Revisi Judul 2 Vol 16 No 1 April 2022

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Vol.

16 No 1 APRIL 2022 ISSN 1979 – 8091

FAKTOR RISIKO TERJADINYA STUNTING PADA ANAK USIA BALITA

RISK FACTORS FOR STUNTING IN CHILDREN TODDLER AGE


LITERATURE REVIEW

Khofifah Nuril Fauziyah*1 , Dhiana Setyorini2, Indriatie3, Enung Mardiyana H4


1
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya
2,3,4
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya
*Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Stunting
dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Stunting akan berdampak pada
perkembangan kognitif dan pendidikan yang buruk, sehingga prestasi anak-anak kurang gizi menurun
yang mengakibatkan kapasitas kerja dan status ekonomi yang rendah saat dewasa. Serta memiliki
kemungkinan mengembangkan penyakit kronis. Tujuan literature review ini adalah untuk menjelaskan
tentang faktor risiko stunting pada anak usia balita. Penelitian ini menggunakan literature review.
Penelusuran artikel menggunakan lima database dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang (Scopus, Sinta,
Pubmed, Scient Direct, dan ProQuest). Artikel full text dan dipublikasikan dari tahun 2017–2020. Hasil
penelusuran ditemukan 10 artikel yang sesuai dengan kriteria untuk direview. Hasil review menunjukkan
bahwa terdapat faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia balita (bawah lima tahun) pada 10 artikel
yaitu jenis kelamin (n=8), berat badan lahir rendah (n=5), kelahiran ganda (n=2), riwayat infeksi (n=1),
kebiasaan makan (n=1), pemberian ASI (n=2), riwayat MP-ASI (n=1), pendidikan ibu (n=9), IMT ibu
(n=1), riwayat kunjungan ANC ibu (n=1), tempat tinggal (n=3), status ekonomi (n=4). Hasil beberapa
studi dalam literature review ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu rendah adalah faktor risiko paling
sering terjadinya stunting pada anak usia bawah lima tahun. Perlu implementasi program intervensi
pencegahan kasus stunting melalui konseling pengasuhan, promosi kesehatan dan perbaikan praktik
pemberian makan, promosi kehamilan sehat, eksklusif, MP-ASI tepat waktu, dan promosi kesehatan
perilaku yang sehat, serta mengurangi ketimpangan ekonomi.

Kata Kunci: Faktor Risiko, Stunting, Balita

ABSTRACT
Stunting is one of the nutritional problems experienced by toddlers in the world today. Stunting can
be influenced by direct and indirect factors. Stunting will have an impact on cognitive development and
poor education, so that the achievement of malnourished children decreases which results in work
capacity and low economic status as adults. As well as having the possibility of developing chronic
diseases. The purpose of this literature review is to explain the risk factors for stunting in children under
five years of age. This study uses a literature review. Search articles using five databases with high and
medium quality criteria (Scopus, Sinta, Pubmed, Scient Direct, and ProQuest). Full text article and
published from 2017 – 2020. The search results found 10 articles that match the criteria for review. The
results of the review showed that there were risk factors for stunting in children under five years of age in
10 articles, namely gender (n=8), low birth weight (n=5), multiple births (n=2), history of infection.
(n=1), eating habits (n=1), breastfeeding (n=2), history of complementary feeding (n=1), maternal
education (n=9), maternal BMI (n=1), history of maternal ANC visits (n=1), place of residence (n=3),
economic status (n=4). The results of several studies in this literature review show that low maternal
education is the most frequent risk factor for stunting in children under five years of age. Necessary to
implement stunting prevention intervention programs through parenting counseling, health promotion and
improvement of feeding practices, promotion of healthy, exclusive pregnancy, timely complementary
feeding, and promotion of healthy behavioral health, as well as reducing economic inequality.

