Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
Dari data PSG (2015) presentase balita stunting di Jawa Timur tahun 2015
ialah 9,5% tahun 2016 presentase balita stunting 7,5% dan yang terakhir
presentase balita stunting mencapai 7,9% pada tahun 2017. Hal tersebut
menunjukan jika presentase balita stunting di Jawa Timur mengalami fluktuatif.
Dari Pusat Data dan Informasi tahun 2016 stunting pada balita sangat penting
untuk dikurangi sabab i) stunting ialah hasil dari sebagian besar nutrisi tidak
memadai dan juga serangan infeksi berualang pada 1000 HPK (1000 Hari Pertama
Kehidupan) anak, ii) stunting menyebabkan efek jangka panjang yaitu
berkurangnnya kognitif dan perkembangan fisik, mengurangi kapasitas kesehatan
366 balita, komunitas perkotaan yang dipilih (kepadatan tinggi, sedang dan
rendah) kemudian
yang satu komunitas pedesaan di Negara Bagian Oyo. Dalam penelitian ini
pengerdilan didefinisikan untuk tinggi badan usia z-skor kurang dari 2 standar
deviasi dari median populasi referensi, patokan yang digunakan adalah standar
Organisasi Kesehatan Dunia. Hasil dari penelitian ketinggian balita rata-rata
bervariasi signifikan di komunitas yang berbeda jika dibandingkan dengan
kelompok umur yang sama. Prevelansi pengkerdilan di persentasikan masing-
masing 50%, 17,3% dan 23,9% dalam komunitas perkotaan dengan jumlah
kepadatan yang tinggi, sedang dan rendah sedangkan 33% komunitas pedesaan.
Stunting terus mengalami peningkatan sejak lahir hingga kelompok usia 24 bulan
hingga 35 bulan pada puncaknnya. Namun dengan bertambahnya usia balita
terdapat perbedaan yang bisa dikatakan cukup signifikan dalam masyarakat yang
berhubungan dengan pola pengkerdilan. Oleh karena itu pembeda antara
perkotaan dan pedesaan perlu mempertimbangkan keberadaan yang tidak setara
pada daerah tersebut (Samuel, et al. 2013).
Adapun jurnal yang membahas terkait topik yang sama namun wilayahnya
berbeda yaitu jurnal yang bejudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Stunting pada Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan, studi yang dilakukan di
Jember ini mengatakan tingkat prevalensi anak yang terkena stunting sebesar 67%
pada masyarakat pedesaan sedangkan perkotaan dapat dikatakan besar yang mana
sejumlah 27,27% Besar tidaknnya angka stunting di suatu daerah sudah ditetapkan
Pemerintah salah satu indikatornnya adalah ketika balita stunting di suatu daerah
lebih dari 20% hal tersebut menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Dari
hasil penelitian jurnal ini mengatakan faktor yang mempengaruhi stunting di
pedesaan dan perkotaan adalah faktor pendidikan yang berpengaruh pada
ekonomi, salah satunya pendidikan yang rendah terkusus pendidikan ibu,
pendapatan keluarga, luasnnya pengertian ibu terkait gizi dan juga faktor bawaan
yaitu penyakit genetik. Ada sedikit perbedaan antara pengaruh faktor-faktor
penyebab terjadinya anak stunting di pedesan dan perkotaan, dari indikator di atas
pada wilayah pedesaan ada hubungan yang signifikan sedangkan pada masyarakat
perkotaan tidak (Aridiyah, dkk. 2015)
Stunting
Pada Balita di Provinsi Sulawesi Selatan. Pada penelitian ini menunjukan adannya
hubungan antara pemberian Asi Ekslusif pada balita yang mana mengatakan,
balita stunting yang di berikan Asi Ekslusif memiliki nilai signifikan sebesar
0,002 dengan kata lain banyak balita yang menderita stunting karena tidak
diberikan Asi Ekslusif, adapun tingkat pendidikan ibu yang mempengaruhi
terjadinnya balita stunting, ibu dengan pendidikan kurang (27,7%) memiliki balita
stunting sedangkan yang berpendidikan normal memiliki balita stunting sebesar
(25,7%), pada dasarnya masyarakat Sulawesi Selatan perlu adanya edukasi terkait
faktor- faktor penyebab terjadinya stunting di daerah tersebut (Mustamin, dkk.
