makalah kel 3 Sakinah LMAI-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

“HADIST-HADIS TENTANG DOSA BESAR DAN HAL YANG

MEMBATALKAN IMAN”

Makalah Hadis Tematik Akidah Akhlak

(Makalah ini sebagai Syarat Memenuhi Tugas Hadis Tematik Akidah Akhlak)

Kelompok 3

Putri Sakinaturrohmah 2330301021

Yeni Puspita Sari 2230301029

Dosen Pengampu:

Inong Satriadi

Desri Nengsih, Lc., M.A

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Hadist-Hadist Tentang Dosa
Besar dan Hal yang Membatalkan Iman” untuk memenuhi tugas kelompok kami. Shalawat
serta salam kami curahkan kepada nabi Muhammad SAW pembawa rahmat seluruh alam.
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan kepada pembaca untuk menjadi
referensi kedepannya. Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan terimakasih atas segala pihak yang
membantu.

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Melalui kata
pengantar ini penulis meminta maaf apabila isi makalah ini ada kekurangan dan ada
tulisan yang penulis buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini,
pemakalah persembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan semoga Allah
SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Batusangkar, 1 Oktober 2024

Pemakalah
PENDAHULUAN

Perkataan dosa besar berasal dari bahasa Sangsakerta, yang dalam bahasa Arabnya
disebut az-zanbu, al-ismu atau al-jurmu. Yang menurut istilah para fuqaha, dosa adalah
akibat tidak melaksanakan perintah Allah Swt yang hukumnya wajib, dan mengerjakan
larangan Allah yang hukumnya haram. Para fuqaha sepakat bahwa dosa besar adalah dosa
yang pelakunya diancam dengan hukuman dunia, azab di akhirat dan dilaknat oleh Allah
Swt dan Rasulullah Saw. Kata iman merupakan bentuk kata yang tidak harus ditafsirkan
kecuali sesuai dengan penafsiran yang dikehendaki oleh Allah dan rasul-Nya. Apabila
diperhatikan penggunaan kata iman dalam al-Qur’an, maka akan di dapati kata iman dalam
dua pengerian dasar, yaitu; iman dalam pengertian membenarkan (tasdiq), dan iman dalam
pengertian amal atau beriltizam dengan amal.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Tidak akan luput dari masalah dan
dosa. Besar kemungkinan masalah-masalah ini sebab tidak kuatnya seseorang dalam
menahan hawa nafsu, terutama nafsu yang mengajak kepada kesesatan. Setiap salah
ataupun dosa pasti akan menjadi tanggungan bagi si pelakunya baik di dunia maupun di
akhirat kelak., karena setiap perbuatan dosa pasti akan mendapatkan balasan. Sekecil
apapun perbuatan dosa pasti akan di pertanggung jawabkan terlebih lagi perbuatan yang
termasuk dalam perbuatan dosa besar. Makalah ini bertujuan untuk memahami dan
menganalisis konsep dosa besar dan hal yang membatalkan iman dalam Islam melalui
hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Dosa besar dalam Islam merupakan perbuatan yang
sangat berat dan dapat membinasakan manusia, sehingga perlu dipahami dengan baik
untuk menjaga keimanan dan amal shaleh.
PEMBAHASAN

A. Macam-macam dosa besar


1. Hadist dan Terjemahan

‫َحَّدَثَنا َعْبُد اْلَع ِز يِز ْبُن َعْبِد الَّلِه َحَّدَثَنا ُس َلْيَم اُن َعْن َث ْو ِر‬
‫ْبِن َز ْيٍد َعْن َأِبي اْلَغ ْيِث َعْن َأِبي ُه َر ْيَر َة َعْن الَّنِبِّي َص َّلى‬
‫الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َق اَل اْج َتِنُبوا الَّس ْبَع اْلُم وِبَق اِت َق اُلوا َيا‬
‫َر ُس وَل الَّلِه َو َم ا ُه َّن َق اَل الِّش ْر ُك ِبالَّلِه َو الِّس ْح ُر َو َق ْت ُل‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫الَّنْف ِس اَّلِتي َح َّر َم الَّلُه ِإاَّل ِباْلَح ِّق َو ْكُل الِّر َبا َو ْكُل َم اِل‬
‫اْلَيِتيِم َو الَّت َو ِّلي َي ْو َم الَّز ْح ِف َو َق ْذُف اْلُم ْح َص َناِت‬
)‫اْلُم ْؤ ِمَناِت اْلَغاِف اَل ِت (رواه البخاري‬
Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Abdullah, telah menceritakan
kepada kami Sulaiman dari Tsaur bin Zaid dari Abul Ghaits dari Abu Hurairah dari
Nabi Saw. bersabda, "Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan." Para sahabat
bertanya, 'Ya Rasulullah, apa saja tujuh dosa besar yang membinasakan itu?' Nabi
menjawab, "Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan
tanpa alasan yang benar, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan
perang, dan menuduh wanita mukmin baik-baik melakukan perzinaan." (HR.
Bukhariy)
2. Asbabul Wurud
Berdasarkan penelusuran penulis lakukan, belum menemukan asbabul wurud
dari hadist tersebut.
3. Syarh Hadis: Syarh an-Nawawiy ‘ala Shahih Muslim (Juz 1 Hal 192)

