C. Mikroorganisme Yang Berperan Pada Proses Fermentasi
C. Mikroorganisme Yang Berperan Pada Proses Fermentasi
C. Mikroorganisme Yang Berperan Pada Proses Fermentasi
ini dikenal dua jenis oncom, yaitu merah dan hitam. Perbedaan kedua jenis
oncom tersebut terletak pada jenis kapang. Oncom merah dihasilkan oleh
kapang Neurospora sitophila yang mempunyai strain jingga, merah, merah
muda, dan warna peach. Sedangkan oncom hitam dihasilkan oleh kapang
Rhizopus oligosporus. Jadi, warna merah atau hitam pada oncom ditentukan
oleh warna pigmen yang dihasilkan oleh kapang yang digunakan dalam proses
fermentasi. Menurut James di dalam Rieza (2013) pada saat pembuatan
oncom, sangat penting untuk memperhatikan masalah higiene untuk
mencegah timbulnya pencemaran dari mikroba-mikroba lain, terutama kapang
Aspergillus flavus yang mampu memproduksi racun aflatoksin. Kapang
Aspergillus flavus juga biasanya tumbuh pada kacang-kacangan dan biji-bijian
yang sudah jelek mutunya sehingga sangat dianjurkan menggunakan bahan
baku yang baik mutunya untuk mencegah terbentuknya racun aflatoksin.
Akan tetapi kita tidak perlu terlalu khawatir dengan racun aflatoksin, karena
kapang Neurospora sitophila dan Rhizopus oligosporus mampu berperan
sebagai penekan produksi aflatoksin. Proses fermentasi oleh kapang Neurospora
sitophila dan Rhizopus oligosporus dapat mencegah terjadinya efek flatulensi
(kembung perut). Selama proses fermentasi oncom, kapang akan menghasilkan enzim
alpha-galaktosidase yang dapat menguraikan rafinosa dan stakhiosa kedelai sampai pada
level yang sangat rendah, sehingga tidak berdampak pada terbentuknya gas (Rieza, 2013).
4. Fermentasi Nata de Coco
Bahan daar pembuatan nata de coco adalah air kelapa. Pada
pembuatannya nata de coco menggunakan bakteri Acetobacter xylinum.
Pertumbuhan Acetobacter xylinum dalam medium yang cocok seperti air
kelapa menghasilkan massa berupa selaput tebal pada permukaan medium
yang mengandung 35-62% selulosa. Lapisan tebal pada permukaan medium
tersebut merupakan hasil akumulasi polisakarida ekstraseluler (nata). Nata
tersusun oleh jaringan microfiber yang merupakan tipe selulosa yang
mempunyai struktur kimia seperti selulosa yang dibentuk oleh tumbuhan
tinggi (Hamad dalam Moore, 2013).
4
sp. dan Rhizopus sp. Fermentasi padat memerlukan waktu selama 3-5 hari.
Hasil fermentasi padat disebut koji/tempe, jika menggunakan Aspergillus sp.
dan disebut tempe, jika menggunakan Rhizopus sp. Selanjutnya, koji/tempe
dikeringkan, kemudian direndam dalam air garam 20-30%. Proses
perendaman koji/tempe dalam air garam disebut fermentasi moromi. Mikroba
yang berperan dalam fermentasi moromi, adalah mikroba tahan garam seperti
Hansenula sp., Zygosaccharomeces sp., dan Lactobacillus sp. Fermentasi
moromi memerlukan waktu selama 14-28 hari. Cairan hasil fermentasi
moromi disebut moromi. Selanjutnya moromi ditambah dengan rempah-
rempah dan dikentalkan sehingga diperoleh kecap. Ampas dari fermentasi
moromi dapat digunakan sebagai pakan ternak.
7. Fermentasi Keju
Keju merupakan suatu produk pangan yang berasal dari hasil
penggumpalan (koagulasi) dari protein susu. Susu yang digunakan dalam
pembuatan keju adalah susu sapi.Prinsip fermentasi keju yang merupakan
produk pangan yaitu dengan prinsip fermentasi asam laktat oleh bakteri asam
laktat. Ada lebih dari 3000 jenis keju yang dikenal yang semuanya
mempunyai karakteristik yang berlainan. Ada beberapa jenis bakteri asam
laktat yang berperan dalam pembuatan keju, diantaranya Propionibacterium,
Streptococus thermophillus, Lactococus lactis, dan Leuconoctos
mesenteroides. Keju swiss yang khas dengan citarasa asam propionatnya
dihasilkan oleh bakteri Propionibacterium shermani. Sedangkan lubang-
lubang yang dihasilkan pun terjadi karena terbentuknya gas karbondioksida
yang diproduksi selama fermentasi (Darwinda, 2010).
8. Fermentasi Yoghurt
Salah satu cara untuk mengawetkan susu adalah mengasamkannya
dengan membuat yoghurt. Prinsip pembuatan yoghurt adalah susu
difermentasi dengan menggunakan biakan campuran Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophilus, sehingga menghasilkan konsistensi
menyerupai "pudding” . Kata yoghurt berasal dari "yugurt" dalam bahasa
6
Turki . Namun nama produk ini sangat bervariasi di beberapa negara, antara
lain "leben" di Mesir, "lebeny" di Syria, "dadhi" di India dan "mazum" di
Amerika. Yoghurt merupakan makanan dan minuman tradisional yang penting
di negara-negara Balkan dan Timur Tengah dan juga sudah lama dikenal di
Eropa Selatan, Asia Selatan, Mesir dan di sekitar Mediteran. Yoghurt
bermanfaat bagi orang yang tidak tahan terhadap gula susu (lactose), yang
dikenal sebagai penderita "lactose intolerance (Sirait, 1984).
Susu yang digunakan untuk pembuatan yoghurt umumnya susu murni,
susu skim, susu bubuk tanpa lemak, susu skim kondensat, susu yang sebagian
lemaknya telah dihilangkan ataupun kombinasi dari berbagai macam susu
tersebut. Untuk produksi dalam skala besar biasanya digunakan tambahan
padatan susu tanpa lemak atau susu bubuk tanpa lemak. Bahan-bahan 7
tambahan lain yang ditambahkan dalam pembuatan yoghurt adalah pemanis,
pewarna makanan, bahan penstabil dan buah-buahan sebagai flavor (Koswara,
2009).
Proses pertama pembuatan yoghurt yaitu perebusan dengan merebus
susu diatas api sedang. Ketika sudah mendidih, kecilkan api dan biarkan
mendidih selama 10 menit. Setelah itu susu dihomogenisasi dan didinginkan
hingga suhu 45o C. Pada saat pendinginan ini ditambahkan essence 7 mL dan
pewarna. Selanjutnya adalah pencapuran bakteri Lactobacillus bulgaricus
dengan volume yang sama. Pencampuran harus dilakukan di tempat yang steril
agar tidak terkontaminasi bakteri lain. Suhu yang baik untuk pertumbuhan
biakan yoghurt adalah sekitar 45o C. Calon yoghurt tersebut sebaiknya
diinkubasi pada suhu 45o C. Selanjutnya tunggu selama 5 jam. Jika susu sudah
menggumpal, susu bisa diangkat. Untuk memperpanjang umur yoghurt
dilakukan Pasteurisasi yaitu dengan dipanaskan pada suhu 70o C selama 15
menit.
9. Fermentasi Kombucha
Kombucha merupakan produk minuman hasil fermentasi yang
mengandung sejumlah vitamin, mineral, enzim, dan asam organik. Teh
7