FILSAFAT Dewi
FILSAFAT Dewi
FILSAFAT Dewi
PENDAHULUAN
1
manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian dipergunakan orang untuk menolak
atau menerima suatu produk atau hasil pemikiran manusia.
Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan
realitas yang ada.Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam
lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah
lainnya.Disinilah perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang mampu
meletakkan manusia dalam dunianya.Berdasarkan pemaparan tersebut, tampaknya
pemahaman mengenai hakekat kebenaran ilmiah perlu dioptimalkan.Oleh karena
itu makalah yang berjudul “Kebenaran Ilmiah”.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian kebenaran serta jenis-jenis kebenaran.
2. Mengetahui teori-teori kebenaran serca contohnya.
3. Mengetahui dan menerapkan sifat-sifat kebenaran ilmiah.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan penulis yaitu:
1.4.1 Bagi Penulis
Sebagai bahan sekaligus evaluasi penulis dalam pembuatan makalah-
makalah selanjutnya, dan sebagai salah satu metode pembelajaran secara
mandiri maupun kelompok dalam menjalankan proses pembelajaran.
2
1.4.2 Bagi Pembaca
Bagi pembaca makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
maupun wawasan mengenai kebenaran ilmiah sehingga nantinya tidak
akan terjadi miskonsepsi mengenai pengertian maupun hal-hal yang terkait
di dalamnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
c. Pengetahuanfilsafat, yaitujenispengetahuan yang
pendekatannyamelaluimetodologipemikiranfilsafat,
bersifatmendasardanmenyeluruhdengan model pemikirananalitis,
kritis, danspekulatif. Sifatkebenaran yang terkandungadalah absolute-
intersubjektif. Maksudnya nilai kebenaran yang terkandung disini
merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan filsafat dari
seorang pemikir filsafat itu selalu mendapat pembenaran dari filsuf.
d. Kebenaranpengetahuan yang terkandungdalam pengetahuan agama.
Pengetahuan agama bersifatdogmatis yaitu pernyataan dalam suatu
agama selaludihampiriolehkeyakinan
tertentusehinggapernyataandalamkitabsuci agama
memilikinilaikebenaransesuaidengankeyakinan yang
digunakanuntukmemahaminya.
2. Kebenarandikaitkandengansifatataukarakteristikdaribagaimanacaraatauden
ganalatapakahseseorangmembangun pengetahuannya.
Implikasidaripenggunaanalatuntukmemperolehpengetahuanakanmengakib
atkankarakteristikkebenaran yang
dikandungolehpengetahuanakanmemilikicaratertentuuntuk
membuktikannya. Jadijikamembangunpengetahuanmelaluiindera,
makapembuktiannyaharusmelaluiindera pula.
3. Kebenarandikaitkanatasketergantunganterjadinyapengetahuan.
Membangunpengetahuantergantungdarihubunganantarasubjekdanobjek,
manakah yang menjadi domain.Jikasubjek yang berperan,
makajenispengetahuaninimengandungnilaikebenaran yang
bersifatsubjektif.Sebaliknya, jikaobjek yang berperan,
makajenispengetahuannyamengandungnilaikebenaran yang
sifatnyaobjektif.
5
a) Kebenaran Epistemologikal, adalah kebenaran dalam hubungannya
dengan pengetahuan manusia,
b) Kebenaran Ontologikal, adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang
melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan.
c) Kebenaran Semantikal, adalah kebenaran yang terdapat serta melekat
di dalam tutur kata dan bahasa.
6
Sehingga dari pendapat-pendapat tersebut bisa disimpulkan teori
kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal atau paling tua
yang berasal dari filsafat aristoteles yang menyatakan bahwa segala yang kita
ketahui mesti kembali pada kenyataan atau subjeknya. Atau bisa dikatakan jika
pengetahuan itu memiliki nilai benar ketika pengetahuan itu sendiri memiliki
kesesuaian dengan kenyataan yang diketahuinya.Contoh teori kebenaran
korespondensi adalah “Ibukota Negara Indonesia adalah Jakarta”.Pernyataan
tersebut memang sesuai dengan kenyataan.
7
secara langsung dengan objektifnya karena sudah berlangsung.Maka untuk
membuktikannya bisa dilakukan dengan pernyataan-pernyataan tentang fakta
dalam sejarah, atau dengan mengonfirmasikan kepada orang-orang yang
mengalami langsung atau mengetahui tentang fakta tersebut.
8
elektron yang bermuatan negatif.Sampai dengan teori Bohr yang menyatakan
bahwa setiap tingkatan elektron memiliki spektrum energi berbeda.Sampai dengan
model atom pada abad ke 20, dimana setiap elektron dan proton terdiri dari 3 butir
partikel yaitu quark.
Perkembangan teori atom menunjukkan suatu pengetahuan akan berubah
sesuai perubahan dari pengalaman yang berupa kebenaran yang diperoleh pada
saat percobaan di laboratorium.
9
kebenaran semantik ada beberapa sikap yang dapat mengakibatkan proporsi itu
mempunyai arti yang esotrik, arbitrer, atau hanya mempunyai arti sejauh
hubungan dengan nilai praktis dari subjek yang menggunakannya. Adapun sikap-
sikap dalam teori ini adalah:
a. Sikap epistemologis skeptik merupakan sikap kebimbangan taktis atau
sikap keragu-raguan untuk menghilangkan rasa ragu dalam memperoleh
pengetahuan. Dengan sikap yang demikian dimaksud untuk mencapai
`makna yang esoterik, yaitu makna yang benar-benar pasti yang dikandung
olehs uatu pernyataan.
b. Sikap epistomologis yakin dan ideologis adalah bahwa proporsi itu
memiliki arti yang bersif atbitrer, sewenang-wenang, atau kabur, serta
tidak memiliki sifat pasti. Apabila mencapai kepastian, kepercayaan
tersebut hanyalah berdasarkan kepercayaan yang ada pada dirinya sendiri.
c. Sikap epistemologis pragmatis adalah makna darisuatu pernyataan yang
sangat tergantung dan berdasarkan pada nilai guna dan nilai praktis dari
pemakaian proporsi. Akibat semantisnya adalah kepastian yang terletak
padasubjek yang menggunakan proporsi itu.
10
Teori ini dikembangkan oleh kaum Positivistik yang diawali oleh Ayer.
Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini adalah bahwa problema kebenaran
hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya merupakan suatu
pemborosan, karena pada dasarnya apa, pernyataan, yang hendak dibuktikan
kebenarannya memiliki derajat logik yang sama yang masing-masing saling
melingkupinya. Dengan demikian, sesungguhnya setiap proposisi yang bersifat
logik dengan menunjukkan bahwa proposisi itu mempunyai isi yang sama,
memberikan informasi yang sama dan semua orang sepakat, maka apabila kita
membuktikannya lagi hal yang demikian itu hanya merupakan bentuk logis yang
berlebihan.
Hal yang demikian itu sesungguhnya karena suatu pernyataan yang
hendak dibuktikan nilai kebenarannya sesungguhnya telah merupakan fakta atau
data yang telah memiliki evidensi, artinya bahwa objek pengetahuan itu sendiri
telah menunjukkan kejelasan dalam dirinya sendiri (Gallagher, 1984). Misalnya
suatu lingkaran adalah bulat, ini telah memberikan kejelasan dalam pernyataan itu
sendiri tidak perlu diterangkan lagi, karena pada dasarnya lingkaran adalah suatu
yang terdiri dari rangkaian titik yang jaraknya sama dari satu titik tertentu,
sehingga berupa garis yang bulat.
11
subjek.Kenyataan yang dimaskud adalah kenyataan yang berupa suatu yang dapat
dipakai acuan atau kenyataan yang pada mulanya merupakan objek dalam
pembentukan pengetahuan ilmiah itu.
Mengacu pada ontologis objek, maka pada dasarnya kebenaran dalam ilmu
digolongkan dalam dua jenis teori, yaitu teori kebenaran korespondensi dan teori
kebenaran koherensi.Ilmu-ilmu kealaman pada umumnya menuntut kebenaran
korespodensi karena fakta-fakta objektif sangat dituntut dalam pembuktian
terhadap setiap proposisi atau pernyataan (statement).(Koentowibisono, dkk,
1997:90).
Kebenaran ilmiah memiliki tiga sifat dasar, yaitu:
1. Struktur yang rasional-logis,
2. Isi empiris,
3. Dapat diterapkan (pragmatis).
Kebenaran ilmiah yang rasional-logis, adalah kebenaran yang dicapai
berdasarkan kesimpulan yang logis dan rasional dari proposisi tertentu.Proposisi
yang menjadi kesimpulan dan dianggap benar dapat diperoleh secara deduksi dan
induksi.Secara deduksi dimana kesimpulan diperoleh sebagai konsekuensi logis
dari proposisi tertentu yang dianggap benar. Secara induksi berarti yang dilakukan
adalah suatu proses generalisasi yang mengungkapkan hubungan tertentu di antara
berbagai fakta yang telah ditemukan.
Sifat empiris dari kebenaran ilmiah mengatakan bahwa, kebenaran ilmiah
perlu diuji dengan kenyataan yang ada.Bahkan sebagian besar pengetahuan dan
kebenaran ilmiah berkaitan dengan kenyataan empiris dalam dunia ini.
Sifat pragmatis menghubungkan kedua kebenaran antara rasional-logis,
dan empiris.Kalau pernyataan dianggap benar secara logis dan empiris,
pernyataan tersebut juga harus berguna dalam membantu memecahkan berbagai
persoalan dalam hidup manusia.
Immanual Kant (dalam Keraf, 2001) menyatakan kebenaran empiris dan
kebenaran logis sangat penting dalam melahirkan pengetahuan manusia.
Kebenaran logis diperoleh dari penalaran dengan akal budi, sedangkan kebenaran
empiris diperoleh melalui pengamatan dengan panca indra. Karena sering suatu
pernyataan sangat benar dari segi logis tetapi tidak di dukung oleh fakta, kadang
12
pula sebaliknya pernyataan yang didukung fakta sering tidak dapat dijelaskan
secara masuk akal.Jadi kebenaran ilmiah haruslah memenuhi kedua kreteria baik
secara empiris maupun rasional.
Karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat,
hubungan, dan nilai itu sendiri, maka setiap subjek yang memiliki pengetahuan
akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda satu dengan yang
lainnya, dan disitulah terlihat sifat-sifat dari kebenaran.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun kesimpulan dari pemaparan pembahasan mengenai masalah-
masalah kenenaran adalah sebagai berikut:
a. Kebenaran merupakan suatu pernyataan yang sesuai dengan kenyataan
dan dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kebenaran dapat dibagi dalam tiga jenis menurut telaah dalam
filsafat ilmu, yaitu:
- Kebenaran Epistemologikal, adalah kebenaran dalam hubungannya
dengan pengetahuan manusia,
- Kebenaran Ontologikal, adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang
melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan.
- Kebenaran Semantikal, adalah kebenaran yang terdapat serta
melekat di dalam tutur kata dan bahasa.
b. Teori kebenaran yang telah melembaga adalah sebagai berikut
- Teori Kebenaran Korespondensi
- Teori Kebenaran Koherensi
- Teori Kebenaran Pragmatis
- Teori Kebenaran Sintaksis
- Teori Kebenaran Simantis
- TeoriKebenaran Non-Deskripsi
c. Kebenaran ilmiah memiliki tiga sifat dasar, yaitu:
- Struktur yang rasional-logis
- Isi empiris
- Dapat diterapkan (pragmatis)
3.2 Saran
14
Saran yang dapat penulis berikan dari pembahasan mengenai masalah-
masalah kebenaran adalah sebagai mahasiswa sudah sepatutnya mengetahui
tentang kebenaran ilmu, serta menerapkan sifat-sifat suatu kebenaran ilmiah.
15