Analisa Usaha Buah Kelapa Menjadi Minyak Kelapa Mentah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Analisa Usaha Buah Kelapa Menjadi Minyak Kelapa Mentah (VCO)

M Revanza Naufal
Jurusan teknik mesin politeknik negeri padang (PNP), Padang, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini menganalisis kelayakan usaha pengolahan kelapa menjadi minyak kelapa mentah
(VCO) di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Indonesia sebagai produsen kelapa
terbesar memiliki potensi besar dalam pengembangan produk turunan kelapa. Penelitian di
Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, pusat perkebunan kelapa dengan produksi 2.149 ton per
tahun, menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data mencakup biaya modal,
operasional, dan pendapatan penjualan VCO. Analisis SWOT menunjukkan kekuatan berupa
sumber daya alam melimpah dan produk bernilai tinggi, serta peluang pasar ekspor dan
dukungan pemerintah. Kelemahan termasuk ketergantungan pada cuaca dan kualitas bahan
baku beragam, sementara ancaman meliputi persaingan ketat dan fluktuasi harga pasar. Hasil
penelitian menunjukkan modal awal sebesar Rp 20.300.000 dengan estimasi balik modal 2,4
bulan. Rencana pemasaran fokus pada pasar urban, promosi media sosial, dan kolaborasi
dengan komunitas kesehatan. Distribusi dilakukan melalui toko online dan kemitraan dengan
toko organik. Evaluasi berkala mengidentifikasi tren pasar dan mengembangkan produk baru.
Kesimpulannya, usaha produksi VCO memiliki prospek menjanjikan dengan strategi
pemasaran tepat dan dukungan teknologi pengolahan efisien. Implementasi produksi
berkelanjutan dan pemahaman pasar menjadi kunci keberhasilan.

Keyword : Usaha Buah Kelapa, Kelapa.

Abstract
This study analyzes the feasibility of processing coconuts into Virgin Coconut Oil (VCO) in
Padang Pariaman Regency, West Sumatra. As the world's largest coconut producer, Indonesia
has great potential for developing coconut derivative products. The research was conducted in
VII Koto Sungai Sariak District, a coconut plantation center with an annual production of 2,149
tons, using qualitative and quantitative approaches. The data collected includes capital costs,
operational expenses, and VCO sales revenue. SWOT analysis reveals strengths such as
abundant natural resources and high-value products, as well as export market opportunities and
government support. Weaknesses identified include dependence on weather and variable raw
material quality, while threats include intense competition and market price fluctuations. The
study shows that the business requires an initial capital of Rp 20,300,000 with a payback period
of 2.4 months. The marketing plan focuses on urban market segmentation, social media
promotion, and collaboration with health communities. Distribution is carried out through
online stores and partnerships with organic shops. Regular evaluations identify market trends
and develop new products. In conclusion, VCO production has promising prospects with the
right marketing strategies and efficient processing technology support. Implementing
sustainable production practices and understanding market needs are key to the business's
success.

Pedahuluan

Kelapa adalah salah satu komoditas dengan nilai ekonomis tinggi jika dikelola dengan
baik. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa utama, dengan 98 persen
perkebunan kelapa dikelola oleh rakyat[1]. Perkebunan kelapa di Indonesia tersebar di
beberapa provinsi, seperti Riau, Jambi, Aceh, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera
Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan lainnya. Pada tahun 2018, Indonesia menjadi produsen
kelapa terbesar di dunia dengan produksi mencapai 183 juta ton, di mana sebagian besar kelapa
diproduksi di Provinsi Sulawesi Utara.
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik dalam tataran sosial, budaya, maupun
ekonomi. Keunggulan tanaman kelapa tidak hanya terdapat pada dagingnya yang dapat diolah
menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi juga pada seluruh bagian tanaman sehingga
mendapat julukan “pohon kehidupan”[2]

