Bab I Pendahuluan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini permasalahan stunting menjadi sorotan dalam pemeberitaan,
karena stunting dianggap sebagai ancaman kesehatan nasional, sebab
permasalahan stunting dampaknnya serius terhadap Kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini
adalah masih tingginya balita pendek (Kemendes, 2017). Indonesia masuk dalam
17 negara, diantara 117 negara yang memiliki masalah stunting, wasting, dan
overweight. Untuk prevalensi stunting dibawah 5 tahun, Indonesia menempati
urutan kedua tertinggi di negara-negara ASEAN. Menurut UNICEF, WHO dan
World Bank (2014) prevalensi stunting pada balita di Indonesia 37,2% yang
didapat dalam rentang tahun 2005 sampai dengan 2013. Dari Profil Kesehatan
Indonesia di tahun 2015 terlihat presentase balita stunting 10,1%. Pada tahun 2016
presentase stunting menurun sampai 8,5%, samapi pada tahun 2017 presentase
balita stunting mengalami kenaikan hingga 9,8%. Presentase stunting mengalami
fluktuatif namun hingga saat ini masalah stunting belum teratasi. Pada tahun 2015
hingga 2016 prevalensi balita stunting mengalami penurunan yang sebeumnya
29% menjadi 27,5% namun pada tahun 2016 sampai dnegan 2018 mengalami
kenaikan yaitu 27,5%, 29,6% sampai 30,8% terlihat dari data tersebut jika
permasalahan stunting belum juga teatasi.

Dari data PSG (2015) presentase balita stunting di Jawa Timur tahun 2015
ialah 9,5% tahun 2016 presentase balita stunting 7,5% dan yang terakhir
presentase balita stunting mencapai 7,9% pada tahun 2017. Hal tersebut
menunjukan jika presentase balita stunting di Jawa Timur mengalami fluktuatif.
Dari Pusat Data dan Informasi tahun 2016 stunting pada balita sangat penting
untuk dikurangi sabab i) stunting ialah hasil dari sebagian besar nutrisi tidak
memadai dan juga serangan infeksi berualang pada 1000 HPK (1000 Hari Pertama
Kehidupan) anak, ii) stunting menyebabkan efek jangka panjang yaitu
berkurangnnya kognitif dan perkembangan fisik, mengurangi kapasitas kesehatan

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang buruk, iii) anak akan

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mengalami obesitas di kemudian hari, iv) kapasitas produktif anak berkurang.


Penelitian ini mengambil informan dari ibu balita sebab ibu balita ialah tempat
pertama mendapatkan pengetahuan dan asupan gizi.

Dari gambaran tersebut Studi kualitatif ini berfokus pada Pemaknaan


Stunting Dikalangan Ibu yang memiliki balita stunting. Menurut Dinas Kesehatan
stunting adalah kondisi di mana anak tumbuh pendek, gagal pertumbuhan pada
balita dan anak (tubuh dan otak) atau kerdil yang dilihat dengan standar baku
WHO- MGRS (multicentre growth reference study) biasanya karena cakupan
nutrisi yang tidak terpenuhi terjadi sejak janin dalam kandungan hingga usia 1000
hari setelah kelahiran. Di masa depan balita yang terkena stunting bisa mengalami
kesulitan akibat pertumbuhan fisik dan kognitif yang tidak optimal. Stunting
diartikan juga sebagai masalah gizi kronis yang disebabkan kurangnnya
pemberian asupan gizi yang cukup dalam waktu yang lama, akibatnnya
mengganggu pertumbuhan balita terkusus pada masalah tinggi badan balita
(kerdil) dari standar usia yang seharusnya.

Dalam penelitian terdahulu yang berfokus pada stunting pernah dilakukan


di luar negeri yaitu Stunting and severe stunting among children under-5 years in
Nigeria: A multilevel analysis (Pengerdilan dan pengerdilan yang parah di antara
anak-anak di bawah 5 tahun (balita) di Nigeria: Sebuah analisis bertingkat), yang
mengungkapkan pengerdilan merupakan hasil dari faktor interaksi yang
kompleks, dipaparkan bahwa pada tingkatan individu pencegahan berfokus pada
peningkatan nutrisi wanita supaya mengurangi resiko kelahiran rendah, mulai dari
peningkatan hal-hal kecil seperti kebersihan rumah tangga yang mana untuk
mengurangi diare dan pemberian makanan pelengkap yang tepat (Akombi et al.,
2017).

Berbeda dengan studi sebelumnnyan yang membahas terkait pengerdilan


yang parah pada usia anak dibawah 5 tahun (balita) penelitian ini membahas
tentang Pattern of Stunting Among Under-Five Children in Selected Urban and
Rural Communities in Oyo State (Pola Pengerdilan pada Anak Balita di
Komunitas Pedesaan dan Pedesaan Pilihan di Negara Bagian Oyo) Nigeria, dalam
studi ini menyelidiki level dan pola stunting di dalam 3 komunitas diantarannya

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

366 balita, komunitas perkotaan yang dipilih (kepadatan tinggi, sedang dan
rendah) kemudian

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang satu komunitas pedesaan di Negara Bagian Oyo. Dalam penelitian ini
pengerdilan didefinisikan untuk tinggi badan usia z-skor kurang dari 2 standar
deviasi dari median populasi referensi, patokan yang digunakan adalah standar
Organisasi Kesehatan Dunia. Hasil dari penelitian ketinggian balita rata-rata
bervariasi signifikan di komunitas yang berbeda jika dibandingkan dengan
kelompok umur yang sama. Prevelansi pengkerdilan di persentasikan masing-
masing 50%, 17,3% dan 23,9% dalam komunitas perkotaan dengan jumlah
kepadatan yang tinggi, sedang dan rendah sedangkan 33% komunitas pedesaan.
Stunting terus mengalami peningkatan sejak lahir hingga kelompok usia 24 bulan
hingga 35 bulan pada puncaknnya. Namun dengan bertambahnya usia balita
terdapat perbedaan yang bisa dikatakan cukup signifikan dalam masyarakat yang
berhubungan dengan pola pengkerdilan. Oleh karena itu pembeda antara
perkotaan dan pedesaan perlu mempertimbangkan keberadaan yang tidak setara
pada daerah tersebut (Samuel, et al. 2013).

Studi selanjutnya Predictors of Stunting in Children Aged 6 to 59 Months:


A Case–Control Study in Southwest Uganda (Prediktor Stunting pada Anak
Berumur 6 hingga 59 Bulan: Studi Kasus-Kontrol di Uganda Barat Daya) dalam
studi ini mengaitkan stunting (pengkerdilan) dengan keadaan pendidikan, sosial
dan ekonomi sehingga menimbulkan berkurangnnya kondisi kognitifnya,
penurunan kesehatan fisik, menurunnya kondisi produktivitas, dan juga
menjelakan studi longitudinal anak yang berumur 6 hingga 59 bulan dari berbagai
negara mengaitakan pengerdilan karena rendahnnya pengeluaran rumah tangga
perkapita, pendidikan yang rendah dan kemungkinan besar hidup dengan kondisi
miskin. Namun dalam hasil penelitiannya yang menjadi faktor utama stunting
adalah kemiskinan, solusi yang di tawarkan dengan meningkatkan kualitas
pertanian, karena pertanian sumber pendapatan bagi masyarkat secara tidak
langsung dapat berkontribusi secara signifikan dalam ketahanan pangan, sehingga
ahasil tersebut dapat memenuhi gizi yang selanjutnya akan dikonsumsi oleh anak-
anak. (Bukusuba et al. 2017)

Tahun 2018 terdapat penelitian dengan judul Prevalence and


Determinants of Stunting Among Preschool Children and Its Urban–Rural
Disparities in Bangladesh (Prevalensi dan Faktor Penentu Pengerdilan Di antara
5

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Anak-anak Prasekolah dan Disparitas Perkotaan-Pedesaannya di Bangladesh)


yaitu Prevalensi dan Faktor Penentu Pengerdilan Di antara Anak-anak Prasekolah
dan Disparitas Perkotaan-Pedesaannya di Bangladesh, dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa terjadi penurunan masalah stunting namun gizi buruk masih
menjadi momok utama dalam masarakat banglades. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui prevalensi faktor utama penentu anak yang terkena stunting dari sisi
pedesaan dan perkotaan di Bangladesh. Dari pemaparan jurnal ini menujukan
prevalensi keseluruhan stunting 36,3% secara signifikan lebih tinggi pada daerah
pedesaan daripada di perkotan yaitu (38,1%) sedangakn perkotaan 31,2%. Di
antara anak- anak tersebut adalah keluarga miskin. Dari penelitian ini juga
menemukan faktor utama pengkerdilan adalah pendidikan ibu yang rendah
(indeks masa tumbuh) anak menderita diare, menyusui awal (belum cukup umur
karena menikah pada usia muda), dan juga divisi administrasi ikut mempengaruhi.
(Akram et al. 2018)
Berbeda dari pemaparan yang ada di atas, jurnal dalam penelitian ini
dilakukan di Indonesia yaitu Stunting : Studi Konstruksi sosial masyarakat
pedesaan dan perkotaan terkait gizi dan pola pengasuhan balita di Kabupaten
Jember. Dalam penelitian ini memaparkan di Indonesia menempati urutan ke-5 di
dunia dalam masalah stunting (anak kerdil), dengan jumlah lima juta jiwa (38,6%
dari 12 juta) balita di Indonesia yang di katagorikan kerdil. Dalam penelitian ini
ingin melihat konstruksi masyarakat terkusus pada masyarakat pedesaan dan
perkotaan mengenai pemaknaan sakit dan sehat pada balita selain itu melihat pola
pengasuhan yang dilakukan keluarga terhadap balita penderita stunting. Hasil dari
penelitian ini menunjukan stunting erat kaitannya dengan konstruksi sosial
masyarakat. Dalam masyarakat perkotaan dan pedesaan di Jember terdapat
perbedaan konstruksi sosial yang akhirnnya membetuk suatu pemahaman yang
disebut sehat ataupun sakit pada cara asuh balita di pedesaan dan perkotaan pada
penderita stunting. Pola konstruksi pada penelitian ini menujukan dipengaruhi
oleh usia saat menikah (perkawinan dini), pendidikan yang dienyam ibu penderita
stunting dan tempat tinggal yang dihuni juga mempengaruhi terjadinnya stunting.
Jadi masalah stunting bukan hanya terkait kehatan semata namun konstruksi
masyarakat yang erat kaitannya mempengaruhi stunting tersebut (Lestari, dkk.
2018)
6

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Berbeda dari studi terdahulu sebelumnya, jurnal ini berjudul Faktor


Penentu Stunting Anak Balita Pada Berbagai Zona Ekosistem Di Kabupaten
Kupang yang membahas bagimana peneliti dapat membandingkan pengaruh
variabel yang dapat menjadi penentu stunting pada balita dalam berbagai zona
ekosistem di Kabupaten Kupang dan melihat bagaimana gambaran faktor penentu
stunting. Namun dari hasil penlitian yang di peroleh dari jurnal tersebut banyak
dampak yang ditimbulkan dari stunting tersebut diantarannya menimbulkan
berbagi persoalan atau masalah kepada generasi mendatang, seperti pertumbuhan
fisik yang terganggu, cacat mental atau gangguan mental, dan akhirnnya
berdampak pada kemiskinan yang berkelanjutan, bukan hanya itu namun juga
dapat mengancam kelangsungan bersosialisasi atau lebih tepatnnya kelangsungan
hidup dalam masyarakat sehingga solusinya adalah memberiakan intervensi ketika
melakukan penanganan (Cahyono, dkk. 2016)

Adapun jurnal yang membahas terkait topik yang sama namun wilayahnya
berbeda yaitu jurnal yang bejudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Stunting pada Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan, studi yang dilakukan di
Jember ini mengatakan tingkat prevalensi anak yang terkena stunting sebesar 67%
pada masyarakat pedesaan sedangkan perkotaan dapat dikatakan besar yang mana
sejumlah 27,27% Besar tidaknnya angka stunting di suatu daerah sudah ditetapkan
Pemerintah salah satu indikatornnya adalah ketika balita stunting di suatu daerah
lebih dari 20% hal tersebut menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Dari
hasil penelitian jurnal ini mengatakan faktor yang mempengaruhi stunting di
pedesaan dan perkotaan adalah faktor pendidikan yang berpengaruh pada
ekonomi, salah satunya pendidikan yang rendah terkusus pendidikan ibu,
pendapatan keluarga, luasnnya pengertian ibu terkait gizi dan juga faktor bawaan
yaitu penyakit genetik. Ada sedikit perbedaan antara pengaruh faktor-faktor
penyebab terjadinya anak stunting di pedesan dan perkotaan, dari indikator di atas
pada wilayah pedesaan ada hubungan yang signifikan sedangkan pada masyarakat
perkotaan tidak (Aridiyah, dkk. 2015)

Ketika membahas terkait stunting hal yang tidak terlepaskan adalah


pengaruh ibu kepada balita stunting seperti salah satu Jurnal di Indonesia yang
berjudul Tingkat Pendidikan dan Pemberian Asi Ekslutif Dengan Kejadian
7

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Stunting

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pada Balita di Provinsi Sulawesi Selatan. Pada penelitian ini menunjukan adannya
hubungan antara pemberian Asi Ekslusif pada balita yang mana mengatakan,
balita stunting yang di berikan Asi Ekslusif memiliki nilai signifikan sebesar
0,002 dengan kata lain banyak balita yang menderita stunting karena tidak
diberikan Asi Ekslusif, adapun tingkat pendidikan ibu yang mempengaruhi
terjadinnya balita stunting, ibu dengan pendidikan kurang (27,7%) memiliki balita
stunting sedangkan yang berpendidikan normal memiliki balita stunting sebesar
(25,7%), pada dasarnya masyarakat Sulawesi Selatan perlu adanya edukasi terkait
faktor- faktor penyebab terjadinya stunting di daerah tersebut (Mustamin, dkk.
2018)

Studi selanjutnya berjudul Stunting atau Pendek : Awal Perubahan


Patologis atau Adaptasi Karena Perubahan Sosial Ekonomi Yang Berkepanjangan
yang mana penelitian ini menjelaskan terkait definisi stunting dan juga
menjelaskan faktor dan aspek yang dianggap dapat mempengaruhi stunting
dengan pendukung data yang dilakukan melalui data survey Indonesia, dari skema
jurnal tersebut dapat disimpulkan penyebabnnya adalah karena kemiskinan
sehigga keluarga tidak mendapatkan nutrisi yang seimbang terutama ibu, sehingga
menyebabkan sering terjadnya sakit dan infeksi, karena keluarga tersebut hanya
buruh pekerja kasar, ketika hal tersebut terus berlangsung pada para pasangan
suami istri terutama ibu tidak memperhatikan KB karena kurangnnya edukasi,
sehingga sering mempunyai anak dan jumlah keluarga semakin besar hal tersebut
berpengaruh pada kurangnnya gizi yang diperoleh, ketika terkenan gizi buruk
menyebabkan menurunnya produktifitas karena status fisik yang buruk,
meurunkan produktifitas karena rendahnnya kecerdasan dan status pendidikan
sehingga berpengaruh pada tingginya pengeluaran untuk biaya pendidikan
sehingga pada akhirnnya kurangnnya pengetahuan meneyabakan ketidak tahuan
dalam merawat anak baik itu dalam kandungan maupun ketika sudah dilahirkan
dampak terbesarnnya adalah melahirkan anak stunting (Sudiman, 2008).

Berdasarkan studi terdahulu pada umumnya studi terkait atau penelitian


terdahulu hanya membicarakan mengenai faktor penyebab dari stunting tersebut
yang salah satunnya di sebabkan oleh kemiskinan, kekurangan gizi kronis,
melihat konstruksi masyarakat mempengaruhi stunting tersebut, namun belum ada
9

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penelitian terdahulu yang melihat bagaimana pemaknaan stunting dikalangan ibu

10

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang memiliki balita stunting dan tindakan ibu yang memiliki balita stunting
terhadap balita stunting.

Dalam penelitian ini melihat bagimana proses memaknaannya (ibu


memaknai balita stunting), pemaknaan yang diperoleh dari mana saja, dan melihat
bagaimana tindakan atau perlakuan yang dilakukan ibu yang memiliki balita
stunting terhadap balita stunting, sehingga memunculkan stock of knowledge
yang mempengaruhi pemaknaan ibu yang akhirnnya memunculkan tindakan yang
dilakukan ibu dengan balita stunting.

Seperti halnnya di Desa Mojogebang Kecamatan Kemlagi Mojokerto,


yang mana stunting merupakan hal yang mengkhawatirkan maka perlu
pencegahan karena membahayakan masa depan, baik masa depan balita stunting
tersebut dan menjadi ancaman bagi negara, namun masyarakat minim
pengetahuan dan menganggap balita-balita yang memiliki ciri-ciri stunting
dianggap hal yang biasa karena banyak yang mengalaminnya dan banyak orang
tua kususnya ibu yang tidak menyadari bahwa balitanya terkena stunting, poin
dalam penelitian ini adalah mengungap bagaimana pemaknaan stunting
dikalangan ibu yang memiliki balita stunting yang tidak menegerti anaknnya
terkena stunting dan juga melihat tindakan ibu yang memiliki balita stunting
terhadap balita stunting.

1.2 Fokus Penelitian


Dari latar belakang yang telah di uraikan di atas, pada kesempatan ini
peneliti melihat bagaimana pemaknaan stunting dikalangan ibu balita sehingga
penelitian ini mempunayi fokus sebagi berikut:

1.2.1. Bagaimana ibu yang memiliki balita stunting memaknai stunting?

1.2.2. Bagaimana tindakan ibu yang memiliki balita stunting terhadap balita
stunting?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pemaknaan stunting
dikalangan ibu yang memiliki balita stunting. Penelitian ini berfokus pada
pemaknaan dan tindakan ibu yang memiliki balita stunting terhadap balita

11

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

stunting, sehingga penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

12

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.3.1. Untuk mengetahui ibu yang memiliki balita stunting memaknai stunting?

1.3.2. Untuk mengetahui tindakan ibu yang memiliki balita stunting terhadap
balita stunting?

1.4 Manfaat Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti memiliki manfaat akademis dan
praktis yakni sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat akademis


Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
maafaat dan sumber informasi bagi para pembaca dan peneliti lain, selain
itu sebagai informasi untuk pengembangan penelitian yang serupa
kususnya dalam bidang sosiologi kesehatan terkait dengan stunting.

1.4.2 Manfaat Praktis


Penelitian ini dilakukan agar masyarakat umum kususnya para
keluarga mengetahui bagaimana pemaknaan dan tindakan ibu yang
memiliki balita stunting terhadap balita stunting, ketika ada hasil yang
buruk bisa menjadi gambaran agar tidak mencontohnnya namun ketika
hasil penenelitian ini baik maka dapat menjadi gambaran supaya dapat
dicontoh.

Untuk Institusi Kesehatan (Dinas Kesehatan) memberikan


penyuluhan terkait wawasan balita stunting, pencegahan stunting pra-
hamil, cara merawat dan berinteraksi dengan balita stunting.

1.5 Tinjauan Pustaka


1.5.1 Studi Terdahulu
Penelitian terkait balita stunting sudah beberapa kali di lakukan baik itu di
Indonesia maupun di luar negeri, baik dari segi kesehatan maupun dalam segi
sosial dan ekonomi, studi terdahulu mememiliki poin-poin yang berbeda dengan
studi yang di lakukan oleh peneliti seperti topik yang sudah di sampaikan di atas.

Mustain, dkk (2018) melakukan studi yang bertempat di Sulaswesi Selatan


mengenai Tingkat Pendidikan Ibu dan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita di Provinsi Sulawesi Selatan, penelitian ini menggunakan
13

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

metode observasi lapangan (kuantitatif). Di dalam penelitian ini membahas


penyebab dari stunting, dalam jurnal ini menunjukan terdapat tiga penyebab
diantarannya asupan makanan, berat badan ketika lahir dan kondisi kesehatan dan
pelayanan kesehatan, kemudian di pengaruhi pula oleh faktor lingkungan yaitu
infrastruktur sosial, layanan kesehatan dan layanan pendidikan, dari faktor
tersebut berguna untuk menemukan antara tingkat pendidikan ibu dan menyusui
eksklusif terhadap stunting, dalam penelitian ini menggunakan data PSG 2015
dengan desain observasional, sempel yang digunakan ialah balita yang bertempat
tinggal di kota maupun Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini
juga menggunakan pengukuran dengan antropometri, selanjutnya untuk melihat
data menyusui ekslusif dan tingkat pendidikan diperoleh dari kuisioner PSG 2015,
hasil dari penelitian ini menunjukan adannya keterkaitan terjadinnya stunting
dengan tingkat pendidikan ibu dan juga adannya keterkaitan pemberian asi
ekslusif dengan terjadinnya stunting.

Penelitian selanjutnya di lakukan di luar negeri oleh Samuel et al. yang


dilakukan di Nigeria pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode Studi
Design and Sampling Procedure (Kuantitatif), dalam studi ini melihat tingkatan
dan pola stunting dari 366 anak balita, yang berada pada komunitas anak balita
dalam 3 komunitas perkotaan terpilih, dengan kriteria kepadatan tinggi, kepadatan
sedang dan kepadatan rendah, dalam penelitian Pattern of Stunting Among Under-
Five Children in Selected Urban and Rural Communities in Oyo State, Nigeria
mendefinisikan standar deviasi dari median populasi menggunakan standar
pertumbuhan organisasi dunia, dari hasil penelitian ini rata-rata ketinggian anak
balita bervariasi secara signifikan dari komunitas yang berbeda jika dilihat
perbandingannya dengan kelompok umur yang sama, variasi tersebut dapat dilihat
ketika memasuki umur 24 bulan. Dan terus bertambah sejak lahir sampai usia 24
bulan hingga 35 bulan yang memuncak, setelah masa itu angka stunting masih
masih tinggi meskipun sedikit berkurang dengan bertambahnnya usia anak
tersebut, namun yang menjadi poin penting ada perbedaan yang signifikan anatar
masyarakat dengan pola pengerdilan pada usia yang spesifik.

Selanjutnnya penelitian yang dilakukan oleh Akram et al. yang bertempat


di bangladesh pada tahun 2018, dalam penelitian ini memiliki judul Prevalence
14

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

and

15

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Feterminants of Stunting Among Preschool Children and Its Urban-Rural


Disparities in Bangladesh, penelitian ini menggunakan metode Studi Design and
Sampling Procedure (Kuantitatif), dalam penelitian ini dijelaskan momok masalah
kesehatan masyarakat di Bangladesh salah satunnya adalah gizi buruk pada anak,
penelitian ini bertujuan menangkap prevalensi dan faktor penentu kerdil pada
masa anak-anak dengan melihat pada daerah pedesaan dan perkotaan, dengan data
survei demografi dan kesehatan Bangladesh pada tahun 2014, dalam penelitian ini
menggunakan analisis bivariat yang bertujuan untuk menegtahui perbedaan dalam
pravelensi pengerdilan dan regresi logistik multivariat, yang bertujuan untuk
menilai hubungan pengerdilan dengan risiko potensial. Dari hasil penelitian
terdapat faktor risiko yang signifikan dalam pengerdilan yaitu pendidikan ibu dan
indeks masa tumbuh.

Selanjutnnya penelitian yang dilakukan oleh Bukusuba et al. yang


bertempat di Uganda pada tahun 2017. Pada penelitian ini memiliki judul
Predictors of Stunting in Children Aged 6 to 59 Months: A Case-Control Study in
Southwest Uganda, dengan metode yang digunakan adalah Study Design and
Setting menggunakan metode Studi Participants (Kuantitatif), dalam penelitian ini
berfokus pada pengidentifikasian penyebab utama tingginnya angka pertumbuhan
anak pada wiliyah Uganda karena diketahui Uganda adalah wilayah dengan
tingkat kemiskinan yang rendah namun hasil dari pertanian nya tinggi, dalam
penelitian ini menggunakan sampel 56 kasus dengan 112 kontrol, dengan jumlah
anak 168 yang berusia 6 bulan sampai 59 bulan, dari hasil penelitian ini di
temukan anak laki-laki cenderung pertumbuhannya terhambat dibandingkan
dengan anak perempuan dalam penelitian ini juga di paparkan bahwa prediktor
utama dalam pengerdilan disebabkan oleh rendahnnya akses makanan pelengkap
yang tepat, status sosial ekonomi yang buruk, jenis kelamin anak, dan rendahnnya
pengetahuan terkait stunting.

Selanjutnnya penelitian yang dilakukan oleh Weny, dkk yang bertempat di


Jember pada tahun 2018, dalam penelitian ini berjudul Stunting : Studi Kosntruksi
Sosial Masyarakat Perdesaan dan Perkotaan Terkait Gizi dan Pola Pengasuhan
Balita di Kabupaten Jember dengan metode yang digunakan adalah Wawancara
mendalam dan observasi partisipan (Kualitatif), dalam penelitian ini membahas
16

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tujuan untuk penggambaran konstruksi dan pola pengasuhan anak terkait dengan
stunting dan hasil dari penelitian ini adalah masalah stunting berkaitan erat dengan
konstruksi sosial masyarakat. Perbedaan konstruksi sosial yang membentuk
pemahaman sehat/sakit dan pola asuh balita stunting di pedesaan dan perkotaan di
Jember. Hasil dai penelitian ini ialah kejadian akan stunting bukan hanya karena
masalah kesehatan semata namun berkaitan pula dengan konstruksi sosial,
perbedaan terdapat pada konstruksi sosial yang di bangun, pola komunikasi antara
masyarakat dan tenaga kesehatan berbeda, sehingga tidak menemukan solusi yang
berguna untuk program peningkatan gizi pada balita.

Selanjutnnya penelitian yang dilakukan oleh Akombi et al. yang bertempat


di Nigeria pada tahun 2017, dalam penelitian ini berjudul Stunting and Severe
Stunting Among Children under-5 years in Nigeria: A Multilevel Analysis, dalam
penelitian ini meneliti faktor-faktor yang berkaitan dengan pengerdilan dan
pengerdilan yang parah dengan rentan usia di bawah 5 tahun, dalam penelitian ini
menggunakan survei demografi dan kesehatan Nigeria (NDHS) 2013, untuk
pendefinisian stunting menggunakan organisasi kesehatan dunia (WHO) 2006.
Dari hasil penelitian faktor resiko yang paling konsisten pada anak yang berusia
0-23 bulan dan 0-59 bulan ialah jenis kelamin anak (yang paling banyak terkenan
stunting adalah anak laki-laki), ukuran kelahiran ibu, indeks kekayaan rumah
tangga yang dimaksudkan ialah tergolong rumah tangga miskin ataupun sangat
miskin, lamannya menyusui, dan anak yang dilaporkan mengalami diare dengan
rentan waktu lebih dari 2 minggu.

Selanjutnnya penelitian yang dilakukan oleh Cahyono, dkk yang bertempat


di Kupang pada tahun 2016, penelitian ini berjudul Faktor Penentu Stunting Anak
Balita pada Berbagai Zona Ekosistem di Kabupaten Kupang dengan metode yang
digunakan case control (kuantitatif). Penelitian dalan jurnal ini bertujuan
membandingkan dan menganalisis pengaruh dari variabel faktor penentu
terjadinnya stunting pada balita di berbagai zona ekosistem Kabupaten Kupang,
penelitian ini menggunakan Desain observational dengan rancangan case control
antara balita normal dan stunting, dalam penelitian ini menggunakan 132 subyek,
dari banyaknya subyek tersebut di bagi emnjadi 3 zona ekosistem yang berbeda
diantarannya dataran tinggi, dataran rendah dan sedang. Penelitian ini juga melihat
17

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dampak dari stunting itu sendiri yang mengakibatka timbulnya suatu


permasalahan bagi generasi yang akan mendatang, penelitian ini bukan hanya
mengidentifikasi namun juga memberikan masukan dalam penanganan terhadap
stunting tersebut, yang mana penangananya mulai dari peningkatan penyuluhan
terkait bahayanya stunting, memberikan konseling dan pembelajaran terhadap
masyarakat oleh semua pemangku kepentingan atau kebijakan, mengedukasi
terkait pola asuh pada anak.

Penelitian selanjutnnya dilakukan oleh Farah, dkk yang bertempat di


Jember pada tahun 2015, dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan
Perkotaan, penelitian ini menggunakan metode Cross-sectional Cluster random
Sampling (Kuantitatif). penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang
menjadi pengaruh terjadinnya stunting yang dialami anak balita baik itu di daerah
perkotaan maupun pedesaan. Dari hasil temuan data menunjukan terjadinnya
stunting baik itu daerah perkotaan maupun pedesaan dipengaruhi oleh pendidikan
ibu, pendapatan keluarga, pemberian asi ekslusif, pengetahuan ibu menganai gizi
dan juga faktor riwayat penyakit serta faktor genetik namun faktor yang paling
mempegaruhi dari semua faktor tersebut adalah tingkat kecukupan zink.

Selanjutnnya penelitian yang dilakukan oleh Herman Sudirman dengan


judul penelitian Stunting atau Pendek: Awal Perubahan Patologis atau Adaptasi
Karena Perubahan Sosial Ekonomi yang Berkepanjangan dengan metode yang
digunakan adalah studi literasi yang menjelaskan mengenai definisi stunting dan
beberapa faktor dan aspek yang memang di anggap mempengaruhi stunting
dengan pendukung data yang dilakukan melalui data survey Indonesia. Studi ini
juga membahas terkait masalah pada tingkat individu, masyarakat dan juga faktor
yang berpengaruh, selain itu menjelaskan interpretasi prevalensi stunting dalam
ranah pembangunan secara luas maupun ranah pembangunan kesehatan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Briend et al. yang berjudul


Wating and Stunting-similaritles and differences: policy and programmatic
implication dengan menggunakan metode statistic analysis (kuantitatif). Hasil dari
penelitian ini adalah terkait malnutrisi untuk pencegahan dan pengobatan, yang
mana dari kedua bentuk malnutrisi ini memiliki keterkaitan, yang mana stunting
18

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dan wasting yaitu moralitas untuk wasting efisiensi kinerja otot yang berkurang,
sama halnnya dengan stunting yang memiliki karakteristik yang sama.

Penelitian dengan balita stunting sudah pernah dilakukan baik di


Indonesia maupun di luar negeri, dalam penelitian sebelumnnya belum ada yang
membahas terkait pemaknaan stunting dikalangan ibu yang memiliki balita
stunting, penelitian terdahulu lebih mengarah pada faktor-faktor terjadinnya
stunting di suatu komuniatas atau daerah yang di teliti namun belum ada yang
berfokus hanya pada pedesaan, dalam penelitian ini akan membahas pemaknaan
stunting dikalangan ibu yang memiliki balita stunting, dengan menggunakan teori
fenomenologi Alfred Schutz, selain melihat pemaknaan stunting dikalangan ibu
yang memiliki balita stunting, penelitian ini juga melihat tindakan ibu yang
memiliki balita stunting terhadap balitannya yang terkena stunting, sangat berbeda
dari penelitian terdahulu yang mana belum ada yang meneliti pemaknaan dan
tindakan ibu yang memiliki balita stunting terhadap balita stunting. Selain itu dari
sepuluh penelitian sebelumnnya memeiliki latar belakang budaya yang berbeda,
lima di antara penelitian terdahulu di lakukan di luar negeri yang jelas budaya
yang tertanam begitu jauh berbeda, sedangkan lima diantaranya di lakukan di
Indonesia, meskipun lima diantaranya dilakukan di Indonesia budaya yang
berlaku dalam setiap daerahpun berbeda-beda pula.

19

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 1.1 Matriks Penelitian Terdahulu

NO JUDUL PENULIS LOKASI METODE HASIL KRITIK


1 Tingkat Mustamin, Sulawesi Observasi Dalam kategori pendidikan, Kategorisasi yang
Pendidikan Ibu Ramlam Asbar, Selatan lapangan proporsi ibu berpendidikan digunakan sebagai acuan
dan Pemberian Budiawan (Kuantitatif) kurang lebih tinggi daripada terkesan sedikit rancu
Asi Eksklusif yang berpendidikan baik. dan tidak menunjukkan
dengan Kejadian Prevelensi stunting pada arah penggunaan teori
Stunting pada penelitian mencapai angka yang tepat
Balita di Provinsi 44%. Dijelaskan bahwa
Sulawesi Selatan adanya hubungan antara
tingkat pendidikan ibu
(rendah) terhadap stunting
(tinggi) pada balita.
Ditemukan pula data
stunting pada balita yang
tidak diberikan asi secara
eksklusif sehingga
memunculkan hubungan
signifikan.
2 Pattern of Folake Olukemi Nigeria Study Design Penggunaan satu perkiraan Data yang dijabarkan
Stunting Among Samuel, PhD and Sampling stunting secara global memang
Under-Five Procedure prevalensi untuk anak-anak banyak dan beragam
Children in (Kuantitatif) yang tinggal di perkotaan namun dalam
Selected Urban masyarakat mungkin tidak pemahaman secara awam
and Rural dapat diandalkan karena penelitian ini
Communities in itu menutupi perbedaan menggunakan data yang
Oyo State, penting antara terlalu variatif dan sukar
Nigeria kelompok sosial ekonomi menarik generalisasi
yang ada di dalamnya dalam satu kesepahaman

20

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

lingkungan perkotaan. melalui deskripsi yang


Selain itu, pola spesifik usia dijelaskan.
dalam pengerdilan dapat
bervariasi
antara dan di dalam kota dan
pedesaan
komunitas. Perbedaan ini
membutuhkan
penelitian lebih lanjut yang
mereka bisa
implikasi penting untuk
benar
penargetan intervensi
nutrisi,
pemrograman, dan alokasi
sumber daya.

