MAKALAH DIKLAT NASIONAL Seni Budaya - Deny OK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DIKLAT NASIONAL

Seni Budaya Sebagai Sarana Pendidikan Karakter:


Membangun Sikap Kritis, Kreatif, dan Kolaboratif.
Oleh : DENY TRI ARYANTI, S.Sn., M.Hum.
Dosen Jutrusan Teater Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya (STKWS)

Seni sebagai salah satu bentuk kebudayaan, selain untuk hiburan, juga merupakan salah
satu sarana untuk menyampaikan pesan kepada seluruh masyarakat. Seni sebagai tatanan,
tontonan dan tuntunan, harus bisa menyampaikan pesan kepada masyarakat dengan cara yang
mudah dimengerti dan dipahami.
Seni menurut beberapa ahli:
Jika dilihat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni berarti keahlian membuat
karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya). Arti seni
di KBBI juga merupakan karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari,
lukisan, ukiran. Berikutnya, coba kita lihat dari sisi bahasa Inggris. Kata “art” berarti ekspresi
atau aplikasi keterampilan kreatif dan imajinasi manusia, yang dihasilkan dalam bentuk visual,
serta kecantikan dan kekuatan emosionalnya dapat diapresiasi.
Asal usul kata “seni” dalam bahasa Indonesia adalah kata “sani” dari bahasa
Sansekerta, yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Sementara kata “art” dalam
bahasa Inggris berasal dari kata “artem” dalam bahasa Latin yang berarti keterampilan, yang
biasanya digunakan untuk menjelaskan kualitas atau ekspresi sesuatu yang indah atau sangat
penting.
Menurut Plato, seni adalah hasil tiruan alam. Pandangan ini menganggap bahwa suatu
karya seni merupakan tiruan obyek atau benda yang ada di alam atau karya yang sudah ada
sebelumnya. Nilai keindahan pada suatu karya seni didasarkan pada kesan keindahan yang
ada di alam.
Menurut Drs. Sudarmaji Seni merupakan segala manifestasi batin dan pengalaman
estetis dengan menggunakan media bidang, garis, warna, tekstur, volume, dan gelap terang.
Seni bukan hanya sebuah karya, tetapi juga tumbuh menjadi sebuah manifestasi batin yang di
dalamnya mengunggah pengalaman yang memiliki keindahan dengan menggunakan berbagai
media dalam berkesenian seperti media bidang, garis, warna, volume, dan gelap terang.
Kita bisa menarik garis kesimpulan bahwa seni adalah hasil cipta, karya indah yang
berasal dari rasa dan pikiran manusia.

Pengertian Karakter

Wynne (dalam Mulyasa, 2012, hlm.3) menjelaskan bahwa kata “character” (“karakter” dalam
bahasa Indonesia) berasal dari bahasa Yunani, yaitu kharaktēr/eharassein yang berarti “to mark”
atau “to engrave) (menandai/mengukir).Tentunya, “menandai” atau “mengukir” tidak dimaknai
sebatas harfiah saja. Jika diinterpretasikan, hal tersebut dapat berarti mengukir nilai-nilai positif
baik dalam konsepsi dan tindakan nyata dalam perilaku sehari-hari.

Salahudin dan Alkrienciechie (2013, hlm. 42) berpendapat bahwa karakter merupakan ciri khas
seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan
ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.

Samani dan Hariyanto (2013, hlm. 41) sebagai sesuatu yang khas dari seseorang sebagai cara
berfikir dan perilaku untuk hidup dan bekerjasama dalam hubungannya dengan sesama yang dapat
membuat keputusan dan mempertanggungjawabkan perbuatannya

Dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sifat, persepsi, baik-buruk seseorang dalam menerapkan
etika nilai, moral, emosi dan berbagai kemampuan kejiwaan lain yang tercermin melalui perilaku
atau tingkah laku yang baik. Karakter juga dapat didefinisikan sebagai nilai dasar yang tertanam
dan dimiliki oleh individu sebagai pondasi diri untuk berbuat baik, sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat.
Samani dan Hariyanto
Menurut Samani & Hariyanto (2013, hlm. 45) pendidikan karakter adalah proses pemberian
tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi
hati, pikir, raga serta rasa dan karsa.