Keywords: Risk Factors, Stunting, Toddler

PENDAHULUAN provinsi bahkan nasional (Nkurunziza, et


al., 2017). Pada dasarnya, stunting dapat
Permasalahan stunting di Indonesia dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak
merupakan masalah yang serius baik di langsung. Faktor langsung yang
tingkat desa, kecamatan, kabupaten, berhubungan dengan stunting yaitu

JURNAL 1
Vol. 16 No 1 APRIL 2022 ISSN 1979 – 8091

karakteristik anak berupa jenis kelamin, hamil pada umumnya mengalami deficit
berat badan lahir rendah, kebiasaan energi dan protein. Kondisi tersebut disertai
makan, riwayat infeksi. Pola pemberian dengan ibu hamil yang umumnya pendek
ASI, pendidikan ibu, tempat tinggal, status (<150 cm) berdampak pada bayi yang
ekonomi keluarga merupakan faktor tidak dilahirkan mengalami kurang gizi, dengan
langsung yang mempengaruhi stunting berat badan lahir rendah < 2.500 gram dan
(Mugianti, et al., 2018). Stunting akan juga panjang badan kurang dari 48 cm
berdampak pada perkembangan kognitif (Pusdatin, 2018). Selain itu, pada usia anak
dan pendidikan yang buruk, sehingga (<12 bulan), jenis kelamin laki-laki, tempat
prestasi anak-anak kurang gizi menurun persalinan di rumah, riwayat penyakit, ASI
yang mengakibatkan kapasitas kerja dan tidak eksklusif, tingkat pendidikan ibu yang
status ekonomi yang rendah saat dewasa. kurang, status ekonomi rumah tangga yang
Serta memiliki kemungkinan rendah anak-anak yang bertempat tinggal
mengembangkan penyakit kronis (Cruz, et di pedesaan terus dikaitkan dengan
al., 2017). stunting (Nkurunziza, et al., 2017). Stunting
Kejadian balita pendek atau biasa akan berdampak pada perkembangan
disebut dengan stunting merupakan salah kognitif dan pendidikan yang buruk,
satu masalah gizi yang dialami oleh balita di sehingga prestasi anak-anak kurang gizi
dunia saat ini. Pada tahun 2017, 22,2% menurun yang mengakibatkan kapasitas
atau sekitar 150,8 juta balita di dunia kerja dan status ekonomi yang rendah saat
mengalami stunting. Namun angka ini dewasa. Serta memiliki kemungkinan
sudah mengalami penurunan jika mengembangkan penyakit kronis (Cruz, et
dibandingkan dengan angka stunting pada al., 2017).
tahun 2000 yaitu 32,6%. Pada tahun 2017, Stunting pada balita dapat dicegah
lebih dari setengah balita stunting di dunia dengan pemantauan pertumbuhan balita,
berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih menyelenggarakan kegiatan Pemberian
dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Makanan Tambahan (PMT) untuk balita,
Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, menyelenggarakan stimulasi dini
proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan perkembangan anak, dan memberikan
(58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia pelayanan kesehatan yang optimal
Tengah (0,9%). Data prevalensi balita (Pusdatin, 2018). Dengan mengetahui
stunting yang dikumpulkan World Health faktor risiko stunting, maka dapat
Organization (WHO), Indonesia termasuk memenuhi target Sustainable Development
ke dalam Negara ketiga dengan prevalensi Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan
tertinggi di regional Asia Tenggara/South- pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu
East Asia Regional (SEAR). Rata-rata menghilangkan kelaparan dan segala
prevalensi balita stunting di Indonesia bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta
tahun 2005-2017 adalah 36,4%. mencapai ketahanan pangan, target yang
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi ditetapkan adalah menurunkan angkat
(PSG) selama tiga tahun terakhir di stunting hingga 40% pada tahun 2025.
Indonesia, balita pendek memiliki Dari data dan penjelasan di atas, penulis
prevalensi tertinggi dibandingkan dengan tertarik untuk mengambil rangkuman
masalah gizi lainnya. Prevalensi balita iterature tentang “Faktor Risiko Terjadinya
pendek mengalami peningkatan dari tahun Stunting Pada Anak Balita (Usia Bawah
2015 adalah 29%, 2016 menjadi 27,5%. Lima Tahun)”, yang bertujuan untuk
Namun kembali meningkat menjadi 29,6% mengetahui apa saja faktor yang
pada tahun 2017 (Pusdatin, 2018). mempengaruhi stunting.
Stunting terjadi mulai dari pra-
konsepsi ketika seorang yang berusia METODE PENELITIAN
remaja menjadi ibu yang kurang gizi dan
anemia. Menjadi parah ketika hamil dengan Penelitian ini merupakan penelitian
asupan gizi yang tidak mencukupi yang menggunakan metode literature
kebutuhan, ditambah lagi ketika ibu hidup review. Penelitian ini berisikan rangkuman
di lingkungan dengan sanitasi kurang menyeluruh dari berbagai kumpulan jurnal
memadai. Dilihat dari asupan makanan, ibu atau artikel dalam bentuk literature review

