05.4 bab 4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Masyarakat Kota Bengkulu


Secara historis daerah-daerah wilayah Bengkulu terbentuk
melalui gabungan-gabungan dari beberapa warga yang pada
umumnya berbeda adat istiadatnya. Masyarakat Bengkulu terdiri dari
beberapa suku yaitu Rejang, Lembak, Serawai dan Pasemah serta
dari berbagai macam asal dan keturunan seperti Minang, Palembang,
Aceh, Jawa, Madura, Bugis dan Melayu bahkan dari India, Cina dan
Afrika yang tersebar di Kota Bengkulu.1
Kekuasaan yang dimiliki oleh pribumi Bengkulu pada masa lalu
adalah kekuasaan bersumber pada adat-istiadat. Dikarenakan
kekuasaannya bersumber dari adat, maka sumber kekuasaannya
ditentukan oleh norma-norma sosial yang berlaku dan diyakini
bersama dalam masyarakat.
1. Sejarah Singkat Kota bengkulu
Pada pertengahan abad ke-13 sampai dengan abad ke 16, di
daerah Bengkulu terdapat 2 (dua) kerajaan yaitu: Kerajaan
Sungai Serut dan Kerajaan Selebar. Pada tahun 1685 Inggris
masuk ke Bengkulu dan menjajah Bengkulu selama kurang lebih
139 tahun (1685-1824). Sejak 1824-1942 daerah Bengkulu
sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Pemerintah Hindia
Belanda. Setelah Belanda kalah dari Jepang pada tahun 1942
dimulailah masa penjajahan Jepang selama kurang lebih 3 (tiga)
tahun.
Setelah Indonesia merdeka Bengkulu ditetapkan sebagai
kota kecil di bawah pemerintah Sumatra bagian Swlatan dengan
luas 17,6 KM2 berdasarkan UU No.6 tahun 1956 tentang
pembentukan kota kecil Kota Bengkulu. Pada tahun 1957 kota
kecil Bengkulu berubah menjadi Kotapraja berdasarkan
Undang-undang No. 1 tahun 1957. Berrdasarkan Undang-

1
Abdul Siddik, Sejarah Bengkulu 1500-1990 , (Jakarta: Balai Pustaka, 1996),
hlm. ix
58
59

undang No. 7 tahun 1957 Peraturan Pemerintah No. 20 tahun


1968 tentang pembentukan Provinsi Bengkulu, menetapkan
Kota Bengkulu sebagai Provinsi Bengkulu.
Dengan ditetapkan Undang-undang No 5 tahun 1974
tentang pokok-pokok pemerintah di daerah, merubah sebutan
Kotapraja menjadi Kotamadya Daerah tingkat II Kota Bengkulu.
Kotamadya Daerah tingkat II Bengkulu selanjutnya dibagi
dalam 2 wilayah setingkat Kecamatan berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Daerah Tingkat I Kota Bengkulu Nomor
821. 27- 039 Tanggal 22 Januari 1981, yaitu:2
 Wilayah Kecamatan Teluk Segara
 Wilayah Kecamatan Gading Cempaka
Dengan ditetapkannya Surat Keputusan Wali Kotamadya
kepala daerah tingkat I Bengkulu Nomor 440/1981 Nomor
444/1981 dan dikuatkan dengan Surat Keputusan Gubernur
kepala Daerah Tingkat I Kota Bengkulu Nomor 141/1982
tanggal 1 oktober 1982, menghapus wilayah Kedatukan dan
Kepemangkuan menjadi Kelurahan. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 41/1981 dalam wilayah Kecamatan Definatif
yang membawahi 38 Kelurahan yaitu: 3
 Kecamatan Teluk Segara membawahi 17 Kelurahan
 Kecamatan Gading Cempaka membawahi 21 Kelurahan
Pada tahun 1985 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
46/1986 tentang perubahan batas dan perluasan wilayah
Kotamadya Dati II Bengkulu, Luas wilayah Kotamadya
berubah dari 17,6 KM2 menjadi 144,52 KM2 dan terdiri dari 4
wilayah Kecamatan, 38 kelurahan serta 17 desa.4
Berdasarkan beberapa sumber sejarah yang ada, masyarakat
bengkulu dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar,
yaitu kelompok besar pribumi Bengkulu dan kelompok Pribumi
keturunan (keturunan Bugis dan keturunan Madura). Kelompok

2
Ibid…hlm 3
3
Ibid… hlm 5
4
Ibid
60

Besar Pribumi Bengkulu sedikitnya terdapat 4 keluarga besar,


yaitu keluarga besar Sungai Lemau, Keluarga Besar Sungai
Itam (sungai Hitam), Keluarga Besar Selebar, dan Keluarga
Besar Muko-muko. Keluarga Besar ini merupakan
penggabungan dari beberapa marga atau suku yang pada
umumnya bersifat geneologis dan umumnya menyebut
komunitasnya kerajaan atau Negeri. Darai keempat Keluarga
Besar Pribumi Bengkulu, yang mendiami wilayah Kota
Bengkulu adalah Keluarga Besar Sungai Lemau dan Keluarga
Besar Selebar, sedangkan kelompok pribumi keturunan
(keturunan Bugis dan keturunan Madura) keduanya berada
kedalam wilayah Kota Bengkulu.5
Perkembangan suku-suku disebabkan adanya percampuran
penduduk asli dan pendatang, hal ini sebagaimana tidak jauh
berbeda dengan masuknya Islam. Suku Melayu yang datang
diperkirakan dari Jambi, Riau, Palembang, Minangkabau dan
dari Selatan yang dipengaruhi Banten dan Lampung. Sejalan
dengan datangnya Bangsa Inggris dan Belanda, maka
pendatang baru dari pulau Jawa, Madura, Bali, Ambon,
Minahasa mulai berpadu dengan penduduk asli. Kemudian
pengaruh dari kebiasaan pendatang ikut memberi warna bagi
perkembangan penduduk setempat. Masuknya pengaruh itu
berlangsung secara damai dan baik, maka suku bangsa Melayu
lebih kelihatan menonjol hingga saat ini dan sekaligus sebagai
pengikat diantara pengaruh yang dulunya berbeda-beda.6

2. Letak Geografis dan Tata Pemerintahan


Sebagaiamana dijelaskan sebelumnya bahwa lokasi
penelitian dalam tesis ini adalah di Kota Bengkulu. Kota
Bengkulu yang merupakan kota yang berada di wilayah Provinsi
Bengkulu. Selain itu Provinsi Bengkulu terdiri dari kabupaten-

5
Setiyanto, Agus, Orang-orang Besar Bengkulu: Riwayatmu Dulu,
(Yogyakarta: Ombak, 2010), cet. II, hlm. 31.
6
Sejarah Kota Bengkulu, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu. diakses
pada tanggal 29 september 2010
61

kabupaten. Kota Bengkulu terletak pada ketinggian 0-20 meter


dari permukaan laut, dan 30o45o-30o59o lintang selatan, 102o14’-
102o 22’ Bujur Timur, dengan luas wilayah (total area) 14452
Km2. Secara administratif kota Bengkulu berbatasan dengan
wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan
kabupaten Bengkulu Utara, sebelah selatan berbatasan dengan
kabupaten Seluma, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Kepahiang, sebelah utara berbatasan dengan Samudera Hindia.7
Dilihat dari letak geografis, kota Bengkulu merupakan
lokasi yang amat mudah dicapai oleh masyarakat, karena kota
Bengkulu terletak pada ibu kota Provinsi Bengkulu. Selain itu
juga didukung oleh objek wisata dan peninggalan sejarah yang
berbeda di kota Bengkulu, antara lain Benteng Marlborough8,
Rumah Pengasingan Bung karno.9 Pantai Panjang, Danau
Dendam Tak Sudah, Parr and Hamilton Monuments10. Dan
Museum Provinsi Bengkulu.
Sebagaimana wilayah kabupaten lainnya, bengkulu berada
pada garis khatulistiwa dan beriklim tropis. Dengan suhu udara
minimal rata-rata berkisar antara 22,1oc-24,2oc, dan suhu udara
maksimal antara 29,6o-31,5oc. Seperti hal dengan wilayah