Menurut Wibowo Pendidikan karakter adalah pendidkan yang digunakan untuk menanamkan dan
mengembangkan karakter kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter yang luhur
setelah memiliki maka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari bak di rumah, di
sekolah maupun di masyarakat (Wibowo, 2013, hlm. 40).
Menurut Salahudin dan Alkrienciechie Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan
moral atau budi pekerti untuk mengembangakan kemampuan seseorang untuk berperilaku yang
baik dalam kehidupan sehariharinya (Salahudin & Alkrienciechie, 2013, hlm.42).

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter menurut Kemendiknas

Nilai Deskripsi

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
Religius
dianut, toleran dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Perilaku yang selalu berupaya untuk menjadi orang yang sesuai dan
Jujur menetapi apa yang dilakukan baik dalam perkataan, tindakan, maupun
pekerjaan.

Sikap dan perilaku yang menghargai perbedaan ras, agama, etnis,


Toleransi
pendapat, tindakan yang berbeda.

Tindakan yang berperilaku tertib dan patuh pada ketentuan dan peraturan
Disiplin
yang berlaku.

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi


Kerja Keras hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikannya dengan sebaik-
baiknya.

Berpikir dan bekerja dengan menghasilkan cara baru atau unik dari yang
Kreatif
telah ada/dimiliki.

Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang Iain saja.

Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang mempertimbangkan hak dan


Demokrasi
kewajiban dirinya dan orang banyak.

Selalu berupaya untuk mengetahui lebih dalam dan meluas dari sesuatu
Rasa Ingin Tahu
yang dilihat, didengar dan dipelajari secara umum.
Berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
Semangat Kebangsaan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Berpikir, bersikap dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan,


Cinta Tanah Air
kepedulian, dan penghargaan terhadap segala aspek bangsa dan negara.

Mampu mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi


Menghargai Prestasi
masyarakat dan mengakui, serta menghargai keberhasilan orang lain.

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang untuk bergaul, berbicara, dan


Bersahabat/Komunikatif
bekerja sama dengan orang lain.

Perilaku, sikap, perkataan, dan tindakan yang membuat orang lain merasa
Cinta Damai
senang dan damai atas kehadiran individu tersebut.

Kebiasaan yang selalu memberikan waktu untuk membaca dan berbagi


Gemar Membaca
bacaan yang bermanfaat dan memberikan kebajikan bagi dirinya.

Selalu berupaya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan di


Peduli Lingkungan sekitarnya, termasuk menjaga, mencegah dan memperbaiki tatanan alam
di sekitar.

Sikap dan tindakan yang selalu ingin menolong dan membantu orang Iain
Peduli Sosial
dan masyarakat umum yang membutuhkan.

Selalu melaksanakan dan menyelesaikan tugas dan kewajiban diri,


Tanggung Jawab
masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan YME.

Sumber: Pedoman Sekolah Kemendiknas (2010, hlm.9)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Karakter, menurut Zubaedi (2012, hlm.177-183)


faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pendidikan karakter antara lain:
1. Faktor Insting (Naluri), Insting adalah sikap dan tabiat yang telah terbentuk sejak
dilahirkan.
2. Adat (Kebiasaan), Suatu perilaku yang sama dan diulang secara terus-menerus hingga
menjadi terbiasa.
3. Keturunan (heredity), Sifat-sifat anak sebagian merupakan cerminan dari sikap dan sifat
orangtuanya, baik secara rohani, maupun jasmani.
4. Lingkungan (milieu), Segala hal yang mengelilinginya mulai dari adat istiadat, pergaulan,
keadaan sekolah, desa, kota, dsb akan memberikan pengaruh secara langsung atau tidak
langsung pada karakter seseorang.

Tujuan Pendidikan Karakter, menurut Mulyasa (2012, hlm.9) adalah untuk mendorong peserta
didik agar mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Selain itu, Kemdiknas menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter antara lain adalah sebagai:

1. Mengembangkan potensi nurani/kalbu/afektif peserta didik sebagai warga negara yang


memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan denan nilai
universal dan tradisi bangsa yang religius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus
bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan
berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan aman, jujur, kreatif
dan bersahabat.

Fungsi Pendidikan Karakter, menurut Zubaedi (2012, hlm. 18) dibagi menjadi tiga fungsi utama:

1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Agar perserta didik mampu


mengembangkan potensi dalam dirinya untuk berpikir baik, berhati nurani baik, dan
berperilaku baik dan berbudi luhur.
2. Fungsi untuk penguatan dan perbaikan. Memperbaiki dan menguatkan peran individu,
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan tanggung
jawabnya dan berpartisipasi dalam mengembangkan potensi kelompok, instansi, atau
masyarakat secara umum.
3. Fungsi penyaring. Pendidikan karakter dapat digunakan agar masyarakat dapat memilih
dan memilah budaya bangsa sendiri dan dapat menyaring budaya bangsa lain yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa sendiri yang berbudi luhur.

I. Membangun Sikap Kritis Melalui Seni Budaya.


Beberapa pendidikan karakter yang perlu ditanamkan melalui seni dan budaya antara
lain adalah bersikap Kritis, Kreatif, Kolaboratif. Dalam berkesenian pelaku selalu memiliki
karya yang memiliki makna yang ingin disampaikan pada penikmatnya. Salah satunya adalah
pesan pesan yang bersifat kritis terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Berpikir
kritis menurut Nuryani Suryomukti (2015) dalam bukunya Teori-teori Pendidikan menjelaskan
bahwa berpikir kritis adalah sebuah kecakapan kognitif yang memungkinkan seseorang
menginvestigasi sebuah situasi, masalah, pertanyaan atau fenomena agar dapat membuat
sebuah penilaian atau keputusan. Jadi bukan berarti bahwa bersikap kritis itu selalu diartikan
sebagai kritikan pedas yang kemudian bisa menjatuhkan pihak lain. Kadang kita hendak
melakukan sesuatu memikirkan hal hal yang akan berimbas pada hasil kedepannya.

6 TOPI BERPIKIR

Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks dalam menyelesaikan suatu


masalah dengan menggunakan proses menganalisis dan mengevaluasi informasi yang
diterima, atau makna berpikir kritis adalah menemukan kebenaran informasi yang diterima
atau memecahkan masalah adalah berpikir dengan tenang, tidak emosional, untuk berpikir
secara kritis, mengutamakan logika, memahami masalah, menganalisisnya, mengevaluasi
hasilnya, dan kemudian membuat keputusan atau tindakan.
Berpikir kritis dapat digambarkan sebagai proses mental yang terorganisir untuk
menganalisis dan mengevaluasi informasi. Proses mental adalah cara memperhatikan,
mengklasifikasikan, dan membuat kesimpulan dan keputusan.
Informasi yang Anda dapatkan ketika Anda berpikir secara kritis dapat berasal dari
hasil pengalaman dan pengamatan, atau dari berkomunikasi dengan orang lain yang
memberikan informasi. Berpikir kritis membuat sulit untuk mempercayai apa yang telah Anda
terima, jadi kami menganalisisnya terlebih dahulu untuk menemukan kebenaran.
Membangun sikap kritis melalui seni budaya bisa kita lakukan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Dalam ranah pendidikan seni, seorang pendidik harus bisa mengajarkan bagaimana
anak didiknya mampu menyampaikan pikiran-pikiran mereka dengan cara yang santun, indah
dan lebih berbudaya. Contoh paling mudah yang sering dilakukan adalah, membuat karya seni
dengan menyelipkan pesan-pesan yang mudah dipahami didalamnya.
Setiap manusia selalu memiliki jiwa seni dalam dirinya. Yang membedakan hanya
seberapa besar prosentase yang tertanam didalamnya. Bahkan dalam mengambil keputusan,
setiap manusia menggunakan seni berpikirnya. Dari sana kita dapat bersikap kritis namun tetap
dengan cara-cara yang indah dan menyampaikan pada orang lain dengan cara yang santun.
Dan hal tersebut merupakan salah satu baguan dari budaya perilaku. Tindakan yang demikian
bisa kita duplikasikan pada generasi dibawah kita, untuk tetap mampu memanagemen emosi
dengan tetap berpikir kritis dan logis.
Sikap kritis yang perlu dilakukan adalah:

SIKAP KRITIS

Kritis terhadap diri Kritis Terhadap Orang Kritis Terhadap


sendiri Lain Lingkungan Sekitar

Kritis terhadap Pemikiran


Kritis terhadap Perilaku
Karakteristik dibangun melalui sikap dan perilaku simpati kemudian berkembang pada empati.
Biasanya hal ini akan lebih mudah dibangun melalui sei peran. Bukan berarti seni lainnya tidak
bisa membangun karakter kritis pada manusia, namun seni peran terutama pada teater ruang
lingkupnya lebih komplek. Disana ada seni rupa pada artistic, ada seni music pada aransemen
pembangun suasana, ada seni tari pada gestulasi, dan managemen emosi pada keaktoran.

Bagaimana Seni dan budaya mampu berperan pada pembangunan sikap kritis:

PERAN SENI BUDAYA


DALAM MEMBANGUN
SIKAP KRITIS

Pertunjukan Upacara-
Meditasi Observasi dan upacara
pameran adat

PENCARIAN MAKNA/
PESAN
KARAKTER SIMPATI FILOSOFI
DIRI
HIBURAN

MANAJEMEN SEMIOTIK /
EMPATI KEBARUAN
EMOSI SIMBOL

Dari berbagai aktifitas seni budaya, akan tercipta pula pikiran pikiran kritis untuk
mentransformasikan dari tradisional menjadi peristiwa peristiwa kekinian atau modern. Misalnya,
bagaimana kemudian manusia mampu kritis terhadap peristiwa yang akhir akhir ini banyak
bersifat individualistis. Hal tersebut bisa disikapi dengan pikiran atau respon positif. Dengan
berpikir kritis, manusia akan berpikir bagaimana mentransformasikan peristiwa tradisional
menjadi lebih modern sesuai dengan perkembangan teknologi dan perubahan jaman. Missal:
Pertunjukan bukan hanya bisa dilihat lewat panggung secara langsung, sekarang bisa dilihat
melalui youtube dan live streaming. Pasar pasar online. Dengan budaya perilaku masyarakat yang
semakin berubah mengikuti perkembangan teknologi dan perubahan jaman, maka manusia juga
dipaksa untuk berpikir kritis agar tidak jalan ditempat.

Akhirnya dari sikap kritis tersebut akan muncul ide ide kreatif yang mempu mengikuti
perkembangan jaman, tanpa meninggalkan landasan seni budaya yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Karena memang Kritis dan kreatif adalah dua hal yang saling berkesinambungan.

II. Membangun Kreatifitas Dalam Konteks Seni dan Budaya


Pembelajaran seni merupakan salah satu mata pelajaran yang dimasukkan dalam salah
satu mata pelajaran di sekolah dasar karena seni memiliki peranan untuk membentuk pribadi siswa
yang harmonis dan merupakan salah satu aspek dari kecerdasan seseorang. Seperti dalam panduan
kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI (Depdiknas, 2006, 612) tercantum bahwa tujuan dari
mata pelajaran seni budaya dan keterampilan diantaranya supaya siswa memiliki kemampuan
memahami konsep pentingnya seni budaya dan keterampilan, menampilkan sikap apresiasi
terhadap seni budaya dan keterampilan, menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan
keterampilan, serta menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat
lokal, regional, maupun global.
Berdasarkan tujuan di atas maka diketahui bahwa pendidikan seni mampu
menyeimbangkan antara kemampuan intelektual, kepribadian, dan pengalaman estetis siswa.
Sebagaimana diungkapkan oleh bapak pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara (Utomo,
2010) bahwa, pendidikan kesenian merupakan salahi satu faktor penentu dalam pembentuk
kepribadian anak, karena pendidikan seni di sekolah dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan
dalam membentuk jiwa dan kepribadian.
Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan,
kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik yang
terletak pada pemberian pengalaman dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi, dan
berapresiasi (Permendiknas no 19 th 2005). Dari pernyataan tersebut dapat menunjukkan bahwa
pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan tidak hanya berorientasi dalam penguasaan materi
ajar, tetapi juga berorientasi pada peningkatan kreativitas dalam mengembangkan sebuah
keterampilan kerajinan tangan. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan
komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenali
pembuatnya. Dengan pengertian ini, kita dapat mengetahui bahwa kriteria utama dalam
kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang baru. (Agustyaningrum, 2014)
Kreativitas (creativity = creative + activity) bermakna aktivitas kreatif. Kata kreatif
berasal dari kata creare bahasa Latin yang berarti mencipta (Martopo, 2006:213). Mencipta dapat
diartikan membuat sesuatu yang baru, dalam hal ini dapat berupa karya cipta seni atau karya yang
lain yang bersifat inovatif dan unik. Kreativitas adalah kegiatan menyusun kembali unsur-unsur
musik yang telah dikuasai anak, menjadi satu lagu asli (Mack,2002:7).
Menurut Mack yang penting dari kreativitas adalah proses menyusun ide sehingga
membentuk sesuatu yang baru. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk mengenal
(mengidentifikasi) masalah secara tepat dan memberikan jawaban yangtepat terhadap masalah itu
(Saini KM, 2001:26, dalam Martopo,2006:215).Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat
Edward De Bono untukmenghasilkan ide-ide baru atau pemecahan masalah seseorang
harusmenggunakan kekuatan berpikirnya (the power of lateral thinking)(Martopo, 2006:216).
Menurut (Uqshari, 2005:13) kreativitas adalah upaya melakukanaktivitas yang baru dan
mengagumkan. Upaya menciptakan inovasi baruyang mencengangkan. Kemampuan melakukan
aktivitas yang baru terjadisetelah melakukan penghayatan seni,seperti pendapat (Mulyadi,
1991:80, dalam Eny,2006:5), kreativitas adalah ide yang berasal dari penghayatanestetis setelah
melihat aktivitas seni.
Menurut Kreiner dan Kinicki, kreativitas didefinisikan sebagai suatu proses yang
menggunakan imajinasi dan ketrampilan dalam sebuah produk, benda, proses, atau pikiran yang
baru dan unik. Kreativitas adalahproses dalam mengembangkan sesuatu yang baru atau unik
(Martopo,2006:213). Ciri seorang yang kreatif antara lain memiliki ide-ide yang baru,berani
tampil beda, memunculkan pemikiran yang tidak populer, tidak takutmencoba dan tidak takut
gagal (Soenarno,2006:11), namun sebenarnya ciri-ciri tersebut sudah dimiliki oleh manusia dan
merupakan karunia Tuhan,
Seperti pendapat (Santoso, 2002:148) kreativitas adalah karakter standar yang dimiliki
setiap orang sebagai karunia Allah. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah kegiatan menyusun kembali berbagai ide untuk membentuk sesuatu yang baru
dengan menggunakan kekuatan pemikiran. Fungsi pikiran adalah untuk mengatasi masalah karena
memberikan jawaban yang tepat adalah bentuk kreativitas seseorang. Kemampuan dalam
kreativitas merupakankarunia Allah SWT untuk mahkluknya agar dapat mengatasi masalah
kehidupan.
Dari pemaparan ini, dapat ditarik simpulan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
untuk mengekspresikan dan mewujudkan potensi daya berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang
baru dan unik atau kemampuan untuk mengkombinasikan sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu
yang lain agar lebih menarik. Kreativitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menciptakan suatu produk baru, atau kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Masa lalu (Pikiran/Tindakan/Produk/Karya) -------→ Berpikir Kritis

Masa Lalu
(Pikiran, Tindakan, Produk/Karya, Masalah)

Berpikir Kritis

Bertindak dari hasil pikiran

Masa Kini “Kreatifitas”

(Hasil dari Pikiran dan Tindakan)

Kreatifitas bukan hanya merubah yang lama menjadi baru, namun bisa dari yang tidak
ada menjadi ada. Seperti pada bahasan sebelumnya, berpikir kritis akan melahirkan kreatifitas.
Dalam Seni dan Budaya banyak hal yang bisa dilakukan sebagai wujud atau representasi kreatifitas
pelaku seni, baik melalui Musik, Sastra, Tari, Lukisan, atau Seni Peran, bahkan kreatifitas dalam
adat istiadat, budaya masyarakat sekitar.
Kreatifitas yang mengikuti perkembangan jaman dibidang teknologi

Jembatan Ampera Palembang dulu dan sekarang

Kreatifitas pada desain pakaian


Kreatifitas kostum

Kreatifitas dalam bermusik

Desain gedung Unair


Surabaya
Kolaborasi Seni Budaya di Era Digital

Sebelum membahas sedikit lebih jauh tentang tema “Kolaborasi Seni Budaya di Era
Digital”, ada baiknya kita menyatukan persepsi dulu tentang pengertian Kolaborasi. Kolaborasi
menurut beberapa ahli dan sumber:
Dalam modul berjudul Konsep, Pengertian, dan Tujuan Kolaborasi oleh Dr. Drs. Choirul
Saleh, M.Si. yang diterbitkan pustaka Universitas Terbuka, secara etimologi kolaborasi adalah
“collaborative” berasal dari kata “co” dan “labor.” Maka pengertian kolaborasi adalah penyatuan
tenaga atau peningkatan kemampuan yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan atau yang telah disepakati bersama. Istilah kolaborasi kerap digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan.

“Pengertian kolaborasi adalah situasi di mana dua orang atau lebih belajar atau mencoba
mempelajari sesuatu bersama-sama dan lebih banyak lagi khusus sebagai pemecahan masalah
bersama,” dijelaskan ahli dalam bidang ini, Dillenbourg.
Menurut Kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah hakekat untuk bekerja bersama
khususnya dalam usaha penggabungan pemikiran.
Menurut Camarihna-Matos dan Afsarmanesh (2008), kolaborasi adalah sebuah proses
ketika beberapa entitas atau kelompok saling berbagi informasi, sumber daya, dan tanggung jawab
atas sebuah program kegiatan yang dirancang, diimplementasikan, dan dievaluasi secara bersama-
sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Menurut Dillenbourg (1999), kolaborasi adalah situasi di mana dua orang atau lebih belajar
atau mencoba mempelajari sesuatu bersama-sama dan lebih banyak lagi khusus sebagai
pemecahan masalah bersama.
Menurut Teasley (1995), kolaborasi adalah terkoordinasi, aktivitas sinkron yang
merupakan hasil dari upaya berkelanjutan untuk membangun dan memelihara konsepsi bersama
tentang suatu masalah.
Adapun beberapa tujuan kolaborasi adalah:
1. Untuk memecahkan masalah
2. Saling mendekatkan orang atau komunitas/ organisasi
3. Saling membantu antar personal
4. Meningkatkan moral pelaku kolaborasi
5. Menggabungkan 2 object yang berbeda dalam sebuah karya seni
Manfaat Kolaborasi adalah:
1. Meningkatkan komunikasi
2. Meningkatkan produktivitas
3. Memberikan lebih banyak ruang/ fleksibilitas dalam berkarya
4. Meningkatkan rasa kebersamaan/ kerjasama
5. Menciptakan karya baru yang berbeda dari sebelumnya.

Disini saya mencoba memetakan Kolaborasi dalam dua bagian, menyesuaikan dengan tema
Kolaborasi Seni Budaya di Era Digital.

KOLABORASI

SUBJEK OBJEK

INTERNAL EKSTERNAL KOLABORASI ANTARA


DUA ATAU LEBIH
AKTIVITAS / BENDA
ANTAR PERSONAL ANTAR DUA ATAU LEBIH YANG BERBEDA DALAM
DALAM TIM/KOMUNITAS TIM / KOMUNITAS YANG SATU PROSES /
YANG SAMA BERBEDA PERISTIWA

KOLABORASI TARI
LUDRUK TRADISI DAN MODERN
KOLABORASI ANTAR KOLABORASI MUSIK
GENERASI DARI DUA ATAU LEBIH
PAMERAN SENI RUPA GENRE YANG BERBEDA
TARI REMO MASSAL LIVE STREAMING
PERTUNJUKAN
FESTIVAL LUDRUK
POLDA JATIM
Kolaborasi Subjek adalah kerjasama antar pelaku seni untuk mencapai sebuah karya bersama.
Contoh: Ludruk kolaborasi antar generasi, Pameran Seni Rupa, Tari Remo Massal.
Sedangkan kolaborasi object adalah perpaduan antara 2 atau lebih object atau perangkat yang
berbeda untuk menciptakan karya yang utuh dan bebeda dari sebelumnya.
Contoh: Kolaborasi music dari dua atau lebih genre yang berbeda, pertunjukan live streaming,
festival Ludruk Polda Jatim (Videotron), kolaborasi tari tradisi dan modern (kontemporer)

Anda mungkin juga menyukai