JURNAL 2
Vol. 16 No 1 APRIL 2022 ISSN 1979 – 8091

mengenai faktor risiko terjadinya stunting kali lebih tinggi mengalami stunting
pada anak usia balita (bawah lima tahun). dibandingkan laki-laki (Abeway, et al.,
Literature review mengenai faktor risiko 2018). Sebaliknya, berdasarkan hasil
stunting menggunakan protokol dan penelitian yang menunjukkan bahwa anak
evaluasi dari diagram flow dalam PRISMA perempuan mengalami prevalensi stunting
2009 untuk menentukan tujuan dari yang jauh lebih rendah daripada anak laki-
literature review yang sesuai dengan laki (Fenta, et al., 2019). Anak dengan
penyeleksian studi yang telah ditemukan berat badan lahir rendah lebih mungkin 5
(Denney & Tewksburry, 2013). kali mengalami stunting dibandingkan anak
Berdasarkan hasil pencarian dengan berat badan lahir normal (Abeway,
literature melalui publikasi di lima database et al., 2018). Anak dengan kelahiran ganda
yaitu Scopus, Sinta, Pubmed, Scient Direct, lebih tinggi kemungkinan terjadinya
dan ProQuest dan menggunakan kata kunci stunting dibandingkan dengan kelahiran
yang sudah disesuaikan dengan MeSH, tunggal. Anak usia 12-59 bulan yang
peneliti mendapatkan 138 artikel yang memiliki riwayat infeksi memiliki peluang
sesuai dengan kata kunci tersebut. Hasil stunting 2,27 kali dibandingkan dengan
pencarian yang sudah didapatkan kemudian yang tidak memiliki riwayat infeksi. Anak
diperiksa duplikasi, ditemukan terdapat 10 dengan kebiasaan makan rendah memiliki
artikel yang sama sehingga dikeluarkan dan kemungkinan mengalami stunting 1,55 kali
tersisa 128 artikel. Peneliti kemudian dibandingkan anak yang memiliki kebiasaan
melakukan skrining berdasarkan judul (n = makan tinggi (Julianti & Elni, 2020).
128), abstrak (n = 59) dan full text (n = Anak yang tidak diberikan ASI
10) yang disesuaikan dengan tema eksklusif lebih memiliki peluang mengalami
literature review. Assessment yang stunting 2,28 kali dibandingkan anak
dilakukan berdasarkan kelayakan terhadap dengan pemberian ASI eksklusif (Julianti &
kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan Elni, 2020). Anak yang tidak mendapatkan
sebanyak 10 artikel yang bisa dipergunakan makanan pendamping ASI tepat waktu
dalam literature review. memiliki risiko stunting 2,4 kali lebih
mungkin mengalami stunting dibandingkan
HASIL DAN PEMBAHASAN anak-anak yang memulai memberikan
makanan pendamping pada usia 6 bulan
Sepuluh artikel memenuhi kriteria (Abeway, et al., 2018). Pendidikan ibu yang
inklusi (Gambar 1) terbagi menjadi dua rendah merupakan penentu utama stunting
belas sub pembahasan berdasarkan topik pada anak. Ibu berpendidikan rendah lebih
literature review yaitu jenis kelamin (8 mungkin 0,01 kali mengalami stunting
studi), berat badan lahir rendah (5 studi), dibandingkan ibu yang berpendidikan
kelahiran ganda (2 studi), riwayat infeksi (1 menengah ke atas (Abeway, et al., 2018).
studi), kebiasaan makan (1 studi), Anak-anak dari ibu dengan IMT rendah
pemberian ASI (2 studi), riwayat MP-ASI (1 68% lebih mungkin mengalami stunting
studi), pendidikan ibu (9 studi), IMT ibu (1 dibandingkan dengan anak dari ibu dengan
studi), riwayat kunjungan ANC ibu (1 IMT normal, atau bahkan yang kelebihan
studi), tempat tinggal (3 studi), status berat badan (Sunguya, et al., 2019). Anak-
ekonomi (4 studi). Kualitas studi tertinggi anak yang ibunya tidak melakukan tindak
adalah pendidikan ibu dan studi terendah lanjut antenatal lebih mungkin 3,2 kali
adalah riwayat infeksi, kebiasaan makan, mengalami stunting dibandingkan anak-
riwayat MP-ASI, IMT ibu, riwayat anak yang ibunya melakukan kunjungan
kunjungan ANC ibu. Studi yang sesuai ANC sebanyak empat kali atau lebih.
dengan tinjauan sistematis ini rata-rata Anak-anak yang tinggal di daerah
dilakukan di Afrika dengan 7 studi, yang pedesaan secara signifikan melaporkan
lainnya dua studi dilakukan di Indonesia risiko stunting 1,29 kali lebih tinggi
dan satu studi dilakukan di Pakistan. dibandingkan di daerah perkotaan (Gebru,
Jenis kelamin pada anak et al., 2019). Namun, menurut hasil
menunjukkan hubungan yang sangat penelitian sebelumnya, anak-anak di
signifikan dengan stunting pada balita. perkotaan memiliki risiko 1 kali lebih tinggi
Anak perempuan memiliki kemungkinan 2,8 mengalami stunting daripada anak-anak di