) ‫ ( َو َبَق الَّر ُج ل‬: ‫( اْلُم وِبَق ات ) َف ِه َي اْلُمْه ِلَكات ُيَق ال‬


‫ َو ( ُوِبَق ) ِبَض ِّم اْلَو او‬، ‫ِبَف ْتِح اْلَباء ( َو َيِبَق ) ِبَكْس ِر َه ا‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َو ( ْو َبَق ) َغْيره ْي‬. ‫ ِإَذا َه َلَك‬: ) ‫َو َكْس ر اْلَباء ( ُيوِبق‬
) ‫َو َأَّم ا ( اْلُم ْح َص َنات اْلَغاِف اَل ت‬. ‫َأْه َلَكُه‬
‫ َق َأ‬: ‫ع‬
‫َر‬ ‫َف ِبَكْس ِر الَّص اد َو َف ْتحَه ا ِق َر اَءَت اِن ِف ي الَّس ْب‬
‫ َو اْلُم َر اد‬، ‫ َو اْلَب اُق وَن ِب اْلَف ْتِح‬، ‫اْلِكَس اِئُّي ِباْلَكْس ِر‬
‫ َوِباْلَغ اِف اَل ِت اْلَغ اِف اَل ت َعْن‬، ‫ِباْلُم ْح َص َناِت ُهَنا اْلَع َف اِئف‬
‫ َو َق ْد َوَر َد اِإْلْح َص ان ِف ي‬. ‫ َو َم ا ُق ِذْف َن ِب ِه‬، ‫اْلَف َو اِح ش‬
، ‫ َو اِإْلْس اَل م‬، ‫ اْلِع َّف ة‬: ‫الَّش ْر ع َعَلى َخ ْمَس ة َأْق َس ام‬
‫ َو َق ْد َبَّيْنت َم َو اِطنه‬. ‫ َو اْلُح ِّر َّي ة‬، ‫ َو الَّت ْز ِو يج‬، ‫َو الِّنَك اح‬
‫َو َش َر اِئطه َو َش َو اِه ده ِف ي ِكَت اب َتْه ِذيب اَأْلْس َم اء‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َو َّم ا َعُّدُه َص َّلى الَّله َعَلْيِه َو َس َّلَم‬. ‫َو الُّلَغات َو َالَّله ْعَلم‬
‫الَّتَو ِّلي َيْو م الَّز ْح ف ِم ْن اْلَكَباِئر َف َدِليل َص ِر يح ِلَم ْذَه ِب‬
‫اْلُع َلَم اء َكاَّف ة ِف ي َكْو ِنِه َكِبيَر ة ِإاَّل َم ا ُحِكَي َعْن اْلَح َس ن‬
. ‫ َلْيَس ُه َو ِم ْن اْلَكَب اِئر‬: ‫اْلَبْص ِر ِّي َر ِح َمُه الَّله َأَّنُه َق اَل‬
‫ َو اآْل َية اْلَكِر يَم ة ِف ي َذِل َك ِإَّنَم ا َوَر َدْت ِف ي َأْه ل‬: ‫َق اَل‬
. ‫ َو الَّصَو اب َم ا َق اَلُه اْلَج َم اِه ير َأَّنُه َعاٌّم َباٍق‬. ‫َبْدٍر َخاَّص ًة‬

‫َو َالَّله َأْعَلم‬


Perkara-perkara yang membinasakan itu dapat menyebabkan dosa besar.
Sebagaimana makna kata al mubiqot ini berarti perkara-perkara yang
membinasakan. Oleh karena itu, jagalah diri ini dari hal yang mebinasakan
sehingga menyebabkan kita melakukan dosa besar. Adapun golongan yang
termasuk golongan ini yaitu Pertama, Menuduh wanita mukmin yang baik-baik
melakukan perzinaan. Dalam hadist ini Al muhshanat al-ghafilat yang dimaksu
adalah wanita yang menjaga kehormatan (iffah) dan mereka tidak mengetahui
perbuatan keji apa yang dituduhkan kepada mereka. Kedua, lari dari medan
perang termasuk dosa besar. Hal ini berlaku hanya untuk orang yang melakukan
perang badar sebagaimana yang dipaparkan oleh Hasan Al-Bashari. Namun
pendapat yang benar sebagaimana mayoritas ulama menyebutkan bahwa hukum
ini berlaku untuk umum. Allah lebih mengetahui.

‫َو َأَّم ا َعُّدُه َص َّلى الَّله َعَلْي ِه َو َس َّلَم الِّس ْح ر ِم ْن اْلَكَب اِئر‬
‫ َو َم ْذَه ب‬. ‫َف ُه َو َدِليٌل ِلَم ْذَه ِبَنا الَّص ِح يح اْلَم ْش ُه ور‬
‫اْلَج َم اِه ير َأَّن الِّس ْح ر َح َر ام ِم ْن اْلَكَب اِئر ِف ْع له َو َتَع ُّلمه‬
‫َأ‬
‫ ِإَّن َتَعُّلمه َلْيَس‬: ‫ َو َق اَل َبْع ض ْص َح ابَنا‬. ‫َو َتْع ِليمه‬
‫ َبْل َيُج وز ِلُيْع َر ف َو ُيَر ّد َعَلى َص اِح به َو ُيَم َّيز َعْن‬، ‫ِبَح َر اٍم‬
‫ َو َه َذا اْلَق اِئ ُل ُيْم ِكنُه َأْن َيْحِم ل‬: ‫اْلَكَر اَم ة ِلَأْلْو ِلَي اِء‬

. ‫ َو َالَّله َأْعَلم‬. ‫اْلَحِديث َعَلى ِف ْع ل الِّس ْح ر‬


Selanjutnya yang Ketiga adalah Sihir. itu adalah dalil yang kuat sesuai
dengan mazhab kami yang shahih dan terkenal. Mazhab mayoritas ulama
menyatakan bahwa sihir itu haram, baik pelaksanaannya, mempelajarinya,
maupun mengajarkannya. Beberapa sahabat kami mengatakan bahwa
mempelajari sihir tidaklah haram, tetapi diperbolehkan agar sihir tersebut dapat
dikenali dan dilawan, serta dibedakan dari karamah bagi para wali Allah. Orang
yang berpendapat demikian menjadikan hadits tersebutsebagai alasan mereka
dalam melakukan sihir. Allah lebih mengetahui.

‫َو َعْن َعْبد الَّله ْبن َعْم رو َر ِض َي الَّله َعْنُهَم ا َأَّن َر ُس ول‬
‫ ( ِم ْن اْلَكَب اِئر َش ْتم‬: ‫الَّله َص َّلى الَّله َعَلْيِه َو َس َّلَم َق اَل‬
‫َر ُس ول الَّله َو َه ْل َيْش ُتم الَّر ُج ل‬ ‫الَّر ُج ل َو اِلَدْيِه َق اُلوا َيا‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َبا الَّر ُج ل َف َيُس ّب َب اُه َو َيُس ّب‬ ‫َو اِلَدْيِه َق اَل َنَع ْم َيُس ّب‬
( : ‫َق ْو له َص َّلى الَّله َعَلْيِه َو َس َّلَم‬ ‫َأَّم ا‬. ) ‫ُأّم ه َف َيُس ّب ُأّم ه‬
‫ِم ْن اْلَكَب اِئر َش ْتم الَّر ُج ل َو اِلَدْي ِه ) ِإَلى آِخ ره َف ِف يِه‬
‫َدِليل َعَلى َأَّن َمْن َتَس َّبَب ِف ي َش ْي ٍء َج اَز َأْن ُيْنَس ب‬
‫ َو ِإَّنَم ا َجَع َل َه َذا ُعُق وًق ا ِلَكْو ِن ِه‬، ‫ِإَلْي ِه َذِل َك الَّش ْي ء‬
‫َيْح ُص ل ِمْنُه َم ا َيَتَأَّذى ِبِه اْلَو اِلد َتَأِّذًيا َلْيَس ِب اْلَه ِّيِن َكَم ا‬
‫َو ِف يِه َق ْط ع‬. ‫ َو َالَّل ه َأْعَلم‬. ‫َتَق َّدَم ِف ي َح ِّد اْلُع ُق وِق‬
‫الَّذَر اِئع َف ُيْؤ َخذ ِمْنُه الَّنْه ُي َعْن َبْيع اْلَعِص ير ِم َّمْن َيَّتِخ ذ‬
. ‫ َو َنْح و َذِل َك‬، ‫ َو الِّس اَل ح ِم َّمْن َيْق َطع الَّطِر ي ق‬، ‫اْلَخ ْم ر‬
‫َأ‬
‫َو َالَّلُه ْعَلُم‬
Dan diriwayatkan dari Abdullah bin Amr R.A bahwa Rasullah SAW
bersabda “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci kedua orang tuanya.”
Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah mungkin seseorang mencaci
kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ya, seseorang mencaci orang tua orang
lain, berarti orang lain itu mencaci oarng tuanya.” Sebagaimana Rasullah SAW
bersabda: “Termasuk dosa besar seseorang mencaci kedua orang tuanya.” Hal ini
dianggap sebagai bentuk durhaka karena tindakan tersebut menyebabkan orang
tua tersakiti dengan rasa sakit yang tidak ringan, sebagaimana telah dijelaskan
dalam batasan kedurhakaan. Dan Allah lebih mengetahui. Dari hadits ini juga
terdapat prinsip menutup jalan menuju kejahatan, sehingga dapat diambil
pelajaran larangan menjual anggur kepada orang yang akan menjadikannya
sebagai khamar (minuman keras), dan menjual senjata kepada orang yang akan
menggunakannya untuk merampok, serta hal-hal serupa. Dan Allah lebih
mengetahui.

