Bab 2
Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
penekanan pada sirkulasi darah setempat. Walaupun semua bagian tubuh dapat
mengalami dekubitus bagian bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi
Ulkus dekubitus merupakan kerusakan kulit pada suatu area dan dasar
jaringan yang disebabkan oleh tulang yang menonjol sebagai akibat dari tekanan,
pergeseran, gesekan atau kombinasi dari beberapa hal tersebut (Khoiriyah, 2018).
kelembaban. Efek tekanan pada jaringan diatas tulang yang menonjol menyebabkan
ikemia dan toksin seluler yang berhubungan dengan oklusi pembuluh darah dan
limfatik, sementara efeknya terhadap timbulnya trauma lebih kecil (Jatmiko, 2017).
Stadium I ditunjukkan dengan adanya kulit yang masih utuh dengan tanda-
tanda akan terjadi luka. Apabila dibandingkan dengan kulit yang normal,
maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut : perubahan temperatur
(lebih keras atau lunak), dan perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada
8
orang yang berkulit putih luka akan kelihatan sebagai kemerahan yang
menetap, sedangkan pada orang kulit gelap, luka akan kelihatan sebagai
warna merah yang menetap, biru atau ungu. Cara untuk menentukan
dengan jari selama tiga detik, apabila kulitnya tetap berwarna merah dan
dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fasia. Luka
atau otot. Slough atau jaringan mati (eschar) mungkin ditemukan pada
beberapa bagian dasar luka (wound bed) dan sering juga ada undermining
9
memiliki jaringan subkutan dan lukanya dangkal. Derajat IV dapat meluas
ke dalam otot dan atau struktur yang mendukung (misalnya pada fasia,
Kehilangan jaringan secara penuh dimana dasar luka (wound bed) ditutupi
oleh slough dengan warna kuning, cokelat, abu-abu, hijau, dan atau
jaringan mati (eschar) yang berwarna coklat atau hitam didasar luka.
(mengexpose) dasar luka, kedalaman luka yang benar, dan oleh karena itu
Berubah warna menjadi ungu atau merah pada bagian yang terkena luka
secara terlokalisir atau kulit tetap utuh atau adanya blister (melepuh) yang
berisi darah karena kerusakan yang mendasari jaringan lunak dari tekanan
dan atau adanya gaya geser. Lokasi atau tempat luka mungkin didahului
oleh jaringan yang terasa sakit, tegas, lembek, berisi cairan, hangat atau
pada jaringan dalam mungkin sulit untuk di deteksi pada individu dengan
warna kulit gelap. Perkembangan dapat mencakup blister tipis diatas dasar
luka (wound bed) yang berkulit gelap. Luka mungkin terus berkembang
tertutup oleh eschar yang tipis. Dari derajat dekubitus diatas, dekubitus
namun menurut hasil penelitian saat ini, dekubitus juga dapat berkembang
10
dari jaringan bagian dalam seperti fascia dan otot walapun tanpa adanya
adanya kerusakan pada permukaan kulit. Ini dikenal dengan istilah injury
Manifestasi klinis pada dekubitus untuk pertama kali ditandai dengan kulit
eritema atau kemerahan, terdapat ciri khas bila ditekan dengan jari, tanda eritema
akan lama kembali lagi atau persisten. Kulit mengalami edema, dan temperature di
area kulit meningkat atau bila diraba akan terasa hangat. Tanda pada luka dekubitus
ini akan dapat berkembang, sehingga sampai ke jaringan otot dan tulang
2.1.4 Etiologi
1. Tekanan
dekubitus, jika salah satu bagian tubuh berada pada suatu gradient (titik
terutama jaringa dengan suplai darah yang baik akan bergeser ke arah
2. Kelembaban
dalam serta mengalami gaya geser jaringan yang yang dalam ini akan
3. Gesekan
11
Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan dengan alas tempat
tidur sehingga seakan – akan kulit tertinggal dari area tubuh lainnya.
