Kureo-Ger-Komunikasi-Terapeutik-Lansia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN LANSIA

Di SampaIkan Oleh :
KURNIAWAN EDI P., S.KEP NS., M.KES
PENGERTIAN KOMUNIKASI
• Komunikasi merupakan suatu hubungan atau
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah
hubungan atau dapat diartikan sebagai saling
tukar-menukar pendapat serta dapat diartikan
hubungan kontak antara manusia baik individu
maupun kelompok.
• Komunikasi juga diartikan sebagai elemen dasar
dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan,
dan meningkatkan kontak dengan orang lain.
Komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia
bukan hanya sebatas tukar-menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan
intim yang terapeutik.
TUJUAN KOMUNIKASI

Pada umumnya, komunikasi mempunyai


beberapa tujuan, antara lain :
• Supaya yang disampaikan dapat
dimengerti.
• Dapat memahami orang lain.
• Supaya gagasan dapat diterima orang lain.
• Menggerakkan orang lain untuk
melakukan sesuatu.
MANFAAT KOMUNIKASI YANG BAIK

Komunikasi yang baik akan menguntungkan


dua belah pihak yaitu perawat maupun
lansia, diantaranya:
1. Membangun hubungan dan
kepercayaan yang baik
2. Meningkatkan hubungan baik dan
saling memahami
3. Mengurangi stres
KERUGIAN AKIBAT KOMUNIKASI YANG BURUK

Komunikasi yang buruk akan


merugikan perawat maupun lansia
karena dapat menimbulkan:
1. Kekesalan
2. Frustrasi
3. Kesalahpahaman dan
perasaan negatif lainnya
PENYEBAB KESULITAN DALAM BERKOMUNIKASI
1. Masalah fisik: misalnya kehilangan atau menurunnya kemampuan mendengar,
melihat, bicara, meraba, alat bantu dengar tak berfungsi dengan baik, dll.

2. Masalah perilaku: misalnya masalah dalam sikap, persepsi dan tindakan (dapat
dipengaruhi oleh pola asuh, pendidikan, budaya, kepercayaan, dll, atau gejala
kepikunan).

3. Kemampuan berkomunikasi yang buruk


Kurangnya kemampuan dalam menyampaikan pesan termasuk bahasa, ucapan,
nada, dan teknik ekspresi wajah dan bahasa tubuh,
Kurang mampu mendengarkan dan mengamati dengan baik, serta menunjukkan
bahwa pesan itu dipahami.
4. Masalah lingkungan: misalnya lingkungan yang bising.
Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,


bertujuan dan kegiatannya dipusatkanuntukkesembuhan pasien. Dalam dunia
kesehatan, banyak kegiatan komunikasi terapeutik yang terjadi. Menurut Heri
Purwanto, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar dan bertujuan, kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan
merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk
penyembuhan pasien (dalam Mundakir, 2006).

Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya


hubungan yang konstruktif di antara perawat dengan klien. Tidak seperti komunikasi
sosial, komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai
suatu tujuan dalam asuhan keperawatan
Tahapan Komunikasi Terapeutik (Stuart & Sunden)

Tahap Pra-interaksi

Tahap Perkenalan / Tahap Orientasi

Tahap Kerja

Tahap Terminasi
1. Tahap Pra-interaksi
Perawat/dokter sebagai komunikator yang melaksanakan
komunikasi terapeutik mempersiapkan dirinya untuk
bertemu dengan klien atau pasien. Sebelum bertemu
pasien, perawat/ dokter haruslah mengetahui beberapa
informasi mengenai pasien, baik berupa nama, umur, jenis
kelamin, keluhan penyakit, dan sebagainya. Apabila
perawat/ dokter telah dapat mempersiapkan diri dengan
baik sebelum bertemu dengan pasien, maka ia akan bisa
menyesuaikan cara yang paling tepat dalam
menyampaikan komunikasi terapeutik kepada pasien,
sehingga pasien dapat dengan nyaman berkonsultasi
dengan petugas/dokter.
2. Tahap Perkenalan / Tahap Orientasi
Pada tahap ini antara petugas dan pasien terjadi kontak dan
pada tahap ini penampilan fisik begitu penting karena dimensi
fisik paling terbuka untuk diamati. Kualitas-kualitas lain seperti
sifat bersahabat kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga
terungkap.
3. Tahap Kerja
Tahap pengenalan lebih jauh, dilakukan
untuk meningkatkan sikap penerimaan satu
sama lain untuk mengatasi kecemasan,
melanjutkan pengkajian dan evaluasi
masalah yang ada, pada tahap ini termasuk
pada tahap persahabatan yang
menghendaki agar kedua pihakharus
merasa mempunyai kedudukan yang sama,
dalam artian ada keseimbangan dan
kesejajaran kedudukan. Secara psikologis
komunikasi yang bersifat terapeutik akan
membuat pasien lebih tenang, dan tidak
gelisah.
4. Tahap Terminasi
Pada tahap ini terjadi pengikatan antar pribadi yang lebih
jauh, merupakan fase persiapan mental untuk membuat
perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat
dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan,
yang diukur, antara lain, mengantisipasi masalah yang
akan timbul karena pada tahap ini merupakan tahap
persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan
peningkatan komunikasi untuk mengurangi
ketergantungan pasien pada petugas/dokter. Terminasi
merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas
dengan klien. Bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu
terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi
sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, pada
terminasi ini klien akan bertemu kembali pada waktu yang
telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir terjadi jika
klien selesai menjalani pengobatannya
PROSES KOMUNIKASI