: ‫َق اَل اِإْلَم ام َأُبو اْلَح َس ن اْلَو اِح ِدُّي اْلُم َف ِّس ر َو َغْي ره‬.
‫ َبْل َوَر َد الَّش ْر ع‬، ‫الَّص ِح يح َأَّن َحّد اْلَكِبيَر ة َغْير َم ْع ُر وف‬
‫ َو َأْنَو اٍع ِبَأَّنَه ا‬، ‫ِبَوْص ِف َأْنَو اٍع ِم ْن اْلَم َع اِص ي ِبَأَّنَه ا َكَباِئر‬
‫ َو َأْنَو اع َلْم ُتوَص ف َو ِه َي ُم ْش َتِم َلة َعَلى َص َغاِئر‬، ‫َص َغاِئر‬
‫ َو اْلِح ْكَم ة ِف ي َع َدم َبَيانَه ا َأْن َيُك ون اْلَعْب د‬، ‫َو َكَب اِئر‬
. ‫ُمْم َتِنًع ا ِم ْن َجِم يعَه ا َم َخاَف ة َأْن َيُك ون ِم ْن اْلَكَب اِئر‬
‫ َو َس اَعة َي ْو م‬، ‫ َو َه َذا َش ِبيه ِبِإْخ َف اِء َلْيَلة اْلَق ْدر‬: ‫َق اُلوا‬
‫ َو اْس م الَّل ه‬، ‫ َو َس اَعة ِإَج اَبة الُّدَعاء ِم ْن الَّلْيل‬، ‫اْلُج ُم َع ة‬
. ‫ َو َالَّله َأْعَلم‬. ‫ َو َنْح و َذِلَك ِم َّم ا ُأْخ ِف َي‬، ‫اَأْلْعَظم‬
Imam Abu al-Hasan al-Wāhidī al-Mufassir dan yang lainnya berkata:
Pendapat yang benar adalah bahwa batasan dosa besar tidak dikenal. Namun,
syariat telah menjelaskan beberapa jenis maksiat yang dianggap sebagai dosa
besar dan beberapa lainnya sebagai dosa kecil. Ada juga jenis-jenis dosa yang
tidak disebutkan secara spesifik, tetapi terkandung di dalamnya dosa kecil dan
dosa besar. Hikmah tidak dijelaskannya batasan dosa besar adalah agar seorang
hamba menjauhi semuanya karena takut bahwa perbuatan itu termasuk dosa
besar. Mereka juga mengatakan bahwa ini mirip dengan disembunyikannya
Lailatul Qadr, waktu mustajab pada hari Jumat, waktu mustajab dalam berdoa di
malam hari, dan nama Allah yang Agung (Ism Allah al-A'zham), serta hal-hal lain
yang disembunyikan. Dan Allah lebih mengetahui.

‫ َو اِإْلْص َر ار َعَلى الَّص ِغيَر ة‬: ‫َق اَل اْلُعَلَم اء َر ِح َمُهْم الَّل ه‬
‫ َو اْبن َعَّب اس‬، ‫ َوُر ِو َي َعْن ُعَم ر‬. ‫َيْجَع لَه ا َكِب يَر ة‬
‫ اَل َكِبيَر ة َم َع ِاْس ِتْغ َف اٍر َو اَل‬: ‫َو َغْيرهَم ا َر ِض َي الَّله َعْنُهْم‬
‫َأ‬
‫َص ِغ يَر ة َم َع ِإْصَر ار َم ْع َناُه َّن اْلَكِبيَر ة ُتْم َح ى ِبااِل ْس ِتْغ َف اِر‬
‫ َق اَل الَّش ْيخ َأُب و‬. ‫ َو الَّص ِغ يَر ة َتِص ير َكِبيَر ة ِباِإْلْص َر اِر‬،
‫ ُه َو َأْن َتَتَك َّر ر‬: ‫ُم َح َّم د ْبن َعْبد الَّس اَل م ِف ي َحِّد اِإْلْصَر ار‬
‫ِمْنُه الَّص ِغ يَر ة َتْكَر اًر ا ُيْش ِع ر ِبِق َّلِة ُم َبااَل ته ِبِديِن ِه ِإْش َع ار‬
‫ َو َك َذِلَك ِإَذا ِاْج َتَم َعْت‬: ‫ َق اَل‬. ‫ِاْر ِتَك اب اْلَكِب يَر ة ِب َذلك‬
‫َص َغاِئر ُم ْخ َتِلَف ُة اَأْلْن َو اع ِبَحْيُث ُيْش ِع ر َم ْج ُم وُعَه ا ِبَم ا‬
‫ َو َق اَل الَّش ْيخ َأُب و َعْم رو ْبن‬. ‫ُيْش ِع ر ِبِه َأْص َغر اْلَكَباِئر‬
‫ اْلُم ِص ُّر َمْن َتَلَّبَس ِم ْن َأْض َداد‬: ‫الَّص اَل ح َر ِح َم ُه الَّل ه‬
‫الَّتْو َبة ِباْس ِم اْلَعْز م َعَلى اْلُم َع اَو َدة َأْو ِباْس ِتَداَم ِة اْلِف ْع ل‬
‫ِبَحْيُث َيْدُخل ِبِه َذْنُبُه ِف ي َحِّيز َم ا ُيْطَلق َعَلْي ِه اْلَوْص ف‬
‫ َو َلْيَس ِلَز َم اِن َذِل َك َو َع َدده‬. ‫ِبَص ْيُر وَر ِتِه َكِبيًر ا َعِظيًم ا‬
. ‫ َو َالَّله َأْعَلم‬. ‫َح ْصٌر‬
Para ulama rahimahumullah berkata: Bersikeras dalam melakukan dosa
kecil dapat menjadikannya sebagai dosa besar. Diriwayatkan dari Umar, Ibnu
Abbas, dan lainnya radhiyallahu 'anhum: “Tidak ada dosa besar dengan adanya
istighfar (meminta ampun), dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan dengan terus-
menerus.” Artinya, dosa besar akan dihapus dengan istighfar, sedangkan dosa
kecil dapat menjadi dosa besar jika dilakukan terus-menerus. Syekh Abu
Muhammad bin Abd al-Salam menjelaskan bahwa batasan bersikeras (terhadap
dosa kecil) adalah jika seseorang mengulang dosa kecil tersebut berulang kali,
yang menunjukkan kurangnya perhatian terhadap agamanya, seperti halnya orang
yang melakukan dosa besar. Ia juga mengatakan bahwa jika berbagai dosa kecil
dilakukan dengan beragam jenis hingga menjadi banyak, maka hal itu memiliki
dampak yang sama dengan dosa besar. Syekh Abu Amr bin al-Shalah
rahimahullah berkata: Orang yang bersikeras (melakukan dosa kecil) adalah orang
yang terlibat dalam kebalikan dari tobat, dengan berniat untuk mengulanginya
atau terus melakukan dosa tersebut, sehingga dosanya termasuk dalam kategori
dosa besar yang berat. Tidak ada batas waktu tertentu atau jumlah yang pasti
untuk hal tersebut. Dan Allah lebih mengetahui.