JURNAL 3
Vol. 16 No 1 APRIL ISSN 1979 –

pedesaan (Mzumara, et al., 2018). Status dilahirkan sehingga mengalami


ekonomi keluarga yang rendah memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang
peluang 1,45 kali lebih tinggi memiliki anak lambat (Nasution, et al., 2014). Hal ini
stunting dibandingkan status ekonomi sesuai dengan hasil penelitian (Adekanmbi,
keluarga yang tinggi (Nshimyiryo, et al., et al., 2013), yang menunjukkan kelahiran
2019). ganda melibatkan cacat lahir seperti
Anak perempuan memiliki kelahiran prematur, berat badan lahir
kemungkinan lebih tinggi mengalami rendah, kelumpuhan otak, sehingga dapat
stunting dibandingkan laki-laki, hal ini menghambat pertumbuhan anak.
kemungkinan disebabkan oleh perilaku ibu Berdasarkan pernyataan tersebut, kelahiran
yaitu lebih ketat dengan anak perempuan ganda mempunyai cadangan nutrisi
daripada laki-laki dan seringkali pertumbuhan yang rendah yang
memberikan lebih banyak kebebasan mengakibatkan berat badan lahir rendah
makan kepada anak laki-laki daripada sehingga dapat berisiko mempengaruhi
perempuan (Abeway, et al., 2018). terjadinya stunting.
Sebaliknya, hasil studi lain menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian (Julianti
anak laki-laki lebih mungkin mengalami & Elni, 2020) menunjukkan bahwa anak
stunting dibandingkan anak perempuan, hal usia balita yang memiliki riwayat infeksi
ini kemungkinan disebabkan bukti memiliki peluang 2,27 kali mengalami
epidemiologis menggambarkan anak laki-
stunting dibandingkan dengan yang tidak
laki secara biologis lebih rentan terhadap memiliki riwayat infeksi. Berdasarkan hal
mordibitas, ini mungkin memberikan efek tersebut, riwayat penyakit infeksi dapat
yang cukup besar pada anak laki-laki, disebabkan oleh lingkungan, sanitasi yang
sehingga jenis kelamin anak menjadi buruk, dan kurangnya konsumsi makan
penentu yang kuat untuk stunting di masa sehingga mengganggu fungsi penyerapan
kanak-kanak (Cruz, et al., 2017). nutrisi di usus dan pertumbuhan akan
Berdasarkan hal tersebut, pertumbuhan terhambat dan dapat mempengaruhi
anak laki-laki mudah terhambat karena terjadinya stunting pada anak.
keadaan psikologis dan lebih rentan
Hasil penelitian (Julianti & Elni, 2020)
terhadap mordibitas, sehingga anak laki-
menunjukkan bahwa anak dengan
laki lebih mungkin mengalami risiko
kebiasaan makan rendah memiliki
stunting dibandingkan anak perempuan.
kemungkinan stunting lebih banyak 39,6%
Anak-anak yang memiliki berat
dan 1,55 kali dibandingkan anak yang
badan lahir rendah kemungkinan besar
memiliki kebiasaan makan tinggi.
sering terpapar infeksi yang menyebabkan
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
malabsorpsi nutrisi dalam tubuh (Abeway,
ditunjukkan bahwa kebiasaan makan anak
et al., 2018). Berdasarkan hal tersebut,
dapat mempengaruhi stunting, dimana
anak dengan berat badan lahir rendah
kebiasaan makan anak dapat disebabkan
mempunyai cadangan nutrisi pertumbuhan
oleh cara orang tua memberikan makanan
yang rendah dikaitkan dengan kesehatan
kepada anak yang belum seimbang
ibu dan status gizi sebelum dan selama
sehingga menyebabkan kurangnya
kehamilan, konsumsi makanan yang tidak
kecukupan gizi pada anak.
adekuat, dan sering terjadi infeksi yang
Hasil penelitian (Sunguya, et al.,
akan menyebabkan kekurangan gizi dan
2019) menunjukkan bahwa 60% (5288
pertumbuhan menjadi terhambat, sehingga
anak) yang tidak mendapat ASI eksklusif
BBLR dapat mempengaruhi faktor risiko
dari seluruh responden (8815 anak), dan
stunting pada anak usia bawah lima tahun.
(Julianti & Elni, 2020) anak yang tidak
Kelahiran ganda menyebabkan mendapat ASI eksklusif memiliki peluang
kelahiran prematur, berat badan lahir stunting yang lebih tinggi 2,28 kali lipat
rendah sehingga dapat menghambat dibandingkan anak dengan pemberian ASI
pertumbuhan anak (Gebru, et al., 2019). eksklusif. Berdasarkan hal tersebut,
Pada bayi yang lahir dengan BBLR, sejak pemberian ASI non eksklusif pada anak
dalam kandungan telah mengalami disebabkan oleh pengetahuan ibu yang
retardasi pertumbuhan interuterin dan akan kurang sehingga anak dapat mengalami
berlanjut sampai usia selanjutnya setelah

