Hubungan Antara Self Compassion Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Sma Negeri 2 Ujungbatu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 79

HUBUNGAN ANTARA SELF COMPASSION DENGAN

PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NEGERI


2 UJUNGBATU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar


Sarjana Strata Satu (S1) Pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau

OLEH :

HELVIA FURNAWATI
168110143

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2020
PERSEMBAHAN

Atas izin Alllah SWT

Allah Tidak akan merubah nasib suatu kaum

hingga mereka mengubah nasibnya sendiri (Ar-Ra’du: 11)

Aku persembahkan karya ini untuk:

Kedua orangtua yang paling aku cintai yang selalu

mendo’akan, dan memberikan dukungan untuk anak-anaknya.

Ayah,

Terimakah telah mengajarkan aku segalanya

Ibu

Terimakasih untuk do’a yang tidak pernah putus

i
MOTTO

Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan


mudah bila dikerjakan tanpa keengganan.
Jangan tunda sampai besok apa yang engkau
bisa kerjakan hari ini.
Berusahalah jangan sampai terlengah walaupun
sedetik saja, karenaatas kelengahan kita tak
akan kembali seperti semula.

Selalu berusaha dan berdo’a untuk memperoleh


sesuatu yang didambakan, karena tiada
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
kemenangan tanpa ada usaha dan kerja keras.
“Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan
kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya
kepada Tuhankah hendaknya kamu berharap”
(Al-Qur’an Surah Al-Insyiroh: 6-7)

ii
KATA PENGANTAR

Asslamualaikum, wr.wb...

Alhamdulillah robbil’alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat

ALLAH SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada

penulis dan atas izin-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Hubungan antara Self Compassion

denganProkrastinasi Akademik pada Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar serjana

program studi strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau.

Dalam pelaksanaan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan berbagi pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati ini mengucapkan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Syafrinaldi, S.H., MCL selaku rektor Universitas Islam

Riau.

2. Bapak Yanwar Arief, M.Psi., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Islam Riau.

3. Bapak Dr. Fikri Idris, S,Psi., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Psikologi

Universitas Islam Riau.

4. Ibu Lisfarika Napitupulu, M.Psi., Psikolog selaku Wakil Dekan II Fakultas

Psikologi Universitas Islam Riau.

iii
5. Ibu Yulia Herawaty, S.Psi., MA selaku Wakil Dekan III Fakultas Psikologi

Universitas Islam Riau sekaligus Penasehat Akademik.

6. Ibu Juliarni Siregar, M.Psi., Psikolog selaku Ketua Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Islam Riau.

7. Bapak Didik Widiantoro, M.Psi., Psikolog selaku Sekretaris Program Studi

Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau.

8. Bapak Sigit Nugroho, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dengan kesibukan untuk

selalu memberikan bimbingan, dorongan, dan ilmu yang sangat bermanfaat

sehingga penulis dapat memahami dan termotivasi untuk menyelesaikan

skripsi ini.

9. Bapak/ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungannya yang sangat

bermanfaat bagi penulis, serta telah memberikan ilmu dan berbagai

pengalaman selama penulis belajar di Fakultas Psikologi Universitas Islam

Riau.

10. Segenap pengurus Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau.

Terimakasih atas bantuan dn pelayanan yang baik selama ini.

11. Terimakasih kepada sekolah-sekolah yang telah memberikan izin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian dan dukungannya yang sangat

bermanfaat bagi penulis.

iv
12. Terimakasih kepada Ayahku Kasrul, Ibuku Doriyanita, adik-adikku Dirga

Sahri Saputra dan Mifta Huljannah yang tidak henti-hentinya mendoakan

serta memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Terimakasih kepada Taufiq Qurahman dan seluruh keluarga besar tercinta

yang tidak henti-hentinya memberikan do’a, semangat dan motivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini.

14. Terimakasih kepada sahabat Nelly Sundari, Kakak Mardia Ulfa S.Psi Riska

Juliya Rahayu, Mazura Nur Asfa, dan Kakak Rifa’atul Aulia Rahmi S.Pd

yang selalu memberikan do’a, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan

skripsi ini.

15. Terimakasih kepada teman-temanku Tetty Hardiyanti, Nur Qhadri, Riska

Nurlya, Fairuz Amalia, dan Fahira Fahrani yang senantiasa menjadi tempat

bertukar pikiran, menemani, mendukung, memotivasi dan meluangkan

waktunya dari proses proposal hingga menyelesaikan skripsi ini.

16. Terimakasih kepada Maulin Anisa S.Psi dan Florentina Nancy yag sudah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi dan seluruh teman-

teman angkatan 2016 dan kelas F yang tidak bisa disebutkan satu-satu.

Terimakasih untuk kebersamaan yang menghadirkan rasa kekeluargaan yang

tidak terlupakan.

17. Dan untuk semua pihak yang telah bersedia membantu selama proses

penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis

ucapkan terimakasih atas bantuandukungan dan motivasinya. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

sebab itu penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Wassalam...

Pekanbaru, Agustus 2020

Helvia Furnawati

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
ABSTRAK BAHASA..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah Penelitian .............................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 10
1.4.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... 10
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prokrastinasi Akademik ....................................................................... 11


2.1.1 Pengertian Prokrastinasi Akademik ........................................ 11
2.1.2 Aspek Prokrastinasi Akademik ................................................ 13
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik. 14
2.1.4 Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik ............................................ 16
2.1.5 Bentuk-Bentuk Prokrastinasi Akademik.................................. 17
2.1.6 Jenis-Jenis Prokrastinasi Akademik......................................... 18

vii
2.2 Self Compassion ................................................................................... 19
2.2.1 Pengertian Self Compassion..................................................... 19
2.2.2 Aspek-Aspek Self Compassion ................................................ 21
2.3 Hubungan Antara self Compassion Dengan Prokrastinasi Pada Siswa SMA
Negeri 2 Ujungbatu .............................................................................. 22
2.4 Hipotesis............................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Identifikasi Variabel Penelitian............................................................ 26


3.2 Defenisi Operasional............................................................................ 26
3.2.1 Prokrastinasi............................................................................. 26
3.2.2 Self Compassion ....................................................................... 27
3.3 Subjek Penelitian.................................................................................. 27
3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................... 27
3.3.2 Sampel Penelitian..................................................................... 28
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel.................................................... 29
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 30
3.4.1 Skala Prokrastinasi ................................................................... 31
3.4.2 Skala Self Compassion ............................................................. 33
3.5 Validitas Dan Reliabilitas .................................................................... 34
3.5.1 Validitas ................................................................................... 34
3.5.2 Reliabilitas ............................................................................... 35
3.6 Metode Analisis Data........................................................................... 36
3.6.1 Uji Normalitas.......................................................................... 37
3.6.2 Uji Linieritas ............................................................................ 37
3.6.3 Uji Hipotesis ............................................................................ 38
3.7 Persiapan Alat Ukur Penelitian ............................................................ 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Penelitian............................................................................... 44


4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian..................................................... 44

viii
4.2 Profil SMA Negeri 2 Ujungbatu .......................................................... 44
4.3 Proses Perizinan ................................................................................... 45
4.4 Pelaksanaann Penelitian ....................................................................... 45
4.5 Deskripsi Data...................................................................................... 46
4.6 Hasil Analisis Data............................................................................... 49
4.6.1 Uji Normalitas.......................................................................... 49
4.6.2 Uji Linieritas ........................................................................... 50
4.6.3 Uji Hipotesis ............................................................................ 51
4.7 Pembahasan.......................................................................................... 52

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 57


5.2 Saran..................................................................................................... 57
5.2.1 Bagi Subjek .............................................................................. 57
5.2.2 Bagi Guru ................................................................................. 58
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

LAMPIRAN....................................................................................................

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ............................................................................ 29

Tabel 3.2 Blue Print Skala Prokrastinasi Sebelum Try Out ............................ 32

Tabel 3.3 Blue Print Skala Self Compassion Sebelum Try Out ...................... 34

Tabel 3.4Blue Print Skala Prokrastinasi Setelah Try Out ............................... 40

Tabel 3.5Blue Print Skala Self Compassion Setelah Try Out ......................... 43

Tabel 4.1 Rentang Skor Penelitian .................................................................. 46

Tabel 4.2 Rumus Kategorisasi......................................................................... 47

Tabel 4.3 Rentang Nilai Dan Kategorisasi Skor Prokrastinasi........................ 47

Tabel 4.4 Rentang Nilai Dan Kategorisasi Skor Self Compassion.................. 48

Tabel 4.5 Data Demografi Penelitian .............................................................. 48

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas........................................................................ 50

Tabel 4.7 Hasil Uji Linieritas .......................................................................... 51

Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Korelasi Product Moment................................ 52

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Skala Try Out..................................................................

LAMPIRAN II Skoring Data Try Out.....................................................

LAMPIRAN III OUTPUT SPSS Skala Try Out........................................

LAMPIRAN IV Skala Penelitian ..............................................................

LAMPIRAN V Skoring Data Penelitian..................................................

LAMPIRAN VI OUTPUT SPSS SkalaPenelitian .....................................

xi
HUBUNGAN ANTARA SELF COMPASSION DENGAN PROKRASTINASI
AKADEMIK PADA SISWA SMA NEGERI 2 UJUNGBATU

HELVIA FURNAWATI
168110143

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

ABSTRAK

Prokrastinasi akademik suatu sikap dan perilaku dengan sengaja menunda-


nunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas sehingga merugikan diri sendiri
karena tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau tugas tepat waktu dan hasilnya
tidak maksimal.Self compassion merupakan aspek psikologis yang mempengaruhi
seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi
akademik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self
compassion dengan prokrastinasi pada siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu.Subjek
penelitian ini adalah 174 siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportionate stratified random
sampling. Proses pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu, skala
prokrastinasi yang disusun oleh Fitriani (2019) yang berjumlah 29 aitem dan skala
self compassion yang disusun oleh Hasanah dan Hidayati (2016) yang berjumlah
16 aitem. Sedangkan data analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode korelasi pearson product moment dimana hasilnya menunjukkan
nilai koefisisen korelasi rxy sebesar -0,349 dengan p sebesar 0,000 (p<0,05).
Dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan negatif dan signifikan antara self
compassion dengan prokrastinasi pada siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu, dengan
nilai korelasi adalah negatif, artinya maka semakin tinggi self compassion maka
prokrastinasi siswa semakin rendah, sebaliknya semakin rendah self compassion
maka prokrastinasi siswa semakin tinggi.

Kata kunci :prokrastinasi akademiik, self compassion

xii
THE RELATION BETWEEN SELF COMPASSION AND ACADEMIC
PROCRASTINATION TO THE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL
2 UJUNGBATU

Helvia Furnawati
168110143

FACULTY OF PSYCHOLOGY
RIAU ISLAMIC UNIVERSITY

ABSTRACT

Academic procrastination is an attitude and habit expressly postpone to do


or finish the duty until damage ourselves because can’t finish job or duty on time
and the result isn’t maximal. Self compassion is psychology aspect which
influence someone to has procrastination academic inclination behavior The gosl
of this research is to know the relation between self compassion and
procrastination to the student of senior high school 2 ujungbatu. The research
subject is 174 student of senior high school 2 ujungbatu. Technique to take the
sample of this is using proportionate stratified random sampling technique.
Process of collecting data use two scale, the are procrastination scale is arranged
by Fitriani (2019) with 29 items and self compassion scale is arranged by Hasanah
and Hidayati (2016) with 16 items. Whereas analyze data statistic is uset in this
research is pearson product momen correlation rxy as -0,349 with p as
0,000(p<0,05). We can conclude thet there is negative relation and significant
between self compassion and procrastination to the student of senior high school 2
ujungbatu, with correlation mark is negative, it’s mean more high self
compassion, so procrastination of the student more high.

