapangan 3 (Elektrikal) Wahyu Santoso Kurniawan, st 3,67
7 Estimator Anis Abda Robbik, ST 0,33

Tabel 3.8 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli Tahap Pemeliharaan Konstruksi


Waktu Pelaksanaan Perencanaan
Bulan Ke-
No Posisi Penugasan Nama Personil Bulan
I II III IV V VI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Team Leader Moch. Yusuf Kurniawan, ST 1,00

2 Tenaga Ahli Arsitektur Arif Khoirul Wafa, ST 0,40


2 Tenaga Ahli Struktur Helmi Romandiansyah, ST 0,40
3 Tenaga Ahli Mekanikal Eko Hadi Parianto, ST 0,35
4 Tenaga Ahli K3 Konstruksi Armedhani Cahya Abadi, ST 0,25
5 Administrasi Antok Setiawan, ST 0,67
6 Pengawas Lapangan 2 (Struktur) Afgan Riyantiarno, A.Md 3,67
7 Pengawas Lapangan 3 (Elektrikal) Wahyu Santoso Kurniawan, st 3,67
7 Estimator Anis Abda Robbik, ST 0,33

Keterangan : Masuk Penuh Waktu


Masuk Paruh Waktu
3.7 Organisasi
Dalam suatu pelaksanaan proyek, diperlukan struktur organisasi proyek yang
mampu berperan optimal agar dapat dicapai efiensi dan efektifitas penggunaan sumber
daya yang ada sehingga proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan hasil
yang sebaik-baiknya. Berkaitan pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi
Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan
Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024 ini, maka struktur organisasinya akan
menyangkut hubungan kerja antara pemberi tugas dengan penerima atau pelaksana
pekerjaan (konsultan).
Dalam melakukan tugas, tim konsultan pengawas akan selalu mengadakan
hubungan kerja dengan pihak pemberi tugas. Untuk hal-hal yang berkaitan berkaitan
dengan aspek administrasi proyek, tim konsultan pengawas akan selalu berhubungan
dengan pejabat pembuat komitmen anggaran selaku pengendali proyek, sedangkan
untuk hal-hal yang berkaitan dengan aspek teknis pengawasan, tim konsultan
pengawas akan berhubungan dengan tim teknis yang telah ditunjuk dan disusun oleh
pejabat pembuat komitmen (PPK).
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, maka prinsip efisiensi dan efektifitas
merupakan perioritas utama dalam mekanisme kerja tim konsultan pengawas. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi pemborosan materi, tenaga, serta waktu. Penerapan
mekanisme kerja internal tim konsultan pengawas terutama antara tiap komponen dari
struktur organisasi kerja dilakukan secara terpadu, saling mengisi dan menunjang.
Berdasarkan pertimbangan tersebut tim konsultan pengawas mengajukan usulan
struktur organisasi kerja yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
• Direktur
• Team leader
• Sub Tenaga ahli
Diharapkan dengan susunan usulan struktur organisasi tersebut pekerjaan
Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan
Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024
ini dapat lebih terarah sehingga hasil yang didapatkan pun bisa lebih optimal dengan
pola kerja yang efektif dan efisien. Berdasarkan struktur organsasi yang sudah tersusun
pada Gambar maka deskripsi kewenangan dan tugas dari personil utama konsultan
pengawas selanjutnya dapat dijabarkan sebagaimana berikut ini:
1. Direktur perusahaan
 Selaku penanggung jawab utama pelaksanaan pekerjaan Pengadaan
Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan
Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun
Anggaran 2024
 Bertanggung jawab atas penyelesaian masalah administrasi terhadap
pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan
Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024.
2. Team Leader
Pendidikan minimal S1 Teknik Sipil, dari perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah lulus ujian negara atau yang telah
diakreditasi, atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi,
dibuktikan dengan salinan ijazah, berpengalaman minimal 4 (Empat) Tahun
sebagai Team Leader bidang pengawasan pekerjaan konstruksi, serta
mempunyai Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung (201) / Ahli Muda
Manajemen Konstruksi (601), dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan
tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
 Mengoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi untuk
setiap pelaksanaan pengukuran atau rekayasa lapangan yang dilakukan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dan menyampaikan laporan kepada
PPK sehingga dapat segera diambil keputusan yang diperlukan, termasuk
untuk pekerjaan pengembalian kondisi, pekerjaan minor yang mendahului
pekerjaan utama dan rekayasa terperinci lainnya;
 Mengoordinasikan seluruh Tenaga Ahli Konsultan Pengawas secara
teratur dan memeriksa seluruh pekerjaan di lapangan serta memberi
penjelasan tertulis kepada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi mengenai
apa yang sebenarnya dituntut dalam pekerjaan tersebut, jika dalam
kontrak pekerjaan konstruksi hanya dinyatakan secara umum;
 Memastikan bahwa Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi memahami
Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi secara benar, melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar-gambar, dan
menerapkan metode konstruksi yang tepat dengan kondisi lapangan
untuk setiap pelaksanaan pekerjaan;
 Memeriksa dengan teliti setiap gambar-gambar kerja dan
analisa/perhitungan konstruksi dan kuantitasnya, yang dibuat oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi sebelum pelaksanaan pekerjaan;
 Melakukan inspeksi secara teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua
lokasi pekerjaan dalam kontrak serta membuat laporan kepada PPK
terhadap hasil inspeksi lapangan;
 Membuat rekomendasi kepada PPK untuk menerima atau menolak hasil
pekerjaan, material dan peralatan konstruksi yang tidak sesuai dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan dalam Dokumen Kontrak Pekerjaan
Konstruksi;
 Mengoordinasikan pencatatan kemajuan pekerjaan yang dicapai Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi setiap hari pada lembar kemajuan pekerjaan
(progress schedule) yang telah disetujui;
 Memonitor dan mengevaluasi kemajuan pekerjaan dan segera melaporkan
kepada PPK jika terdapat kemajuan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi dan dapat berpengaruh terhadap
jadwal penyelesaian pekerjaan yang direncanakan. Dalam kondisi
tersebut, maka Team Leader membuat rekomendasi kepada PPK secara
tertulis untuk mengatasi keterlambatan;
 Memeriksa semua kuantitas dan volume hasil pengukuran setiap
pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan
Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah
Tahun Anggaran 2024 yang telah selesai yang disampaikan oleh Quantity
Engineer;
 Menjamin bahwa sebelum Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi diizinkan
untuk melaksanakan pekerjaan berikutnya, maka pekerjaan- pekerjaan
sebelumnya yang akan tertutup atau menjadi tidak tampak harus sudah
diperiksa/diuji dan sudah memenuhi persyaratan dalam Dokumen
Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
 Memberi rekomendasi kepada PPK menyangkut mutu, volume dan
jumlah pekerjaan yang telah selesai dan memeriksa kebenaran dari setiap
bukti pembayaran bulanan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
 Mengoordinasikan perhitungan dan pembuatan sketsa yang benar kepada
PPK di setiap lokasi pekerjaan untuk bahan pertimbangan dalam
pengampilan keputusan/persetujuan;
 Memberi rekomendasi kepada PPK terhadap pencapaian mutu dan hasil
pekerjaan yang sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi
atas usulan pembayaran yang diajukan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi;
 Mengoordinasikan penyusunan laporan mengenai kemajuan fisik dan
keuangan pekerjaan konstruksi yang menjadi kewenangannya dan
menyerahkannya kepada PPK;
 Mengawasi dan memeriksa pembuatan Gambar Terbangun/Terpasang
(as-built drawings) dan mengupayakan agar semua gambar tersebut dapat
diselesaikan sebelum serah terima pertama (provisional hand over); dan
 Menyimpan arsip gambar desain dan menyusun korespondensi kegiatan,
laporan harian, laporan mingguan, laporan kemajuan pekerjaan dan
pengukuran pembayaran.
3. Tenaga Ahli Arsitektur
Pendidikan minimal S1 Teknik Arsitektur, dari perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah lulus ujian negara atau yang telah
diakreditasi, atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi,
dibuktikan dengan salinan ijazah, berpengalaman minimal 1 (Satu) Tahun
dalam bidang pengawasan pekerjaan konstruksi, serta mempunyai Ahli Muda
Arsitektur (101)/ STRA Tingkat Muda, dengan jumlah personil 1 (satu) orang,
tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :
 Memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan dengan gambar
pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan;
 Memastikan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menerapkan ketentuan
keselamatan konstruksi;
 Memastikan bahwa seluruh tenaga kerja konstruksi yang terlibat dalam
pekerjaan konstruksi memiliki Sertifikat Kerja Konstruksi (SKK);
 Memastikan bahwa seluruh peralatan yang digunakan telah memiliki
Surat Izin Laik Operasi (SILO);
 Memastikan bahwa operator alat berat memiliki Surat Izin Operator (SIO);
 Memeriksa kesesuaian penggunaan material/bahan produksi dalam
negeri dan barang impor sesuai dengan formulir Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) dan daftar barang yang diimpor sebagaimana
tercantum dalam kontrak pekerjaan konstruksi;
 Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak
Pekerjaan Konstruksi;
 Memberikan instruksi secara tertulis kepada Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi, apabila metode konstruksi dinilai tidak benar atau
membahayakan dan dicatat dalam buku harian (log book) serta segera
melaporkannya kepada Team Leader;
 Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
 Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan
ketidaksesuaian pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta
melaporkannya kepada Team Leader; dan
 Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi.
4. Tenaga Ahli Quantity Surveyor
Pendidikan minimal S1 Seluruh Jurusan atau Program Studi Bidang
Konstruksi, dari perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah lulus ujian negara atau yang telah diakreditasi, atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah, berpengalaman
minimal 1 (Satu) Tahun dalam bidang pengawasan pekerjaan konstruksi, serta
mempunyai Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung (201)/Ahli Muda Arsitek
(101) atau STRA tingkat Muda, dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas
dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :
 Memeriksa, mengawasi dan melakukan pengujian terhadap mutu proses
dan hasil pekerjaan, material dan peralatan sesuai dengan gambar,
spesifikasi dan dokumen perubahannya; Pengadaan Pekerjaan Jasa
Konsultansi Konstruksi Pengawasan Pembangunan Rumah Negara
Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun Anggaran 2024
 Melakukan pengawasan atas pemasangan, pengaturan dan penempatan
alat ukur dan alat uji sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
 Melaksanakan pengawasan atas semua pengujian yang dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dalam rangka pengendalian mutu
material serta hasil pekerjaannya, dan segera melaporkan kepada Team
Leader jika terdapat ketidaksesuaian dan cacat mutu baik dalam prosedur
maupun hasil pengujiannya;
 Menganalisa semua data hasil pengujian mutu pekerjaan dan
memberikan laporan secara tertulis kepada Team Leader atas persetujuan
dan penolakan penggunaan material dan hasil pekerjaan;
 Mengawasi semua pelaksanaan pengujian di lapangan yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan persyaratan
dalam spesifikasi dan dokumen perubahannya;
 Menyerahkan laporan bulanan yang di antaranya berisikan laporan hasil
pengendalian mutu, data laboratorium serta pengujian di lapangan
beserta risalah/kesimpulan dari data yang ada kepada Team Leader
untuk selanjutnya dilaporkan kepada PPK;
 Menyiapkan format laporan pengendalian mutu pekerjaan, pengujian
hasil pekerjaan dan kriteria penerimaan pekerjaan;
 Menyampaikan laporan hasil uji data mutu material, jumlah benda uji
mutu dan mutu keluaran pekerjaan kepada Team Leader;
 Membuat rekomendasi kepada Team Leader terhadap ketidaksesuaian
mutu pekerjaan dan tindak lanjut penanganannya, guna pencegahan
ketidaksesuaian; dan
 Memberikan panduan di lapangan bagi personel Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi mengenai metodologi pengujian mutu bahan dan pekerjaan.
5. Tenaga Ahli MEP
Pendidikan minimal S1 Teknik Mesin/Teknik Elektro, dari perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah lulus ujian negara atau yang
telah diakreditasi, atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi,
dibuktikan dengan salinan ijazah, berpengalaman minimal 1 (Satu) Tahun
dalam bidang pengawasan pekerjaan konstruksi, serta mempunyai Ahli Muda
Teknik Mekanikal (301) atau Ahli Muda Teknik Tenaga Listrik (401), dengan
jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai
berikut :
 Membantu Team Leader dalam pelaksanaan pekerjaan Manajemen
Konstruksi khususnya bidang elektro dan mekanikal.
 Melakukan review aspek elektrikal maupun mekanikal atas dokumen
perencanaan dan pelaksanaan (gambar dan spesifikasi teknis).
 Memeriksa dan memberikan persetujuan pada semua gambar kerja,
metode konstruksi dan jadual kerja untuk pekerjaan elektrikal dan
mekanikal.
 Melaporkan kepada Ketua Tim terhadap critical part, mengevaluasi
penyebab-penyebabnya dan memberikan saran tindakan yang harus
diambil agar kemajuan pekerjaan berjalan sesuai waktu/jadwal yang
sudah ditetapkan.
 Mengarahkan inspector/pengawas sipil/struktur dalam melaksanakan
tugas pengawasan di lapangan terkait dengan manajemen mutu
kuantitas, kualitas dan kesesuaian dengan spesifikasi teknis.
 Menyusun check list/defect list.
 Memeriksa dan memberikan persetujuan atas pemenuhan item defect list.
 Melaporkan secara berkala hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan
kepada Team Leader.
 Membantu Team Leader dalam pembuatan laporan sesuai dengan
tahapannya.
6. Tenaga Ahli K3 Kontruksi
Pendidikan minimal S1/D4 Teknik Semua Jurusan berpengalaman pada
Pengawasan Bidang Konstruksi Bangunan Gedung, berpengalaman minimal 1
(Satu) tahun dalam pengawasan pekerjaan bangunan gedung, serta memiliki
kualifikasi Ahli Muda K3 Konstruksi (603), dengan jumlah personil sebanyak 1
orang. Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
 Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan aspek
keselamatan konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
untukmendukung terwujudnya tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
 Melakukan pengawasan terhadap penerapan Dokumen SMKK;
 Memeriksa dan membuat rekomendasi terhadap penyusunan dan
pemutakhiran dokumen penerapan Keselamatan Konstruksi;
 Berkoordinasi dengan HSE Engineer Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
dalam mengidentifikasi dan memetakan potensi bahaya yangmungkin
terjadi di lingkungan kerja, termasuk membuat tingkatan dampak dari
bahaya (impact) dan kemungkinan terjadinya bahaya tersebut
(probability);
 Berkoordinasi dengan HSE Engineer Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
dalam menyusun rencana program keselamatan dan kesehatan kerja yang
meliputi upaya preventif dan upaya korektif, untuk mengurangi
terjadinya bahaya/kecelakaan dan menanggulangi kecelakaan yang
terjadi di lingkungan kerja;
 Memonitoring implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan
dengan berkoordinasi bersama HSE Engineer Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi dalam memastikan dampak lingkungan akibat pembangunan
proyek dapat diminimalisir;
 Berkoordinasi dengan HSE Engineer Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
atau pejabat lain dalam penyiapan pengendalian dan keselamatan lalu
lintas yang terlibat di area proyek atau proyek lain yang berkaitan;
 Membuat dan memelihara dokumen terkait kesehatan dan
keselamatankerja, termasuk merancang prosedur baku dan memelihara
borang atau catatan terkait kesehatan dan keselamatan kerja; dan
 Mengevaluasi insiden kecelakaan yang mungkin terjadi, serta
menganalisis akar masalah termasuk tindakan preventif dan korektif yang
diambil.
7. Administrasi
Pendidikan minimal Diploma III Semua Jurusan lulusan perguruan tinggi
negeri atau swasta, berpengalaman minimal 2 (dua) tahun dalam pengawasan
pekerjaan bangunan gedung, dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan
tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
 Memimpin semua aktifitas dalam bidang Administrasi, Keuangan dan
Umum
 Mencatat dan menata semua karyawan yang di Proyek
 Membantu Kepala Proyek untuk mencatat transaksi keuangan di Proyek.
 Membantu Kepala Proyek untuk mencatat dan menyimpan surat keluar
dan masuk di Proyek.
 Bertanggung jawab penuh semua aktifitas Administrasi, Keuangan dan
Umum.
 Bertanggung jawab penuh kelangsungan sernua aktifitas karyawan di
Proyek
 Bertangung jawab penuh terhadap bukti dan pencatatan transaksi
keuangan di Proyek.
 Memberikan masukan kepada, Kepala Proyek tentang kondisi keungan di
Proyek
8. Pengawas Lapangan
Pendidikan minimal Diploma III Teknik Semua Jurusan lulusan perguruan
tinggi negeri atau swasta, berpengalaman minimal 2 (Dua) tahun dalam
pengawasan pekerjaan bangunan gedung, SKT Pengawas Lapangan atau
sertifikat kompetensi lainnya di bidang pengawasan konstruksi dengan
jumlah personil 2 (Dua) orang, tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai
berikut:
 Membantu Chief Inspector Dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dari
aspek prosedur dan kuantitas pekerjaan berdasarkan dokumen kontrak.
 Bertanggung jawab Penuh Terhadap Chief Inspector untuk mengawasi
kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor.
 Melakukan Pemeriksaan gambar kerja kontraktor berdasarkan gambar
rencana serta memeriksa dan memberi ijin pelaksanaan pekerjaan
kontraktor.
 Mengawasi dan memberi pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan agar
sesuai dengan prosedur berdasarkan spesifikasi teknis.
 Berhak Menerima dan menolak hasil pekerjaan kontraktor berdasarkan
spesifikasi teknis.
 Membuat laporan harian mengenai aktivitas kontraktor untuk kemajuan
pekerjaan, terdiri dari cuaca, material yang dating (masuk), perubahan
dan bentuk dan ukuran pekerjaan, peralatan di lapangan, kuantitas dari
pekerjaan yang telah diselesaikan, pengukuran di lapangan dan kejadian-
kejadian khusus.
 Memeriksa gambar terlaksana (As Built Drawing).
 Membuat catatan lengkap tentang peralatan, tenaga kerja dan material
yang digunakan dalam setiap pekerjaan yang merupakan atau mungkin
akan menjadi pekerjaan tambah (extra)
9. Estimator
Pendidikan minimal SMK/Sederajat Semua Jurusan lulusan perguruan tinggi
negeri atau swasta, berpengalaman minimal 2 (dua) tahun dalam Estimator
bidang konstruksi bangunan, dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan
tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
 Menganalisis rencana, tagihan jumlah dan dokumentasi proyek lainnya
untuk memperkirakan biaya
 Meneliti, mencari sumber, menegosiasikan, dan mendapatkan harga dan
penawaran terbaik dari pemasok dan subkontraktor
 Menganalisis data yang dapat memengaruhi biaya (seperti nilai tukar
mata uang dan tingkat produktivitas perusahaan)
 Menilai risiko keuangan, teknis dan operasional proyek
 Mengunjungi lokasi proyek untuk mengumpulkan informasi
 Memiliki kesadaran akan teknologi konstruksi terbaru
 Tetap up to date dengan persyaratan peraturan dan legislatif terbaru
 Bekerja dengan anggota kunci tim proyek (seperti manajer penawaran)
dan berhubungan dengan klien dan pemasok
 Menyimpan catatan terperinci dan menulis laporan
STURKTUR ORGANISASI
PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT

DIREKTUR
Moch. Yusuf Kurniawan, ST.

ADMINISTRASI

PERENCANAAN PENGAWASAN

TENAGA AHLI ASISTEN TENAGA AHLI TENAGA AHLI TENAGA AHLI

SURVEYOR ESTIMATOR DRAFTER OPERATOR KOMPUTER PENGAWAS LAPANGAN


STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
PENGADAAN PEKERJAAN JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PENGAWASAN PEMBANGUNAN RUMAH NEGARA KANWIL DJP
KALIMANTAN SELATAN DAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2024

Direktur
Moch. Yusuf Kurniawan, ST

Team Leader
Moch. Yusuf Kurniawan, ST
Administrasi
Antok Setiawan, ST

Tenaga Ahli Arsitektur Tenaga Ahli Quantity Surveyor Tenaga Ahli MEP Tenaga Ahli K3 Konstruksi

Arif Khoirul Wafa, ST Helmi Romandiansyah, ST Eko Hadi Parianto, ST Armedhani Cahya Abadi, ST

Pengawas Lapangan Pengawas Lapangan Estimator


Afgan Riyantiarno, ST Wahyu Santoso Kurniawan, ST Anis Abda Robbik, ST
STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
PENGADAAN PEKERJAAN JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI
PENGAWASAN PEMBANGUNAN RUMAH NEGARA KANWIL DJP
KALIMANTAN SELATAN DAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2024