JURNAL 4
Vol. 16 No 1 APRIL ISSN 1979 –

kekurangan energi dan protein sehingga lengkap dan akses yang lebih tinggi ke
apat mengganggu tumbuh kembang anak. fasilitas perawatan kesehatan.
Hasil penelitian (Abeway, et al., Status ekonomi keluarga yang
2018) menunjukkan bahwa anak yang tidak rendah memiliki peluang untuk memiliki
mendapatkan makanan pendamping ASI anak stunting dibandingkan keluarga yang
tepat waktu 62,3% (134 anak) dan 2,4 kali berpenghasilan tinggi (Utami, et al., 2019).
lebih mungkin mengalami stunting Hal ini kemungkinan status ekonomi akan
dibandingkan anak yang memulai pada usia menentukan daya beli terhadap pangan
6 bulan (81 anak). Berdasarkan hal dan beberapa fasilitas seperti pendidikan,
tersebut, riwayat pemberian MP-ASI tidak perumahan, kesehatan yang dapat
tepat waktu cenderung mengalami infeksi mempengaruhi status gizi (Manuaba, 2008)
sehingga menjadi penyebab status gizi
anak tidak terpenuhi dengan baik dan SIMPULAN
dapat mengalami stunting.
Pendidikan ibu yang rendah Faktor yang paling sering
mempengaruhi kemampuan mereka untuk menunjukkan stunting pada anak usia
menerima informasi terkait dengan adalah pendidikan ibu rendah, pendidikan
pertumbuhan dan perkembangan aktual ibu yang rendah mempengaruhi
anak (Utami, et al., 2019). Berdasarkan kemampuan mereka untuk menerima
pernyataan tersebut, dapat ditunjukkan informasi terkait dengan pertumbuhan dan
bahwa pendidikan ibu yang rendah dapat perkembangan aktual anak.
mempengaruhi pola pikir dan upaya untuk
menyelesaikan berbagai masalah melalui
informasi.
Pada hasil penelitian (Sunguya, et SARAN
al., 2019) menunjukkan bahwa anak-anak
dari ibu dengan IMT rendah 68% lebih Dengan demikian, perlu
mungkin mengalami stunting dibandingkan implementasi program intervensi
dengan anak dari ibu dengan IMT normal, pencegahan kasus stunting melalui
atau bahkan yang kelebihan berat badan penyediaan konseling pengasuhan untuk
Berdasarkan hal tersebut, IMT ibu yang orang tua, promosi kesehatan dan
rendah dapat menyebabkan pertumbuhan perbaikan praktik pemberian makan,
anak yang kurang optimal sehingga dapat promosi kehamilan sehat, pemberian
mempengaruhi masalah gizi dan sehingga vitamin A, imunisasi dasar, ASI eksklusif,
menyebabkan stunting pada balita. MP-ASI tepat waktu, dan promosi
Hasil penelitian (Abeway, et al., kesehatan perilaku yang sehat untuk
2018) menunjukkan rata-rata presentase mencegah mordibitas balita. Serta dengan
anak yang ibunya tidak melakukan tindak meningkatkan akses pangan bergizi yaitu
lanjut antenatal 132 dari 215 anak BPNT untuk keluarga kurang mampu,
(61,4%). Hal ini sejalan dengan hasil fortifikasi pangan, dan akses bantuan uang
penelitian (Sholikin, 2015) menyatakan tunai untuk keluarga miskin (PKH) untuk
bahwa kunjungan ANC yang kurang menargetkan peningkatan status gizi balita.
berisiko 6 kali lebih besar melahirkan bayi
berat badan rendah, sehingga memiliki DAFTAR PUSTAKA
risiko balita stunting. Berdasarkan
pernyataan tersebut, dapat ditunjukkan Abeway, S. et al., 2018. Stunting and Its
bahwa kunjungan ANC yang dilakukan Determinants among Children Aged
secara teratur dapat mendeteksi dini risiko 6–59 Months in Northern Ethiopia: A
kehamilan terutama yang berkaitan dengan Cross-Sectional Study. Journal of
masalah nutrisi. Nutrition and Metabolism, pp. 1-8.
Anak-anak yang tinggal di daerah
pedesaan lebih mungkin mengalami Agustia, R., Rahman, N. & Hermiyanty,
stunting dibandingkan di daerah perkotaan, 2018. Faktor Risiko Kejadian Stunting
ini mungkin disebabkan oleh sistem Pada Balita Usia 12-59 Bulan Di
perawatan kesehatan perkotaan yang lebih

