Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Dengan Upaya Pencegahan Penularan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Dengan Upaya Pencegahan Penularan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Dengan Upaya Pencegahan Penularan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar
JURNAL SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Universitas Ubudiyah Indonesia
Oleh
0
1
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS DENGAN UPAYA
PENCEGAHAN PENULARAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTA BARO ACEH
BESAR
Latar Belakang : . Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di
dunia. Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi
antara 1-3 %. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia yang
didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0.4 %. Dari dari Puskesmas Kuata Baro
menunjukkan ada peningkatan jumlah kasus TB paru BTA positif 11 (10,28%) tahun 2013 dan menjadi
14 BTA postif (9,92%) pada tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2015 jumlah kasus menurun menjadi 9
kasus (16,07%).
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis dengan
upaya pencegahan penularan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar.
Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional
study yang dilakukan sejak tanggal 19 Mei s/d 15 Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar berjumlah 34 orang.
Pengambilan sampel menggunakan tehnik total populasi berjumlah 34 responden.
Hasil Penelitian : Pengetahuan rendah (52,9%), sikap negatif (55,9%), upaya pencegahan kurang
(58,8%). Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan pengetahuan (p=0,006) dan sikap (p=0,020)
penderita tuberkulosis dengan upaya pencegahan penularan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Aceh
Besar.
Kesimpulan dan Saran : Terdapat hubungan pengetahuan dan sikap dengan upaya pencegahan
penularan tuberkulosis paru. Diharapkan kepada responden agar dapat melakukan konsultasi pada petugas
kesehatan tentang mekanisme pencegahan yang perlu dilakukan untuk mencegah penularan tuberkulosis.
2
ABSTRACT
Background : Indonesia now ranked fifth among countries with the highest TB burden in the world. Annual
Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) in Indonesia is considered quite high and varies between 1-3%.
Riskesdas data in 2013 showed that the prevalence of the Indonesian population is diagnosed with
pulmonary TB by health personnel in 2013 was 0.4%. From the health center Kuata Baro showed no
increase in the number of cases of pulmonary TB smear positive 11 (10.28%) in 2013 and to 14 smear
positive (9.92%) in 2014. While in 2015 the number of cases dropped to 9 cases (16, 07%). Objective: To
determine the relationship of knowledge and attitude of tuberculosis patients and the prevention of
transmission in Public of Health Kuta Baro Aceh Besar
Methods: This study was analytic using cross sectional study which was conducted from May 19 s / d June
15, 2016. The population in this study are patients with tuberculosis in Kuta Baro Public of Health, Aceh
Besar district numbered 34 people. Sampling using techniques total population of 34 respondents.
Results: Knowledge is low (52.9%), negative attitude (55.9%), prevention is less (58.8%). Statistical test
results found no correlation between knowledge (p = 0.006) and attitude (p = 0.020) with the prevention of
tuberculosis transmission in Public of Health Kuta Baro, Aceh Besar.
Conclusions and Recommendations: There is correlation between knowledge and attitude with prevention
of pulmonary tuberculosis transmission. It is expected that respondents in order to carry out a consultation
on health officials about prevention mechanism needs to be done to prevent the transmission of tuberculosis.
3
Pendahuluan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan,
Tuberkulosis merupakan salah satu sikap, tindakan, pencahayaan, kepadatan
masalah kesehatan masyarakat prioritas. penghuni rumah, ventilasi, luas jendela rumah
Tuberkulosis bisa menyerang siapa saja namun dengan penularan penyakit TB Paru. Dan tidak
sebagian besar penderita tuberculosis adalah ada faktor yang paling dominan di dalam
kelompok usia produktif (15-50 tahun) (Dinkes mempengaruhi penyakit TB Paru.