SATKER

PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN TIM TEKNIS

KONSULTAN
PENGAWAS

TEAM LEADER

TENAGA PENDUKUNG

DOKUMEN PENYUSUNAN

Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi


Konstruksi Pengawasan Pembangunan
Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan
3.8 Fasilitas Penunjang
Pada Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan
Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun
Anggaran 2024 membutuhkan fasilitas maupun peralatan penunjang untuk
memperlancar pelaksanaan pekerjaan. Dalam hal ini PT. CONCEPT DESIGN
ARCHITECT menyediakan beberapa alat yang dapat digunakan dalam proses
pekerjaan ini. Alat yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8 Data Peralatan Perusahaan PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
Jumlah Lokasi Status
No. Jenis Merk/Type Tahun Kondisi
(Unit) Sekarang Kepemilikan
Six Core,
1. Komputer 10 2017 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Eight Core
Asus, 2012,
2. Laptop 4 Lenovo, 2016, Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Acer 2017
3. Printer 8 Canon 2017 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
4. Scanner 3 Canon 2017 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
5. Jilid Spiral 1 - 2018 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
6. Drone 1 - 2018 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
2013,
7. GPS 4 Garmin 2017, Baik Banyuwangi Milik Sendiri
2018
8. Theodolit 1 Nikon 2009 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Topcon AT-
9. Waterpass 1 2014 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
B4
J – Tech,
10. Roll Meter 6 2017 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Jason
Leica
Meteran
11. 2 Distro 2017 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Laser
Meter
12. Helm 12 - 2019 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
13. Rompi 12 - 2019 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
14. Sepatu Boot 20 - 2019 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Sony,
Casio, 2010,
15. Kamera 15 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Canon, 2017
Nikon
16. Hardisk 4 - Baik Banyuwangi Milik Sendiri
17. schuifmaat 5 Krisbow 2017 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
18. Hammer Test 1 Krisbow 2013 Baik Banyuwangi Milik Sendiri

Dalam proses pengawasan ini diperlukan kendaraan operasional untuk


akomodasi tenaga ahli maupun tenaga pendukung. Hal ini PT. CONCEPT DESIGN
ARCHITECT menyediakan kendaraan berupa kendaraan roda 4 maupun roda 2.
BAB IV
PENYAJIAN HASIL KERJA
BAB IV
PENYAJIAN HASIL KERJA

4.1 Penyajian Hasil Kerja


Dalam pelaksanaan proyek konstruksi terdapat tiga aspek penting yang
menjadi indiaktor keberhasilan suatu proyek yaitu biaya, time schedule (waktu
pelaksanaan proyek yang ditetapkan), dan mutu. Jika biaya dan waktu pelaksanaan
proyek sesuai dengan perencanaan serta kualitas telah dipenuhi, maka proyek
tersebut dapat dikatakan berhasil dan sukses. Dan untuk dapat mencapai
keberhasilan proyek tersebut, maka salah satu faktor yang dapat menunjang adalah
dengan membuat suatu jadwal perencanaan yang betul-betul yang sesuai dengan
keinginan yang akan dicapai.
Dengan adanya jadwal perencanaan akan diperoleh gambaran yang jelas
mengenai urutan kegiatan proyek, hubungan ketergantungan antara kegiatan yang
satu dengan yang lain, mana saja yang merupakan kegiatan-kegiatan kritis,
kebutuhan sumber daya serta alokasinya untuk tiap-tiap kegiatan, dan alokasi waktu
pelaksanaan proyek. Jadwal perencanaan dengan kurva S juga mampu menganalisa
dan bisa dijadikan sebagai fungsi pengelolaan, apabila terjadi keterlambatan waktu
pelaksanaaan suatu kegiatan, bagaimana pengaruhnya terhadap jadwal penyelesaian
proyek secara keseluruhan.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, kurva S diperlukan sebagai pedoman
dalam melakukan aktifitas pembangunan agar dapat berjalan tepat waktu. Selain itu,
kurva S juga digunakan sebagai acuan dalam merencanakan biaya proyek. Di dalam
pengaplikasiannya, kurva S dapat berfungsi sebagai:
1. Pengarah penilaian atas progres pekerjaan secara keseluruhan.
2. Sebagai informasi untuk mengontrol pelaksanaan suatu proyek dengan cara
membandingkan deviasi antara kurva rencana dengan kurva realisai. Jika
terjadi deviasi, maka segera dilakukan langkah-langkah untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi.
3. Kurva S dapat berfungsi sebagai pengkoreksi jadwal yang telah dibuat.
4. Sebagai infomasi untuk pengambilan keputusan berdasarkan perubahan
kurva realisasi terhadap kurva rencana perubahan apakah pekerjaan lebih
cepat atau lebih lembat dari waktu yang sudah ditentukan untuk
menyelesaikan proyek.

4.2 Analisis Dan Gambar Kerja


4.2.1 Gambar-Gambar Dokumen
Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar
yang ada, maupun perbedaan yang terjadi akibat keadaan di tapak, Kontraktor
diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada perencanan atau konsultan Pengawas
secara tertulis untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan di tapak setelah
dilakukan pembahasan antara perencana dengan Pemberi Tugas dan atau direksi
teknis. Semua ukuran yang tertera digambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai terpasang.
Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran
yang tercantum di dalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan konsultan
pengawas. Bila hal tersebut terjadi, segala akibat akan menjadi tanggung jawab
kontraktor. Kontarktor harus selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing
dua salinan, segala gambar, spesifikasi teknis, gambar-gambar pelaksanaan.
Dokumen-dokumen ini harus dapat dilihat Konsultan Pengawas dan Direksi setiap
saat sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu, dokumen-
dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.

4.2.2 Gambar Pelaksanaan


Gambar-gambar pelaksanaan (Shop Drawing) adalah gambar-gambar,
diagram, ilustrasi, jadwal, brosur atau data yang disiapkan oleh Kontraktor.
Kontarktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan segera
gambar pelaksanaan dan contoh yang disyaratkan dalam dokumen kontrak.
Konsultan Pengawas dan Perencana akan memeriksa dan menolak atau menyetujui
gambargambar pelaksanaan atau contoh-contoh secepatnya. Semua pekerjaan yang
memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh yang harus disetujui
oleh Pengawas dan perencana, tidak boleh dilaksanakan sebelum dapat persetujuan
tertulis dari Pengawas dan Perencana.
4.3 Penyajian Spesifikasi
Spesifikasi Teknik adalah bagian dari Dokumen Pelelangan yang berisi
ketentuan-ketentuan mengenai persyaratan teknis pekerjaan yang dilelangkan.
Persyaratan Teknis tersebut mencakup persyaratan teknis bahan baku, persyaratan
teknik bahan olahan, persyaratan teknis cara pelaksanaan pekerjaan termasuk
persyaratan teknis peralatan yang dipergunakan, dan persyaratan teknis produk
akhir yang harus dicapai. Dapat dikatakan bahwa Spesifikasi Teknik merupakan
standar mutu yang ingin dicapai dari hasil Pekerjaan yang dilelangkan.