3 Prevalenceand Raisul Akram, Bangladesh Data and Study Prevelnsi stunting terjadi Dalam penelitian ini data
Feterminants of MHE; Design / lebih besar pada daerah yang disajikan terlalu
Stunting Among Marufa Survey pedesaan dan secara abstrak dan sukar untuk
Preschool Sultana,MHE, (Kuantitatif) signifikan lebih besar terjadi dipahami orang awam,
Children and Its MPH; Nausad pada anak yang berusia 36 karena data yang
Urban-Rural Ali,MHE; bulan – 47 bulan dipaparkan tidak
Disparities Nurnabi Sheikh, dibandingkan dengan umur dijelaskan secara detail.
in Bangladesh MHE; and 6-12 bulan. Faktor
Abdur Razzaque signifikan terjadi
Sarker, MHE, pengerdilan adalah
MSS pendidikan ibu, indeks
massa tubuh, anak-anak
yang menderita diare,
menyusui awal.
21

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4 Predictors of John Bukusuba, Uganda Study Design Dari sampel yang diambil, Perolehan data pada
Stunting Msc; Archileo and Setting sampel laki-laki secara terkesan hampir tidak
in Children Aged N.Kaaya, PhD; Study signifikan cenderung lebih tersusun secara runtut
6 to 59 Months: Abel Atukwse, Participants mungkin terhambat dan jelas.
A Case-Control PhD (Kuantitatif) terhambat dibandingkan
Study in dengan anak perempuan.
Southwest Peluang terhambatnya
Uganda pertumbuhan 2,4 kali lebih
besar untuk anak-anak di
rumah tangga yang rawan
pangan dan 4,5 kali lebih
besar pada mereka yang
tinggal di rumah berkualitas
buruk
5 Stunting : Studi Weny Lestrai, Jember Wawancara masalah stunting terkait erat Penelitian yang
Kosntruksi Sosial Lusi Kristiana, mendalam dan dengan konstruksi sosial dilakukan berfokus pada
Masyarakat dan Astridya observasi masyarakat. Perbedaan konstruksi sosial
Pedesaan dan Paramita partisipan konstruksi sosial yang masyarakat
Perkotaan Terkait (Kualitatif) membentuk pemahaman sehingga dirasa masih
Gizi dan Pola sehat/sakit dan pola asuh bisa dikembangakan
Pengasuhan Balita balita stunting di perdesaan kembali pada aspek lain
di dan perkotaan di Jember. seperti makna dan
Kabupaten Jember Konstruksi sosial tersebut tindakan.
dipengaruhi oleh pendidikan
ibu, usia perkawinan dini,
tempat tinggal setelah
menikah, tanggung jawab
pengasuhan balita, dan
prioritas ekonomi pada
masyarakat yang

22

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

menyebabkan minimnya
pengetahuan masyarakat
tentang gizi.
6 Stunting and Blessing Nigeria Statistic Adanya factor stunting yang Dalam penelitian ini
Severe Stunting Jaka Akombi, Analysis kompleks sehingga skala penelitian yang
Among Children Kingsley (Kuantitatif) diperlukan intervensi pada digunakan terlalu besar
under-5 years in Emwinyare peningktana nutrisi wanita, dan tidak terfokus
Nigeria: A Agha, John mengurangi angka kelahiran dengan baik serta dalam
Multilevel Joseph Hall, dan meningkatkan penelitian ini
Analysis Dafna Merom, kebersihan rumah tangga. penggunaaan diksa yang
Thomas Astell- Pada komunitas, intervensi terlalu membesar-
Burt, and Andre dilakukan pada ibu dengan besarkan terkesan
M.N. Renzaho pendidikan sosial ekonomi membuat data penelitian
rendah. terlihat rancu dan tidak
sesaui.
7 Faktor Penentu Firmanu Kupang Case Control Faktor penentu stunting Pemabahsan penelitian
Stunting Anak Cahyono, (Kuantitatif) pada zona ekosistem dataran yang terlalu berfokus
Balita pada Stefanus Pieter rendah adalah asupan pada factor lingkungan
Berbagai Zona Manongga, Intje energy, di dataran sedang dan alam, sedangkan
Ekosistem di Picauly adalah praktik kasih saying dalam factor sosial ini
Kabupaten dan sanitasi lingkungan dan masih kurang dijelaskan
Kupang zona pegunungan adalah secara mendalam
sanitasi lignkungan
8 Faktor-Faktor Farah Okky Jember Cross-sectional faktor yang mempengaruhi Penelitian ini bisa lebih
yang Aridiyah, Ninna Cluster random terjadinya stunting adalah dikembangkan melalui
Mempengaruhi Rohmawati, Sampling pendidikan ibu, pendapatan data yang diperloeh
Kejadian Stunting Mury Ririanty (Kuantitatif) keluarga, pengetahuan ibu menggunakan metode
pada Anak Balita mengenai gizi, pemberian survey.
di Wilayah ASI eksklusif, umur
pemberian MP-ASI, tingkat

23

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pedesaan dan kecukupan zink, tingkat


Perkotaan kecukupan zat besi, riwayat
penyakit
infeksi serta faktor genetik
dari orang tua.
9 Stunting atau Herman Indonesia Studi Literasi Menjelaskan mengenai Dalam penelitian ini
Pendek: Awal Sudiman definisi stunting dan tidak di jelaskan
Perubahan beberapa factor dan aspek menggunakan teori
Patologis atau yang memang dianggap apa untuk
Adaptasi Karena mempengaruhi stunting menganalisis hasil
Perubahan Sosial dengan pendukung data penemuan data.
Ekonomi yang yang dilakukan melalui
Berkepanjangan? data
survey Indonesia
10 Wating and Andre Briend, Denmark Statistic Dalam studi membahas Dalam penelitian ini
Stunting- Tanya Khara, Analysis terkait malnutrisi untuk penggunaan diksi terlalu
similaritles and Carmmel (Kuantitatif) pencegahan dan membesar besarkan
and differences: dolan pengobatan, yang mana dari sehingga sulit dipahami
policy and kedua bentuk malnutrisi ini secara cepat.
programmatic memiliki keterkaitan, yang
implication mana stunting dan wasting
yaitu moralitas untuk
wasting efisiensi kinerja
otot yang berkurang, sama
halnnya dengan stunting
yang memiliki karakteristik
yang sama.

24

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.5.2 Kerangka Teoritik


Dalam menganalisis penelitian ini menggunakan teori fenomenologi yang
dimaksudkan untuk memahami pemaknaan yang terjadi di keluarga pedesaan
kususnya ibu memaknai balitanya yang teknena stunting. Pemilihan teori ini
sesuai dengan topik penelitian yang diambil sehingga sesuai untuk menganalisis
rumusan masalah dan topik yang diteliti. Selain itu dalam penelitian ini
menggunakan konsep perilaku sehat dan sistem kepercayaan yang digunakan
untuk melihat bagaimana tindakan yang dilakukan oleh ibu dengan balita stunting.

1.5.2.1 Pemikiran Alfred Schutz (Teori Fenomenologi)


Dalam teori Schutz sangat kental pengaruh Weberian-nya khususnya
karya- karya mengenai tindakan (action) dan tipe ideal (ideal type). Alfred Schutz
tertarik dalam pemikirannya Weber (Sociology of Understanding) yang mana
menurutnnya begitu menarik. Hasil dari penelaah Schutz dituangkan dalam buku
The Meaningful Construction Of the Social World. Fenomenologi berasal dari
bahasa Yunani, Phainoai, yang berarti “menampak” dan phainomenon merujuk
pada “yang menampak”. Istilah fenomenologi diperkenalkan oleh Johann
Heirinckh. Meskipun demikian pelopor aliran fenomenologi adalah Edmund
Husserl. Jika dikaji lagi Fenomenologi itu berasal dari phenomenon yang berarti
realitas yang tampak. Dan logos yang berarti ilmu. Sebagai disiplin ilmu
fenomenlogi mempelajari terkait pengalaman dan kesadaran. Secara harfiah
fenomenologi ialah studi yang mempelajari fenomena, segala hal yang muncul
dari pengalaman kita, dari cara kita mengalami sesuatu dan pemaknaan diri yang
dimiliki sebagai actor dari pengalaman tersebut (Wirawan, 2012).
Fenomenologi disebut juga sebagai ilmu yang berorientasi untuk
mendapatkan penjelasan dari realitas yang tampak. Fenomenologi berusaha
mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep
penting dalam kerangka intersubyektivitas (pemahaman kita mengenai dunia
dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain). Fenomenologi berbicara terkait
realitas yang nampak, ilmu yang berorientasi guna mendapatkan penjelasan dari
realitas yang terlihat maupun yang sebenarnnya. Alfred Scuhtz mengungkapkan
jika orang-orang secara aktif dalam menginterpretasi pengalaman-pengalamannya
dan juga mencoba memahami dunia berdasarkan pengalaman peribadinnya.