Propinsi Aceh, 2009). Tuberkulosis merupakan Laporan The World Health Organization
suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri (WHO) tahun 2013, diperkirakan terdapat 8,6 juta
berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan kasus TB paru pada tahun 2012. Meskipun kasus
nama mycobacterium tuberkulosis. Penularan dan kematian akibat TB paru sebagian besar
penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak terjadi pada pria tetapi angka kesakitan dan
penderita yang mengandung basil tuberkulosis kematian wanita juga sangat tinggi. Diperkiran
paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air terdapat 2,9 kuta kasus TB paru pada tahun 2012
ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh dengan jumlah kematian karena TB mencapai
orang yang sehat dan masuk kedalam parunya 410.000 kasus termasuk diantaranya adalah
yang kemudian menyebabkan penyakit 160.000 orang wanita dengan positif HIV. Pada
tuberkulosis paru (Hiswani, 2006). siding WHO ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi
Insidensi Tuberkulosis (TB) dilaporkan mengenai strategi pengendalian TB paru global
meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini pasca 2015 yang bertujuan untuk menghentikan
di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. epidemi global TB paru pada tahun 2035
Penyakit ini biasanya banyak terjadi di negara (Kemenkes, 2014).
berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial Kawasan Asia Tenggara dengan lima 5
ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TB) dari 22 negara dengan beban penyakit TB yang
merupakan penyakit infeksi penyebab kematian tertinggi didunia, 35% dari seluruh kasus TB di
dengan urutan atas atau angka kematian dunia berasal dari wilayah tersebut. Oleh
(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit karenanya, pencegahan meningkatnya kasus TB
(morbiditas) tinggi serta diagnosis dan terapi yang menjadi prioritas penting. Secara umum kemajuan
cukup lama (Avicenna, 2007). program pengendalian TB di wilayah Asia
Pencegahan penularan TB paru sangat Tenggara akan berpengaruh terhadap keberhasilan
berkaitan dengan lingkungan dan perilaku yaitu, global dalam program pengendalian TB (Depkes,
menjaga kebersihan lingkungan, menciptakan 2011).
lingkungan rumah yang sehat, menerapkan pola Indonesia sekarang berada pada ranking
gizi yang baik, menghindari asap rokok dan kelima negara dengan beban TB tertinggi di
imunisasi BCG untuk bayi baru lahir dapat dunia. Pada tahun 2010 estimasi prevalensi TB
mencegah penyakit TB (Ismail, 2010). Sedangkan semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi
menurut Notoatmodjo (2010), faktor-faktor yang insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun.
mempengaruhi perilaku seseorang ada Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000
hubungannya dengan faktor eksternal dan faktor kematian per tahunnya. Jumlah kasus TB anak
internal, dimana faktor eksternal meliputi pada tahun 2009 mencapai 30.806 termasuk 1.865
pengalaman, fasilitas, sosio budaya. Sedangkan kasus BTA positif. Proporsi kasus TB anak dari
dari faktor internal mencakup pengetahuan, semua kasus TB mencapai 10.45%. Angka-angka
persepsi, keyakinan, keinginan, motivasi, niat ini merupakan gambaran parsial dari keseluruhan
serta sikap. kasus TB anak yang sesungguhnya, mengingat
Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tingginya kasus overdiagnosis di fasilitas
faktor predisposisi yaitu sikap, pengetahuan, dan pelayanan kesehatan yang diiringi dengan
kepercayaan tradisi serta faktor yang memperkuat rendahnya pelaporan dari fasilitas pelayanan
yaitu sikap dan peran petugas. Pengetahuan yang kesehatan (Depkes, 2011).
baik sangat mempengaruhi masyarakat dalam Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013
melakukan pencegahan TB paru pada keluarga menunjukkan bahwa prevalensi penduduk
dan dapat memutuskan perawatan lebih tepat dari Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga
pada masyarakat yang memiliki pengetahuan kesehatan tahun 2013 adalah 0.4 %. Pervalensi
yang kurang baik (Notoatmodjo, 2010). TB paru berdasarkan data Riskesdas 2010 adalah
Penelitian terkait pernah dilakukan oleh 0,725%. Sedangkan data Riskesdas 2007
Hanum (2010) tentang ” Analis Hubungan prevalensi nasional tuberkulosis paru
Perilaku Masyarakat dan Lingkungan Fisik (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
Rumah Terhadap Penularan Penyakit TB Paru di keluhan responden) adalah 0,99%. (Riskesdas,
Puskesmas Tembalang Jombang Jawa Timur. 2013).
4
Data Dinas Kesehatan Propinsi Aceh dalam upaya pencegahan penularan TB paru di
tahun 2013, didapatkan bahwa kasus baru dalam keluarga maupun masyarakat.
(insidens) TB Paru BTA positif berjumlah Berdasarkan uraian di atas peneliti
96/100.000 penduduk. Sementara kematian akibat tertarik untuk melakukan penelitian tentang :
TB Paru BTA positif berjumlah 1,6/100.000 “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita
penduduk. Jumlah TB baru BTA positif di Tuberkulosis dengan Upaya Pencegahan
Provinsi Aceh berjumlah 4.028 dengan CDR Penularan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta
53.3/100.000 penduduk. Angka Kesembuhan Baro Aceh Besar.
Penderita TB Paru yang di obati 3.602 dan yang .
sembuh 3213 (89.20%), dan yang mendapat
pengobatan lengkap berjumlah 182 (5.05). Untuk Rumusan Masalah
Angka kesuksesan (Success Rate/SR) sudah Kebanyakan pasien TB paru yang
mencapai 94.25% (Dinkes Prov. Aceh, 2013). diwawancarai belum memiliki pemahaman yang
Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Besar cukup serta perilaku yang tidak mendukung
menunjukkan bahwa jumlah penduduk tahun dalam upaya pencegahan penularan TB paru di
2015 adalah 384.618 jiwa, jumlah seluruh kasus dalam keluarga maupun masyarakat. Dari data
TB BTA+ sebanyak 324 orang (0,084%) dengan yang didapatkan dari Puskesmas ada peningkatan
CNR 84,24/100.000 penduduk. Jumlah penduduk jumlah kasus TB paru BTA positif 11 (10,28%)
tahun 2014 adalah 383.477 jiwa, jumlah seluruh tahun 2013 dan menjadi 14 BTA postif (9,92%)
kasus TB paru sebanyak 340 kasus (0,088%) pada tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2015
dengan CNR 88,66/100.000 penduduk. Suspek jumlah kasus menurun menjadi 9 kasus namun
kasus TB paru berjumlah 3485 orang. Angka persentase kejadian naik (16,07%). Sehingga
keberhasilan pengobatan atau success rate sudah dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
mencapai 94,96%. Angka kematian selama adalah: Apakah terdapat hubungan antara
pengobatan 2,21%. Data jumlah penduduk tahun pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis
2013 adalah 369.878 jiwa, jumlah seluruh kasus dengan upaya pencegahan penularan di Wilayah
TB paru adalah 300 kasus (0,081%) dengan CNR Kerja Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar?.
81/100.000 (Dinkes Kab.Aceh Besar, 2015).
Studi pendahuluan di Puskesmas Kuta Tujuan Penelitian
Baro Kabupaten Aceh Besar didapatkan informasi 1. Tujuan Umum
bahwa selama 3 tahun terakhir, kasus TB di Kuta Untuk mengetahui hubungan
Baru tahun 2013 sebanyak 107 suspek, BTA pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis
positif 11 (10,28%) dan BTA negatif 96 kasus dengan upaya pencegahan penularan di
(89,72%). Pada tahun 2014 jumlah penjaringan Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Aceh
suspek TB belum mampu mencapai target 70% Besar.
dari jumlah penduduk di mana penjaringan 2. Tujuan Khusus
suspect adalah sebanyak 141 kasus dan 14 a. Untuk mengetahui hubungan usia dengan
diantara positif (9,92%). Tahun 2015 dijumpai 9 Mengetahui hubungan pengetahuan
(16,07%) positif dan 47 negatif (83,93%). penderita tuberkulosis dengan upaya
Wawancara yang penulis lakukan pada pencegahan penularan di Wilayah Kerja
10 orang pasien yang berkunjung di Puskesmas Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar.
Kuta Baro, hasil wawancara diketahui 1 dari 10 b. Mengetahui hubungan sikap penderita
pasien yang diwawancarai mengatakan bahwa tuberkulosis dengan upaya pencegahan
sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit penularan di Wilayah Kerja Puskesmas
yang sama dan sudah pernah berobat selama 3 Kuta Baro Aceh Besar.
bulan. Selain itu diketahui juga bahwa salah
seorang pasien mengatakan ada anggota Manfaat Penelitian
keluarganya yang menderita penyakit yang sama.
