Jurnal Riset Akuntansi Dan Auditing "GOODWILL", 13 (1), 2022
Jurnal Riset Akuntansi Dan Auditing "GOODWILL", 13 (1), 2022
Jurnal Riset Akuntansi Dan Auditing "GOODWILL", 13 (1), 2022
ABSTRACT
This study aims to analyze accountability in the management of village funds in Aertembaga
District Bitung City. The study used a qualitative descriptive method. Data were obtained
through interview techniques and documentation studies. Data collection techniques through
interviews, observation, and documentation. Triangulation method is used in testing data
sources and credibility. The transcript data described from the interviews were analyzed
using analytical methods then given a theme/coding and conceptualized scientific statements.
The results of the interpretation are concluded in the narrative text. The results showed that
the management of village funds in Aertembaga District in this case activities, budgeting,
coaching and supervision had been carried out in accordance with Permendagri No. 130 of
2018. Meanwhile, there are still 2 problematic stages, namely the implementation of
activities and administration and accountability that are not in accordance with Permendagri
No. 130 of 2018. This is due to the absence of transparency regarding the results of the
implementation of the budget work plan and the absence of information disclosure regarding
the accountability report for the management of village funds to the public. The obstacles
found were the bureaucratic structure, human resources, communication and attitude of the
implementers. To overcome these obstacles, the kelurahan government needs to provide
additional guidance and training for kelurahan officials so that the management of kelurahan
funds can be managed effectively and efficiently. The results of the analysis carried out in
terms of honesty accountability and legal accountability are categorized as satisfactory, in
terms of program accountability it is satisfactory, in terms of managerial accountability it is
very good, and in terms of policy accountability it is good.
Keywords: accountability, management, village fund
1. PENDAHULUAN
Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan kebijakan yaitu Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 130 Tahun 2018 tentang Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Kelurahan
dan Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan, di jelaskan pada pasal 3 ayat 1 bahwa kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana kelurahan juga digunakan sebagai bentuk pelayanan
sosial dasar yang memiliki dampak secara langsung terhadap peningkatan kualitas hidup
masyarakat. Untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat diperlukan suatu program
pemerintah dalam meningkatkan pembangunan dan mengoptimalkan pemberdayaan
masyarakat.
Sebelum adanya dana kelurahan, kelurahan hanya mendapat Dana Alokasi Umum
(DAU) yang berasal dari daerah. Dana kelurahan adalah Dana Alokasi Umum Tambahan
untuk tiap kabupaten dan kota yang disalurkan ke tiap-tiap kelurahan melalui kecamatan.
Dana kelurahan sendiri baru dijalankan pada tahun 2019 dan pemerintah telah
menganggarkan Rp. 3 triliun untuk kelurahan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN Tahun Anggaran 2020) yang bersumber dari DAU Tambahan, Bantuan Dana
Kelurahan dan Dana Pendampingan APBD untuk 8.212 kelurahan di luar wilayah Provinsi
101
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
DKI Jakarta. Dalam melakukan pengelolaan dana kelurahan pemerintah kelurahan harus
melakukan secara Akuntabilitas dan Transparan yang di lakukan dengan tertib dan disiplin
anggaran dimulai dari tahap kegiatan, tahap penganggaran, tahap pelaksanaan kegiatan, tahap
penatausahaan dan pertanggungjawaban, tahap pembinaan dan pengawasan agar pengelolaan
dana kelurahan berjalan dengan baik. Kelurahan memiliki hak dan kewajiban terhadap
pengelolaan dana kelurahan. Dimana dituntut adanya suatu aspek tata pemerintahan yang
baik (Good Governance) dan salah satunya adalah akuntabilitas. Akuntabilitas harus di
terapkan oleh pemerintah kelurahan dalam tata pemerintahannya, dimana semua akhir
kegiatan dapat dipertangungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Sehingga pemahaman pengelolaan keuangan kelurahan sangat dibutuhkan sebagai
media untuk transparansi dan penyampaian pertanggungjawaban penggunaan dan pelaksaan
kegiatan yang di danai oleh dana kelurahan.
Fenomena pengelolaan dana kelurahan pada tahun 2019 hingga 2021 di Kota Bitung
terdapat berbagai laporan mulai dari pemerintah kota, Anggota Komisi III DPRD, hingga
aduan masyarakat. Di wilayah Kecamatan Aertembaga ditemukan sejumlah kejanggalan di
kelurahan Aertembaga II, Winenet I dan Winenet II dalam pelaksanaan proyek menggunakan
dana kelurahan tapi hasilnya sangat mengecewakan karena hasil temuan pekerjaan drainase
yang tidak berfungsi serta ada pekerjaan dana kelurahan yang dibatalkan tanpa alasan jelas.
Proyek pembangunan bak sampah dan poskamling tidak dilakukan. Yang menjadi faktor
utamanya adalah terkait anggaran dan waktu pelaksanaan yang sempit karena anggaran turun
dipertengahan tahun.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.07/2020 tentang Tata Cara
Penyaluran Dana Alokasi Umum Tambahan Tahun Anggaran 2020 bahwa DAU Tambahan
dialokasikan sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam pendanaan kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota untuk memenuhi penganggaran bagi kelurahan seperti kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana kelurahan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat
kelurahan. Dana Alokasi Umum Tambahan yang berbeda-beda dengan rincian 3 kategori
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Dana Alokasi Umum Tambahan
BerdasarkanKategori Pelayanan Dasar Publik
2. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Entitas
Teori Entitas yang dikemukakan oleh Paton, 1962 bahwa organisasi dianggap sebagai
suatu kesatuan atau badan usaha ekonomi yang berdiri sendiri, bertindak atas nama sendiri,
dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam
organisasi dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang
akuntansi. Dari perspektif ini, akuntansi berkepentingan dengan pelaporan keuangan kesatuan
usaha, bukan pemilik. Kesatuan usaha merupakan pusat pertanggungjawaban dan laporan
keuangan merupakan medium pertanggungjawabannya (Suwardjono, 2005.
Teori Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat
mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan
102
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam
bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik
tersebut. Rangkaian implementasi kebijakan dapat diamati dengan jelas yaitu dimulai dari
program, ke proyek dan ke kegiatan. Model tersebut mengadaptasi mekanisme yang lazim
dalam manajemen, khususnya manajemen sektor publik. Kebijakan diturunkan berupa
program-program yang kemudian diturunkan menjadi proyek-proyek, dan akhirnya berwujud
pada kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun kerjasama
pemerintah dengan masyarakat. Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno, 2008:146-
147) mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan dalam
keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk
mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan besar dan
kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan yang dilakukan oleh organisasi
publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Terdapat beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi kebijakan, salah
satunya Teori George C. Edward. Edward III (dalam Subarsono, 2011: 90-92) berpandangan
bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
1. Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek dari struktur
organisasi adalah StandartOperatingProcedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi
yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-
tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas
organisasi tidak fleksibel.
2. Sumber daya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,
tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, maka
implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber
daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
3. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan
harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi
distorsi implementasi.
4. Disposisi/Sikap Pelaksana, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,
seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi
yang baik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti
apa yang di inginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau
perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan
juga menjadi tidak efektif.
Teori Akuntabilitas
Akuntansi adalah ilmu yang saat ini berkembang dengan pesat, khususnya dalam
bidang akuntansi pemerintahan. Akuntansi pemerintahan adalah salah satu bidang ilmu
akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi yang
terjadi di badan pemerintahan. Adanya tuntutan akuntabilitas dan transparansi atas pencatatan
transaksi-transaksi, dan pelaporan kinerja pemerintahan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan menjadikan akuntansi pemerintahan sebuah kebutuhan yang tidak lagi
terelakkan saat ini (Ghazali, 2001). Akuntabilitas merupakan bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.
Menurut Mardiasmo (2009:21), menyatakan Akuntabilitas Publik terdiri atas 2 bagian yaitu :
103
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
104
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
Teori Perencanaan
Menurut Siagian (2004 : 22-24) teori perencanaan adalah sebagai salah satu langkah
dalam proses administrasi, rencana merupakan rincian suatu strategi sekaligus sebagai
langkah utama untuk operasionalisasinya. Perencanaan pembangunan merupakan suatu tahap
awal dalam proses pembangunan sebagai tahapan awal, maka perencanaan pembangunan
merupakan pedoman/acuan dasar bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan. Karena itu
perencanaan pembangunan hendaknya bersifat implementatif dan aplikatif (dapat
diterapkan), serta perlu disusun dalam suatu perencanaan strategis dalam arti tidak terlalu
mengatur, penting, mendesak, dan mampu menyentuh kehidupan masyarakat luas, sekaligus
mampu mengatasi tuntutan perubahan baik eksternal maupun internal, serta disusun
berdasarkan fakta riil dilapangan.
Dana Kelurahan
Dana kelurahan merupakan dana yang berasal dari APBN yang masuk dalam pos
Dana Alokasi Umum (DAU) Tambahan. Dana yang sempat dianggarkan dalam APBN 2019
dan 2020 ini ditujukan untuk kegiatan pembangunan sarana dan prasana kelurahan serta
kegiatan pemberdayaan masyarakat kelurahan. Dana ini ditujukan sebagai dukungan
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan penganggaran bagi
kelurahan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
Pasal 1 ayat (11) disebutkan bahwa Alokasi Anggaran Kelurahan adalah dana yang diberikan
kepada kelurahan yang berasal dari dana perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah yang diterima oleh kabupaten/kota. Lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah tersebut
Pasal 68 Ayat (1) Huruf C disebutkan bahwa bagian dari dana perimbangan keuangan pusat
dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk kelurahan paling sedikit 5%, yang
pembagiannya untuk setiap kelurahan secara proporsional yang merupakan pengelolaan dana
kelurahan. Dengan demikian, pengelolaan dana kelurahan merupakan hak kelurahan
sebagaimana pemerintah kabupaten/kota memiliki hak untuk memperoleh anggaran DAU
(Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus) dari pemerintah pusat.
Penelitian Terdahulu
Agus Subroto (2009) melakukan penelitian tentang Akuntabilitas Pengelolaan Dana
Desa (Studi Kasus Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa-Desa Dalam Wilayah
Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008). Hasil penelitian bahwa untuk
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ADD, sudah menampakan pengelolaan yang
akuntabel dan transparansi. Sedangkan dalam pertanggungjawaban dilihat secara hasil fisik
sudah menunjukan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan, namun dari sisi administrasi
masih diperlukan adanya pembinaan yang lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai
dengan ketentuan. Kendala utamanya adalah belum efektifnya pembinaan aparat
pemerintahan desa dan kompetensi sumber daya manusia, sehingga masih memerlukan
pendampingan dari aparat Pemerintah Daerah secara berkelanjutan. Yany Kurniawati (2009).
Meneliti tentang Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam
Pembangunan di Desa (Studi Kasus di Desa Kembangarum Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak). Hasil penelitian bahwa pengelolaan keuangan desa sudah baik sesuai Permendagri
Nomor. 113 Tahun 2014. Tahap pelaksana dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan tahap
pembangunan sudah berjalan dengan tertib dan pelaporannya sudah sesuai dengan standart
pada tahap pelaporan kepala desa melaporkan realisasi pembangunan anggaran kepada
pemerintah daerah, badan musyawarah desa, dan masyarakat.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif Kualitatif.Penelitian dengan metode
deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dengan teknik Informan ditentukan secara
Purpossive Sampling, yaitu orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan
105
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
kondisi latar penelitian / teknik pengambilan sample didasarkan atas tujuan tertentu
(informan yang dipilih betulbetul memiliki kriteria sebagai sampel).Pengumpulan data
dilokasi peneliti menggunakan beberapa metode di antaranya : Wawancara, observasi,
dokumentasi.Untuk menganalisis fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, di lakukan
langkah-langkah sebagai berikut :reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penelitian ini dilakukan adalah penelitian lapangan di kelurahan-kelurahan wilayah
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Penelitian ini dilaksanakan yaitu bulan Februari sampai
bulan Juni 2022.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis Data Primer dan
Data Sekunder. Data Primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan lurah, mantan lurah,
sekertaris dan bendahara pembantu yang ada dikelurahan. Data Sekunder diperoleh dari
dokumentasi kelurahan terkait pengalokasian dan pemanfaatan pengelolaan dana kelurahan,
informasi anggaran kelurahan dan realisasi anggaran yang digunakan untuk kesejahteraan
masyarakat.
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
Guna memeriksa keabsahan data maka digunakan teknik triangulasi, yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan
hasil wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek
kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Muleong ,(2010)
Data yang terkumpul akan dianalisis dengan metode Deskriptif dengan pendekatan
Kualitatif sesuai jumlah variable yang dijadikan indikator dalam penelitian ini dan didukung
data sekunder untuk menganalisis fakta-fakta yang ditemukan di lapangan adalah sebagai
berikut :
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data.
3. Penarikan Kesimpulan
106
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
struktur birokrasi, hambatan sumber daya manusia, hambatan komunikasi, hambatan sikap
pelaksana. Kemudian didapatkan juga upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.
4.2. Pembahasan
1. Kegiatan
Kegiatan yang direncanakan disusun oleh sekertaris lurah dan disampaikan oleh lurah
dalam musyawarah bersama dengan aparat pemerintah, LPM, organisasi masyarakat,
tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, RT/RW untuk dibahas dan disepakati
bersama terkait kegiatan pembangunan dan pemberdayaan yang menjadi prioritas bagi
kelurahan. Untuk nanti dibawah ke forum tertinggi Musrenbang yang hasil
pembahasannya nanti dapat disetujui dan diketahui bersama. Untuk kegiatan yang sudah
tidak sesuai atau ada penambahan kegiatan yang ada di rencana kerja harus menyesuaikan
kembali dengan diadakan musyawarah bersama.
2. Penganggaran
Pada proses penganggaran pemerintah daerah kabupaten/kota mengalokasikan anggaran
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kelurahan dan pemberdayaan masyarakat di
kelurahan dalam APBD, berdasarkan rencana kerja yang telah disusun sedemikian rupa
dan dicatat dimasing-masing RKA. Setiap kegiatan yang menghasilkan pembangunan
fisik harus segera dicatat. Pengelolaan dana kelurahan di Kecamatan Aertembaga dapat
ditarik kesimpulan bahwa penganggaran sudah sesuai dengan rencana kerja yang telah
disusun dan berjalan dengan baik sesuai yang diusulkan sebelumnya dalam musrenbang
3. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan dalam pengelolaan dana kelurahan merupakan implementasi dari rencana
kerja yang dijalankan. Termasuk dalam pelaksanaannya adalah proses pengadaan barang
dan jasa maupun swakelola serta proses pembayaran. Tahap pelaksanaan adalah
rangkaian kegiatan untuk melaksanakan rencana kerja yang telah ditetapkan dalam 1
(satu) tahun anggaran. Atas dasar rencana kerja dan anggaran (RKA) dimasing-masing
kegiatan pemerintah wajib melibatkan kelompok masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan dalam proses pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan.
Didalamnya termasuk memakai kelompok masyarakat lokal yang berdomisili dikelurahan
administrasi dan diutamakan penduduk kelurahan itu sendiri, guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dalam setiap pelaksanaan pun kegiatan yang menghasilkan
fisik dicatat dalam RKBMD untuk kepentingan aset kedepannya. Dan pemerintah
senantiasa melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan melalui pejabat yang telah
ditunjuk. Dengan demikian dapat diketahui akuntabilitas pengelolaan dana kelurahan
dari indikator pelaksanaan secara keseluruhan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan sudah cukup baik, namun tidak adanya keterbukaan mengenai hasil pelaksanaan
kegiatan dalam pengelolaan dana kelurahan. Masyarakat tidak dapat mengakses informasi
mengenai dokumen yang menghasilkan kegiatan pelaksanaan fisik dana kelurahan.
Namun tidak sepenuhnya dikatakan akuntabel karena masih perlu melakukan
pembenahan-pembenahan agar semakin terciptanya pemerintahan yang lebih baik lagi
dalam proses pengelolaan dana kelurahan.
4. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban
Penatausahaan dan pertanggungjawaban dalam pengelolaan dana kelurahan merupakan
suatu kegiatan yang mewajibkan pejabat penatausahaan dan pertanggungjawaban
melakukan pertanggungjawaban dan verifikasi atas kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat kelurahan. Dalam indikator akuntabilitas aparat pemerintah di
Kelurahan Kasawari, Kelurahan Makawidey, Kelurahan Pinangunian, Kelurahan
Tandurusa, Kelurahan Aertembaga II, dan Kelurahan Winenet II sudah melakukan proses
penatausahaan dan pertanggungjawaban dengan baik. Namun masih terdapat hal-hal yang
perlu diperbaiki, yaitu Pemerintah harus lebih meningkatkan transparansi keterbukaan
107
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
108
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
109
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
mempertimbangkan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Pemerintah kelurahan
harus mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diperoleh agar mengurangi pemborosan
anggaran dan dapat memenuhi pencapaian dan tujuan dalam pembangunan sehingga dapat
mensejahterakan masyarakat kelurahan.
4. Akuntabilitas Kebijakan (PolicyAccountability)
Pemerintah kelurahan pada pelaksanaan kegiatan harus mempertanggungjawabkan kepada
pemerintah pusat dalam setiap penggunaan anggaran. Anggaran yang dirancangkan
ditetapkan sesuai dengan realisasi yang dianggarkan. Dalam pengelolaan dana kelurahan
harus mengutamakan kepentingan public dengan cara memprioritaskan program yang
benar-benar dibutuhkan masyarakat, memperhatikan biaya dan manfaat kedepannya yang
diperoleh dari program yang didanai dana kelurahan.
Upaya Mengatasi Hambatan-Hambatan Dalam Pengelolaan Dana Kelurahan Di
Kecamatan Aertembaga
1. Upaya Mengatasi Hambatan Struktur Birokrasi
Dalam pengelolaan dana kelurahan sepenuhnya diserahkan kepada lurah pengelolaannya
selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang didalamnya termasuk perencanaan diserahkan
kepada kelurahan karena kepentingan dan kebutuhan yang ada dikelurahan di ketahui
secara pasti oleh masyarakat kelurahan itu sendiri.
2. Upaya Mengatasi Hambatan Sumber Daya Manusia
Dalam upaya mengatasi sumber daya manusia pemerintah mengadakan pelatihan-
pelatihan tambahan pada aparat kelurahan terkait pengelolaan dana kelurahan. Sumber
daya manusia adalah satu-satunya sumber daya yang dapat menentukan tercapainya tujuan
suatu organisasi.
3. Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi
Mengatasi hambatan komunikasi pemerintah kelurahan berupaya untuk membangun
komunikasi yang baik dengan masyarakat kelurahan melalui musyawarah dan sosialisasi.
4. Upaya Mengatasi Hambatan Sikap Pelaksana
Dalam mengatasi hambatan sikap pelaksana yaitu pemerintah berusaha menyampaikan
kepada masyarakat dengan cara mensosialisasikan dan mengajak masyarakat dalam
musyawarah kelurahan agar masyarakat bisa memahami standarisasi bagi yang ingin
menjadi rekanan/pelaksana dan turut serta dalam pembangunan sarana-prasarana
kelurahan.
110
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Sabeni dan Imam Ghozali. (2001). Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan. Edisi
keempat. BPFE.
Edward III, George C. (1980), Implementing Public Policy, Congressional Quarterly Press,
Washington.
111
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “GOODWILL”, 13 (1), 2022
Manggaukang. Raba, (2006). Akuntabilitas Konsep dan Implementasi. Malang : UMM Press.
Mardiasmo, (2009). Akuntabilitas Sektor Publik, Andi, Yogyakarta.
Moleong l. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosd Karya.
Paton, Andrew W. (1962). Accounting Theory. Second edition, USA Revrisond
Baswir. (2000). Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Siagian, S. P. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno, Budi. (2008). Kebijakan Publik (Teori dan Proses). Jakarta: Media Presindo.
Yusuf, Burhanuddin. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Di Lembaga Keuangan
Syariah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 130 Tahun 2018 Tentang Kegiatan
Pembangunan Sarana & Prasarana Kelurahan & Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 8/PMK.07/2020 Tentang Tata Cara
Penyaluran DAU Tambahan Tahun Anggaran 2020.
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.
112