Pedoman PKBRS
Pedoman PKBRS
Pedoman PKBRS
TAHUN 2022
PEMERINTAH KABUPATEN BLORA
RSUD Dr R SOETIJONO BLORA
Jl. Dr. Sutomo No. 42 Telp. (0296 ) 531118, 531839 Fax (0296) 531504
E – Mail : [email protected]
BLORA - 58211
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi permasalahan utama
bidang kesehatan serta masih jauh dari target global SDGs. Dari hasil survi Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) 2015 menyebutkan AKI 305/100.000 Kelarihan Hidup (KH) dan
target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024 untuk AKI
sebesar 183/100.000 kelahiran Hidup.
Angka Kematian Neonatal (AKN) masih tinggi di Indonesia. Hasil Survei
Demograsi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menyebutkan AKN adalah 15/1000 KH
dengan target 2024 adalah 10 per 1.000 KH, angka Kematian Bayi (AKB) 24/1000 KH
dengan target 2024 adalah 16/1000 KH. Sedangkan target 2030 secara global untuk AKI
adalah 70/1000 KH,AKB mencapai 12/1000 KH dan AKN 7/1.000 KH.
Salah satu pendekatan yang banyak digunakan adalah pendekatan Safe
Materhood, dimana terdapat empat pilar dalam menurunkan angka kematian ibu yaitu
keluarga berencana, pemeriksaan kehamilan sesuai standar, persalinan bersih dan aman,
serta PONED dan PONEK. Pelayanan Kontrasepsi atau Keluarga Berencana merupakan
intervensi strategis dalam menurunkan AKI dan AKB.
Program KB di Indonesia telah berjalan cukup lama hampir setengah
abad sejak awal 1970-an, dan berhasil meningkatkan angka pemakaian
kontrasepsi yang cukup tinggi, menurunkan angka kelahiran, dan mencegah
bermakna kematian maternal.
Angka kontrasepsi meningkat nyata dari 8% di awal 1970-an menjadi 60%
mulai awal tahun 2000-an; dan dalam kurun waktu yang sama angka kelahiran
total menurun dari rata-rata 5 menjadi 2,6 anak (Statistik Indonesia, 2013).
Memasuki awal tahun 2000-an, peningkatan angka kontrasepsi melambat
hanya naik 3% poin dari 60% menjadi 63%, dan angka kelahiran total menurun
dari 2,6 anak menjadi 2,3 anak pada tahun 2017 (Statistik Indonesia, 2018).
Untuk lebih berkontribusi menurunkan angka kematian maternal, program
KB masih perlu meningkatkan dan memenuhi permintaan ber-KB terutama pada
perempuan usia subur berisiko, termasuk perempuan usia 15-19 dan 35-49
tahun, perempuan dengan paritas 4 atau lebih, dan ibu pasca melahirkan.
Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan
permintaan ber- KB perempuan usia subur masih belum optimal di angka 74%,
belum mencapai harapan angka permintaan ber-KB 85%. Angka permintaan ber-
KB pada perempuan menikah usia muda 15-19 tahun masih rendah hanya 54%,
dan hampir separuh dari mereka ingin segera hamil (SDKI, 2017).
Angka pemenuhan ber-KB (memakai kontrasepsi) bagi perempuan
dengan kebutuhan KB masih pada angka 86%, belum mencapai 100%.
Pemakaian alat kontrasepsi masih didominasi oleh metode kontrasepsi jangka
pendek, terutama suntikan dan pil. Hanya seperempat peserta KB menggunakan
metode kontrasepsi jangka panjang, seperti AKDR dan implan. Dominasi
pemakaian metode kontrasepsi jangka pendek membuat angka putus pakai
kontrasepsi dalam satu tahun relatif tinggi (34%) (SDKI, 2017). Angka putus
pakai yang tinggi mengurangi efektivitas perlindungan kontrasepsi terhadap
kehamilan berisiko.
Kualitas pelayanan kontrasepsi masih belum memadai. Sebagian
pelayanan kontrasepsi belum memberikan pelayanan konseling pilihan
kontrasepsi. SDKI 2017 melaporkan indeks metoda informasi pilihan kontrasepsi
sangat rendah, hanya 17% yang jauh dari harapan indeks 100%. Sebagian
besar pelayanan kontrasepsi bersumber pada puskesmas dan Praktek Mandiri
Bidan (PMB) yang kurang memberikan pelayanan AKDR dan Implan.
Untuk itu pelayanan Keluarga Berencana jangka panjang diharapkan dilakukan di
fasilitas kesehatan tingkat lanjut seperti Rumah Sakit terutama untuk klien – klien dengan
resiko tinggi pada kehamilan dan persalinannya. Sehingga program KB bisa membantu
mengurangi percepatan penurunan AKI dan AKB.
Kualitas pelayanan kontrasepsi masih belum memadai. Sebagian pelayanan
kontrasepsi belum memberikan pelayanan konseling pilihan kontrasepsi. SDKI 2017
melaporkan indeks metoda informasi pilihan kontrasepsi sangat rendah, hanya 17% yang
jauh dari harapan indeks 100%. Sebagian besar pelayanan kontrasepsi bersumber pada
puskesmas dan Praktek Mandiri Bidan (PMB) yang kurang memberikan pelayanan
AKDR dan Implan.
Dengan terjadinya perubahan tatanan pemerintah di tingkat pusat yaitu
desentralisasi urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah, salah satu program
yang dialihkan ke pemerintah daerah adalah program KB. Dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang antara lain
menetapkan urusan pemerintahan bidang KB dan Keluarga Sejahtera sebagai salah satu
urusan wajib dan juga
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang
mengamanatkan rumpun kelembagaan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana maka Pemerintah Daerah wajib memberikan dukungan terhadap program KB
termasuk dalam pelayanan KB di Rumah Sakit.
Dalam kenyataannya terjadi perubahan pelayanan KB ditingkat lini lapangan
yang antara lain disebabkan oleh kurangnya jumlah serta ketrampilan sumber daya
manusia yang mendukung pelaksanaan program KB. Disamping itu, menurunnya
komitmen politis penentu kebijakan juga turut menyebabkan menurunnya kemampuan
dalam pengelolaan program KB. Beberapa daerah yang tidak memprioritaskan program
KB, dikhawatirkan membuat terputusnya kendali program KB, hal ini juga terjadi dalam
program KB di RS (PKBRS) yang saat ini. Meski penting, namun belum menjadi
program prioritas maupun unggulan sehingga berdampak pada rendahnya cakupan
pelayanan KB di RS.
B. Tujuan Pedoman
(Item prognas 1-13)
1. TujuanUmum :
Meningkatkan akses, kualitas dan keamanan pelayanan Keluarga Berencana
di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus :
a. Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan Keluarga
b. Berencana di Rumah Sakit.
c. Tersedianya sIstem pelayanan dan rujukan KB termasuk Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE).
d. Terwujudnya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan pelayanan KB
e. Tersedianya panduan dalam penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pelayanan KB
f. Tersedianya panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga pelayanan KB
Tersedianya panduan pola pembiayaan pelayanan KB
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Semua jenis Pelayanan kontrasepsi berikut penanganan efek samping, komplikasi
dan kegagalan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketersediaan sumber daya RS
seperti SDM,fasilitas, sarana dan prasarana.
D. Batasan Operasional
Ruang lingkup penyusunan Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga
Berencana meliputi kebijakan pelayanan KB, manajemen pelayanan KB dan
metode Kontrasepsi
E. Landasan Hukum
B. Standart Fasilitas
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai merupakan komponen
penting dalam mendukung lancarnya pelaksanaan pelayanan KB. Sarana
dan prasarana pelayanan Kontrasepsi sebagai berikut : (Sesuai Buku
pedoman pelayanan Kontrasepsi dan KB,Kemenkes 2021)
Untuk memastikan apakah alokon dalam kondisi baik sebelum di distribusikan kepada klien
lakukan hal sebagai berikut :
2. Apabila kondisi kontrasepsi baik, kemudian akan disimpan lebih dari 6 bulan, apabila
kondisi tempat penyimpanan kurang baik (terlalu panas/lembab) petugas perlu
melakukan pengecekan fisik secara berkala (mingguan/bulanan)
3. Lakukan pencatatan dan pelaporan atas temuan yang ada untuk mendapatkan solusi yang
baik.
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Alur Pelayanan KB di Klinik PKBRS
1. Pengambilan nomor antrian di pendaftaran
2. Pendaftaran di loket Pendaftaran
3. Menunggu Pemanggilan di Klinik Kebidanan & Kandungan
4. Dilakukan pemeriksaan oleh Dokter Spesialis Kandungan dan Perencana KB
5. Pasien menuju Klinik PKBRS untuk dilakukan tindakan sesuai intruksi dokter
6. Penyelesaian administrasi / pembayaran di kasir
7. Pasien Pulang.
BAB V LOGISTIK
(distribusi alokon)
Dekontaminasi
Direndam dalam cairan enzimatik atau deterjen
↓
Cuci dan Bilas
Pakai sarungtangan tebal untuk mencegah tertusuk alat-alat tajam
↓
Sterilisasi
OTOKLAF OVEN
Tanpa bungkus 20 Tanpa bungkus 20
menit menit
Dibungkus Dibungkus
30 menit 30 menit
DINGINKAN
Siap Pakai