Laporan Corpus Alienum Zahraa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

CORPUS ALIENUM BRONKUS

Disusun oleh:
dr. Zahra Aruma Puspita

Dibimbing oleh:
dr. Edy Kurniawan Sp.P

INTERNSIP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARJAWINANGUN


PERIODE NOVEMBER 2022 – NOVEMBER 2023
KABUPATEN CIREBON
PIDI PROVINSI JAWA BARAT
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. Identitas Pasien


Nama : An. L
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir/Usia : 24 April 2010/ 12 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
Ruang Rawat : Cut Nyak Dien
Agama : Islam
Alamat : Arjawinangun
Tanggal Masuk RS : 28 Februari 2023
Tanggal Pemeriksaan : 1 Maret 2023

1.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara aloanamnesa dengan ibu pasien pada
tanggal 28 Februari 2023 di Ruang CND RSUD Arjawinangun
 Keluhan Utama:
Tertelan jarum mading sejak 6 hari SMRS.
 Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun pada tanggal 28


Februari 2023 dengan keluhan tertelan jarum mading sejak 6 hari SMRS.
Dari alloanamnesis ibu pasien didapatkan riwayat sebelumnya pasien
tersedak setelah mengemut jarum mading. Saat itu pasien sedang
mengemut jarum mading disekolah sambil bercanda dengan teman-
temannya, ketika pasien tertawa jarum mading tertelan. Sesaat ketika
tertelan, pasien merasakan batuk-batuk hebat disertai nyeri ketika batuk.
Setelah 30 menit, pasien merasa keluhan sudah berkurang lalu pasien
dibawa ke IGD RSUD Waled untuk di lakukan pemeriksaan lebih lanjut.

1
Keluhan lain seperti sesak, mual muntah, demam, wajah membiru dan sulit
menelan disangkal oleh pasien.

 Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga:
Anggota keluarga tidak ada yang memiliki penyakit serupa.
 Riwayat Pola Hidup:
Pasien makan 3 kali sehari berupa nasi dengan lauk pauk
ikan/ayam/daging dan sayur. Riwayat merokok tidak ada.

1.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : E4 M6 V5 (compos mentis)
Tanda Vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Laju nadi : 112 x/menit
 Laju nafas : 24 x/menit
 Suhu : 36.4°C
 SpO2 : 98%

Status Generalis
 Kepala
Normocephali, distribusi rambut merata dan tidak mudah rontok.
 Mata
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor 2mm/2mm,
reflex cahaya +/+, hiperemis -/-
 Telinga
Otorhea -/-, otalgia -/-, nyeri tekan tragus -/-, hiperemis -/-

2
 Hidung
Secret -/-, epistaksis -/-, pernapasan cuping hidung (-), septum tidak ada
kelainan
 Mulut dan tenggorok
Bibir simetris, sianosis bibir (-), lidah kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-),
mukosa lembab, berwarna merah muda, tonsil T1-T1, detritus (-), faring
dan tonsil tidak hiperemis.
 Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), tiroid tidak membesar, JVP
normal.
 Thorax
Bentuk dan gerak simetris, retraksi dinding dada (-), iktus cordis tidak
terlihat dan teraba, vocal fremitus kanan = kiri, sonor kanan = kiri, suara
nafas vesikuler +/+, rhonchi +/+, wheezing -/-, bunyi jantung S1-S2
murni regular, murmur (-), gallop (-).
 Abdomen
Perut cembung, diskolorasi (-), benjolan pada perut (-), bising usus (+)
normal, shifting dullness/ascites (-), defans muscular (-),
hepatosplenomegaly (-), nyeri tekan (-)
 Ekstremitas
Deformitas (-), akral hangat, CRT <2”, arteri dorsalis pedis teraba kuat,
sianosis -/-/-/-, pitting edema -/-.

3
1.4. Pemeriksaan Penunjang

Rontgen thorax (02/03/23)

Kesan :
- Corpus alienum setinggi bronkhus inferior kanan yang
menyebabkan atelektasis disegment posterobasal lower lobe kanan
- Tidak tampak pleural effusion/ lymphadenopathy

4
 CT SCAN ( 02/03/23)

5
6
Kesan :

 Paru

- Tampak corpus alienum setinggi bronkus inferior kanan yang


menyebabkan oklusi bagian distal

- Tampak konsolidasi disegment posterobasal lower lobe


paru kanan disertai air bronchogram, sesuai dengan
atelektasis
- Corakan bronkovaskuler normal, tidak tampak infiltrates, tidak
tampak bronchiectasis, cavitas, bullae.
- Tidak tampak massa lobulated yang mencurigakan keganasan
- Tidak tampak coin lession yang mencurigakan metastasis
- Tidak tampak pleural effusion/ pleural thickening
 Mediastinum
- Tidak tampak massa dimediastinum
- Kelejar mediastinum tidak ada yang membesar, trachea-carina
tidak menyempit, struktur vaskuler mediastinum baik

Hasil Pemeriksaan Bronkoskopi

7
Pemeriksaan Darah (28/2/23)

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal


Hemoglobin 13.7 g/dL 11.8-15.00
Leukosit (WBC) 10.73 103/uL 4.5-13
Trombosit 307 103/uL 156-408
Hematokrit 38.2 % 33-45
Eritrosit 4.83 106/uL 3.8-5.8

MCV L 79.0 fl 80-100


MCH 28.4 pg 26-34
MCHC 36 g/dL 32-36
RDW 13.6 % 11.5-14.5
MPV 8.1 fl 7.0-11.0
Hitung Jenis Lekosit
Segmen H 80.8 % 28.0-78.0
Basophil 0.2 % 0-1
Eosinophil 1.0 % 1-5
Limfosit L 12.4 % 20-50
Monosit 5.6 % 1-6

Pemeriksaan Kimia Klinik & Serologi (28/2/23)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Ureum 25.3 mg/dL 10-50

Kreatinin 0.67 mg/dL <1.0

HbsAg 0.08 <0.25

8
1.5. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun dengan keluhan tertelan jarum
mading sejak 6 hari SMRS. Saat itu pasien sedang mengemut jarum mading
disekolah sambil bercanda dengan teman-temannya, ketika pasien tertawa
jarum mading tertelan. Sesaat ketika tertelan, pasien merasakan batuk-batuk
hebat disertai nyeri ketika batuk. Setelah 30 menit, pasien merasa keluhan
sudah berkurang lalu pasien dibawa ke IGD RSUD Waled untuk di lakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Keluhan lain seperti sesak, mual muntah, demam,
wajah membiru dan sulit menelan disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan suara napas ronchi (+/+) pada kedua
paru. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan peningkatan hitung jenis
segmen dan limfositopenia. Pada pemeriksaan penunjang rontgen thorax
didapatkan corpus alienum setinggi bronkus inferior kanan yang menyebabkan
atelektasis. Pada gambaran CT-Scan didapatkan kesan corpus alienum setinggi
bronkus inferior kanan yang menyebabkan oklusi bagian distal.

1.6. Diagnosis
Diagnosis Kerja : Corpus Alienum Bronkus

1.7. Tatalaksana
Non-medikamentosa:
o Rawat inap
o Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
Medikamentosa di IGD :
o Rl 500 cc/24 jam
o Inj Ranitidin 2x1 amp
o Paracetamol 3x500 mg
o Ambroxol 3x1 PO
o Antrain 500 mg extra

9
Advis untuk Tatalaksana di Ruang Perawatan:
o Periksa ureum creatinin
o Cefotaxim 2x1 gr
o Paracetamol 3x500 mg
o Ambroxol 3x1
o Rencana Bronkoskopi

1.8. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Saluran Napas Atas

Trakea merupakan pipa yang terdiri dari tulang rawan dan otot yang dilapisi oleh
epitel torak berlapis semu bersilia mulai dari kartilago krikoid sampai perca-bangan bronkus
kanan
dan kiri. Panjangnya kira-kira 12 cm pada pria dan 10 cm pada wanita, diameter antero
posterior rata-rata 13mm dan diameter transversal rata-rata 18 mm. Trakea terletak di tengah-
tengah leher dan makin ke distal bergeser ke sebelah kanan, dan masuk ke rongga
mediastinum di belakang manubrium sterni. Lumen trakea ditunjang kira-kira 18 cincin dari
kartilago hialin yang tidak lengkap, di bagian posterior hanya terdiri dari otot sehingga
kartilago trakea berbentuk C. Ujung terbuka tulang rawan yang berbentuk huruf C ini
mengarah ke posterior. Di bagian posterior terdapat jaringan yang merupakan batas dengan
esofagus, yang disebut dinding bersama trakeo- esofagus (tracheoesphageal party wall).
Cincin trakea yang paling bawah meluas ke inferior dan posterior di antara bronkus utama
kanan dan kiri, membentuk sekat yang lancip di sebelah dalam yang disebut karina. 1

Trakea bercabang dua di setinggi torakal 4, menjadi bronkus utama kanan dan kiri.
Karina letaknya lebih ke kiri dari median, sehingga lumen bronkus utama kanan lebih luas
dari bronkus utama kiri. Lumen bronkus utama kanan pada potongan melintang lebih luas
seperempat dari bronkus utama kiri. Bronkus utama kanan lebih pendek dari bronkus utama
kiri. Masing-masing panjangnya kira-kira 2,5 cm dan 5 cm serta membentuk sudut 250 dan
sudut 450 dengan garis tengah. Bronkus utama kanan hampir lurus dengan trakea sehingga
benda asing eksogen yang masuk ke bronkus akan lebih mudah masuk ke bronkus utama
kanan, dibanding dengan bronkus utama kiri.Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk
bronkus utama dengan trakea antara kiri dan kanan hampir sama. Bronkus utama kanan dan
kiri akan bercabang membentuk lobus masing-masing 3 lobus dan 2 lobus.Tiap lobus
bercabang lagi menjadi segmen bronkopulmoner. 1

11
Gambar 1. Anatomi Saluran Napas

2.2 Definisi

Corpus alienum (benda asing) adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Aspirasi benda asing sering terjadi pada
anak-anak terutama di bawah 3 tahun, kemudian diikuti kelompok usia 10 tahun (bimodal
age distribution), hal ini disebabkan susunan gigi yang belum lengkap dan koordinasi
menelan yang belum sempurna. Pada dewasa, aspirasi benda asing kebanyakan terjadi karena
penurunan mekanisme proteksi jalan nafas seperti intoksikasi alkohol, susunan gigi yang
buruk, penggunaan sedativa, retardasi mental, gangguan neurologis, trauma dengan
penurunan kesadaran dan general anestesi. Keadaan tertentu seperti tertawa, menangis, bersin
dapat juga menyebabkan aspirasi benda asing.2,3,4

2.2 Klasifikasi

Corpus alienum yang teraspirasi ke dalam saluran nafas di bagi menjadi dua kategori,
yaitu bahan organik dan inorganik. Bahan organik yang sering menyebabkan aspirasi antara
lain seperti kacang, biji-bijian, tulang. Adapun bahan inorganik yang sering pada anak adalah
koin, pin, jarum pentul, mainan, dan bagian-bagian kecil dari peralatan sekolah. Sedangkan
pada dewasa misalnya gigi palsu, pil, serla pin atau ;iarum penutup kepala atau jilbab (sering
pada wanita muslim). Bahan organik dapat menyebabkan inflamasi mukosa yang lebih berat
dengan jaringan granulasi yang terbentuk dalam beberapa jam. Bahan-bahan tertentu seperti
biji-bijian, kedelai, jagung dapat mengasorbsi air dan membengkak sehingga dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas parsial hingga total. Bahan inorganik dengan ukuran kecil

12
dapat tidak memberikan gejala dalam waktu lama, kecuali menyebabkan obstruksi total jalan
nafas .Pada penderita, benda asing yang diaspirasi berupa jarum pentul yang berfungsi
sebagai pengait jilbab, termasuk bahan inorganik metal dan sebagian plastik dan karena
ukurannya kecil sehingga tidak memberikan gejala meskipun dalam wakru lama, dalam kasus
ini sampai 14 hari. 5,6

Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen sedangkan
yang berasal dari dalam tubuh disebut benda endogen. Benda asing eksogen padat dapat
berupa zat organik seperti kacang- kacangan, biji-bijian dan tulang, ataupun zat anorganik
seperti paku, jarum, peniti, batu dan lainnya. Benda asing eksogen cair dapat berupa benda
cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH 7.4. Benda asing endogen dapat berupa
sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, cairan amnion atau mekonium yang
masuk ke dalam saluran napas bayi saat persalinan.7

Tabel 1. Lokasi Anatomis Benda Asing 8

2.3 Epidemiologi

Aspirasi benda asing paling banyak terjadi pada anak dibawah usia 15 tahun yaitu
berkisar 75-85%. Lebih dari 50% terjadi pada usia kurang dari 3 tahun. Pada dewasa lebih
sering terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.7 Tingginya angka kejadian aspirasi benda asing
pada anak-anak disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Adanya kecenderungan untuk memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut.

2. Sering anak yang menangis, berteriak, berlari dan bermain, dengan makanan di mulut

3. Gigi molar belum terbentuk sehingga proses mengunyah belum sempurna serta koordinasi
proses menelan yang belum matang.

Jenis aspirasi benda asing bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh geografis, variasi makanan,
maupun lingkungan. Aspirasi benda asing dapat berupa bahan organik maupun anorganik.
Bahan organik yang paling sering ditemukan adalah kacang tanah. Di Departemen THT-KL
FKUI RSCM Sub Departemen Bronko- esofagologi dari bulan Januari 2002 sampai Agustus
2004, tercatat 43 kasus aspirasi yang telah dilakukan tindakan bronkoskopi. Penderita

13
terbanyak berusia di bawah 3 tahun, lebih sering pada anak laki-laki, dan kacang merupakan
benda asing organik yang terbanyak.Di Bagian THT-KL FKUA RS M. Djamil Padang
selama priode Januari 2009 sampai Maret 2010 tercatat 8 kasus aspirasi benda asing yang
telah dilakukan tindakan bronkoskopi. Sebanyak 4 kasus adalah aspirasi kacang tanah, 3 pluit
mainan dan 1 kasus jarum pentul. 9,10,11

2.4 Patogenesis Corpus Alienum

Benda asing masuk ke saluran nafas saat laring terbuka atau pada saat terjadi aspirasi.
Benda asing yang masuk ke saluran nafas akan mengakibatkan terjadinya reflek batuk,
kemudian akan muncul gejala sesuai dengan lokasi, besarnya sumbatan dan lamanya benda
asing berada di dalam saluran nafas. Benda asing yang masuk ke dalam saluran nafas akan
menimbulkan reaksi pada jaringan sekitarnya. Reaksi jaringan yang timbul dapat berupa
inflamasi lokal, edema, ulserasi, dan terbentuknya jaringan granulasi yang dapat
mengakibatkan obstruksi jalan nafas. Akibat obstruksi ini maka bagian distal dari sumbatan
akan terjadi air trapping, empisema, atelektasis, abses paru dan bronkiektasi. 12

Reaksi inflamasi akan mengakibatkan terjadinya peningkatan vaskularisasi mukosa,


edema, dan bertambahnya sekret mukoid. Berkurangnya gerakan silia mengakibatkan
menumpuknya lendir atau sekret di ujung bronkiolus sehingga dapat mengakibatkan
atelektasis maupun komplikasi lainnya. Bila terdapat infeksi dapat terbentuk pus serta dapat
terbentuk jaringan granulasi.13

Derajat gejala dapat bervariasi sesuai letak pada bronkus. Oklusi pada laring dengan
ukuran aspirat yang besar dapat memberi gejala yang akut, bila aspirat melewati plika vokalis
menuju area subglotis/trakea, gejala batuk dengan stridor inspiratoir dapat ditemukan. Bila
aspirat menuju bronkus yang lebih dalam, periode asimtomatik sering terjadi. Batuk
merupakan mekanisme perlindungan paru dari aspirasi dan membanhr pengeluaran sekresi
bronkial yang berlebih. Batuk dapat terjadi karena rangsangan pada reseptor iritan yang
terdapat pada laring, trakea dan bronkus besar. Pada penderita ini didapatka aspirat benda
asing di bronkus kiri segmen posterobasal lobus inferior dan sama sekali tidak memberikan
gejala seperti batuk atau gejala yang lain. Dalam kondisi normal, paru-paru dipelihara dalam
kondisi stabil dengan adanya replacement dari sel-sel tua. Dalam kondisi trauma, dapat
terjadi respons inflamasi dan terjadi aktivasi cascade dimana terjadi regenerasi formasi
jaringan. Dimulai dengan infiltrasi neutrofil, diikuti makrofag dan limfosit. Sel makrofag
yang teraktifasi memproduksi mediator-mediator yang sesuai untuk menstimulasi inflamasi

14
dan proses regenerasi sel, terdiri dari sel yang bertanggung jawab pada awal inflamasi
(proinflamatory) cytokines, yang beberapa diantaranya adalah chemotactic factors
(chemokines). Chemotactic factors menarik leukosit dan sel-sel mesenkimal (fibroblast, sel
otot polos dan endothelial sel) menuju lokasi injury dan memulai proses fibrosis. Fibrotic
cytokines mencetuskan proliferasi fibroblast dan menstimuli produksi dari conective tissue.
Leukosit memproduksi mediator-mediator seluler (sitokin) yang memicu proliferasi sel
kapiler endotelial, sel otot polos, fibroblas dan extracellular matriks.14,15

2.5 Manifestasi klinis

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas


akan mengalami 3 stadium yaitu:11

1. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk


hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik
(choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan
napas yang terjadi dengan segera.

2 . S tadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval


asimptomatis. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-
refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium
ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau
cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena
gejala dan tanda yang tidak jelas.

3.Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi


atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga
timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru.

Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara


pita suara atau berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung
pada besar, bentuk dan letak (posisi) benda asing. Sumbatan total di
laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanyakematian
mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini

15
disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara
lain disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis. Sumbatan tidak total di
laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk yang disertai
serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa
subjektif dari benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai
dengan letak benda asing tersebut tersangkut) dan dispnea dengan derajat
bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring,
dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih menyisakan
reaksi laring oleh karena adanya edema.11

Benda asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan


stridor, dapat ditemukan dengan auskultasi (audible stridor) dan palpasi
di daerah leher (palpatory thud). Jika benda asing menyumbat total
trakea akan timbul sumbatan jalan napas akut yang memerlukan tindakan
segera untuk membebaskan jalan napas. Gejala pada dewasa umumnya
sama dengan gejala pada anak. Bila anak batuk atau dengan wheezing
yang dicurigai terjadi aspirasi benda asing di saluran napas. Benda asing
di bronkus kebanyakan memasuki bronkus kanan karena lebih lebar dan
lebih segaris dengan lumen trakea. 11

Benda asing dapat menyumbat secara total bronkus lobaris atau


segmental dan mengakibatkan atelektasis atau obstruksi parsial yang
berfungsi seperti katup satu arah dimana udara dapat masuk ke paru-
paru tetapi tidak dapat keluar, sehingga menyebabkan emfisema
obstruktif. Pasien pada benda asing di bronkus umumnya datang pada
fase asimptomatik kemudian benda asing bergerak ke perifer, sehingga
udara yang masuk terganggu dan pada auskultasi terdengar ekspirasi
memanjang dengan mengi. Gejala fisik dapat bervariasi karena perubahan
benda asing, keluhan batuk kronik dan sesak napas menyerupai gejala pasien
asma atau bronkopnemonia.6 Benda asing organik menyebabkan reaksi yang
hebat pada saluran nafas dengan gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk,

16
dan demam irregular. Tanda fisik benda asing di bronkus bervariasi, karena
perubahan posisi dari satu sisi ke sisi lain dalam paru.11

2.6 Diagnosis
Diagnosa benda asing di saluran nafas ditegakkan berdasarkan
atas anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, radiologis dan tindakan
bronkoskopi.16

 Anamnesis

Anamnesa yang teliti mengenai riwayat aspirasi dan gejala inisial


sangat penting dalam diagnosis aspirasi benda asing. Gejala dan tanda
aspirasi benda asing dapat dilihat dalam tiga tahap, yaitu episode
tersedak yang akut, diikuti batuk keras dan sesak nafas sampai obstruksi
jalan nafas komplit, kedua episode asimptomatik, ketika benda asing
tersangkut dan reflex pernafasan melemah, sehingga diagnosis terlambat
ditegakkan, fase ini sangat bervariasi, tergantung dari lokasi, derajat
obstruksi dan reaksi lokal yang terjadi dan terakhir, komplikasi benda
asing di jalan nafas. Pada anak-anak kadang-kadang episode tersedak
belum dapat diungkapkan dengan baik oleh anak itu sendiri dan tidak
disaksikan oleh orang tua atau pengasuhnya sehingga gejalanya mirip
dengan penyakit paru yang lain. Gejala yang sering ditemukan pada
kasus aspirasi benda asing yang telah berlangsung lama antara lain batuk,
sesak nafas, wheezing, demam dan stridor. Perlu ditanyakan juga telah
berapa lama, bentuk, ukuran dan jenis benda asing untuk mengetahui
simptomatologi dan perencanaan tindakan bronkoskopi.16

 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada kasus aspirasi benda asing


sangat diperlukan. Kegawatan nafas atau sianosis memerlukan
penanganan yang segera.

17
Pada jam-jam pertama setelah terjadinya aspirasi
benda asing, tanda yang bisa ditemukan di dada penderita adalah
akibat perubahan aliran udara di traktus trakeobronkial yang
dapat dideteksi dengan stetoskop. Benda asing disaluran nafas
akan menyebabkan suara nafas melemah atau timbul suara
abnormal seperti wheezing pada satu sisi paru-paru.16,17

Gejala yang paling sering ditemukan adalah adanya


riwayat memasukkan benda asing ke dalam mulut kemudian
tersedak (85%), batuk yang paroksismal (59%), nafas berbunyi
(57%) dan sumbatan jalan nafas yang nyata (5%). Gejala lain
yang muncul adalah demam, batuk berdarah, pneumotoraks.
Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan tidak adanya kelainan
atau asimtomatis (40%), wheezing (40%) penurunan suara nafas
pada sisi terdapatnya benda asing (5%). Pada sumbatan jalan
nafas yang nyata dapat ditemukan sianosis.18

Gejala aspirasi benda asing terbagi dalam 3 fase yaitu :19,20,21

(1) Fase awal Saat benda asing teraspirasi, batuk secara


tiba-tiba, rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok,
wheezing dan obstruksi nafas, dapat juga disertai
adanya sianosis terutama perioral, kematian pada fase
ini sangat tinggi

(2) Fase asimptomatik Interval bebas gejala terjadi karena


benda asing tersangkut pada satu tempat, dapat terjadi
dari beberapa menit sampai berbulan-bulan setelah fase
awal. Lama fase ini tergantung lokasi benda asing,

18
derajat obstruksi yang ditimbulkannya dan jenis benda
asing yang teraspirasi serta kecenderungan benda asing
untuk berubah posisi

(3) Fase komplikasi Telah terjadi komplikasi obstruksi dan atau


infeksi. Gejala dapat berupa demam, pneumonia, atelektasis, abses
paru dan hemoptisis.

Jackson (1936) mebagi sumbatan bronkus dalam 4 tingkat : 11


(1) Sumbatan sebagian dari bronkus (by-pass valve obstruction = katup bebas). Pada
sumbatan ini inspirasi dan ekspirasi masih terlaksana, akan tetapi salurannya
sempit, sehingga terdengar mengi, seperti pada pasien asma. Penyebab: benda
asing di dalam bronkus, penekanan bronkus dari luar, edema dinding bronkus,
serta tumor di dalam lumen bronkus.

(2) Sumbatan seperti pentil. Ekspirasi terhambat, atau katup satu arah (expiratory
check-valve obtruction = katup penghambat ekspirasi). Pada waktu inspirasi udara
masih dapat lewat, akan tetapi pada ekspirasi terhambat, karena kontraksi otot
bronkus. Bentuk sumbatan ini menahan udara di bagian distal, dan proses yang
berulang ketika terjadi pernapsan mengakibatkan terjadinya emfisema paru
obstruktif. Penyebab: benda asing di bronkus, edema dinding bronkus pada
bronkitis.

(3) Sumbatan seperti pentil yang lain, ialah inspirasi yang terhambat (inspiratory
check-valve obstruction = katup poenghambat inspirasi). Pada keadaan ini
inspirasi terhambat, sedangkan ekspirasi masih dapat terlaksana. Udara yang
terdapat di bagian distal sumbatan akan diabsorpsi, sehingga terjadi atelaktasis
paru. Penyebab: benda asing di dalam lumen bronkus, gumpalan ingus (mucous
plag), tumor yang bertangkai.

(4) Sumbatan total (stop valve obstruction = katup tertutup), sehingga ekspirasi dan
inspirasi tidak dapat terlaksana. Akibat keadaan ini ialah atelaktasis paru.
Penyebab: benda asing yang menyumbat lumen bronkus, trauma dinding bronkus.

19
Gambar 2. Sumbatan benda asing di dalam bronkus

 Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan lunak leher
serta pemeriksaan toraks posteroanterior dan lateral sangat penting pada aspirasi benda
asing. Pemeriksaan toraks lateral dilakukan dalam posisi fleksi dan kepala ekstensi
untuk melihat keseluruhan jalan napas dari mulut hingga carina. Karena benda asing bronkus
sering tersumbat di orifisium bronkus primer atau lobus, pemeriksaan paru dapat sangat
membantu diagnosis.22

20
Gambar 3. Foto polos toraks PA dan Lateral
Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi serta adanya
obstruksi parsial. Emfisema obstruktif merupakan bukti radiologis benda asing
setelah 24 jam teraspirasi. Gambaran emfisema tampak sebagai pergeseran
mediastinum ke sisi paru yang sehat pada saat ekspirasi (mediastinal shift) dan
pelebaran interkostal.22
Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer pada
pandangan endoskopi, serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibat benda asing
yang lama di bronkus. Pemeriksaan laboratorium darah (darah perifer lengkap,
elektrolit, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, analisa gas darah) diperlukan untuk
mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa serta tanda infeksi traktus
trakeobronkial.22

2.7 Tata Laksana


Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera,
karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Cara lain untuk
mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara
Manuver Heimlich dapat dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut teori
Heimlich (hentakan subdiafragmaabdomen), benda asing yang masuk ke dalam laring
ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan
sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan
terlempar keluar. Suatu hentakan yang menyebabkan peningkatan tekanan pada
diafragma sehingga memaksa udara yang ada di dalam paru- paru untuk keluar dengan
cepat sehingga diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan benda asing yang
menyumbat jalan napas. Setiap hentakan harus diberikan dengan tujuan

21
menghilangkan obstruksi, mungkin dibutuhkan hentakan 6 - 10 kali untuk
membersihkan jalan napas. Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan
terjadinya ruptur lambung atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak
sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup
dengan dua buah jari kiri dan kanan.11

Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat
digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang
memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.11

22
Gambar 4. Gambar Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)

Pasien dengan benda asing di trakea harus di rujuk ke rumah sakit dengan
fasilitas bronkoskopi, benda di keluarkan dengan bronkoskopi secara segera pada
pasien tidur terlentang dengan posisi Trendelenburg supaya tidak lebih turun ke
bronkus, benda asing dipegang dengan cunam yang sesuai dan dikeluarkan melalui
laring, bila bronkospi tidak tersedia, dilakukan trakeostomi dan benda asing
dikeluakan memakai cunam atau alat penghisap melalui stoma tersebut, jika tidak
berhasil dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi.11

Benda asing di bronkus di keluarkan dengan bronskop dan cunam yang sesuai.
Tindakan ini harus segera di lakukan, apalagi benda asing bersifat organik, bila
tidak dapat di keluarkan, misalnya tajam, tidak rata, dan tersangkut pada jaringan,
dapat dilakukan servikotomi atau tarakotomi, antibiotik dan kortikosteroid tidak
rutin diberikan setelah endoskopi, dilakukan fisioterapi dada pada kasus pnemonia,
bronkitis purulenta, dan atelektasis. Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan
jika paru bersih dan tidak demam. Pasca bronkoskopi dibuat foto torak hanya bila
gejala pulmonum tidak menghilang pada keadaan tersebut perlu di selidiki lebih
lanjut dan diobati secara tepat dan adekuat. Benda asing juga dapat menjadi gawat

23
pada hidung jika terisap masuk ke paru-paru, jalan napas akan tersumbat dan
terjadi sesak napas, tersedak atau suara sengau. 11

Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid


dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema saluran
napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang
cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat
dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi. Benda asing di bronkus
dikeluarkan dengan tindakan bronkoskopi, menggunakan bronkoskopi rigid atau
fiber optic dengan memakai cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut.
Tindakan bronkoskopi harus segera dilakukan apalagi bila benda asing tersebut
bersifat organik. Benda asing yang tidak dapat dikeluarkan dengan
bronkoskopi, seperti benda asing tajam, tidak rata, dan tersangkut pada
jaringan dapat dilakukan servikotomi atau torakotomi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.23

Bronkoskopi merupakan pilihan untuk pengangkatan benda asing di saluran


napas, di samping juga digunakan untuk diagnosis pada kasus kecurigaan
benda asing. Indikasi penggunaan bronkoskopi, terbagi dua yaitu indikasi
diagnostik dan indikasi terapi.

Indikasi diagnostik bronkoskopi, yaitu :24,25,26

1. Gambaran foto toraks abnormal, batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya,
batuk persisten dan banyak sputum, wheezing lokal, benda asing dalam
saluran napas, obstruksi bronkus dan atelectasis, foto toraks normal, tetapi
didapatkan gambaran keganasan pada pemeriksaan sitologi.
2. Indikasi terapi, yaitu mengeluarkan sekret penyebab atelektasis, pneumonia dan
abses paru, mengeluarkan benda asing, dan tindakan operasi dengan sinar laser,
pemasangan stent.

Jenis bronkoskop yang digunakan sampai saat ini masih merupakan perdebatan
apakah rigid atau fiber optic, pengambilan keputusan tergantung pilihan operator,
lokasi benda asing dan ukuran pasien (umur), meskipun untuk anak dan
sebagian besar dewasa penggunaan bronkoskop rigid merupakan pilihan untuk
pengangkatan benda asing karena ventilasi lebih terjamin melalui tube

24
bronkoskop selama tindakan disamping juga operator dapat memasukkan
peralatan seperti forsep/cunam dan optical telescope. Bronkoskopi dengan
menggunakan bronkoskop rigid dilakukan dalam anestesi umum.

Gambar 5. Bronkoskopi dengan Forsep

Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan menggunakan bronkoskop


kaku maupun dengan bronkoskop serat optik. Angka keberhasilan pengangkatan
benda asing di saluran nafas mencapai 91,3%.Pada bayi dan anak yang diameter jalan
nafasnya relatif kecil dipakai bronkoskop kaku untuk dapat mempertahankan patensi
nafas dan pemberian oksigen.21

Sebelum tindakan bronkoskopi dilakukan, sebaiknya diusahakan memperoleh


duplikat benda asing tersebut. Kemudian dicoba dan dipelajari cara menjepit dan
menarik benda asing dengan cunam yang sesuai. Pemilihan bronkoskop yang sesuai
dengan diameter lumen, berpedoman pada usia penderita disertai persiapan
bronkoskop dengan ukuran yang lebih kecil akan dapat meningkatkan angka
keberhasilan. Sesaat menjelang dilakukan bronkoskopi dibuat foto toraks untuk
menilai kembali letak benda asing. 21

Pemberian steroid dan antibiotika pre operatif dapat mengurangi komplikasi


seperti edema jalan nafas dan infeksi. Antibiotik dan steroid tidak rutin diberikan
sebelum tindakan bronkoskopi, hanya pada kasus yang terlambat dalam diagnosisnya

25
dan pada benda asing organik. Tindakan bronkoskopi yang dilakukan dalam
penanganan aspirasi benda asing berdasarkan jenis, lokasi tersangkutnya, dan derajat
obstruksi yang terjadi, dapat dibagi atas :

1. Bronkoskopi darurat yaitu tindakan bronkoskopi yang segera dilakukan pada


saat diagnosis ditegakkan.

2. Bronkoskopi segera yaitu tindakan bronkoskopi dilakukan sesegera mungkin


setelah alat, pasien dan tim bronkoskopi siap secara optimal.

3. Bronkoskopi elektif yaitu tindakan bronkoskopi dilakukan secara terencana


dengan persiapan sempurna.

 Bronkoskop Kaku 21

Bronkoskop kaku berbentuk tabung logam dengan sumber cahaya di bagian


proksimal. Ukuran dia-meter serta panjang tabung bermacam-macam disesuaikan
dengan penampang bronkus yang akan diperiksa. Bronkoskop kaku dipilih pada
kondisi:

 Kasus-kasus pediatrik dimana rima glotis dan trakea masih kecil.

 Perdarahan paru yang masif oleh karena daya isap nya lebih besar atau
mungkin diperlukan pemasangan tampon.

 Drainase abses paru yang pecah.

 Sumbatan bronkus dengan sekret liat atau cukup banyak.

 Pengambilan benda asing jika terletak di trakea atau bronkus utama.

 Untuk fotografi sepanjang masih bisa dilihat dengan teleskop.

 Trakea yang sempit

Keuntungan Bronkoskop kaku :

 Pernafasan lebih terkontrol

 Kualitas cahaya baik

 Lumen lebih besar sehingga memudahkan untuk melihat jelas, mengatsi


perdarahan masif dan pengangkatan benda asing

26
21
 Bronkoskopi Serat Optik :

Bronkoskopi serat optik dipilih pada:

 Trakea dan bronkus dengan diameter lebih besar, paling sedikit 2 mm lebih
besar dari pada diameter bronkoskopi serat optik. Keperluan diagnosis dan terapi
pada batuk kronis atau riwayat hemoptisis.

 Biopsi kelainan paru.

 Mengisap sekret terutama dari bronkus segmen.

 Penderita dengan trauma atau patah pada rahang, tulang leher, tengkorak,
laring, dan trakea.

2.8 Komplikasi

Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma tindakan
bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara lain sesak
nafas, hipoksia, asfiksia sampai henti jantung. Gangguan ventilasi ditandai dengan
adanya sianosis. Komplikasi kronis antara lain pneumonia, dapat berlanjut dengan
pembentukan kavitas dan abses paru, bronkiektasis, fistel bronkopleura, pembentukan
jaringan granulasi atau polip akibat inflamasi pada mukosa tempat tersangkutnya
benda asing. Dapat juga terjadi pneumomediastinum, pneumotorak.27,28

Keterlambatan diagnosis aspirasi benda asing yang berlangsung lebih dari 3 hari
akan menambah komplikasi seperti emfisema obstruktif, pergeseran mediastinum,
pneumonia dan atelektasis.

Komplikasi tindakan bronkoskopi antara lain aritmia jantung akibat hipoksia,


retensi CO2 atau tekanan langsung selama manipulasi bronkus utama kiri. Adapun
Komplikasi yang berhubungan dengan tindakan bronkoskopi, yaitu :21

(1) Komplikasi mayor ; tension pneumotoraks, perdarahan hebat, hipoksia berat,


gagal jantung.

(2) Komplikasi minor; perlukaan mukosa faring, laringitis akut, hifoksia,


perdarahan sedang, demam. Komplikasi setelah bronkoskopi paling sering adalah
pneumonia, walupun secara absolut kejadiannya rendah berkisar 2,9%.

27
Komplikasi teknis yang paling mungkin terjadi pada operator yang kurang
berpengalaman adalah benda asing masuk lebih jauh sampai ke perifer sehingga sulit
dicapai oleh skop, laserasi mukosa, perforasi, atau benda asing masuk ke segmen
yang tidak tersumbat pada saat dikeluarkan. Bisa juga terjadi edema laring dan reflek
vagal. Komplikasi pasca bronkoskopi antara lain demam, infiltrat paru dan
pneumotorak, yang memerlukan bantuan ventilasi.10,11

2.9 Prognosis

Hampir seluruh benda asing di saluran nafas dapat diangkat dengan


bronkoskopi. Komplikasi akan meningkat jika diagnosis maupun penatalaksanaan
dilakukan setelah 24 jam kejadian. Tidak cukup data untuk mengatakan berapa lama
benda asing di dalam saluran nafas sehingga tidak dapat diangkat dengan
bronkoskopi.29

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Snow JB, Jr. Bronchoesofagology. In : Ballenger JJ, editor. Disease of the nose,
throat, ear head and neck. 13th ed. Philadelphia: Lea & Febiger; 1996. p.1331-67
2. Callender T. Laryngo-tracheo-bronchial Foreign Body, 1992; 01–05.
3. Gurpmar A, Kilic N, Dogruyol H. Foreign Body Aspiration in Children. Turkish
Respiratory Journal 2003; 4: 131–134.
4. Narasimhan KL, Chowdhary SK, Suri S, et al. Foreign body airway obstructions in
children
5. Hilliard T, Sim R, Saunders M, et al. Delayed diagnosis of foreign body aspiration in
children. Emerg Med J 2003;20:100-101.
6. Kirby MT. Foreign Bodies of the Airway and Esophagous. Accessed March 11, 2023
7. Eroglu A, Kurkcuoglu IC, Karaoglanoglu N, et al. Tracheobronchial foreign bodies: a
10 year experience. Turkish Journal of Trauma & Emergency Surgery 2003; 9: 262–
266.
8. Srppnath J, Mahendrakar V. Management of tracheo bronchial foreign bodies-a
retrospective analysis. Indian J Otolaryngol Head Neck Surgery 2002; 54: 127–131
9. Dikensoy O, Usalan C, Filiz A.Foreign body aspiration: Clinical utility of flexible
bronchoscopy. Postgrad Med J 2002; 78: 399-403.
10. Saki N, Nikakhlagh S, Rahim F, Abshirini H. Foreign body aspiration in infancy: A
20-year experience. Int J. Med. Sci .2009; 6: 322-8
11. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.Jakarta ; FK UI, 2012 : h.232-243.
12. Dikensoy O, Usalan C, Filiz A.Foreign body aspiration: Clinical utility of flexible
bronchoscopy. Postgrad Med J 2002; 78: 399-403.
13. Saki N, Nikakhlagh S, Rahim F, Abshirini H. Foreign body aspiration in infancy: A
20-year experience. Int J. Med. Sci .2009; 6: 322-8
14. Baratarvidjaja KG. Inflamasi. Imunologi Dasar.2004.6:153-71
15. Lillington GA. Clinical Thoracic Anatomy. 1988:01-17
16. Fitri F dan Prijadi J. Bronkoskopi dan Ekstraksi Jarum Pentul pada Anak. Bagian
THT-KL. Padang; FK Universitas Andalas: h. 1-8
17. Fitri F., Novialdi, Roza Y. Keterlambatan Tindakan Bronkoskopi Pada Suspek Benda
Asing di Bronkus. Jurnal. FK Universitas Andalas, 2008: h.1-8

29
18. Fitri F dan Pulungan R. Ekstraksi Benda Asing (Kacang Tanah) di Bronkus dengan
Bronkoskop Kaku. Bagian THT-KL. Padang; FK Universitas Andalas: h.1-8.
19. Saragih AR dan Aliandri. Benda Asing Kacang di Trakea. Dalam: Majalah
Kedokteran Nusantara Volume 40. Sumatera; FK USU, Maret 2007: h.75- 80
20. Cosal ID, Imran Ali. Penggunaan bronkoskopi serat optik dalam diagnosis dan
pengobatan kelainan trakeobronkial. Dalam: Lokakarya Endoskopi, Ujungpandang.
Desember 1987.p. 30-60.
21. Mangape D, Asbudi. Bronkoskopi kaku. Dalam: Lokakarya Endoskopi,
Ujungpandang. Desember 1987. p. 8-29.
22. Efiaty Arsyad Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Restuti.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. 7th ed.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2012.
23. Almazini P. Penatalaksanaan Benda Asing di Saluran Napas. February, 2010: h.1-10
24. Rab T. Prinsip Gawat Paru: EGC Jakarta, 1996; 149–162
25. Merchant SN, Kirtane MV, Shah KL, et al. Foreign bodies in the bronchi (a 10 year
review of 132 cases). J Postgrad Med 1984; 30:219-223
26. . Prosedur Tetap Pelayanan Tindakan Medis Kegiatan Non Medis di Unit Perawatan
Penyakit Paru: UPF/Lab Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo Surabaya,
1997; 01–04.
27. Doody DP,MD. Foreign Body Aspiration. Surgery of Trachea and Bronchi. Hermes
C. Grillo, Ilustrans by Edith Tagrin. 2004: p.725-736
28. Saragih AR dan Aliandri. Benda Asing Kacang di Trakea. Dalam: Majalah
Kedokteran Nusantara Volume 40. Sumatera; FK USU, Maret 2007: h.75- 80
29. Warshawsky ME. Foreign body aspiration. Available From: www.emedicine.com.
Update: Juni 20, 2020. Accessed March , 2023.

30

Anda mungkin juga menyukai