Kabupaten Padang Pariaman dikenal sebagai pusat perkebunan kelapa di Sumatera Barat,
dengan tanaman kelapa tersebar di seluruh wilayahnya. Salah satu pusat tanaman dan
pengolahan kelapa di Kabupaten Padang Pariaman adalah Kecamatan VII Koto Sungai Sariak.
Kecamatan ini memiliki areal tanaman kelapa seluas 2.549 hektar dengan produksi mencapai
2.149 ton per tahun. Kecamatan VII Koto Sungai Sariak terdiri dari enam nagari, salah satunya
adalah Nagari Ambuang Kapau yang merupakan pemekaran dari Nagari Sungai Sariak. Di
wilayah ini, terdapat industri pengolahan kelapa yang mencakup pembuatan kopra, arang
batok, minyak kelapa (minyak tanak), dan VCO. Semua pengolahan kelapa ini tentunya
menghasilkan air kelapa sebagai produk sampingan.[3]

Untuk itu, melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) ini dilakukan
pembekalan ketrampilan bagi masyarakat yang memiliki profesi sampingan sebagai pengrajin
minyak pliek u agar dapat memproduksi Virgin Coconut Oil (VCO) dengan metode yang lebih
mudah, cepat dan hasil yang berkualitas sesuai dengan SNI 7381:2008[4]

Alat

1. Parutan Kelapa Alat untuk memarut daging kelapa menjadi serpihan halus.
2. Blender atau Penggiling Untuk menggiling serpihan kelapa menjadi pasta halus.
3. Mesin Pemeras Santan Alat untuk memeras santan dari pasta kelapa. Alternatifnya, kain
saring atau alat pemeras manual bisa digunakan.
4. Wadah Fermentasi Baskom atau ember plastik untuk proses fermentasi santan.
5. Kain Saring atau Kain Muslin Untuk menyaring santan dan memisahkan minyak dari
air.
6. Kompor dan Panci Untuk memanaskan dan menguapkan air dari santan (opsional,
tergantung metode).
7. Termometer Untuk memastikan suhu pemanasan tidak terlalu tinggi (jika
menggunakan metode pemanasan).
8. Sendok dan Spatula Untuk mengaduk dan memindahkan bahan.
9. Botol atau Wadah Penyimpanan Untuk menyimpan minyak kelapa mentah yang sudah
jadi.
10. Saringan Untuk menyaring minyak kelapa mentah dari endapan atau partikel yang tidak
diinginkan.

Bahan

1. Buah Kelapa Tua Kelapa yang sudah matang dengan daging yang tebal.
2. Air Bersih Untuk mencuci kelapa dan membantu proses ekstraksi santan.
3. Starter Fermentasi (opsional) Jika menggunakan metode fermentasi, bisa menggunakan
starter seperti ragi atau bakteri asam laktat.

Langkah-langkah Mengolah Buah Kelapa Menjadi Minyak Kelapa Mentah

1. Pemanenan Kelapa Pilih kelapa tua yang dagingnya tebal.


2. Pengupasan Kelapa Kupas kelapa dan ambil dagingnya.
3. Pemotongan dan Pemarutan Potong daging kelapa menjadi bagian kecil dan parut
menggunakan parutan kelapa.
4. Penggilingan Giling daging kelapa yang sudah diparut menjadi pasta halus
menggunakan blender atau penggiling.
5. Pemerasan Santan Peras pasta kelapa untuk mendapatkan santan menggunakan mesin
pemeras atau kain saring.
6. Fermentasi Santan (jika menggunakan metode fermentasi) Diamkan santan dalam
wadah fermentasi selama 24-48 jam hingga terbentuk lapisan minyak di atasnya.
7. Pemanasan Santan (jika menggunakan metode pemanasan) Panaskan santan dengan
suhu rendah hingga air menguap dan minyak terpisah dari endapan.
8. Penyaringan Saring minyak yang sudah terbentuk menggunakan kain saring atau
saringan halus untuk memisahkan partikel yang tidak diinginkan.
9. Penyimpanan Simpan minyak kelapa mentah dalam botol atau wadah penyimpanan
yang bersih dan kering.

Catatan

 Kebersihan Alat Pastikan semua alat yang digunakan bersih dan steril untuk mencegah
kontaminasi.
 Metode Tanpa Pemanasan Metode fermentasi atau metode tanpa pemanasan lebih
disarankan untuk menghasilkan minyak kelapa mentah (VCO) berkualitas tinggi karena
tidak merusak kandungan nutrisi dalam minyak.