•Fact Finding yaitu menyarikan dan megumpulkan fakta dan data


sebelum seseorang melakukan kegiatan komunikasi.
•Planning. Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana
tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana
mengemukakannya.
•Communication. Dalam melakukan komunikasi pada lansia
sebaiknya menggunakan bahasa sehari-hari dan mudah dipahami
serta dimengerti
• Evaluation. Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk
melihat bagaimana hasil komunikasi tersebut dan kemudian
menjadi bahan perencanaan untuk melakukan komunikasi
selanjutnya.
JENIS-JENIS KOMUNIKASI
A. Komunikasi Verbal
Teknik komunikasi verbal:
•Teknik informing. Bahasa singkat dan jelas, mudah dimengerti, pada
teknik ini perawat bersifat aktif dan pasien pasif. Akan tetapi metode
ini tidak efektif.
•Bertanya, Bertanya langsung: membantu untuk mendapat informasi
spesifik. jika berlebihan dapat menyebabkan lansia menjadi bosan.
•Berhadapan langsung (confronting). Ketika respon verbal dan non
verbal pada lansia tidak sama, teknik ini dapat dilakukan. Hal ini tidak
dianjurkan pada klien lansia yang sedang gelisah atau bingung.
•Social communication. Tujuannya untuk lebih membina hubungan
saling percaya dengan lansia. Untuk memperoleh informasi lain diluar
info kesehatan lansia.
B. Komunikasi Non Verbal
Beberapa teknik komunikasi non verbal yang dapat digunakan antara lain
– Simbol, contohnya cara berpakaian menentukan identitas pribadi seseorang.
– Nada suara (tone voice), bisa menunjukkan emosi seseorang, mengindikasikan
emosi pada lansia. Pada lansia saat kita berkomunikasi hendaknya menggunakan
nada yang rendah.
– Body language, dapat digunakan untuk memvalidasi maksud atau tujuan
komunikasi. Body language pasien harus diperhatikan karena body language yang
tidak sesuai dapat menjadi barier komunikasi. Oleh karena itu perawat harus
menempatkan diri untuk berkomunikasi dengan lansia.
– Space or distance, and position. Terbagi menjadi beberapa bentuk,yaitu: Public
space-area tidak ada hubungan dengan orang lain (>12 kaki). Social space,
komunikasi terjadi dalam tahap interpersonal (4-12 kaki). Personal space, seberapa
dekat orang dapat berkomunikasi dengan kita dan kita merasa nyaman (18 inci – 4
kaki). Intimate space, hanya orang tertentu yang boleh masuk.
– Gesture, digunakan untuk membantu menyampaikan maksud dari komunikasi.
Gesture sangat membantu pada orang yang tidak dapat mendengar.
– Ekspresi wajah, digunakan untuk komunikasi antar budaya dan bangsa, karena
ekspresi takut, marah, sedih, senang, dll bisa ditunjukkan lewat ekspresi
wajah.
– Kontak mata, posisi sejajar menunjukkan respect terhadap lawan bicara
– Kecepatan komunikasi, jangan tergesa-gesa ketika berkomunikasi dengan
lansia, karena menyebabkan kebingingan dan frustrasi.
– Waktu, terlalu menyampaikan di awal membuat lansia lupa, dan
menyampaikan di akhir membuat stress atau frustrasi. Komunikasi di malam
hari mengganggu waktu tidur lansia. Membutuhkan yang lebih lama dan sabar
untuk komunikasi dengan lansia.
– Sentuhan, metode untuk mengungkapkan perhatian dan caring. Sentuhan
terapeutik dapat menurunkan ansietas dan depresi, dapat meningkatkan
keberadaan dan rasa penghargaan bagi lansia.
– Silence, bentuk komunikasi yang ditunjukkan ketika lansia berduka, cemas,
sakit.
HAMBATAN KOMUNIKASI PADA LANSIA
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengn klien lansia akan terganggu
apabila ada sikap agresif dan sikap nonasertif.

