Dinda Safitri-M1b118011-Tugas Ke 2 Otk2
Dinda Safitri-M1b118011-Tugas Ke 2 Otk2
Dinda Safitri-M1b118011-Tugas Ke 2 Otk2
NIM : M1B118011
TUGAS KE -2
BAB 1
PENDAHULUAN
Rotary Kiln merupakan peralatan paling utama pada proses pembuatan semen. Fungsi
utamanya adalah sebagai tempat terjadinya kontak antara gas panas dan material umpan kiln
sehingga terbentuk senyawa-senyawa penyusun semen yaitu C3S, C2S, C3A dan C4AF. Kiln
putar ini berbentuk silinder yang terbuat dari baja yang dipasang secara horizontal dengan
kemiringan sekitar 4°. Kiln tanur mampu membakar umpan dengan kapasitas 7800 ton/jam
hingga menjadi terak klinker.
Perputaran kiln yang berlawanan arah dengan arah jarum jam dan dengan posisi kiln
yang miring menyebabkan terjadinya gaya dorong umpan sehingga material bisa bergerak keluar
kearah clinker cooler setelah mengalami kontak dengan gas panas.
Proses pemanasan pada rotary kiln menggunakan gas, pada ujung outletnya dilengkapai
dengan sumber api gas yang bisa diatur bukaan gasnya. Prosentasi bukaan gas akan menetukan
tinggi rendahnya temperatur yang diinginkan. Penggunaan gas akan menyebabkan biaya
operational akan menjadi lebih murah dibanding dengan menggunakan listrik. Penggunaan listrik
dapat menyebabkan proses pemanasan akan lebih lama dan daya yang digunakan akan lebih
besar. Material di burning zone berupa semisolid dan akan memadat sempurna pada cooling zone
Di dalam rotary kiln selain jumlah panas yang dibutuhkan untuk pembakaran raw mix harus
terpenuhi, perlu juga diperhatikan bentuk nyala saat pembakaran bahan bakar pada burner.
Bentuk nyala ini mempengaruhi kualitas klinker yang dihasilkan. Kedua parameter ini
dipengaruhi oleh proses pembakaran saat bahan bakar mulai keluar dari ujung burner hingga
habis terbakar. Secara umum, pembakaran terjadi melalui 4 tahapan proses, yaitu : Pencampuran
Penyalaan Reaksi Kimia Penyebaran Panas/Produk Pembakaran Untuk mendapatkan
bentuk nyala yang diinginkan merupakan pekerjaan yang cukup kompleks sebab selain dengan
mengatur aliran di burner tip, bentuk nyala juga dipengaruhi oleh kondisi di dalam kiln itu
sendiri. Ada dua kemungkinan pengaturan bentuk nyala, yaitu:
1. Bentuk nyala cone flame, di mana bentuk ini dihasilkan dengan komponen kecepatan aliran
aksial diletakkan di bagian dalam sedang komponen radial di bagian luar.
2. Bentuk nyala hollow cone flame, di mana bentuk ini diperoleh dengan meletakkan
komponen aksial di bagian luar sedang komponen radialnya di bagian dalam. Dari bentuk
nyala ada beberapa hal penting yang berpengaruh terhadap kualitas klinker yang dihasilkan,
yaitu :
1) Laju Pembakaran (Burning Rate) Laju pembakaran ini sangat berpengaruh terhadap
ukuran komponen alite (C3S) yang terbentuk. Komponen alite yang berukuran
kecil akan mengakibatkan klinker yang dihasilkan tidak dusty, sehingga
mempunyai potensi kuat tekan yang tinggi dan proses penggilingannya mudah.
2) Temperatur tertinggi (Maximum Temperature) Pada temperatur tertinggi yang
sesuai akan dihasilkan klinker dengan litre weight yang baik, sehingga mempunyai
potensi kuat tekan yang tinggi dan akan mudah digiling. Tetapi pada temperatur
tertinggi yang terlalu tinggi akan dihasilkan klinker yang sifatnya berlawanan
dengan sifat-sifat tersebut.
3) Waktu pembakaran (Burning Time) Kondisi ini sangat berpengaruh pada ukuran
belite (C2S), yaitu kenaikan waktu pembakaran akan memperbesar ukuran belite
sehingga potensi kuat tekannya akan tinggi serta akan mudah digiling. Selain itu
kenaikan waktu pembakaran akan menurunkan kandungan CaO bebas.
4) Laju pendinginan (Cooling Rate) Kondisi ini sangat berpengaruh pada warna belite
(C2S) yang mengindikasikan struktur kristalnya. Pendinginan yang lambat akan
menghasilkan klinker dengan kuat tekan yang rendah
Hal lain yang erat sekali kaitannya dengan proses pembakaran di kiln ini adalah
parameter yang disebut dengan beban panas kiln (thermal load). Dua parameter yang mewakili
thermal load ini antara lain:
1. Beban panas volumetrik (volumetric thermal load) didefinisikan sebagai produksi klinker
(TPD) dibagi dengan volume bersih kiln (m 3 ), sehingga satuan dari beban panas volumetrik
adalah TPD/m 3 .
2. Beban panas zona pembakaran (burning zone thermal load) adalah beban panas hasil
pembakaran bahan bakar di kiln (kkal/jam atau sering ditulis kkal/h) dibagi dengan luas
penampang kiln (m 2 ). Dengan demikian satuan parameter beban panas zona pembakaran
adalah kkal/h/m