2.1.5 Patofisiologi
Insiden terbentuknya luka dipengaruhi oleh besar tekanan dan lamanya durasi
Tekanan eksternal terbesar dari pada tekanan dasar kapiler akan menurunkan atau
men ghilangkan aliran darah kedalam jaringan sekitarnya. Jaringan ini menjadi
hipoksia, sehingga terjadi cedera iskemi. Pembuluh darah akan kolaps dan
mengalami thrombosis apabila tekanan eksternal lebih besar dari 32 mmHg dan
tidak dihilangkan dari tempat yang mengalami hipoksia. Tekanan jika dihilangkan
sebelum titik kritis maka sirkulasi pada jaringan akan pulih kembali melalui
besar untuk mentoleransi iskemi dari otot. Dekubitus dimulai ditulang dengan
iskemi otot yang berhubungan dengan tekanan yang ahirnya melebar ke epidermis
(Khoiriyah, 2018)
terjadi saat menaikkan posisi klien di atas tempat tidur. Tumit merupakan area
12
yang palng rentan. Efek tekanan juga dapat ditingkatkan oleh distribusi berat
badan yang tidak merata. Seseorang mendapatkan tekanan konstan pada tubuh dari
secara merata pada tubuh maka gradien tekanan jaringan yang mendapatkan
tekanan kan meningkat dan metabolisme sel kulit di titik tekanan mengalami
13
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada dekubitus III dan IV, walaupun dapat terjadi pada
menjadi 4 yaitu:
1. Infeksi
2. Anemia
3. Hipoalbuminemia
resiko dekubitus.
4. Kematian
14
2.2 KONSEP PENYEMBUHAN LUKA
penyembuhan, dimana dibagi dalam tiga fase utama yaitu fase inflamasi, fase
sebagai berikut:
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau pada saat luka
terjadi hari ke-0 sampai hari ke-3 atau hari ke-5. Terdapat dua
kegiatan utama pada fase ini, yaitu respon vaskuler dan respon
15
2. Fase Proliferasi
Fase proliferasi terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah
yang menutupi luka. Sel pada lapisan ini sangat rentan dan mudah
3. Fase Remodeling
Fase remodeling terjadi pada hari ke-8 hingga satu sampai dua
tahun. Pada fase ini terbentuknya jaringan kolagen pada kulit untuk
Aktifitas yang utama pada fase ini adalah penguatan jaringan bekas
16
Kontraksi sel kolagen dan elastin terjadi sehingga menyebabkan
rasa gatal dan penonjolan epitel di permukaan kulit. Pada fase ini kulit
Menurut Singh et al. dalam Dafianto (2016), perawatan standar untuk ulkus
glikemik, perfusi yang adekuat, perawatan luka lokal dan debridement biasa, off-
yang tepat. Pendidikan kesehatan pada pasien akan membantu dalam mencegah
1. Mencuci Luka
yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh
baik, karena luka akan sembuh jika luka dalam keadaan bersih (Gitarja,
Cairan ini merupakan cairan isotonis, tidak toksik terhadap jaringan, tidak
17
menghambat proses penyembuhan dan tidak menyebabkan reaksi alergi.
2. Debridement
paling efektif dalam membuat dasar luka menjadi baik adalah dengan
adalah suatu cara peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh tubuh
sendiri dengan syarat utama lingkungan luka harus dalam keadaan lembab.
18
(surgical) atau mechanical debridement. Tindakan debridemen lain juga
3. Dressing
Terapi topikal atau bahan balutan topical (luar) atau dikenal juga
dengan istilah dressing adalah bahan yang digunakan secara topical atau
menempel pada permukaan kulit atau tubuh dan tidak digunakan secara
a. Konvensional Dressing
dan biasanya yang dipakai adalah dengan cairan rivanol, larutan betadin
10% yang diencerkan ataupun dengan hanya memakai cairan NaCl 0,9%
sebagai cairan pembersih dan setelah itu dilakukan penutupan pada luka
19
proses epitelisasi dan penyembuhan luka, menggunakan balutan semi
“moist wound healing” hal ini sudah mulai dikenalkan oleh Prof.
dekade ini. Menurut Wijaya (2018) adapun alasan dari teori perawatan
i. Mempercepat fibrinolisi
cepat.
20
iv. Mempercepat pembentukan Growth factor
dini.
yang dipaparkan oleh Kerlyn, yaitu tujuan jangka pendek yang dicapai setiap kali
menggunakan satu atau beberapa jenis terapi topikal, adalah sebagai berikut
(Arisanty, 2019).
g. Menampung eksudat
21
j. Mencegah dan menangani infeksi pada luka.
k. Mengurangi stress yang ditimbulkan oleh luka dengan menutup secara tepat.
kemampuan perawat dalam memilih balutan yang tepat, efektif dan efesien. Bentuk
modern dressing saat ini yang sering dipakai adalah : calcium alginate,
(Wijaya, 2018).
sebagai absorban yang terbuat dari polyurethane dan dapat memberikan tekanan
pada permukaan luka. Polyurethane foam dressing yaitu balutan yang mampu di
lewati udara dan air, kandungan hydrophilinya mampu menyerap eksudat sampai
luka lebih rata terutama keadaan hipergranulasi. Menurut Wijaya, balutan foam
sampai sangat banyak. Fungsi lain dari foam adalah mengurangi tekanan pada luka
22
2.4.2 Indikasi Dan Kontraindikasi Polyurethane Foam Dressing
b) Balutan ini lebih banyak diaplikasikan pada luka yang berair atau basah.
c) Luka yang tidak terdapat cairan karena balutan luka dapat lengket pada dasar
luka.
23
membutuhkan penggunaan dressing sekunder untuk menjaga mereka di
and Team, 2019). Salah satu kerugian dari polyurathane foam adalah potensi
pembalut yang jarang perubahan, yang dapat mengakibatkan trauma geser saat
berpakaian penghapusan (Lee et al., 2016). Kerugian lain adalah bahwa satu
2.4.4 Off-loading
Tujuan dari Off-loading adalah untuk mengurangi tekanan plantar
dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat.
evaluasi.
24
2.6.1 Riwayat luka :
a. Rasa nyeri
saraf.
a Umur
b Dehidrasi :
25
gangguan keseimbangan elektrolit mempengaruhi fungsi
c Status psikologis :
d Status nutrisi :
tertentu.
e Berat badan :
26
mengakibatkan gangguan vaskularisasi ke area luka,
luka.
g Respons imun :
h Radioterapi
i Riwayat alergi :
d Penggunaan antibiotika.
b Pekerjaan pasien.
c Aspek kosmetik.
27
e Pembentukan jaringan parut sebagai konsekuensi dari
kosmetik.
kemungkinan neuropati).
28
g Penilaian terhadap terjadinya kerusakan struktur di bawah luka
untuk mengkaji status luka yang disebabkan karena adanya tekanan dan
berbagai macam sebab. BWAT berisi 13 item untuk menilai ukuran luka,
kedalaman, tepi luka, kerusakan jaringan, jenis jaringan nekrotik, jumlah nekrotik,
granulasi dan jaringan epitelisasi, jenis eksudat dan jumlah, warna kulit sekitar
luka, edema dan indurasi (Harris et al., 2010). Pengkajian BWAT dapat
topikal untuk luka serta menentukan intervensi lebih lanjut (Arisandi et al., 2016).
Apabila luka ulkus dikatakan sembuh (healed), maka item 1, 2, 3, 4 diberi nilai 0.
Item nomor 5 sampai 13 memiliki skor terendah 1, sehingga total skor terendah
adalah 9. Apabila dinyatakan mengalami regenerasi, total skor tertinggi pada ke13
item bernilai 65 dengan masing-masing item diberi nilai Misal: pasien datang
dengan luka lecet, maka item 1, 2, 3, 4 diberi nilai 0, dan item 5 sampai 13 diberi
poin 1, maka total skor yang diperoleh adalah 9, luka dinyatakan mengalami
29
luka sering terdapat beberapa jenis tipe jaringan sekaligus. Keadaan dasar
lunak yang terdiri atas sel-sel mati, berwarna kekuningan dan menutupi
luka. Slough harus dibedakan dari pus, di mana slough tetap menempel
di dasar luka meski diguyur air, sementara pus akan terlarut bersama air
Subandono, 2018).
keperakan atau merah jambu, merupakan epitel yang bermigrasi dari tepi
30
luka, folikel rambut atau kelenjar keringat. Biasanya menutupi jaringan
Subandono, 2018).
contoh jenis dan ukuran dressing untuk luka di abdomen berbeda dengan
Subandono, 2018).
7. Ukuran luka Harus diukur panjang, lebar, lingkar luka, kedalaman luka
dan luas dasar luka, serta perubahan ukuran luka setiap kali pasien datang.
Pergunakan alat ukur yang sama supaya hasil ukuran akurat dan dapat
Subandono, 2018).
8. Tipe dan jumlah eksudat Terlihat pada luka terbuka. Selama penyembuhan
31
banyak (profuse). Biasanya, makin besar ukuran luka, makin banyak
9. Bau Luka diklasifikasikan sebagai tidak tidak berbau, berbau dan sangat
berbau. Bau luka berdampak psikologis sangat hebat bagi pasien. Bau
nekrotik, eksudat dan material toksik dalam luka (pus, debris dan bakteri),
10. Nyeri Rasa nyeri akan membatasi aktifitas, mempengaruhi mood dan
bahwa luka tidak mengalami penyembuhan atau terjadi infeksi pada luka.
11. Tepi luka Tepi luka dapat menyempit atau justru melebar. Dapat
membentuk kavitas, traktus atau sinus. Tepi luka bisa curam, landai,
perubaha bentuk luka. Penting untuk memantau dan mencatat keadaan tepi
Subandono, 2018).
12. Kulit disekitar luka Maserasi kulit di sekitar luka terjadi karena retensi
32
tepat.Kondisi ini dapat menjadi fokus infeksi dan menghambat
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan radiologi
2. Nyeri kronis
3. Resiko infeksi
33
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia atau SLKI (PPNI,
2019), tujuan yang ingin dicapai atau luaran untuk masalah keperawatan gangguan
integritas kulit/jaringan, terdiri dari atas luaran utama dimana setelah melakukan
kulit/jaringan meningkat yang ditandai dengan kriteria hasil: elstisitas, hirasi dan
abnormal, jaringan parut, dan nekrosis menurun; serta suhu, sensasi, tekstur, dan
tujuan utama maka, luaran tambahan yang ingin dicapai adalah penyembuhan luka
meningkat, yang ditandai dengan kriteria hasil: penyatuan kulit, penyatuan tepi
luka, jaringan granulasi, dan pembentukan jaringan parut meningkat; edema pada
sisi luka menurun; peradangan dan nyeri pada luka menurun; drainase/eksudat
menurun; eritema pada kulit sekitar menurun; peningkatan suhu kulit menurun; bau
tidak sedap pada kulit menurun; nekrosis menurun; infeksi menurun. Kemudian
sebagai penunjang pencapaian tujuan utama maka, luaran tambahan lainnya yang
ingin dicapai adalah perfusi perifer meningkat, yang ditandai dengan kriteria hasil:
denyut nadi perifer, penyembuhan luka, sensasi meningkat; warna kulit pucat,
edema perifer, nyeri ekstermitas, parastesia, kelemahan otot, kram otot, bruit
ekstermitas, nekrosis menurun; pengisian kapiler, akral, turgor kulit, tekanan darah
membaik.
dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (PPNI, 2018), dan SLKI
34
yang telah terintegrasi dengan masalah keperawatan (SDKI). Rencana asuhan
keperawatan berdasarkan SIKI dan SLKI secara detail akan ditampilkan dalam
bentuk tabel pada lembar lampiran. Penulis hanya akan menguraikan outcome dan
intervensi secara fokus pada masalah keperawatan utama yaitu gangguan integritas
kulit dan memberikan intervensi utama yaitu perawatan integritas kulit untuk
(drainase, warna, ukuran dan bau), dan monitor tanda-tanda infeksi. Kemudian
edge of the wound atau perkembangan tepi luka) dan prinsip 3M (mencuci luka,
mengangkat jaringan mati dan memilih balutan sesuai dengan luka). Kemudian
balutan dan plester secara perlahan; mencuci luka menggunakan cairan NaCl atau
nekrosis; berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi (jika perlu); kemudian pasang
balutan sesuai jenis luka; dan ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase.
35
tindakan observasi yaitu kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, dan berikan kesempatan bagi pasien dan
keluarga untuk bertanya. Adapun tindakan edukasi yang akan diberikan antara lain
dan keluarga dalam self-assessment seperti cek lesi atau luka dan; anjurkan melapor
jika ada lesi kulit yang tidak biasa; beritahu cara menurunkan tekanan pada plantar
pedis (off-loading)
perawat dapat melakukan observasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau
kali dikenalkan oleh Prof. Vincent Falanga dan Dr. Gary Sibbllad berdasarkan
persiapan dasar luka meliputi empat aspek dalam praktik, yaitu: tissue Management
moist balance (keseimbangan kelembaban), dan edge of the wound (pinggiran luka)
(Wijaya, 2018). Pada luka kronis seperti diabetic foot ulcer terdapat berubahan
dalam manajemen luka yaitu TIME (tissue management atau manajemen jaringan
36
dengan melakukan debridemen, inflammation/infection control atau
dengan pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa dan planning).
Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan
37