Gambar 2 Minyak Kelapa Mentah (VCO)


Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran kualitatif dan kuantitatif yang


dilakukan di lingkungan rumah atau kebun kecil. Langkah pertama adalah persiapan yang
mencakup studi literatur tentang teknik pengolahan kelapa menjadi minyak kelapa mentah serta
pengumpulan alat dan bahan seperti buah kelapa, alat press, dan wadah penyimpanan. Tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan yang melibatkan pemilihan buah kelapa, proses ekstraksi
minyak kelapa, perawatan selama penyimpanan, serta pengamatan kualitas minyak.

Data yang dikumpulkan mencakup biaya modal awal dan operasional bulanan, hasil
minyak kelapa per unit, dan pendapatan dari penjualan minyak kelapa mentah. Analisis data
dilakukan untuk menghitung total biaya, pendapatan, keuntungan bersih bulanan, dan estimasi
balik modal (BEP). Kesimpulan penelitian mengevaluasi kelayakan usaha dan memberikan
rekomendasi untuk pengembangan lebih lanjut. Hasil penelitian ini kemudian disusun dalam
laporan yang mencakup temuan, analisis, kesimpulan, dan saran praktis untuk calon pengusaha
minyak kelapa mentah.

Rincian Modal Usaha

1. Modal Tetap

Parutan Kelapa: Rp 1.500.000

Blender atau Penggiling: Rp 2.000.000

Mesin Pemeras Santan: Rp 5.000.000

Wadah Fermentasi: Rp 1.000.000

Kain Saring atau Kain Muslin: Rp 500.000

Kompor dan Panci: Rp 2.000.000

Termometer: Rp 300.000

Sendok dan Spatula: Rp 200.000

Botol atau Wadah Penyimpanan: Rp 1.000.000

Saringan: Rp 500.000

Total Modal Tetap: Rp 14.000.000

2. Modal Kerja (per bulan)

Buah Kelapa (500 buah @ Rp 5.000): Rp 2.500.000

Air Bersih: Rp 100.000

Starter Fermentasi (opsional): Rp 200.000

Listrik dan Gas: Rp 300.000

Bahan Pembantu Lainnya: Rp 200.000

Gaji Pekerja (2 orang @ Rp 1.500.000): Rp 3.000.000


Total Modal Kerja (per bulan): Rp 6.300.000

Biaya Operasional

1. Biaya Tetap (per bulan)

Penyusutan Alat (10% per tahun dari modal tetap): Rp 116.667

Biaya Lain-lain: Rp 200.000

Total Biaya Tetap (per bulan): Rp 316.667

2. Biaya Variabel (per bulan)

Buah Kelapa: Rp 2.500.000

Air Bersih: Rp 100.000

Starter Fermentasi: Rp 200.000

Listrik dan Gas: Rp 300.000

Bahan Pembantu Lainnya: Rp 200.000

Gaji Pekerja: Rp 3.000.000

Total Biaya Variabel (per bulan): Rp 6.300.000

Total Biaya Operasional (per bulan): Rp 6.616.667

Pendapatan dan Keuntungan Usaha

1.Pendapatan (per bulan)

Produksi Minyak Kelapa Mentah (500 buah kelapa menghasilkan 100 liter minyak Rp
150.000/liter): Rp 15.000.000

2. Keuntungan Bersih (per bulan)

Pendapatan: Rp 15.000.000

Total Biaya Operasional: Rp 6.616.667

Keuntungan Bersih: Rp 8.383.333

Estimasi Balik Modal (BEP)

Total Modal Awal (Modal Tetap + Modal Kerja): Rp 14.000.000 + Rp 6.300.000 = Rp


20.300.000

Keuntungan Bersih (per bulan): Rp 8.383.333

Estimasi Waktu Balik Modal (BEP)

- BEP = Total Modal Awal / Keuntungan Bersih per bulan


- BEP = Rp 20.300.000 / Rp 8.383.333

- BEP ≈ 2,42 bulan

Analisi SWOT usaha buah kelapa menjadi minyak mentah

Strengths (Kekuatan)

