Pem Boran
Pem Boran
Pem Boran
4.3. PEMBORAN
Variasi material geologi dapat ditemui pada suatu kegiatan pengeboran. Alat
bor yang sama mungkin dapat dipakai untuk mengebor overburden maupun
bijih, tetapi metode pengeborannya dapat berbeda untuk tambang yang
sama. Perbedaan metode pengeboran dapat yang disebabkan oleh
macam/bentuk bijih dan formasi overburden.
Mekanisme
Mechanic
(Drilling)
Metode/Cara
Mesin
Percussion
Drop tool
Hammer
Rotary, drag bit
Blade
Stone-set
Stawing
Rotary, roller bit
Rotary-percussion
Hammer
Rotary
Thermal
Flame
Erosion
Hot fluid
Fusion
Freezing
Fluid
Jet
Erosion
Bursting
Cavitation
Sonic
Vibration
High-frequensy transducer
Chemical
Explosion
Reaction
Electrical
Electrofrac drill
Electron gun
Spark drill
Light
Laser
Nuclear
Fission
Fusion
(konseptual)
(konseptual)
Klasifikasi
Pemboran
Menurut
Sistem
Rock
Attack
Prinsip
Pemboran
Menurut Metode
Perpindahan
Energi
Perkusi
Rotary
Rotary-Perkusi
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
1. Drill
Drill Power
Drill Thrust
Drill Torque
Drill Rotary speed
Blow energi
Blow frequency
2. Rod
Rod dimension
Rod geometry
Material properties
3. Bit
Bit diameter
Bit geometry
Material properties
4. Circulation fluid
Fluid flow rate
Fluid properties
10
11
12
13
14
15
16
17
18
U/G Drilling
19
20
25
HOLE DIAMETER
in
31
2
76
102
4
127
152
200
230
251
7 7 /4 9 9 7 /4
311
12
381
1
/4
15
mm
HOLE DIAMETER
in
hard rock
T op hammer
soft rock
hard rock
Down the hole
soft rock
hard rock
Rotary tricone
bit
soft rock
hard rock
25
HOLE DIAMETER
in
31
2
76
102
4
127
152
200
230
251
7 7 /4 9 9 7 /4
311
12
381
1
/4
15
mm
HOLE DIAMETER
in
Constr uction
Open pits
Quarries
21
2.
22
upfront
radial
cracks
elastic
deformation
crushed
powder
large
chips
final outline of
crater
24
26
27
Bentuk drill rig yang sama dapat dipakai dengan rolling-cutter bit.
Walaupun demikian, geometri roller-bit merupakan campuran dari
aksi pemotongan, suatu kombinasi dari perkusi dan rotary (Simon,
1956).
Pada saat bit berputar, cutting teeth yang menempel pada masingmasing rotating cone secara bergantian menghantam batuan,
menumbuk, identing, dan menyerutnya.
Penghancuran (crushing) yang sama dan chipping terjadi dalam 2
sistem dasar, yaitu rotasi dan perkusi hanya proporsinya yang
berbeda.
28
29
30
Pemboran Rotary-Percussion
32
Drag bits have short blades, each forged to a cutting edge and
faced with tungsten carbide tips. Short nozzles direct jets of
drilling fluid down the faces of the blades to clean and cool them.
2.
3.
Drag bits have a shearing action and cut rapidly in sands, clays
and some soft rock formations. However, it does not work well in
coarse gravel or hard-rock formations.
33
2.
3.