Keywords :academic procrastination, self compassion

xiii
‫ﻟﺪى طﻼب اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻟﻌﺎﻣﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ـ ﺑﺄوﺟﻨﺞ ﺑﺎﺗﻮ‬
‫ﺣﻠﻔﯿﺎ ﻓﺮﻧﺎواﺗﻲ‬
‫‪168110143‬‬

‫ﻛﻠﯿﺔ ﻋﻠﻢ اﻟﻨﻔﺲ‬


‫اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ ﺑﺮﯾﺎو‬

‫ﻣﻠﺨﺺ‬

‫اﻟﺘﺴﻮﯾﻒ ھﻮ ﻧﻮع ﻣﻦ ﺗﺄﺟﯿﻞ أداء اﻟﻮظﺎﺋﻒ ﻓﯿﻔﻀﻲ ﺑﮫ إﻟﻰ اﻟﻀﯿﺎع واﻟﺨﺴﺮان‪ ،‬ﻓﺎﻷﻋﻤﺎل اﻟﺘﻲ‬
‫ﺗ ّﻢ إﻧﺠﺎزھﺎ ﻓﻲ ﻏﯿﺮ وﻗﺘﮫ ﻛﺎﻧﺖ ﻧﺘﯿﺠﺘﮫ ﺿﻌﯿﻔﺔ‪ .‬وھﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﯾﮭﺪف إﻟﻰ ﻣﻌﺮﻓﺔ اﻟﻌﻼﻗﺔ ﺑﯿﻦ‬
‫اﻹﺷﻔﺎق ﻋﻠﻰ اﻟﻨﻔﺲ ﺑﺎﻟﺘﺴﻮﯾﻒ ﻟﺪى طﻼب اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻟﻌﺎﻣﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ـ ﺑﺄوﺟﻨﺞ ﺑﺎﺗﻮ‪.‬‬
‫واﻷﻓﺮاد ﻓﻲ ھﺬا اﻟﺒﺤﺚ طﻼب اﻟﻤﺪرﺳﺔ ﯾﺒﻠﻎ ﻋﺪدھﻢ ‪ 174‬طﺎﻟﺒﺎ‪ ،‬وطﺮﯾﻘﺔ اﻟﻤﻌﺎﯾﻨﺔ ھﻲ‬
‫اﻟﻤﻌﺎﯾﻨﺔ اﻟﻌﺸﻮاﺋﯿﺔ ﻟﻠﺘﻨﺎﺳﺐ اﻟﻄﺒﻘﻲ‪ .‬وطﺮﯾﻘﺔ ﺟﻤﻊ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﻋﻦ طﺮﯾﻖ اﻟﻤﻌﯿﺎرﯾﻦ وھﻤﺎ ﻣﻌﯿﺎر‬
‫اﻹﺷﻔﺎق ﻋﻠﻰ اﻟﻨﻔﺲ ﻋﻨﺪ ﻓﺘﺮﯾﺎﻧﻲ )‪ (2019‬وﻋﺪده ‪ 29‬ﺑﻨﺪا وﻣﻌﯿﺎر اﻟﺘﺴﻮﯾﻒ ﻋﻨﺪ ﺣﺴﻨﺔ‬
‫وھﺪاﯾﺘﻲ )‪ (2016‬وﻋﺪده ‪ 16‬ﺑﻨﺪا‪ .‬وﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﻣﻦ ﺧﻼل ﻣﻌﺎﻣﻞ اﻻرﺗﺒﺎط اﻟﺘﻲ ﺗﺸﯿﺮ إﻟﻰ‬
‫ﻧﺘﯿﺠﺔ اﻻرﺗﺒﺎط ‪ -0,349‬ﺑـ )‪ .0,000 (p<0,05‬وﯾﻤﻜﻦ اﻟﻘﻮل ﺑﺄن اﻟﻌﻼﻗﺔ ﺑﯿﻦ اﻹﺷﻔﺎق ﻋﻠﻰ‬
‫اﻟﻨﻔﺲ ﺑﺎﻟﺘﺴﻮﯾﻒ ﻟﺪى طﻼب اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻟﻌﺎﻣﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ـ ﺑﺄوﺟﻨﺞ ﺑﺎﺗﻮ ﺿﻌﯿﻔﺔ ﻛﻠﻤﺎ زاد‬
‫ﻧﺴﺒﺔ اﻹﺷﻔﺎق ﻋﻠﻰ اﻟﻨﻔﺲ ﻗﻠﺖ ﻧﺴﺒﺔ اﻟﺘﺴﻮﯾﻒ ﻋﻨﺪ اﻟﻄﻼب واﻟﻌﻜﺲ ﺻﺤﯿﺢ‪.‬‬
‫اﻟﻜﻠﻤﺔ اﻟﻤﻔﺘﺎﺣﯿﺔ‪ :‬اﻟﺘﺴﻮﯾﻒ‪ ،‬اﻹﺷﻔﺎق ﻋﻠﻰ اﻟﻨﻔﺲ‬

‫‪xiv‬‬
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada zaman modern ini, suatu bangsa tidak lepas dari pendidikan.

Maka dari itu pendidikan sangat penting bagi individu untuk mejalani

hidupnya. Indonesia memiliki jenjang pendidikan yang dimulai dari

jenjang SD, SMP, SMA hingga ada yang melanjutkan keperguruan tinggi.

Jenjang pendidikan merupakan proses siswa untuk belajar dalam

mengembangkan kemampuannya dan mencapai suatu tujuan. Jenjang

pendidikan merupakan tahapan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

peserta didik, dengan tujuan yang akan dicapai dan mengembanngkan

kemampuannya (Jahja, 2011).

Para siswa akan menempuh jenjang pendidikan dengan cara

mengikuti proses pembelajaran. Pada pendidikan menengah merupakan

lanjutan dari pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA) dan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Masa remaja sendiri juga bisa

dikatakan sebagai masa dimana individu mulai mencari jati diri, hal ini

dikarenakan mereka sudah tidak termasuk kedalam golongan anak-anak

tetapi juga belum termasuk kedalam golongan orang dewasa. Oleh sebab

itu, sependapat dengan Desmita (2011) mengatakan bahwa masa remaja

sering dikenal dengan masa pencari jati diri. Menurut Djarat (dalam

Musbukin, 2013) mengatakan bahwa remaja masih belum mampu

1
2

menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun

psikisnya. Santrock (2003) mengatakan bahwa usia remaja ditandai

dengan terjadinya perubahan yang besar dalam aspek biologis, perubahan

kognitif, maupun perubahan sosio-emosional. Remaja pada umumnya

berada pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), atau sederajat.

Siswa memiliki impian untuk berhasil dalam bidang pendidikan.

Selama siswa menuntut ilmu dipendidikan formal, siswa tidak akan lepas

dari tugas yang diberikan oleh guru. Siswa diharapkan untuk mampu

berpikir efektif dalam menyelesaikan tugas, tidak menunda mengerjakan

tugas dan mengerti bahwa setiap tugas yang diberikan harus diselesaikan.

Namun tidak semua individu dapat mengelola waktu dengan baik dalam

mengerjakan tugas, sebagian siswa wajar menunda waktu untuk

mengerjakan, tetapi tidak secara berlebihan, kerena hal ini mengakibatkan

terhambatnya proses belajar. Melakukan penundaan tugas dan kewajiban

belajar merupakan tanda ketidaksiapan siswa dalam menggunakan waktu

yang efektif. Penundaan penyelesaian tugas juga berpotensi terhadap

terhambatnya proses belajar (Triyono & Rifai, 2018).

Siswa yang sering terlambat dalam mengerjakan tugas karena

siswa memiliki rencana dan alasan untuk tidak menyelesaikan tugas

tersebut. Perilaku terhadap proses penundaan dalam penyelesaian tugas

dapat disebut juga dengan prokrastinasi (Triyono & Rifai, 2018). Setiap

siswa harus menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan batasan

waktu yang ditetapkan. Sebagian ada yang langsung mengerjakan dan ada
3

juga yang menunda dengan cara mengerjakan “SKS” atau sistem kebut

semalam. Sejalan dengan pendapat Erde (Triyono & Rifai, 2018)

mengatakan bahwa prokrastinasi merupakan penundaan suatu tugas yang

pada awalnya sudah direncanakan.

Tugas yang diberikan oleh guru untuk siswa merupakan tugas yang

bersifat formal dalam bidang akademik. Pernyataan ini sesuai dengan teori

Ghufron dan Risnawita (2010) mengatakan prokrastinasi terbagi menjadi

dua, yaitu prokrastinasi akademik dan non-akademik. Prokrastinasi

akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal

yang berhubungan dengan tugas akademik seperti tugas sekolah atau tugas

kursus. Sedangkan prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang

dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari, seperti tugas rumah tangga, tugas sosial,

tugas kantor, dan lain sebagainya.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

26 November 2019 melalui wawancara dengan 25 siswa di SMA Negeri 2

Rokan IV Koto memperoleh informasi bahwa siswa yang melakukan

prokrastinasi akademik dikarenakan siswa beranggapan a) tugas yang

diberikan sulit, b) tidak menguasai materi, c) siswa sering lupa

mengerjakan tugas tersebut disebabkan siswa lebih cenderung melakukan

aktivitas yang lebih menyenangkan, d) mengerjakan tugas ketika waktu

deadline. Maka dari itu prestasi belajar siswa akan menjadi rendah.
4

Berdasarkan kasus yang dijelaskan di atas, mayoritas siswa

menunda mengerjakan tugas dengan melakukan aktifitas yang lebih

penting dengan menyita waktu yang lama untuk menyelesaikan tugas

sehingga hasil tidak maksimal. Sependapat dengan Silver (Ghufron &

Risnawita, 2012) seseorang yang melakukan penundaan tidak bermaksud

untuk menghindari ataupun tidak mau tahu sama sekali dengan tugas yang

dihadapi, tetapi mereka menunda-nunda untuk mengerjakan tugas dengan

menyita waktu yang lama untuk menyelesaikan.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 26 November

2019 didapatkan hasil bahwa siswa yang melakukan prokrastinasi atau

menunda-nunda perkerjaan karena a) setiap tugas yang diberikan dianggap

sulit, b) perasaan malas, c) ada rasa takut untuk mengerjakan karena tidak

mengerjakan secara sempurna, siswa melakukan kegiatan lain seperti

bermain game, d) melakukan pekerjaan yang lain, dan bermain

handphone. Sesuai dengan pendapat Ghufron dan Risnawita (2010)

mengatakan fear of the failure adalah ketakutan yang berlebihan untuk

gagal. Seseorang yang menunda untuk mengerjakan tugas sekolahnya

karena takut. Akibatnya seseorang menunda-nunda untuk megerjakan

tugas yang dihadapinya.

Sudut pandang cognitive behavioral menurut Ellis dan Knaus

(Ghufron & Risnawita, 2010) prokrastinasi terjadi karena adanya

keyakinan irasional yang dimilik oleh seseorang. Keyakinan irasional ini

karena kesalahan mempersepsikan bahwa setiap tugas sekolah yang


5

diberikan itu berat dan tidak menyenangkan. Oleh karena itu, seseorang

tidak mampu menyelesaikan tugasnya secara memadai sehingga menunda

untuk menyelesaikan tugas tersebut secara memadai.

Berdasarkan kasus yang didapatkan oleh peneliti dari

(Nusabali.com) seorang siswa yang tidak mampu menyelesaikan pekerjaan

rumah (PR) yang diberikan oleh sekolah, nekat melakukan gantung diri di

Banjar Panek, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Peristiwa

tersebut terjadi pada (20/1/16). Korban bernama I Gede Febri Sugiantara

(15). Korban tinggal bersama nenek I Nengah Kuno (50) dan bibinya Ni

Nengah Meli (38). Sebelum korban gantung diri korban mengaku malas

sekolah karena terlalu banyak PR dan korban diduga nekat bunuh diri

karena kurang kasih sayang dari kedua orangtuanya. Pernyataan ini sesuai

dengan Ghufron dan Risnawita (2010) mengatakan bahwa ada dua faktor

yang mempengaruhi prokrastinasi yaitu internal dan eksternal. Faktor

internal adalah faktor yang terdapat dalam diri individu yang berupa

kondisi fisik dan psikologis individu. Sedangkan faktor eksternal adalah

faktor yang terdapat di luar diri individu yang berupa gaya pengasuhan

orangtua dan kondisi lingkungan.

Menurut Ferrari dkk (dalam Santika & Sawitri, 2016) terkait

dengan pentingnya penelitian mengenai prokrastinasi karena dapat

mengancam atau menghambat pencapaian prestasi belajar. Maka dari itu

dapat menyebabkan kegagalan dalam bidang akademik. Menurut William

dkk ( Wangid, 2014) self compassiondan motivasimerupakan aspek


6

psikologis yang mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu

kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik, yang menunjukkan

bahwa semakin individu merasa kasihan terhadap dirinya sendiri dan

didukung dengan motivasi yang tinggi maka semakin rendah kemungkinan

prokrastinasi akan dilakukan.Maka dari itu, motivasi diperlukan karena

memiliki peranan yang penting dalam belajar. Senada dengan pendapat

Ghufron dan Risnawita (2010) menyatakan bahwa besarnya motivasi yang

dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nitami dkk

(2015) terdapat hubungan yang singnifikan dan negatif antara motivasi

belajar dengan prokrastinasi akademik.

Berdasarkan paparan diatas, agar siswa tidak menyalahkan diri

dalam mengerjakan tugas secara berlebihan, maka perlu adanya

menumbuhkan rasa menyayangi terhadap diri kita supaya bisa menerima

atas kemampuan yang kita miliki atau yang dimaksud self compassion.

Ketika siswa bisa menerima dan menyakini kemampuan dirinya, siswa

akan mengerjakan tugas dengan keyakinan atas kemanpuannya tanpa

mengkritik sehingga terhindar dari prokrastinasi. Hal ini sependapat

dengan Neff (Stevens & Woodruff, 2018) mengatakan self compassion

merupakan perasaan cinta kasih terhadap diri sendiri dengan perhatian,

tidak menghakimi diri sendiri, tidak mengkritik diri sendiri dengan

berlebihan atas ketidaksempurnaan atas kegagalan yang dialami diri

sendiri.
7

Individu yang memiliki belas kasih pada diri atau self compassion

tidak akan memaki dirinya ataupun takut gagal dalam melakukan apa pun,

hal ini terjadi pada dalam diri individu.Berdasarkan penelitian yang

lakukan Rananto dan Hidayati (2017) menunjukkan bahwa ada hubungan

negatif dan signifikan antara self compassion dengan prokrastinasi yang

berarti self compassion berpengaruh untuk perilaku mengurangi

prokrastinasi akademik.Siswa yang memiliki self kindness (penerimaan

diri), common humanity (sifat manusiawi), dan mindfulness (kesadaran

atas keadaan saat itu) maka dari itu siswa cenderung melakukan

prokrastinasi akademik.

Salah satunya terjadi pada kasus yang terjadidi RT 01/14 Desa

Cihideung, Kecamatan Parangpong, Kabupaten Bandung Barat pada Sabtu

13 Januari 2018. Korban bernama Tri Tunggal Sampurno (17) siswa kelas

1 SMAN 1 Cisarau, Lembang. Korban ditemukan tewas gantung diri

dikayu plafon kamar tidur kediamannya. Ayah korban Kuatno (44)

mengatakan kejadian tersebut diduga karena korban tertekan oleh sikap

teman-temannya di sekolah yang kerap menyuruhnya untuk mengerjakan

tugas ataupun PR. Korban kerap mengeluh banyak tugas dan kerap sibuk

mengerjakan tugas-tugasnya itu di kamar (Tribun news.com, Hilman

Kamaludin).

Berdasarkan kasus diatas bahwa siswa yang menjalani peran

sebagai pelajar, maka dari itu penting bagi siswa meningkatkan

kemampuan untuk menyayangi diri sendiri. Berdasarkan pengalaman


8

individu biasanya menjelaskan bahwa semua orang termasuk diri sendiri

mendapatkan belas kasihan diri sendiri juga memungkinkan untuk kurang

menilai orang lain. Untuk menilai diri sendiri lebih pantas dari pada orang

lain pendanpat Brow (dalam Neff, 2003).

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa siswa sangat memerlukan self compassion (belas kasih

diri) seperti menyadari atas kemampuan yang dimiliki tanpa melibatkan

sikap menghakimi diri secara berlebihan hal ini dapat mengurangi

prokrastinasi akademik pada siswa yang sedang menempuh pendidikan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifa’i dan Syahrina

(2019) yang berjudul hubungan antara self regulated learning dan self

compassion dengan prokrastinasi akademik pada siswa kelas XI di MAN 2

Solok terdapat hubungan yang signifikan antara self compassion dengan

prokrastinasi pada siswa kelas XI Man 2 Solok arah negatif, artinya jika

self compassion rendah, maka prokrastinasi akademik pada siswa kelas XI

MAN 2 Solok akan tinggi. Sebaliknya jika self compassion tinggi, maka

maka prokrastinasi akademik pada siswa kelas XI Man 2 Solok akan

rendah. Dari penelitian ini peneliti memiliki dua variabel yang sama yaitu

self compassion dan prokrastinasi akademik, ada perbedaan antara subjek,

dan daerah yang diteliti.

Siswa membutuhkan rasa aman, tenang, dan percaya diri untuk

melakukan usaha yang terbaik dan menumbuhkan keyakinan terhadap diri

dan orang lain ketika individu ingin mencapai suatu keberhasilan. Hal ini
9

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rananto dan Hidayati

(2017) mengatakan bahwa tingginya tingkat self compassion menunjukkan

bahwa siswa memiliki kasih sayang yang sangat besar terhadap diri sendiri

sehingga mampu menerima diri apa adanya dan mengurangi kritik secara

berlebihan jika sedang dihadapkan dalam situasi yang tidak

menguntungkan. Maka dari itu, seseorang memiliki self compassion atau

belas kasih pada diri maka orang tersebut menerima kegagalan dan tidak

menghakimi atau mengkritik diri secara berlebihan sehingga dapat

mengatasi kegagalan akademik yang terjadi pada dirinya. Berdasarkan

hasil penelitian Neff, Rude, dan Kirkpatrick (2007) self compassion dalam

diri siswa berhubungan erat dengan prokrastinasi akademik, hasil

menunjukkan bahwa siwa yang menyayangi diri akan dapat membantu

dalam mengatasi kegagalan akademik, ketika siswa memiliki self

compassion maka siswa menerima kegagalan dan dapat menahan emosi

negatif dalam keadaan menghakimi diri berlebihan.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti

tertarik untuk meneliti “Hubungan Antara Self Compassion Dengan

Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Sesuai dengan latar belakang diatas yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini “apakah ada hubungan antara self


10

compassion dengan prokrastinasi akademik pada siswa SMA Negeri 2

Ujungbatu?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan

Antara Self CompassionDengan Prokrastinasi Pada Siswa SMA Negeri 2

Ujungbatu.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dengan memperkaya hasil peneliti sebelumnya dan bagi perkembangan

pengetahuan dalam bidang ilmu psikologi, khususnya dalam bidang

pendidikan dan psikologi positif.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diperoleh adalah apabila penelitian ini

bisa menunjukkan hasil adanya hubungan antara Self Compassion

dengan prokrastinasi di SMA Negeri 2 Ujungbatu. Dalam bidang

pembelajaran khususnya pada siswa bisa mencari metode

pembelajaran yang efektif agar tidak terjadi prokrastinasi dan

pentingnya bersikap baik pada diri sendiri dalam menghadapi masalah

yang terjadi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prokrastinasi Akademik

2.1.1 Pengertian Prokrastinasi Akademik

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination

dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju

dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok, atau jika

digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari

berikutnya (Ghufron & Risnawita, 2010). Prokrastinasi menurut

Wolters (Triyono & Rifai, 2018) merupakan penundaan sampai menit

terakhir suatu tugas harus diselesaikan, individu pada akhirnya

memiliki niat untuk menyelesaikannya. Senada dengan pendapat

Tjundjing (Triyono& Rifai, 2018) prokrastinasi sebagai sifat atau

kecenderungan individu melakukan penundaan suatu tindakan atau

pengambilan keputusan.

Prokrastinasi menurut Ferrari dkk (Ghufron & Risnawita, 2010)

adalah dapat dipandang dari batasan tertentu yaitu hanya sebagai

perilaku penundaan yang setiap perbuatan untuk menunda dalam

mengerjakan suatu tugas tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan

penundaan, dan sebagian suatu kebiasaa atau pola perilaku yang

dimiliki individu yang mengarah kepada trait penundaan yang

dilakukan sudah merupakan respons tetap yang selalu dilakukan

11
12

sesorang dalam menghadapi tugas biasanya disertai adanya keyakinan

irasional.

Prokrastinasi menurut Milgram (Triyono & Rifai, 2018)

menyatakan suatu perilaku yang spesifik yang melibatkan unsur

penundaan (baik untuk memulai dan meyelesaikan), keterlambatan

dalam mengerjakan tugas dipersepsikan oleh individu suatu tugas yang

penting untuk dikerjakan (misalnya tugas sekolah yang menumpuk)

menghasilkan keadaan emosional yang tidak stabil misalnnya seperti

perasaan takut, gelisah, merasa bersalah, panik, ataupun marah.

Menurut Ellis dan Knaus (Triyono & Rifai, 2018) menjelaskan

prokrastinasi merupakan kebiasaan penundaan yang tidak perlu yang

dilakukan oleh seseorang karena ketakutan akan adanya pandangan

bahwa segala sesuatu harus dilakukan dan harus diselesaikan dengan

sempurna, sehingga individu merasa lebih aman untuk tidak

melakukan segera, karena hal itu akan menghasilkan sesuatu yang

tidak maksimal.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

prokrastinasi merupakansuatu sikap dan perilaku dengan sengaja

menunda-nunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas sehingga

merugikan diri sendiri karena tidak dapat menyelesaikan pekerjaan

atau tugas tepat waktu dan hasilnya tidak maksimal.


13

2.1.2 Aspek-Aspek Prokrastinasi Akademik

Menurut Ferrari dkk (Ghufron dan Risnawita, 2010) ada 4 aspek

prokrastinasi akademik antara lain : penundaan untuk memulai dan

menyelesaikan tugas, kelambanan dalam mengerjakan tugas,

kesenjangan waktu antara rencana dan realitas, melakukan aktivitas

lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakn tugas yang harus

diselesaikan.

1. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas

Ketika mendapatkan tugas, individu tidak segera

mengerjakan tugas tersebut dengan alasan belum mendapatkan

materi yang diperlukan atau ingin mencari inspirasi agar

mendapatkan hasil yang sempurna. Akan tetapi ketika sudah

mendapatkan materi dan mulai mengerjakan tugas tidak segera

menyelesaikan tugas tersebut.

2. Kelambanan dalam mengerjakan tugas

Individu merasa kesulitan untuk mengerjakan tugas atau tidak

mampu mengerjakan tugas tersebut, sehingga tidak mengerjakan

tugas yang diberikan kepada individu.

3. Kesenjangan waktu antara rencana dan realitas

Individu merencanakan kapan akan memulai dan

menyelesaikan tugasnya tetapi akhirnya individu tidak menaati

rencana yang sudah dibutnya.


14

4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada

mengerjakn tugas yang harus diselesaikan

Individu sudah merencanakan untuk menyelesaikan tugas

yang ada, tetapi individu lebih mengerjakan lain yang rasa lebih

menyenangkan seperti, lebih memilih menonton televisi, bermain,

membuka, danberjalan-jalan atau pekerjaan lain yang

menyenangkan..

Berdasarkan uraian diatas, maka ditarik kesimpulan bahwa aspek

prokrastinasi antara lain penundaan untuk memulai dan menyelesaikan

tugas, kelambanan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu

antara rencana dan realitas, melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan daripada mengerjakn tugas yang harus diselesaikan.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Menurut Ghufron dan Risnawita (2010) ada faktor yang

mempengaruhi terjadinya prokrastinasi akademik sebagai berikut :

faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi yang

terdapat dalam diri individu. Faktor yang terdapat adalah kondisi

fisik dan kondisi psikologis individu.

a. Kondisi Fisik Individu

Mempengaruhi timbulnya perilaku prokrastinasi, karena

individu memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang kurang


15

baik, seperti mudah lelah, mudah terserang penyakit dapat

memiliki kecenderungan prokrastinasi lebih tinggi.

b. Kondisi Psikologis Individu

Kepribadian turut andil dalam mempengaruhi perilaku

prokrastinasi. Struktur kepribadian individu dinyatakan dalam

sifat-sifat dan perilaku yang didorong oleh sifat-sifat (trait).

Sifat kepribadian merupakan organisasi psikologis yang ada

didalam psikologis yang ada dalam setiap individu dan struktur

kepribadian terdiri dari tipe kepribadian yang merupakan

gambaran mengenai sifat-sifat individu.

2. Faktor Eksternal

Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi yang berasal dari

luar diri individu sendiri. Seperti pengasuhan orangtua dan kondisi

lingkungan.

a. Gaya Pengasuhan Orangtua

Menurut penelitian Ferrari dan Ollivete bahwa tingkat

pengasuh otoriter ayah menyebabkan munculnya

kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek

anak perempuan, sedangkan tingkat pengasuhan ayah

menghasilkan anak perempuan yang bukan procrastinator. Ibu

yang memiliki motivasi melakukan avoidance procratitation

menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan

untuk melakukan avoidance procratitation.


16

b. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang leniet prokrastinasi lebih banyak

dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan

dari pada lingkungan yang penuh pegawasan. Tingak atau level

sekolah tidak akan mempengaruhi perilaku prokrastinasi.

Berdasarkan faktor-faktor prokrastinasi yang telah dijelaskan

diatas dapat disimpulakn bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi

prokrastinasi akademik yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal yang mempengaruhi prokrastinasi akademikadalah kondisi fisik

dan kondisi psikologis individu, sedangkan faktor eksternalnya yaitu gaya

pengasuhan orangtua dan lingkungan sekitar.

2.1.4 Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik

Menurut Burka dan Yuen (Triyono & Rifai, 2018) menjelaskan

prokrastinasi akademik antara lain :

1. Prokrastinasi lebih suka untuk menunda pekerjaan atau tugas-

tugasnya.

2. Berpendapat lebih baik mengerjakan nanti daripada sekarang.

3. Menunda pekerjaan adalah bukan suatu masalah.

4. Pelaku prokrastinasi akan kesulitan dalam mengambil keputusan.

2.1.5 Bentuk-Bentuk Prokrastinasi Akademik

Menurut Santrock (Triyono & Rifai, 2018) bentuk prokrastinasi

akademik mempunyai bentuk antara lain :

1. Mengabaikan tugas dengan harapan tugas tersebut akan pergi.


17

2. Meremehkan kerja yang terlihat dalam tugas atau yang menaksir

terlalu tinggi kemampuan dan sumber-sumber seseorang.

3. Menghasilkan waktu berjam-jam untuk permainan

komputer/internet.

4. Menipu diri sendiri dengan alasan bahwa kinerja yang sedang atau

biasa dan buruk dapat diterima.

5. Melakukan substitusi aktivitas yang berharga tetapi mempunyai

prioritas lebih rendah.

6. Menyakini penundaan kecil yang berulang-ulang adalah tidak

merugikan.

7. Mendramatisir komitmen terhadap sebuah tugas dari pada

melakukannya.

8. Giat hanya pada bagian tugas misalnya hanya menulis dan menulis

kembali pada paragraf pertama, tetapi tidak sampai pokok

pembahasan.

9. Menjadi lumpuh ketika dihadapkan pada dua alternatif yang harus

diselesaikan bersama-sama, sehingga hasil diperoleh sama-sama

tidak optimal bahkan mungkin keduannya tidak terselesaikan.


18

2.1.6 Jenis-Jenis Prokrastinasi Akademik

Jenis-jenis prokrastinasi akademik menurut Ferrari (Ghufron &

Risnawita, 2010) terbagi menjadi dua antara lain yaitu :

1. Functional Procrastination

Penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk

memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat yang

mempunyai tujuan pasti sehingga tidak merugikan.

2. Disfunctional Procrastination

Penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek, dan

menimbulkan masalah. Disfunctional berdasarkan tujuan mereka

melakukan penundaan terbagi menjadi dua antara lain :

a. Decisional Procrastination

Suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Bentuk

prokrastinasi ini merupakan sebuah anteseden kognitif dalam

menunda untuk mulai melakukan suatu perkerjaan dalam

menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stres. Jenis

prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam

mengindentifikasikan tugas, yang kemudian meimbulkan

konflik dalam diri individu sehingga akhirnya seorang

menunda untuk memutuskan masalah. Decisional

procrastination berhubungan dengan kelupaan dan kegagalan

proses kognitif. Akan tetapi, tidak berkaitan dengan tingkat

intelingensi seseorang.
19

b. Avoidance Procrastination

Suatu penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan ini

dilakukan sebagai suatu cara untuk menghidari tugas yang

dirasa tidak menyenangkan dan sulit dilakukan. Prokrastinasi

dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan

pekerjaan yang akan mendatang. Avoidance procrastination

berhubungan dengan tipe self presentation, keinginan untuk

menjauhkan diri dari tugas yang menantang, dan implusiness

Berdasarkan uraian diatas, maka ditarik kesimpulan bahwa jenis-

jenis prokrastinasi akademik antara lainfuctional procrastination dan

disfuctional procrastination yang terbagai menjadi yaitu decisional

procrastination dan avoidance procrastination.

2.2 Self Compassion

2.2.1 Pengertian Self Compassion

Menurut Wipe (dalam Neff, 2003) self compassion atau belas

kasih diri berasal dari definisi umum yaitu compassion atau belas

kasih. Belas kasih melibatkan penderitaan orang lain, membuka

kesadaran seseorang akan rasa sakit orang lain dan tidak menghindari

atau memutuskan hubungan darinya sehingga perasaan kebaikan

terhadap orang lain dan keinginan untuk meringankan penderitaan

mereka. Definisi self compassion menurut Neff (2011) berasal dari

psikologi Buddhis, tetapi konstruknya dikonseptualisasikan dalam

istilah sekuler dalam literatur ilmiah.


20

Pendapat Luo dkk (2019) tentang self compassion adalah sikap diri

yang positif atau strategi yang mengatur emosi dan kesadaran

emosional. Sejalan dengan pendapat Ehret dkk (2017) self compassion

atau belas kasih diri berarti adanya bersikap baik, empati, mendukung,

dan memahami diri sendiri dalam hal rasa sakit atau kegagalan

daripada bersikap kritis terhadap diri sendiri.

Menurut Neff (Steven & Woodruff, 2018) mengatakan bahwa self

compassion adalah pemahaman untuk diri sendiri dan mau menerima

keadaan dirinya walaupun berada dalam situasi yang tidak

menyenangkan. Sependapat dengan Neff (Waring & Kelly, 2009)

belas kasih diri didefinisikan sebagai kecenderungan untuk

menanggapi pergulatan pribadi dan perasaan seseorang tentang

tekanan dalam menghadapi sesuatu hal dan menyadari bahwa bagian

awal dari pengalaman manusia.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan self compassion

merupakan kemampuan individu dalam memberikan pemahaman

karena ketidakmampuan pada dirinya dalam mengalami kesulitan,

kegagalan ataupun penderitaan dengan tidak mengkritik diri secara

berlebihan dan memberikan hal positif pada diri.

2.2.2 Aspek-Aspek Self Compassion

Menurut Neff (2003) mengatakan ada 3 aspek pokok self

compassion antara lain yaitu :


21

1. Self Kindness

Bentuk penerimaan diri apa adanya dengan segala

kekurangan dan kelebihan diri sehingga individu tidak

membiasakan diri melakukan penghakiman maupun kritik dari saat

terjadi situasi yang tidak menyenangkan seperti kegagalan,

keterpurukan.

2. Common Humanity

Kesadaran akan keterhubungan diri dengan seluruh

manusia didunia mengenai peristiwa yang terjadi pada diri sendiri

juga pasti terjadi pada orang lain, sehingga tidak akan

menimbulkan perasaan terisolasi dan menghilangkan perasaan

bahwa dirinya adalah individu yang paling menderita.

3. Mindfulness

Penerimaan tanpa penilaian terhadap emosi yang

menyakitkan saat emosi tersebut muncul dan tidak mengacuhkan

ataupun melebih-lebihkannya, sehingga membuat diri sendiri dapat

melihat situasi secara objektif dengan jelas.

Berdasarkan uraian diatas, maka ditarik kesimpulan bahwa aspek

self compassion antara lain self kindness, common humanity, dan

mindfulness.
22

2.3 Hubungan antara self compassion dengan prokrastinasi akademik

pada siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu

Siswa merupakan peserta didik yang belajar dijenjang sekolah

dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Selama

belajar di sekolah siswa banyak mendapatkan tugas oleh guru yang

menuntut untuk diselesaikan. Selain itu, siswa mengalami suatu masa

perubahan yang terjadi baik secara fisik, emosional, dan psikologis. Siswa

diharapkan bisa mampu berpikir matang dan bijaksana dalam

memanfaatkan waktu luang karena keberhasilan dalam bidang akademik

ditentukan oleh cara belajar individu.

Banyaknya tugas yang diberikan oleh guru tidak jarang membuat

siswa tidak mengerjakan, karena sebagian siswa berpendapat bahwa tugas

yang diberikan sulit dimengerti. Oleh karena itu, banyak siswa yang tidak

mengerjakan dan bahkan ada yang menunda-nunda untuk menyelesaikan

sebelum mendapatkan jawaban yang tepat. Akibatnya siswa merasa jenuh

dengan tugas yang diberikan siswa mencari kenyamanan seperti bermain

handphone, game online, dan melakukan hal yang menyenangkan dan

menyebabkan tugas menjadi menumpuk dan tidak terselesaikan dengan

maksimal. Maka dari itu, siswa kurangnya kesadaran diri bahwa apa yang

seharus dilakukan oleh pelajar.

.Prokrastinasi akademik merupakan perilaku maladaptif yang

sering dilakukan siswa dengan menunda hingga batas akhir.Sesuai dengan

aspek-aspek prokrastinasi siswa yang menunda untuk menyelesaikan tugas


23

tersebut, karena ketika mendapat tugas siswa tidak langsung mengerjakan

karena siswa memiliki rencana kapan untuk memulai mengerjakan tetapi

rencana tersebut tidak ditaati, siswa lebih sering melakukan aktivitas yang

lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas yang harus

diselesaikannya.

Sejalan dengan pendapat Burka dan Yuen (Ghufron & Risnawita,

2010) menegaskan kembali dengan menyebutkan adanya aspek irrasional

yang dimiliki oleh seorang prokrastinator. Seorang prokratinator memiliki

pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna,

sehingga siswa merasa lebih aman untuk tidak melakukannya dengan

segera, karena itu akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal.

Siswa melakukan prokrastainasi akademik sebagai strategi untuk

menghindari emosi negatif seperti perasaan cemas, panik, dan takut

dihadapkan pada tugas yang tidak menyenangkan. Sependapat dengan Van

Erde (Ferrari & Diaz, 2007) menghindari penundaan tampaknya menjadi

strategi bertujuan untuk menghindari tugas yang tidak menyenangkan

dalam batas waktu yang ditentukan. Menurut Fredrickson (Neff, 2003)

individu memiliki tingkat self compassion tinggi akan berhenti

menghakimi sendiri bisa menerima diri, dampak negatif dari emosi akan

berkurang, sehingga lebih mudah untuk berpikir positif, dan bermanfaat

seperti berkurangnya depresi, kecemasan, dan kepuasan hidup hidup lebih

besar.
24

Self compassion merupakan aspek untuk mengurangi perilaku

prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa.Karena dalam mengalami

kegagalan dalam bidang akademik siswa tidak sadar atas kemampuan

yang dimilikinya oleh karena itu siswa menyalahkan diri atas kekurangan

yang dimilikinya. Hal itu merupakan ciri orang yang tidak memiliki belas

kasih pada diri atau self compassion siswa bahwa siswa yang memiliki

kesadaran memerlukan rasa menyayangi dirinya sendiri agar tidak

menyalahkan diri atas kekurangan yang dimilikinya dalam akademik.

Menurut Neff (dalam Modica, 2019) self compassion didefinisikan sebagai

cara berhubungan dengan diri sendiri yang melibatkansikap tidak

menghakimi, sabar, dan baik hati terhadap seseorang diri, dan penderitaan

diri sendiri dan kekurangan yang dirasakan.

Sebaiknya siswa yang memiliki self compassion yang tinggi tidak

akan melalaikan tugas karena memiliki kesadaran untuk menyelesaikan

tugas tersebut. Menurut Leary (dalam Gill dkk, 2018) Orang-orang yang

memiliki tingkat kasih sayang yang lebih tinggi pada dirinya lebih mampu

menjaga keadaan yang negatif yang akan menghampirinya. Orang yang

memiliki tingkat kasih sayang yang tinggi juga mampu melalukan atau

menyelesaikan masalah-masalah yang akan dihadapinya dikemudian hari.

Neff (dalam Gill dkk, 2018) mengemukakan bahwa orang yang memiliki

belas kasih diri tinggi akan mampu melupakan kegagalan yang pernah

terjadi dimasa lalu. Sesuai dengan penelitian Rananto dan Hidayati (2017)
25

mengatakan bahwa siswa yang memiliki self compassion yang tinggi pada

dirinya akan berpengaruh terhadap rendahnya prokrastinasi akademik.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa self

compassion sangat diperlukan untuk mengurangi prokrastinasi akademik

pada siswa.

2.4 Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini merupakan ada hubungan antara

self compassion dengan prokrastinasi akademik pada siswa SMA Negeri 2

Ujungbatu.
26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Menurut Bungin (2005) variabel adalah sebuah fenomena yang

bervariasi dalam bentuk, kualitas, mutu standar dan sebagainya sesuai

dengan keperluan penelitian. Sesuai dengan judul penelitian yang akan

diteliti, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X) : Self Compassion

2. Variabel terikat (Y) : Prokrastinasi Akademik

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Prokrastinasi

Prokrastinasi akademik merupakan suatu sikapdan perilakudengan

sengaja menunda-nunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas

sehingga merugikan diri sendiri karena tidak dapat menyelesaikan

pekerjaan atau tugas tepat waktu dan hasilnya tidak maksimal diukur

dengan menggunakan skala prokrastinasi. Prokrastinasi diukur dengan

menggunakan skala prokrastinasi yang disusun oleh Fitriani (2019)

berdasarkan aspek-aspek dari Ferrari dkk yaitu, penundaan untuk

memulai dan menyelesaikan tugas, Kelambanan dalam mengerjakan

tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan realitas, melakukan

aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakn tugas

yang harus diselesaikan. Semakain tinggi skor skala maka akan

semakin tinggi pula prokrastinasi, begitu juga sebaliknya.

26
27

3.2.2 Self Compassion

Self compassion merupakan kemapuan individu dalam memberikan

pemahaman karena ketidakmampuan pada diridalam mengalami

kesulitan, kegagalan ataupun penderitaan dengan tidak mengkritik diri

secara berlebihan dan memberikan hal positif pada diri sendiridiukur

dengan skala self compassion. Self compassion diukur dengan

menggunakan skala yang disusun Hasanah dan Hidayati (2016)

berdasarkan aspek-aspek dari Neff (2011) yaitu self kindness, common

humanity, dan mindfulnessSemakain tinggi skor skala maka akan

semakin tinggi pula self compassion, begitu juga sebaliknya.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi berasal dari bahasa inggris population, yang berarti

jumlah penduduk. Dalam metode penelitian populasi digunakan untuk

menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran

penelitian. Oleh karena itu, populasi penelitian merupakan keseluruhan

(universum) dari objek peneliti (Bungin, 2005). Sedangkan menurut

Hadjar (Purwanto, 2010) populasi adalah kelompok besar individu

yang mempunyai karakteristik umum yang sama. Sesuai dengan

penjelasan diatas maka populasi penelitian tersebut adalah siswa

SMANegeri 2 Ujungbatu dengan jumlah populasi 309 siswa.


28

3.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Bungin (2005) sampel merupakan bagian untuk mewakili

seluruh populasi. Sependapat dengan Soenarto (Purwanto, 2010)

sampel adalah suatu bagian yang dipilih dengan cara tertentu untuk

mewakili seluruh populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan rumus perhitungan bersaran sampel yang

dikemukakan oleh Slovin (Yusuf, 2014) sebagai berikut:

s=
. ²

s : Jumlah sampel yang dicari

N : Jumlah Populasi

e : Nilai Presisi (perkiraan tingkat kesalahan)

Dalam Pengambilan data sampel dalam penelitian ini, maka hasil

yang diperoleh melalui perhitungan besaran sampel adalah sebagai

berikut:

s=
.

s= )
.( ,

s= )
.( ,

s=
,

s=
,

s = 174,3
29

s = 174

Berdasarkan hasil diatas ditentukan jumlah sampel minimal

yang harus diambil adalah sebanyak 174orang dengan tingkat kesalahan

pengambilan sampel sebesar 5%.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu

Proportionate Sratified Random Sampling. Menurut Sugiyono (2016)

Proportionate Sratified Random Sampling adalah teknik pengambilan

sampel acak berstata proposional. Teknik yang dilakukan apabila sifat

atau unsur dalam populasi tidak homogen dan berstrata secara

proposional. Dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 174 siswa

SMA Negeri 2 Ujungbatu. Peneliti mengambil semua kelas untuk

sampel siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu dengan jumlah sampel dibagi

secara proposional. Sampel untuk SMA Negeri 2 Ujungbatu peneliti

merendom secara acak dari 11 kelas yang terdiri dari kelas X dan kelas

XI. Peneliti mendapatkan tiga kelas X danempat kelas XI. Perincian

jumlah sampel SMA Negeri 2 Ujungbatu dapat dilihat pada tabel3.1:

Tabel 3.1
Perincian Jumlah Sampel SMA Negeri 2 Ujungbatu

No. Kelas Sampel Jumlah Siswa Jumlah Sampel

1. X 135 76
2. XI 174 98

Jumlah Sampel 309 Orang 174 Orang


30

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menurut Bungin (2005) adalah bagian

instrument pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya

suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian

kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi bivariat dengan tujuan ingin

mengetahui hubungan antara self compassion dengan prokrastinasi pada

siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu.

Untuk memperoleh data yang relevan dan akurat dalam penelitian

ini digunakan skala. Skala akan memberikan hasil yang cukup berarti

kalau peneliti dapat memilih tipe yang tepat sesuai dengan jenis data yang

akan dikumpulkan serta tujuan penelitian yang telah dirumuskan (Yusuf,

2014).

Dalam metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

skala Likert. Menurut Siregar (2014) skala likert merupakan skala untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi terhadap suatu objek atau

fenomena tertentu. Skala likert memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu

pernyataan favorable yang diberi skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS),

skor 4 untuk jawaban setuju (S), skor 3 untuk jawaban netral (N), skor 2

untuk jawaban tidak setuju (TS) dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak

setuju (STS) dan untuk pernyataan unfavorable diberikan skor 1 untuk

jawaban sangat sejutu (SS) hingga skor 5 untuk jawaban sangat tidak

setuju (STS).
31

3.4.1 Skala Prokrastinasi Akademik

Skala prokrastinasi akademik dalam penelitian ini merupakan

modifikasi dari skala yang disusun oleh Fitriani (2019). Skala ini

memiliki reliabilitas sebesar 0,913.Skala prokrastinasi akademik

disusun berdasarkan teori Ferrari dkk (Ghufron & Risnawita, 2010)

terdiri dari empat aspek yakni menunda untuk memulai dan

menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas,

kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual, dan melakukan

aktifitas yang lebih menyenangkan yang disusun dalam pernyataan

mendukung atau favorable dan pernyataan tidak mendukung atau

unfavorable dengan alternatif empat pilihan jawaban yaitu sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS)

dengan menghilangkan pilihan jawaban yang bersifat netral untuk

menghindari subjek pada kecenderungan tidak memberikan jawaban.

Skala prokrastinasi akademik sebelum di uji coba terdiri dari 32

aitem dengan jumlah favorable 17 aitem dan unfavorable sebanyak 15

aitem. Untuk aitem favorabel sangat setuju (SS) diberi skor 4 sampai

dengan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan untuk item

unfavorabel yaitu, sangat setuju (SS) diberi skor 1 sampai dengan

sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4.


32

Tabel 3.2
Blue Print Skala Prokrastinasi SebelumTry Out

NO Aspek Indikator Aitem Total

Favorabel Unfavorabel

1. Menunda Mengetahui bahwa tugas yang 13 1 2


untuk dihadapi segera diselesaikan namun
memulai dan menunda untuk memulainya
menyelesaika Mengetahui bahwa tugas yang 8 28,9 3
n tugas dihadapi harus segera diselesaikan
namun menunda untuk
menyelesaikan

2. Keterlambatan Memerlukan waktu yang lama dalam 14, 23 15, 24 4


dalam mempersiapkan diri secara berlebihan
mengerjakan untuk menyekesaikan tugas
tugas Mengerjakan tugas tanpa 2 16 2
memperhitungkan batasan waktu
yang dimiliki
Melakukan hal-hal yang tidak 3,17 25 3
dibutuhkan

3. Kesenjangan Memiliki deadline namun gagal 10,18 26,29 4


waktu antara mencapai deadline
rencana dan 4, 11, 19 30, 5
kinerja actual Memiliki rencana untuk mengerjakan
5
tugas namun tidak dikerjakan

4. Melakukan Melakukan aktivitas lain yang 12, 20, 27 31, 6 5


aktifitas yang dipandang menyenangkan dan
lebih mendatangkan hiburan dari pada
menyenangka mengerjakan
n Mengerjakan tugas sambil melakukan
21, 32 7,22 4
kegiatan lain

Jumlah 17 15 32
33

3.4.2 Skala Self Compassion

Skala self compassion dalam penelitian ini merupakan adaptasi

dari skala yang disusun oleh Hasanah dan Hidayati (2016). Skala ini

memiliki reliabilitas sebesar 0,880. Skala self compassion disusun

berdasarkan teori Neff (2003) terdiri dari tiga aspek yakni self-

kindness, common humanity, dan mindfulness yang disusun dalam

pernyataan mendukung atau favorable dan pernyataan tidak

mendukung atau unfavorable dengan alternatif empat pilihan jawaban

yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak

setuju (STS) dengan menghilangkan pilihan jawaban yang bersifat

netral untuk menghindari subjek pada kecenderungan tidak

memberikan jawaban.

Skala self compassion sebelum di uji coba terdiri dari 36 aitem

dengan jumlah favorable 18 aitem dan unfavorable sebanyak 18

aitem. Untuk aitem favorabel sangat setuju (SS) diberi skor 4 sampai

dengan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan untuk item

unfavorabel yaitu, sangat setuju (SS) diberi skor 1 sampai dengan

sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4.


34

Tabel 3.3
Blue Print Skala Self CompassionSebelum Try Out

NO Aspek Aitem Total


Indikator
Favorabel Unfavorabel
1. Self-kindness Menciptakan rasa nyaman bagi 17,11,9 2,6 5
diri sendiri dalam kondisi
apapun
Menerima seluruh aspek 1,13,3 10,8,4,12 7
negative dan positif yang ada
pada diri
2. Common Humanity Memandang permasalahan 5,32,33 23,35,20 6
sebagai peristiwa atau hal yang
bersifat duniawi
Memandang pengalaman diri 7,34,14 19, 24, 16 6
sendiri sebagai bagian dari
pengalaman manusia pada
umumnya

3. Mindfulness Memandang masalah secara 26,21,25 22,15,20 6


objektif
Kemampuan dalam
menghadapi permasalahan tapa 18,31,27 36,28,29 6
melibatkan emosi yang
berlebihan

Jumlah 18 18 36

3.5 Validitas Dan Reliabilitas

3.5.1 Validitas

Validitas menurut Sudaryono (2016) berasal dari kata validity

yang berarti sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya. Dengan kata lain validitas adalah

suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur

apa yang seharusnya diukur. Sejalan dengan pendapat Azwar (2015)

validitas artinya menunjukkan pada sejauhmana skala itu mampu


35

mengungkapkan dengan akurat dan teliti data mengenai atribut yang

dirancang untuk mengukurnya.

Penelitian ini menggunkan validitas isi. Validitas isi menurut

Azwar (2015) merupakan relevansi aitem dengan indikator

keperilakuan dengan tujuan alat ukur sudah dapat dievaluasi lewat

nalar dan akal sehat (common sense). Keputusan akal sehat mengenai

keselarasan atau relevansi aitem dengan tujuan ukur skala tidak dapat

didasarkan hanya pada penilaian penulis sendiri , tetapi harus

memerlukan kesepakatan penilaian dari beberapa yang kompeten

(expert judgement).

Menentukan valid atau tidaknya pengukuran menggunakan standar

koefisien validitas sebesar 0,30. Aitem dengan validitasnya 0,30

dianggap memiliki daya beda yang memuaskan, jika jumlah aitem

yang valid masih belum mencukupi dengan jumlah yang diinginkan,

maka koefisien validitasnya dapat diturunkan menjadi ≥ 0,25 (Azwar,

2015). Serta untuk menguji validitas instrument dalam penelitian ini

menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product

and Service Solution) yaitu SPSS 21.0 for windows.