Kesimpulan:
Jika berbagai dosa kecil dilakukan dengan beragam jenis hingga menjadi
banyak, maka hal itu memiliki dampak yang sama dengan dosa besar. Seseorang
mengulang dosa kecil tersebut berulang kali, yang menunjukkan kurangnya
perhatian terhadap agamanya, seperti halnya orang yang melakukan dosa besar.
Dosa besar akan dihapus dengan istighfar, sedangkan dosa kecil dapat menjadi
dosa besar jika dilakukan terus-menerus.

4. Ayat Al-Qur’an yang terkait


Hadis diatas berisi tentang tujuh dosa besar yang harus dihindari oleh umat
Islam. Ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan isi hadis tersebut dapat
ditemukan dalam beberapa ayat. Berikut beberapa ayat yang berkaitan dengan
hadis tersebut.
a. Syirik (menyekutukan Allah), Surat An-Nisa' ayat 48:

‫ِإَّن الَّلَه اَل َيْغ ِف ُر َأْن ُيْش َر َك ِبِه َو َيْغ ِف ُر َم ا ُدوَن َٰذِلَك‬
‫ِلَمْن َيَش اُء َو َمْن ُيْش ِر ْك ِبالَّلِه َفَق ِد اْف َتَر ٰى ِإْثًم ا َعِظيًم ا‬
Artinya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisa: 48)
b. Sihir, Surat Al-Baqarah ayat 102:

‫َو اَّتَبُع وا َم ا َتْتُلوا الَّش َياِطيُن َعَلٰى ُم ْلِك ُس َلْيَم اَن َو َم ا‬


‫َكَف َر ُس َلْيَم اُن َو َٰلِكَّن الَّش َياِطيَن َكَف ُر وا ُيَعِّلُم وَن‬
‫ُأ‬
‫الَّناَس الِّس ْح َر َو َم ا ْنِز َل َعَلى اْلَم َلَكْيِن ِبَباِبَل َه اُر وَت‬
‫َو َم اُر وَت‬
Artinya:
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan
itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada
manusia..." (Al-Baqarah:102)
c. Membunuh jiwa yang diharamkan kecuali dengan hak, surat Al-Isra' ayat
33:

‫َو اَل َتْق ُتُلوا الَّنْف َس اَّلِتي َح َّر َم الَّلُه ِإاَّل ِباْلَح ِّق َو َمْن‬
‫ُق ِتَل َم ْظُلوًم ا َفَق ْد َجَعْلَنا ِلَو ِلِّيِه ُس ْلَطاًنا َف اَل ُيْس ِر ْف‬
‫ِف ي اْلَق ْتِل ِإَّنُه َكاَن َم ْنُص وًر ا‬

Artinya:
"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan sesuatu (alasan) yang benar..." (Al-Isra':
33)
d. Memakan riba, Surat Al-Baqarah ayat 275:

‫اَّلِذيَن َيْأُكُلوَن الِّر َبا اَل َيُق وُم وَن ِإاَّل َكَم ا َيُق وُم اَّلِذي‬
‫َيَتَخ َّبُطُه الَّش ْيَطاُن ِم َن اْلَمِّس‬...

Artinya:
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit
gila..." (Al-Baqarah: 275)
e. Memakan harta anak yatim, Surat An-Nisa' ayat 10
‫ِإَّن اَّلِذيَن َيْأُكُلوَن َأْم َو اَل اْلَيَتاَم ٰى ُظْلًم ا ِإَّنَم ا َيْأُكُلوَن ِف ي‬
‫ُبُطوِنِه ْم َناًر ا َو َس َيْص َلْو َن َس ِع يًر ا‬
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk
ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." (QS. An-Nisa: 10)
f. Lari dari medan perang, Surat Al-Anfal ayat 16:

‫َو َمْن ُيَو ِّلِه ْم َيْو َم ِئٍذ ُدُبَر ُه ِإاَّل ُم َتَح ِّر ًف ا ِلِق َتاٍل َأْو ُم َتَحِّيًز ا‬
‫ِإَلٰى ِف َئٍة َفَق ْد َباَء ِبَغ َض ٍب ِم َن الَّلِه‬...
Artinya:
"Barangsiapa yang membelakangi mereka di saat itu, kecuali berbelok untuk
(siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain,
maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari
Allah..." (Al-Anfal:16)
g. Menuduh wanita mukmin yang baik-baik berzina (qazaf), Surat An-Nur
ayat 23:
‫ِإَّن اَّلِذيَن َيْر ُم وَن اْلُم ْح َص َناِت اْلَغاِف اَل ِت اْلُم ْؤ ِمَناِت ُلِعُنوا ِف ي‬
‫الُّدْنَيا َو اآْل ِخ َر ِة َو َلُهْم َعَذاٌب َعِظيم‬
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik,
yang lengah lagi beriman (dengan tuduhan berzina), mereka kena laknat di
dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar." (An-Nur: 23)

