LP Polip Abdomen

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal, Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal. (Amin Huda: 2015)
Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan
bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang mendasari hal
ini adalah infeksi pada organ di dalam perut (mencret, radang kandung empedu,
radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). (Hardi
Kusuma: 2015)
Kolik abdomen merupakan nyeri yan gdapat terlokalisasi dan dirasakan seperti
perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial
ataupun total baik oragan tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut
dipengaruhi peristaltik. (gilroy, 2013).
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan
kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang
bersifat fatal. (Amin Huda: 2015).
2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan
juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati
dan kandung empedu.
Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi

a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap
yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi
oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh
saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-
potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani
yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring Didalam lengkung faring terdapat
tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang, Keatas bagian
depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan
tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri
dari 3 bagian yaitu: Kardia, Fundus, Antrum
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting Lendir, Asam klorida (HCl), Prekursor pepsin (enzim yang
memecahkan protein).
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta.
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung
dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan)
2) Kolon transversum
3) Kolon desendens (kiri)
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
g. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ
ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki
sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks
pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
i. Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
j. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak
pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
k. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai
fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran penting
dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam
pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau
hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
l. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia,
panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna
jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
3. Klasifikasi
Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral dimana intervasi berasal
dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi otot, bukan karena iritasi lokal,
robekan atau luka karakteristik nyeri visceral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan
cenderung beralih ke area dengan struktur embrional yang sama.
Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya
serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan non
bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang di bawah 2
tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan menjadi penyebab
gastrointestinal dan luar gastrointestinal.
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan:
1. organik (fungsional)
2. psikogenik (psikosomatik).
Biasanya harus dicari dulu penyebab organik, bila tidak ditemukan bisa dipikirkan
kemungkinan penyebab psikogenik . Cara pendekatan seperti ini tentu akan banyak memakan
waktu dan biayaPada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
b. Tipe kolesterol: Batu kolesterol terjadi akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol
berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis ke larutan kolesterol dalam empedu.
c. Tipe pigmen empedu: Tipe pigmen biasanya akibat proses hemolitik atau investasi E. Coli ke
dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin
dapat menjadi Kristal kalsium bilirubin
d. Tipe campuran.(amin huda:2015)
4. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
a. Secara mekanis :
1) Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang)
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus)
4) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
5) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
6) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat bergerak)
2) Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas)
3) Enteritis regional
4) Ketidak seimbangan elektrolit
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak
bekerja secara efektif) (Reeves, 2011).
5. Manifestasi Klinis
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada
interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan
difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadmuntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram
nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir;
distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat.
Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

6. Patofisiologi
Colic abdome adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus intestinal. Rasa
nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam
abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ perut (diare, radang kandung empedu,
radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu
suatu kegawatan abdomen yang dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba
dan berlangsung kurang daari 24 jam. Colic abdomen terkait pada nyeri perut serta gejala seperti
muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik abdomen nyeri dapat
berasal dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi
nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut.
Walupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu,
nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.
(Gilroy: 2013)
7. Pathway
KOLIK ABDOMEN

Apendisitis akut Kehamilan ektopik


Kolesistitis akut Aneurisma yang pecah
Hernia strangulate
Pancreatitis akut Pendarahan limpa, hati
Hernia inkarserata
Perforasi organ dalam
Volvulus usus

Peradangan Obstruktif Perdarahan

Hambatan pasase dalam


Peningkatan regangan/tarikan, organ,
RESIKO INFEKSI Organ (obstruksi usus)
kontraksi berlebih

Peningkatan tekanan intra


Abdomen Merangsang peritoneum
Mual, muntah viseral
Penurunan aliran darah
RESIKO
KETIDAKSEIMBANGAN Hipoksia jaringan dinding Nyeri viseral
CAIRAN saluran

GANGGUAN RASA NYAMAN


Peningkatan metabolism
anaerob

Penumpukan asam laktat

NYERI AKUT
8. Komplikasi
1. Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus )
2. Kolik biliaris
3. Kolik intestinal (obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang)
4. Gangren:Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel/jaringan.
Gangren kandung empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh infeksi pada
organ-organ tersebut.
5. Sepsis:Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana tekanan
darah turun.
6. Fistula:Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ. Batu
empedu mengerosi dinding kandung empedu atau salurang empedu, menimbulkan
saluran baru ke lambung, usus dan rongga perut.
7. Peritonitis:Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut
yang steril terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke rongga perut.
8. Ileus:Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila batu
berukuran cukup besar.(Amin huda: 2015)

9. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar
serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik. (Amin
huda: 2015)

10. Penatalaksanaan
1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2. Terapi Na+, K+, komponen darah
3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik,
ileus paralitik atau infeksi.
8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
(Amin huda: 2015)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Kebanyakan pasien Colic Abdomen terjadi pada wanita dewasa usia lebih dari 30
tahun. Tetapi tidak menutup kemungkinan usia dibawah 30 tahun terkena colic
abdomen, dikarenkan pola hidup yang tidak sehat. Risiko seorang wanita menderita
colic abdomen dapat berubah seiring dengan waktu. (Astrid Savitri, dkk., 2015)
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien Colic Abdomen biasanya klien
masuk ke rumah sakit karena merasakan sakit yang luar biasa pada bagian perut,
mengeras, serta nyeri. (Wijaya & Putri, 2013).
3. Riwayat penyakit sekarang
Uraian mengenai penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang dirasakan sampai
saat dibawa ke layanan kesehatan, apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain
serta pengobatan yang telah diberikan dan bagaimana perubahannya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada pasien yaitu tentang
penyakit apa saja yang pernah diderita. Apakah pasien pernah mengalami penyakit
yang sama sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Adanya keluarga yang mengalami Colic Abdomen berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami Colic Abdomen atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit lainnya.
6. Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari (Padila, 2012 dalam Andini, 2018). Pada penderita kanker
payudara akan terjadi perubahan tubuh sejak kanker mulai menyebar pada tubuh,
menyebabkan perubahan persepsi sehingga pasien harus beradaptasi dari sisi
fisiologis dan psikososial baik konsep diri, peran fungsi dan interdependensi. Adanya
gejala fisik seperti kerontokan rambut dimana rambut merupakan identitas diri pasien
sehingga ketika mengalami kebotakan akan mempengaruhi penampilan mereka dan
kondisi ini akan menimbulkan persepsi serta harga diri yang negatif (Ambarwati, 2017)
7. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan (B1)
Adanya keluhan sesak, terlihat menggunakan alat bantu nafas, RR

b. Sistem Kardiovaskuler (B2)


Terdapat TD, nadi yang normal, crt normal kurang dari 2 detik, hasil lab
ECG

c. Sistem Persyarafan (B3)


Terjadi penurunan kesadaran, pola tidur yang tidak teratur karena
merasakan nyeri, pemeriksaan 12 saraf kranial
d. Sistem Perkemihan (B3)
Terlihat memakai kateter atau tidak, memonitor produksi urine, ada
tidaknya nyeri tekan
e. Sistem Pencernaan (B4)
Pasien bisa mengalami melena, mengukur TB, BB sebelum dan sesudah
sakit, mukosa bibir kering dan tidak ada gangguan perasa, nafsu makan
menurun, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan.
f. Sistem Penglihatan (B5)
biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak
ikterik, tidak ada nyeri tekan.
g. Sistem Pendengaran (B6)
normalnya bentuk dan posisi simetris, Tidak ada tanda-tanda infeksi dan
tidak ada gangguan fungsi pendengaran, tidak ada nyeri tekan.
h. Sistem Muskuloskeletal
biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas, pergerakan sendinya
bebas.
i. Sistem Integumen
Pasien merasakan nyeri karena penyakitnya, ada tidaknya luka decubitus
maupun ekskoriasis
j. Sistem Endokrin
pasien yang memiliki riwayat DM harus dilihat ada atau tidaknya luka
gangren, atau adanya infeksin pada area kaki.
8. Pengkajian Pola Fungsional
a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan sakit yang terasa pada perutnya
kerumah sakit karena menganggap itu hanya sakit biasa.
b. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan
terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri
saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu
karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
f. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
g. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi sosial.
h. Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan.
i. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.
j. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang
dada.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (gangguan


peristaltik).

2. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)

3. Resiko Ketidakseimbangan cairan b.d obstuksi intestinal

4. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI

1. Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (1.14539)


ketidakadekuatan tindakan 2x24jam Tindakan :

pertahanan tubuh infeksi tidak akan Observasi :

primer (gangguan terjadi  Monitor tanda dan gejala infeksi


lokas dan sistemik.
peristaltik).
Terapeutik :
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada
area edema.
 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien.
Edukasi :
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar.
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi.
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan.
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu.
2. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (1.08238)
pencedera fisiologis tindakan 2x24jam Tindakan :

(mis, inflamasi, diharapkan skala Observasi

iskemia, neoplasma) nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kulaitas,
intesitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non
verbal
 Identifikasi faktor yang
mempeberat dan memperingan
nyeri
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitas istirahat tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
3 Resiko - Keseimbangan Manajemen cairan (1.03098)
Ketidakseimbanga cairan Tindakan :

n cairan bd (L.03020) Observasi

obstruksi intestinal - Setelah  Monitor status hidrasi (frekuensi


nadi, kekuatan nadi, akral)
dilakukan
 Monitor berat badan harian
tindakan
 Monitor hasil pemeriksaan
keperawatan
laboratorium
selama 2x24jam
Terapeutik
cairan terpenuhi
 Catat intake –output dan hitung
balance cairan 24 jam
 Berikan asupan cairan, sesuai
kebutuhan
 Berikan cairan intravena, jika
perlu
Kolaborasi
kolaborasi pemberian diuretik,
jika perlu

4. Gangguan rasa Status Pengaturan posisi (1.01019).


nyaman b.d gejala kenyamanan Tindakan :

penyakit (L08064) Observasi

Setelah dilakukan  Monitor status oksigenasi

tindakan 3x24jam sebelum dan sesudah mengubah


posisi.
 Monitor alat traksi agar selalu
tepat.
Trapeotik
 Tempatkan pada matras atau
tempat tidur trapeotik yang tepat.
 Atur posisi tidur yang disukai,
jika tidak kontra indikasi.
 Posisikan pada kesejajaran tubuh
yang tepat.
 Minimalkan gesekan dan tarikan
saat mengubah posisi.
Edukasi
 Informasikan saat akan dilakukan
perubahan posisi.
 Ajarkan cara menggunakan
postur yang baik dan mekanika
tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum menguba
posisi, jika perlu.

4. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana


perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam Haryanto, 2007).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam Potter & Perry, 2011).

5. EVALUASI
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009).
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak, dkk.,
2011). Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana : (Suprajitno dalam Wardani,
2013)
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O:Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Anda mungkin juga menyukai