7
Tim Penyusun Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu, Kota Bengkulu Dalam
angka (Bengkulu: BPS, 2009), hlm. 6
8
benteng Malboroug di bangun oleh perusahaan India Timur dibawah
kepemimpinan gubernur Joseph Callet. The fort constitutes the strong for Benteng
Marlborough berdiri menghadap selatan, dan memiliki luas 44,100 meter persegi.
Benteng ini mempunyai bentuk bangunan abad 18, menyerupai kura-kura. Pintu
utamanya dikelilingi parit yang luas dan dapat dilalui oleh jembatan. Menurut
masyarakat disekitar di Benteng itu juga terdapat pintu keluar bawah tanah yang
dulu digunakan pada waktu perang.
9
pada jaman kolonial Belanda (1939—1942), Soekarno (yang kemudian
menjadi Presiden RI pertama) pernah diasingkan di Bengkulu. Selama dalam
pengasingan Soekarno tinggal di rumah yang beralamat di Anggut Atas dan sekarang
dikenal dengan jalan Soekarno Hatta. Beberapa peralatan, sepeda, perpustakaan
buku-buku dan yang lainnya. Selama tinggal di Bengkulu, Soekarno mendesain
masjid, yang sekarang dikenal dengan Masjid Jamik (Jamik Mosque).
10
Parr Monuments terletak didepan Pasar Barukoto disebrang Benteng
Marlborough, sedangkan Hamilton Monuments terletak di jalan Soekarno-Hatta.
Monumen ini dibangun oleh Inggris untuk memperingati kekalahan mereka di
Bengkulu.
62

lainnya, karena berada pada pesisir pantai, Kota Bengkulu


tergolong suhu udara yang cukup panas.
Tata pemerintahan wilayah kota Bengkulu, pada awalnya
hanya memiliki empat kota kecamatan, yakni kecamatan Gading
Cempaka, kecamatan Teluk Segara, kecamatan Muara
Bangkahulu, dan Kecamatan Selebar. Seiring dengan kemajuan
zaman dan dalam rangka percepatan kemajuan daerah guna
mempersingkat rentang kendali tata pemerintahan terutama
ditingkat kecamatan, kota ini terbagi kedalam 8 wilayah
kecamatan, antara lain: kecamatan Gading Cempaka, Kecamatan
Teluk Segara, Kecamatan Muara Bangkahulu, kecamatan
Selebar, kecamatan Ratu Samban, kecamatan ratu Agung,
kecamatan Kampung Melayu dan Kecamatan Sungai Serut. 11
Pelaksanaan pemerintah dalam wilayah kota Bengkulu
dipimpin langsung oleh seorang walikota dan wakil walikota
yang dipilih langsung oleh rakyat. Dalam melaksanakan tata
pemerintahan wali kota dan wakil walikota dibantu oleh camat
dan lurah. Dari delapan kecamatan, hasil pemekaran tersebut
masing-masing terdapat beberapa kelurahan, dan tentunya
jumlah kelurahan yang tiap-tiap kecamatan tidak sama, antara
kecamatan yang satu dengan kecamatan yang lain. Jumlah
kelurahan yang paling sedikit terdapat di kecamatan Kmpung
Melayu yakni 6 kelurahan, dan kelurahan yang paling banyak
adalah di kecamatan Teluk Segara sebanyak 13 kelurahan.
Untuk mengetahui jumlah kecamatan berikut kelurahan yang
ada dalam Kota Bengkulu sebagaimana dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 4.3

11
Tim Penyusun Profil Departemen Agama Kota Bengkulu Tahun 2008
(Bengkulu: Depag Kota Bengkulu 2008), hlm. 1
63

JUMLAH KELURUHAN DALAM KOTA


BENGKULU BERDASARKAN KECAMATAN

NO KECAMATAN JUMLAH KELURAHAN

1 Gading Cempaka Lingkar Barat, Jalan Gedang,


Sido Mulyo, dusun Besar,
Cempaka Permai, Padang
Harapan
2 Teluk Segara Pasar Malabero, Pasar Berkas,
Pasar Baru, Pasar Jitra, Pasar
Melintang, Kebun Ros, Kebun
Keling, Sumur Melele, Pondok
Besi, Pintu Batu, Tengah
Padang, Bajak dan Kampung
bali.
3 Muara Bangkahulu Beringin Raya, Kandang Limun,
Pematang Gubernur, Rawa
Makmur, Rawa Makmur
Permai, Bentiring dan Bentiring
Permai.
4 Selebar Pagar Dewa, Sumur Dewa,
Bumiayu, Betungan, Pekan
Sabtu, dan Sukarami.
5 Ratu Samban Anggut Atas, Anggut Bawah,
Anggut Dalam, Penurunan,
Pengantungan, Padang Jati,
Belakang Pondok, Kebun Dahri
dan Kebun Geran.
6 Ratu Agung Tanah Patah, Kebun Tebeng,
Kebun Beler, Kebun Kenanga,
Sawah Lebar, Nusa Indah dan
Lempuing.
64

7 Kampung Melayu Teluk Sepang, Sumber Jaya,


Kandang, Kandang Mas,
Padang Serai dan Muara Dua.

Surabaya, Semarang, Tanjung


8 Sungai Serut Jaya, Tanjung Agung, Pasar
Bengkulu, Suka Merindu dan
Kampung Kelawi
9 Singaran Pati Dusun Besar, Jembatan Kecil,
Lingkar Timur, Padang Nangka,
Panorama dan Timur Indah.
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bengkulu Tahun
2017

3. Keadaan Penduduk Kota Bengkulu


Jumlah penduduk Kota Bengkulu sampai dengan tahun
2017 berdasarkan data yang diperoleh Badan Pusat Statistik
(BPS) Kota Bengkulu tercatat sebanyak 368.065 jiwa. Sedangkan
jumlah penduduk menurut jenis kelamin adalah 184.887 jiwa
berjenis kelamin laki-laki dan 183. 178 jiwa berjenis kelamin
perempuan. 12

4. Perekonomian
Kondisi atau keadaan perekonomian masyarakat Kota
Bengkulu dalam kesehariannya sangat beragam. Berdasarkan
lapangan kerja, penduduk kota Bengkulu hampir setengahnya
bergerak dibidang jasa 39,10 %. Berikutnya bekerja dibidang
perdagangan 29, 40 %, selebihnya dibidang pertanian 9,50 % ,
sebagian pekerja sebagai nelayan.

5. Keadaan Sosial Keagamaan


Keadaan sosial keagamaan masyarakat Kota Bengkulu
cukup beragam agama, etnis, budaya, bahasa dan adat istiadat.

12
. Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu Tahun 2017
65

Sebagaimana diketahui bahwa agama-agama yang diakui dan


dilayani oleh pemerintah adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha dan Konghucu. Selnjutnya, dalam kaitannya dengan
penelitian ini dapat penulis gambarkan jumlah penduduk kota
Bengkulu berdasarkan agama yang dianut, dan mayoritas
masyarakat kota Bengkulu beragama Islam, hal ini dapat dilihat
dari tabel berikut:

Tabel 4.4
JUMLAH PENDUDUK KOTA BENGKULU BERDASARKAN
AGAMA YANG DIANUT
NO Agama Jumlah Penduduk
1 Islam 349. 375
2 Kristen 11.933
3 Katholik 5.513
4 Hindu 1.073
5 Budha 1.375
6 Konghucu 0
Sumber data: Subbag Hukum dan KUB Kanwil Kemenag
Bengkulu

Berdasarakn tabel diatas, dapat dipahami bahwa jumlah


penduduk Kota Bengkulu mayoritas beragama Islam. Maka tentu
saja pelaksanaan perkawinan sejalan dengan perintah syari’at dan
juga berdasarkan undang-undang yang diatur oleh pemerintah,
kususnya dalam hal pencatatan dalam perkawinan kepada Kantor
Urusan Agama (KUA) kecamatan, sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

B. Mbasuh Dusun Dalam Kitab Simbur Cahaya


1. Isi Kandungan Simbur Cahaya
Adat mbasuh dusun, merupakan suatu adat yang
berkembang dibagian sumatera yang disebut sebagai tradisi
peninggalan nenek moyang. Adapun pengertian mbasuh dusun
66

yang terdapat di dalam kitab adat Undang-undang Simbur


Cahaya, mbasuh dusun adalah pelaksanaan sedekah membuang
sial atau tolak balak akibat adanya perbuatan perzinahan, yang
mana perzinahan dianggap sebagai suatu kehinaan yang
mengandung malapetaka terhadap dusun tersebut. Sanksi mbasuh
dusun sendiri dengan cara bersedekah seekor kambing hingga
kerbau. 13
Dalam pengertian lain mbasuh dusun disebut dengan nama
lain yaitu cuci kampung. Hukum adat cuci kampung merupakan
suatu budaya yang diterapkan bagi warga masyarakat yang
melanggar akibat perbuatan zina, bagi masyarakat atau warga
setempat itu cuci kampung harus diadakan sebagai membuang sial
atau tolaka bala.14
Menurut Bastanta Permana Sembiring, mbasuh dusun atau
cuci kampung ialah cara pembersihan suatu dusun/kampung yang
dilakukan oleh masyarakat setempat guna membersihkan
kampung dari hal-hal yang dianggap maksiat terutama pada
kasus perzinahan.15 Memang cuci kampung ini dinilai baik demi
menjaga ketentraman di sebuah dusun/kampung, agar tidak
semena-mena terjadi prilaku perzinahan.
Undang-undang yang dijadikan sebagai aturan adat
masyarakat merupakan aturan umum yang berlaku di seluruh
uluan Palembang. Adapun isinya mencakup seluruh hubungan
masyarakat, mulai dari aturan bujang gadis dan aturan kawin,
aturan marga aturan dusun berladang, aturan kaum dan adat
perhukuman.
1). Adat Bujang Gadis dan Kawin
2). Aturan Marga
3). Aturan Dusun dan Berladang
4). Aturan Kaum

13
Pemda Tk.1, Kitab Undang-undang Simbur Tjahaja, (Sumatera Selatan, t.t)
14
Iman Kurniawan, ―Cuci Kampung Dengan Darah Kambing‖, https: // www.
Kompasiana .com/. Diakses pada 14 April 2019.
15
Bastanta Pramana Sembiring, ―Tegaknya Budaya Membuang Sial Atau
Tolak Balak‖, http://www.pastvnews.com. /artikel/. Diakses pada Jan 9, 2016.
67

5). Adat Perhukuman


Adapun dalam bab pertama mengenai adat bujang gadis
berisi 32 pasal disertai dengan keterangan-keterangan sebagai
penjelas. Dalam bab ini mengkaitkan hal-hal sopan santun
dalam hubungan bujang maupun gadis, kemudian perbuatan-
perbuatan kecil dari perbuatan senggol menyenggol sampai
dengan perbuatan seperti peluk badan.16 Besar kecilnya denda
yang dijatuhkan sesuai dengan besar kecilnya kesalahan yang
dilakukan menurut aturan Kitab Simbur Cahaya.17
Bab kedua tentang aturan marga berisi 29 pasal mengenai
prinsip pokok administrasi dan politik marga, mengatur status
dan wewenang yang berkaitan erat dengan prilaku masyarakat
setempat. Ada juga ditentukan aturan larangan perkawinan
ambil anak. Dalam perkawinan ambil anak ialah laki-laki yang
meninggalkan keluarganya dan ikut kedalam keluarga
peerempuan (istrinya).
Bab ketiga aturan dusun dan berladang yang berisi 34 pasal
mengenai pemerintahan dusun dan wewenangnya, dan terdapat
aturan tata cara berladang, tata cara berternak serta yang
berkaitan dengan pelanggaran-pelanggarannya.
Bab keempat aturan kaum yang berisi 19 pasal mengenai
aturan kaum, memuat tentang aturan penetapan dan
pengangkatan pasirah dan anggotanya beserta tugas masing-
masingnya.
Bab kelima adat perhukuman berisi 58 pasal serta
dilengkapi keterangan penjelasan. Berisi prinsip pokok
penyelenggaraan hukuman , baik perkara perdata maupun
pidana.
Dalam keseluruhannya isi kitab Simbur Cahaya ini dalam
artian sudah mencakup perilaku dalam kehidupan masyarakat,

16
Muhammad Adil, Ibid… hlm. 63
17
Farida, Yunani Hasan, ―Undang-undang Simbur Cahaya Sebagai Sumber
Hukum di Kesultanan Palembang‖, Universitas Sriwijaya, t,t. hlm. 3
68

bahkan undang-undang ini telah mendasari kehidupan sosial


khususnya pada masyarakat Palembang (uluan). Keberadaan
Undang-undang ini sangat penting guna mengatur kehidupan
masyarakat dan penduduknya, meskipun demikian nilai-nilai
tersebut semakin luntur seiring bergantinya zaman.

2. Pengertian Zina Dalam Simbur Cahaya


Didalam aturan kitab simbur cahaya dijelaskan bagaimana
yang sebenarnya dituntut untuk mbasuh dusun, jadi sanksi bagi
pelaku zina tidak serta merta harus melaksanakan mbasuh dusun,
melainkan ada ketentuan-ketentuan khusus. Namun perbuatan
zina tetap dianggap hina dan merupakan perbuatan terlarang.
Mbasuh dusun dalam perzinahan berlaku pada perbuatan zina
kepada kerabatnya atau pertalian sedarah, dan perempuan yang
hamil tanpa diketahui siapa yang menghamilinya, kemudian zina
kepada istri orang lalu suami si perempuan mengadu kepada
kepala dusun maka disanksi mbasuh dusun.18
Namun demikian bukan berarti zina yang tidak termasuk
dalam kategori mbasuh dusun tidak diberi sanksi, melainkan ada
sanksi tersendiri seperti membayar denda dan dinikahkan.
Perbuatan zina seperti ini banyak berlaku pada kategori
bergubalan dalam pengertian seorang laki-laki yang melarikan
gadis atau janda kerumahnya atau kerumah kepala dusun. 19
Didalam Undang-undang Simbur Cahaya dijelaskan bahwa
jika terjadi perzinahan yang mengharuskan mbasuh dusun, maka
perkara ini tidak boleh diputuskan oleh kepala dusun, melainkan
harus diputuskan melalui rapat besar yaitu rapat yang diputuskan
oleh raja/sultan.20
Menurut dalam kitab Undang-undang hukum adat (Simbur
Cahaya), bahwa yang dikatakan perbuatan zina bukan seperti
pengertian zina yang dimaksud didalam definisi hukum Islam
maupun zina secara umumnya. Melainkan berbeda daripada itu,

18
Kitab Undang-undang Simbur Tjahaja
19
Ibid
20
Ibid
69

zina yang dimaksud didalam kitab Undang-undang adat ini


disebut dengan mena gawe, bergubalan atau bujang bambang
gadis. 21
Mena gawe disini dalam kasus perzinaan, namun mena
gawe itu bukan semata-mata dalam kasus perzinaan saja,
melainkan dalam larangan lainnya juga dianggap mena gawe,
seperti halnya seorang laki-laki menyenggol tangan gadis atau
janda, laki-laki memegang kaki seorang gadis atau janda, dan lain
sebagainya. Demikian dengan arti bergubalan atau bambang
disini, juga bukan semata-mata perbuatan jahat atau perbuatan
zina sebagaimana yang sering dimaksud kebanyakan orang.
Bergubalan atau bujang bambang gadis disini dalam artian
seorang laki-laki yang melarikan gadis atau janda kerumahnya
sendiri atau kerumah kepala dusun. Perbutan ini telah dianggap
sebagai larangan.22
Dari kasus pergubalan ada dua pengertian yaitu pergubalan
gelap dan pergubalan terang. Pergubalan gelap berarti jika sudah
terjadi perzinaan maupun hingga terjadi kehamilan pada si
perempuan. Sedangkan pergubalan terang hanya melarikan si
gadis atau janda demi untuk memperoleh kesepakatan atau restu
dari kedua orang tua mereka.
Sebagaimana zina yang dijelaskan didalam Undang-undang
Simbur Cahaya merupakan perbutan terlarang sebagaimana zina
pada umumnya. Adapun dari pengertian zina yang dijelaskan
diatas pada dasarnya masing-masing mempunyai sanksi yang
berbeda, sanksi tersebut berkaitan dengan denda hingga mbasuh
dusun. Untuk memperjelas bentuk-bentuk dalam perzinaan
selanjutnya akan dijelaskan pada bagian bab-bab tertentu.

21
Ibid
22
Ibid
70

3. Macam-Macam Zina Berdasarkan Sanksinya


Macam-macam yang dikategorikan zina berdasarkan
sanksinya didalam Kitab Undang-undang Simbur Cahaya
sebagaimana dijelaskan seperti berikut:
a. Sanksi Membayar Denda
Sanksi denda adalah sanksi yang telah ditetapkan kepada
suatu perbuatan yang dianggap telah melanggar aturan dusun.
Bentuk dari sanksi denda ini berupa denda membayar seperti
uang dan barang (hewan, buah-buahan, beras, gula, dan lain-
lain) seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-undang
Simbur Cahaya. Sanksi denda berlaku hampir untuk setiap
perbuatan yang melanggar aturan, namun dalam hal ini
sanksi denda akan dijelaskan dalam kasus perzinaahan.
Adapun dalam kasus perzinahan dengan sanksi denda:.
1) Bergubalan dengan Isteri orang
Apabila seorang Istri berzina dengan laki-laki lain
kemudian suami si perempuan mengadu, maka si
perempuan kena sanksi hukuman yang akan dirapatkan
oleh kepala dusun. Dan laki-laki lawannya berzina
membayar denda 12 ringgit kepada kepala dusun dan
membrikan 1 ekor kerbau kepada suami si istri. (ketentuan
Pasal 24)23
2) Bergubalan dalam masa Iddah
Dalam Kitab Simbur Cahaya dijelaskan bahwa larangan
laki-laki yang bergubalan dengan perempuan yang masih
dalam masa iddahnya. Baik itu iddah dalam cerai hidup
maupun cerai mati.
Apabila seorang laki-laki bergubalan dengan seorang
perempuan yang masih dalam masa iddah, baik itu cerai
mati maupun cerai hidup, maka membayar denda 12
ringgit. (ketentuan Pasal 25)24

23
Ibid,… Bab 1 Pasal 24
24
Ibid…Bab 1 Pasal 25
71

3) Hubungan Terlarang Antara Mantan Pasangan Suami


Isteri
Apabila laki-laki dan perempuan adalah mantan pasangan
suami istri yang telah sah bercerai, kemudian melakukan
hubungan badan seperti suami istri yang sah tanpa adanya
rujuk kembali. Maka dikenakan denda 12 ringgit. (pasal
24). 25
b. Sanksi Membayar Denda dan Dikawinkan
Pada kasus yang terdapat pada sanksi ini yang mana si
pelaku yang melanggar akan dikenakan dengan dua sanksi
yaitu denda dan dinikahkan. Adapun kategori sanksi ini:
1) Bergubalan Budjang Gadis
Perbuatan yang merupakan suatu perbuatan terlarang
yang dilakukan oleh seorang laki-laki yang belum menikah
dan perempuan yang belum menikah, baik itu hanya
melarikan perempuan tersebut ke rumahnya ataupun sudah
melakukan hubungan terlarang (zina) bahkan sampai
perempuan hamil.
Apabila bujang gadis bergubalan tetapi tidak sampai
hamil, maka bujang tersebut kena denda 6 ringgit dan bujang
gadis itu hendaklah dikawinkan. Dan jika bujang gadis itu
berlainan dusun maka denda dibagi dua. (ketentuan Pasal
6)26
Apabila bujang gadis bergubalan hingga terjadi
kehamilan, maka laki-laki itu dikenakan denda 12 ringgit dan
hendaklah dinikahkan. Jika bujang gadis berlainan dusun
maka denda dibagi dua. (ketentuan Pasal 8)27
2) Bergubalan Bujang Rangda
Perbuatan yang terlarang seorang laki-laki yang belum
menikah kepada seorang janda, yang mana laki-laki

25
Ibid…Bab II Pasal 24
26
Ibid… Bab 1 Pasal 6
27
Ibid… Bab 1 Pasal 8
72

tersebut melarikan kerumahnya, baik itu sudah melakukan


perbuatan zina atau belum.
Apabila bujang dengan janda bergubalan tidak sampai
hamil, maka bujang membayar denda 3 ringgit, 1 ½
diberikan kepada pasirah dan 1½ diberikan kepada kepala
dusun dan hendak dikawinkan. Jika bujang dan janda
berlainan dusun maka denda dibagi dua. (ketentuan Pasal
7)28
Apabila bujang dengan janda bergubalan dan hingga
terjadi kehamilan, maka laki-laki itu dikenakan denda 12
ringgit dan hendaklah dikawinkan. (ketentuan Pasal 9)29

c. Sanksi Membayar Denda dan Mbasuh Dusun


Adapun sanksi yang memgharuskan membayar denda dan
mbasuh dusun ini dalam hal zina dikelompokkan kedalam:
1) Bunting Gelap
Bunting Gelap adalah seorang perempuan gadis atau
janda hamil dan tidak diketahui siapa yang
menghamilinya. Sebagaimana dijelaskan dalam Kitab
Undang-undang Simbur Cahaya:
Apabila seorang gadis atau janda hamil tidak jelas
atau tidak diketahui siapa yang menghamili, maka
perempuan tersebut membayar denda 12 ringgit dan
mbasuh dusun dengan memberi seeokor kambing kepada
kepala dusun. Jika perempuan itu menumpang melahirkan
ke rumah orang lain, maka orang yang punya rumah
tersebut juga harus kena sanksi berupa seekor kambing.30
(ketentuan Bab I pasal 10)
Apabila istri bunting gelap, kemudian si suami
mengadu kepada kepala dusun, maka si istri kena denda
12 ringgit dan basuh dusun dengan seekor kerbau, 100

28
Ibid… Bab 1 Pasal 7
29
Ibid…Bab 1 Pasal 9
30
Ibid…Bab 1 Pasal 10
73

gantang beras, 100 biji kelapa, 1 guci gula nau, dan 1 guci
bekasam.31 (ketentuan Bab II pasal 23)
2) Sumbang Kecil
Dalam kasus ini, yang mana perbuatan zina dilakukan
oleh laki-laki dengan perempuan yang terkait mahram
karna ikatan perkawinan. Seperti yang dilakukan antara
mertua laki-laki dengan menantunya (istri dari anaknya)
atau menantu laki-laki dengan mertuanya (ibu dari
istrinya).
Jika itu Pelaku sumbang kecil, maka sanksinya basuh
dusun dengan seekor kambing ditambah denda uang 40
ringgit serta dihadapkan sidang besar dan hukuman raja
(keputusan yang berkuasa atau sultan)32
3) Sumbang Besar
Sumbang Besar yaitu perbuatan zina yang dilakukan
antara laki-laki dan perempuan yang masih dalam
mahramnya (yang masih hubungan darah). Seperti zina
bapak dengan anak perempuannya, atau saudara laki-laki
dengan saudara perempuan kandungnya.
Jika pelaku sumbang besar, maka sanksinya basuh
dusun dengan seekor kerbau ditambah denda uang 80
ringgit dan akan dihadapkan sidang besar serta hukuman
raja.33
Untuk penjelasan mengenai ketentuan-ketentuan sanksi
dan berapa bayaran denda yang harus dikeluarkan, itu memang
sudah tercatat di undang-undang Simbur Cahaya.

C. Sanksi Mbasuh Dusun Di Kota Bengkulu


Sebelum membahas lebih lanjut mengenai sanksi mbasuh dusun,
sebaiknya kita ketahui dulu apa saja unsur-unsur dari rajo penghulu.
Adapun unsur-unsur Rajo Penghulu yaitu ada penghulu adat,

31
Ibid…Bab II Pasal 23 (tambahan)
32
Ibid… Bab II Pasal 28 (tambahan)
33
Ibid
74

penghulu syara’ dan cerdik cendikio. Dari unsur-unsur tersebut


dujelaskan oleh Bapak ketua Badan Musyawarah Adat (BMA) Kota
Bengkulu, Penghulu adat terdiri dari ketua adat dan perangkat adat
yang ada di kelurahan Kota Bengkulu. Penghulu syara’ adalah Imam
dan perangkat syara’, seperti khatib, Bilal, Gharim di kelurahan
dalam Kota Bengkulu. Sedangkan Cerdik Cendikio ialah tokoh-
tokoh masyarakat dari kalangan cerdik pandai yang mampu
memahami, menguasai permasalahan yang timbul dalam masyarakat
(dosen dan lain sebgainya)34
Perbuatan bagi pelaku zina yang dikenai sanksi mbasuh dusun di
Kota Bengkulu disebut dengan dapek salah. Sebenranya sanksi
mbasuh dusun atau Cuci Kampung ialah sanksi yang dikenakan
kepada laki-laki dengan perempuan yang melakukan perbuatan
seperti suami istri tanpa ada ikatan pernikahan yang sah. Dalam
sanksi ini ada tingkatan-tingakatannya (kategori), jika hanya omong-
omong biasa belum dikenakan sanksi basuh dusun. Dikatakan benar-
benar harus basuh dusun ini berarti memang sudah benar-benar
berbuat seperti hubungan layaknya suami istri. 35
Sanksi basuh dusun itu sebnarnya besar jika orang mengerti,
manfaatnya itu untuk mengajari warga-warga yang lain, seperti
mahasiswa yang lain, sebab yang sering terjadi sebagian besar
pelajar/mahasiswa dan biasanya mahasiswa pendatang. Sebenarnya
adat lama, hukuman ini harus dikelilingkan ke dusun/kampung (di
arak) tanpa busana. Namun diarak keliling dusun sekarang tidak
diberlakukan lagi, dikarnakan perubahan dan pergeseran zaman.
Pelaksanaan sanksi basuh dusun ini ditempat kejadian dengan
membawa darah kambing. Hal ini dilakukan sebagai bentuk efek jera
agar tidak melakukan perbuatan terlarang. Perbuatan ini dianggap
sebagai penyakit masyarakat, dan bisa saja akan menular dengan

34
Wawancara Dengan Harmen Zet, ketua Badan Musyawarah Adat (BMA),
Tanggal 28 Juli 2019
35
Ibid
75

yang lain. Istilahnya mbasuh dusun ini adalah obat agar tidak terjadi
dengan yang lain, namun kenyataanya masih juga sering terjadi.36
Menurut Tokoh Agama di Kota Bengkulu: sanksi mbasuh dusun
ini sebenarnya masih sangat jauh dari hukuman pezina yang termuat
dalam al-Qur’an maupun hadis. Akan tetapi karena kita ini hidup dan
bermukin di satu daerah atau satu kampung, maka sanksi-sanksi adat
yang diterapkan harus diikuti. Jika dilihat terhadap adanya sanksi
mbasuh dusun ini dapat mengurangi bahkan membuat pelaku jera,
maka diharapkan agar sanksi seperti ini lebih diterapkan dan
diberlakukan menurut ketentuan yang berlaku. Melihat pergaulan
remaja zaman sekarang sangat mengkhawatirkan, maka tidak salah
jika sanksi mbasuh dusun sebagai hukuman yang diberikan kepada
yang melanggar.37
Adapun di kecamatan Selebar yang sering terjadi pastinya
bujang gadis yang memang belum menikah seperti hal menutup pintu
di kamar kost/kontrakan hingga menginap. Sebenarnya memang
belum dikategorikan zina, tapi karna kita tidak tahu perbuatan apa
yang dilakukan didalam, maka dalam adat ini sudah dikenakan.
Namun bukan hanya bujang gadis, yang sudah menikah maupun
janda pun juga pernah tertangkap. Sebelumnya memang sudah
dilakukan penyelidikan. Seperti contoh kasus: beberapa orang warga
tealah mencurigai perbuatan terlarang disebuah kamar kost
mahasiswi, dengan alasan warga sering melihat laki-laki pulang
sampai tengah malam. Kemudian warga melakukan pengintaian,
setelah ditunggu beberapa jam laki-laki tersebut tidak pulang-pulang
bahkan tidak nampak keluar dari kamar kost dengan pintu kamar
tertutup. Warga langsung melaporkan hal tersebut kepada ketua RT,
kemudian ketua RT dan warga setempat menggerbeknya, setelah
digerbek ditemukan mahasiswi bersama laki-laki yang dicurigai
tersebut. 38

36
Wawancara Dengn Zailan, Ketua RT Kelurahan Pagar Dewa Kecamatan
Selebar, Tanggal 23 Juli 2019
37
Wawancara Dengan Imam Maksum, Imam Masjid Ar-Rahman Kelurahan
Pagar Dewa, Tanggal 2 Agustus 2019
38
Wawancara Dengan Zailan, Ibid
76

Berbeda halnya di kecamatan Gading Cempaka Jika hanya


bekurungan/ kena gerbekk sanksinya denda. Keduanya dikumpulkan
dihadapan perangkat-perangkat adat. Dendanya jambar kuning pake
ayam. Tidak mbasuh dusun. Ketua adat juga tidak bisa memutuskan
sepihak, dalam artian kesepakatan bersama warga. Jika memang
terbukti tidak berbuat namun hanya bekurungan dan kena gerbek,
maka boleh hanya meminta maaf namun dengan banyak
pertimbangan. Jadi sanksi mbasuh dusun dikenakan bagi yang benar-
benar sudah terbukti melakukan hal terlarang (zina).39
Contoh kasus: seorang suami melaporkan istrinya kepada polisi
dengan tuduhan telah berbuat zina, kemudian setelah mendapat
pengaduan, polisi tersebut tidak mendapatkan bukti yang cukup
untuk menyelesaikan kasus tersebut, sehingga polisi menyerahkan
dan menyarankan kasus tersebut diselesaikan secara adat ditempat
dilakukan perzinaan tersebut, dengan melalui adat akhirnya
pengakuan dari istri ternayata benar telah melakukan perzinaan
dengan laki-laki lain saat suaminya tidak berada dirumah. Setelah
dilakukan musyawarah adat, maka ditentukanlah sanksi adat (denda
adat) berupa denda Rp. 2. 500.000 dan mbasuh dusun dengan potong
kambing.40
Di kecamatan Kampung Melayu mbasuh dusun dilakukan pada
yang sudah terbukti melakukan hubungan badan, jika hanya
bekurungan atau kena gerbek dan itu baru satu kali, maka tahapan
pertama dengan sanksi teguran kemudian jika tidak jera baru
dikenakan sanksi denda seperti uang dengan syarat memang belum
terbukti melakukan hubungan badan. Tapi dalam artian tidak wajib
mbasuh dusun/cuci kampung , namun diserahkan kepada orang
tuanya. 41
Berbeda dengan kecamatan lain, di Kampung Melayu dalam hal
pemotongan hewan ada keringan, yang mana dipertimbangkan status

39
Wawancara Dengan Sabirin, Ketua Adat Kecamatan Gading Cempaka,
Tanggal 30 Juli 2019
40
Wawancara dengan Sofyan Djunet, Ketua Adat Kecamatan Selebar,
Tanggal 28 Juli 2019
41
Wawancara Dengan Harmen Zet, Ibid
77

ekonomi dan sosial. Jika si pelaku adalah berasal dari orang yang
tidak mampu, maka kambing bisa diganti dengan seekor ayam atau
sepasang burung merpati.42
Contoh kasus, terjadi kasus perzinaan yang dilakukan oleh laki-
laki yang telah terikat perkawinan dengan perempuan yang belum
terikat perkawinan. Kemudian warga melakukan pengintaian, warga
melaporkan kepada ketua RT lalu menghubungi ketua adat,
penggerbekan dilakukan oleh ketua adat beserta warga. Kemudian
diselesaikan dalam musyawarah Mufakat Rajo Penghulu. Setelah
melalui berbagai proses adat, maka dikenakan sanksi adat berupa
permohonan maaf, pertanggungjawaban dengan membayar
Rp.500.000 kepada pihak istri yang dirugikan, dan upacara tepung
setawar sedingin serta mbasuh dusun.43
Dalam menyelesaikan masalah tersebut, bukan serta merta
langsung diadili, melainkan ada tahapan-tahapan penyelesaiannya
trelebih dahulu, yaitu: 44

1) Dalam hal adanya tertangkap tangan atau penggerbekan.


Laporan pemberitahuan atau pengaduan dari orang
perorang atas pelanggaran adat, melaporkan kepada aparat
pemerintahan kelurahan atau ketua RT atau salah satu dari
perangkat Rajo Penghulu (Penghulu adat, Penghulu syara’
dan cerdik cendikio).
2) Aparat pemerintahan kelurahan, ketua RW, ketua RT, atau
salah seorang perangkat Rajo Penghulu menyampaikan
pemerintahan kepada ketua adat setempat untuk
diselenggarakan penyelesaian dapek salah.
3) Penghulu adat selaku Rajo Penghulu memberitahu seluruh
anggota Rajo enghulu untuk hadir pada mufakat Rajo
Penghulu yang akan diselenggarakan. Memeberitahu
kepada Kapolsek agar menunjuk anggotanya untuk
menghadiri mufakat rajo Penghulu, selanjutnya penghulu
42
Ibid
43
Ibid
44
Wawancara Dengan Sabirin, Ibid
78

adat meminta ketua RT untuk mempersiapkan tempat


yang memungkinkan dilangsungkan mufakat Rajo
penghulu.45
4) Ketua RT mempersiapkan tempat duduk majelis Rajo
penghulu, para pihak keluarga, pihak masyarakat umum
dan sebagainya.
5) Penghulu adat meminta ketua RT memberitahukan kepada
anggota Rajo Penghulu lainnya, aparat pemerintahan
kelurahan, dan orang yang mengadu, para pihak, para
saksi dan keluarga untuk hadir pada tempat dan waktu
yang telah dipersiapkan ketua RT, atau aparat
pemerintahan kelurahan. Ketua RT bersama aparat
pemerintahan kelurahan mempersiapkan dan mengatur
penataan tempat mufakat Rajo Penghulu.
6) Pada saat mufakat Rajo Penghulu dibuka oleh penghulu
adat yang memeriksa kelengkapan, daftar hadir peserta
mufakat Rajo Penghulu.
7) Setelah lengkap semuanya hadir, Penghulu adat meminta
ketua RT menghadap untuk menyelesaikan kasus dapek
salah kepada Rajo Penghulu dengan menghaturkan izin
Rajo Penghulu, ketua RT menghadirkan para pihak yang
dapek salah adat.
8) Kemudian penghulu adat menanyakan kepada yang dapek
salah apakah bersedia diselesaikan secara mufakat Rajo
Penghulu. Apabila yang dapek salah bersedia, selanjutnya
ditanyakan keadaan kesehatan, ridho dan ikhlas. Apabila
yang dapek salah menyatakan sehat, ridho dan ikhlas
musyawarah adat dapat dibuka oleh Penghulu adat.
Apabila dapek salah tidak mau diselesaikan secara adat,
maka sengketa ini akan dilaksanakan secara hukum.

45
Ibid
79

Dalam tata pelaksanaan setelah sidang Rajo penghulu, maka


barulah dilakukan pelaksanaan sanksi mbasuh dusun, sebagai
berikut:
Menurut ketu RT kecamatan Selebar, Mbasuh dusun
dilaksanakan pada siang hari. Syaratnya: 1 ekor kambing. Tidak
boleh kerbau, tidak boleh sapi, ayam dan lain-lain. Untuk denda uang
sebenarnya tergantung kesepakatan, dan jika tidak bisa mengganti
langsung dengan kambing, bisa juga menyerahkan uang seharga
kambing kemudian akan dilaksanakan oleh warga. Pelaku
sebenarnya wajib datang . Tidak wajib untuk dinikahkan.46
Jika terjadi penggerbekkan maka wajib dilaporakan kepada
orang tua atau yang mewakilinya supaya tindak lanjut kedepan.
Antara pelaku jika tidak mau melaksanakan mbasuh dusun, maka
diusir meskipun warga sendiri. Tidak diperbedaan antara pelaku yang
belum menikah ataupun sudah menikah, meskipun itu janda
sanksinya tetap mbasuh dusun sebagaimana biasanya yang
diterapkan di dusun. 47
Hal serupa di kecamatan kampung Melayu Pelaksanaanya
tetap menyembelih kambing, tapi kebanyaakan hari akad
pelaksanaan si pelaku zina tidak datang, sebenarnya wajib datang.
Jika tidak mau hadir dalam melaksanakan mbasuh dususn, tetap
membayar denda uang dan menyerahkan uang untuk seharga
kambing. Dari pelaksanaan mbasuh dusun ada efek jeranya, jika
dilihat di kecamatan Kampung Melayu bisa dikatakan jarang
terjadi.48
Berbeda dengan kecamatan lain, di kecamtan Kampung
Melayau terdapat keringan bagi sanksi mbasuh dusun. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan status ekonomi dan sosial. Dalam
hal pemotongan hewan kambing, dapat diganti dengan seekor ayam

46
Wawancara Dengan Zailan, Ibid
47
Ibid
48
Wawancara Dengan Harmen Zet. Ibid
80

atau sepasang burung merpati. Hal ini jika si pelaku benar-benar


berasal dari orang yang tidak mampu.49
Setelah dikumpulkan rapat bagaimana menyelesaikan masalah
ini, maka mbasuh dusun dengan menyembelih kambing, darahnya
ditampung, dagingnya dimasak, jangan dimasak dirumah namun
diluar rumah, pelaku harus hadir agar sadar dan harus minta maaf,
kemudian melakukan sedekah kecil (minta do’a) dan itu tidak boleh
dilakukan di masjid ataupun dirumah, namun dilakukan ditempat
menyembelih kambing tadi atau diluar rumah.50
Adapun pemotongan hewan tersebut diambil darahnya lalu
dipercikkan di 40 (kekanan 20 kekiri 20) rumah oleh kedua pelaku
sambil meminta maaf. Pemericikan menggunakan daun sedingin.
Untuk kambing seharusnya kambing jantan dan jangan yang kecil.
Mbasuh dusun ini gunanya agar dia malu dan tidak mengulangi lagi
perbuatan. Jika pihak keluarga tidak mau menyelesaikan secara
kekelurgaan adat, maka diusir atau diserahkan ke polisi, karena
sanksi adat ini sudah bekerja sama dengan kepolisian. 51
Tepung setawar sedingin. Tepung setawar sedingin terdiri dari
daun sedingin gunanya sebagai ungkapan untuk penyejuk hati, daun
setawar sebagai ungkapan ketulusan dan kerendahan hati dengan
disertai nasi kunyit. Tepung setawar sedingin ini dihadirkan saat
pelaksanaan sanksi mbasuh dusun, yaitu disajikan pada waktu doa
tolak balak.52
Selanjutnya doa, bertujuan agar masyarakat terhindar dari
bencana (tolak balak), sekaligus sebagai penutup dalam
mnyelesaikan sengketa tersebut. Proses ini juga dihadiri oleh Rajo
Penghulu, perangkat pemerintah dan masyarakat. Bukan hanya itu,
pelaku mbasuh dusun serta keluarga yang bertanggung jawab juga
wajib hadir dalam proses ini. Dalam kenyataannya kebanyakan
pelaku mbasuh dusun tidak hadir. Hanya diwakilkan oleh keluarga

49
Ibid
50
Wawancara Dengan Sabirin, Ibid
51
Ibid
52
Wawancara Dengan Sofyan Djunet, Ibid
81

yang menangani atau keluarga yang mempertanggung


jawabkannya.53
Adapun terdapat hambatan dalam pelaksanaan sanksi mbasuh
dusun, hal seperti ini kerap terjadi, seperti: tidak adanya respon dari
si dapek salah (pelaku zina), pelaku zina melarikan diri, pihak
keluarga si pelaku tidak peduli, namun ada juga keluarga yang
merespon bahkan menyerahkan anak mereka sepenuhnya kepada
masyarakat untuk dikenakan sanksi.54
Apabila pelanggaran pada adat tersebut terus berulangkali pada
orang yang sama dan si pelanggar tidak mempunyai nilai baik untuk
merubahnya, maka Rajo Penghulu dengan kewenangannya dapat saja
memberi sanksi mengucilkannya, bahkan diusir dari tempat tinggal. 55
Demikian masyarakat terhadap sanksi mbasuh dusun ini sangat
antusias. Dalam artian dukungan dan partisipasi masyarakat atas
diterapkannya sanksi mbasuh dusun terhadap perzinahan masih
berpengaruh besar.56
Jika diperinci lebih lanjut sesuai dengan sudut pandang adat
mbasuh dusun bagi pelaku yang berzina, hal ini diperoleh dari
beberapa argument yaitu:
a. Latar belakang pelaksanaan adat mbasuh dusun selain
memberikan efek jera dan pelajaran bagi masyarakat
pada umumnya kepada si pelaku, hal ini juga ada maksud
lain yaitu menghindari adanya musibah atau celaka
diwilayah tersebut, sebgaaimna anggapan-anggapan atau
mitos masyarakat setempat.
b. Dalam aturan ini bukan hanya berlaku kepada para
remaja saja (bujang gadis), namun aturan ini juga berlaku
bagi semua masyarakat tanpa terkecuali dan tanpa adanya
pembeda hukuman, karena tetap saja dianggap mengotori

53
Wawancara Dengan Sabirin, Ibid
54
Wawancara Dengan Zailan, Ibid
55
Ibid
56
Ibid
82

dan dikhawatirkan akan membawa malapetaka diwilayah


tersebut.
c. Adat mbasuh dusun ini berlaku pada perbuatan yang
mengarah pada perbuatan zina, seperti bekurungan
sekalipun perbuatan tersebut tidak menyebabkan hamil
diluar nikah bahkan hingga pada kejadian hamil diluar
nikah.
d. Bentuk sanksi adat mbasuh dusun ini berupa seekor
kambing serta diadakan sedekah kecil ditempat kejadian
perbuatan zina yang dilaksanakan oleh ketua adat
setempat melalui putusan rapat bersama warga terlebih
dahulu, dan denda berupa uang sesuai kesepakata. Sanksi
ini tidak ada perbedaan bagi yang sudah menikah
maupun yang belum menikah.
e. Untuk pembuktian zina hanya dibuktikan oleh orang
yang melihat atau orang yang sudah lama mengintai akan
perbuatan berzina. Seperti laki-laki yang bukan muhrim
tidak pernah pulang dari rumah/kontrakan si perempuan,
atau adanya bukti seperti kondom, foto atau rekaman
yang ditemui, adanya penggerbekkan oleh warga.
Dari penjabaran sanksi mbasuh dusun dalam penerapan sanksi
zina, aturan yang diterapkan di Kota Bengkulu telah mengalami
pergeseran dan berbagai perubahan seiring dengan berkembangnya
zaman dari tahun ke tahun. Namun aturan tersebut tetaplah
bersumber dari Simbur Cahaya. Banyak aturan-aturan yang sudah
tidak dipakai lagi dan telah diganti dengan aturan lain.
Mbasuh dusun yang terdapat dalam Undang-undang kitab
simbur Cahaya terkhusus untuk suatu perbuatan tertentu karena
perbuatan tersebut dianggap telah mengotori dan ditakutkan akan
membawa bencana diwilayah tersebut. Adapun pelanggaran khusus
tersebut meliputi: bunting gelap, sumbang besar dan sumbang kecil.
Berbeda dengan sanksi mbasuh dusun di kota bengkulu yang
berlaku setiap pelanggaran yang mengarah kearah perzinahan,
seperti: berdua-duaan didalam kamar dengan yang bukan mahram,
melakukan hubungan terlarang tanpa adanya ikatan perkawinan yang
83

sah, dan hamil diluar nikah. Perbuatan-perbuatan tersebut


hukumannya adalah sama, yaitu membasuh dusun setelah melalui
rapat rajo penghulu.
Perbedaan lain yang terlihat adalah ketika terjadi pergubalan,
sesuai dengan Kitab Simbur cahaya sanksi bagi pelaku dikenakan
denda berupa uang dan keduanya harus dinikahnkan, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan di kota
Bengkulu hal tersebut sudah harus dikenakan sanksi mbasuh dusun.
Disini terlihat jelas bahwa aturan pelanggaran bagi pelaku zina
di kota Bengkulu telah mengalami pergeseran dari sumber aslinya.
Hal itu disebabkan karena perbuatan pelanggaran norma-norma adat
telah merajalela dan tidak bisa hanya dihukum dengan denda saja,
melainkan harus dengan hukuman yang lebih besar yaitu mbasuh
dusun, dengan tujuan untuk memebrikan efek jera dan memberikan
pelajaran bagi masyarakat sekitar.

D. Analisis Sanksi Mbasuh Dusun Dalam Tinjauan Hukum Islam


Sanksi mbasuh dusun telah terlebih dahulu tertuang di dalam
kitab Undang-Undang Simbur Cahaya. Kitab ini telah berlaku
hampir diseluruh wilayah bagian Sumatera bagian selatan termasuk
di dalamnya Kota Bengkulu. Simbur Cahaya merupakan salah satu
sumber hukum adat yang berlaku di Kota Bengkulu. Terkhusus
masalah pelanggaran sopan santun dan perzinahan. Masyarakat Kota
Bengkulu telah bertahun-tahun menerapkan peraturan adat tersebut,
sehingga akhirnya di bentuklah peraturan daerah Kota Bnegkulu
yang bersumber dari Kitab Simbur Cahaya.
Dalam penerapan sanksi zina, sebagaimana aturan yang
diterapkan di Kota Bengkulu bersumber dari Kitab Simbur Cahaya,
meskipun telah mengalami pergeseran dan berbagai perubahan
seiring dengan berkembangnya zaman dari tahun ke tahun.
Adapun pelanggaran khusus tersebut meliputi: bunting gelap,
sumbang besar dan sumbang kecil. Perbuatan tersebut mendapatkan
sanksi berat berupa memberikan seekor kambing atau kerbau serta
bahan-bahan yang diperlukan dalam proses pelaksanaan mbasuh
84

dusun. Hal ini tertuang didalam Undang-Undang Simbur Cahaya


pasal 10, 11 dan pasal 27:

Pasal 10
Djika gadis atau rangda bunting, tiada njata siapa njang
punja perbuatan, perempuan itu dihukum rapat marga
dengan denda sebesar-besarnja 12 ringgit serta perlu
perempuan juga, bunting gelap atau sanakja bersedekah
kambing ― pembasuh dusun‖ namanja.57
Pasal 11
Djika perempuan bunting gelap tiada njata siapa punja
perbuatan, lantas pergi numpang dirumah orang jang akan
beranak, maka orang jang punja rumah itu kena tepung satu
kambing.58
Pasal 27

Djika sumbang didalam dusun tiada boleh itu perkara


diputuskan oleh pasirah, melainkan perkara itu hendaklah
dibawa kepada rapat besar kena hukuman radja. Sumbang
besar mesti dihukum lagi buat pembasuh dusun seekor
kerbau, dan sumbang ketjil seekor kambing, jaitu dengan
beras kelapa dan lain keperluan sedekah tjukup.59

Jadi, pelanggaran-pelanggaran yang terkena sanksi mbasuh


dusun adalah ketiga perbuatan di atas, yaitu gadis atau janda bunting
gelap, isteri orang bunting gelap dan sumbang merupakan
perzinahan antara orang-orang yang masih terikat darah atau tali
kekerabatan. Sumbang terbagi dua yaitu sumbang kecil dan sumbang
besar. Sumbang kecil adalah perzinahan antara menantu dengan
mertuanya, sedangkan sumbang besar adalah perzinahan antara
orangtua dan anaknya, atau kakak dengan adiknya. Sanksi bagi
pelaku sumbang ini lebih besar daripada bunting gelap. Sumbang

57
Simbur Tjahaja, Ibid… Pasal 10
58
Ibid…Pasal 11
59
Ibid…Pasal 27
85

terkena sanksi mbasuh dusun dengan memotong seekor kerbau,


sedangkan bunting gelap terkena sanksi mbasuh dusun dengan
memotong kambing.
Berbeda dari Hukum Islam, sebagaimana telah dijelaskan
bahwa latar belakang dari sanksi mbasuh dusun mengharuskan bagi
setiap perbuatan zina. Sanksi mbasuh dusun pada dasarnya
dijatuhkan pada masyarakat yang kedapatan melakukan zina atau
hubungan yang diharamkan.
Di dalam Islam pada umumnya pengertian zina adalah
masuknya zakar kedalam farji (kemaluan laki-laki kedalam kemaluan
perempuan.60 Adapun kategori zina didalam hukum Islam dibagi
menjadi dua:
1. Zina Muhsan
Zina yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah, yang
mana sanksinya itu di rajam sampai mati. Hukuman ini
ditegaskan dalam sebuah hadis riwayat:
―Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah saw.
ketika beliau sedang berada di dalam masjid. Laki-laki itu
memanggil-manggil Nabi dan berkata, ―Hai Rasulullah,
aku telah berbuat zina, akan tetapi aku menyesal. Namun
Nabi tidak menghiraukannya. Perkataan tersebut
diulangnya sampai empat kali. Setelah Nabi mendengar
pengulanagn yang keempat kali, Nabi memanggilnya dan
berkata, ―apakah engkau ini gila? ―tidak, jawab laki-laki
itu. Nabi bertanya lagi, ― apakah engkau ini orang yang
muhsan? ― Ya, jawabnya. Kemudian Nabi bersabda lagi,
―bawahlah laki-laki ini dan langsung rajam oleh kamu
sekalian.
2. Ghairu Muhsan
Zina orang yang belum pernah menikah. Yang mana
hukuman ini didera/Cambuk 100 kali serta diasingkan

60
Abd. Al-Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jinaiy Al-Islamiy, Juz II, (Beirut: Dar
Al-Kitab Al’Arabi, t,t), hlm. 347
86

kedaerah lain. Sebagaimana hukuman ini dipertegas


didalam Al-qur’an dan sebuah hadis riwayat:

         

          

       


―Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina,
Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali
dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. 61

"Dari Ubadah ibn Ash-Shamit ia berkata: Rasulullah


SAW. Bersabda: Ambillah dari diriku, ambillah dari
diriku, sesungguhnya Allah telah memberikan jalan
keluar (hukuman) bagi mereka (pezina). Jejaka dan
gadis hukumannya dera 100 kali dan pengasingan
selama satu tahun, sedangkan duda dan janda
hukumannya dera 100 kali dan rajam.‖ (diriwayatkan
oleh jama’ah kecuali Bukhori dan Nasa’i).

Dalam hukum Islam bentuk sanksi atau hukuman bagi pelaku


zina itu dibedakan menurut pembagian zina. Yang mana sanksi itu

61
Diterjemahkan Oleh Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah Al-Qur’an
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Al-Karim dan Terjemahnya, (Semarang: PT.
Karya Toha Putra Semarang, 2002), Ayat: 2
87

Rajam bagi pelaku zina yang sudah menikah dan cambuk dan
diasingkan bagi pelaku zina yang belum menikah.
Terdapat cara pembuktian didalam Islam yaitu: pertama empat
orang saksi yang bena-benar melihat perbuatan tersebut. Yang mana
saksi-saksi tersebut harus memenuhi kriteria syarat-syarat yang telah
ditentukan. Kedua adanya pengakuan dari si pelaku, ketiga adanya
bukti atau tanda-tanda kehamilan dari wanita yang berzina.
Karena zina ini termasuk kelompok hukuman hadd, oleh sebab
itu hukumanannya sangat berat, maka dalam melaksanakan sanksi
zina haruslah berhati-hati, maka dengan itu perlu pembuktian denagn
benar sebagaimana yang telah disebutkan.
Dalam pelaksanaan dera/cambuk sebagaimana dalam Islam,
pelaksanaannya dilakukan dengan cara berdiri bagi lagi-laki dan
duduk bagi perempuan. Meskipun disini ada perbedaan ulama yang
mengatakan baik laki-laki maupun perempuan itu dilaksanakan
dengan cara berdiri dan dicambuk cemeti, mencambuk dengan
cambukan dengan tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan.
Sedangkan dalam pelaksanaan rajam, Adapun hukuman rajam, jika
yang terhukum adalah seorang wanita, para ulama telah bersepakat
bahwa wanita dihukum dengan duduk. Pelaksanaannya apabila laki-
laki tidak dipendam di lobang, melainkan berdiri dengan tangan
dipegang dan diikat, sedangkan perempuan pelaksanaannya
dipendam di lobang. Adapun menurut jumhur ulama laki-laki
dirajam dengan cara berdiri dan perempuan dengan duduk.
Jika dibandingkan hukuman didalam hukum Islam, maka
sanksi adat mbasuh dusun bagi pelaku zina, masih sangat jauh dari
penerapan sanksi zina dalam Islam. Namun, dalam segi tujuan
terdapat persamaan yaitu sama-sama memberikan pelajaran dan
hukuman pada pelaku zina agar tidak mengulangi lagi perbuatannya
tersebut. Meskipun terdapat tujuan lain yang sama sekali tidak sesuai
dengan ajaran Islam seperti anggapan-anggapan dan mitos
masyarakat setempat.
Namun, apabila dilihat dari kriteria pembuktian, sanksi
mbasuh dusun tidak bisa dikatakan seperti sanksi zina yang
88

dimaksud dalam Islam. Karena pembuktian zina didalam Islam


sangatlah hati-hati dan terperinci sehingga benar-benar tidak ada
keraguan dan kesalahan untuk menetapkan sanksi bagi pelaku zina
tersebut, baik itu rajam maupun dera. Dilihat juga dari segi sanksi
didalam Islam, yang dibedakan kepada sanksi pezina yang sudah
menikah dan yang belum menikah. Sedangkan pada Simbur Cahaya
dan di Kota Bengkulu, sanksi bagi pelaku zina yang belum menikah
maupun yang sudah menikah itu tidak ada bedanya, sanksinya tetap
membasuh dusun.
Pembuktian yang berdasarkan keterangan saksi, haruslah
benar-bbenar jelas, bahkan sebagian ulama berpendapat keempat
saksi tersebut harus benar-benar menyaksikan kedua kelamin
tersebut berhubungan, jika tidak, maka persaksiannya akan
dipertanyakan kebenarannya. Begitupula dengan pembuktian dengan
pengakuan, Nabi pun pernah didatangi seseorang yang mengaku
telah berzina, dan Nabi seolah-olah tak mendengar sehingga orang
tersebut sudah 3 kali mengaku kepada Nabi, barulah Nabi
mengambil keputusan dari pengakuan yang keempat. Dan hukuman
tidak serta merta dijatuhkan pada saat itu juga, mengingat orang yang
mendatangi tersebut sedang hamil hasil dari perzinahan tersebut.
Setelah anak itu lahir dan setelah selesai disusui oleh ibunya (bisa
amakn sendiri) barulah perempuan itu dihukum dengan hukuman
rajam.
Berdasrakan riwayat tersebut, bahwa penjatuhan hukuman
rajam terhadap pelaku pezina tidaklah sembarangan, melainkan
penuh dengan ketelitian dan rentang waktu yang sangat panjang.
Jadi, sanksi mbasuh dusun bagi pelaku yang dianggap berzina
menurut Simbur Cahaya tidak bisa dikategorikan kedalam zina yang
mendapat hukuman rajam atau dera. Dikarenakan tidak adanya
pembuktian secara jelas atas perbuatan zina tersebut, sehingga wajar
perbuatan yang mengarah kepada perzinahan yang terdapat di
Simbur Cahaya maupun di kota Bengkulu dihukumi dengan
hukuman mbasuh dusun.
Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat, bahwa
hukuman mbasuh dusun adalah hukuman yang pantas bagi perbuatan
89

yang dituduhkan dan mengarah pada perzinaan sebagai bentuk


hidupnya peraturan adat dalam melindungi masyarakat, juga sebagai
jalan untuk memelihara martabat dan kehormatan masyarakat, karena
perbuatan tersebut dapat menimbulkan konflik dan kekacauan
didalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai