Student Karakter, Terminilogi Pembentukkkan
Student Karakter, Terminilogi Pembentukkkan
Student Karakter, Terminilogi Pembentukkkan
ap
ter
1
Menurut Sudirman (1990), Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan
sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya (Hanifah,
Susanti, Adji, 2020). Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah
aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap,
motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berpikir, dan kemampuan awal yang
dimiliki
Karakter sejatinya akan menjadi identitas yang khas antara satu orang dengan yang
lainnya. Karakter yang positif tentu saja akan memberikan efek yang positif juga terhadap
identitas individu tersebut. Namun sebaliknya, jika karakter itu buruk maka akan menjadi
perangai tidak baik bagi individu tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam banyak ayat
dalam Al-Quran bahwa pembentukan karakter adalah suatu proses yang luar biasa,
dimana anak terlahir dengan potensi dan keunggulan yang dia miliki. Alloh menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, sehingga inilah yang menjadi landasan bagi
kita bahwa terlahirnya seseorang ke muka bumi berada dalam keadaan yang terbaik
dalam berbagai aspeknya
Source : Canva.com
Potensi yang berada pada manusia, tentu saja tidak berisi sisi lain manusia yaitu sisi
buruknya. Ada sisi baik yang terdiri dari berbagai karakter. Dan ada juga sisi buruk yang
juga bisa menghasilkan banyak karakter buruk. Itu semua hadir dan melekat pada
manusia. Sehingga poin terbaiknya, adalah bagaimana lingkungan membentuk anak
menjadi sesuai dengan fitrahnya. Jika dilihat dari sudut pandang teori psikologi barat,
perilaku yang terjadi pada seseorang diakibatkan oleh dua kemungkinan. Faktor hereditas
(keturunan) dan faktor lingkungan (environment) sehingga hal inilah yang harus menjadi
pertimbangan orang tua dan masyarakat ketika akan membentuk karakter anak.
Pada hakikatnya karakter tidak terbentuk dengan begitu saja, melainkan proses yang
panjang yang seorang anak lalui dalam kehidupannya. Dalam salah satu penelitian yang
dijelaskan oleh Fatmah (2018), beberapa tahapan yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan optimalisasi dari karakter anak.
Tahap Pertama
Pendidikan karakter tentu saja bisa diberikan kepada anak melalui proses
pembelajaran yang ia terima dalam kehidupannya. Hal itu bisa dilakukan secara
rutin sesuai dengan kondisi anak tersebut.
Tahap Pelaksaanaan
Pada tahap ini, berbagai pihak mulai bisa memberikan pengajaran langsung
kepada anak dalam membina karakternya. Anak-anak yang dibesarkan di
keluarga, bisa diberikan pendidikan keluarga yang baik. Orang tua bisa secara
bersama-sama menjadi suri tauladan baik bagi anak-anak mereka. Jika dilakukan
di sekolah, guru dan pihak sekolah bisa sama-sama memberikan pembinaan dan
pelatihan rutin kepada anak tentang apa yang harus dia lakukan sebaik-baiknya.
Dan di lingkungan pun sama seperti itu, lingkungan yang baik tentu saja menjadi
pemerkuat karakter baik anak.
Penting untuk diketahui oleh banyak orang tua, terkadang ada asumsi yang beredar di
masyarakat bahwa pembentukan karakter biasanya dilakukan di sekolah. Tugas orang tua
adalah mendukung anak-anaknya supaya mendapatkan pendidikan terbaiknya. Hal
tersebut tentu saja adalah sesuatu yang harus diluruskan. Di sinilah pentingnya
keseimbangan peran orang tua dalam menunjang pendidikan karakter anak. Justru
keluarga adalah madrasah utama anak sehingga mau seperti apa anak tampilannya itu
karena salah satu pengaruh dari pendidikan orang tuanya. Ayah sebagai tulang
punggung di keluarga, dan Ibu sebagai pemberi kasih sayang anak haruslah memiliki
peran yang seimbang dalam menunjang pendidikan karakter bagi anak-anak mereka
2 Kewajiban memimpin
3 Kewajiban mendidik
Jika diinterpretasikan secara mendalam, Hidayat (2013) menjelaskan lebih lanjut tentang
aktivitas apa yang bisa dilakukan orang tua kepada anak-anak mereka, diantaranya
adalah:
1
Mengajarkan aqidah yang benar
2
Menanamkan dan mengajarkan rukun islam dan iman
3
Mendidik dengan ketaladanan
4
Memilih lingkungan & teman pergaulan yang baik bagi anak
5
Dialog dan diskusi
6
Membiasakan hal-hal yang baik
7
Sanksi dan hukuman
8
Pengawasan
1
Mengajarkan aqidah yang bea.Menerapkan kasih sayang dan
lembuh lembut kepada anak didik mereka, dimana hal ini
dilakukan untuk memperkuat apa yang sudah anak terima di
rumahnya.
2
Menguatkan para siswa untuk mencapai tujuan hidup yang baik
yaitu bermanfaat bagi semua orang
3
Menjadi pembimbing bagi siswanya terutama dalam memberikan
pencerahan tentang apa yang baik dan buruk bagi anak-anaknya
4
Memahami lebih dalam apa yang dirasakan anak muridnya di
sekolah, tidak hanya pada aspek kognitif, tapi juga emosional dan
perilaku
Kasus 1
Kasus 2
Kasus 4
6 Desember 2022. (IDNTimes.com). 13 Pelajar SMP diciduk Polisi Karena Pesta MIras.
Ke 13 pelajar tersebut melakukan aksinya berupa pesta miras di tepi sungai jalan
peneleh Kota Surabaya, dengan masing-masing masih berseragam sekolah ketika
terciduk. Kasus ini ditangani oleh mapolsek gubeng, surabaya. Para pelajar tersebut
harus membuat surat pernyataan dan meminta maaf kepada kedua orang tuanya.
semua pelajar dikembalikan kepada orang tuanya masih-masing untuk
mendapatkan pembinaan
Selain itu, Secara umum faktor penyebab terjadinya disintegrasi karakter dibedakan
menjadi 2 yaitu faktor internal dan eksternal (Karlina).
Lingkungan Keluarga
Krisis Identitas Faktor Faktor Lingkungan Sekitar
Kontrol Diri Rendah Internal Eksternal Tempat Pendidikan
Minimnya Pemahaman Agama
Faktor Internal
1
Krisis identitas; Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja yang
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya
perasaanakan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas
peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedua
2
Kontrol diri yang lemah; Remaja yang tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima akan terseret pada perilaku disintegrasi karakter’. Begitupun bagi
mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun
tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya
1. Lingkungan keluarga
Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan ramaja
seperti keluargayang broken home, rumah tangga yang berantakan dapat
disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi konflik
keras, ekonomi keluargayang kurang, semua ini merupakan sumber yang
memicu terjadinya kenakalan remaja atau disintegrasi karakter
3. Tempat Pendidikan
Seperti yang sudah disebutkan diatas, bahwa tidak meratanya program tepat
sasaran menjadi salah satu akibat munculnya disintegrasi karakter. sehingga
tidak jarang kita seringkali menemui kasus seperti Sering membolos pada saat
jam pelajaran, sering melanggar peraturan sekolah. Tentu hal tersebut harus
menjadi catatan evaluasi bagi pemangku kebijakan tempat pendidikan.
n
ga
iri
n
Orang Lain
nd
u
gk
Se
n
Li
ri
Di
Konsekuensi
a. Diri Sendiri
1. Dilabeli sebagai remaja kurang berguna
2. Memendam rasa malu yang sulit dihilangkan
3. Kurang dipercaya dalam keluarga dan pergaulan
4. Menjatuhkan diri sendiri
5. Dianggap imannya masih lemah
6. Mempermalukan orang tua dan sekolahnya
b. Orang Lain
1. Tidak bisa kenyamanan bagi orang lain
2. Kurang disenangi dalam pergaulan
3. Menyedihkan hati orang tua dan keluarga
4. Tidak mendapat pengakuan dari orang lain
5. Teman dan tetangga malas mendekati
6. Tidak pantas sebagai contoh bagi oran lain
7. Orang lain ketakutan dipengaruhi
c. Lingkungan
1. Membawa nama buruk lingkungan
2. Diabaikan dan tidak disukai dalam masyarakat
3. Dianggap mencemari lingkungan sekitar
4. Tidak ada gunanya di masyarakat
5. Tidak diberi peran lagi karena masyarakat sudah tidak percaya
6. Dianggap orang yang perlu dibina agar tidak berdampak negatif
pada lingkungan
7. Menyimpang dari norma-norma masyarakat dan agama
Karakteristik Nabi Muhammad SAW dalam hal kepemimpinannya patut diteladani karena
beliau memiliki ketangguhan untuk menjadi pribadi yang tidak mudah dipengaruhi oleh
keadaan masyarakat di sekitarnya pada saat zaman jahiliyah. Karakteristik Nabi Muhammad
SAW yang sangat menonjol ialah kejujuran (shiddiq). Karakteristik ini menjadi prinsip utama
beliau dalam menjalani kehidupannya. Kepribadian sempurna yang dimiliki oleh Nabi
Muhammad SAW. sebagai Rasul Allah merupakan kepribadian yang terpuji, sehingga beliau
dikenal dengan sebutan sifat-sifat wajib bagi Rasul Allah yakni, shiddiq, amanah, tabligh,
dan fathanah (Sakdiah, 2016: hlm. 29)
SHIDDIQ AMANAH
TABLIGH FATONAH
Keempat sifat Nabi Muhammad SAW menjadi karakteristik utama yang harus kita teladani.
Sebab karakteristik tersebut sangat mulia sehingga harus ditiru dalam hal kepemimpinan,
baik pada diri sendiri maupun kepada orang lain. Pada zaman beliau, karakteristik
kepemimpinannya mampu disegani kawan dan dihormati lawan. Beliau memperlakukan
lawannya dengan sikap yang baik, meskipun lawan-lawan beliau telah melakukan berbagai
cara untuk menghentikan perjuangannya. Nabi Muhammad SAW tetap tabah, sabar, dan
sungguh-sungguh. Rasulullah SAW dikenal istiqamah atau konsisten hingga beliau selalu
berpegang pada keputusan yang telah disepakatinya (Sakdiah, 2016: hlm. 30-31)
Banyak karakteristik Nabi Muhammad SAW sangat menarik untuk dikaji. Misalnya jika
dikaitkan dengan dunia bisnis. Seperti yang telah diketahui bersama, Nabi Muhammad SAW
pernah berdagang pada usia muda. Karakteristik Nabi Muhammad SAW yang dikaji oleh
para pelaku bisnis berpedoman pada sifat Shiddiq. Sifat Shiddiq dijadikan sebagai bagian
dari etika oleh para pelaku bisnis (Musyirifin, 2020: hlm. 153)
Nabi Muhammad SAW memiliki sifat mulia yang selalu terjaga dan dijaga oleh Allah SWT.
Sifat Nabi Muhammad SAW tersebut dikenal dengan sebutan sifat wajib bagi Rasul yang
merupakan pencerminan karakter dari Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan tugasnya
sebagai pemimpin umat di muka bumi (Musyirifin, 2020: hlm. 155)
Dalam hal pendidikan misalnya, para sahabat Nabi Muhammad SAW yang pernah
mendapatkan pendidikan langsung dari beliau memiliki kegigihan dan semangat belajar
yang tinggi dalam mempelajari agama Islam dari Rasulullah. Sekalipun banyak halangan
dan rintangan yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran, baik halangan dari
keluarga mereka sendiri maupun dari orang lain. Bnayak dari mereka yang dihina, disiksa,
bahkan ada yang dibunuh. Namun, semua ini tidak menyurutkan atau mengurangi semangat
dan kegigihan mereka dalam menjalani pendidikan yang diberikan oleh Nabi Muhammad
SAW baik di rumah al-Arqam ibn Abi al-Arqam atau tempat lainnya (Manik, 2020: hlm. 20)
Dalam urusan tatanan politik, Nabi sebagai pemimpin tertinggi telah mencurahkan
perhatian yang cukup besar kepada kaum kafir Quraisy. Mereka merupakan penghalang
pertama dalam dakwah penyiaran Islam, karena mereka memiliki sifat yang keras kepala
(wiqfah) sehingga menyebabkan kelambanan tersebarnya ajaran tauhid tersebut. Ditambah
lagi kaum Quraisy pada saat itu memegang peranan penting dalam urusan keagamaan,
kekuasaan, ekonomi, politik, dan kebudayaan (Sakdiah, 2016: hlm. 37-38).
Karakteristik Nabi Muhammad SAW membuat beliau disukai oleh setiap orang yang
berhubungan dengannya secara langsung maupun tidak. Karakteristik beliau juga menjadi
pujaan bagi para pengikutnya. Jika dilihat secara historis sewaktu Nabi Muhammad SAW
masih muda, semua orang Quraisy menamakan beliau “As Shiddiq” dan “Al Amin” (Rahman,
1991: hlm. 68)
Berikutnya ialah sifat Tabligh. Sifat ini merupakan sifat Rasulullah yang ketiga. Cara dan
metode beliau dilaksanakan agar dapat ditiru oleh pengikutnya. Sasaran pertama ialah
keluarga beliau kemudian beliau melanjutkan berdakwah ke segenap penjuru. Sebelum
mengajarkan sesuatu, beliau terlebih dahulu melakukannya. Sifat ini merupakan sifat Rasul
yang mulia sebab tidak menyembunyikan informasi yang benar apalagi untuk kepentingan
banyak umat serta agama. Beliau tidak pernah sekalipun menyimpan informasi berharga
hanya untuk dirinya sendiri. Beliau sering mengabarkan berita gembira mengenai
kemenangan serta keberhasilan yang akan diraih oleh para pengikutnya di kemudian hari.
(Sakdiah, 2016: hlm. 44)
Kemudian yang keempat ada sifat Fathanah. Sifat ini merupakan karakteristik mulia Rasul
sebab akalnya sangat panjang dan cerdas sebagai pemimpin yang berwibawa. Selain itu,
beliau juga memiliki emosi yang stabil, tidak gampang berubah jika dihadapkan dalam dua
keadaan, baik itu di masa kejayaan dan dalam di masa terpuruk sekalipun. Beliau dapat
menyelesaikan masalah dengan tangkas dan bijaksana. Sifat pemimpin beliau yang cerdas
dapat mengetahui dengan jelas setiap akar permasalahan yang beliau hadapi serta
tindakan apa yang harus beliau ambil untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
umat saat itu. Sikap beliau sebagai seorang pemimpin mampu memahami betul bagian-
bagian apa saja dalam suatu sistem organisasi atau lembaga, kemudian beliau
menyelaraskan bagian-bagian tersebut agar dapat sesuai dengan strategi serta untuk
mencapai sisi yang telah digariskan (Sakdiah, 2016: hlm. 46)
Para sahabat Nabi Muhammad SAW yang melihat dan menyaksikan langsung bagaimana
sikap jujur yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW semanjak kecil, tentunya sudah dicontoh
dan diikuti oleh para sahabatnya beliau. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap keteladanan ini
dapat terlihat dari perjalanan hidup mereka, sehingga setiap perbuatan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW sudah menjadi pelajaran pendidikan yang sangat berharga kepada
mereka, terlebih-lebih lagi kita yang hidup pada hari ini “(Manik, 2020: hlm. 41-42)
Rasulullah SAW memerintahkan manusia untuk melakukan kebaikan dan beliau ialah orang
yang pertama kali melakukannya. Beliau melarang manusia dari keburukan dan beliau pula
orang yang pertama kali menghindarinya. Ini merupakan kesempurnaan akhlak beliau dan
hal itu tidaklah aneh, sebab karakterisitk akhlak beliau bersumber dari Al Quran. Demikian
juga dengan para sahabat yang melihat karakteristik beliau, mereka mampu meniru dan
mencontohnya dengan baik (Manik, 2020: hlm. 44)