Teori Biaya Produksi
Teori Biaya Produksi
Teori Biaya Produksi
TC = FC + VC Contoh: Diketahui : FC = Rp 120.000,00 VC = Rp 240.000,00 Ditanya : TC = Penyelesaian : TC = FC + VC = 120.000 + 240.000 = 360.000 b. Biaya Berubah Total (TVC) Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara linier sesuai dengan volume output operasi perusahaan. Sebagai contoh adalah biaya pulsa telepon bulanan, biaya pengeluaran untuk upah dan bahan baku. Biaya variabel dapat dihitung dari penurunan rumus menghitung biaya total, yaitu: TC = FC + VC VC = TC FC Contoh: Diketahui: FC = 120.000 TC = 480.000 Ditanya : VC = Penyelesaian: TC = FC + VC 480.000 = 120.000 + VC VC = 480.000 120.000 = 360.000 c. Biaya Tetap Total (TFC) Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi. Sebagai contoh adalah biaya peneliharaan pabrik dan asuransi, biaya abonemen telepon bulanan. Biaya tetap dapat dihitung sama seperti biaya variabel, yaitu dari penurunan rumus menghitung biaya total. Penuruanan rumus tersebut, adalah: TC = FC + VC FC = TC VC Contoh: Diketahui: VC = 600.000 TC = 720.000 Ditanya : FC = Penyelesaian: TC = FC + VC 720.000= FC + 600.000 FC = 720.000 600.000 = 120.000 d. Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost) / ATC Biaya total rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi oleh perusahaan. Biaya total rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut, yaitu: ATC = atau ATC = AFC + AVC Contoh: Diketahui: TC = 360.000 Q = 3 AFC = 40.000 AVC = 80.000 Ditanya : ATC = Penyelesaian: ATC = ATC = AFC + AVC = atau = 40.000 + 80.000 = 120.000 = 120.000 Dengan menggunakan kedua rumus di atas, maka telah diketahui bahwa hasilnya adalah sama, yaitu Rp 120.000,00. e. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variabel Cost) / AVC Biaya variabel rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya variabel (VC) untuk
memproduksi sejumlah baran (Q) dibagi dengan jumlah produksi tertentu. Biaya variabel rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut, yaitu: AVC = f. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost) / AFC Biaya tetap rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya tetap (FC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Biaya tetap rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: AFC = 3. Dalam hubungannya dengan keputusan-keputusan manajemen: a. Biaya Marginal (Marginal Cost) / MC Biaya marginal dapat juga dikatakan sebagai biaya pertambahan (incremental cost). Biaya marginal merupakan kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit keluaran tambahan. Biaya marginal dapat dihitung dengan menggunakan rumus: MCn = Jumlah Produksi Biaya Variabel 15 600.000 19 720.000 Contoh: Maka cara menghitung biaya marginal dari tabel di atas adalah : MC = = 30.000 Jadi, biaya marginalnya adalah 30.000. b. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) / OC Biaya kesempatan merupakan biaya atas kesempatan yang dilepas dengan tidak menempatkan sumber daya perusahaan pada nilai pemanfaatan tertingginya atau merupakan pendapatan biaya yang dikorbankan sebagai akibat kita memilih alternatif tertentu. Sebagai contoh: Apabila Ali kuliah sampai selesai di universitas LP3I, maka pendapatan yang diperkirakan adalah Rp 700.000,00/bulan. Sedangkan apabila tidak kuliah dan memutuskan untuk meneruskan usaha ayahnya, maka pendapatan yang diperkirakan adalah Rp 2.000.000,00. Bila akhirnya memilih meneruskan usaha ayahnya maka biaya kesempatan yang dikorbankannya adalah Rp 700.000,00. Tentu saja Ali lebih suka tidak kuliah dan meneruskan usaha ayahnya, bila pendapatan yang diperkirakan jauh lebih besar dari alternatif kuliah. c. Biaya Terbenam (Sunk Cost) Biaya terbenam merupakan biaya atau pengeluaran yang apabila sudah dikeluarkan tidak dapat diperoleh kembali. Biaya ini terjadi apabila terdapat perbedaan antara nilai buku dari suatu asset (misalnya mensin-mesin bangunan) dengan nilai sebenarnya ketika asset tersebut dijual. Perbedaan dimana nilai jual asset sebenarnya lebih rendah dari nilai buku dapat juga disebut sebagai biaya terbenam. Walau demikian, kondisi ini diharapkan tidak mempengaruhi kebijakan untuk penggantian mesin-mesin yang didasarkan pada biaya-biaya yang sebenarnya. Sebagai contoh: Pada tahun kelima penggunaan suatu mesin mempunyai nilai buku secara akuntansi sebesar Rp 12 juta. Tetapi, nilai jual sebenarnya ternyata hanyalah Rp 8 juta. Perbedaan sebesar Rp 4 juta tersebut adalah biaya terbenam yang seharusnya tidak mempengaruhi keputusan penggantian mesin tersebut dengan mesin yang lebih efisien pada tahun kelima pemakaian mesin tersebut. (Asumsi : umur ekonomis mesin adalah 5 tahun).
Berikut merupakan kurva dan tabel berbagai pengertian ongkos produksi jangka pendek. Kurva biaya jangka pendek. Tabel Berbagai pengertian biaya produksi jangka pendek Jum-lah Produk-si Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Total Biaya Tetap Rata-Rata Biaya Variabel Rata-Rata Biaya Total Rata-Rata Biaya Marginal 0 120000 0 120000 0 0 0 120000 1 120000 120000 240000 120000 120000 240000 60000 3 120000 240000 360000 40000 80.000 120000 40000 6 120000 360000 480000 20000 60000 80000 30000 10 120000 480000 600000 12000 48000 60000 24000 15 120000 600000 720000 8000 40000 48000 30000 19 120000 720000 840000 6315,79 37894,74 44210,53 40000 22 120000 840000 960000 5545,55 38181,82 43636,36 60000 24 120000 960000 1080000 5000 40000 45000 Biaya Produksi Jangka Panjang. Sebagaimana telah dikemukakan dalam konsep produksi jangka panjang, bahwa dalam produksi jangka panjang semua input diperlakukan sebagai input variabel. Jadi, tidak ada input tetap. Maka dalam konsep biaya jangka panjang semua biaya dianggap sebagai biaya variabel (variabel cost), tidak ada biaya tetap. Dalam jangka panjang, perusahaan dapat menambah semua faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh perusahaan. Jangka panjang, yaitu jangka waktu di mana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu jumlah daripada faktor-faktor produksi yang digunakan oleh perusahaan dapat ditambah apabila memang dibutuhkan. Faktor-faktor produksi tersebut adalah: faktor pasar, faktor bahan mentah, faktor fasilitas angkutan, dan faktor tenaga kerja. Untuk menjelaskan konsep biaya jangka panjang yang diturunkan dari jalur perluasan jangka panjang, perhatikan contoh berikut. Bayangkan bahwa suatu perusahaan tertentu hanya menggunakan dua jenis input, yaitu input modal (K), dan input tenaga kerja (L). Perusahaan mula-mula menggunakan kombinasi input K dan L yang optimum yaitu : K=7 dan L=10 untuk memproduksi output sebesar Q1=100 unit. Harga dari setiap input modal dan tenaga kerja, masing-masing adalah sebesar: r=$10 per unit modal, dan w = $5 per unit tenaga kerja. Dengan demikian pada tingkat produksi Q1=100 unit, perusahaan mengeluarkan biaya total jangka panjang (LTC) = Rk + wL = ($10)(7) + ($5)(10) = $120. Serupa dengan konsep biaya jangka pendek, kita dapat menghitung biaya rata-rata jangka panjang (LAC) dan biaya marginal jangka panjang (LMC). Dengan konsep serupa perusahaan terus berkembang dalam usaha atau produksi melalui beroperasi pada titik-titik keseimbangan produsen yang meminimumkan biaya penggunaan input-input. Garis yang menghubungkan titik-titik keseimbangan produsen sepanjang waktu ini desebut sebagai jalur
perluasan jangka panjang. Berikut merupakan jalur perluasan jangka panjang dari perusahaan. Berikut adalah bentuk umum dari kurva LMC dan LAC. DAFTAR PUSTAKA Sukirno, Sadono. 1994. PENGANTAR TEORI Mikroekonomi. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Hakim, Arman. 2006. MANAJEMEN INDUSTRI. Andi: Yogyakarta. Sukirno, Sadono. 1982. PENGANTAR TEORI MIKROEKONOMI. Bima Grafika: Kuala Lumpur. Gaspersz, Vincent. 1996. EKONOMI MANAJERIAL. Penerapan Konsep-Konsep Ekonomi Dalam MANAJEMEN BISNIS TOTAL. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Pindyck, Robert, dkk 2003. Mikro Ekonomi. INDEKS: Jakarta. Diposkan oleh WINDA SYAFRIZAS forum di 22:53:00 Label: biaya, produksi, teori