B. Syirik
1. Hadist dan Terjemahan
‫َأْل‬ ‫َأ‬
‫ا ْعَم ِش َعْن ِإْبَر اِه يَم‬ ‫َحَّدَثَنا ُبو اْلَو ِليِد َحَّدَثَنا ُش ْعَبُة َعْن‬
‫َن َز َلْت ) اَّل ِذيَن آَم ُن وا‬ ‫َعْن َعْلَق َم َة َعْن َعْبِد الَّلِه َق اَل َلَّم ا‬
‫َأْص َح اُب الَّنِبِّي َص َّلى‬ ‫َو َلْم َيْلِبُس وا ِإيَم اَنُهْم ِبُظْلٍم ( َق اَل‬
‫َأ‬
‫الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم ُّيَن ا َلْم َيْلِبْس ِإيَم اَن ُه ِبُظْلٍم َف َن َز َلْت‬
‫{ اَل ُتْش ِر ْك ِبالَّل ِه ِإَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َعِظيٌم }(رواه‬
)‫البخاري‬
Telah bercerita kepada kami Abu Al Walid, telah bercerita kepada kami
Syu'bah dari Al A'masy dari Ibrahim dari 'Alqamah dari 'Abdullah berkata, "Ketika
turun firman Allah Ta'ala yang artinya: ("Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman ….") (QS. Al-An'am ayat
82), para sahabat Nabi Saw. berkata, "Siapa diantara kita yang tidak mencampur
adukkan imannya dengan kezaliman?" Maka kemudian Allah Ta'ala menurunkan
firman-Nya: ("Janganlah kamu berbuat syirik (menyekutukan Allah), karena
sesungguhnya syirik itu benar-benar kezaliman yang besar"). (QS. Luqman ayat
13. (HR. Bukhariy)
2. Asbabul Wurud
Asbabul wurud hadis tersebut ada didalam matan hadits tersebut yakni dalam
hadis ini, diceritakan bahwa ketika turun ayat dalam surat Al-An'am (QS. 6:82)
yang menyebutkan tentang orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, para sahabat merasa khawatir
karena mereka menganggap tidak ada dari mereka yang tidak pernah berbuat
kezaliman, dalam pengertian umum. Mereka berpikir, semua manusia pasti pernah
melakukan kesalahan atau dosa.
Lalu, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
"kezaliman" dalam ayat tersebut adalah perbuatan syirik (menyekutukan Allah).
Penjelasan ini kemudian diperkuat dengan turunnya ayat dalam surat Luqman (QS.
31:13), di mana disebutkan bahwa syirik adalah kezaliman yang besar. Maka,
kezaliman yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah semua bentuk dosa atau
kesalahan, tetapi khusus merujuk kepada syirik, yang merupakan kezaliman
terbesar karena menyekutukan Allah.
‫)‪3. Syarh Hadis: Syarh an-Nawawiy ‘ala Shahih Muslim ( Juz 1 Hal 242‬‬

‫ِف يِه َق ْو ل َعْبد الَّله ْبن َمْس ُع ود َر ِض َي الَّله َعْنُه ‪َ { :‬لَّم ا‬


‫َنَز َلْت اَّلِذيَن آَم ُنوا َو َلْم َيْلِبُس وا ِإيَم اَنُهْم ِبُظْلٍم } َش َّق‬
‫َذِلَك َعَلى َأْص َح اب َر ُس ول الَّله َص َّلى الَّله َعَلْيِه َو َس َّلَم ‪،‬‬
‫َو َق اُلوا ‪َ :‬أُّيَن ا اَل َيْظِلُم َنْف َس ُه ؟ َفَق اَل َر ُس ول الَّل ه‬
‫َص َّلى الَّله َعَلْيِه َو َس َّلَم ‪َ :‬لْيَس ُه َو َكَم ا َتُظُّن وَن ‪ِ ،‬إَّنَم ا‬
‫ُه َو َكَم ا َق اَل ُلْق َم ان اِل ْبِنِه { َيا ُبَنَّي اَل ُتْش ِر ْك ِبَالَّل ِه ِإَّن‬
‫الِّش ْر َك َلُظْلٌم َعِظيمٌ }‬
‫‪Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Ketika turun ayat tentang‬‬
‫‪orang-orang yang beriman tidak membalut(mencampur adukkan) keimanannya‬‬
‫‪dengan kezaliman, para sahabat Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam merasa‬‬
‫?‪berat, dan mereka bertanya, Siapakah di antara kita yang berbuat zalim‬‬
‫‪Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Tidak seperti yang kamu sangka,‬‬
‫‪tetapi seperti perkataan Luqman kepada anaknya, "Wahai anakku, janganlah kamu‬‬
‫‪berbuat zalim." (QS. Luqman [31]: 13). Janganlah musyrik kepada Allah, karena‬‬
‫‪sesungguhnya kemusyrikan itu adalah kezaliman yang besar.‬‬

‫َه َكَذا َو َق َع اْلَحِديث ُهَنا ِف ي َص ِح يح ُمْس ِلم ‪َ .‬وَو َق َع ِف ي‬


‫َص ِح يح اْلُبَخ اِر ّي ‪َ ( :‬لَّم ا َن َز َلْت اآْل َي ة َق اَل َأْص َح اب‬
‫َأ‬
‫َر ُس ول الَّل ه َص َّلى الَّل ه َعَلْي ِه َو َس َّلَم ‪ُّ :‬يَن ا َلْم َيْظِلْم‬
‫َأ‬
‫َنْف َس ُه ؟ َف ْنَز َل الَّل ه َتَع اَلى ‪ِ { :‬إَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم‬
‫َعِظيمٌ } ‪َ .‬ف َه اَت اِن الِّر َو اَيَت اِن ِإْح َداُه َم ا ُتَبِّين اُأْلْخ َر ى‬
‫َأ‬
‫َف َيُك ون َلَّم ا َش َّق َعَلْيِه ْم ْن َز َل الَّل ه َتَع اَلى ‪ِ { :‬إَّن‬
‫َأ‬
‫الِّش ْر َك َلُظْلٌم َعِظيمٌ } َو ْعَلَم الَّنِبّي َص َّلى الَّل ه َعَلْي ِه‬
‫َو َس َّلَم َأَّن الُّظْلم اْلُم ْطَل ق ُهَن اَك اْلُم َر اد ِب ِه َه َذا‬
‫اْلُم َق َّيد ‪َ ،‬و ُه َو الِّش ْر ك ‪َ ،‬فَق اَل َلُهْم الَّنِبّي َص َّلى الَّل ه‬
‫َعَلْي ِه َو َس َّلَم َبْع َد َذِل َك ‪َ :‬لْيَس الُّظْلم َعَلى ِإْطاَل قه‬
‫ ِإَّنَم ا ُه َو الِّش ْر ك َكَم ا َق اَل‬، ‫َو ُعُم ومه َكَم ا َظَنْنُتْم‬
. ‫ُلْق َم ان اِل ْبِنِه‬
Hadis ini terdapat dalam Shahih Muslim. Sedangkan dalam Shahih Bukhari
tertulis: "Ketika ayat ini turun, para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata: 'Siapakah di antara kami yang tidak menzalimi dirinya?' Lalu Allah Ta'ala
menurunkan firman-Nya: {Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
kezaliman yang besar}." Kedua riwayat ini saling menjelaskan satu sama lain.
Ketika hal ini memberatkan mereka, Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya:
{Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar}, dan Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa kezaliman yang dimaksud secara
mutlak di sini adalah syirik. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata
kepada mereka: 'Kezaliman yang dimaksud tidak seperti yang kalian kira secara
umum, melainkan syirik, sebagaimana yang dikatakan Luqman kepada anaknya.'

‫َف الَّص َح اَبة َر ِض َي الَّل ه َعْنُهْم َح َم ُل وا الُّظْلم َعَلى‬


‫ َو اْلُم َتَب اَدر ِإَلى اَأْلْف َه ام ِمْن ُه َو ُه َو َو ْض ع‬، ‫ُعُم ومه‬
، ‫ َو ُه َو ُم َخاَلَف ة الَّش ْر ع‬، ‫الَّش ْي ء ِف ي َغْي ر َم ْو ِض عه‬
‫َأ َأ‬
‫َف َش َّق َعَلْيِه ْم ِإَلى ْن ْعَلَمُهْم الَّنِبّي َص َّلى الَّل ه َعَلْي ِه‬
‫ ِإَّنَم ا َش َّق‬: ‫ َق اَل اْلَخ َّطاِبُّي‬. ‫َو َس َّلَم ِباْلُم َر اِد ِبَه َذا الُّظْلم‬
، ‫َعَلْيِه ْم ؛ َأِلَّن َظاِه ر الُّظْلم ااِل ْف ِتَيات ِبُح ُق وِق الَّن اس‬
، ‫َو َم ا َظَلُم وا ِب ِه َأْنُف َس ُهْم ِم ْن ِاْر ِتَك اب اْلَم َع اِص ي‬
‫ َو َأْص ل الُّظْلم َو ْض ع‬، ‫َف َظُّنوا َأَّن اْلُم َر اد َم ْع َناُه الَّظاِه ر‬
‫ َو َمْن َجَع َل اْلِع َباَدة ِلَغ ْيِر الَّله‬. ‫الَّش ْي ء ِف ي َغْير َم ْو ِض عه‬
. ‫َتَع اَلى َف ُه َو َأْظَلم الَّظاِلِم يَن‬
‫َأ‬
‫َو ِف ي َه َذا اْلَحِديث ُج َم ل ِم ْن اْلِع ْلم ِمْنَه ا َّن اْلَم َع اِص َي‬
‫ َو َالَّله َأْعَلم‬. ‫اَل َتُكون ُكْف ًر ا‬
Para sahabat radhiyallahu 'anhum awalnya memahami kezaliman ini secara
umum sebagai menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, yaitu melanggar
syariat, sehingga hal itu terasa berat bagi mereka. Sampai Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam menjelaskan maksud dari kezaliman tersebut. Al-Khattabi mengatakan:
'Hal ini memberatkan mereka karena secara lahiriah kezaliman berarti melanggar
hak-hak orang lain dan apa yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri
berupa dosa-dosa. Mereka menyangka bahwa maksudnya adalah makna lahiriah
tersebut, sementara asal makna kezaliman adalah menempatkan sesuatu bukan
pada tempatnya. Dan barang siapa yang memberikan ibadah kepada selain Allah
Ta'ala, maka dia adalah orang yang paling zalim. Dalam hadis ini terdapat
beberapa pelajaran, di antaranya bahwa maksiat tidak berarti kekafiran. Dan Allah
lebih mengetahui."
Kesimpulan:
Janganlah musyrik kepada Allah, karena sesungguhnya kemusyrikan itu adalah
kezaliman yang besar. Kezaliman yang dimaksud secara mutlak di sini adalah
syirik. Secara lahiriah kezaliman berarti melanggar hak-hak orang lain. Begitu
juga oranng yang memberikan ibadah kepada selain Allah Ta'ala, maka dia adalah
orang yang paling zalim.

4. Ayat-ayat terkait dengan hadist


a. QS. Al-An'am ayat 82:

‫َأْل‬ ‫ُأ‬
‫اَّلِذيَن آَم ُنوا َو َلْم َيْلِبُس وا ِإيَم اَنُهْم ِبُظْلٍم وَٰلِئَك َلُهُم ا ْمُن َو ُه ْم‬
‫ُمْه َتُدوَن‬

Artinya: "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka


dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-An'am: 82)

b. QS. Luqman ayat 13:

‫َو ِإْذ َق اَل ُلْق َم اُن اِل ْبِنِه َو ُه َو َيِع ُظُه َيا ُبَنَّي اَل ُتْش ِر ْك ِبالَّلِه ِإَّن الِّش ْر َك‬

‫َلُظْلٌم َعِظيٌم‬
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya, 'Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar'." (QS. Luqman: 13)

C. Murtad
1. Hadist dan terjemahan
‫َأ‬
‫َحَّدَثَنا ُبو الُّنْع َم اِن ُم َح َّم ُد ْبُن اْلَف ْض ِل َح َّدَثَنا َح َّم اُد ْبُن َز ْي ٍد َعْن‬
‫ُأ‬ ‫َأ‬
‫ُّي وَب َعْن ِع ْكِر َم َة َق اَل ِتَي َعِلٌّي َر ِض َي الَّل ُه َعْن ُه ِبَز َناِدَق ٍة‬
‫ُأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َف ْح َر َق ُهْم َف َبَلَغ َذِلَك اْبَن َعَّباٍس َفَق اَل َلْو ُكْنُت َنا َلْم ْح ِر ْق ُهْم‬
‫ِلَنْه ِي َر ُس وِل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم اَل ُتَع ِّذُبوا ِبَع َذاِب الَّل ِه‬
‫َو َلَق َتْلُتُهْم ِلَق ْوِل َر ُس وِل الَّلِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َمْن َب َّدَل‬
)‫ِديَنُه َف اْق ُتُلوُه (رواه البخاري‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'man Muhammad bin Fadhl, telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Ikrimah
mengatakan, beberapa orang Zindiq diringkus dan dihadapkan kepada Ali
radhiallahu'anhu, lalu Ali membakar mereka. Kasus ini terdengar oleh Ibnu Abbas,
sehingga ia berujar, 'Kalau aku, aku tak akan membakar mereka karena ada
larangan Rasulullah yang bersabda, "Janganlah kalian menyiksa dengan siksaan
Allah, " dan aku tetap akan membunuh mereka sesuai sabda Rasulullah, "Siapa
yang mengganti agamanya, bunuhlah!” (HR. Bukhariy)

2. Asabul Wurud
Asbabul wurud dari hadist ini terdapat pada redaksi hadis dan syarah hadist dari
riwayat lain. Ikrimah mengatakan, beberapa orang Zindiq diringkus dan
dihadapkan kepada Ali radhiallahu'anhu, lalu Ali membakar mereka Hal itu
kemudian disampaikan kepada Ibnu 'Abbas, dan ia berkata, "Saya tidak akan
membakar mereka dengan api, karena Rasulullah saw bersabda, "Janganlah kalian
menghukum dengan hukuman Allah. Dan saya akan membunuh mereka,
berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Siapa saja murtad dari agama Islam, maka
bunuhlah ia”
3. Syarh Hadis: Syarh an-Nawawiy ‘ala Shahih Muslim ( Juz 6 Hal 295)

، ‫ َو َق ْد َأْج َم ُع وا َعَلى َق ْتله‬، ‫ ُو ُج وب َق ْتل اْلُم ْر َت ّد‬: ‫ِف يِه‬


‫َأ‬
‫ َه ْل ِه َي َو اِج َب ة ْم‬، ‫َلِكْن ِاْخ َتَلُف وا ِف ي ِاْس ِتَتاَبته‬
‫َأ‬
‫ َو ِف ي َّن‬، ‫ُمْس َتَحَّبة ؟ َو ِف ي َق ْدرَه ا َو ِف ي َق ُب ول َتْو َبته‬
‫ ؟ َفَق اَل َم اِل ك‬. ‫اْلَم ْر َأة َكالَّر ُج ِل ِف ي َذِل َك َأْم اَل‬
: ‫َو الَّش اِفِع ّي َو َأْح َم د َو اْلَج َم اِه ير ِم ْن الَّس َلف َو اْلَخ َل ف‬
‫ َو َنَق َل ِاْبن اْلَق َّص ار اْلَم اِلِكّي ِإْج َم اع الَّص َح اَبة‬، ‫ُيْس َتَتاب‬
‫ َو َق اَل َط اُو س َو اْلَح َس ن َو اْلَم اِج ُش ون اْلَم اِلِكّي‬، ‫َعَلْيِه‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ َو َل ْو َت اَب‬، ‫ اَل ُيْس َتَتاب‬: ‫َو ُب و ُيوُس ف َو ْه ل الَّظ اِه ر‬
‫ َو اَل َيْس ُق ط َق ْتله ِلَق ْو ِل ِه‬، ‫َنَف َعْتُه َتْو َبته ِعْند الَّله َتَع اَلى‬
" ‫ " َمْن َب َّدَل ِدينه َف اْق ُتُلوُه‬: ‫َص َّلى الَّل ه َعَلْي ِه َو َس َّلَم‬
‫ َو ِإْن‬، ‫ ِإْن َك اَن ُو ِل َد ُمْس ِلًم ا َلْم ُيْس َتَتْب‬: ‫َو َق اَل َعَط اء‬
. ‫َكاَن ُو ِلَد َكاِف ًر ا َف َأْس َلَم ُثَّم ِاْر َتَّد ُيْس َتَتاب‬
Di dalamnya: kewajiban membunuh orang murtad, dan para ulama telah
sepakat atas kewajiban membunuhnya. Namun, mereka berbeda pendapat
mengenai apakah harus diminta bertobat atau tidak, apakah itu wajib atau sunnah?
Juga tentang berapa lama waktu untuk tobat, penerimaan tobatnya, serta apakah
wanita diperlakukan sama dengan pria dalam hal ini atau tidak. Malik, Syafi'i,
Ahmad, dan mayoritas ulama dari kalangan salaf dan khalaf berpendapat bahwa
orang murtad harus diminta bertobat. Ibnu al-Qassar dari mazhab Maliki juga
menukil ijma' (kesepakatan) para sahabat tentang hal ini. Sementara itu, Thawus,
Hasan, al-Majisyun dari mazhab Maliki, Abu Yusuf, dan para pengikut mazhab
Zhahiri berpendapat bahwa orang murtad tidak diminta bertobat. Jika dia bertobat,
maka tobatnya bermanfaat baginya di sisi Allah Ta'ala, namun hukuman mati
tetap tidak bisa dibatalkan, karena sabda Nabi Muhammad SAW: "Barangsiapa
yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia." Atha' berkata: Jika orang
tersebut dilahirkan sebagai seorang Muslim, maka tidak perlu diminta bertobat,
tetapi jika ia dilahirkan sebagai kafir kemudian masuk Islam lalu murtad, maka
dia diminta bertobat.

‫َو اْخ َتَلُف وا ِف ي َأَّن ااِل ْس ِتَتاَبة َو اِج َب ة َأْم ُمْس َتَحَّبة ؟‬
‫ َو َأَّنَه ا ِف ي‬، ‫َو اَأْلَص ّح ِعْند الَّش اِفِع ّي َو َأْص َح ابه َأَّنَه ا َو اِج َبة‬
‫ َوِبِه َق اَل َم اِل ك َو َأُب و‬، ‫ َو َلُه َق ْو ل ِإَّنَه ا َثاَل َثة َأَّيام‬، ‫اْلَح ال‬
‫ َو َعْن َعِلّي َأْيًض ا َأَّن ُه ُيْس َتَتاب‬، ‫َح ِنيَف ة َو َأْح َم د َو ِإْس َح اق‬
‫ َو اْلَم ْر َأة َكالَّر ُج ِل ِف ي َأَّنَه ا‬: ‫ َق اَل اْلُج ْمُه ور‬، ‫َش ْه ًر ا‬
‫ َه َذا َم ْذَه ب‬، ‫ َو اَل َيُج وز ِاْس ِتْر َق اقَه ا‬، ‫ُتْق َتل ِإَذا َلْم َتُتْب‬
‫ َو َق اَل َأُب و َح ِنيَف ة‬، ‫الَّش اِفِع ّي َو َم اِل ك َو اْلَج َم اِه ير‬
‫ َو َعْن اْلَح َس ن‬، ‫ ُتْس َج ن اْلَم ْر َأة َو اَل ُتْق َت ل‬: ‫َو َطاِئَف ة‬
‫ َق اَل اْلَق اِض ي‬، ‫ َوُر ِو َي َعْن َعِلّي‬، ‫َو َق َتاَدَة َأَّنَه ا ُتْس َتَر ّق‬
‫ َو ِف يِه َأَّنُه ُأِلَم َر اء اَأْلْمَص ار ِإَق اَم ة اْلُح ُدود ِف ي‬: ‫ِع َياض‬
‫ َو ُه َو َم ْذَه ب َم اِل ك َو الَّش اِفِع ّي َو َأِبي‬، ‫اْلَق ْت ل َو َغْي ره‬
‫ اَل ُيِق يمُه ِإاَّل‬: ‫ َو َق اَل اْلُكوِف ُّي وَن‬، ‫َح ِنيَف ة َو اْلُع َلَم اء َكاَّف ة‬
‫ َو اَل ُيِق يمُه َعاِم ل الَّس َو اد‬، ‫ُفَق َه اء اَأْلْمَص ار‬
Para ulama juga berbeda pendapat mengenai apakah permintaan untuk
bertobat itu wajib atau sunnah. Menurut pendapat yang paling kuat dalam mazhab
Syafi'i dan pengikutnya, permintaan untuk bertobat itu wajib dan dilakukan saat itu
juga. Namun, ada juga pendapat dalam mazhab Syafi'i yang mengatakan bahwa
waktu bertobat diberikan selama tiga hari. Pendapat ini juga dipegang oleh Malik,
Abu Hanifah, Ahmad, dan Ishaq. Ada juga riwayat dari Ali bahwa seseorang
diminta bertobat selama satu bulan. Mayoritas ulama berpendapat bahwa wanita
sama seperti pria dalam hal ini, yaitu jika ia tidak bertobat maka dia harus dibunuh,
dan tidak boleh dijadikan budak. Inilah mazhab Syafi'i, Malik, dan mayoritas
ulama. Abu Hanifah dan sebagian ulama lain berpendapat bahwa wanita hanya
dipenjara dan tidak dibunuh. Hasan dan Qatadah berpendapat bahwa wanita
dijadikan budak, dan ini juga diriwayatkan dari Ali. Qadhi Iyadh mengatakan
bahwa dalam hal ini, para pemimpin wilayah memiliki wewenang untuk
menegakkan hudud (hukuman pidana Islam), baik berupa hukuman mati atau
lainnya. Ini adalah mazhab Malik, Syafi'i, Abu Hanifah, dan seluruh ulama.
Namun, ulama Kufah berpendapat bahwa hukuman tersebut hanya ditegakkan oleh
fuqaha (ahli fikih) dari setiap wilayah, bukan oleh penguasa daerah pedesaan.

Kesimpulan:
Orang murtad boleh dibunuh. Malik, Syafi'i, Ahmad, dan mayoritas ulama
dari kalangan salaf dan khalaf berpendapat bahwa orang murtad harus diminta
bertobat. Ibnu al-Qassar dari mazhab Maliki juga menukil ijma' (kesepakatan) para
sahabat tentang hal ini. Sementara itu, Thawus, Hasan, al-Majisyun dari mazhab
Maliki, Abu Yusuf, dan para pengikut mazhab Zhahiri berpendapat bahwa orang
murtad tidak diminta bertobat. Jika dia bertobat, maka tobatnya bermanfaat
baginya di sisi Allah Ta'ala, namun hukuman mati tetap tidak bisa dibatalkan.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa wanita sama seperti pria dalam hal ini, yaitu
jika ia tidak bertobat maka dia harus dibunuh, dan tidak boleh dijadikan budak.
4. Ayat yang terkait dengan Hadist
a. Surah Ali-Imran (3:85)

‫َو َم ن َيْبَتِغ َغْيَر اِإْلْس اَل ِم ِديًنا َف َلْن ُيْق َبَل ِمْنُه َو ُه َو ِف ي‬
‫اآْل ِخ َر ِة ِم َن اْلَخاِس ِر يَن‬
Artinya: "Dan barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."(QS.
Ali-Imran:85)
b. Surah An-Nisa (4:137)

‫ِإَّن اَّلِذيَن آَم ُنوا ُثَّم َكَف ُر وا ُثَّم آَم ُنوا ُثَّم َكَف ُر وا ُثَّم َز اُدوا‬
‫ُكْف ًر ا َّلن ُيْغ ِف َر الَّلـُه َلُهْم َو اَل َيْه ِدَيُهْم َس ِبياًل‬
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian kafir, kemudian
beriman lagi, kemudian kafir lagi, lalu bertambah dalam kekafirannya, maka
Allah tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan menunjukkan mereka
jalan." (QS. An-Nisa: 137)
c. Surah Al-Maidah (5:54)
‫ْأ‬ ‫َأ‬
‫َيا ُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا َم ن َيْر َتَّد ِم نُكْم َعْن ِديِنِه َف َس ْو َف َي ِتي الَّلـُه‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ِبَق ْو ٍم ُيِح ُّبُهْم َو ُيِح ُّبوَنُه ِذَّلٍة َعَلى اْلُم ْؤ ِمِنيَن ِعَّز ٍة َعَلى اْلَكاِف ِر يَن‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
dicintai-Nya dan mereka pun mencintai-Nya; yang bersikap lembut terhadap
orang-orang yang beriman, tetapi keras terhadap orang-orang kafir." (Al-
Maidah: 4)
d. Surah Al-Taubah (9:66)
‫َأَلْم َتْع َلُم وا َأَّن َم ن َيْر َتَّد ِم نُكْم َعْن ِديِنِه َف ِإَّنُه َس ُيَع َّذُب َعَذاًبا‬
‫َأِليًم ا‬
Artinya: "Apakah kamu tidak mengetahui bahwa siapa yang murtad di antara
kamu dari agamanya, maka dia akan disiksa dengan siksa yang pedih?" (QS. At-
taubah: 66)
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkara yang membinasakan adalah perkara dosa besar seperti:
Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan tanpa alasan
yang benar, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan
menuduh wanita mukmin baik-baik melakukan perzinaan.

Kemusyrikan itu adalah kezaliman yang besar karena secara lahiriah


kezaliman berarti melanggar hak-hak orang lain. Begitu juga oranng yang
memberikan ibadah kepada selain Allah Ta'ala, maka dia adalah orang yang
paling zalim.
Orang murtad boleh dibunuh. Sebagaiman pendapat imam Malik, Syafi'i,
Ahmad, dan mayoritas ulama dari kalangan salaf dan khalaf berpendapat bahwa
orang murtad harus diminta bertobat. Mayoritas ulama berpendapat bahwa wanita
sama seperti pria dalam hal ini, yaitu jika ia tidak bertobat maka dia harus
dibunuh, dan tidak boleh dijadikan budak.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat. Dalam makalah ini mungkin terdapat
kekurangan karena keterbatasan ilmu yang pemakalah miliki. Oleh karena itu,
pemakalah juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai