Jurnal
Jurnal
Jurnal
net/publication/364313870
Menghitung Heat Loss Dari Pemakaian Batubara Pada Alat Rotary Kiln di PT
Semen Baturaja Tbk
CITATIONS READS
0 924
2 authors, including:
Safar Uddin
Indonesia
227 PUBLICATIONS 30 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Safar Uddin on 12 October 2022.
JURNAL MULTIDISIPLIN
Menghitung Heat Loss Dari Pemakaian Batubara Pada Alat Rotary Kiln
di PT Semen Baturaja Tbk.
Bila Amanda1, Safaruddin2
1. Politeknik Negeri Sriwijaya: [email protected]
2. SMBR Learning Development: [email protected]
Tanggal Abstrak
Dikirim : 27-09-2022 Rotary kiln dalam industri semen mempunyai peranan penting
Revisi : 29-09-2022 karena akan menentukan kualitas produk. Rotary kiln
Diterima : 05-10-2022 berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan baku
Terbit : 12-10-2022 hingga menjadi produk. Perhitungn heat loss pada rotary kiln
diperlukan untuk mengetaui efisiensi dari rotary kiln yang
berdampak pada pembakaran dapat lebih tinggi karena
perpindahan panas yang tidak merata pada dinding kiln yang
Identitas meyebabkan penggunaan bahan bakar lebih banyak sehingga
dilakukan evaluasi alat rotary kiln. Didapatkan neraca massa
Volume : 1 (Satu)
dengan hasil massa sebesar 634910,7 sedangkan pada neraca
Nomor : 10 (Sepuluh)
panas dihasilkan sebesar 187.296.560. Didapatkan hasil
E-Isin : 54742-9677
perhitungan heat loss sebesar 18.778335,6724 Kcal. Tinggi
Halaman : 35-42
rendahnya heat loss yang didapatkan dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti umur alat, proses homogenisasi umpan,
kandungan air dalam umpan, serta bahan bakar yang dipakai.
Artikel ini sampai pada kesimpulan: a) Rerata heat loss yang
dihasilkan oleh kiln pada bahan pemakaian bahan bakar
batubara BA-45 adalah sebesar 15954532,94 Kkal; b) Heat
Kata Kunci loss yang didapat dipengaruhi oleh kandungan kalor pada
Heatloss, Rotary Kiln, bahan bakar batubara yang dipakai. C) Heat loss terjadi karena
Batubara. adanya perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan
radiasi ke lingkungan.
Sitasi
Amanda B, Safaruddin, (2022) Menghitung Heat Loss Dari Pemakaian Batubara Pada Alat
Rotary Kiln di PT Semen Baturaja Tbk. Jurnal Multidisiplin Tanjak Vol.1(10) Hal.35-42
PENDAHULUAN
Industri semen merupakan sektor industri dengan konsumsi energi terbesar di Indonesia.
Sebagai industri dengan high energy, industri semen membutuhkan pengelolaan energi yang
baik agar dapat meminimalisir biaya produksi dan mengurangi emisi karbon yang dihasilkan.
Isu mengenai hemat energi itu sendiri telah lama dibicarakan di dunia industri semen dengan
harapan penggunaan energi dapat dilakukan sebaik mungkin. Pada awal pembuatan semen,
digunakan rotary kiln sebagai wadah pemasakan utama. Industri semen termasuk industri yang
boros dalam penggunaan bahan bakar untuk memproduksi klinker atau terak yang akan
digunakan dalam pembuatan semen, karena temperatur yang dibutuhkan untuk mereaksikan
bahan baku klinker mencapai 1500°C. Kebutuhan bahan bakar dapat menyerap hingga 30-40%
dari biaya produksi. Temperatur pembakaran dapat lebih tinggi karena perpindahan panas yang
35
tidak merata pada dinding kiln yang menyebabkan penggunaan bahan bakar lebih banyak
sehingga dilakukan evaluasi alat rotary kiln.
Rotary Kiln dalam industri semen mempunyai peranan penting karena akan menentukan
kualitas produk. Rotary kiln berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan baku hingga
menjadi produk. Perhitungan heat loss pada rotary kiln diperlukan untuk mengetahui efisiensi
dari rotary kiln yang berdampak pada pemakaian bahan bakar, menjaga keberlangsungan
produksi, dan kualitas produk. Sistem pembakaran rotary kiln yang digunakan adalah indirrect
firing, yaitu batu bara hasil penggilingan di coal mill dan menggunakan gas panas dari
preheater. Sebagai bahan bakar utama dalam pembuatan semen, batubara mempunyai peranan
yang sangat penting maka dari itu penggunaannya haruslah sesuai dengan kebutuhan yang
diinginkan pada kondisi operasi. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, batubara harus
mempunyai nilai kalor yang memadai sebagai nilai yang paling utama dalam kaitannya sebagai
bahan bakar. Dalam hal ini, PT Semen Baturaja (Persero) Tbk membeli batubara dari rekan
perusahaan di Sumatera Selatan yaitu PT Bukit Asam sebagai penyedia tetap. Batubara yang
dibeli pun memilki beberapa jenis bergantung dari nilai kalori yang dikandungnya. Salah
satunya yaitu BA-45, BA sendiri merupakan kepanjangan dari Bukit Asam dan angka
dibelakang menjelaskan kadar kalori yang terkandung di dalamnya.
TINJAUAN TEORI
Kiln merupakan suatu alat dimana sistem pembakaran, pencampuran dan penguraian
terhadap kiln feed yang berupa campuran batu kapur, tanah liat, pasir silika dan pasir besi
menjadi klinker. Klinker adalah batuan buatan yang dihasilkan dari kiln feed (raw meal)
melalui proses yang terjadi di dalam kiln pada suhu sekitar 1400℃. Selama proses pemanasan
di dalam kiln, akan terjadi reaksi fisika dan kimia secara bersamaan dan interaksi antar molekul
yang membentuk senyawa klinker.
Jenis Kiln
1. Suspension Preheater Kiln
Suspension Preheater merupakan suatu susunan empat buah cyclone dan satu buah
calciner yang tersusun menjadi satu string. Suspension Preheater yang digunakan terdiri dari
dua bagian yaitu: in-line calciner (ILC) dan separate line calciner (SLC). Jadi preheater yang
digunakan adalah suspension preheater dengan dua string. Sistem preheater dipasang didalam
menara yang terbuat dari baja dan beton dengan ketinggian sekitar 60-120 m (6 tingkat) di atas
inlet kiln. Preheater dengan 4-6 tingkat merupakan jenis yang paling sesuai untuk menghadapi
masalah sirkulasi dengan adanya konsentrasi yang berlebih sehingga dapat menyebabkan
masalah penyumbatan (clogging) pada sistem preheater. Alat ini merupakan alat yang
digunakan untuk pemanasan awal bahan baku sebelum masuk rotary kiln.
2. Rotary Kiln
Rotary kiln merupakan peralatan paling utama pada proses pembuatan semen. Fungsi
utamanya adalah sebagai tempat terjadinya kontak antara gas panas dan material umpan kiln
sehingga terbentuk senyawa-senyawa penyusun semen yaitu C3S, C2S, C3A dan C4AF. Pada
unit ini juga terjadi proses pemanasan dan kalsinasi lanjutan hingga 100%. Rotary kiln ini
berbentuk silinder yang terbuat dari baja yang dipasang secara horizontal dengan kemiringan
15o , berdiameter 4,5m, Panjang 75m dengan kecepatan putar 3 rpm. Rotasi menyebabkan
umpan secara bertahap bergerak dimana umpan akan keluar pada kondisi lebih panas dari pada
36
umpan masuk. Alat ini mampu untuk umpan dengan kapasitas 4000-4300 ton/jam hingga
menjadi terak klinker.
Komponen dasar dari rotary kiln ialah kiln shell, refractory lining, tyres and roller dan
drive gear.
1) Kiln Shell
Kiln shell terbuat dari pelat baja dan berbentuk silinder panjang.
2) Refractory Lining
Refractory lining ialah batu tahan api yang melapisi bagian dalam shell kiln. Fungsinya
untuk melindungi kiln shell dari temperature operasi yang tinggi dan melindungi baja shell
kiln dari korosif material. Batu tahan api yang digunakan seperti brick alumina (high,
medium, dan low type), brick fire clay, basic brick dan brick khusus ziroon. Masing-masing
jenis mempunyai fungsi tertentu dan letaknya di dalam shell kiln. Ketebalan bricks ialah 20
cm.
3) Tyres and Roller
Tyres atau ban yang melekat pada shell kiln untuk membantu gerakan termal. Putaran ban
ini dipasang dengan rol baja. Roller yang digunakan harus mendukung kiln dengan
memungkinkan rotasi yang seimbang dan gesekan yang tidak kuat. Jumlah roller yang
digunakan akan semakin banyak dengan semakin panjangnya ukuran kiln. Bantalan roller
harus dapat menahan beban statis dan beban besar yang ditimbulkan oleh putaran kiln.
4) Drive Gear
Gear ini terhubung melalui kereta gear ke motor listrik berkecepatan yang bervariasi. Gear
ini mempunyai torsi awal yang tinggi untuk memulai memutar kiln dengan beban eksentrik
besar, kecepatan aliran material di dalam kiln sebanding dengan kecepatan rotasi dan
variable speed drive.
Tabel 3.1 Reaksi Klinkerisasi
37
Banyak indikator yang dipasang sebagai pedoman bagi operator dalam menjalankan kiln,
akan tetapi ada bebrapa parameter utama yang mutlak harus ada dan sangat dibutuhkan pada
saat mengoperasikan Kiln. Parameter utama tersebut antara lain, yaitu Temperatur cyclone
stage terbawah, Burning Zone Temperature, Free Lime, CO, O2, dan NOx.
a. Temperatur Cyclone stage terbawah
Pengontrolan temperatur di cyclone stage terbawah berdasarkan jumlah batubara yang
diumpankan ke calciner, temperatur di stage ini dijaga sekitar 850-900℃, untuk mendapatkan
tingkat kalsinasi 90-96%. Karena bahan bakar yang diumpan ke calciner dapat mencapai 60%, maka
apabila terjadi fluktuasi pengumpanan akan sangat mengganggu operasional calciner dan kiln system
secara keseluruhan.
b. Burning Zone Temperature
Burning Zone Temperature menyatakan kesempurnaan reaksi pembakaran batubara di
dalam kiln. Burning zone yang dikehendaki adalah temperatur setinggi mungkin dan panjang
area sependek mungkin. Untuk mendapatkan pembakaran sempurna harus didukung oleh
sistem burner yang baik, high efficiency burner merupakan solusi yang tepat untuk
kesempurnaan pembakaran.
c. Primary Air
Dari segi neraca panas sebetulnya air ini tidak menguntungkan, karena temperature
udara primary sedikit saja diatas ambient temperature, sehingga mendinginkan “Kiln”
dibanding secondary air yang mempunyai temperature ±1000℃. Akan tetapi primary air
sangat berguna untuk memungkinkan bahan bakar dan bahkan sebagai factor utama untuk
membentuk flame yang baik. Selain itu primary air juga berfungsi sebagai “Cooler” untuk
burner.
d. Tertiary Air
Yang dimaksud dengan tertiary air adalah udara pembakar yang berasal dari
pendinginan klinker yang dipakai sebagai udara pembakaran di Calciner. Seperti yang kita
ketahui udara yang berasal dari cooler ini masih mempunyai temperatur.
e. Free Lime
Free lime didalam klinker mencerminkan tingkat kesempurnaan pembakaran. Free lime
adalah CaO bebas yang belum bereaksi menjadi senyawa potensial (C3S, C2S). Free lime yang
baik adalah < 1%, tetapi dengan pertimbangan ekonomis free lime biasa dibuat range antara
0,5-1,5%.
f. CO, O2, NOx
Indikator CO, O2, menyatakan tingkat kesempurnaan pembakaran bahan bakar. Range
O2 dan CO ini sangat penting untuk mengetahui apakah pembakaran bahan bakar berlangsung
sempurna dan juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kebocoran di sistem kiln.
Idealnya dalam gas hasil pembakaran mengandung CO = 0%, tapi ini hampir tidak mungkin.
Heat Loss
Heat loss (panas yang hilang) secara aktual menunjukkan nilai yang besar. Heat loss
dipengaruhi oleh panas pada calcining zone rotary kiln. Semakin tinggi nilai konsumsi panas
dan semakin kecil kiln feed out calcining zone yang dihasilkan maka kemungkinan heat loss
terjadi lebih besar (Adam Atmaca,2014). Temperatur calcining zone rotary kiln yang melebihi
1000oC mengakibatkan heat loss yang sangat besar. Kerugian-Kerugian pada rotary kiln, panas
yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dalam rotary kiln bukanlah seluruhnya
dipergunakan untuk membentuk klinker, karena sebagian dari panas tersebut ada yang hilang,
dimana panas yang hilang ini disebut kerugian-kerugian kalor. Besar energi panas lainnya
38
terbuang ke lingkungan melalui aliran material dan melalui perpindahan panas pada permukaan
kiln. Perpindahan panas berupa radiasi dan konveksi alam.
METODOLOGI
Metode yang digunakan penulis berupa studi literatur, pengumpulan data, pengolahan
data dan analisa. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan utntuk didapatkan informasi terkait
mekanisme kerja dalam produksi semen dan data-data yang diperlukan untuk perhitungan.
Studi literatur diperlukan agar mendapatkan informasi terkait mekanisme kerja produksi
terak dan semen. Selain itu juga studi literatur diperlukan agar mendapatkan informasi terkait
analisa yang akan dilakukan secara teori dan lapangan. Sebagai informasi tambahan studi
literatur ini juga dapat dipelajari dari jurnal-jurnal dan referensi lainnya yang dapat menunjang
proses penelitian.
Selanjutnya adalah pengumpulan data yang menunjang proses perhitungan. Mengambil
data actual dari CCR (Central Control Room) mengenai kapasitas klinker, jumlah pemakaian
fine coal, jumlah raw meal pada preheater, suhu operasi serta jumlah pemakaian batu
kapur,tanah liat, pasir silica dan pasir besi. Pengambilan data dari laboratorium proses
mengenai komposisi kiln feed, komposisi klinker, serta komposisi coal. Lalu pengambilan data
desain spesifikasi alat rotary kiln.
Untuk menghitung heat loss alat pada Rotary kiln memerlukan referensi sebagai tahap
awal untuk melakukan perhitungan dan referensi yang digunakan yaitu buku diklat PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk , Hougen. Chem. Principles Process (1954),Nainggolan.
Therrmodinamika (1978), FLSmith. Buku Panduan (1990) kemudian dilanjutkan dengan
beberapa tahap penyelesaian. Adapun tahap- tahap yang harus dilakukan perhitungan neraca
massa, perhitungan neraca energi perhitungan efisiensi Kiln.
PEMBAHASAN
Dibawah ini adalah tabel hasil rekapitulasi perhitungan neraca massa dan neraa panas dari
unit rotary klin paada tanggal 12 September 2022 - 22 September 2022 pada Pabrik II PT
Semen Baturaja (Persero) Tbk.
39
Tabel 1.2. Neraca Massa Tanggal 16 September 2022
No Komponen Input (kg) Output(kg)
1 Batubara 31600 -
2 Udara Input 2683100,7 -
3 Umpan Preheater 335000 -
4 Exhaus gas - 401654,7
5 Klinker - 192834,6
6 Debu - 40421,3
Total 634910,7 634910,7
40
Panas yang Hilang (Heat Loss)
Q Heat Loss = panas yang masuk - panas yang keluar
= 134205002,5314 Kkal – 115426666,8590 Kkal
= 18778335,6724 Kkal
Dari grafik dapat dilihat bahwa nilai heat loss rotary kiln tertinggi diperoleh
pada hari keenam yaitu pada Tanggal 16 September 2021 dengan heat loss sebesar
33877589,6238 Kkal. Tinggi rendahnya heat loss yang didapat dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti umur alat kandungan air dalam umpan, serta bahan bakar yang
dipakai yang pada pembahasan ini akan dijelaskan lebih rinci.
Pada saat proses pembakaran, batubara dengan NHV lebih rendah dan kadar air lebih
tinggi akan lebih sulit untuk terbakar, hal ini disebabkan air pada batubara akan
menyerap terlebih dahulu udara tersiser dan apabila energinya sama barulah proses
pembakaran berlangsung, hal inilah yang akan berdampak pada bersarnya rugi kalor
yang didapat. Panas yang seharusnya didapat lebih cepat, menjadi lambat dikarenakan
kadar kalori yang lebih rendah. Hal lain yang menjadi pemicu konsumsi panas adalah
kadar oksigen yang berlebihan, ketika didalam ruang pembakaran terdapat lebih
banyak excess O2 (berkisar 21%) maka O2 akan mendinginkan panas di dalam sistem.
Jadi perlu dilakukan Analisa yang tepat terhadap banyaknya jumlah udara tersier
yang dibutuhkan. Hal inilah yang menyebabkan pada kiln suasana dipertahankan
vakum, namun hal yang tidak diinginkan dapat terjadi yaitu adanya false air, yaitu
udara yang menyusup pada rangkaian alat karena terjadi kebocoran. Konsumsi panas
yang tidak tepat sasaran akan meningkatkan rugi kalor dalam sistem, sehingga
membuat reaksi yang terjadi pada kiln menjadi kurang baik apabila menggunakan
batubara dengan kandungan kalor lebih rendah. Gas panas yang terbentuk kemudian
mengalir bersama-sama umpan kiln memicu terjadinya proses kalsinasi. Apabila
panas yang diberikan tidak sebanding dengan kapasitas kiln feed maka proses kalsinasi
menjadi tidak efektif sehingga membuat kerja kiln menjadi lebih berat.
41
KESIMPULAN
Dari data perhitungan tugas khusus dapat disimpulkan bahwa: a) Rerata heat loss yang
dihasilkan oleh kiln pada bahan pemakaian bahan bakar batubara BA-45 adalah sebesar
15954532,94 Kkal; b) Heat loss yang didapat dipengaruhi oleh kandungan kalor pada
bahan bakar batubara yang dipakai. C) Heat loss terjadi karena adanya perpindahan panas
secara konduksi, konveksi, dan radiasi ke lingkungan.
REFERENSI
FLSmidth. 2011. ATOX'” Calemer, USA : FLSmidih Inc.
Hougen, Olaf A. et al. 1954. Marerial and Energy Balances, New York : John Wiley & Sons,
Inc.
Keefe, B. P. and Shank, R. E.. 2002. “Staged Combustion for Low - NOx Calciners”.
Jacksonville, Florida. IEEE-IAS/PCA Cement Industry Technical Conference.
Perry,R.H.2008.Perry 's Chemical Engineering Hand Book,6 th ed.Mc Graw Hill Inc , New
York.
Biro Produksi PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. 2021. Sistem Penggilingan Bahan Mentah
PT Semen Baturaja. Baturaja: PT Semen Baturaja.
Keefe, B. P. and Shank, R. E.. 2002. “Staged Combustion for Low - NOx Calciners”.
Jacksonville, Florida. IEEE-IAS/PCA Cement Industry Technical Conference.
Perry,R.H.2008.Perry 's Chemical Engineering Hand Book,6 th ed.Mc Graw Hill Inc , New
York.
42