Makalah Filsafat
Makalah Filsafat
Makalah Filsafat
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara
ditempuhuntuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio
seperti pararasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-
pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat
penalaran rasional,kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat
dimengerti.
Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam
adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan
fenomena itu muncul.
Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam
atau simplifikasi atas fenomena tersebut. Struktur pengetahuan manusia
menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam halmenangkap kebenaran. Setiap
tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran
yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam
struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan
rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara
tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada
pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus
dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada
tingkat pengetahuan rasional
ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan
jelas.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang hendak dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1
3. Apa itu sifat kebenaran ilmiah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebenaran
3
ungkapannya “cagito ergo sum” yang dalam bahasa inggris diartikan sebagai
“I think therefore I am” (saya berpikir maka saya ada). Pada prinsip dasar yang
demikian inilah dia berpikir bahwa semua kebenaran dapat dikenal karna adanya
kejelasan dan kepastian yang dihasilkan oleh kemampuan berpikir itu sendiri.1
B. Teori-Teori Kebenaran
Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni
kebenaran ilmiah. Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidak
semua halitu langsung kita golongkan sebagai ilmu pengetahuan.2
Hanya pengetahuan tertentu, yang diperoleh dari kegiatan ilmiah, dengan
metode yang sistematis,melalui penelitian, analisis dan pengujian data secara
ilmiah, yang dapat kit sebutsebagai ilmu pengetahuan. Dalam sejarah filsafat,
terdapat beberapa teori tentangkebenaran, antara lain :
1. Teori Kebenaran Korespondensi (Teori persesuaian)
Ujian kebenaran yang dinamakan teori korespondensi adalah
palingditerima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran
adalahkesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran
adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau
antara pertimbangan (judgement) dan situasi pertimbangan itu berusaha untuk
melukiskan, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau
pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu.3
Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori
korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut.4
1
Suparlan Suhartono, Ph, D, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2005),
hal. 81-84
2
Sonny, Ilmu Pengetahuan : sebuah tinjauan filosofis (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 73.
3
H. M. Rasyidi, Persoalan-persoalan Filsafat (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 237.
4
Jujun S Sumiasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1990), 57.
4
2. Teori Kebenaran Konsistensi/Koherensi (Teori keteguhan)
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar.5 Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu
bersifatkonsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya,
yaitu yang koheren menurut logika. Misalnya, bila kita menganggap bahwa
“semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka
pernyataan bahwa “si Hasan seorang manusia dan si Hasan pasti akan mati”
adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan
yang pertama.
3. Teori Pragmatik
5
Sumiasumantri, 55.
6
Sumiasumantri, 57.
7
Persoalan-persoalan Filsafat, 241.
8
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat II (Yogyakarta: Kanisius, 1980), 130.
5
C. Sifat Kebenaran Ilmiah
6
kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan filsafat adalah absolut,
maksudnya nilai kebenaran yang terkandung jenis pengetahuan filsafat
yang selalu melekat pada pandangan seorang pemikir filsafat itu atau
selalu mendapat pembenaran dari filsuf kemudian menggunakan
metodologi pemikiran yang sama pula.
4. Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama,
memiliki sifat dogmatis artinya pernyataan dalam suatu agama selalu
dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan dalam
kitab suci dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya.10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
10
Porf. Dr. Idzam Fautanu, MA, Filsafat Ilmu Teori & Aplikasi, (Ciputat: Anggota IKAPI, 2012),
hal. 104
7
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objek bisa juga
diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang sesuai dengan (atau tidak
ditolak oleh) orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Dan kebenaran tersebut
telah terbagi menjadi 3 bagian yaitu, teori kebenaran korespondensi, teori
kebenaran kohersi dan teori pragmatik.
B. SARAN
Berdasarkan makalah diatas, perlu adanya koreksi dan penambahan materi
dari semuanya karena makalah ini masih banyak kekurangan didalamnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat. Aamin.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. A. Susanto, M.Pd. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017.
Harun Hadiwijono. Sari Sejarah Filsafat Barat II. Yogyakarta: Kanisius, 1980.
8
Prof. Dr. Idzam Fautanu, MA. Filsafat Ilmu Teori & Aplikasi, Ciputat: Anggota
IKAPI, 2012.