PEDOMAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
PEDOMAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
PEDOMAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Umum :
Meningkatkan akses, kualitas dan keamanan pelayanan Keluarga Berencana di
Rumah Sakit.
2. Khusus :
a. Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan Keluarga
Berencana di Rumah Sakit.
D. Sasaran
Sasaran program pelayanan KB di RS adalah :
1. Pasangan usia subur
2. Klien rujukan komplikasi dan efek samping
3. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
4. Pasangan yang infertil
5. Masyarakat
E. Pengertian/Istilah
1. Keluarga Berencana
Adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan
nasehat perkawinan, penjarangan dan penghentian kehamilan dan pengobatan
kemandulan yang dilakukan secara sukarela.
2. Rumah Sakit
Adalah semua sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, gawat darurat, tindakan medik yang dilaksanakan selama 24 jam melalui upaya
kesehatan perorangan.
4. Pelayanan medik
Adalah upaya kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif yang diberikan kepada pasien oleh tenaga medis sesuai dengan
standar pelayanan medis dengan memanfaatkan sumberdaya dan fasilitas secara
optimal.
5. Peralatan medis
Adalah peralatan utama yang harus dimiliki RS untuk dapat melaksanakan pelayanan
KB sesuai dengan metode kontrasepsi yang diberikan.
7. Pelayanan Kontrasepsi
Merupakan upaya kesehatan dengan menggunakan metode tertentu untuk mengatur
jarak kehamilan atau menghentikan kehamilan.
8. Kontrasepsi mantap
Suatu tindakan untuk membatasi kelahiran dalam jangka waktu yang tidak terbatas
melalui suatu tindakan operasi kecil dengan cara mengikat dan memotong saluran
telur pada istri (tubektomi) atau mengikat dan memotong saluran sperma pada suami
(vasektomi) atas permintaan yang bersangkutan secara sukarela.
14. Klien
Adalah salah satu Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan calon atau pesertaKB.
A. Struktur Organisasi
Dengan bervariasinya kepemilikan RS makan bernegaruh terhadap struktur
organisasi PKBRS tersebut. Untuk RS vertikal milik Depkes mengacu pada Kepmenkes
No. 1045 tahun 2006 tentang Pedoman Organisasi RS di lingkungan Depkes, sedangkan
untuk RS daerah, TNI/POLRI dan swasta maka strukturnya mengikuti kebijakan/aturan
kepemilikan RS tersebut.
Dalam pelaksanaan pelayanan KB di RS dilakukan secara terpadu oleh suatu
tim/pokja yang terdiri dari berbagai unsur/unit dalam RS seperti bagian kebidanan &
kandungan, bedah, penyakit dalam, farmasi dan sebagainya yang ditetapkan dengan SK
Direktur RS.
Contoh struktur organisasi PKBRS
1.
Distribusi
Tim/Pokja
Alokon/obat
PKBRS
Distribusi
Alokon/
obat
Penanggung Jawab Penanggung
Medis jawab Promosi
KIE/ Poli Ope
Kons KB ratif
eling
Ket :
-------Garis koordinasi
Garis instruksi
1. Direktur Utama
- Merupakan penanggung jawab utama dalam PKBRS
- Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Provinsi/Kabupaten/Kota) dan istitusi
KB setempat untuk kegiatan yang berkaitan dengan layanan KB.
7. Unit/Bagian lain
- Berperan dalam kegiatan KIE/motivasi calon akseptor potensial.
A. Klasifikasi Pelayanan KB di RS
10 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
- Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
- Dokter Spesialis Bedah
- Dokter Spesialis Anestesi
- Bidan terlatih
- Perawat terlatih
- Tenaga konselor
- Dokter Anestesi
3. Pelayanan KB Paripurna
Adalah pelayanan Keluarga Berencana yang meliputi pelayanan kontrasepsi
sempurna ditambah pelayanan rekanalisasi, penanganan infertilitas dan sebagai
pusat rujukan.
Minimal tenaga yang tersedia :
- Dokter SpOG Konsultan (K) dan SpOG Konsultan Fertilitas (K.Fer)
- Dokter Sp.Urologi
- Dokter Sp. Andrologi
- Dokter Sp. Anestesi
- Bidan terlatih
- Perawat terlatih
- Tenaga Konselor
B. Kompetensi Tenaga
1. Dokter Spesialis Kebidanan & Penyakit Kandungan, Konsultan Endokrinologi
Reproduksi dan Fertilitas (SpOG, K-Fer)
2. Adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan penanggulangan masalah
infertilitas.
3. Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan (SpOG).
4. Adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan semua meyode kontrasepsi
kecuali vasektomi.
5. Dokter Spesialis Bedah (Sp.B).
6. Adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan semua metode kontrasepsi
termasuk pelayanan vasektomi dan tubektomi.
7. Dokter Spesialis Urologi (Sp.U).
8. Adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan semua metode kontrasepsi
termasuk pelayanan vasektomi.
11 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
9. Dokter Spesialis Andrologi.
10. Adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan
11. Penanggulangan masalah infertilitas.
12. Dokter Umum terlatih.
13. Adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan IUD, implant, suntikan, pil
dan kondom, sementara untuk pelayanan MOW dengan minilap dan MOP
memerlukan sertifikasi tersendiri.
14. Bidan
15. Adalah bidan terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter dalam
memberikan pelayanan KB.
16. Perawat terlatih
17. Adanya perawat terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter dalam
memberikan pelayanan KB.
C. Sistem Pelayanan
Pelayanan KB di RS hendaknya memenuhi hal-hal dibawah ini yaitu :
1. Pelayanan dilakukan sesuai standar yang berlaku di RS.
2. Pelayanan KB di RS dilakukan melalui pendekatan satu atap (one stop service)
artinya setiap klien/calon akseptor potensial yang membutuhkan pelayanan KB,
dapat dilayani kebutuhan KIEnya di beberapa unit terkait, dan setelah dilakukan
konseling serta pengambilan keputusan mengenai metode kontrasepsi yang
dipilih, maka dilakukan pelayanan medis KB ditempat yang telah ditetapkan.
3. Pelayanan dilakukan secara terpadu dengan komponen kesehatan reproduksi
lainnya, antara lain dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelayanan
pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual (PP-IMS) dan pelayanan
kesehatan reproduksi remaja (dalam hal ini pemberian informasi tentang KB).
4. SDM dan sarana prasana yang tersedia harus memenuhi ketentuan.
5. Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik.
6. Harus ada sistem monitoring dan evaluasi dalam rangka pengendalian kulaitas
pelayanan.
7. Ayoman pasca pelayanan.
12 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
D. Alur dan Prosedur Pasien Dalam Pelayanan KB
Pasien datang
sendiri/rujukan
UGD
Instalasi rawat
jalan unit terkait
Rawat
inap unit
tidak
Setuju KIE Ulang
ya
Informed Consent
Pemeriksaan
penunjang
tidak
Setuju
ya
Dilakukan pelayanan
KB
13 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
Pemantauan medis & pemberian
nasehat pasca tindakan
14 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
2. Prosedur pelayanan
2.1. Identifikasi Klien
Klien/calon akseptor yang datang untuk dilayani KB di RS pada tahap awal
akan melalui prosedur sebagai berikut :
Jika klien baru :
- Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri.
- Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh
petugas paramedis.
- Pada status/rekam medik akan diberikan cap/stempel PKBRS.
- Apabila klien bersedia menjadi akseptor KB maka diarahkan ke poli
PKBRS.
- Apabila pasien belum mau ikut KB tetap dirujuk ke poli PKBRS untuk
mendapat KIE.
Jika klien lama/ulangan :
- Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS atau datang sendiri.
- Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh
petugas paramedis.
- Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke RS, maka
konseling yang diberikan berupa pemantapan pilihan.
- Pada status/rekam medik akan diberikan cap/stempel PKBRS.
Klien dengan kasus khusus (misalnya : efek samping, komplikasi, pasca
persalinan/keguguran) sebelum dilakukan KIE dan konseling maka
permasalahannya harus ditangani dengan baik terlebih dahulu.
Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif, pelayanan KB
pasca persalinan di RS harus menjadi prioritas utama. Hal ini berarti
diharapkan sebelum pasien pasca persalinan pulang sudah dilakukan
pelayanan KB.
2.2. Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE)
Setelah dilakukan identifikasi Klien maka dilakukan kegiatan KIE.
Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia di RS tersebut.
KIE dapat diberikan oleh bagian promosi kesehatan/tenaga kesehatan yang
sudah terlatih dalam memberikan KIE.
15 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
2.3. Konseling
Setelah diberikan KIE maka dilakukan konseling dengan menggunakan alat
bantu pengambilan keputusan (ABPK) untuk memberikan bantuan kepada
klien dalam pengambilan keputusan pemilihan kontrasepsi yang cocok.
Penjelasan lebih terperinci mengenai konseling terdapat dalam bab IV.
2.4. Penapisan medis
Setelah pasien memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan kemudian
dilakukan penapisan medis oleh dokter/dokter spesialis.
2.5. Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi diberikan oleh tenaga medis (dokter spesialis/dokter
terlatih/bidan) tergantung jenis kontrasepsi yang digunakan.
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi dan
memperhatikan hak pasien termasuk membuat informed consent.
Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium, radiologi dan sebagainya.
Pelayanan yang diberikan meliputi :
Pelayanan preventif yaitu pelayanan kontrasepsi dengan lebih
mengutamakan metode efektif terpilih (IUD, implant dan kontrasepsi
mantap).
Pelayanan kuratif yaitu pelayanan efek samping, komplikasi dan
kegagalan penggunaan kontrasepsi serta pelayanan ginekologis pada
akseptor KB.
Pelayanan rehabilitatif, berupa pelayanan infertilitas dan reversibilitas
(pemulihan kesuburan).
2.6. Pemantauan medis dan pemberian nasehat pasca tindakan
Dilakukan oleh petugas klinik/medis.
16 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
E. Sarana, Prasarana dan Peralatan
Sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan KB di RS dapat terpisah atau
terintegrasi/bergabung dalam unit pelayanan kebidanan dan kandungan, bedah dan
unit pelayanan lainnya sesuai dengan kondisi rumah sakit.
Adapun sarana, prasarana dan peralatan minimal yang harus tersedia dalam pelayanan
tersebut adalah :
17 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
No Jenis Lengkap Sempurna Paripurna Ket
Peralatan Non Medis
1 Timbangan BB √ √ √
2 Tempat tidur periksa √ √ √
3 Bangku kecil untuk naik ke tempat √ √ √
tidur
4 Meja alat √ √ √
5 Toples √ √ √
6 Wastafel √ √ √
7 Cawan √ √ √
8 Bahan & Obat habis pakai √ √ √
9 Papan nama fasilitas pelayanan √ √ √
10 Lemari penyimpan alokon √ √ √
Persediaan Alokon
1 Kondom √ √ √
2 Pil KB √ √ √
3 Suntikan √ √ √
4 IUD √ √ √
5 Implant √ √ √
18 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
Mekanisme Distribusi Alokon
F/V/KB BKKBN
PUSAT
Gudang
BKKBN
F/V/KB PROVINSI
Gudang
Institusi KB DINKES
Kab/Kota Kab/Kota
Gudang
RS
Pemerintahan/sw
asta/TNI-
POLRI/LSM
PUSKESMAS PPLKB/Pengendali/K
F/V/KB INDUK oordinator/UPTD
PUSTU
Klinik swasta
PUSKESDES/
POLINDES
AKESPTOR
19 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
G. Pencatatan dan Pelaporan
RS wajib melaksanakan pencatatan kegiatan pelayanan PKBRS dilaporkan secara
berkala ke Departemen Kesehatan dan disampaikan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Pencatatan pelaksanaan layanan KB di RS memiliki 2 mekanisme yaitu :
1. Pencatatan dan pelaporan dengan menggunakan formulir dari BKKBN yang
terdiri dari :
Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/08) yang digunakan oleh klinik KB
untuk melakukan pendaftaran pertama bagi klinik KB baru pada saat didirikan
dan untuk pendaftaran ulang bagi semua klinik KB lama, yang dilakukan pada
setiap awal tahun anggaran (bulan Januari).
Kartu Peserta KB (K/I/KB/08) yang digunakan sebagai tanda pengenal dan
bukti diri sebagai peserta KB.
Register Hasil Pelayanan KB di Klinik KB (R/I/KB/08)
Register Alat Kontrasepsi di Klinik KB (R/II/KB/08) yang digunakan untuk
mencatat penerimanaan dan pengeluaran, serta persediaan semua jenis alokon
di Klinik KB.
Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/08) yang digunakan untuk melaporkan
kegiatan dan hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik untuk peserta KB baru
maupun ulang.
Laporan bulanan hasil pelayanan KB di RS di kirim ke Dinkes Kab/Kota
selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan.
Institusi KB di Kab/Kota dapat mengambil laporan tersebut berkooridinasi
dengan Dinkes Kab/Kota apabila diperlukan.
20 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
- Metode kontrasepsi yang digunakan untuk peserta KB baru dan
kunjungan ulang berikut keluhan efek samping.
- Kegiatan penyuluhan KB
- Kegiatan rujukan KB meliputi rujukan pasien, pengiriman dokter ahli
ke sarana kesehatan lain dan kunjungan dokter ahli yang diterima.
b. Formulir RL 2a tentang data keadaan morbiditas pasien rawat inap.
c. Formulir RL 2b tentang data keadaan morbiditas pasien rawat jalan dengan
golongan sebab sakit : pengelolaan kontrasepsi (Z30) berdasarkan umur
dan jenis kelamin pasien.
d. Menggunakan format pencatatan dan pelaporan pelayanan KB yang
digunakan oleh Dinkes Kab/Kota (lihat pedoman sistem pencatatan dan
pelaporan pelayanan KB, Depkes 2009).
Laporan tersebut dikirim setiap triwulan ke Ditjen Bina Pelayanan Medik
Depkes RI cq Bagian Program dan Informasi & Dinkes (Kab/Kota/Prov)
secara berjenjang.
H. Sistim Rujukan
Rujukan pelayanan kesehatan adalah upaya pelimpahan tanggung jawab dan
wewenang secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan untuk penyelenggaraan
kesehatan paripurna. Rujukan penyelenggaraan pelayanan KB dapat dilakukan dari
unit pelayanan KB di luar RS (RSIA/RB/Puskesmas) ke RS atau unit pelayanan KB
di RS ke RS lain dengan kemampuan pelayanan KB lebih tinggi.
Rujukan dapat berlangsung secara vertikal dan horizontal, rujukan balik,
rujukan eksternal dan internal sesuai dengan fungsi koordinasi dan jenis kemampuan
yang dimiliki. Rujukan internal berpedoman pada prosedur rujukan di dalam RS dan
mekanisme kerja di bagian terkait.
Ruang lingkup rujukan mencakup :
- Rujukan kesehatan (rujukan tenaga ahli dan rujukan sarana/logistik).
21 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
- Rujukan medis/kasus (rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan teknologi termasuk
rujukan spesimen, radiologi dan laboratorium).
22 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
BAB IV
KONSELING
Konseling merupakan suatu bentuk komunikasi interpersonal yang khusus, yaitu suatu
proses pemberian bantuan yang dilakukan kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan
atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap klien meliputi fakta-fakta,
harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Pelayanan konseling dimaksud merupakan proses informed choice, dimana klien telah
menentukan pilihan kontrasepsi berdasarkan informasi yang telah diterima secara lengkap.
Konseling lebih diutamakan untuk pasien baru serta dapat diberikan pra dan pasca pelayanan
KB oleh petugas medis dan paramedik terlatih yaitu dokter, bidan, perawat.
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu :
Pembinaan hubungan baik (rapport)
Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dsb) dan
pemberian informasi (sesuai kebutuhan).
Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan.
Menindaklanjuti pertemuan.
Dalam ketrampilan konseling, hal-hal yang harus dilakukan oleh petugas yaitu :
Bertanya dengan pertanyaan terbuka
Mendorong klien untuk bertanya
Memperlakukan klien dengan hormat
Melayani klien secara pribadi
Mendiskusikan kunjungan berikutnya
Menanyakan kekhawatiran klien
Menggunakan alat bantu visual
Menggunakan rekam medis klien
Meyakinkan kerahasiaan klien.
Dalam menjalankan tugas konseling ini Departemen Kesehatan sudah menyusun alat bantu
pengambilan keputusan (ABPK).
23 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
BAB V
HUBUNGAN KERJA DALAM PELAYANAN KB
RUMAH SAKIT
24 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
BAGAN HUBUNGAN KERJA PELAYANAN KB DI RUMAH SAKIT
PKBRS
- Organisasi profesi
- Institusi pendidikan Kes
- Klinik KBB di luar RS
- RB
- Puskesmas
Teknis Medis
- Bidan/dokter praktek swasta
25 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
BAB VI
PEMBIAYAAN
26 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
BAB VII
PENGENDALIAN KUALITAS PELAYANAN
27 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring/pemantauan
Pemantauan PKBRS dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas/memperbaiki pelayanan
kontrasepsi di Rumah Sakit, yang mencakup :
Pelayanan
SDM
Pembiayaan
Pelaporan
Fasilitas
Pemantauan dilakukan melalui :
1. Analisis hasil pencatatan dan pelaporan
2. Pertemuan /rapat koordinasi
Pemantauan internal dilakukan oleh Tim Jaga Mutu RS yang bersangkutan dengan cara
self assessment yang dapat dilakukan 4 kali setahun.
Pemantauan eksternal oleh Tim Jaga Mutu dilakukan di fasilitas pelayanan KB di wilayah
kerja tim jaga mutu tersebut yang meliputi :
Monitoring kualitas (4 kali/tahun)
Supervise fasilitatif (4 kali/tahun)
Audit medik pelayanan KB (berdasarkan kasus khusus dalam pelayanan KB)
Pertemuan koordinasi tim jaga mutu (2 kali/tahun)
B. Evaluasi
1. Evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan KB melalui pertemuan berkala atau
sewaktu-waktu bila diperlukan (Audit Medik Teknis, Rapat Program, Rapat Kerja)
dan melalui feed back pelaporan.
2. Tolak ukur adalah kualitas pelayanan
28 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
BAB IX
PENGEMBANGAN PELAYANAN
C. Pengembangan Layanan
1. Riset operasional
Riset operasional dilakukan oleh suatu pokja yang anggotanya terdiri dari dokter
spesialis, dokter umum dan bidan. Hasil riset tersebut dapat diimplementasikan dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan.
3. Mobil Service
Definisi dan Jenis Layanan :
- Mobil services merupakan perluasan jaringan pelayanan KB melalui pemanfaatan
unit mobil pelayanan KB. Pelayanan ini akan berkeliling menjangkau masyarakat
di pelosok tanah air yang secara sosial ekonomi dan geografis sulit memperoleh
29 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
pelayanan, dilakukan secara terjadwal atau momental untuk mendukung
pelayanan kontrasepsi. Jenis pelayanan yang diberikan adalah pemasangan dan
pencabutan KB susuk, pemasangan dan pencabutan IUD dan MOP (vasektomi).
Khusus pelayanan kontrasepsi Metode Operatif Wanita /MOW (tubektomi) hanya
dapat dilakukan di rumah sakit (SK Menkes No.8/Menkes/SK/I/2000).
Pengembangan layanan ini secara keseluruhan juga dalam rangka membangun networking
(jejaring) dalam melakukan layanan KB di luar RS namun tetap dalam pengawasan tin
PKBRS.
30 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
BAB X
PENUTUPAN
31 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
Lampiran 1.
KB Mantap
32 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
Konseling KB Mantap
Standar 100%
33 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
Lampiran 2.
DEPKES
PUSAT GUBERNUR
RS UMUM
DINKES
INSTITUSI KB
KAB/KOTA
KAB/KOTA
RS
CAMAT
PUSKESMAS
INSTITUSI KB
KECAMATAN
Pertemuan
Bulanan
BPS & DPS & PUSTU
POLINDES PLKB
Keterangan
34 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t
Lampiran
3. Kartu
Peserta KB
Lampiran 4.
Kartu Status Peserta KB
Lampiran 5.
Lembar Persetujuan Tindakan Medik (informed Consent) Pelayanan Kontrasepsi
Lampiran 6.
Formulir RL 1 : Data Kegiatan Rumah Sakit
Lampiran 7.
JENIS PELAYANAN SESUAI KOMPETENSI
Cat :
*) DU terlatih : dimana yang tidak ada SpOG dan SpU dan bidan terlatih
35 | P e d o m a n P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a R u m a h S a k i t