2018)
10
yang memiliki balita stunting dan tindakan ibu yang memiliki balita stunting
terhadap balita stunting.
1.2.2. Bagaimana tindakan ibu yang memiliki balita stunting terhadap balita
stunting?
11
12
1.3.1. Untuk mengetahui ibu yang memiliki balita stunting memaknai stunting?
1.3.2. Untuk mengetahui tindakan ibu yang memiliki balita stunting terhadap
balita stunting?
and
15
tujuan untuk penggambaran konstruksi dan pola pengasuhan anak terkait dengan
stunting dan hasil dari penelitian ini adalah masalah stunting berkaitan erat dengan
konstruksi sosial masyarakat. Perbedaan konstruksi sosial yang membentuk
pemahaman sehat/sakit dan pola asuh balita stunting di pedesaan dan perkotaan di
Jember. Hasil dai penelitian ini ialah kejadian akan stunting bukan hanya karena
masalah kesehatan semata namun berkaitan pula dengan konstruksi sosial,
perbedaan terdapat pada konstruksi sosial yang di bangun, pola komunikasi antara
masyarakat dan tenaga kesehatan berbeda, sehingga tidak menemukan solusi yang
berguna untuk program peningkatan gizi pada balita.
dan wasting yaitu moralitas untuk wasting efisiensi kinerja otot yang berkurang,
sama halnnya dengan stunting yang memiliki karakteristik yang sama.
19
20
3 Prevalenceand Raisul Akram, Bangladesh Data and Study Prevelnsi stunting terjadi Dalam penelitian ini data
Feterminants of MHE; Design / lebih besar pada daerah yang disajikan terlalu
Stunting Among Marufa Survey pedesaan dan secara abstrak dan sukar untuk
Preschool Sultana,MHE, (Kuantitatif) signifikan lebih besar terjadi dipahami orang awam,
Children and Its MPH; Nausad pada anak yang berusia 36 karena data yang
Urban-Rural Ali,MHE; bulan – 47 bulan dipaparkan tidak
Disparities Nurnabi Sheikh, dibandingkan dengan umur dijelaskan secara detail.
in Bangladesh MHE; and 6-12 bulan. Faktor
Abdur Razzaque signifikan terjadi
Sarker, MHE, pengerdilan adalah
MSS pendidikan ibu, indeks
massa tubuh, anak-anak
yang menderita diare,
menyusui awal.
21
4 Predictors of John Bukusuba, Uganda Study Design Dari sampel yang diambil, Perolehan data pada
Stunting Msc; Archileo and Setting sampel laki-laki secara terkesan hampir tidak
in Children Aged N.Kaaya, PhD; Study signifikan cenderung lebih tersusun secara runtut
6 to 59 Months: Abel Atukwse, Participants mungkin terhambat dan jelas.
A Case-Control PhD (Kuantitatif) terhambat dibandingkan
Study in dengan anak perempuan.
Southwest Peluang terhambatnya
Uganda pertumbuhan 2,4 kali lebih
besar untuk anak-anak di
rumah tangga yang rawan
pangan dan 4,5 kali lebih
besar pada mereka yang
tinggal di rumah berkualitas
buruk
5 Stunting : Studi Weny Lestrai, Jember Wawancara masalah stunting terkait erat Penelitian yang
Kosntruksi Sosial Lusi Kristiana, mendalam dan dengan konstruksi sosial dilakukan berfokus pada
Masyarakat dan Astridya observasi masyarakat. Perbedaan konstruksi sosial
Pedesaan dan Paramita partisipan konstruksi sosial yang masyarakat
Perkotaan Terkait (Kualitatif) membentuk pemahaman sehingga dirasa masih
Gizi dan Pola sehat/sakit dan pola asuh bisa dikembangakan
Pengasuhan Balita balita stunting di perdesaan kembali pada aspek lain
di dan perkotaan di Jember. seperti makna dan
Kabupaten Jember Konstruksi sosial tersebut tindakan.
dipengaruhi oleh pendidikan
ibu, usia perkawinan dini,
tempat tinggal setelah
menikah, tanggung jawab
pengasuhan balita, dan
prioritas ekonomi pada
masyarakat yang
22
menyebabkan minimnya
pengetahuan masyarakat
tentang gizi.
6 Stunting and Blessing Nigeria Statistic Adanya factor stunting yang Dalam penelitian ini
Severe Stunting Jaka Akombi, Analysis kompleks sehingga skala penelitian yang
Among Children Kingsley (Kuantitatif) diperlukan intervensi pada digunakan terlalu besar
under-5 years in Emwinyare peningktana nutrisi wanita, dan tidak terfokus
Nigeria: A Agha, John mengurangi angka kelahiran dengan baik serta dalam
Multilevel Joseph Hall, dan meningkatkan penelitian ini
Analysis Dafna Merom, kebersihan rumah tangga. penggunaaan diksa yang
Thomas Astell- Pada komunitas, intervensi terlalu membesar-
Burt, and Andre dilakukan pada ibu dengan besarkan terkesan
M.N. Renzaho pendidikan sosial ekonomi membuat data penelitian
rendah. terlihat rancu dan tidak
sesaui.
7 Faktor Penentu Firmanu Kupang Case Control Faktor penentu stunting Pemabahsan penelitian
Stunting Anak Cahyono, (Kuantitatif) pada zona ekosistem dataran yang terlalu berfokus
Balita pada Stefanus Pieter rendah adalah asupan pada factor lingkungan
Berbagai Zona Manongga, Intje energy, di dataran sedang dan alam, sedangkan
Ekosistem di Picauly adalah praktik kasih saying dalam factor sosial ini
Kabupaten dan sanitasi lingkungan dan masih kurang dijelaskan
Kupang zona pegunungan adalah secara mendalam
sanitasi lignkungan
8 Faktor-Faktor Farah Okky Jember Cross-sectional faktor yang mempengaruhi Penelitian ini bisa lebih
yang Aridiyah, Ninna Cluster random terjadinya stunting adalah dikembangkan melalui
Mempengaruhi Rohmawati, Sampling pendidikan ibu, pendapatan data yang diperloeh
Kejadian Stunting Mury Ririanty (Kuantitatif) keluarga, pengetahuan ibu menggunakan metode
pada Anak Balita mengenai gizi, pemberian survey.
di Wilayah ASI eksklusif, umur
pemberian MP-ASI, tingkat
23
24
25
Fenomena yang terlihat ialah refleksi dari realitas yang mana tidak dapat berdiri
sendiri, sebab setiap realitas mempunyai makna dan juga membutuhkan atau
memerlukan penafsiran yang lebih lanjut lagi guna memahaminnya. Sama
halnnya dengan apa yang dikatakan oleh Husserl yaitu tujuan dari fenomenologi
adalah mempelajari fenomena manusia tanpa harus mempertanyakan
penyebabnnya, realitas yang sesungguhnnya, dan juga penampilannya. Sebab
menurut Husserl dunia kehidupan ialah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu
pengetahuan. Tokoh- tokoh fenomenologi ini diantaranya Edmund Husserl,
Alfred Schutz dan lainnya.
Alfred Schutz mengatakan jika tugas dari ilmu fenomenologi ialah
menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, maka
dari kegiata tersebut yang mana pengalaman dan pengetahuan itu berasal, dapat
dikatakan pula berdasarkan tindakan sosial berdasarkan pengalamannya, makna
dan juga kesadaran. Alfred Schutz berbicara jika manusia mengkonstruksi makna
diluar arus “tipikasi”. Hubungan antar makna dapat dioganisasi melalui proses ini,
yang sering disebut “stock of knowledge” (Kuswarno, 2009). Pada akhirnnya
kumpulan pengetahuan mempunyai kegunaan praktis dari dunia tersebut bukan
hanya sekedar pengetahuan terkait dunia.
Dalam teori fenomenologi mempunayi realitas sosial yang dapat dicirikan
pada imanen dan juga duniawi. Schutz membahas terkait bagaimana mengungkap
karakter tertentu dari sebuah gejala melainkan sebagai konsep sejarah sosial
dalam arus kehidupan sosial yang sadar dan nyata dan juga memahami dunia
sosial yang berguna sebagai dunia sosial sebagai hal yang di interpretasian secara
menyeluruh dan juga memandang kehidupan dalam sehari-hari sebagai subyek
intersubjektivitas, Schutz juga mengatakan jika tugas analisis fenomenologis ialah
merekonstruksi dunia kehidupan yang sesungguhnnya “sebenarnnya” dalam
bentuk yang dialami oleh diri sendiri, dalam realitas tersebut bersifat
intersubjektif yang berarti setiap yang tergabung dalam anggota masyarakat
berbagai persepsi dasar mengenai dunia yang masyarakat interpretasi melalui
sosialisasi dan juga interkasi beserta komunikasi (Carmanita, 2017).
Schutz menempatkan manusia pada pengalaman subjektif ketika
bertindak dan mengambil sikap dalam kehidupan sehari-hari sehingga dunia
merupakan kegiatan praktis, manusia memiliki kemampuan dalam menentukan
26
hak dalam
27
melakukan apapun yang terdapat hubungan dengan dirinya maupun orang lain.
Orang memiliki kesadaran dalam menganalisis seluruh peristiwa yang pernah
dialami dalam kehidupannya menuju serentetan tujuan yang terdapat kaitan
dengan proyeksi dirinnya. Selain itu Schutz juga berpandangan jika terdapat
berbagai macam relitas termasuk pula dunia mimpi dan ketidakwarasan. Namun
realitas yang tertinggi ialah dunia keseharian yang mempunyai sifat
intersubyektif yang biasa disebut the life wold. Dalam pandangannya terdapat
enam karakteristik mendasar dalam the life world yaitu wide-awakeness (unsur
dari kesadaran yang berarti sadar sepenuhnnya), reality (individu yakin akan
eksistensi dunia), dalam kehidupan sehari-hari individu berinteraksi, pengalaman
dari seseorang merupakan totalitas dari pengalaman dia sendiri, dunia
intersubjektif dapat dicirikan dengan terjadinnya komunikasi dan tindakan sosial,
adannya perspektifwaktu dalam masyarakat. (Kuswarno, 2009)
28
29
of skills dan useful knowledge. Stok of knowledge mengarah pada content (isi),
meaning (makna), intensity (intensitas) dan duration (waktu). Selain itu Scutz
memberi perhatian pada keseharain yang di jalani individu dan juga berfokus
dengan hubungan antar dunia keseharian tersebut dengan science (ilmu), terkusus
ilmu sosial.
31
Konsep ini sebagai tolak ukur dalam analis untuk mengetahui upaya yang
dilakukan ibu terhadap balitannya yang terkena stunting.
32
Gesammelte
33
1. Magis (Magic)
Dalam pemikiran Weber perwujutan magic meliputi simbol-simbol, cara
pemujaan, dan orangnnya sendiri (magician) dampak kekuatan magic
dalam kehidupan sosial ialah meningkatkan stabilitas hubungan-hubungan
sosial melalui pemberkatan otoritas suci dan kekuatan-kekuatan magis di
sekitar manusia yang dimanipulasi untuk tujuan dunia.
2. Agama (Religion)
Agama begitu berbeda dari magis, ketika magis bertujuan meningkatkan
hubungan sosial melalui pemberkatan suci, agama mengarahkan
kehidupan pemeluknnya supaya sesuai dengan tujuan-tujuan keselamatan.
Reorientasi batin individu akan mengubah perilaku luarnnya dan dapat
membentuk kembali hubungan-hubungan sosial yang mana kemudian
akan berpengaruh pada perubahan sosial dan ekonomi. Seluruh rangkaian
legitimasi kekuatan agama diturunkan dari sumber-sumber yang sakral dan
transendetal yang mana dari Tuhan dan Dewa. Tidak hanya itu, sumber-
sumber tersebut dibebaskan dari perwujudan konkret sehingga dapat
menjadi subjek interpretasi pada jenjang yang abstrak.
3. Ilmu Pengetahuan (Science)
Kemudian muculah sistem kepercayaan baru, yaitu ilmu pengetahuan
(science) yang menawarkan teknik rasional, seperti halnnya kalkulasi
sarana-tujuan (means-ends calculation), yang mana telah menurunkan
telah menurunkan peran magis dan agama dalam ranah memahami realitas
34
dunia.
35
Hal ini merupakan gejala mundurnnya daya-daya magis dua sebab dengan
penerapan metode ilmu untuk menguak berbagai fenomena yang dulunnya
dianggap misteri menjadi dapat dijelaskan secara rasional. Menurut Weber
fenomena ini di sebut disenchantment of the world. Dalam ilmu
pengetahuan semua kenyataan didunia dapat diketahui (knowable),
dipelajari, diperhitungkan (calculable) samapai dapat diprediksi akan
kearah mana kecenderunagan suatu gejala. Jika sudah seperti itu maka
penjelasan terhadap isi dunia secara drastis akan berubah yang mana dari
cara berpikir dogmatik menjadi kausalistik, dari metafisik menjadi
empririk, atau dari irasional menjadi rasional.
Selain dua hal diatas dalam dunia modern ilmu pengetahuan telah
mendominasi hampir semua aspek dalam kehidupan manusia. Namun ilmu
pengetahuan hanya mencurahkan kepentingan material dan kegiatan praktis
sehari- hari. Weber melihat melihat sisi pesimis dari dominasi ilmu terhadap
kehidupan manusia seperti merebaknnya sekularisme, matrealisme, dan
menurunnya peran agama sebagi rujukan memahami dunia. Meski seperti itu masi
tersisa idealisme etik (ethical ideal) yang telah terinternalisasi oleh
masyarakat pada saat
36
perkembangan dan dominasi agama dan menjadi personality guide bagi tiap
individu.
38
prevalensi balita yang menderita stunting kurang dari 20 persen namun kenyataan
dilapangan saat ini lebih dari 20 persen..
Nyatanya hingga saat ini masih banyak ibu yang memiliki balita stunting
yang belum mengerti permasalahan balita, khususnya stunting, karena banyak ibu
dengan balita stunting tidak mengetahui apa itu stunting, hal tersebut bertolak
belakang dari apa yang di canangkan negara, bahwa stunting merupakan suatu hal
yang tidak baik-baik saja, yang mana stunting merupakan masalah negara yang
perlu di berantas sebab dimasa depan akan membahayakan baika untuk balita itu
sendiri maupun bagi negara, seperti tahun 2018 Wakil Presien Jusuf Kalla
menghimbau kampanye anti stunting karena stunting dianggap masalah yang akan
mengancam masa depan generasi bangsa.
Sesuai topik usulan penelitian ini, subyek penelitiannya adalah ibu yang
mempunayai balita stunting, karena ibu adalah orang yang terdekat dengan balita
tersebut, dan mengetahui pertumbuhan balita dari dalam kandungan hingga
tumbuh sampai sekarang. Selain ibu dalam penelitian ini memilih keluarga
pedesaan sebab banyaknya ibu yang memiliki balita stunting tidak mengetahui
39
balitannya terkena
40
41
1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam atau Indepth Intervew merupakan
pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
mendalam baik dengan cara tanya jawab yang dilakukan secara langsung
antara peneliti dengan informan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
dengan berjalan secara intens yang berkaitan dengan pertanyaan sesuai
permasalahan penelitian. Wawancara mendalam atau indepth interview
dilakukan berdasarkan pedoman wawancara terbuka yang sebelumnya
telah dibangun suasana keakraban antara peneliti dengan informan, agar
peneliti dapat menggali supaya mendapatkan data sebanyak mungkin dan
sedalam mungkin dengan panduan pedoman wawancara (guide interview)
yang akan memudahkan peneliti dapat memperoleh gambaran secara jelas
Pemaknaan Stunting Dikalangan Ibu balita. Kemudian waktu dan lokasi
dilakukannya sesuai dengan keinginan informan. Penelitian ini dalam
wawancaranya secara terstruktur dan tidak terstruktur sesuai dengan
kondisi informan guna mendapatkan keterangan mendalam secara lisan
yang berasal dari keluarga dengan dengan balita stunting di Desa
Mojogebang Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Dalam metode
wawancara ini dilakukan untuk mengumpulkan data primer dengan
memperoleh data inforaman secara langsung guna proses pengolahan data
selanjutnnya
2. Studi Kepustakaan
3. Teknik Dokumentasi
43