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas yang berasal dari kata reliability berarti sejauh mana

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Sudaryono, 2016). Senada

dengan pendapat Azwar (2015) reliabilitas mengacu kepada

keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur yang mengandung makna


36

seberapa tinggi kecermatan pengukuran. Dalam pengukuran yaitu

dikatakan ketidak cermat apabila eror pengukurannya terjadi secara

random. Salah satu ciri instrument ukur yang baik adalah reliable

(reliable) yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror

pengukuran kecil.

Koefisien reliabilitas berada pada rentang angka mulai dari 0

sampai dengan 1,00. Sekalipun bila reliabilitas semakin tinggi

mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel. Dalam

penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formulasi

alpha cronbach dan dengan menggunakan bantuan program Statistical

Product And Service Solution (SPSS) versi 21 for windows (Azwar,

2015).

3.6 Metode AnalisisData

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dan metode

yang digunakan adalah metode analisis korelasi product moment.

Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara self compassion dengan prokrastinasi pada siswa SMA

Negeri 2 Ujungbatu. Data akan dianalisis dengan menggunakan Statistical

Product And Service Solution (SPSS) versi 21.0 for windows. Untuk

mengetahui teknik korelasi yang tepat yaitu apakah menggunakan statistik

parametrik atau statistik nonparametrik,Sebelum melakukan analisis data

terlebih dahulu melakukan uji asumsi yang meliputi antara lain : uji

normalitas, uji linieritas, dan uji hipotesis.


37

3.6.1 Uji Normalitas

Tujuan dilakukan uji normalitas terhadap serangkai data untuk

mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Bila

data berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik berjenis

parametrik, sebaliknya bila data tidak berdistribusi tidak normalmaka

menggunakan uji statistic nonparametrik (Siregar, 2012).

Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikan ≥ 0,05.

Taraf signifikan yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu bila p dari

nilai z > 0,05 maka data tersebut tidak normal. Pengujian normalitas ini

dilakukan dalam penilitian ini yaitu menggunakan bantuan dari

program SPSS(Statistical Product And Service Solution) versi 21.0 for

windows.

3.6.2 Uji Linieritas

Menurut Siregar (2012) tujuan dilakukannya uji linieritas adalah

untuk mengetahui apakah variabel terikat (X) dan variabel bebas (Y)

mempunyai hubungan yang linier. Kaidah yang digunakan untuk

mengetahui linieritas adalah dengan ketentuan apabila nilai p<0,05

daripada F linearity maka terjadi hubungan yang linier antara dua

variabel maka Ho diterima, sebaliknya jika p>0,05 daripada F linearity

maka tidak terjadi hubungan yang linier antara kedua variabel maka Ho

ditolak (Siregar, 2012).


38

3.6.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis

product moment correlation Analisis ini digunakan untuk mengetahui

adanya hubungan antara self compassion dengan prokrastinasi pada

siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu.Pengujian hipotesis dilakukan dalam

penilitian ini yaitu menggunakan bantuan dari program SPSS(Statistical

Product And Service Solution) versi 21.0 for windows.

3.7 Persiapan Alat Ukur Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan alat ukur

penelitian yang terdiri dari:

1. Persiapan Skala Prokrastinasi Akademik

Alat ukur skala prokrastinasi akademik yang digunakan peneliti

adalah skala prokrastinasi yang disusun oleh Fitriani (2019). Pada skala

prokrastinasi ini peneliti melakukan perubahan terhadap aitem-aitem

yang ada. Ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti sebelum

menggunakan skala prokrastinasi untuk penelitian, yaitu:

a. Perizinan

Sebelum menggunakan skala prokrastinasi, peneliti meminta izin

terlebih dahulu dengan mengirimkan pesan kepada yang

bersangkutan, setelah mendapatkan izin peneliti melakukan tahap

selanjutnya.
39

b. Uji Coba (Tryout)

Dalam penelitian uji coba skala dilakukan oleh peneliti kepada 200

siswa yang terbagi jumlah subjek dalam uji coba skala ini sudah

cukup memadai, sebagai mana yang dikemukakan oleh Crocker dan

Algina (Azwar, 2015) bahwa jumlah subjek sebanyak 200 orang

sudah cukup memadai dalam uji coba alat ukur. Uji coba skala ini

dilakukan pada tanggal 4 dan 5 Maret 2020 di SMA Negeri 2 Rokan

IV KOTO.

c. Analisis Reliabilitas

Pada skala prokrastinasi tetap dilakukan analisis reliabilitas dan

menggugurkan aitem. Hasil analisis skala prokrastinasi sebelum

dilakukan analisis daya beda aitem, reliabilitas

skalaprokrastinasiadalah 0,915. Setelah dilakukan analisis daya beda

aitem terdapat beberapa aitem yang gugur sebanyak 3 dari 32 aitem.

Adapun aitem yang gugur adalah aitem 5, 16, dan 23. Setelah

peneliti membuang aitem tersebut reliabilitas skala prokrastinasi

meningkat menjadi 0,922 dengan jumlah aitem sebanyak 29.


40

Tabel 3.4
Blue Print Skala Prokrastinasi Setelah Try Out

NO Aspek Indikator Aitem Total

Favorabel Unfavorabel

1. Menunda Mengetahui bahwa tugas yang 13 1 2


untuk memulai dihadapi segera diselesaikan namun
dan menunda untuk memulainya
menyelesaikan Mengetahui bahwa tugas yang 8 28,9 3
tugas dihadapi harus segera diselesaikan
namun menunda untuk
menyelesaikan

2. Keterlambatan Memerlukan waktu yang lama dalam 14, 23 15, 24 4


dalam mempersiapkan diri secara berlebihan
mengerjakan untuk menyekesaikan tugas
tugas Mengerjakan tugas tanpa 2 16 2
memperhitungkan batasan waktu
yang dimiliki
Melakukan hal-hal yang tidak 3,17 25 3
dibutuhkan

3. Kesenjangan Memiliki deadline namun gagal 10,18, 26, 29 4


waktu antara mencapai deadline
rencana dan Memiliki rencana untuk mengerjakan 4, 11, 19 30, 5 5
kinerja actual tugas namun tidak dikerjakan

4. Melakukan Melakukan aktivitas lain yang 12, 20, 27 31, 6 5


aktifitas yang dipandang menyenangkan dan
lebih mendatangkan hiburan dari pada
menyenangkan mengerjakan
Mengerjakan tugas sambil melakukan
21, 32 7,22 4
kegiatan lain

Jumlah 17 15 32

Keterangan: aitem yang digaris bawahi adalah aitem yang gugur

2. Persiapan Skala Self Compassion

Alat ukur skala self compassion yang digunakan peneliti adalah

skala self compassion yang disusun oleh Hasanah dan Hidayanti (2016).
41

Pada skala self compassion ini peneliti tidak melakukan perubahan

terhadap aitem-aitem yang ada. Ada beberapa tahap yang dilakukan

peneliti sebelum menggunakan skala self compassion untuk penelitian,

yaitu:

a. Perizinan

Sebelum menggunakan skala self compassion, peneliti meminta

izin terlebih dahulu dengan mengirimkan pesan kepada yang

bersangkutan, setelah mendapatkan izin peneliti melakukan tahap

selanjutnya.

b. Uji Coba (Tryout)

Dalam penelitian uji coba skala dilakukan oleh peneliti kepada 200

siswa yang terbagi jumlah subjek dalam uji coba skala ini sudah

cukup memadai, sebagai mana yang dikemukakan oleh Crocker dan

Algina (Azwar, 2015) bahwa jumlah subjek sebanyak 200 orang

sudah cukup memadai dalam uji coba alat ukur. Uji coba skala ini

dilakukan pada tanggal 4 dan 5 Maret 2020 di SMA Negeri 2 Rokan

IV KOTO.

c. Analisis Reliabilitas

Pada skala self compassion tetap dilakukan analisis reliabilitas dan

menggugurkan aitem. Hasil analisis skala self compassion sebelum

dilakukan analisis daya beda aitem, reliabilitas skalaself

compassionadalah 0,800. Setelah dilakukan analisis daya beda aitem

terdapat beberapa aitem yang gugur sebanyak 18 dari 36 aitem.


42

Adapun aitem yang gugur adalah aitem 1, 3, 4, 5, 7, 9, 11,13, 14, 16,

18, 21, 25, 26, 31, 32, 33, 34. Setelah peneliti membuang aitem

tersebut reliabilitas skala self compassion meningkat menjadi 0,879

dengan jumlah aitem sebanyak 18. Setelah dilakukan analisis daya

beda aitem selanjutnya terdapat beberapa aitem yang gugur sebanyak

2 dari 18 aitem adapun aitem yang gugur adalah aitem 17 dan 27.

Setelah peneliti membuang aitem tersebut reliabilitas skala self

compassion meningkat menjadi 0,886 dengan jumlah aitem

sebanyak 16.
43

Tabel 3.5
Blue Print Skala Self CompassionSetelahTry Out

NO Aspek Aitem Total


Indikator
Favorabel Unfavorabel
1. Self-kindness Menciptakan rasa nyaman bagi 17,11,9 2,6 5
diri sendiri dalam kondisi
apapun
Menerima seluruh aspek 1,13,3 10,8,4,12 7
negatif dan positif yang ada
pada diri
2. Common Humanity Memandang permasalahan 5,32,33 23,35,20 6
sebagai peristiwa atau hal yang
bersifat duniawi
Memandang pengalaman diri 7,34,14 19, 24,16 6
sendiri sebagai bagian dari
pengalaman manusia pada
umumnya

3. Mindfulness Memandang masalah secara 26,21,25 22,15,20 6


objektif
Kemampuan dalam 18,31,27 36,28,29
menghadapi permasalahan tapa 6
melibatkan emosi yang
berlebihan

Jumlah 18 18 36
Keterangan: aitem yang digaris bawahi adalah aitem yang gugur
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Penelitian

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian

Tahapan pertama yang dilakukan peneliti adalah menentukan jumlah

kecamatan yang ada di Rokan Hulu. Kemudian peneliti merandom kecamatan

mana yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Berdasarkan dari kecamatan

yang dipilih, mendapatkan data melalui kemdikbud.go.id Sekolah Menengah Atas

(SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), diperoleh bahwa terdapat 8

sekolah.Kemudian peneliti kembali merandom Sekolah Menengah Atas (SMA)

yang berada di kecamatan tersebut untuk dijadikan tempat penelitian.

4.2 Profil SMA Negeri 2 Ujungbatu

SMA Negeri 2 Ujungbatu merupakan sekolah SMA Negeri yang terletak

di Jl. Jend. Sudirman No. 10 Pematang Tebih, Kec. Ujung Batu, Kab. Rokan

Hulu Prov. Riau. Sekolah ini berdiri pada tahun 2007 dengan luas lahan

sekolah 15,109M². Sekolah ini memiliki siswa dari kelas X dan XI sebanyak

309 orang, siswa kelas XII tidak terhitung karena siswa sudah kelulusan.

Memiliki rombongan belajar kelas X yaitu lima rombongan belajar, sedangkan

kelas XI yaitu enam rombongan belajar. Jumlah tenaga pendidik sebanyak 45

orang terdiri dari 9 orang tenaga pendidik laki-laki dan 36 orang tenaga

pendidik perempuan. Waktu penyelenggaran sekolah ini menerapkan sistem

44
45

sekolah sehari penuh (full day) dengan menggunakan kurikulum K-13 dan

memiliki Lab. komputer dan perpustakaan.

4.3 Proses Perizinan

Sebelum melaksanakan penelitian, persiapan yang dilakukan oleh peneliti

adalah sebagai berikut : meminta surat penelitian hal tersebut dikarenakan

adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga Kampus

diliburkan. Pada tanggal 26 Juni 2020 kebagian Tata Usaha Fakultas Psikologi

Universitas Islam Riau dengan nomor surat : 337/D-UIR/20.F.Psi/2020.

Sebelumnya peneliti mengajukan permohanan pada tanggal 27 April 2020 di

SMA Negeri 2 Ujungbatu. Peneliti diperbolehkan melakukan penelitian yang

di jadwalkan oleh SMA Negeri 2 Ujungbatu pada tanggal 2 Mei 2020.

4.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 2 Mei 2020 di SMA Negeri 2

Ujungbatu dengan jumlah sampel 174 siswa. Penelitian dilakukan oleh

peneliti menyebarkan skala yang dalam pelaksanaannya menggunakan media

google formulir atau google form kepada siswa. Pada penelitian ini peneliti

tidak bisa memberikan skala secara langsung dengan menemui subjek karena

kondisi yang tidak memungkin bertemu denga subjek akibat Virus Covid-19

sehingga kegiatan sekolah diliburkan, sehingga peneliti melakukan penelitian

secara online.
46

4.5 Deskriptif Data

Hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan peneliti diuraikan dalam dua

bentuk yaitu deskripsi data empirik dan hipotetik. Masing-masing data

tersebut diuraikan lagi menjadi skor maksimum (Xmax), skor minimum

(Xmin), mean dan standar deviasi yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Rentang Skor Penelitian
Skor X yang diperoleh Skor X yang dimungkinkan
Variabel (empirik) (hipotetik)
Penelitian Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD

Self 64 18 44,48 8,938 64 16 72 60,8


Compassion

Prokrastinasi 99 36 59,67 10,329 116 29 130,5 110,


2

Berdasarkan hasil dari data hipotetik yang diperoleh dapat dilihat bahwa

nilai rata-rata untuk self compassion adalah sebesar 72 dengan SD sebesar

60,8sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh pada variabel prokrastinasi adalah

130,5 dengan SD sebesar 110,2. Selanjutnya, hasil data empirik yang didapat

dengan bantuan SPSS diperoleh nilai rata-rata untuk variabel self compassion

adalah sebesar 44,48 dengan SD 8,938 sedangkan untuk variabel prokrastinasi

rata-rata yang diperoleh adalah 59,67dengan SD 10,329.

Hasil deskripsi data penelitian diatas selanjutnya akan digunakan dalam

kategorisasi skala yang ditetapkan berdasarkan nilai rata-rata (Mean) dan Standar

Deviasi (SD) empirik dari masing-masing skala. Adapun rumus kategorisasi skala

sebagai berikut:
47

Tabel 4.2
Rumus Kategorisasi
Kategori Rumus
Sangat Tinggi X ≥ M + 1,5 SD
Tinggi M + 0,5 SD ≤ X < M + 1,5 SD
Sedang M - 0,5 SD ≤ X < M + 0,5 SD
Rendah M - 1,5 SD ≤ X < M - 0,5 SD
Sangat Rendah X ≤ M - 1,5 SD
Ket : M = Mean Empiric

SD = Standar Deviasi

Berdasarkan deskripsi data memakai rumus diatas, maka untuk variabel

self compassion dan prokrastinasi akademik dalam penelitian ini terbagi

menjadi lima bagian yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat

rendah. Kategori skor prokrastinasi dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.3
Rentang Nilai Dan Kategorisasi Skor Prokrastinasi Akademik

Kategori Skor F Persentase


Sangat Tinggi X ≥ 75,16 9 5,2%

Tinggi 64,83 ≤ X < 75,19 46 26,4%

Sedang 54,50 ≤ X < 64,83 71 40,8%

Rendah 44,17 ≤ X < 54,50 38 21,8%

Sangat Rendah X ≤ 44,17 10 5,7%

Jumlah 174 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini memiliki tingkat prokrastinasi yang sedang

dengan jumlah 71 dari 174 siswa dan dalam persentase sebesar 40,8% dari
48

100% yang terlibat. Sementara itu, skor self compassion yang dapat dilihat

pada tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4
Rentang Nilai Dan Kategorisasi Skor Self Compassion

Kategori Skor F Persentase


Sangat Tinggi X ≥ 57,88 12 6,9%

Tinggi 48,94 ≤ X < 57,88 41 23,6%

Sedang 40,00 ≤ X < 48,94 70 40,2%

Rendah 31,07 ≤ X < 40,00 38 21,8%

Sangat Rendah X ≤ 31,07 13 7,5%

Jumlah 174 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini memiliki tingkatself compassionyang sedang

dengan jumlah 70 dari 174 siswa dan dalam persentase sebesar 40,2% dari 100%

yang terlibat. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa secara dominan memiliki skor

sedang pada variabel prokrastinasi dan self compassion.

Table 4.5
Data Demografi Penelitian

Detail Data Frekuensi Persentase


Demografi
Jenis Kelamin Laki-Laki 65 37,4%

Perempuan 109 62,6%

Usia 15 Tahun 10 5,7%

16 Tahun 53 30,5%
49

17 Tahun 81 46,6%

18 Tahun 26 14,9%

19 Tahun 2 1,1%

20 Tahun 1 0,6%

21 Tahun 1 0,6%

Jenjang Kelas X 76 43,7%

XI 98 56,3%

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk jumlah

sampel terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 109

dengan persentase 62,6% . Pada kategori usia jumlah sampel terbanyak adalah

usia 17 tahun dengan jumlah 81 siswa dengan persentase 46,6% . Pada jenjang

kelas sampel terbanyak adalah kelas XI dengan jumlah 98 siswa dengan

persentase 56,3%

4.6 Hasil Analisis Data

4.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas

yang dilakukan pada dua variabel yaitu variabel prokrastinasi akademik

dan self compassion. Adapun kaidah yang digunakan untuk mengetahui

normal atau tidaknya sebaran data adalah jika p> 0,05 maka sebaran data

normal dan Ho diterima, namun apabila p < 0,05 maka sebaran data tidak

normal dan Ho ditolak (Siregar, 2012).


50

Berdasarkan hasil perhitungan data yang dilakukan dengan One

Sample Kolmogrov-SmirnovTest dengan bantuan program SPSS 21.0 for

windows maka diperoleh hasil seperti tabel di bawah ini :

Tabel 4.6
Hasil Uji Asumsi Normalitas
One Sample Kolmogrov-Smirnov Test

Variabel Skor K-SZ P Keterangan

Prokrastinasi 0,067 0,053 Normal


Akademik

Self_Compassion 0,063 0,086 Normal

Untuk hasil uji normalitas menunjukkan pada sebaran data

prokrastinasi akademik diperoleh skor sig sebesar 0,053 (p>0,05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data penelitian prokrastinasi

memperlihatkan distribusi normal. Hasil uji sebaran data self compassion

diperoleh skor p sebesar 0,086 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan

sebaran data penelitian menunjukkan distribusi normal, sehingga untuk

kedua variabel penelitian memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.

4.6.2 Uji Linieritas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan linier antara variabel

bebas (X) dan variabel terikat (Y). Apabila nilai p dari nilai F

(liniearity)<0,05 maka kedua variabel dikatakan linier, namun apabila

nilai p dari nilai F (liniearity)>0,05 maka kedua variabel dikatakan tidak

linier (Siregar, 2012). Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :
51

Tabel 4.7
Hasil Uji Linieritas
Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
prokrastinasi Between (Combined) 7838,444 36 217,735 2.809 0,000
* Groups Liniearity 2253,361 1 2253,361 29,068 0,000
self_compass Deviation 5585,083 35 159,574 2,058 0,002
ion from
liniearity
WithinGroups 10620,223 137 77,520
Total 18458,667 173

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa hasil uji linieritas

pada kedua variabel yang diteliti menunjukkan bahwa nilai F=29,068 dengan

p= 0,000 (p<0,05), maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua

variabel dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linier.

4.6.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan metode korelasi pearson

product moment. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada penelitian. Pada

penelitian yaitu melihat hubungan antara variabel prokrastinasi akademik

dengan variabel self compassion. Berdasarkan hasil uji korelasi yang diperoleh

menggunakan SPSS 2.1 for windows dimana terdapat hubungan antara self

compassion dengan prokrastinasi pada siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu

dengan diperoleh hasil pada koefisien korelasi (r) yaitu -0,349 dengan nilai

signifikan yaitu 0,000 (p<0,05). Dalam hal ini menunjukkan terdapat korelasi

negatif antara self compassion dengan prokrastinasi. Sehingga berdasarkan


52

hasil analisis maka uji hipotesis dalam penelitian diterima. Hasil uji untuk

korelasi product moment ditunjukkan pada tabel 5.0 berikut :

TABEL 4.8
Hasil Uji Korelasi Product Moment
Correlations
Prokrastinasi Self_compass
ion
Pearson Correlation 1 -,349**
Prokrastinasi Sig. (2-tailed) ,000
N 174 174
Pearson Correlation -,349** 1
Self_compassio
Sig. (2-tailed) ,000
n
N 174 174

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan adanya hubungan yang

bersifat negatif dan signifikan antara self compassion dengan prokrastinasi

pada siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu, dengan adanya hubungan yang negatif

maka semakin tinggi self compassion maka prokrastinasi siswa semakin

rendah, sebaliknya semakin rendah self compassion maka prokrastinasi siswa

semakin tinggi.

4.7 Pembahasan

Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan

pearson product moment diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara self

compassion dengan prokrastinasi pada siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu. Hal

tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai korelasi (rxy) yang diperoleh sebesar -

0,349 dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05), yang menunjukan bahwa adanya

hubungan yang negatif dan signifikan antara self compassion dengan

prokrastinasi akademik yaitu, semakin tinggi self compassion maka tingkat


53

prokrastinasi akademik siswa semakin rendah, sebaliknya semakin rendah self

compassion maka tingkat prokrastinasi akademiksiswa semakin tinggi.

Hal tersebut sejalan dengan hipotesis penelitian ini adanya hubungan yang

negatif self compassion dengan prokrastinasi pada siswa SMA Negeri 2

Ujungbatu. Sehingga semakin tinggi self compassion maka semakin rendah

prokrastinasi akademik. Hal ini didukung dalam penelitian Rananto dan

Hidayati (2017) yang mengemukakan bahwa ada korelasi yang negatif antara

self compassion dengan prokrastinasi yang artinya semakin tinggi self

compassion maka semakin rendah prokrastinasi, sebalikknya apabila semakin

rendah self compassion maka semakin tinggi prokrastinasi. Siswa yang tidak

mampu mengasihi dirinya, memahami, ataupunn tidak menyadari atas

kekurangan yang dimilikinya akan mengalami hambatan untuk berpikir positif

dalam mengalami kesulitan dalam menghadapi untuk mengerjakan taupun

menyelesaikan tugas. Tetapi siswa yang memiliki self compassionyang tinggi

tidak akan menghakimi ataupun mengkritik diri secara berlebihan atas

kemampuan yang dimiliki.

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan

bahwa self compassion berkaitan erat dengan prokrastinasiakademik. Apabila

siswa memiliki tingkat self compassion yang tinggi jadi siswa tidak akan

melalaikan tugas karena memiliki kesadaran untuk menyelesaikan tugas

tersebut dan akan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan. Sependapat dengan

William dkk ( Wangid, 2014) self compassionmerupakan aspek psikologis

yang mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan


54

perilaku prokrastinasi akademik, yang menunjukkan bahwa semakin individu

merasa kasihan terhadap dirinya sendiri maka semakin rendah kemungkinan

prokrastinasi akan dilakukan.

Siswa yang tidak mampu memahami, menyadari, dan mengasihi dirinya

akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan akan

cenderung melakukan penundaan atau prokrastinasi. Siswa yang mempunyai

belas kasih pada diri atau self compassion tidak akan menghakimi diri sendiri,

mengkritik diri secara berlebihan tetapi mampu menerima keadaan yang tidak

menyenangkan. Siswa akan berpikir positif bahwa siswa mampu untuk

menyelesaikan tugas sesulit apapun. Menurut Neff (Steven & Woodruff,

2018) mengatakan bahwa self compassion adalah pemahaman untuk diri

sendiri dan mau menerima keadaan dirinya walaupun berada dalam situasi

yang tidak menyenangkan.

Menurut Moradi, Rashidi, dan Golmohammadian (2017) untuk

mengurangi prokrastinasi di dalam diri individu dapat dilakukan dengan cara

membangun pikiran yang positif. Dengan berpikir berpositif merupakan salah

satu kemampuan individu untuk menyadari dan bertangung jawabdalam

menyelesaikan tugas tersebut. Sejalan dengan Neff (dalam Hajiaziz & Ho,

2015) bahwa siswa yang memiliki self compassion yang tinggi tidak mudah

untuk menghakimi diri, cemas, dan depresi.

Neff (dalam Hajiaziz & Ho, 2015) berpendapat bahwa siswa yang

memiliki kemampuan self compassion yang rendah dalam dirinya maka

cenderung memunculkan mental yang suka merenung, mengasingkan diri, dan


55

menghakimi diri. Sejalan dengan pendapat Sirois (2014) mengatakan bahwa

hubungan prokrastinasi atau penundaan yang memiliki tekanan akan menjadi

over indentification dengan keadaan yang negatif, self judgment atau

menghakimi diridan memiliki perasaan yang terasing. Belas kasih pada diri

rendah akan menyebabkan suka menunda-nunda suatu pekerjaan, hal ini

menunjukkan bahwa memperlakukan diri dengan kasar, menyalahkan diri,

mengkritik diri, dan kurangnya penerimaan dalam kegagalan yang dihadapi.