34
Alat bor
Batang bor
Mata bor/bit
Sirkulasi fluida
Lubang bor
Batuan utuh & massa batuan
35
Heat Stroke;
Gastro-Intestinal Illness;
Traffic Accident and/or Transfusion with Tainted Blood;
Injury on the Job and/or Transfusion with Tainted
Blood;
Mugged (in cities) or Attacked (in remote areas);
36
37
38
39
40
BATUAN BEKU
BATUAN METAMORFIK
BATUAN SEDIMEN
GNEISS,
QUARTZOSE
SCHIST, DLL
SLATE
PHYLLITE, DLL
BATUAN
KERAS
BATUAN LUNAK
eq = SHALE, FRIABLE
SANDSTONE
BATUAN KOMPAK
eq = MAGNESIAN
LIMESTONE
BATUAN RAPUH
(FRIABLE ROCK)
eq = PISOLITE
BOR
SEKUNDER
LUBANG BOR
BESAR SEKALI
BOR PRIMER
LUBANG BOR
MEDIUM KECIL
BATUAN ABRASIF
BATUAN TIDAK
ABRASIF
DIAMETER
LUBANG BOR
< 3 INCI
DIAMETER
LUBANG BOR
4-5 INCI
DIAMETER
LUBANG BOR
4-5 INCI
DIAMETER
LUBANG BOR
3-4 INCI
DIAMETER
LUBANG BOR
< 4 INCI
BATUAN
TIDAK
ABRASIF
BATUAN
ABRASIF
BATUAN
ABRASIF
KONDISI
PEMBORAN
SUKAR
KONDISI
PEMBORAN
CUKUP
"OUTPUT"
KECIL
PERCUSSIVE
DRILLS
"OUTPUT"
BESAR
ROTARY
PERCUSSIVE
DRILLS
KONDISI
PEMBORAN
BAIK
"OUTPUT"
KECIL
LIGHT
DOWN THE
HOLE
DRILLS
"OUTPUT"
BESAR
HEAVY
DOWN
THE HOLE
DRILLS
KONDISI
PEMBORAN
JELEK
ROLER
BIT
ROTARY
DRILLS
BATUAN
TIDAK
ABRASIF
KONDISI
PEMBORAN
JELEK
LIGHT
DOWN
THE HOLE
DRILLS
DRAG
BIT
ROTARY
DRILLS
PRECUSSIVE
DRILLS
ROLER
BIT
ROTARY
DRILLS
DRAG
BIT
ROTARY
DRILLS
41
Mesin
Percussion
Drop tool
Hammer
Rotary, drag
Blade
Stone
Shot
Sawing
Rotary, roller
Rolling cutter
Rotary perkusi
Drag, roller
Thermal
Flame
42
43
44
Diameter (mm)
Metoda pemboran
Top hammer
Down the hole hammer
Permukaan
Bawah Tanah
50 127
75 200
38 65
100 165
45
46
47
3. Rotary drilling
pengeboran untuk rotary crushing
pengeboran untuk rotary cutting
48
Mata bor merusak batuan dengan energi yang disuplai dari batang bor yang
berputar. Batang bor diputar sambil didorong ke bawah dengan memakai 65%
berat mesin, mendorong mata bor/bit ke batuan.
Mata bor akan merusak dan memindahkan batuan dengan aksi ploughingscraping pada batuan lunak, atau aksi crushing-chipping pada batuan keras,
atau dengan kombinasi keduanya.
Udara bertekanan disuplai ke bit melalui batang bor untuk mendinginkan bit dan
sebagai media flushing cutting keluar dari lubang bor. Air dapat ditambahkan
pada udara bertekanan untuk membantu menekan pengeluaran debu, tapi
sering memboroskan pemakaian bit.
= 100 445 mm (4 17,5 in), umumnya 200, 250, 311, dan 381 mm (6 7/8, 7
7/8, 12 , dan 15 in).
Rotary Drilling
50
Percussion
Feed
Rotation
Flushing
impact energy
impact frequency
kecepatan rotasi
gaya pengumpanan (feeding force)
cara flushing dari lubang bor
51
DTH menggunakan tenaga udara dalam percussive drilling lebih efisien daripada
pneumatic top hammer drill biasa.
Kecepatan penetrasi hampir konstan tidak dipengaruhi oleh kedalaman lubang.
Ketepatan pengeboran dari DTH drill adalah baik.
Karena piston blow diteruskan langsung ke mata-bor, rangkaian batang-bor dan
sambungan bebannya lebih ringan, karena hanya memberikan putaran pada
mata-bor dan sebagai jalan udara ke hammer.
DTH drill yang berdiameter batang-bor besar mengurangi ruang antara batangbor dan dinding lubang-bor. Hal ini akan memperbaiki sistem flushing dalam
lubang. Udara keluar dari hammer biasanya bekerja sebagai media flushing dan
udara ini dialirkan melalui mata-bor. Dalam lapisan berlumpur atau lembab,
beberapa DTH hammer dilengkapi dengan sirkulasi air untuk menambah
sejumlah air ke dalam udara flushing.
Walaupun sumber energi dasar adalah udara bertekanan tinggi, tetapi fungsifungsi lainnya dapat digerakkan oleh udara bertekanan atau hidrolis.
Alat bor kecil biasanya dilengkapi dengan tenaga udara bertekanan, sedangkan
alat yang lebih besar biasanya memakai tenaga hidrolis.
DTH drill untuk pemboran jenjang= 89 - 165 mm (36" - 6") dan H s/d 50 m.
52
Hammer size
class
Inci
Bit diameters
mm
85-100
105-127
130-145
152-165
Hammer OD
mm
76
96
117
138
Operating pressure
Bar
6-12
6-25
6-25
6-25
Weight
Kg
25
35
65
95
Impact rate
Blows/min (6 bar)
1300
1300
1100
1000
1650
1650
1300
1300
2100
1700
1600
m3/min (6 bar)
12
12
15
21
15
18
28
Inci
2 3/8
2 3/8
2 3/8-3 1/2
3 1/2
Air consumption
53
54
Pnematik
Hidrolik
Biaya Investasi
1,0
1,27
Biaya energi
1,0
0,24
1,0
0,86
1,0
0,78
Biaya keseluruhan
4,0
55
56
Ekstrapolasi
Ekstrapolasi dari data yang dihasilkan dari kondisi kerja pada pekerjaan yang
lain. Jika laju penembusan untuk suatu diameter, maka laju penembusan
untuk diameter lainnya dapat diprediksi (dengan kondisi kerja yang sama).
Jika pemboran pada diameter 76 mm (3 inch), laju penembusannya adalah
36 m/jam, maka untuk diameter 102 mm (4 inch) diperkirakan laju
penembusannya 36 x (76/102) = 23,4 m/jam.
FPR = koefisien laju penembusan
D1 = diameter lubang bor 1 (laju penembusan diketahui)
D2 = diameter lubang bor 2 (laju penembusan dicari)
FPR
D1
D2
1,5
57
POP
PR(m/min) 31 1,4
D
18
PR(m/min) 31
0.88m/min
1001,4
43 Pm
PR(m/min)
35
c
0.5
Dp
2
D
1 D D
Dimana
PR = Laju penembusan (inch/detik)
Pm = Tekanan udara pada saat masuk piston (inch)
Dp = Diameter piston (inch)
D = Diameter lubang tembak (inch)
c = UCS batuan (lb/inch2)
58
PR = Laju penembusan
Pm = Energi Pemboran (kgm/min)
Re = Perpindahan energi keluaran (antara 0.6-0.8)
D = Diameter lubang tembak (m)
SE = Energi spesifik per unit volum (kg m/cm3)
Untuk menghitung spesifik energi dari CRS, ada uji yang cukup sederhana,
yaitu dengan menjatuhkan material dengan ukuran 15 cm3 berapa kalI, lalu
dihitung persentase material yang ukurannya di bawah 0.5 mm (Paone dkk,
1969).
48 Pm R e
PR(cm/min)
D2 SE
59
DRI dibuat pada 1979, di University of Tronheim (Norwegia). Mtode ini untuk
menghitung laju penembusan. Test-test berikut ini memerlukan percontoh batuan
sebanyak 15 sampai 20 kg.
Contoh yang representatif dengan ukuran 11,2 16 mm seberat 500 gr. Contoh
tersebut lalu ditumbuk sebanyak 20 kali secara berurutan oleh beban seberat 14 kg
dari ketinggian 25 cm, nilai yang diambil adalah persentase dari contoh yang
berukuran di bawah 11.2 mm dibanding berat awal percontoh, nilai tersebut disebut
nilai S20.
Dengan menggunakan sebuah miniatur drill dengan kecepatan 280 putaran. Lalu
percontoh dengan ukuran 10 x 10 x 10 cm dibor dengan penekanan 20 kg. Hitung
kedalaman hasil pemboran, dengan faktor pembagi 0,1 cm.
Hasil dari kedua parameter tersebut dihitung nilai DRI-nya dengan memasukannya
pada grafik.
60
Laju pemboran
DRI
Sangat rendah
21
Rendah sekali
28
Rendah
37
Medium
49
Tinggi
65
Tinggi sekali
85
Sangat tinggi
114
61
Energi Spesifik
Konsep SE diajukan oleh Teale (Rabia, 1982) untuk menentukan
kemampuboran. SEv adalah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu
unit volume batuan atau nilai minimum SE = nilai kuat tekan batuan tersebut.
Mellor (Rabia, 1982) SEa = nilai kuat tekan dibagi 1000.
Brook (Rabia, 1982) menyatakan bahwa hukum Rittinger yang menyebutkan
bahwa energi yang dibutuhkan sebanding dengan luas permukaan baru yang
dihasilkan. Proses penggerusan benar-benar diperhatikan yang kontrol oleh
hukum Kick, dimana energi yang diperlukan sebanding dengan volume batuan.
Pada pemboran SEv tidak bergantung pada bentuk mata dan jenis mata bor,
metode pemboran dan kedalaman lubang bor. Dengan asumsi ini USBM
membedakan nilai SEv untuk berbagai tipe batuan dengan menggunakan dua
tipe bor.
d = diameter mata bor
Tr = 0.7 (perbandingan energi yang dihasilkan tiap pukulan pada alat bor
dengan yang sampai pada batuan)
SE V
4Tr POP
d2 PR
62
2.35 W N
SE V
d PR
63
64
Simbol
Unit
PR
M/det
LT-1
kg/m3
ML-3
sc
MPa
ML-1T-2
m2
L2
Energi
Es
Nm
ML2T-2
Kuat Tarik
st
MPa
ML-1T-2
Laju Penembusan
Berat Jenis
Dimensi
65
66
Laju
Keausan
(gram/m
)
RMR
PR
(m/jam)
42.42
32.00
6.22
44.70
38.10
diorite
33.11
18.16
4.4
40.70
56.01
BH61C
diorite
14.30
17.31
4.4
39.20
58.81
015005-i
BH61C
intermediate tonalite
87.36
44.33
6.22
50.60
27.12
015006-i
BH61C
intermediate tonalite
173.73
56.89
6.22
56.00
25.13
015007-i
BH61C
intermediate tonalite
28.74
44.00
6.22
45.50
30.46
030003-i
BH61C
intermediate tonalite
177.63
51.65
5.79
54.80
23.52
030006-i
BH61C
intermediate tonalite
150.59
59.47
5.79
55.60
23.76
030007-i
BH61C
intermediate tonalite
73.90
36.30
5.79
47.70
32.17
015007-v
BH61C
volkanik
67.68
40.33
6.22
48.20
37.34
030007-v
BH61C
volkanik
65.68
46.50
5.79
49.10
30.44
345208-v
BH61C
volkanik
22.87
39.00
5.79
45.00
55.13
360171-v
BH61C
volkanik
142.11
46.62
6.22
53.20
20.74
030006-y
BH61C
young tonalite
178.00
42.00
5.79
52.50
18.72
045007-d
MAG53
C
diorite
59.77
16.08
4.72
43.90
58.37
045008-d
MAG53
C
diorite
64.00
33.50
4.72
44.30
37.54
045017-d
MAG53
C
diorite
71.04
37.75
7.26
45.80
18.29
Blok
Pengeboran
Tipe
Bit
Tipe Batuan
UCS
(MPa)
015007-d
BH61C
diorite
360190-d
BH61C
360191-d
67
Blok
Pengeboran
Tipe
Bit
Tipe Batuan
UCS
(MPa)
RQD
Laju
Keausan
(gram/m
)
000001-v
MAG53
C
volkanik
155.60
73.00
8.08
52.05
15.85
000002-v
MAG53
C
volkanik
156.20
73.00
8.08
54.05
17.67
015002-v
MAG53
C
volkanik
185.58
49.23
7.46
48.02
21.20
015003-v
MAG53
C
volkanik
166.24
62.80
8.34
50.08
33.58
015004-v
MAG53
C
volkanik
72.26
36.39
8.34
45.70
35.07
015005-v
MAG53
C
volkanik
40.74
38.00
8.34
45.70
32.88
030004-v
MAG53
C
volkanik
131.20
32.62
6.86
49.30
37.32
150168-v
MAG53
C
volkanik
58.51
29.41
5.49
45.50
43.96
150171-v
MAG53
C
volkanik
58.89
29.61
5.49
45.50
45.52
345208-v
MAG53
C
volkanik
37.58
39.14
8.6
46.50
35.54
MAG53
RMR
PR
(m/jam)
68
Blok
Pengeboran
Tipe
Bit
Tipe Batuan
UCS
(MPa)
RQD
Laju
Keausan
(gram/m
)
000001-i
MAG53C
intermediate tonalite
155.70
72.57
3.42
52.05
25.53
000002-i
MAG53C
intermediate tonalite
194.40
70.33
8.08
54.33
25.02
015002-i
MAG53C
intermediate tonalite
171.32
51.49
7.46
48.04
27.80
015003-i
MAG53C
intermediate tonalite
171.73
72.15
7.46
52.25
27.26
015004-i
MAG53C
intermediate tonalite
63.08
40.67
7.46
43.88
33.65
015006-i
MAG53C
intermediate tonalite
164.99
62.03
8.08
56.20
30.71
030003-i
MAG53C
intermediate tonalite
176.72
51.32
7.26
54.70
27.90
030004-i
MAG53C
intermediate tonalite
128.10
28.50
7.26
48.50
34.11
030005-i
MAG53C
intermediate tonalite
182.55
61.19
8.01
56.90
29.50
030006-i
MAG53C
intermediate tonalite
181.50
53.86
8.01
55.50
29.39
030007-i
MAG53C
intermediate tonalite
72.03
40.40
8.01
48.30
34.60
045008-i
MAG53C
intermediate tonalite
22.54
41.00
4.72
42.30
36.76
045018-i
MAG53C
intermediate tonalite
151.59
50.57
tidak ada
55.50
29.28
045020-i
MAG53C
intermediate tonalite
180.80
72.00
7.26
59.10
23.02
RMR
PR
(m/jam)
69
70
71
Rock Type
Quartzite
Sandstone
Limestone
105
5.000
165
5.000
105
16.000
165
15.000
105
16.000
135
26.000
165
25.000
72
Diorite k (gram/m) Y
(m/jam)
BH61C
y = -10.609k + 104.09
0.984
MAG53C
y = -11.781k + 105.57
0.696
73
RMR
Y (m/jam)
Umum
BH61C
0.781
Diorite
BH61C
0.980
Volkanik
BH61C
0.937
Intermediate Tonalite
BH61C
0.847
74
Perkusi DHD
Kehilangan energi melalui kopling dalam bentuk gesekan dan panas yang
menyebabkan keausan drill kopling dan drillsteel. Pada kopling pertama kehilangan
energi gelombang kejut ini sekitar 8% - 10%.
Dalam sistem DHD energi piston ditransmisikan langsung ke bit sehingga kinerjanya
akan lebih baik, dan gaya perkusi merupakan parameter yang paling mempengaruhi
laju penembusan.
Energi yang dibebaskan
Mp = Massa piston
Vp = Maksimum kecepatan piston
Pm= Tekanan kerja fluida di dalam silinder
Ap = Luas permukaan piston
p= Panjang langkah piston
Ec mp Vp 2
2
Ec Pm A p p
75
pm A p
ng k
1
2
m
p p
pm k
3
2
(pm A p ) p
m
1
2
1
2
(pm A p )3 p
mp
76