Pengamatan yang penulis lakukan terhadap pasien 1. Bagi Peneliti
di Puskesmas Kuta Baro didapatkan bahwa pasien Menambah pengetahuan dan pengalaman
tidak menggunakan apa-apa untuk menutup dalam bidang penelitian khususnya
mulutnya ketika batuk, hanya sesekali menyangkut penyakit tuberkulosis paru.
menggunakan tangan kosong untuk menutup 2. Bagi Institusi
mulut ketika batuk. Dari hal tersebut dapat Bahan masukan untuk mengembangkan ilmu
disimpulkan bahwa kebanyakan pasien TB paru pengetahuan mengenai penyakit tuberkulosis
yang diwawancarai belum memiliki pemahaman paru pada peserta didik.
yang cukup serta perilaku yang tidak mendukung
5
3. Bagi Petugas Kesehatan Besar pada tanggal 19 Mei sampai dengan 15 Juni
Bahan informasi dalam memberi perawatan 2016.
pada pasien dengan penyakit tuberkulosis
paru. Pengumpulan Data
4. Bagi Responden Pengumpulan data dengan cara
Bahan masukan agar keluarga mengetahui menyebarkan kuesioer.
tentang penyakit tuberculosis paru dan
pencegahan penyakit tuberkulosis paru. Pengolahan Data
5. Bagi Peneliti Lain 1. Analisa univariat
Bahan masukan dan perbandingan dalam Dilakukan untuk mengetahui distribusi
melakukan penelitian lanjut yang frekuensi pada tiap variabel yang diteliti.
berhubungan dengan penyakit tuberkulosis 2. Analisa bivariat
paru. Untuk mengukur hubungan variabel
independen dan dependen akan dilakukan uji
analisa bivariat dengan menggunakan program
METODE PENELITIAN komputer yaitu menggunakan SPSS versi
21,0.
Kerangka Pemikiran
6
Tabel 4.2 Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Hubungan Pengetahuan Penderita Tuberkulosis
Tentang Tuberculosis Paru di Wilayah Kerja Paru dengan Upaya Pencegahan Penularan di
Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro
Tahun 2016 Aceh Besar Tahun 2016
7
sebanyak 15 responden (83,3%). Hasil uji chi responden tentang tuberkulosis semakin baik
square test diperoleh ada hubungan antara pencegahan penularan yang dilakuan. Hal ini
pengetahuan penderita dengan upaya pencegahan dibuktikan dari hasil penelitian yang
tuberkulosis paru dengan nilai p value (0,006). menunjukkan bahwa perilaku kurang dalam
Hal ini menunjukkan bahwa pada responden yang pencegahan penularan tuberkulosis cenderung
memiliki pengetahuan tinggi cenderung dilakukan oleh responden dengan pengetahuan
berperilaku baik dalam melakukan pencegahan yang rendah. Sedangkan responden yang
penularan dibandingkan responden dengan berpengetahuan tinggi mayoritas berperilaku baik
pengetahuan rendah. dalam upaya pencegahan tuberkulosis.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Pengetahuan rendah mayoritas dimiliki responden
Potter dan Perry (2009), yang menyatakan bahwa dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
pengetahuan merupakan salah satu variabel yang sebagian dasar pada tingkat dasar (73,5%).
mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang, Tingkat pendidikan dipercaya dapat
selain itu kemampuan kognitif membentuk cara mempengaruhi seseorang dalam menyerap
berpikir seseorang, meliputi kemampuan untuk informasi yang disampaikan petugas melalui
mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyuluhan kesehatan.
kondisi sakit dan praktek kesehatan personal.
Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang
arti kesehatan dan manfaat dari fasilitas kesehatan Hubungan Sikap dengan Upaya Pencegahan
maka akan semakin besar pula keinginan untuk Penularan Tuberkulosis Paru
memanfaatkan fasilitas kesehatan dan menjaga
kesehatan. Berdasarkan hasil analisa data di atas
Penelitian ini didukung oleh penelitian dapat dilihat bahwa responden dengan sikap
yang pernah dilakukan oleh Tobing (2008), positif dijumpai melakukan upaya pencegahan
tentang Pengaruh Perilaku Penderita TB Paru dan yang baik sebanyak 10 responden (66,7%) dan
Kondisi Rumah Terhadap Pencegahan Potensi responden yang bersikap negatif dijumpai
Penularan TB Paru Pada Keluarga di Kabupaten pencegahan kurang sebanyak 15 responden
Tapanuli Utara. Hasil penelitian berdasarkan uji (78,9%). Hasil uji chi square test diperoleh ada
bivariat menunjukkan ada hubungan secara hubungan antara sikap penderita dengan upaya
signifikan antara pengetahuan (p = 0,000) dengan pencegahan tuberkulosis paru dengan nilai p
potensi penularan TB paru. value (0,020).