Untuk mengurangi penundaan dengan berfokus pada meningkatkan rasa

kasihan pada diri sendiri karena dapat mengurangi keadaan negatif yang

mendorong suasana hati dengan melepaskan diri dari tugas yang sulit atau

tidak menyenangkan.

Penelitian yang dilakukan Neff (2011) mengatakan bahwa individu yang

memiliki self compassion tinggi tidak hancur saat mereka tidak mencapai

suatu tujuan atau target. Self compassion menunjukkan kekuatan psikologis

seperti kebahagian,optimisme, keingintahuan,kebijaksanaan, dan pengaruh

emosi positif. Sependapat dengan hasil penelitian dengan Neff dan Vonk

(2009) menunjukkan bahwa orang memiliki self compassion akan dapat

menerima untuk berpikir dan mengendalikan emosi negatif.Bahwa siswa yang

tinggi dalam menyayangi diri sendiri juga cenderung melakukan prokrastinasi

akademik.

Berdasarkan analisis data kategori self compassion berada pada kategori

sedang dengan persentase tertinggi yaitu 40,2% dapat ditarik kesimpulan

bahwa self compassion yang dimiliki oleh siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu
56

termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa

memiliki penerimaan dan penilaian positif terhadap diri sendiri ketika siswa

mengalami kesulitan-kesulitan dan kekurangan yang dimiliki siswa tersebut.

Selain itu juga siswa memiliki penerimaan dan penilaian yang negatif terhadap

diri sendiri disebabkan tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki serta

mengkritik diri ketika dalam kesulitan yang terjadi.

Berdasarkan analisis data data kategori prokrastinasi berada pada kategori

sedang dengan presentase tertinggi 40,8%. Maka dari itu dapat ditarik

kesimpulan bahwa siswa tidak mengarah untuk melakukan penundaan tugas,

siswa melakukan penundaan karena melakukan aktifitas yang lebih

menyenangkan dari pada mengerjakan tugas.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

antara self compassion dengan prokrastinasi pada siswa . Dalam penelitian ini,

peneliti menyadari adanya kelemahan yang mungkin dapat mempengaruhi

hasil penelitian, yaitu pada saat menyebarkan skala secara langsung peneliti

mengalami kendala disebabkan covid-19 sehingga peneliti hanya bisa

menyebarkan skala melalui google form.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data diperoleh dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis diterima yaitu adanya hubungan antara dua variabel yang diteliti yaitu

self compassion dan prokrastinasi akademik. Adapun arah dalam penelitian ini

adalah self compassion memiliki arah negatif terhadap prokrastinasi

akademik.Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self compassion maka

semakin rendah prokrastinasi akademik siswa, sebaliknya semakin rendah self

compassion maka semakin tinggi prokrastinasi akademik siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan,

maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Siswa

Siswa dapat menyampaikan kepada guru bahwa mengalami kesulitan

dalam mengerjakan tugas. Tetapi saat guru menerangkan pelajaran siswa

harus fokus dan diharapkan memberikan tanggapan dalam mengerjakan,

seperti menganggap tugas yang diberikan tidak mengerti.Siswa dapat

mengatasi masalah tersebut dengan belajar kelompok dan selalu

sharingbersama teman.Siswa juga dapat menerima kemampuan yang

dimiliki dengan berpikir positif atas kekurangan yang dimilki tidak dengan

57
58

menghakimi diri atau mengkritik diri secara berlebihan.Dengan demikian

siswa dapat menghindari terjadinya prokrastinasi atau menunda-nunda

dalam mengerjakan tugas.

5.2.2 Bagi Guru

Guru diharapkan untuk lebih meningkatkan profesionalisme yaitu

dengan meningkatkan metode mengajar yang baik dan menyenangkan bagi

siswa sehingga tidak melakukan penundaan dalam menyelesaikan tugas.

Metode mengajar yang baik adalah metode yang berdasarkan dengan

kemampuan anak didik, tujuan pembelajaran, dan kemampuan guru itu

sendiri.

5.2.3 Bagi Penelti Selanjutnya

Saran yang ditujukan kepada peneliti-peneliti selanjutnya yaitu

sebagai beriku:

a. Kepada peneliti yang berikutnya tertarik dengan meneliti hal yang

sama bisa mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin

dapat mempengaruhi prokrastinasi seperti penyesuaian diri,

motivasi belajar, dan dukungan teman sebaya.

b. Peneliti selanjutnya juga bisa memperluas subjek penelitian,

membegikan skala secara langsung kepada responden agar hasil

yang diperoleh efektif.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, L. Y., & Muti'ah, T. (2012).Prestasi Akademik Siswa Ditinjau Dari


Prokrastinasi Dan Persepsi Anak Pada Pola Asuh Orang Tua di SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta.Jurnal SPIRITS, Vol.3, No. 1. Diunduh dari:
http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/spirit/article/view/1126.

Azwar, S. (2015).Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, B. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Desmita.(2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Ferrari, J. R., & Diaz, J. F. (2007). Procrastination: Different Time OrientationReflect


Different Motives. Journal of Research in Personality, 41, 707-714.

Fitriani, N. (2019). Hubungan Antara Regulasi Diri Dengan Prokrastinasi Dalam


Menghafal Al-Qur’an Pada Santri Pondok Pesantren X
Pekanbaru.Skripsi.Fakultas Psikologi, Universitas Islam Riau.
Ehret, A. M., Joormann, J., & Berking, M. (2017). Self-Compassion Is More
Effective Than Acceptance And Reappraisal In Decreasing Depressed Mood
In Currently And Formerly Depressed Individuals. Journal Of Affective
Disorders. Doi: https://doi.org/10.1016/j.jad.2017.10.006.
Ghufron, M. N., & Risnawita, S. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Gill, C., Watson, L., Williams, C., & Chan, S. W. (2018). Social Anxiety And Self
Compassion In Adolescents. Journal Of Adolescence, Vol. 69, 163-174. Doi:
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2018.10.004.

Hajiazizi, A., & Ho, R. (2015).The Relationship between Self-Compassion and


Academic Procrastination Being Mediated By Shame and Anxiety. The
International Journal of Indian Psychology, Forthcoming. Diunduh dari:
https://papers.ssrn.com/Sol3/papers.cfm?abstract_id=2703405
Hasanah, F. A., & Hidayati, F. (2016).Hubungan antara Self-Compassion dengan
Alienasi pada Remaja (Sebuah Studi Korelasi pada Siswa SMK Negeri 1
Majalengka). Empati, Volume. 5(4), 750-756. Diunduh dari:
http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/spirit/article/view/1126

https://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?kode=090901&level=3 .
https://www.nusabali.com/berita/2092/banyak-pr-siswa-gantung-diri.
https://www.google.com/amp/s/m.tribunnews.com/amp/regional/2018/01/12/seorang-
siswa-sma-di-bandung-tewas-gantung-diri-penyebabnya-diduga-akibat-beban-
ini .

Jahja, Yudrik. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Luo, Y., Meng, R., Li, J., Liu, B., Cao, X., & Ge, W. (2019). Self-Compassion May
Reduce Anxiety And Depression In Nursing Students: A Pathway Through
Perceived Stress. Public health, 174, 1-10.Doi:
https://doi.org/10.1016/j.puhe.2019.05.015.

Musbikin, I. (2013).Mengatasi Kenakalan Remaja.Pekanbaru: Zanafa Publishing.

Modica, C. (2019). Facebook, body esteem, and body surveillance in adult women:
The moderating role of self-compassion and appearance-contingent self-
worth. Body image, 29, 17-30.Doi:
https://doi.org/10.1016/j.bodyim.2019.02.002.

Moradi, S., Rashidi, A., & Golmohammadian, M. (2017). The effectiveness of


positive thinking skills on academic procrastination of high school female
students Kermanshah City. Interdisciplinary Journal of Virtual Learning in
Medical Sciences, 8(1).Doi: 10.5812/ijvlms.11784.

Neff, K. (2003). Self-compassion: An alternative conceptualization of a healthy


attitude toward oneself. Self and identity, 2(2), 85-101. Diunduh dari:
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/15298860309032 .

Neff, K. D. (2011). Self‐compassion, self‐esteem, and well‐being. Social and


personality psychology compass, 5(1), 1-12. Diunduh dari:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1751-9004.2010.00330.x
Neff, K. D. (2009). Self-Compassion. In M. R. Leary & R. H. Hoyle (Eds.),
Handbook of Individual Differences in Social Behavior (pp. 561-573). New
York: Guilford Press.

Neff, K. D., Rude, S. S., & Kirkpatrick, K. L. (2007). An Examination Of Self-


Compassion In Relation To Positive Psychological Functioning And
Personality Traits. Journal of Research in Personality, 41, 908-916.
Neff, K. D. & Vonk, Roos. (2009). Self-Compassion Versus Global Self-Esteem:
Two Different Ways Of Relating To Oneself. Journal of Personality, 77(1).
Nitami, M., Daharnis, D., & Yusri, Y. (2015). Hubungan motivasi belajar dengan
prokrastinasi akademik siswa. Konselor, Volume. 4, No. 1, 1-12. Diunduh
dari:
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/view/6449/5099

Purwanto.(2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahmaniah, R. (2019). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi


Akademik Siswa Di SMP Negeri 1 Tanete Riaja. Jurnal Bimbingan dan
Konseling, 6(2),10-18.Diunduhdari:
https://jurnal.stkipmb.ac.id/index.php/bkmb/article/view/52
Ramadhan, R. P., & Winata, H. (2016). Prokrastinasi akademik menurunkan prestasi
belajar siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran (JPManper), Vol.
1, No. 1, Hal. 154-159. Diunduh dari:
https://ejournal.upi.edu/index.php/jpmanper/article/view/3260.

Rananto, H. W., & Hidayati, F. (2017). Hubungan Antara Self-compassion dengan


Prokrastinasi pada Siswa SMA Nasima Semarang. Empati, Volume. 6(1),
232-238. Diunduh dari:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/15235 .

Rifa’i, H. R., Syahrina, A. I. (2019). Hubungan Antara Self Regulated Learning Dan
Self Compassion Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Kelas XI Di
MAN 2 Solok. Psyche 165 Journal, 12(2), 134-143. Diunduh dari:
http://lppm.upiyptk.ac.id/ojsupi/index.php/PSIKOLOGI/article/view/262 .
Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja (edisi ke enam). Jakarta:
Erlangga.
Siregar, S. (2012).Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Bumi Aksara.

Siregar, S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Sirois, F.M. (2013). Procrastination and Stress: Exploring the Role of Self-
Compassion. Self and Identity, 13 (2), 128 - 145. DOI:
https://doi.org/10.1080/15298868.2013.763404
Sudaryono.(2016). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sugiyono.(2016). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Steven,& Woodruff. (2018). The Neuroscience of Emphaty, Compassion, and Self-
Compassion. London: Acaademic Press.
Santika, W. S., & Sawitri, D. R. (2017). Self-regulated learning dan prokrastinasi
akademik pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Purwokerto. Empati, Volume,
5(1), 44-49. Diunduh dari:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/14946 .

Triyono, & Rifai, E. (2018). Efikasi Diri Dan Regulasi Emosi Dalam
MengatasiProkrastinasiAkademik. Cv Sindunata.

Yusuf, Muri. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif & Penelitian


Gabungan. Jakarta: Kencana.

Wangid, M. N. (2019). Prokrastinasi Akademik: Perilaku Yang Harus


Dihilangkan.TAZKIYA Journal of Psychology, 2(2).

Waring, S. V., & Kelly, A. C. (2019). Trait Self-Compassion Predict Different


Responses To Failure Depending On Te Interpersonal Context. Personality
and Individual Differences, 143, 47-54.
Doi: https://doi.org/10.1016/j.paid.2019.01.043.

Zuraida, Z. (2019). Hubungan Prokrastinasi Akademik Dengan Prestasi Belajar Pada


Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Potensi Utama. Jurnal Psikologi
Kognisi, Vol.2, No.1. Diunduh dari:
http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/KOGNISI/article/view/452

Anda mungkin juga menyukai