25

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Fenomena yang terlihat ialah refleksi dari realitas yang mana tidak dapat berdiri
sendiri, sebab setiap realitas mempunyai makna dan juga membutuhkan atau
memerlukan penafsiran yang lebih lanjut lagi guna memahaminnya. Sama
halnnya dengan apa yang dikatakan oleh Husserl yaitu tujuan dari fenomenologi
adalah mempelajari fenomena manusia tanpa harus mempertanyakan
penyebabnnya, realitas yang sesungguhnnya, dan juga penampilannya. Sebab
menurut Husserl dunia kehidupan ialah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu
pengetahuan. Tokoh- tokoh fenomenologi ini diantaranya Edmund Husserl,
Alfred Schutz dan lainnya.
Alfred Schutz mengatakan jika tugas dari ilmu fenomenologi ialah
menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, maka
dari kegiata tersebut yang mana pengalaman dan pengetahuan itu berasal, dapat
dikatakan pula berdasarkan tindakan sosial berdasarkan pengalamannya, makna
dan juga kesadaran. Alfred Schutz berbicara jika manusia mengkonstruksi makna
diluar arus “tipikasi”. Hubungan antar makna dapat dioganisasi melalui proses ini,
yang sering disebut “stock of knowledge” (Kuswarno, 2009). Pada akhirnnya
kumpulan pengetahuan mempunyai kegunaan praktis dari dunia tersebut bukan
hanya sekedar pengetahuan terkait dunia.
Dalam teori fenomenologi mempunayi realitas sosial yang dapat dicirikan
pada imanen dan juga duniawi. Schutz membahas terkait bagaimana mengungkap
karakter tertentu dari sebuah gejala melainkan sebagai konsep sejarah sosial
dalam arus kehidupan sosial yang sadar dan nyata dan juga memahami dunia
sosial yang berguna sebagai dunia sosial sebagai hal yang di interpretasian secara
menyeluruh dan juga memandang kehidupan dalam sehari-hari sebagai subyek
intersubjektivitas, Schutz juga mengatakan jika tugas analisis fenomenologis ialah
merekonstruksi dunia kehidupan yang sesungguhnnya “sebenarnnya” dalam
bentuk yang dialami oleh diri sendiri, dalam realitas tersebut bersifat
intersubjektif yang berarti setiap yang tergabung dalam anggota masyarakat
berbagai persepsi dasar mengenai dunia yang masyarakat interpretasi melalui
sosialisasi dan juga interkasi beserta komunikasi (Carmanita, 2017).
Schutz menempatkan manusia pada pengalaman subjektif ketika
bertindak dan mengambil sikap dalam kehidupan sehari-hari sehingga dunia
merupakan kegiatan praktis, manusia memiliki kemampuan dalam menentukan
26

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

hak dalam

27

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

melakukan apapun yang terdapat hubungan dengan dirinya maupun orang lain.
Orang memiliki kesadaran dalam menganalisis seluruh peristiwa yang pernah
dialami dalam kehidupannya menuju serentetan tujuan yang terdapat kaitan
dengan proyeksi dirinnya. Selain itu Schutz juga berpandangan jika terdapat
berbagai macam relitas termasuk pula dunia mimpi dan ketidakwarasan. Namun
realitas yang tertinggi ialah dunia keseharian yang mempunyai sifat
intersubyektif yang biasa disebut the life wold. Dalam pandangannya terdapat
enam karakteristik mendasar dalam the life world yaitu wide-awakeness (unsur
dari kesadaran yang berarti sadar sepenuhnnya), reality (individu yakin akan
eksistensi dunia), dalam kehidupan sehari-hari individu berinteraksi, pengalaman
dari seseorang merupakan totalitas dari pengalaman dia sendiri, dunia
intersubjektif dapat dicirikan dengan terjadinnya komunikasi dan tindakan sosial,
adannya perspektifwaktu dalam masyarakat. (Kuswarno, 2009)

Secara lebih mendalam yang dijelaskan dalam buku Fenomenologi yang


di tulis oleh Engkus Kuswarno, fenomenologi yang di kemukakan oleh Alfred
Schutz merupakan disiplin ilmu yang mempelajari suatu fenomena, yang dari
segala hal yang muncul dari pengalaman individu, cara individu mengalami
sesuatu dan makna yang dimiliki individu dalam pengalaman. Pada dasarnnya
fenomenologi mempelajari struktur tipe-tipe kesadaran yang terentang dari
persepsi, gagasan, memori, imajinasi, emosi, hasrat, kemauan hingga tindakan,
baik dalam bentuk tindakan sosial ataupun berbentuk bahasa. Fenomenologi
membawa pegalaman sadar, yang akan membantu kondisi memberikan
pengalaman kesengajaan. Fenomenologi berfokus mempelajari struktur
pengalaman sadar (hal ini dilihat dari sudut pandang orang pertama), dan
bersamaan dengan kondisi-kondisi yang relevan, sehingga fenomenologi akan
memimpin dalam hal latar belakang beserta kondisi-kondisi di balik sebuah
pengalaman. Pusat dari struktur kesengajaan fenomenologi adalah kesengajaan
yaitu bagaimana makna dan isi pengalaman terhubung langsung dengan objek.
Disini fenomenologi berusaha memahami bagaimana seseorang mengalami dan
memberi makna pada sebuah pengalaman. Dalam konsepnnya Schutz
menekankan pada konsep stock of knowledge yang mempunyai arti kumpulan
dari pengetahuan, Schutz memfokuskan pada pengetahuan yang dimiliki oleh

28

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

individu, stok of knowledge terdiri dari knowledge

29

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

of skills dan useful knowledge. Stok of knowledge mengarah pada content (isi),
meaning (makna), intensity (intensitas) dan duration (waktu). Selain itu Scutz
memberi perhatian pada keseharain yang di jalani individu dan juga berfokus
dengan hubungan antar dunia keseharian tersebut dengan science (ilmu), terkusus
ilmu sosial.

Dalam konteks ini melihat bagaimana proses pemaknaan stunting


dikalangan ibu yang memiliki balita stunting, memaknai berdasarkan struktur
pengalaman, ibu yang selama ini hidup berdampingan dan merawat balita
stunting sehingga akan melatar belakangi kondisi-kondisi di balik pengalaman,
yaitu bagaimana makna dan pengalaman terhubung langsung dengan subjek.

1.5.2.2 Konsep Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan adalah aktivitas yang dilakukan indvidu yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak dapat dilihat oleh pihak luar. Perilaku
diakibatkan oleh adannya stimulus terhadap organisme yang kemudian merespon
stimulus (objek yang erat kaitannya dengan sakit dan penyakit) tersebut. Di dalam
perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:

i) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)


Perilaku seorang individu untuk mencegah penyakit dan melakukan
penyembuhan jika sudah terkena penyakit serta melalakukan
pemulihan setelah pulih dari sakit. Dalam perilaku pemeliharaan
kesehatan (health maintenance) terbagi lagi menjadi 3 aspek antara
lain:
a. Perilaku individu untuk mencegah penyakit dan melakukan
penyembuhan jika sudah terkena penyakit serta melakukan
pemulihan setelah pulih dari sakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, dalam hal ini kesehatan begitu
dinamis dan relatif, maka individu sehat perlu adannya
pengupayaan agar dapat mencapai tingkatan kesehatan secara
optimal.
c. Pola perilaku dan mengonsumsi makanan dan minuman dalam
menyehatkan namun dapat pula menyebabkan penyakit.
ii) Perilaku penggunaan sistem/fasilitas pelayanan kesehatan ataupun
30

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mencari pengobatan (health seeking behavior)

31

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iii) Perilaku kesehatan lingkuangan


dalam hal tindakan yang dilakukan seperti membuang air besar di
jamban, menggunakan air bersih dll.

Dalam perilaku kesehatan meliputi praktik kesehatan yaitu:

i) Tindakan yang dilakukan terkait dengan penyakit, seperti melakukan


imunisasi terhadap balita, atau, meminum obat sesuai petunjuk doktor,
atau melakukan anjuran yang yang disarankan oleh dokter
ii) Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, dalam ranah ini yang
dimaksud dengan mengkonsumsi makanan sehat atau melakukan olahraga.