Begitu juga dengan penelitian yang Hal ini sesuai dengan teori menurut
dilakukan oleh Riswan (2008) tentang “Analis Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa
Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit TB sikap membuat seseorang mendekati atau
Paru Dengan Perilaku Keluarga dan Penderita TB menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Pagak terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu
Kabupaten Malang, menunjukkan bahwa ada terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini
hubungan yang signifikan antara pengetahuan disebabkan oleh beberapa alasan seperti situasi
tentang penyakit TB Paru dengan perilaku atau kondisi saat itu, mengacu pada pengalaman
keluarga penderita TB Paru (P=0,001). orang lain, berdasarkan banyak atau sedikitnya
Hasil penelitian ini sesuai dengan pengalaman seseorang, nilai-nilai yang menjadi
penelitian yang dilakukan oleh Purnawaty (2011), pegangan setiap orang dalam masyarakat.
tentang “Hubungan pengetahuan dengan Menurut Moenir (2009) sikap adalah
pencegahan penularan penyakit TB paru pada suatu pandangan atau ketetapan hati seseorang
penderita TB paru dewasa muda di Balai Besar terhadap suatu objek yang akan diikuti dengan
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. Hasil perbuatan setelah ada rangsangan untuk berbuat.
penelitian menunjukkan ada hubungan antara Sikap positif atau menerima akan membuat
pengetahuan dengan pencegahan penularan seseorang melakukan aktivitas atau perbuatan
penyakit TB paru (p-value 0.030). sesuai dengan yang diisyaratkan, menyenangi,
Menurut asumsi peneliti pengetahuan bergairah dalam melaksanakan, berpikir kreatif
mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga dan inovatif, dan memiliki rasa tanggung jawab.
kesehatan. Kurangnya pengetahuan pada Penelitian ini didukung oleh penelitian
penderita menyebabkan ketidakpatuhan dalam yang pernah dilakukan oleh Tobing (2008),
pengobatan, berperilaku negatif dalam mencegah tentang “ Pengaruh Perilaku Penderita TB Paru
penularan karena seperti meludah sembarangan, dan Kondisi Rumah Terhadap Pencegahan
ketika batuk tidak menutup mulut sehingga Potensi Penularan TB Paru Pada Keluarga di
meningkatkan risiko penularan pada orang lain. Kabupaten Tapanuli Utara. Hasil penelitian
Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki
8
didapatkan ada hubungan sikap sikap (p value = DAFTAR PUSTAKA
0,000) dengan potensi penularan TB paru.
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat
berasumsi bahwa perilaku pencegahan penularan Avicenna. 2007. Tuberculosis Paru.
tuberkulosis paru dapat dipengaruhi oleh sikap http://www.medicastore.com (Dikutip
yang negatif. Hal ini dibuktikan dari hasil tanggal 25 Februari 2016).
penelitian yang menunjukkan bahwa perilaku
kurang dalam pencegahan tuberculosis lebih Depkes. 2011. Strategi Nasional Pengendalian
banyak dilakukan oleh responden yang memiliki TB di Indonesia Tahun 2010-2014.
sikap negatif tentang pencegahan penularan Departemen Kesehatan Republik
tuberculosis paru daripada responden yang Indonesia Direktorat Jenderal
memiliki sikap positif. Hal ini berarti sikap Pengendalian Penyakit dan Penyehat
mempengaruhi perilaku individu dalam Lingkungan. Jakarta.
berperilaku sehat dalam aktivitas sehari-hari.
Sikap positif terhadap suatu objek mempengaruhi Dinas Kesehatan Aceh. 2013. Profil Kesehatan
pandangan individu terhadap masalah tersebut. Provinsi Aceh Tahun 2012. Dinas
. Kesehatan Aceh.
9
Perilaku Keluarga dan Penderita TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Pagak
Kabupaten Malang.
http://digilib.umm.ac.id (Dikutip tanggal
15 Juni 2016).
10