JURNAL 5
Vol. 16 No 1 APRIL ISSN 1979 –

Wilayah Tambang Poboya, Kota Palu. Children in Ethiopia from the 2016
Jurnal Gizi dan Kesehatan, pp. 59-62. Ethiopia Demographic and Health
Survey: Application of Ordinal
Akombi, B. et al., 2017. Stunting, wasting Logistic Regression Model using
and underweight in sub-Saharan Complex Sampling Designs. Journal
Africa: a systematic review. Public Pre-proof.
Health, Volume 863, p. 14(8).
Gebru, F. et al., 2019. Determinants of
Amini, A., 2016. Hubungan Kunjungan stunting among under-five children in
Antenatal Care (Anc) Dengan Ethiopia: a multilevel mixed effects
Kejadian Stunting Pada Balita Usia analysis of 2016 Ethiopian
12-59 Bulan Di Kabupaten Lombok demographic and health survey data.
Utara Provinsi NTB Tahun 2016. BMC Pediatrics, Volume 19:176, pp.
Universitas ‘Aisyiyah. 1-13.
Anisa, P., 2012. Faktor-Faktor Yang Hafid, F. & Nasrul, 2016. Faktor Risiko
Berhubungan Dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-23 Bulan
Stunting Pada Balita Usia 25-60 di Kabupaten Jeneponto. Indonesian
Bulan Di Kelurahan Kalibiru Depok Journal of Human Nutrition, Volume
Tahun 2012. Universitas Indonesia.
Vol.3 No.1, pp. 42-53.
Binagwaho, A. et al., 2020. Tren bebabn Hagos, S., Hailemariam, D., WoldeHanna,
dan faktor risiko yang terkait dengan T. & Lindtjorn, B., 2017. Spatial
stunting pada masa anak-anak di heterogeneity and risk factors for
Rwanda dari 2000 hingga 2015: stunting among children under age
implikasi kebijakan dan program. five in Ethiopia: A Bayesian geo-
BMC Public Health. statistical model. PLOSONE, pp. 1-18.
Boylan, S. et al., 2017. Prevalensi dan Haile, et al., 2016. Exploring spatial
Risiko Stunting Sedang di antara variations and factors associated with
Sampel Anak-Anak Berusia 0-24 childhood stunting in Ethiopia: spatial
Bulan di Brunei. Materm Child Health and multilevel analysi. BMC
J. Pediatrics.
Hidayat, A., 2009. Pengantar Ilmu
Cruz, L. M. G. et al., 2017. Factors
Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Associated with Stunting among
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Children Aged 0 to 59 Months from
the Central Region of Mozambique. Hien, N. & Kam , S., 2008. Nutritional
Nutrients, pp. 1-16. Status and the Characteristics
Related to Malnutrition in Children
Damanik, S. M. & Wanda, D., 2019. Under Five Years og Age in Nghean,
Pengaruh praktik pemberian makan Vietna. J Prev Med Public Health,
terhadap risiko stunting pada balita Volume 41 (4), pp. 232-240.
di beberapa negara berkembang.
Ilmu Gizi Indonesia, Agustus, Volume Islam, M. et al., 2018. Risk factors of
Vol. 03, No. 01, pp. 13-22. stunting among children living in an
urban slum of Bangladesh: findings
Fatima, S. et al., 2020. Stunting and of a prospective cohort study. BMC
associated factors in children of less Public Health, pp. 1-13.
than five years: A hospital-based
study. Pakistan Journal of Medical Julianti, E. & Elni, 2020. Determinants of
Sciences, Volume 36, pp. 581-585. Stunting in Children Aged 12-59
Months. Nurse Media Journal of
Fenta, H. M. et al., 2019. Determinants of
Nursing, Volume 10(1), pp. 36-45.
Stunting among under-five Years

JURNAL 6
Vol. 16 No 1 APRIL ISSN 1979 –

Mugianti, S., Mulyadi, A., Anam, A. K. &


Najah, Z. L., 2018. Faktor Penyebab Sunguya, B., Zhu, S., Mpembeni, R. & Huang, J.,
Anak Stunting Usia 25-60 Bulan di 2019. Trends in prevalence and
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. determinants of stunting in Tanzania: an
Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume analysis of Tanzania demographic health
5, pp. 268-278. surveys (1991–2016). Nutrition Journal,
Volume 18:85, pp. 1-13.
Mzumara, B. et al., 2018. Faktor yang
Sunguya, B., Zhu, S., Mpembeni, R. & Huang, J.,
terkait stunting di antara anak-anak 2019. Trends in prevalence and
di bawah usia lima tahun di Zambia: determinants of stunting in Tanzania: an
bukti dari Zambia 2014 survei analysis of Tanzania demographic health
demografi dan kesehatan. BMC surveys (1991–2016). Nutrition Journal,
Nutrition, pp. 1-8. pp. 1-13.

Nkurunziza, S., Meessen, B., Geertruyden, Utami, R. A., Setiawan, A. & Fitriyani, P., 2019.
J.-P. V. & Korachais, C., 2017. Identifying causal risk factors for stunting
in children under five years of age in
Determinants of stunting and severe
South Jakarta, Indonesia. Enfermeria
stunting among Burundian children Clinica.
aged 6-23 months: evidence from a
national cross-sectional household Yang, Y. Y. et al., 2017. Trends and
survey, 2014. BMC Pediatric, Volume determinants of stunting among under-
17:176, pp. 1-14. 5s: evidence from the 1995, 2001, 2006
and 2011 Uganda Demographic and
Nshimyiryo, A. et al., 2019. Risk factors for Health Surveys. Public Health Nutrition,
stunting among children under five Volume 21(16), p. 2915–2928.
years: a cross-sectional population-
based study in Rwanda using the
2015 Demographic and Health
Survey. BMC Public Health, pp. 1-10.

Nugroho, H., 2020. Penulisan Systematic


Literature Review (SLR). 3, pp. 1990-
1993 ed. s.l.:s.n.

Nursalam, 2020. Penulisan Literature


Review dan Systematic Review pada
Pendidikan Keperawatan. s.l.:s.n.

Pusdatin, K. R., 2018. Data dan Informasi


Kesehatan Situasi Balita Pendek
(Stunting) Di Indonesia. Jakarta:
Pusdatin Kemenkes RI.

Rohmani, A., 2014. Pemberian Makanan


Pendamping ASI (MP-ASI) pada Anak
Usia 1-2 Tahun di Kelurahan Lamper
Tengah Kecamatan Semarang
Selatan, Kota Semarang. Prosiding
Seminar nasional Unimus, pp. 1-10.

Sholikin, R. A. A. S. P., 2015. Hubungan


Antenatal Care (ANC) dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di
Kabupaten Purbalingga. Universitas
Gadjah Mada.

JURNAL 7

Anda mungkin juga menyukai