4.2.3 Standar-Standar Pelaksanaan


Apabila tidak ditentukan lain dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan
mengikat ketentuanketentuan yang tersebut di bawah ini dan dianggap Kontraktor
telah mengetahui dan memahaminya termasuk (apabila ada) segala perubahan dan
tambahannya sampai saat ini, yaitu:
1. Peraturan Pembebanan Bangunan Indonesia ( PBBI )
2. Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan ( PUBB – NI .3 )
3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI–71) dan atau SNI Beton untuk
Bangunan Gedung 1992 (SKSNI T-15-1991-02).
4. Peraturan Perencanaan Perhitungan beton (SNI T-15-1991-03).
5. Peraturan Pembuatan campuran beton (SNI T-15-1990-03).
6. Peraturan Portland Cement (SII 0013-81).
7. Peraturan Baja tulang beton (SII 01236-84).
8. Peraturan Kawat Pengikat beton (SNI 0040-87-A).
9. Peraturan Bata merah (SII 0021-78).
10. Peraturan Pipa PVC untuk air kotor (SNI 0162-1987-A).
11. Peraturan Sambungan pipa PVC untuk air kotor (SNI 0178-1987-A).
12. Peraturan Cat Emulsi (SNI 1253-1989-A).
13. Peraturan Plamur Tembok (SII 0548-81).
14. Peraturan Meni Besi (SNI 0503-1989-A).
15. Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok (SKSNI T-10-1999-f).
16. ASTM C144 untuk aggregate, C150 untuk portlan cement
17. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh instansi Pemerintah
setempat, yang berhubungan dengan permasalahan bangunan.

4.2.4 Persyaratan Bahan-Bahan Bangunan


4.2.4.1 Air
Air yang di pergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,
garam-garam, bahan organis atau lainnya yang dapat merusak beton. Air yang di
pergunakan untuk adukan beton konstruksi harus menurut, sesuai dengan PBI –1971
(Bab 3 ayat 4) serta PUBI-9 standard untuk air agregat.

4.2.4.2 Tanah timbun / Tanah Urug


Tanah yang dipergunakan untuk pekerjaan timbunan harus bersih dari tanah
humus maupun akar kayu serta rumput, bebas sampah dan bebas dari bahan-bahan
organis.

4.2.4.3 Pasir / Agregat Halus


Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam hasil dari desintegrasi
alami batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis. Pasir
laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali
dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan.Agregat halus tidak boleh mengandung
lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering) yang diartikan dengan
lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar
lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci.

4.2.4.4 Kerikil / Agregat kasar


Agregat kasar untuk beton berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada
umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat besar butir lebih
dari 5 mm. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah
butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-
butir Agregat kasar harus bersifat, kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0.063 mm). Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka aregat
kasar harus dicuci. Agregat kasar tidak boleh mengadung zat-zat yang dapat
merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali. Besar butir agregat maksimum
tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping
dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempat dari jarak bersih minimum
diantara batang-batang atau bekas-bekas tulangan. Penyimpangan dari pembatasan
ini diizinkan apabila menurut penilaian pengawas ahli cara-cara pengecoran beton
adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarangsarang kerikil.

4.2.4.5 Semen
Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi (Semen Type I),
berat dan volumenya tidak kurang dari ketentuan yang tercantum pada zak semen.
Pada umumnya tidak terjadi pembatuan atau bongkah-bongkah kecil. Semen untuk
konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang memenuhi ketentuan-
ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam NI.8. Pemakaian semen untuk
setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi atau berat. Ukuran semen
tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5%.

4.2.4.6 Baja Tulangan


Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas dari kotoran-
kotoran, lemak, kulit giling, karat lepas dan bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan. Diameter baja tulangan yang
digunakan harus sesuai dengan diameter yang ditentukan dalam gambar-gambar
rencana atau gambar detail. Jika ternyata dalam pemeriksaan pengawas, diameter
hasil dimaksudkan tidak sesuai dengan diameter besi yang akan dipakai, maka
pemakaiannya harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Pengawas.
Penyimpangan penggunaan baja tulangan dari ketentuan-ketentuan yang berlaku
dinyatakan tidak dapat di terima. Mutu baja tulangan menggunakan fy 3900 untuk
Ø > 13 mm dan fy 2400 untuk Ø < 13 mm.

4.2.4.7 Bahan-bahan lain


Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum di sebutkan
disini akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu
pelaksanaan pekerjaan. Semua bahan-bahan yang dimasukkan untuk dipakai harus
di tunjukan terlebih dahulu kepada Pengawas untuk diperiksa guna mendapatkan
izin pemakaiannya. Semua bahan-bahan bangunan yang tidak di tunjukkan kepada
Pengawas atau ditolak oleh Pengawas, tidak dibenarkan pemakainnya dan harus
dibawa keluar lokasi segera mungkin. Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai
dengan yang ditentukan harus dibongkar dan kerugian yang ditimbulkannya
sepebuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Tidak tersedianya bahan-bahan
bangunan yang akan dipakai di pasaran dengan ini dinyatakan tidak dapat sebagai
alasan terhentinya/tertundanya pelaksanaan pekerjaan.

4.2.5 Penyimpanan Bahan-Bahan


1. Semen
Semen harus ditempatkan / disimpan dalam gudang tertutup, di tempat yang
kering tidak menjadi lembab, tidak mudah rusak dan tidak mudah bercampur
dengan bahan-bahan lain. Semen yang sudah tersimpan lama diragukan
mutunya, maka sebelum dipakai harus diperiksa dahulu kepada pengawas.
2. Agregat
Antara agregat halus dan agregat kasar penyimpanannya dilakukan terpisah.
Jika tempat dasar selalu basah pada musim hujan, maka sebaiknya
penempatannya harus didasari alas tepas/papan.
3. Baja tulangan
Baja tulangan tidak boleh disimpan /ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi
di beri alas/ganjal berupa balok-balok. Penimbunan di tempat terbuka dalam
waktu lama harus di hindarkan.
4. Bahan-bahan lain
Untuk penyimpanan bahan-bahan lain berupa bahan-bahan yang tidak tahan
cuaca sebaiknya ditempatkan di gudang penyimpanan.

4.2.6 Pekerjaan Persiapan


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan Kontraktor harus mempersiapkan jalur
jalan ke lokasi proyekuntuk mempermudah pemasukan bahan bangunan ke
lokasi proyek.
2. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, maka Kontraktor harus terlebih
dahulu merundingkan pembagian halaman kerja untuk tempat mendirikan
kantor, gudang, dan los kerja,tempat penimbunan bahan-bahan dan lain
sebagainya.
3. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan di lokasi, maka Kontraktor harus
menyediakan kantor dengan perlengkapannya, gudang tempat penyimpanan
bahan-bahan dan alat-alat bekerja serta los kerja tempat mengerjakan bahan-
bahan.
4. Kantor, gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai
100 % dan pembongkarannya mendapat persetujuan dari Pengawas.
5. Pembersihan tapak proyek
• Lapangan harus terlebih dahulu dibersihkan dari rumput, semak, akar-
akar pohon dll.
• Segala macam sampah dan barang bongkaran harus dikeluarkan dari
tapak proyek, dan tidak dibenarkan ditimbun di luar pagar proyek
walaupun untuk sementara
6. Pekerjaan penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja
a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur
pompa di tapak proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas
dari debu, lumpur, minyak dan bahan kiamia lainnya yang merusak.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari
sambungan PLN setempat selama masa pelaksanaan, atau menggunakan
diesel.
c. Segala biaya atas pemakaiandaya listrik dan air adalah beban kontraktor.
7. Penyediaan alat pemadam kebakaran
a. Selama pembangunan berlangsung kontraktor harus menyediakan alat
pemadam kebakaran
b. Apabila pelaksanaan pembangunan telah berakhir, maka alat pemadam
kebakaran menjadi milik pemberi tugas.
8. Drainase tapak
a. Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk
pembuangan air yang ada.
b. Pembuatan saluran sementara harus sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan konsultanpengawas.
9. Pagar pengaman proyek
a. Sebelum kontraktor mulai melaksanakan pekerjaan, maka terlebih
dahulu harus memberi pagar pengaman sekeliling lokasi.
b. Syarat pagar pengaman:
• Pagar dari seng gelombang BJLS 20 tinggi 180 cm
• Tiang dolken miminum diameter 8 cm, rangka kayu 4 x 6 cm,
dengan pemasangan 4 jalur menurut tinggi pagar
• Pagar dilengkapi pinti masuk dari bahan yang sama.
10. Kantor direksi lapangan
a. Kantor direksi lapangan harus disediakan oleh kontarktor, terbuat dari
rangka kayu, dinding papan multiplek di cat, cukup pencahayan dan
penghawaan. Kantor direksi dekat dengan kantor kontraktor tetapi
terpisah tegas.
b. Perlengkapan kantor direksi :
• 1 buah meja rapat ukuran 1,2 m x 1,8 m, dengan 10 kursi lipat
• 1 buah meja tulis
• 2 buah AC ukuran 1 pk
• 1 buah lemari ukuran 1,5 x 2 x 0,5 m, dapat dikunci
• 1 buah rak untuk contoh material
• 1 set komputer lengakap dengan printer ukuran A3
b. Dilengkapi dengan ruang WC dengan air bersih secukupnya
c. Alat-alat yang harus senantiasa tersedia di proyek adalah :
• 1 buah kamera digital
• 1 buah alat ukur theodolit dan 1 buah WP
• Topi proyek minimal 10

4.2.7 Pekerjaan Campuran


1. Pekerjaan campuran semen, pasir dan air yang disebut "adukan" atau
"mortar" merupakan jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran
ditentukan dengan ukuran isi, seperti sebagai berikut :
a. Adukan 1:2 untuk adukan pas. dinding 1/2 batu/kedap air. Berarti
menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir.
b. Adukan 1:3 untuk pondasi lajur/Afwerking beton. Berarti menggunakan
1 zak semen : 3 zak pasir.
c. Adukan 1:4 untuk pas. dinding 1/2 batu/adukan biasa. Berarti
menggunakan 1 zak semen : 4 zak pasir.
2. Pekerjaan campuran semen , pasir, kerikil dan air yang disebut "beton" jumlah
semen yang dipakai dalam setiap campuran untuk beton mutu B0, BI dan K-
125 K-175 dan K 225 ditentukan dengan ukuran isi. Sedangkan jumlah semen
yang dipakai dalam setiap campuran untuk beton mutu K-125 dan mutu yang
lebih tinggi ditentukan dengan ukuran berat atau direncanakan, seperti
sebagai berikut:
a. Untuk beton mutu B0 dengan beton 1 : 3 : 5. Berarti menggunakan 1 zak
semen : 3 zak pasir : 5 zak kerikil.
b. Untuk beton mutu BI dan K-125 dengan beton 1 : 2 : 3. Berarti
menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir : 3 zak kerikil.
c. Untuk beton mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi dipakai
perbandingan ukuran berat.
3. Pengadukan mutu adukan mutu K-175 dan beton mutu B0 sedapatnya diaduk
dengan mesin pengaduk, sedangkan untuk beton mutu BI hingga mutu yang
lebih tinggi harus menggunakan mesin pengaduk.
4. Mutu beton pada poer, sloof, balok, kolom dan pelat menggunakan beton
ready mix/beton aduk ditempat dengan memakai molen/concrete mixer
dengan mutu beton adalah beton K250 (PBI 71) atau beton dengan fc : 20,75
Mpa (SNI 1992).
5. Standard :
a. NI-3, Standard untuk pasir.
b. NI-8 Standard untuk PC.
c. NI-10 Standard untuk pasangan bata.
d. PUBI standard untuk air agregat.
6. Bahan/produk
a. Portland Cement: ASTM C150 tipe I merk : semen padang, tiga roda,
atau cibinong.
b. Agregat: Standard type pasangan, memenuhi ASTM C144, bersih,
kering dan terlindung dariminyak dan noda.
c. Air bersih, bebas dari minyak dan alkali.
7. Penyimpangan terhadap ketentuan ini tidak dapat diterima dan pekerjaan
dinyatakan ditolak, sedangkan pekerjaan yang dihasilkannya harus dibongkar
dan kerugian yang diakibatkannya sepenuhnya menjadi resiko pemborong.

4.4 Penyajian Laporan – Laporan


Pada saat Pelaksanaan Konsultan Pengawas harus mempersiapkan segala
sesuatunya untuk mendukung kelancaran tugas dan tanggung jawabnya yang
menyangkut kualitas, kuantitas, dana, waktu dan kebenaran administrasi, yang
harus dipersiapkan, berupa format:
1. Menyusun organisasi kerja pelaksanaan Pengawasan dan rencana kerja
Pengawasan dengan:
a. Memahami dan mempelajari ruang lingkup tugas Supervisi/
Pengawasan. Menyiapkan kontrak beserta kelengkapannya untuk siap
ditanda tangani dan disahkan.
b. Menyiapkan Tenaga Kerja SDM
c. Jadwal dan frekuensi tim Pengawasan setempat
d. Membuat daftar kegiatan khusus untuk kegiatan yang kritis
2. Menetapkan struktur organisasi kerja konsultan pengawas. Pada tahap ini
konsultan pengawas harus sudah mengajukan struktur organisasi kerja dan
pelaksanaan termasuk nama – nama personilnya.
3. Menetapkan dan mengesahkan jadwal induk pelaksanaan / rencana.
Jadwal induk pelaksanaan tersebut dituangkan dalam Time Schedule yang
terdiri dari bar chart dan S – curve. Dengan adanya kurva S dapat diketahui
progres yang telah dicapai. Setiap progres dilaporkan dengan format yang
telah ditentukan.

Gambar 4.1 Kurva S (Pengelola Data, 2024)


Gambar 4.2 Laporan Pengamatan Cuaca (Pengelola Data, 2024)
Gambar 4.3 Laporan Jumlah Tenaga Kerja
(Pengelola Data, 2024)

Gambar 4.4 Laporan Pemasukan Bahan


(Pengelola Data, 2024)
Gambar 4.5 Laporan Pengguanaan Alat
(Pengelola Data, 2024)
Gambar 4.6 Laporan Progress Komulatif
(Pengelola Data, 2024)
Gambar 4.7 Laporan Kemajuan Mingguan
(Pengelola Data, 2024)

4. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat:
 Laporan hasil Uietzeet Lapangan;
 Data – data lapangan
 Dokumentasi awal
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 30 (tiga puluh) hari
kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 6 (enam) buku laporan.
5. Laporan Akhir
 Laporan hasil pengawasan Mingguan dan Bulanan;
 Laporan hasil rapat-rapat (bila ada);
 Laporan hasil pengujian-pengujian (Bila ada);
 Laporan Bulanan dan akhir hasil pengawasan (awal pekerjaan s/d akhir
pekerjaan);
 Dokumentasi Pelaksanaan pengawasan.
Laporan harus diserahkan sebagai persyaratan pembayaran sebanyak 5 (lima)
buku laporan.
BAB V
GAGASAN BARU
BAB V
GAGASAN BARU

5.1. Umum
Gagasan baru merupakan upaya yang dilakukan oleh konsultan sebagai
penyedia jasa dalam rangka memberikan inovasi baru terhadap keluaran pekerjaan
Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi Pengawasan
Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah
Tahun Anggaran 2024. Sehingga diharapkan melalui gagasan tersebut dapat
memberikan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas dan tetap mengacu pada lingkup
pekerjaan sesuai KAK dan penjelasan yang diberikan dalam anwidjzing.

5.2 Inovasi Terhadap Pekerjaan Pengawasasan


Dalam pandangan konsultan PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT untuk
melaksanakan suatu pekerjaan diperlukan inovasi-inovasi yang fokus pada
peningkatan produk pekerjaan tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Sebagaimana biasanya pelaksanaan suatu pekerjaan yang menyangkut data
pekerjaan sebagai dasar dari suatu pengawasan teknis, maka pengambilan
data diupayakan seakurat mungkin dan menggunakan alat yang mendukung,
yakni dengan melakukan pengukuran sedetail-detailnya dan diupayakan
dengan ketelitian yang lebih dari apa yang ada dalam ketentuan Kerangka
Acuan Kerja (KAK) seperti menggunakan Drone untuk pengambilan
dokumentasi 0%, 25%, 50%, 70%, sampai dengan 100%. Dokumentasi yang
didapatkan dari pengambilan drone dapat dijadikan Executive Sumary (Album
Foto Pelaksanaan) yang berisi gambaran singkat proyek dan foto pelaksanaan
pekerjaan.
Gambar 5.1 Drone

2. Pemasangan CCTV di setiap sudut lokasi pekerjaan untuk mempermudah


pemantauan lokasi pekerjaan terhadap keamanan lokasi kerja.

Gambar 5.2 CCTV

Gambar 5.3 Visualisasi Pembangunan

3. Pengukuran Jarak (Digital Laser Measurement)


Alat pengukur jarak sudah berkembang sedemikian canggih sehingga tidak
perlu lagi menggunakan rol meter yang mempunyai kelemahan dalam hal
ketelitian dan waktu pelaksanaan serta tenaga pelaksana. Konsultan akan
menggunakan alat digital untuk pelaksanaan pengukuran baik jarak maupun
dimensi bangunan yang akan ditangani.

Gambar 5.4 Digital Laser Measurement

4. Penerapan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) di


lokasi pekerjaan untuk menjamin dan melindungi keselamatan, kesehatan dan
keamanan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Adapun tujuan penerapan K3 di lokasi pekerjaan antara
lain :
• Meningkatkan efektivitas perlindungan K3 yang terencana, terukur dan
terintegrasi;
• Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan atau Serikat Pekerja/ Serikat Buruh;
• Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
Konsep K3 dirancang untuk memberikan jaminan agar aktivitas kerja di
perusahaan bisa berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya, K3 memiliki banyak
fungsi, baik bagi perusahaan maupun karyawan, yaitu:
• Sebagai pedoman dalam mengidentifikasi serta menilai risiko dan bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
• Sebagai referensi dalam memberikan saran tentang perencanaan, proses
pengorganisasian, desain tempat kerja, dan implementasi pekerjaan.
• Sebagai pedoman dalam memantau keselamatan dan kesehatan para pekerja
di lingkungan kerja.
• Sebagai dasar dalam memberikan saran tentang informasi, pendidikan, dan
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja serta alat pelindung kerja;
• Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan program
pengendalian bahaya.
• Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkah-langkah dan program
pengendalian bahaya.
• Sebagai alat dalam mengelola pertolongan pertama pada kecelakaan dan
tindakan darurat lainnya.

Klasifikasi Kecelakaan Kerja


1. Menurut Jenis Kecelakaan
- Terjatuh
- Tertimpa benda jatuh
- Tertumbuk atau terkena benda
- Terjepit oleh benda
- Gerakan yang melebihi kemampuan pengaruh suhu tinggi
- Terkena sengatan arus listrik tersambar petir
- Kontak dengan bahan-bahan berbahaya, dan lain-lain
2. Menurut Sumber atau Penyebab Kecelakaan
- Dari mesin
- Alat angkat dan alat angkut
- Bahan atau zat berbahaya dan radiasi
- Lingkungan kerja
3. Menurut Sifat Luka atau Kelainan : Patah tu1ang, memar, gegar otak, Iuka
bakar, keracunan mendadak, akibat cuaca, dsb.

Prosedur K3 Sederhana
Berikut prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) yang
dapat dilakukan di lokasi pekerjaan :
1. Mengikuti apel dan mengisi absensi.
2. Mengikuti briefing pertama tentang pengenalan alat pelindung diri (APD)
dan penggunaan alat-alat yang dipimpin pengawas K3.
3. Melakukan pemeriksaan atau pengecekan APD untuk memastikan alat-alat
yang akan digunakan tidak rusak atau cacat sehingga dapat mengakibatkan
kecelakaan atau memengaruhi kesehatan pekerja.
4. Memakai APD secara benar dengan mengikuti instruksi dari pengawas K3
dan pengawas memastikan APD sudah digunakan secara benar.
5. Melakukan inspeksi terhadap mesin atau peralatan yang akan digunakan
dalam bekerja.
6. Mengikuti briefing kedua yang dipimpin pengawas K3 mengenai mekanisme
kerja untuk menghindari kecerobohan pekerja.
7. Memulai pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.

Selain pekerja, pengawas K3 pun harus mengikuti prosedur yang ditetapkan


untuknya setelah para pekerja memulai pekerjaannya, yaitu ;
- Melakukan pengecekan ulang untuk mengetahui apakah pekerja melakukan
pekerjaan sesuai prosedur K3 atau tidak;
- Melakukan patroli keamanan untuk memastikan keamanan pekerja dan
melakukan penertiban sesuai peraturan perusahaan;
- Melakukan pendataan kejadian di lapangan, termasuk mencatat apakah ada
kecelakaan yang terjadi saat pekerjaan berlangsung atau tidak.

Peralatan Perlindungan Diri


Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk
melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa
terjadi dalam proses konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang
bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh
seseorang yang bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak
yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk digunakan.
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua
keperluan peralatan/ perlengkapan perlindungan diri atau personal protective
Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja, yaitu :
1. Rompi
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
Megingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya
mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian kerja yang
digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan
yang bekerja di kantor.

Gambar 5.5 Rompi

2. Safety shoes
Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki
karena benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya.

Gambar 5.6 Safety Shoes

3. Kacamata Safety
Kacarnata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu,
atau serpihan besi yang beterbangan. Mengingat partikel – partikel debu
berukuran sangat kecil yang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya maka
perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan
kacamata adalah mengelas.
Gambar 5.7 Kacamata safety
4. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung
tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

Gambar 5.8 Sarung Tangan

5. Helm Safety
Helm Safety berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.

Gambar 5.9 Helm Safety

6. Sabuk Pengaman / Body Harnes


Body Harnes berfungsi sebagai pelindung diri ketika pekerja bekerja/berada
di atas ketinggian. Dengan menggunakan Body Harnes pekerja dapat
terlindungi ketika bekerja di lokasi ketinggian.
Gambar 5.10 Body Harnes

7. Penutup Telinga (Ear Plug)


Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
Dengan menggunakan penutup telinga pekerja dapat terlindungi.

Gambar 5.11 Penutup Telinga (Ear Plug)

8. Masker
Masker digunakan untuk melindungi saluran pernafasan pekerja dari debu –
debu halus. Dengan menggunakan masker pekerja dapat terhindar dari
gangguan pernafasan yang diakibatkan dari debu.

Gambar 5.12 Masker


5.3 Gagasan – Gagasan Baru untuk Meningkatkan Keluaran
1. Team Supervisi mengusulkan adanya rapat koordinasi antara Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana, Kontraktor Pelaksana, Direksi Lapangan,
PPK dan Instansi terkait yang terlibat agar pelaksanaan pekerjaan dapat
terkoordinasi dengan baik demi kelancaran pekerjaan agar selesai seuai
dengan time schedule. Rapat – rapat yang dimaksud antara lain meliputi :
 Rapat Koordinasi Lapangan setiap Minggu atau dua Minggu yang
diselenggarakan secara rutin dan dihadiri oleh unsur pelaksana
pekerjaan di lapangan, unsur Konsultan Supervisi Konstruksi, Konsultan
perencana, serta wakil dari Pemberi Tugas dan unsur teknis lainnya.
Dalam rapat tersebut membahas secara rutin evaluasi perkembangan
pekerjaan dan koordinasi selama periode mingguan/dua mingguan,
 Rapat Koordinasi Teknis Terbatas, yang dapat diselenggarakan secara
terbatas dan insidentil, khusus untuk membahas suatu permasalahan
teknis tertentu yang muncul di lapangan. Rapat tersebut dihadiri oleh
unsur-unsur teknis (setara Tenaga Ahli) dari Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana dan pihak pemberi Tugas.
 Rapat Koordinasi Bulanan, yang dapat dipimpin oleh Pemimpin Proyek
(atau Konsultan Supervisi) dan dihadiri oleh seluruh unsur
penyelenggara Proyek (Pemberi Tugas/Kuasa Pengguna Anggaran,
suplier dan lain-lain). Dalam rapat tersebut dibahas perkembangan
pekerjaan selama kurun waktu bulanan, serta rencana-rencana kerja
bulan berikutnya, termasuk koordinasikoordinasi yang harus dilakukan.
 Rapat Insidentil, yang hanya diadakan secara insidentil untuk
membahas permasalahan teknis yang mendesak dan berdampak besar
bagi jalannya proses konstruksi fisik di lapangan. Rapat ini dihadiri oleh
Unsur proyek maupun dinas teknis yang terkait langsung dengan detail
permasalahan.
 Rapat Intern Konsultan Supervisi Konstruksi, Rapat ini akan
dilaksanakan secara kontinyu dengan melibatkan personil yang terkait
baik yang ada di kantor pusat maupun di lapangan. Tujuan rapat
lapangan adalah untuk melakukan koordinasi diantara staf Supervisi
konstruksi didalam pelaksanaan fungsi Supervisi Konstruksi disemua
aspek dan kegiatan membangun.
2. Didalam Pembuatan dan pelaporan berkala, seperti yang telah juga
ditetapkan didalam Rencana Kerja & Syarat. Penyusunan laporan tersebut
harus sesuai prosedur dengan format penyusunan yang jelas dan efektif.
3. Penyelenggaraan Surat Menyurat, penyebaran dan pengarsipannya harus rapi
dan terstruktur.
4. Dibuatnya Direksi keet untuk rapat koordinasi pekerjaan dilokasi pekerjaan.
5. Kantor konsultan pengawas dekat dengan lokasi pekerjaan agar komunikasi
dan koordinasi bisa terjalin dengan baik.
6. Mensikapi setiap masalah dan kesulitan yang ada dilapangan dan mencari
solusi terbaik secara bersama – sama agar pekerjaan bisa terlaksana dengan
lancar dan sesuai yang di inginkan.

Dengan media dan ruang komunikasi tersebut, bila berjalan sesuai dengan
prosedur dan mekanisme akan menjadi kunci suksesnya koordinasi penanganan
pekerjaan, sehingga akan berdampak pada pengendalian pekerjaan yang baik dan
lancar.
SURAT PERNYATAAN
MANAJEMEN TIDAK DALAM PENGAWASAN PENGADILAN, TIDAK
BANGKRUT/PAILIT, TIDAK SEDANG DIHENTIKAN KEGIATAN USAHA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST.
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk : PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
dan atas nama
Alamat : Jl. Merpati No. 18 Genteng - Banyuwangi
Telepon/Fax : 0333-844332/ 0333-844332
E-mail : [email protected]/[email protected]

Bersama ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa perusahaan kami sejak berdiri hingga
saat ini selalu memiliki managemen tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, dan
tidak sedang dihentikan kegiatan usahanya baik dilingkungan Instansi
Pemerintah/Swasta/BUMN dan BUMD diwilayah hukum Negara Republik Indonesia.

Surat pernyataan ini dibuat untuk Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan Pembangunan Rumah Negara Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan
Tengah Tahun Anggaran 2024.

Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan kami sanggup dituntut dimuka
Pengadilan apabila semua keterangan yang diberikan ternyata tidak benar.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banyuwangi, 19 Juni 2024


PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT

MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST


Direktur
SURAT PERNYATAAN
TIDAK MASUK DALAM DAFTAR HITAM

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk : PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
dan atas nama
Alamat : Jl. Merpati No. 18 Genteng - Banyuwangi
Telepon/Fax : 0333-844332/ 0333-844332
E-mail : [email protected]/[email protected]

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya dan/atau semua pengurus Badan
Usaha yang saya wakili tidak masuk dalam Daftar Hitam.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar – benarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Banyuwangi, 19 Juni 2024


PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT

MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST


Direktur
SURAT PERNYATAAN
KESANGGUPAN MENANGGUNG SEGALA RESIKO

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk : PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
dan atas nama
Alamat : Jl. Merpati No. 18 Genteng - Banyuwangi
Telepon/Fax : 0333-844332/ 0333-844332
E-mail : [email protected]/[email protected]

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya dan/atau semua pengurus Badan
Usaha yang saya wakili, sanggup dan bersedia menanggung segala resiko yang ditimbulkan
terhadap kesalahan dokumen pengawasan (Gambar, RAB dan Struktur) terhadap
ketidaksesuaian dilapangan.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar – benarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Banyuwangi, 19 Juni 2024


PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT

MMOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST.


Direktur
SURAT PERNYATAAN
TIDAK SEDANG MENJALANI SANKSI PIDANA PENJARA DENGAN
HUKUMAN BADAN ATAU HUKUMAN PERCOBAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk : PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
dan atas nama
Alamat : Jl. Merpati No. 18 Genteng - Banyuwangi
Telepon/Fax : 0333-844332/ 0333-844332
E-mail : [email protected]/[email protected]

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya dan/atau semua pengurus Badan Usaha
yang saya wakili, tidak sedang menjalani pidana dengan hukuman badan atau hukuman
percobaan.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar – benarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Banyuwangi, 19 Juni 2024


PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT

MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST.


Direktur

Anda mungkin juga menyukai