Klasifikasi Perilaku Kesehatan Backer (dalam Ariadi, 2011):

i) Perilaku hidup sehat (health behavior)


Dalam hal ini upaya untuk menstabilkan kesehatan dan meningkatkan
kesehatan meliputi banyak hal antara lain makan maknaan yang
bergizi, tidak merokok, olahraga teratur, istirahat dengan cukup beserta
gaya hidup yang berdampak baik bagi kesehatan individu tersebut.
ii) Perilaku sakit (illness behavior)
Meliputi tanggapan dari individu terkait sakit dan penyakit,
padangannya terhadapa penyakit, penegtahuan tentang penyakit,
pengobatan jika sakit dan sebaginnya.
iii) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Meliputi peran terkait orang sakit, kewajiban orag sakit, hak dan
kewajiban yang perlu diketahui pasien maupun orang terdekatnya
(keluarga)

Konsep ini sebagai tolak ukur dalam analis untuk mengetahui upaya yang
dilakukan ibu terhadap balitannya yang terkena stunting.

1.5.2.3 Max Weber Sistem Kepercayaan (World-View)


Max Weber merupakan sosiolog yang ahli kebudayaan, ahli politik,
hukum sampai dengan ahli ekonomi. Weber merupakan anak tertua dari tujuh
bersaudara yang dilahirkan di Erfurt Jerman pada tanggal 21 April 1864. Weber
telah menciptakan banyak karya seperti Wirtschaft and Gessellcchaft,

32

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gesammelte

33

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Aufsatze Wissenschaftlehre, ada pula karangannya dari sosiologi agama yang


dibesarkan di berlin ialah Gessamelter Aufsatze zur Religionssoziologie atau biasa
disebut sebagai Sociology Religion. Selain menyumbangkan banyak teori
sosiologi, Weber juga mengajukan sebuah metode yang di kenal dengan
Verstehende, ada paula karya yang dianggap sebagian besar sosiolog sebagai
ensiklopedia untuk memahami masyarakat yaitu Economy and Society jilid I dan
II (1978) dan juga pemikiran Weber tentang sosiologi yang menyejarah
(Historical Sociology), dalam penelitian ini akan mengkaitkan poin hasil
penelitian dengan sistem kepercayaan (belief system) atau world-view. Dalam
kehidupan sosial world view dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:

1. Magis (Magic)
Dalam pemikiran Weber perwujutan magic meliputi simbol-simbol, cara
pemujaan, dan orangnnya sendiri (magician) dampak kekuatan magic
dalam kehidupan sosial ialah meningkatkan stabilitas hubungan-hubungan
sosial melalui pemberkatan otoritas suci dan kekuatan-kekuatan magis di
sekitar manusia yang dimanipulasi untuk tujuan dunia.
2. Agama (Religion)
Agama begitu berbeda dari magis, ketika magis bertujuan meningkatkan
hubungan sosial melalui pemberkatan suci, agama mengarahkan
kehidupan pemeluknnya supaya sesuai dengan tujuan-tujuan keselamatan.
Reorientasi batin individu akan mengubah perilaku luarnnya dan dapat
membentuk kembali hubungan-hubungan sosial yang mana kemudian
akan berpengaruh pada perubahan sosial dan ekonomi. Seluruh rangkaian
legitimasi kekuatan agama diturunkan dari sumber-sumber yang sakral dan
transendetal yang mana dari Tuhan dan Dewa. Tidak hanya itu, sumber-
sumber tersebut dibebaskan dari perwujudan konkret sehingga dapat
menjadi subjek interpretasi pada jenjang yang abstrak.
3. Ilmu Pengetahuan (Science)
Kemudian muculah sistem kepercayaan baru, yaitu ilmu pengetahuan
(science) yang menawarkan teknik rasional, seperti halnnya kalkulasi
sarana-tujuan (means-ends calculation), yang mana telah menurunkan
telah menurunkan peran magis dan agama dalam ranah memahami realitas

34

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dunia.

35

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Hal ini merupakan gejala mundurnnya daya-daya magis dua sebab dengan
penerapan metode ilmu untuk menguak berbagai fenomena yang dulunnya
dianggap misteri menjadi dapat dijelaskan secara rasional. Menurut Weber
fenomena ini di sebut disenchantment of the world. Dalam ilmu
pengetahuan semua kenyataan didunia dapat diketahui (knowable),
dipelajari, diperhitungkan (calculable) samapai dapat diprediksi akan
kearah mana kecenderunagan suatu gejala. Jika sudah seperti itu maka
penjelasan terhadap isi dunia secara drastis akan berubah yang mana dari
cara berpikir dogmatik menjadi kausalistik, dari metafisik menjadi
empririk, atau dari irasional menjadi rasional.

Dalam tiap-tiap perkembangan rasionalitas manusia ditandai dengan


bentuk-bentuk sosial yang berbeda. Tingkat perkembangan magis ditandai
adaptasi individu atas norma-norma dan kekuatan yang diluar kemampuan
manusia, didalam sistem kepercayaan magis disekitar manusia di kelilingi
kekuatan-kekuatan yang dapat bersifat konstruktif maupun destruktif terhadap
manusia. Magis memanipulasi kukuatan-kekuatan tersebut secara sistematik
dalam rangka mencapai tujuan praktis yang spesifik, seperti halnnya sistematisasi
kekuatan- kekuatan alam untuk mewujudkan kekayaan, kesehatan, keselamatan,
dijauhkan dari gangguan setan dan lain-lain.

Berbeda dari Magis tingkat perkembangan agama, keberadaan norma-


noma telah diinternalisasi dan disistematisasikan, norma yang sistematis akan
menjadi dalam perilaku sosial bagi para pemeluknnya. Selain itu norma-norma
juga sebagai sumber interpretasi atas realitas yan ada di dunia. Hingga perubahan
sosial yang terjadi dapat pula diinterpretasikan lewat norma-norma tersebut.

Selain dua hal diatas dalam dunia modern ilmu pengetahuan telah
mendominasi hampir semua aspek dalam kehidupan manusia. Namun ilmu
pengetahuan hanya mencurahkan kepentingan material dan kegiatan praktis
sehari- hari. Weber melihat melihat sisi pesimis dari dominasi ilmu terhadap
kehidupan manusia seperti merebaknnya sekularisme, matrealisme, dan
menurunnya peran agama sebagi rujukan memahami dunia. Meski seperti itu masi
tersisa idealisme etik (ethical ideal) yang telah terinternalisasi oleh
masyarakat pada saat
36

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

perkembangan dan dominasi agama dan menjadi personality guide bagi tiap
individu.

1.6 Metode Penelitian


1.6.1 Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini mendiskripsikan secara kualitatif realitas sosial ibu
yang memiliki balita stunting. Penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh
Bodgan dan Taylor metode kualiatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif, yang mana data tersebut berbentuk kata-kata tertulis
atau lisan yang didapat dari perilaku orang-orang yang diamati. Dari hal ini
diarahkan pada latar dan individu secara utuh (holistik). Dapat disimpulkan hal
tersebut tidak boleh mengisolasikan pada individu atau organisasi dalam variabel
maupun hipotesis. (Moleong, 2002:03). Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang berlatar belakang alamiah yang mana atau pada konteks (entity) yang
dikenal sebagai suatu keutuhan dari hal tersebut, sedangkan menurut Gorman dan
Clayton Penelitian kualitatif mempelajari perspektif dari suatu suatu kejadian
tersebut, perspektif dan kejadian tersebut menjelaskan pemaknaan dalam kejadian
dan detail-detai kejadian dan memberi gambaran dari kejadian tersebut secara
langsung, sebagai upaya menggambarkan kejadian seperti kenyataannya.
Gambaran penelitian ini menjawab pertanyaan dalam penelitian pemaknaan
stunting dikalangan ibu balita. Pertanyaan dari permasalahan ini memerlukan
kedalaman, kekayaan dan ketajaman mata.

1.6.2 Isu-Isu Penelitian


Permasalahan balita yang dewasa ini menjadi sorotan adalah stunting,
stunting merupakan kondisi dimana anak tumbuh pendek, gagal pertumbuhan
pada balita dan anak yang disebabkan cakupan nutrisi yang tidak terpenuhi yang
terjadi sejak janin dalam kandungan hingga usia 1000 hari setelah kelahiran, hal
ini merupakan masalah genting yang perlu segera di tangani sebab akan
berpengaruh pada kondisi balita stunting kedepannya. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2018 jumlah balita stunting di Indonesia sebanyak
30,8% dari seluruh jumlah balita yang seharusnya sudah turun dari Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2013 yang mana jumlah balita stunting sebanyak
37,2% Dari data tersebut balita stunting di Indonesia masih begitu tinggi,
37

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

seperti yang di katakan WHO seharusnya

38

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

prevalensi balita yang menderita stunting kurang dari 20 persen namun kenyataan
dilapangan saat ini lebih dari 20 persen..

Nyatanya hingga saat ini masih banyak ibu yang memiliki balita stunting
yang belum mengerti permasalahan balita, khususnya stunting, karena banyak ibu
dengan balita stunting tidak mengetahui apa itu stunting, hal tersebut bertolak
belakang dari apa yang di canangkan negara, bahwa stunting merupakan suatu hal
yang tidak baik-baik saja, yang mana stunting merupakan masalah negara yang
perlu di berantas sebab dimasa depan akan membahayakan baika untuk balita itu
sendiri maupun bagi negara, seperti tahun 2018 Wakil Presien Jusuf Kalla
menghimbau kampanye anti stunting karena stunting dianggap masalah yang akan
mengancam masa depan generasi bangsa.

Dari hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait


pemaknaan dan tindakan ibu terhadap balita stunting yang mana ibu dari balita
stunting tidak mengetahui apa itu stunting.

1.6.3 Penentuan Subyek Penelitian


Penentuan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini berdasarkan
pada subyek yaitu ibu keluarga pedesaan yang memiliki balita stunting, subyek
harus menguasai permasalahan, memiliki data, bersedia memberikan informasi
dengan jujur sesuai yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Informan dalam
penelitian ini sebagai sumber data yang memenuhi syarat dan kriteria yang sudah
ditentukan oleh peneliti. Penelitian ini menentukan informan atau subyek
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang di butuhkan oleh peneliti. Penelitian
menggunakan teknik Snowball, yaitu teknik dalam menentukan informan,
penentuannya bukan berdasarkan jumlah informan dari informan sebelumnnya,
namun pencarian informasi akan diberhentikan ketika sudah mengalami
kejenuhan yang mana sudah tidak ada variasi dari data yang diperoleh.

Sesuai topik usulan penelitian ini, subyek penelitiannya adalah ibu yang
mempunayai balita stunting, karena ibu adalah orang yang terdekat dengan balita
tersebut, dan mengetahui pertumbuhan balita dari dalam kandungan hingga
tumbuh sampai sekarang. Selain ibu dalam penelitian ini memilih keluarga
pedesaan sebab banyaknya ibu yang memiliki balita stunting tidak mengetahui

39

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

balitannya terkena

40

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

stunting. Adapun kriterianya adalah keluarga dalam kategori status ekonomi


rendah, sedang dan atas di pedesaan. Peneliti mendapat nama-nama serta alamat
ibu dengan balita stunting dan tokoh masyarakat dari bidan setempat. Dalam
penelitian ini terdapat 8 informan, 6 diantarannya ibu dengan balita stunting, 1
tenaga kesehatan dan 1 lagi adalah tokoh masyarakat.

1.6.4 Setting Sosial


Dalam kehidupan masyarakat khususnya pada daerah pedesaan masih
menjunjung tinggi adat istiadat dan norma yang melekat dan di budayakan secara
turun temurun, di Kecamatan Kemlagi sangat tinggi angka kepercayaan terhadap
mitos, sehingga apapun yang dikatan orang tua atau orang yang lebih tua
(sesepuh) akan selalu di percayai baik itu dalam hal tindakan dan hal yang di
anggap tabu (contoh : dilarang memakan sesuatu yang dianggap berdampak buruk
pada seorang ibu hamil atau ibu yang baru melahirkan balita) dari hal tersebut
berakibat pada asupan gizi yang di dapat masyarakat kurang dan tidak seimbang.
Seperti enggannya masyarakat memakan ikan ketika hamil karena takut ketika
balitannya lahir berbau amis, padahal hal tersebut sangat bertolak belakang dalam
segi kesehatan, yang mana ikan kaya akan protein dan nutrisi yang baik untuk
pertumbuhan balita dalam kandungan.

Kabupaten Mojokerto Kecamatan Kemlagi Desa Mojogebang banyak ibu


tidak mengetahu apa itu stunting, hal tersebut disebabkan minimnnya pengetahuan
menganai stunting itu sendiri, dari hal tersebut bertentangan dan tidak sesuai
dengan apa yang diprogramkan oleh Pemerintah yaitu ibu harus mengetahui
stunting agar dapat mencegah dan menekan angka balita stunting tersebut. realitas
sosial di Kabupaten Mojokerto Kecamatan Kemlagi Desa Mojogebang Pravelensi
yang terkena stunting cukup tinggi, padahal dari hasil observasi pusat layanan
kesehatan cukup memadai bagi masyarakat, kususnya adanya bidan yang berperan
penting dan intens terkait masalah balita namun kenyataannya betolak belakang
meskipun dalam satu Desa akan di sediakan bidan Desa masih saja tinggi angka
stunting tersebut.

41

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Peneliti memilih setting sosial di Kecanatan Kemlagi kususnnya Desa


Mojogebang sebab dari bebrapa Desa yang ada di Kemlagi Desa Mojogebang
memiliki angka tertinggi balita dengan stunting.

1.6.5 Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini mengenai Pemaknaan Stunting Dikalangan Ibu yang
memiliki balita stunting, data yang diperoleh dari penelitian melalui:

1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam atau Indepth Intervew merupakan
pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
mendalam baik dengan cara tanya jawab yang dilakukan secara langsung
antara peneliti dengan informan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
dengan berjalan secara intens yang berkaitan dengan pertanyaan sesuai
permasalahan penelitian. Wawancara mendalam atau indepth interview
dilakukan berdasarkan pedoman wawancara terbuka yang sebelumnya
telah dibangun suasana keakraban antara peneliti dengan informan, agar
peneliti dapat menggali supaya mendapatkan data sebanyak mungkin dan
sedalam mungkin dengan panduan pedoman wawancara (guide interview)
yang akan memudahkan peneliti dapat memperoleh gambaran secara jelas
Pemaknaan Stunting Dikalangan Ibu balita. Kemudian waktu dan lokasi
dilakukannya sesuai dengan keinginan informan. Penelitian ini dalam
wawancaranya secara terstruktur dan tidak terstruktur sesuai dengan
kondisi informan guna mendapatkan keterangan mendalam secara lisan
yang berasal dari keluarga dengan dengan balita stunting di Desa
Mojogebang Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Dalam metode
wawancara ini dilakukan untuk mengumpulkan data primer dengan
memperoleh data inforaman secara langsung guna proses pengolahan data
selanjutnnya
2. Studi Kepustakaan

Studi pustaka ini dilakukan peneliti guna memperoleh data dengan


cara mencari informasi beserta data yang berdasarkan pada literatur dan
referensi yang bersumber dari berbagai aspek mulai dari buku-buku,
dokumen-dokumen, laporan-laporan, jurnal-jurnal, artikel-artikel dari
42

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

berbagai sumber yang terpercaya, makalah-makalah yang sudah


diseminarkan, hingga internet, yang berkitan dengan topik Pemaknaan
Stunting Dikalangan Ibu balita yang memiliki balita stunting.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu aspek penting dalam


penelitian, kegunaan dokumentasi untuk mengabadiakan segala sesuatu
baik dengan cara direkam yg menghasilkan suara, video maupun dengan
cara pengambilan gambar supaya penelitian yang dilakukan dapat
dipercaya. Dokumentasi dapat dilakukan menggunakan alat elektronik
seperti handphone maupun kamera.

1.6.6 Metode Analisis Data


Analisis data yang dalam penelitian ini menggunakan metode yang
sifatnnya induktif dan dalam bentuk narasi. Menurut Miles dan Huberman, ada
tiga tahapan dalam proses analisis data penelitian kualitatif yang pertama adalah
proses reduksi data, reduksi data ini dilakukan melalui proses pemilihan,
merangkum dan memfokuskan pada hal-hal yang penting saja, dalam proses
tersebut akan dicari polannya sehingga hasil dari reduksi tersebut dapat di
temukan gambaran yang jelas sehingga dapat mempermudah untuk mendapatkan
data tambahan. yang kedua berupa penyajian, dalam penelitian kualitatif
penyajian data berbentuk teks yang bersifat naratif, teks naratif inilah yang akan
memepermudah pembaca maupun peneliti untuk membaca dan memahami reaitas
sosial yang ada. Dan yang terakhir adalah penarikan kesimpualan, menurut Miles
kesimpulan yang di temukan atau di kemukakan di awal ialah bersifat sementara
dan dapat berubah-ubah jika di temukan bukti-bukti yang lebih kuat.

43

SKRIPSI PEMAKNAAN STUNTING DIKALANGAN... SITI USWA.

Anda mungkin juga menyukai