1. Sumber Daya Alam Berlimpah: Indonesia memiliki sumber daya kelapa yang
melimpah, memastikan pasokan bahan baku yang stabil dan berkelanjutan.
2. Produk Bernilai Tinggi: Minyak kelapa mentah (VCO) memiliki nilai ekonomis
tinggi dan permintaan pasar yang kuat, baik di dalam negeri maupun internasional.
3. Manfaat Kesehatan: VCO dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan, yang
meningkatkan daya tariknya di kalangan konsumen yang sadar kesehatan.
4. Proses Produksi Relatif Sederhana: Teknologi dan metode produksi VCO cukup
sederhana dan dapat dilakukan dengan investasi awal yang relatif terjangkau.
5. Diversifikasi Produk: Produk sampingan dari pengolahan kelapa, seperti ampas dan
air kelapa, dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan lain, menambah nilai tambah
usaha.

Weaknesses (Kelemahan)

1. Ketergantungan pada Cuaca: Produksi kelapa sangat bergantung pada kondisi cuaca,
yang dapat mempengaruhi ketersediaan bahan baku.
2. Kualitas Bahan Baku yang Beragam: Kualitas VCO sangat tergantung pada kualitas
kelapa yang digunakan, yang bisa bervariasi.
3. Skala Usaha Kecil: Banyak produsen VCO berskala kecil menghadapi kesulitan
bersaing dalam hal harga dan kapasitas produksi.
4. Pengetahuan Teknologi Terbatas: Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
teknologi pengolahan di kalangan petani dan pengusaha kecil dapat membatasi efisiensi
dan kualitas produksi.
5. Keterbatasan Akses Pasar: Kesulitan dalam mengakses pasar yang lebih luas tanpa
jaringan distribusi yang kuat.

Opportunities (Peluang)

1. Tren Kesehatan Global: Meningkatnya kesadaran global terhadap kesehatan dan


manfaat alami dari VCO dapat meningkatkan permintaan.
2. Pasar Ekspor: Pasar internasional yang besar untuk VCO memberikan peluang ekspor
yang menguntungkan.
3. Inovasi Produk: Pengembangan produk turunan dari VCO, seperti kosmetik dan
produk kesehatan lainnya, dapat meningkatkan diversifikasi dan pendapatan.
4. Dukungan Pemerintah: Program pemerintah yang mendukung pengembangan
agribisnis dan industri pengolahan dapat membantu mempercepat pertumbuhan usaha.
5. Kemitraan Strategis: Peluang untuk menjalin kemitraan dengan perusahaan besar
untuk investasi dan peningkatan kapasitas produksi.
Threats (Ancaman)

1. Persaingan Ketat: Persaingan dengan produsen VCO lain, baik domestik maupun
internasional, dapat mempengaruhi pangsa pasar.
2. Fluktuasi Harga Pasar: Harga kelapa dan VCO yang fluktuatif di pasar global dapat
mempengaruhi keuntungan.
3. Standar dan Regulasi Ketat: Adanya standar dan regulasi yang ketat untuk ekspor
VCO ke negara-negara tertentu dapat menjadi hambatan.
4. Hama dan Penyakit Tanaman: Serangan hama dan penyakit pada tanaman kelapa
dapat mengurangi produksi dan kualitas.
5. Dampak Perubahan Iklim: Perubahan iklim yang tidak menentu dapat mempengaruhi
produksi kelapa, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Analisis SWOT ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan buah kelapa menjadi minyak kelapa
mentah memiliki banyak kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai
kesuksesan. Namun, ada juga beberapa kelemahan dan ancaman yang perlu diatasi dengan
strategi yang tepat, seperti peningkatan kualitas bahan baku, diversifikasi produk, dan
perluasan akses pasar. Dengan pendekatan yang strategis, usaha.

Hasil dan Pembahasan

Rencana pemasaran produk minyak kelapa mentah akan fokus pada segmentasi pasar di area
perkotaan dan pinggiran kota, menargetkan rumah tangga, usaha kecil di bidang kuliner dan
kecantikan, serta komunitas yang peduli dengan kesehatan dan produk alami. Produk akan
diposisikan sebagai minyak kelapa mentah berkualitas tinggi dengan harga kompetitif dan
diproduksi melalui praktik pengolahan yang alami dan berkelanjutan.

Strategi pemasaran meliputi promosi melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, dan
TikTok untuk berbagi informasi mengenai manfaat minyak kelapa mentah, testimoni
pelanggan, dan konten edukatif tentang proses produksinya. Selain itu, partisipasi dalam
pameran dan bazar lokal untuk memperkenalkan produk secara langsung, serta kolaborasi
dengan komunitas kesehatan dan influencer yang peduli dengan produk alami akan
dilakukan.

Distribusi produk dilakukan melalui penjualan langsung di toko online dan media sosial,
penyediaan layanan pengiriman untuk wilayah sekitar, serta menjalin kemitraan dengan toko
organik dan supermarket. Strategi ini juga mencakup penyediaan layanan konsultasi gratis
bagi pelanggan yang membutuhkan informasi tentang penggunaan dan manfaat minyak
kelapa mentah. Untuk meningkatkan daya tarik, kami akan menawarkan diskon khusus atau
paket bundling untuk pembelian dalam jumlah besar dan menjalin kemitraan dengan
distributor untuk memperluas jangkauan pasar.

Evaluasi dan pengembangan akan dilakukan secara berkala dengan mengumpulkan umpan
balik pelanggan melalui survei online dan interaksi langsung, menganalisis penjualan untuk
mengidentifikasi tren dan pola pembelian, serta mengembangkan produk baru berdasarkan
tren dan kebutuhan pasar, seperti minyak kelapa mentah organik atau varian minyak kelapa
dengan aroma tambahan alami. Kami juga akan mempertimbangkan penggunaan kemasan
ramah lingkungan untuk meningkatkan daya tarik produk bagi konsumen yang peduli
terhadap isu lingkungan.

Dengan rencana pemasaran ini, diharapkan usaha produksi minyak kelapa mentah dapat
berkembang dan mencapai target pasar yang lebih luas, serta memberikan keuntungan yang
stabil.

Kesimpulan

Analisis usaha buah kelapa menjadi minyak kelapa mentah menunjukkan bahwa terdapat
peluang besar dalam pasar yang terus berkembang, khususnya di segmen konsumen yang
peduli dengan kesehatan dan produk alami. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rencana
pemasaran yang berfokus pada segmentasi pasar yang tepat, strategi promosi melalui media
sosial, dan partisipasi dalam acara lokal, serta kolaborasi dengan influencer dan komunitas,
mampu meningkatkan visibilitas dan daya tarik produk.

Evaluasi berkala melalui umpan balik pelanggan dan analisis penjualan membantu dalam
mengidentifikasi tren dan kebutuhan pasar, memungkinkan pengembangan produk baru yang
sesuai dengan preferensi konsumen. Penggunaan kemasan ramah lingkungan juga memberikan
nilai tambah bagi konsumen yang peduli terhadap isu lingkungan.

Secara keseluruhan, dengan rencana pemasaran yang matang dan distribusi produk yang
efektif, usaha produksi minyak kelapa mentah memiliki potensi untuk berkembang dan
mencapai keuntungan yang stabil. Implementasi praktik produksi yang berkelanjutan dan
berkualitas tinggi serta pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan pasar akan menjadi
kunci keberhasilan usaha ini.

Daftar Pustaka

[1] F. Thantiyo, “Analisa Kontribusi Nilai Tambah Industri VCO (Virgin Coconut Oil) Pada PT.
BUMI SARIMAS Indonesia di Sumatera Barat,” Universitas Andalas, Padang, 2010.

[2] D. Herdhiansyah and L. Rianda, “Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Industri Kopra:
Studi Kasus Kabupaten Konawe Kepulauan-Sulawesi Tenggara Factors Affecting The
Development of The Kopra Industry: A Case Study of Konawe Kepulauan District-Southeast
Sulawesi,” 2021.

[3] U. Pemanfaatan et al., “UPAYA PEMANFAATAN LIMBAH PENGOLAHAN KELAPA


MELALUI TEKNOLOGI PEMBUATAN NATA DE COCO PADA KWT BENGKE
SAKATO DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN,” 2018.

[4] E. Kurniasih and F. dan Novi Quintena Rahayu, “PENERAPAN METODE FERMENTASI
UNTUK PENINGKATAN PENGOLAHAN BUAH KELAPA MENJADI MINYAK
KELAPA MURNI (VCO).”

Anda mungkin juga menyukai