1. Sikap Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku di
bawah ini:
– Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain ( lawan bicara)
– Meremehkan orang lain
– Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
– Menonjolkan diri sendiri
– Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun
dengan tindakan.
HAMBATAN KOMUNIKASI PADA LANSIA
2. Sikap Non Asertif
Tanda-tanda dari sikap non asertif adalah sebagai berikut:
–Menarik diri bila diajak bicara
–Merasa tidak sebaik orang lain ( rendah diri)
–Merasa tidak berdaya
–Tidak berani mengungjapkan keyakinan
–Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
–Tampil diam ( pasif)
–Mengikuti kehendak orang lain
–Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik
dengan orang lain
Teknik Komunikasi Pada Lansia
1. Asertif. Asertif adalah sikap yang dapat
menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk
mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat di mengerti
2. Responsif. Reaksi petugas kesehatan terhadap
fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien
3. Fokus. Sikap ini merupakan upaya perawat untuk
tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang di inginkan
Teknik Komunikasi Pada Lansia
5. Supportif. Perubahan yang terjadi pada lansia, baik
pada aspek fisikaupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative
menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan
menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya
dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan
kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat menghargai selama lansia
berbicara
6. Klarifikasi. Dengan berbagai perubahan yang terjadi
pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar
TEHNIK KHUSUS KOMUNIKASI DENGAN LANSIA
SECARA UMUM
1. Gunakan metode komunikasi yang sesuai, misal: tanya jawab/bahasa
isyarat sederhana
2. Bicaralah secara perlahan, jelas, dalam nada yang normal
3. Fokuskan pada satu pembicaraan dan ulangi pesan jika perlu
4. Lakukan kontak mata dengan lansia dengan posisi sejajar untuk
menciptakan suasana yang nyaman sehingga lansia lebih terbuka
5. Mendengarkan dengan sabar dan berfokus pada apa yang sebenarnya
lansia sampaikan
6. Konfirmasikan kembali pesan yang telah diterima dengan meminta lansia
mengulangi pesan yang disampaikan, atau caregiver mengulangi pesan
yang disampaikan lansia
TEHNIK KHUSUS KOMUNIKASI DENGAN LANSIA
SECARA UMUM
7. Beri dukungan lansia untuk menyampaikan kebutuhan, pandangan, dan
keinginan mereka, bersabarlah, dan beri waktu lansia untuk
menyampaikan hal tersebut
8. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh lansia (misal penggunaan
bahasa daerah)
9. Bantulah kata-kata dengan isyarat visual
10. Serasikan bahasa tubuh denga pembicaraan
11. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut
12. Biarkan ia membaut kesalahan, jangan menegurnya secara langsung,
tahan keinginan untuk menyelesaikan kalimat.
13. Jadilah pendengar yang baik
14. Arahkan ke suatu topik pada suatu saat
15. iika memungkinkan maka ikutsertakan keluarga.
TEHNIK KHUSUS KOMUNIKASI DENGAN LANSIA YANG MENGALAMI
MASALAH KOMUNIKASI
1. Periksa keadaan telinga apakah ada yang menghalangi/menyumbat. Bila
menggunakan alat bantu dengar, pastikan dalam kondisi baik, dan
terpasang dengan benar
2. Lakukan kontak mata dengan lansia, gunakan kacamata bagi lansia yang
mengalami gangguan penglihatan. Kontak mata sangat penting untuk
komunikasi non verbal.
3. Pastikan lansia dapat melihat gerakan bibir anda dengan jelas (jangan
melebih-lebihkan), Gunakan isyarat tubuh dan gerakan yang sesuai,
Berbicara dengan jelas pada kecepatan normal tetapi dengan nada yang
lebih rendah,
TEHNIK KHUSUS KOMUNIKASI DENGAN LANSIA YANG MENGALAMI
MASALAH KOMUNIKASI
4. Bila perlu gunakan papan tulis/kertas untuk menuliskan pesan/kode, gambar-
gambar objek dan aktivitas yang umum dibutuhkan seperti minuman dingin, minuman
panas, makanan, waktu, radio / televisi, sisir rambut, sikat gigi, gelas, toilet dll. Dapat
juga dibuat dalam bentuk kartu

5. Gunakan tanda dan gerakan, tunjukkan objek, ekspresi wajah, dan tindakan fisik
lainnya, misalnya menunjuk, menggunakan gerakan mata, dll.

6. Jangan pernah memperlakukan lansia yang tidak dapat berbicara seolah-olah dia
seorang anak atau seseorang yang tidak memiliki kecerdasan.

7. Penting untuk melibatkan lansia dalam percakapan dan memberi mereka waktu
untuk berkontribusi. Berbicara dengan lansia tanpa memberi mereka waktu untuk
menjawab akan menghancurkan kepercayaan diri dan membuat mereka menyerah
untuk berusaha mengemukakan keinginan dan pilihan mereka.
GO SEICHOU ARIGATOU GOZAIMASHITA
ご清聴ありがとうございました
THANKS FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai